• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROPOSAL PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS TAHUN 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROPOSAL PENELITIAN LABORATORIUM DANA ITS TAHUN 2020"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

DANA ITS TAHUN 2020

Pencemaran mikroplastik pada air baku dan air produk PDAM Kota

Surabaya serta kemampuan removal dalam proses pengolahannya

Tim Peneliti:

Ketua : Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, M.App.Sc (Departemen Teknik Lingkungan, FTSPK/ITS)

Anggota 1 : Welly Herumurti, ST. M.Sc. (Departemen Teknik Lingkungan,

FTSPK/ITS)

Anggota 2 : Ir. Eddy Setiadi Soedjono Dipl. SE.M.Sc., PhD (Departemen Teknik Lingkungan, FTSPK/ITS)

DIREKTORAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA

MASYARAKAT

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA

2020

(2)

DAFTAR ISI Halaman Sampul Daftar Isi 1 Daftar Tabel 3 Daftar Gambar 4 Daftar Lampiran 5 Bab 1 Ringkasan 6

Bab 2 Latar Belakang 7

2.1 Latar belakang 7

2.2 Permasalahan 8

2.3 Tujuan khusus 8

2.4 Urgensi penelitian 8

Bab 3. Tinjauan Pustaka 10

3.1 State of the art 10

3.2 Peta jalan penelitian 10

3.3 Mikroplastik 14

3.4 Kelimpahan mikroplastik di lingkungan 16

3.5 Interaksi mikroplastik dengan polutan organik hidrofobik 17

3.6 Dampak mikroplastik terhadap biota dan manusia 19

3.7 Unit Operasi IPAM di PDAM Surya Sembada 22

Bab 4. Metode

4.1 Lokasi penelitian 24

4.2 Alat dan bahan 24

4.3 Diagram alir tahapan penelitian 25

4.4 Pengambilan sampel 26

4.5 Analisis sampel di laboratorium 26

4.6 Analisis data dan pembahasan 28

(3)

5.2 Rancangan Anggaran Biaya 30

Bab 6 Daftar Pustaka 33

Bab 7 Lampiran 43

(4)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Klasifikasi partikel plastik berdasarkan ukuran 14

Tabel 3.2 Kandungan MP pada beberapa wilayah di Indonesia 16 Tabel 3.3 Kandungan MP dalam air baku pada unit operasi IPAM di di dunia 17 Tabel 5.1 Jadwal penelitian terkait tentang kandungan MP 29 Tabel 5.2 Rencana anggaran biaya 30 Tabel 5.3 Justifikasi rencana anggaran biaya 31

(5)

Berkelanjutan, ITS 12

Gambar 3.2 Peta jalan topik penelitian Laboratorium Limbah Padat dan B3, Departemen Teknik Lingkungan, ITS 13

Gambar 3.3 Proses adsorpsi POPs oleh MP 18

Gambar 3.4 Proses absorpsi POPs oleh MP 19

Gambar 3.5 Mekanisme distribusi POPs dalam MP melalui rantai makanan 21

Gambar 3.6 Skema unit operasi IPAM PDAM Kota Surabaya 23

Gambar 4.1 Diagram alir tahapan penelitian 25

(6)

DAFTAR LAMPIRAN

(7)

Mikroplastik (MP) hasil fragmentasi produk plastik telah ditemukan di air Kali Surabaya. Pencemaran MP di air Kali Surabaya, yang merupakan sumber air baku PDAM, berpotensi untuk menjadi polutan pada air produk. Pencemaran MP pada air baku memerlukan pengolahan yang tepat untuk menghilangkannya. PDAM Kota Surabaya memiliki beberapa Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM). Teknologi pengolahan yang digunakan masih merupakan teknologi konvensional, yang terdiri atas pra-sedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi. Namun, salah satu IPAM telah menggunakan teknologi lanjut dengan penambahan unit ultrafiltrasi sebagai unit penyediaan air minum di beberapa wilayah pelayanan. Tujuan penelitian adalah untuk: (1) menentukan kadar dan karakteristik MP pada air baku, air efluen setiap unit operasi IPAM, serta air produk; (2) menentukan kemampuan pengolahan MP pada setiap unit operasi IPAM, (3) merekomendasikan jenis teknologi yang sesuai untuk pengolahan MP.

Sampel diambil secara grab setiap 6 jam, dengan pengulangan pada hari yang berbeda. Titik sampel adalah intake air baku, efluen setiap 8 unit operasi IPAM, dan reservoir air produk. Sampel dioksidasi dengan Wet Peroxide Oxigen, untuk selanjutnya dilakukan pengukuran kadar dan karakterisasi jenis MP. Jenis MP ditentukan dengan Fourier Transform Infra Red.

Luaran yang ditargetkan dari penelitian ini adalah 1 publikasi ilmiah pada Jurnal Internasional terindeks Scopus minimum Q2. Penelitian ini relevan dengan road map penelitian Laboratorium Limbah Padat dan B3, Departemen Teknik Lingkungan, FTSPK, ITS dan memiliki Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) 2.

(8)

BAB 2. LATAR BELAKANG 2.1 Latar belakang

Pencemaran mikroplastik (MP) di lingkungan telah diteliti sejak sekitar tahun 1970 (Dehaut et al., 2016). Sejumlah perairan di Indonesia mengandung MP, yang ditemukan dalam air, di antaranya yaitu di Perairan Sumba, Nusa Tenggara Timur sebesar 24,59-44 MPs/m3 (Cordova dan Hernawan, 2018), di Perairan Laut Cilacap sebesar 0,27-0,54

MPs/m3 (Syakti et al., 2017) dan di Sungai Ciwalengke, Majalaya sebesar 0,98 MPs/L

(Alam et al., 2019). Kandungan MP di air Kali Surabaya telah ditemukan pada kadar maksimum 47 partikel/m3 (Wijaya, 2019). Terdapatnya MP di sungai berpotensi untuk menjadi polutan pada air produk PDAM. Kadar pada air produk mencapai 1384 hingga 2040 partikel/L (Pivokonsky et al., 2018; Mintenig et al., 2019). PDAM Kota Surabaya menggunakan Kali Surabaya sebagai sumber air baku. Pengolahan air dilakukan di Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAM) Karangpilang dan Ngagel. Teknologi yang digunakan pada pengolahan air minum PDAM Kota Surabaya merupakan teknologi konvensional, yang terdiri atas pra-sedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi dan desinfeksi (IUWASH, 2017). Namun, terdapat 1 IPAM di Ngagel yang telah menggunakan teknologi lanjut dengan penambahan unit ultrafiltrasi untuk penyediaan air minum.

Air produksi PDAM yang digunakan sebagai konsumsi harus memenuhi persyaratan layak konsumsi, yaitu aman bagi kesehatan manusia (Kementrian Kesehatan, 2010). Semua parameter dalam air minum hasil produksi PDAM wajib memenuhi persyaratan aman bagi kesehatan manusia. Kandungan MP pada air produksi perlu mendapat perhatian serius karena air yang diproduksi oleh IPAM digunakan untuk konsumsi manusia (Eerkes-Medrano et al., 2019). MP yang dikonsumsi oleh manusia memiliki resiko kesehatan dalam jangka panjang (Li et al., 2018). Menurut Scihrinzi et al. (2017), MP jenis polystyrene berukuran 10 µm dapat menyebabkan ketegangan pada otak dan jaringan epitel. Selain itu, potensi serapan polutan organik oleh MP menyebabkan gangguan jaringan pada manusia (Wang et al., 2018a).

Keberadaan polutan MP pada air baku memerlukan rangkaian teknologi pengolahan yang efektif untuk menghilangkannya dalam air produk IPAM (Pivokonsky et al., 2018). Setiap teknologi pengolahan pada tiap unit operasi IPAM memiliki kemampuan yang berbeda dalam removal kandungan MP pada air produk (Novotna et

(9)

(Novotna et al., 2019; Pivokonsky et al., 2018). Penelitian tentang kandungan MP pada air baku, air efluen unit operasi dan air produk PDAM Kota Surabaya penting dilakukan, karena telah terdeteksi kandungan MP di air produk sebesar 30,77 partikel/L (Ariskha dan Trihadiningrum, 2019). Kemampuan setiap unit operasi di PDAM dalam removal MP belum pernah diteliti. Untuk itu penelitian ini penting untuk dilakukan. Informasi yang diperoleh dapat digunakan sebagai dasar evaluasi PDAM untuk menentukan teknologi pengolahan air minum yang lebih sesuai.

2.2 Permasalahan

Rumusan permasalahan penelitian dapat disusun sebagai berikut:

1. Bagaimana kadar dan karakteristik MP pada air baku, air efluen setiap unit operasi IPAM, serta air produk?

2. Bagaimana kemampuan setiap unit operasi IPAM dalam removal MP?

3. Jenis teknologi pengolahan air minum apakah yang sesuai untuk removal MP.

2.3 Tujuan khusus

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah diuraikan, maka tujuan khusus penelitian yang hendak dicapai adalah:

1. Menentukan kadar dan karakteristik MP pada air baku, air efluen setiap unit operasi IPAM, serta air produk.

2. Menentukan kemampuan setiap unit operasi IPAM dalam removal MP.

3. Merekomendasikan jenis teknologi pengolahan air minum yang sesuai untuk removal MP.

2.4 Urgensi penelitian

PDAM Surabaya dan sebagian besar PDAM di Indonesia masih menggunakan teknologi konvensional untuk pengolahan air minum. Teknologi tersebut tidak mampu menghilangkan seluruh polutan MP pada air produk, yang sangat berpotensi menimbulkan gangguan kesehatan. Hingga saat ini belum ada data tentang kemampuan masing-masing unit operasi PDAM dalam menghilangkan MP. Nilai kebaruan penelitian

(10)

ini adalah berupa data informatif tentang kadar, karakteristik dan kemampuan removal MP di setiap unit operasi pengolahan air minum PDAM Kota Surabaya. Hasil penelitian dapat pula menggambarkan kondisi kemampuan PDAM di kota-kota lain pada saat ini, yang menggunakan sumber air baku dari sungai. Oleh karena itu, seluruh PDAM sejenis memerlukan evaluasi guna menentukan teknologi pengolahan air minum yang lebih tepat secepatnya.

Penelitian ini memberikan kontribusi berupa data informatif tentang kemampuan teknologi dalam removal MP pada unit operasi IPAM. Teknologi pengolahan air minum dalam unit operasi IPAM dalam penelitian ini juga digunakan pada unit operasi IPAM di kota besar lain di Indonesia. Data informatif tersebut bermanfaat bagi PDAM untuk menentukan jenis teknologi pengolahan air minum pada IPAM yang sesuai dalam removal MP di air produk PDAM.

(11)

Data informatif tentang kadar, karakteristik dan kemampuan removal MP di setiap unit operasi pengolahan air minum PDAM merupakan informasi dasar yang bermanfaat bagi PDAM. Informasi tersebut dapat digunakan untuk menentukan jenis teknologi yang sesuai dalam removal MP pada air produk. Data tentang kemampuan masing-masing unit operasi PDAM dalam menghilangkan MP hingga saat ini belum ada. Penelitian ini menghasilkan data informatif tersebut, yang merupakan nilai kebaruan penelitian ini.

3.2 Peta jalan penelitian

Pengolahan air baku di PDAM memerlukan teknologi yang tepat dalam removal MP di air produk. Hal ini merupakan salah satu upaya pengelolaan pencemaran.MP. Adapun peta jalan penelitian di bidang pencemaran MP oleh peneliti baru dilakukan mulai tahun 2018. Berikut ini adalah peta jalan tersebut:

Tahun Nama Penelitian TKT

2018 Identifikasi, distribusi, dan karakterisasi terhadap jumlah, jenis, ukuran, serta karakteristik mikro dan makro plastik di Kali Surabaya

1

2019 Identifikasi, karakterisasi mikroplastik di biota akuatik

spesifik yaitu ikan, bivalvia, dan gastropoda

1

2020 Degradasi rantai polimer pada ampel makro dan mikro plastik 1

2020 (Penelitian ini)

Pencemaran MP pada air baku dan air produk PDAM dan kemampuan removal dalam proses pengolahan air minum

2

Penelitian ini merupakan Penelitian Laboratorium yang sesuai dengan lingkup riset pada Pusat Penelitian Infrastruktur dan Lingkungan Berkelanjutan, ITS, pada topik penelitian pengendalian pencemaran, yang ditunjukkan pada Gambar 3.1. Selain itu, Penelitian ini relevan dengan peta jalan topik penelitian Laboratorium Limbah Padat dan B3 di Departemen Teknik Lingkungan FTSPK-ITS, pada topik karakterisasi sampah dan dampaknya bagi kesehatan lingkungan, dengan Tingkat Kesiapterapan Teknologi (TKT) 2 (Gambar 3.2).

(12)
(13)

Gambar 3.1 Peta jalan topik penelitian Pusat Penelitian Infrastruktur dan Lingkungan Berkelanjutan, ITS

(14)

PENGELOLAAN SAMPAH

PENGELOLAAN LIMBAH B3

Gambar 3.2 Peta jalan topik penelitian Laboratorium Limbah Padat dan B3, Departemen Teknik Lingkungan, ITS

LIMBAH B3 Karakterisasi sampah dan dampaknya terhadap kesehatan lingkungan

(15)

14 3.3 Mikroplastik

Peningkatan pemakaian plastik, yang disebabkan oleh sifatnya yang ringan dan tahan lama (Nor dan Obbard, 2014), menimbulkan peningkatan komposisi sampah plastik. Persentase sampah plastik yang terdapat dalam timbulan sampah di dunia adalah 16% (Muenmee et al., 2015), sedangkan di Indonesia mencapai 14% (Lestari dan Trihadiningrum, 2019). Pengelolaan sampah plastik yang tidak baik, berpotensi terhadap munculnya polutan partikel plastik yang berukuran lebih kecil di lingkungan (Crawford dan Quinn, 2017).

Degradasi sampah plastik melalui proses fisik/mekanis, kimia dan biologi menghasilkan berbagai ukuran diameter partikel plastik yang lebih kecil (Browne et al., 2007). Berdasarkan ukuran diameter partikelnya, klasifikasi partikel plastik disajikan dalam Tabel 3.1. MP merupakan partikel plastik yang berdiameter <5 mm (Barnes et al., 2009; Crawford dan Quinn, 2017; Hidalgo-Ruz et al., 2012).

Tabel 3.1 Klasifikasi partikel plastik berdasarkan ukuran

Klasifikasi Ukuran diameter

Makroplastik (MaP) ≥25 mm

Mesoplastik (MEP) <25 mm–5 mm

Mikroplastik (MP) <5 mm–1 µm

Nanoplastik (NP) <1 µm

Sumber: Crawford dan Quinn, 2017

Berdasarkan sumbernya, MP dibedakan menjadi MP primer dan MP sekunder (Andrady, 2011; Yona et al., 2019). MP primer adalah plastik yang diproduksi oleh industri dengan ukuran <5 mm, sedangkan MP sekunder merupakan fragmentasi partikel plastik yang berdiameter lebih besar (Eerkes-Medrano et al., 2015; Zhu et al., 2018; Zobkov dan Esiukova, 2017). MP primer banyak ditemukan pada produk-produk perawatan pribadi, kosmetik, pasta gigi (Andrady, 2011; Browne et al., 2011; Wang et al., 2016), media pembersih, obat-obatan (Patel et al., 2009) dan bahan baku industri (Hidalgo-Ruz et al., 2012). Fragmentasi sampah plastik yang berukuran lebih besar menjadi MP sekunder terjadi melalui proses fisik/mekanis, kimia, biologi dan paparan

(16)

15

ultraviolet (Andrady, 2011; Artham, 2009). Munculnya MP sebagai hasil degradasi sampah plastik merupakan polutan baru yang potensial berbahaya bagi manusia serta mencemari lingkungan daratan maupun perairan (Cole et al., 2011; Sun et al., 2015).

Bentuk MP yang umumnya ditemukan di lingkungan adalah serat (lurus dan tipis), pelet (keras dan bulat), fragmen (serpihan bergerigi), foam (ringan, seperti busa), dan film (bidang tipis) (Di dan Wang, 2018; Hidalgo-Ruz et al., 2012; Tsang et al., 2017). Serat merupakan bentuk MP yang dominan ada di lingkungan (Di et al., 2019; Wang et al., 2017, 2018b). Pemakaian bahan dan alat memancing (Cole et al., 2018; Wang et al., 2018b), limpasan daerah perkotaan dan kegiatan irigasi (Browne et al., 2011; Dris et al., 2016; Wang et al., 2017), menghasilkan MP berbentuk serat. Fragmen di lingkungan berasal dari bahan plastik yang berukuran lebih besar, misalnya produk pembersih, kemasan untuk pengepakan (Wang et al., 2018b). Pelet dalam MP dihasilkan dari sisa bahan baku kegiatan industri, bahan toiletris, sabun dan pembersih muka (Fendall dan Sewel, 2009), sedangkan foam dari kemasan pengepakan dan tas plastik (Nor dan Obbard, 2014; Wang et al., 2018b)

Jenis polimer MP yang umumnya berada di lingkungan adalah polistiren (PS), polipropilen (PP), polietilen (PE), polietilen-tetraphalat (PET), polivinil klorida (PVC), Poliamida (PA), Akrilonitril Butadien Stiren (ABS) (Koelmans et al., 2018). Pada beberapa penelitian terdahulu, kandungan PE dan PP dominan ditemukan dalam komposisi MP di lingkungan, terutama di perairan (Koelmans et al., 2018; Manalu et al., 2017; Novotna et al., 2019). Material PE dan PP umumnya dihasilkan dari produk kemasan, mainan, peralatan rumah tangga, tas plastik, sedangkan PP berasal dari kemasan makan, pipa dan onderdil kendaraan (Plastic Europe, 2017).

Warna MP dikategorikan menjadi menjadi enam kategori yaitu: biru, hitam, kuning, transparan, putih dan merah (Peng et al., 2017). Warna biru mendominasi warna MP yang ditemukan di lingkungan, diikuti warna transparan (Di et al., 2019). Kategori biru mencakup warna biru, biru tua, biru muda, hijau tua dan hijau muda (Peng et al., 2017). Warna biru dalam MP diduga berasal dari pemakaian bahan pewarna pada pakaian dan kemasan (Wang et al., 2017), sedangkan MP warna transparan berasal dari aktivitas perikanan (Stolte et al., 2015)

(17)

16 3.4 Kelimpahan mikroplastik di lingkungan

Keberadaan MP sebagai polutan baru telah tersebar di seluruh dunia (de Souza Machado et al., 2018; Zhu et al., 2018). Kelimpahan MP telah ditemukan di beberapa lingkungan yang berbeda (Auta et al., 2017; Eerkes-Medrano et al., 2015; Van Couwenberghe et al., 2013), seperti di perairan permukaan (Li et al., 2018), estuari (Peng et al., 2017), pantai (Zhao et al., 2018), laut (Barnes et al., 2009; Hidalgo-Ruz et al., 2012; Nor dan Obbard, 2014; Van Couwenberghe et al., 2013) dan bahkan daerah kutub (Barnes, et al., 2009; Obbard et al., 2014). Keberadaan MP di lingkungan perairan ditemukan pada sedimen di permukaan maupun di dasar perairan serta pada air, tergantung dengan ukuran massa jenis MP (Barnes, et al., 2009; Kowalsky, et al., 2016). Beberapa penelitian mengenai kelimpahan MP di Indonesia telah dilakukan (Lestari dan Trihadiningrum, 2019), dan terdapat kandungan MP di beberapa tempat, seperti disajikan dalam Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Kandungan MP pada beberapa wilayah di Indonesia

Wilayah Sedimen/Air Kandungan MP Satuan Referensi

Sumatera Utara Sedimen 64-173,33 MPs/kg

sedimen kering

Bangun et al. (2019)

Kalimantan Timur Sedimen 69,3-90,12 MPs/kg

sedimen kering Dewi et al. (2019) Estuari Wonorejo Surabaya Sedimen 414-590 MPs/kg sedimen kering Firdaus et al. (2019)

Pantai Jakarta Sedimen 18.405-38.790 MPs/kg

sedimen kering

Manalu et al. (2017) Sungai Ciwalengke

Majalaya

Air 0,98 MPs/L Alam et al.

(2019)

Perairan Sumba,

Nusa Tenggara

Timur

Air 24,59-44 MPs/m3 Cordova dan

Hernawan (2018)

Perairan Laut

Cilacap

Air 0,27-0,54 MPs/m3 Syakti et al.

(2017)

Kehadiran MP pada sungai, kanal air dan reservoar menimbulkan potensi munculnya MP sebagai polutan baru di dalam unit-unit operasi IPAM dan air minum (Novotna et al., 2019). Beberapa penelitian terdahulu telah mendeteksi keberadaan MP dalam air baku unit operasi IPAM pada beberapa wilayah di dunia (Pivokonsky et al.,

(18)

17

2018; Mintenig et al., 2019). Kandungan MP dalam air baku pada beberapa unit operasi IPAM di dunia yang telah diteliti dapat dilihat dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kandungan MP dalam air baku pada unit operasi IPAM di di dunia

Sumber air baku Kandungan

MP (MPs/L)

Distribusi ukuran MP (%) Referensi

<10 (µm) 10-100 (µm) >100 (µm) Sungai untuk IPAM di

Republik Czech 3123-4464 82 17 8 Pivokonsky et al. (2018) Reservoar untuk IPAM I di Republik Czech 1384-1575 86 13 1 Pivokonsky et al. (2018) Reservoar untuk IPAM II di Republik Czech 1648-2040 92 8 0 Pivokonsky et al. (2018) Air tanah untuk IPAM

Nethen, Holdorf, Drossenkneten, Sandelenmoens, Thuelsielde di Jerman <1 - 100 - Mintenig et al. (2019)

3.5 Interaksi mikroplastik dengan polutan organik hidrofobik

Keberadaan MP di lingkungan perairan berpotensi sebagai vektor pembawa polutan kimia yang berbahaya (Crawford dan Quinn, 2017). Beberapa jenis polutan kimia pada lingkungan merupakan senyawa yang persisten, karena sulit untuk diuraikan (US EPA, 2014). Jenis polutan ini disebut sebagai Persistent Organic Pollutant (POP). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa MP di lingkungan perairan telah terkontaminasi oleh POPs melalui mekanisme adsorpsi dan absorpsi (Mato et al., 2001; Rios et al., 2007). Hal ini menjadi permasalahan serius, karena MP memiliki kemampuan untuk terdistribusi pada lingkungan lain dan berpotensi untuk tertelan oleh biota dalam suatu lingkungan. POPs dalam MP yang tertelan biota berpotensi untuk terakumulasi dalam tubuh biota dan dapat masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan (Crawford dan Quinn, 2017).

Adsorpsi merupakan mekanisme penyerapan suatu material (adsorbat) yang berada dalam cairan atau gas oleh media penyerap (adsorben) pada permukaan adsorben (Reynold dan Richard, 1982). Proses adsorpsi menghasilkan lapisan tunggal (monolayer) maupun lapisan jamak (multilayer) pada adsorben. Pada mekanisme adsorpsi POPs oleh

(19)

18

MP, POPs merupakan adsorbat dan MP merupakan adsorben dan lingkungan perairan merupakan larutan. Proses kontaminasi MP oleh POPs yang berada dalam lingkungan perairan melalui adsorpsi dipengaruhi oleh karakteristik fisik kimia dari MP sebagai adsorben (Apul dan Karanfil, 2015). Proses adsorpsi POPs oleh MP ditunjukkan dalam Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Proses adsorpsi POPs oleh MP Sumber: Crawford dan Quinn, 2017

Proses adsorpsi POPs oleh MP pada lingkungan perairan merupakan proses transfer massa POPs secara fisik ke dalam permukaan MP. Aliran air yang mengandung partikel koloid MP yang tersuspensi, berfungsi sebagai pengadukan yang mempengaruhi proses adsorpsi POPs oleh MP. Luas permukaan MP sebagai adsorben juga mempengaruhi besarnya POPs yang mengkontaminasi MP. Semakin kecil ukuran partikel MP, maka semakin besar luas permukaannya, sehingga potensi terkontaminasi oleh POPs semakin besar (Crawford dan Quinn, 2017; Velzeboer et al., 2014). MP yang berada di lingkungan dalam jangka panjang mengalami proses pelapukan, sehingga memperkecil ukuran MP (Andrady, 2015). Hal ini menyebabkan MP memiliki luas permukaan yang semakin besar, sehingga meningkatkan kemampuan adsorpsinya terhadap POP (Teuten et al., 2007).

(20)

19

Selain melalui proses adsorpsi, kontaminasi POPs pada MP dapat terjadi melalui proses absorpsi, dimana pada absorpsi terjadi mekanisme penyerapan secara menyeluruh. Penyerapan POPs oleh MP terjadi tidak hanya pada permukaan MP, tetapi menyeluruh sampai ke bagian dalam partikel MP. Mekanisme absorpsi POPs oleh MP ditunjukkan pada Gambar 3.4.

Gambar 3.4 Proses absorpsi POPs oleh MP Sumber: Crawford dan Quinn, 2017

Mekanisme adsorpsi maupun absorpsi POPs ke dalam MP di perairan dipengaruhi oleh sifat densitas MP. MP yang memiliki densitas lebih rendah daripada air ditemukan mengapung di permukaan air, dan potensi kontaminasi oleh POPs terjadi melalui deposisi polutan dari atmosfer (Rios et al., 2010). Penelitian yang dilakukan oleh Fries dan Zarfl (2012) menunjukkan bahwa MP jenis PE dengan densitas yang berbeda memiliki kecepatan dan daya adsorpsi maupun absorpsi yang berbeda terhadap PAH. MP jenis Low Density Polyethylene (LDPE) memiliki kecepatan dan daya serap yang lebih tinggi terhadap PAH daripada High Density Polyethylene (HDPE).

3.6 Dampak mikroplastik terhadap biota dan manusia

POPs telah mengkontaminasi MP yang berada di lingkungan perairan laut (Koelmans et al., 2013; Rios et al., 2007; Teuten et al., 20017; Velzeboer et al., 2014). Selain itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa terdapat konsentrasi POPs dalam jumlah yang signifikan pada MP di perairan permukaan, seperti di Danau Erie, Amerika

(21)

20

Utara yang terkontaminasi PAH dan Polychlorinated Biphenyl ethers (PCBs) (Driedger at al., 2015). MP pada daerah muara, yang merupakan distribusi dari sungai, terutama pada musim penghujan (Lechner dan Ramler, 2015; Sadri dan Thompson, 2014), cenderung lebih terkontaminasi oleh POPs. Hal ini dikarenakan sebagian besar POPs bersumber dari wilayah daratan (Jones dan Voogt, 1999), dan POPs tersebut masuk ke sungai sebagai badan air penerima kemudian terbawa aliran hingga ke daerah muara (Moore, 2008). Air sungai yang mengalir secara kontinyu menimbulkan turbulensi, sehingga partikel koloid MP mampu menyerap POPs melalui mekanisme adsorpsi (Crawford dan Quinn, 2017). Partikel MP yang berada di wilayah perairan dalam jangka waktu yang lama mengalami pelapukan, sehingga ukurannya menjadi lebih kecil.

Kehadiran MP dengan ukurannya yang kecil berpotensi termakan oleh biota, sehingga memiliki dampak terhadap biota maupun manusia melalui rantai makanan (Browne et al., 2011; Oβmann et al., 2018). Berbagai biota diduga telah memakan MP di perairan (Wright et al., 2013), misalnya lima spesies invertebrata air tawar, satu jenis ikan air tawar, sembilan spesies ikan payau dan satu spesies ikan amphidromus (Imhof et al., 2013). Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Phillips dan Bonner (2015) menemukan sekitar 10% ikan air laut dan 8% ikan air di The Gulf of Meksiko telah mengkonsumsi MP. MP yang terkontaminasi oleh POPs dan termakan oleh biota berpotensi terhadap terjadinya bioakumulasi kontaminan POPs dalam tubuh biota melalui proses desorpsi (Crawford dan Quinn, 2017). Bioakumulasi terbesar terjadi di bagian usus, melalui mekanisme desorpsi yang berlangsung dengan bantuan zat surfaktan usus (Andrady, 2011). Selain itu, POPs lipofilik dalam MP yang tertelan biota dapat terlarut dalam lemak dan lipid dalam tubuh biota serta dapat berdifusi ke dalam jaringan tubuh biota. Distribusi MP yang terkontaminasi POPs ke dalam tubuh manusia dapat terjadi melalui rantai makanan (Browne et al., 2011). Mekanisme distribusi POPs dalam MP ke tubuh manusia melalui rantai makanan ditunjukkan dalam Gambar 3.5.

(22)

21

Gambar 3.5 Mekanisme distribusi POPs dalam MP melalui rantai makanan Sumber: Crawford dan Quinn, 2017

Efek toksik terhadap sistem biologis biota dan manusia dari MP yang terkonsumsi berasal dari sifat fisik partikel MP maupun dari kontaminan POPs dalam MP (Crawford dan Quinn, 2017). Partikel MP yang berukuran kecil mampu mengakibatkan beberapa kerusakan pada biota, seperti abrasi sistem gastro-intestinal (Wright et al., 2013), translokasi ke dalam jaringan (Browne, et al., 2008), kerusakan jaringan reproduksi (Wang et al., 2019). Pada biota mussels yang mengkonsumsi MP jenis HDPE terbentuk granulosit pada kelenjar pencernakan dan terjadi destabilisasi pada membran lisosomal (Crawford dan Quinn, 2017). Kontaminan PAH pada MP jenis PE, PP dan PS yang terdesorpsi pada mussels bersifat neurotoksik, serta berpengaruh terhadap Deoxyribonucleic Acid (DNA) mussels (Avio, et al., 2015). Selain pada mussels, MP juga

Makroplastik terpapar sinar matahari dan mengalami degradasi mekanis menjadi MP

Manusia terpapar kontaminan kimia dalam MP dengan memakan organisme yang menelan MP yang terkontaminasi Biomagnifikasi MP dapat terkontaminasi polutan kimia (POPs) Bioakumulasi Sorpsi MP Organisme memakan MP terkontaminasi

(23)

22

memberikan efek toksik pada Daphnia magna. Partikel HDPE berukuran 1 µm memberikan efek kematian 50% Daphnia magna pada kadar 57,43 mg/L dengan waktu paparan 96 jam (Rehse et al., 2016). Pada biota medaka laut (Oryzias melastigma), paparan MP jenis PS dengan kadar 2 µm/L, 20 µm/L dan 200 µm/L menyebabkan kerusakan jaringan dan gangguan reproduksi (Wang et al., 2019). Akumulasi MP pada ikan zebra menimbulkan luka pada usus dan menyebabkan ketidakseimbangan jumlah mikroorganisme pencernakan pada ikan zebra (Qiao et al., 2019)

Partikel MP dapat terkonsumsi oleh manusia melalui rantai makanan, dan memberikan efek terhadap sistem dalam tubuh manusia akibat sifat fisik MP maupun kontaminan pada MP. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hwang et al. (2019), MP jenis PP yang berukuran < 20 µm dapat meningkatkan produksi sitokin dari sel imun pada tubuh manusia. Selain itu, partikel MP dalam tubuh manusia juga menyebabkan gangguan hati, vakuolasi lemak, nekrosis sel tunggal dan pembentukan tumor (Rochman et al., 2013), serta kerusakan jaringan epitel dan otak (Schirinzi et al., 2017). Beberapa jenis bahan aditif yang ditambahkan pada plastik saat proses produksi bersifat toksik dan menyebabkan iritasi pada sistem pernapasan. Selain itu bahan aditif tersebut bersifat mutagen, yaitu mampu mengubah materi genetik yang berpotensi terhadap munculnya penyakit (Phillips et al., 2015). Selain sifat fisik MP, PAH sebagai kontaminan dalam MP, dapat mempengaruhi kesehatan manusia. PAH dapat bereaksi dengan DNA manusia, bersifat toksik dan karsinogenik (Crawford dan Quinn, 2017).

3.7 Unit Operasi IPAM di PDAM Surya Sembada

PDAM Kota Surabaya memiliki 6 IPAM, yang meliputi IPAM Karangpilang I, II dan III, serta IPAM Ngagel I, II dan III. Teknologi yang digunakan pada IPAM Karangpilang I, II dan III serta IPAM Ngagel I, II, III merupakan teknologi konvensional. Namun pada IPAM Ngagel III terdapat penambahan teknologi lanjut dengan ultrafiltasi untuk unit operasi pada Zona Air Minum Prima (ZAMP). ZAMP ini menghasilkan air produksi berupa air minum. Jenis teknologi konvensional yang digunakan pada unit operasi IPAM PDAM Kota Surabaya adalah penangkap air baku (intake), aerasi, prasedimentasi, koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi serta reservoir dan desinfeksi. Skema teknologi tersebut dituangkan dalam Gambar 3.6.

(24)

23

Gambar 3.6 Skema unit operasi IPAM PDAM Kota Surabaya Sumber: PDAM Kota Surabaya, 2018

Air baku dari sungai masuk melalui intake dan mengalami penyaringan dengan bar screen, kemudian menuju sumur pengumpul. Sumur pengumpul berfungsi sebagai ekualisasi. Air dari sumur pengumpul dipompa dengan pompa intake menuju unit aerator masing-masing IPAM. Pada unit aerator, terjadi proses aerasi, yang berfungsi untuk mentransfer oksigen dan meningkatkan oksigen terlarut di dalam air agar mampu mencegah terjadinya proses anaerobik pada unit selanjutnya. Unit prasedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel diskrit pada air baku seperti kerikil, pasir, dan partikel yang cukup kasar tanpa penambahan bahan kimia. Pada IPAM, unit prasedimentasi merupakan pre-treatment agar dapat meningkatkan efisiensi pada unit-unit selanjutnya. Proses koagulasi merupakan penambahan bahan kimia sebagai koagulan dengan pengadukan cepat. Pengadukan cepat bertujuan untuk menghasilkan turbulensi air agar mampu mendispersikan koagulan ke dalam air, sehingga membentuk inti flok. Unit operasi selanjutnya adalah flokulasi yang merupakan pengadukan lambat. Pada unit flokulasi terjadi pengabungan inti flok sehingga menjadi besar yang kemudian akan mengendap pada unit sedimentasi. Air efluen dari unit sedimentasi kemudian menuju unit filtrasi, yang bertujuan untuk menghilangkan partikel yang tersuspensi dan koloid dengan penyaringan menggunakan media filter.

Teknologi pengolahan air minum sebagaimana dijelaskan di atas masih tergolong konvensional, dan belum diketahui kemampuannya untuk removal polutan MP.

Pompa intake Prasedimentasi

Koagulasi Sedimentasi Filtrasi Reservoir dan Desinfeksi Intake Sumur pengumpul Aerator Flokulasi

(25)

24 BAB 4. METODE PENELITIAN

4.1 Lokasi penelitian

Penelitian ini dimulai dengan pra-survei di IPAM Karangpilang dan Ngagel, untuk menentukan titik pengambilan sampel. Sampel air akan diambil pada masing-masing IPAM guna menghasilkan rekomendasi jenis unit operasi yang sesuai dalam mengolah MP. Analisis sampel berupa ekstraksi dan pengamatan mikroskopik dilakukan di Laboratorium Pengelolaan Limbah Padat dan B3, Departemen Teknik Lingkungan, ITS. Sedangkan analisis FTIR dilakukan di Laboratorium Karakterisasi Material, Departemen Teknik Material dan Metalurgi, ITS.

4.2 Alat dan bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol kaca 5 L, pemberat, stiker label, flow meter, pHmeter, termometer, storage cool box suhu 4 oC, ice gel, sarung tangan, turbidimeter, burner, beaker glass, gelas ukur, neraca analitis, pipa volumetrik dan propipet, labu ukur, membran filter PTFE diameter 0,2 µm, filter vakum, pompa vakum, mikroskop dissecting stereo, pinset, alumunium foil, FTIR spektrofotometer, disposable cawan petri. Wadah sampel menggunakan material non plastik untuk menghindari kontaminasi sampel oleh plastik dari alat.

Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah etanol 70%, hidrogen peroksida (H2O2) 30%, fenton, sodium hexametafosfat 5%, NaCl, akuades. Bahan-bahan tersebut

digunakan untuk proses Wet Peroxide Oxidation yang bertujuan untuk mengoksidasi kontaminan bahan organik yang mengkontaminasi partikel MP.

(26)

4.3 Diagram alir tahapan penelitian

Penelitian ini direncanakan dengan tahapan penelitian sebagai berikut:

Gambar 4.1 Diagram alir tahapan penelitian

Persiapan alat dan bahan

Persiapan alat - Botol kaca 5 L, - Pemberat sampling, - Flow meter, - pHmeter, - termometer,

- Storage cooling box suhu 4oC, - Ice gel, - Sarung tangan, - Burner, - Beaker glass - Gelas ukur, - Neraca analitis,

- Pipa volumetrik dan propipet, - Labu ukur,

- Membran filter PTFE diameter 0,2 µm, - Filter vakum,

- Pompa vakum,

- Mikroskop dissecting stereo, - Pinset,

- Alumunium foil, - FTIR Spektrofotometer, - Disposable cawan petri.

Persiapan bahan - Etanol 70%, - Hidrogen peroksida 30%, - Fenton, - Sodium hexametafosfat, - Natrium klorida - Akuades.

Analisis sampel di laboratorium a. Ekstraksi sampel

b. Pengamatan mikroskopik (kadar, ukuran, bentuk). c. Analisis (jenis / komposisi MP) dengan FTIR.

Analisis data dan pembahasan Pengambilan sampel

a. Sampling dilakukan pada IPAM Karangpilang dan Ngagel PDAM Surya Sembada Surabaya b. Titik sampling adalah pada sumber air baku (intake), outlet setiap unit operasi, air produksi

(reservoir).

(27)

IPAM, serta reservoir air produk pada IPAM Karangpilang dan Ngagel (Gambar 4.2). Pengambilan sampel dilaksanakan dengan waktu pengambilan selama 2 hari untuk masing-masing IPAM. Sampel diambil secara periodik setiap 6 jam pada masing-masing hari. Waktu pengambilan sampel dimulai pada pagi hari, pukul 06.00 WIB. Pengambilan sampel dilakukan secara sesaat (grab sampling). Sampel diambil sebanyak 5 L menggunakan botol kaca dengan pemberat. Botol kaca digunakan untuk menghindari kontaminasi plastik dari wadah sampel terhadap sampel yang diambil. Sebelum digunakan pengambilan sampel, botol kaca dicuci dengan akuades dan dibilas dengan larutan etanol 70%. Seluruh sampel disimpan pada storage cooling box pada suhu 4oC menggunakan ice gel. Pengukuran lapangan dilakukan terhadap parameter debit, pH dan suhu pada setiap titik sampling.

Gambar 4.2 Lokasi titik sampling

4.5 Analisis sampel di laboratorium

Analisis sampel dilakukan di laboratorium dengan tahapan ekstraksi sampel, pengamatan mikroskopik dan analisis FTIR.

Pompa intake Prasedimentasi Koagulasi Sedimentasi Filtrasi Reservoir dan Desinfeksi Intake Sumur pengumpul Aerator Flokulasi 1 2 3 4 5 6 7 8 Keterangan: Titik sampling

(28)

4.5.1 Ekstraksi sampel

Proses ekstraksi MP pada sampel air dilakukan dengan metode Wet Peroxide Oxidation (WPO). Fenton dan hidrogen peroksida (H2O2) 30%, masing-masing sebanyak

20 mL ditambahkan pada sampel air untuk menghilangkan kontaminan bahan organik dari sampel air. Setelah itu, sampel dipanaskan menggunakan burner pada suhu maksimal 70 oC sampai bahan organik dalam sampel air hilang (bening). Sampel yang sudah

dipanaskan tersebut didiamkan pada ruang asam beberapa menit sebelum dilakukan filtrasi menggunakan filter vakum dan dengan bantuan pompa vakum. Media filtrasi yang digunakan untuk menyaring MP dalam sampel air adalah membran filter PTFE, Merck Millipore, USA, berukuran pori 0,2 μm dan berdiameter 47 mm. Larutan etanol 70% diberikan pada filter membran PTFE sebelum dilakukan penyaringan sampel. Filtrat yang tersaring pada filter membran PTFE kemudian dikeringkan selama 30 menit dan disimpan pada disposable cawan petri dalam kondisi tertutup.

4.5.2 Pengamatan mikroskopik

Pengamatan mikroskopik dilakukan terhadap filtrat pada membran filter PTFE, dengan tujuan untuk menentukan kadar dan bentuk partikel MP. Jenis mikroskop yang digunakan adalah dissecting microscope dengan perbesaran 40x. Kaca preparat yang digunakan berukuran 5,6 mm hingga 0,1 mm. Setelah itu, partikel MP yang terdeteksi dipindahkan ke kaca preparat menggunakan pinset untuk menentukan ukuran partikel MP. Setelah pengamatan menggunakan dissecting microscope dan kaca preparat selesai, partikel MP yang terdeteksi dipindahkan ke wadah tertentu untuk disimpan. Selanjutnya partikel MP yang disimpan tersebut dilakukan analisis FTIR untuk menentukan jenis partikel MP.

4.5.3 Analisis FTIR

Jenis / komposisi dari partikel MP yang terdeteksi dianalisis menggunakan FTIR. Tujuan analisis FTIR adalah untuk mendapatkan jenis dari partikel MP yang terdeteksi, sehingga dapat ditentukan komposisinya. Analisis jenis partikel MP dalam penelitian ini menggunakan FTIR Thermo Scientific Nicolet iN 10.

(29)

karakteristik, serta kemampuan removal partikel MP pada setiap teknologi unit operasi di IPAM Karangpilang dan Ngagel. Hasil analisis data MP dibahas lebih lanjut untuk menjawab rumusan masalah penelitian. Pembahasan akan dilakukan berdasarkan variasi rangkaian jenis teknologi pada unit operasi IPAM. Lingkup pembahasan mencakup perbandingan kadar, ukuran, bentuk dan jenis / komposisi dari MP, serta efisiensi removal MP dan faktor – faktor yang mempengaruhi teknologi konvensional maupun teknologi lanjut ultrafiltrasi. Efisiensi removal partikel MP ditentukan dengan persamaan berikut:

Efisiensi 𝑟𝑒𝑚𝑜𝑣𝑎𝑙 =kadar MP awal −kadar MP akhir

kadar MP awal x 100% (1)

4.7 Kesimpulan dan saran

Kesimpulan dibuat berdasarkan hasil analisis dan merupakan jawaban dari tujuan penelitian. Selain itu, kesimpulan memberikan rekomendasi teknologi dalam pengolahan air minum di PDAM yang sesuai untuk removal partikel MP. Saran dibuat sebagai evaluasi yang menjadikan gap terkait penelitian tentang MP pada unit IPAM, sehingga dapat dilakukan penelitian selanjutnya.

(30)

BAB 5. JADWAL DAN RANCANGAN ANGGARAN BIAYA 5.1 Jadwal

Jadwal pelaksanaan penelitian dapat dilihat dalam Tabel 5.1 Tabel 5.1. Jadwal penelitian

No Kegiatan Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Studi literatur

2 Perijinan dan survei lokasi di IPAM 3 Persiapan alat dan bahan

4 Pengambilan sampel air 5 Ekstraksi MP dalam sampel air

6 Pengamatan mikroskopis MP (identifikasi kadar, ukuran dan bentuk MP)

7 Analisis FTIR

8 Submit artikel ilmiah pada jurnal Internasional dan seminar

9 Penyusunan Laporan Kemajuan dan Laporan Akhir Penelitian Pascasarjana

(31)

justifikasi rencana anggaran penelitian dapat dilihat dalam Tabel 5.3.

Tabel 5.2. Rencana anggaran biaya penelitian

No Jenis pengeluaran Rencana anggaran biaya (Rp)

1 Honorarium, untuk tenaga surveyor, tenaga

sampling, tenaga analisis laboratorium.

Rp 6.800.000,00

2 Pembelian bahan habis pakai dan peralatan

penunjang, untuk ATK, fotocopy, surat menyurat, penyusunan laporan, cetak, penjilidan laporan, publikasi, bahan laboratorium, peralatan penunjang.

Rp 27.390.000,00

3 Perjalanan, untuk biaya survei lapangan, sampling,

seminar termasuk akomodasi-konsumsi seminar, transportasi.

-

4 Lain-lain, untuk analisis laboratorium, pendaftaran

seminar, penulisan dan publikasi artikel ilmiah di jurnal Internasional.

Rp 15.800.000,00

(32)

Tabel 5.3. Justifikasi rencana anggaran biaya penelitian HONORARIUM Komponen Honor/hari/orang (Rp) Waktu (hari/minggu) Minggu Jumlah orang Honorarium (Rp) Tenaga survei 50.000 2 1 2 200.000 Tenaga sampling 50.000 3 6 2 1.800.000 Tenaga analisis 50.000 4 12 2 4.800.000 Jumlah 6.800.000

PEMBELIAN BAHAN HABIS PAKAI DAN PERALATAN PENUNJANG

Nama Alat/ Bahan Justifikasi

anggaran Jumlah

Harga satuan

(Rp) Satuan Harga total (Rp)

Cartridge Canon PG-40 Pelaporan 1 250.000 buah 250.000 Tinta printer isi ulang Pelaporan 1 30.000 buah 30.000

Kertas A4 Pelaporan 3 40.000 rim 120.000

Penjilidan laporan Pelaporan 10 10.000 buah 100.000

Pemberat sampling Sampling 3 100.000 buah 300.000

Termometer Pengukuran sampel 1 20.000 buah 20.000

Styrofoam cooling box 70 L Penyimpanan sampel 12 60.000 buah

720.000

Ice gel Penyimpanan sampel 24 20.000 buah 480.000

Sarung tangan Sampling, analisis laboratorium

1 100.000 pack 100.000

Beaker glass 2 L Analisis laboratorium 1 200.000 buah 200.000

Membran filter PTFE 0,2 mikron, diameter 47 mm

Ekstraksi MP 5 2.250.000 pack 11.250.000

Glass vacuum filter Ekstraksi MP 1 2.500.000 buah 2.500.000

Oxford Dissecting

Stereomicroscope DSM040 Identifikasi MP 1 7.190.000 buah 7.190.000

Alumunium foil Cover vaccum filter 2 15.000 gulung 30.000

Stiker label Sampling, analisis laboratorium

20 5.000 paket 100.000

Pinset anatomi 14 cm

stainless Identifikasi MP 3 10.000 buah 30.000

Disposable cawan petri Sampling 1 1.150.000 box 1.150.000

H2O2 30% (AR)Merck Wet Peroxyde

Oxydation 2,5 1.040.000 L 2.600.000 Sodium hexametafosfat 5% Ekstraksi MP 1 220.000 L 220.000 Jumlah 27.390.000 PERJALANAN Komponen Justifikasi anggaran Jumlah Harga satuan

(Rp) Satuan Harga total (Rp)

(33)

Komponen Justifikasi

anggaran Jumlah (Rp)

Satuan Harga total (Rp)

Analisis FTIR pada sampel air

Identifikasi jenis MP 256 50.000 sampel MP 12.800.000 Penulisan dan publikasi artikel

ilmiah di jurnal Internasional Artikel ilmiah 1 2.500.000 artikel 3.000.000

Jumlah 15.800.000

(34)

BAB 6 DAFTAR PUSTAKA

Alam, F. C., Sembiring, E., Muntalif, B. S., Suendo, V., 2019. “Microplastic distribution in surface water and sediment river around slum and industrial area (case study: Ciwalengke River, Majalaya district, Indonesia)”. Chemosphere, vol. 224, pp. 637-645.

Alter, H. 2005. “The recovery of plastics from waste with reference to froth flotation”. Resource Conservation and Recycling, vol. 43, pp. 119-132.

Andrady, A. L. 2015. “Plastics and environmental sustainability.” New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Andrady, L., 2011. "Microplastics in the marine environment". Marine Pollution Bulletin, vol. 62, no. 8, pp. 1596-605.

Apul, O. G., Karanfil, T. 2015. “Adsorption of synthetic organic contaminants by carbon nanotubes: a critical review”. Water Research, vol. 68, pp. 34-55.

Artham, T., Doble, M., 2009. "Fouling and degradation of polycarbonate in seawater: Field and lab studies". Journal of Polymer Environment, vol. 17, pp.170-180. Auta, H. S., Emenike, C. U. dan Fauziah, S. H., 2017. "Screening of bacillus strains

isolated from mangrove ecosystems in Peninsular Malaysia for microplastic degradation". Environmental Pollution, vol. 231, pp.1552-1559.

Avio, C. G., Gorbi, S., Milan, M., Benedetti, M., Fattorini, D., d’Errico, G., Pauletto, M., Bargelloni, L., Regoli, F. 2015. “Pollutants bioavailability and toxicological risk from microplastics to marine mussels”. Environmental Pollution, vol. 198. Pp. 211-222.

Bangun, A. P., Wahyuningsih, H., Muhtadi, A., 2018. “Impacts of macro- and microplastic on macrozoobenthos abundance in intertidal zone”. In: IOP Conference Series Earth and Environmental Science. 122. IOP Publishing, pp. 1– 7. https://doi.org/10.1088/1755-1315/122/1/012102. 1.

Barnes, D. K., Galgani, F., Thompson, R. C., et al. 2009. "Accumulation and fragmentation of plastic debris in global environments". Philos Trans R Soc B Biol Sci., vol. 364, no. 1526, pp. 1985–1998.

(35)

sinks". Environ. Sci. Technol., vol. 45, pp. 9175–9179.

Browne, M. A., Dissanayake, A., Galloway, T. S., Lowe, D.M., Thompson, R. C., 2008. “Ingested microscopic plastic translocates to the circulatory system of the mussel, Mytilus edulis (L.)”. Environ. Sci. Technol., vol. 42, no. 13, pp. 5026-5031. https://doi.org/10.1021/es800249a.

Browne, M. A., Galloway, T., Thompson, R., 2007. “Microplasticean emerging contaminant of potential concern”. Integr. Environ. Asses., vol. 3, no. 4, pp. 559-566.

Cole, M., Lindeque, P., Halsband, C., Galloway, T. S., 2011. “Microplastics as contaminants in the marine environment: a review”. Marine Pollution Bulletin, vol. 62, pp. 2588–2597.

Cordova, M. R, Hernawan, U. E, 2018. “Microplastics in Sumba waters, East Nusa Tenggara”. In: IOP Conference Series: Earth and Environmental Science. 162. IOP Publishing, pp. 1–8. https://doi.org/10.1088/1755-1315/162/1/012023. 1.

Claessens, M., Cauwenberghe, L. V., Vandegehuchte, M. B., Janssen, C. R. 2013. “New techniques for the detection of microplastics in sediments and field collected organisms”. Marine Pollution Bulletin, vol. 70, pp. 227–233.

Crawford, C. B., Quinn, B., 2017. “Microplastic Pollutant”. Elsevier.

Desforges, J. P., Galbraith, M., Dangerfield, N., Ross, P. S., 2014. “Widespread distribution of microplastics in subsurface seawater in the NE Pacific Ocean”. Marine Pollution Bulletin, vol. 79, pp. 94–99.

Dewi, I. S., Budiarsa, A. A., Ritonga, I. R., 2015. “Distribution of microplastic at sediment in the Muara Badak subdistrict, Kutai Kartanegara Regency”. Depik, vol. 4, no. 3, pp. 121–131. In Indonesian. 10.13170/depik.4.3.2888.

Dehaut, A., Cassone, A. L., Frère, L., Hermabessiere, L., Himber, C., Rinnert, E., Pont, I. (2016). Microplastics in Seafood: Benchmark Protocol for Their Extraction and Characterization. Environmental Pollution, 215, 223–233.

Di, M., Liu, X., Wang, W., Wang, J., 2019. “Pollution in drinking water source areas: Microplastics in the Danjiangkou Reservoir, China”. Environmental Toxicology and Pharmacology, vol. 65, pp. 82-89

(36)

Di, M., Wang, J., 2018. “Microplastics in surface waters and sediments of the Three Gorges Reservoir, China”. Sci. Total Environ., vol. 616-617, pp. 1620–1627. https://doi.org/10.1016/j.scitotenv.2017.10.150.

Driedger, A. G., Dürr, H. H, Mitchell K, Van Cappellen P. Plastic debris in the Laurentian Great Lakes: a review. Journal of Great Lakes Research 2015;41(1):9–19.

Dris, R., Gasperi, J., Saad, M., Mirande, C., Tassin, B., 2016. Synthetic fibers in atmospheric fallout: A source of microplastics in the environment?”. Marine Pollution Bulletin, vol. 104, pp. 290–293.

Dris, R., Gasperi, J., Rocher, V., Saad, M., Renault, N., Tassin, B., 2015. “Microplastic contamination in an urban area: a case study in Greater Paris”. Environ. Chem., vol. 12, no. 5. https://doi.org/10.1071/EN14167.

Eerkes-Medrano, D., Leslie, H. A., Quinn, B., 2019. "Microplastics in drinking water; A review and assessment”. Environmental Science and Health., vol. 7, pp. 69–75. Eerkes-Medrano, D., Thompson, R.C., Aldridge, D. C., 2015. "Microplastics in

freshwater systems: a review of the emerging threats, identification of knowledge gaps and prioritisation of research needs". Water Research, vol. 75, pp. 63–82. Eriksen, M., Mason, S., Wilson, S., Box, C., Zellers, A., Edwards, W., Farley, H., Amato,

S. 2013. “Microplastic pollution in the surface waters of the Laurentian Great Lakes”. Marine Pollution Bulletin, vol. 77, pp. 177-182.

Fendall, L. S., Sewell, M. A., 2009. “Contributing to marine pollution by washing your face: microplastics in facial cleansers”. Marine Pollution Bulletin. vol. 58, pp. 1225–1228.

Firdaus, M., Trihadiningrum, Y., Lestari, P., 2019. “Microplastic pollution in the sediment of Wonorejo estuary in Surabaya, Indonesia”. In: Presented in the 2nd Conference in Fundamental and Applied Science for Advanced Technology (ConFAST), 21 January 2019, Yogyakarta, Indonesia.

Fries, E., Zarfl, C. 2012. “Sorption of polycyclic aromatic hydrocarbons (PAHs) to low and high density polyethylene (PE)”. Environmental Science and Pollution Research, vol. 19, pp. 1296-1304.

Hidalgo-Ruz, V., Gutow, L., Thompson, R. C. 2012. "Microplastics in the marine environment: a review of the methods used for identification and quantification". Environmental Science Technology, vol. 46, no. 6, pp. 3060–3075.

(37)

Environment, vol. 684, pp. 657-669.

Imhof, H. K., Ivleva, N. P., Schmid, J., Niessner, R., Laforsch, C. 2013. "Contamination of beach sediments of a subalpine lake with microplastic particles". Current Biology, vol. 23, no. 19, pp. 867 - 868.

IUWASH. 2017. “Factsheet of East Java”.

Jones, K. C, Voogt, P. “Persistent organic pollutants (POPs): state of the science”. 1999. Environmental Pollution, vol. 100, pp. 209-221.

Kementrian Kesehatan. 2010. “Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010, tentang Persyaratan Kualitas Air Minum”.

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. 2017. “Laporan Kinerja PDAM 2017”.

Koelmans, A. A., Nor, N. H. M., Hermsen, E., Kooi, M., Mintenig, S. M., de France, J., 2018. “Microplastic in freshwaters and drinking water: Critical review and assessment of data quality”. Water Research, vol. 155, pp. 410-422.

Koelmans, A. A., Besseling, E., Wegner, A., Foekma, E. M. 2013. “Plastic as a carrier of POPs to aquatic organisms: a model analysis”. Environmental Science and Technology, vol. 47, pp. 7812-7820.

Kowalski, N., Reichardt, A. M., Waniek, J.J., 2016. "Sinking rates of microplastics and potential implications of their alteration by physical, biological, and chemical factors”. Marine Pollution Bulletin, vol. 109, no. 1, pp. 310-319.

Law, K. L., Thompson, R. C., 2014. “Oceans. Microplastics in the seas”. Science, vol. 345, pp. 144–145.

Lechner, A., Ramler, D. 2015. “The discharge of certain amounts of industrial microplastic from a production plant into the River Danube is permitted by the Austrian legislation”. Environmental Pollution, vol. 200, pp. 159-160.

Leslie, H. A., Brandsma, S. H., van Velzen, M. J. M., Vethaak, A. D., 2017. “Microplastics enroute: field measurements in the Dutch river delta and Amsterdam canals, wastewater treatment plants, North Sea sediments and biota”. Environ. Int., vol. 101, pp. 133–142. https://doi.org/10.1016/j.envint.2017.01.018.

(38)

Lestari, P., Trihadiningrum, Y., 2019. “The impact of improper solid waste management to plastic pollution in Indonesian coast and marine environment“. Marine Pollution Bulletin, vol. 149.

Li, J., Liu, H., Paul Chen, J., 2018. “Microplastics in freshwater systems: a review on occurrence, environmental effects, and methods for microplastics detection”. Water Research, vol. 137, pp. 362–374.

Ma, B., Xue, W., Hu, C., Liu, H., Qu, J., Li, L. 2019, “Characteristics of microplastic removal via coagulation and ultrafiltration during drinking water treatment”. Chemical Engineering Journal, vol. 359, pp. 159-167.

Manalu, A., Hariyadi, S., Wardiatno, Y. 2017. "Microplastics abundance in coastal sediments of Jakarta Bay, Indonesia". AACL Bioflux, vol. 10, no. 5, pp. 1164 – 1173. Mato, Y., Isobe, T., Takada, H., Kanehiro, H., Ohtake, C., Kaminuma, T. 2001. “Plastic resin pellets as a transport medium for toxic chemicals in the marine environment”. Environmental Science and Technology, vol. 35, pp. 318–24.

Mcdermid, K. J., Mcmullen, T. L. 2004. “Quantitative analysis of small-plastic debris on beaches in the Hawaiian Archipelago”. Marine Pollution Bulletin, vol. 48, pp. 790– 794.

Mintenig, S. M., Ler, M. G. J., Primpke, S., Gerdts, G., 2019. "Low numbers of microplastics detected in drinking water from ground water sources". Science of Total Environment, vol. 648, pp. 631-635.

Moore, C. J., Lattin, G. L., Zellers, A. F. 2011. “Quantity and type of plastic debris flowing from two urban rivers to coastal waters and beaches of Southern California”. Journal of Integrated Coastal Zone Management, vol. 11, pp. 65–73. Moore, C. J. 2008. “Synthetic polymers in the marine environment: a rapidly increasing,

long-term threat”. Environmental Research, vol. 108, pp. 131-139.

Muenmee, S, Chiemchaisri, W, Chiemchaisri, C. 2015. “Microbial consortium involving biological methane oxidation in relation to the biodegradation of waste plastics in a solid waste disposal open dump site. International Biodeterioration & Biodegradation, vol. 102 pp. 172–81.

Niam, A. C., You, S. J., Wang, Y. F., Jiang, J. J. 2019. “Plastic debris in sediments from the east coast of Surabaya”. In: The 1st International Conference on Advanced

(39)

Nor, N. H. dan Obbard, J. P. 2014. "Microplastics in Singapore's coastal mangrove ecosystems". Marine Pollution Bulletin, vol. 79, no. 1-2, pp. 278-283.

Novotna, K., Cermakova, L. Pivokonska, L., Cajthaml, T., Pivokonsky, M.. 2019. "Microplastics in drinking water treatment – Current knowledge research needs". Science of Total Environment, vol. 667, pp. 730-740.

Nuelle, M., Dekiff, J. H., Remy, D., Fries, E. 2014. “A new analytical approach for monitoring microplastics in marine sediments”. Environmental Pollution, vol. 184, pp. 161–169.

Obbard, R. W., Sadri, S., Wong, Y. Q., Khitun, A. A., Baker, I., Thompson, R. C., 2014. “Global warming releases microplastic legacy frozen in Arctic Sea ice”. Earths Future, vol. 2, pp.315–320.

Oβmann, B. E., Sarau, G., Holtmannspotter, H., Pischetsrieder, M., Christiansen, S. H., Dicke, W. 2018. “Small-sized microplastics and pigmented particles in bottled mineral water”. Water Research, vol. 141, pp. 307-316.

Patel, M. M., Goyal, B. R., Bhadada, S. V., Bhatt, J. S., Amin, A. F., 2009. “Getting into the brain: approaches to enhance brain drug delivery”. CNS Drugs, vol. 23, no. 1, pp. 35-58.

Peng, G., Zhu, B., Yang, D., Su, L., Shi, H. dan Li, D., 2017. "Microplastics in sediments of the Changjiang Estuary, China". Environmental Pollution, vol. 225, pp.283-290. Phillips, M. B, Bonner, T. H. 2015. “Occurrence and amount of microplastic ingested by fishes in watersheds of the Gulf of Mexico”. Marine Pollution Bulletin, pp. 264-269.

Phuong, N. N, Zalouk-Vergnoux, A., Poirier, L., Kamari, A., Châtel, A., Mouneyrac, C., Lagarde, F. 2016. “Is there any consistency between the microplastics found in the field and those used in laboratory experiments?” Environmental Pollution, vol. 211, pp. 111–123.

Pivokonsky, M., Cermakova, L., Novotna, K., Peer, P., Cajthaml, T., Janda, V., 2018. "Occurrence of microplastics in raw and treated drinking water". Science of Total Environment, pp. 1644–1651.

(40)

Plastic Europe, 2018. Plactics – the facts 2017. An analysis of european plastics production. Demand and Waste Data www.plasticseurope.org.

Qiao, R., Deng, Y., Zhang, S., Wolosker, M. B., Zhu, Q., Rhen, H., Zhang, Y. 2019. “Accumulation of different shapes of microplastics initiates intestinal injury and gut microbiota dysbiosis in the gut of zebrafish”. Chemosphere, vol. 236, pp. 1-12. Rehse, S., Kloas, W., Zarfl, C. 2016. “Short-term exposure with high concentrations of pristine microplastic particles leads to immobilisation of Daphnia magna”. Chemosphere, vol. 153, pp. 91- 99.

Reynold, T. D., Richard, P. A., 1982. “Unit Operation and processes in environmental engineering”. 2-nd ed. P.W.S. Publishing Company.

Rios, L. M., Moore, C., Jones, P. R. 2007. “Persistent organic pollutants carried by synthetic polymers in the ocean environment”. Marine Pollution Bulletin, vol. 54, pp. 1230 – 7.

Rocha-Santos, T, Duarte, A. C. 2015. “A critical overview of the analytical approaches to the occurrence, the fate and the behaviour of microplastics in the environment”. Trends in Analytical Chemistry, vol. 65, pp. 47–53.

Rochman, C. M., Hoh, E., Hentschel, B. T., Kaye, S. 2013. "Longterm field measurements of sorption of organic contaminants to five types of plastic pellets: implications for plastic marine debris". Environmental Science Technology, vol. 47, pp. 1646-1654.

Sadri, S. S., Thompson, R. C. 2014. “On the quantity and composition of floating plastic debris entering and leaving the Tamar Estuary, Southwest England”. Marine Pollution Bulletin, vol. 81, pp. 55-60.

de Souza Machado, A. A., Kloas,W., Zarfl, C., Hempel, S., Rillig, M. C., 2018. “Microplastics as an emerging threat to terrestrial ecosystems”. Global Change Biology, vol. 24, pp. 1405–1416.

Schirinzi, G. F., Pérez-Pomeda, I., Sanchís, J., Rossini, C., Farré, M., Barcelé, D., 2017. "Cytotoxic effects of commonly used nanomaterials and microplastics on cerebral and epithelial human cells". Environmental Research, vol. 159, pp. 579–587. Stolte, A., Forster, S., Gerdts, G., Schubert, H., 2015. “Microplastic concentrations in

beach sediments along the German Baltic coast”. Marine Pollution Bulletin, vol. 99, pp. 216–229.

(41)

https://doi.org/10.1016/j.envpol.2016.06.036.

Sun, L., Zuo, Z., Chen, M., Chen, Y., Wang, C., 2015. “Reproductive and transgenerational toxicities of phenanthrene on female marine medaka (Oryzias

melastigma)”. Aquatic Toxicology, vol. 162, pp. 109-116.

https://doi.org/10.1016/j.aquatox.2015.03.013.

Syakti, A. D., Bouhroum, R., Hidayati, N. V., Koenawan, C. J., Boulkamh, A., Sulistyo, I., Lebarifilier, S., Ahkhlus, A., Doumeneq, P., Chung, P.W., 2017. “Beach macro-litter monitoring and floating microplastic in a coastal area of Indonesia”. Marine

Pollution Bulletin, vol. 122, no. 1–2, pp. 217–225.

https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2017.06.046.

Teuten, E. L., Rowland, S. J., Galloway, T. S., Thompson, R. C. 2007. “Potential for plastics to transport hydrophobic contaminants”. Environmental Science and Technology, vol. 41, pp. 7759-7764.

Tsang, Y. Y., Mak, C. W., Liebich, C., Lam, S. W., Sze, E. T., Chan, K. M., 2017. “Microplastic pollution in the marine waters and sediments of Hong Kong”. Marine Pollution Bulletin, vol. 115, no. 1, pp. 20-28.

US EPA. 2014. “Summary of Expert Discussion Forum on possible human health risks from microplastics in the marine environment”. Marine Pollution Control Branch, pp. 1-31.

Van Cauwenberghe, L., Vanreusel, A., Mees, J., Janssen, C. R., 2013. “Microplastic pollution in deep-sea sediments”. Environmental Pollution, vol. 182, no. 6, pp. 495-499.

Velzeboer, I., Kwadijk, C. J. A. F,, Koelmans, A. A., 2014. “Strong sorption of PCBs to nanoplastics, microplastics, carbon nanotubes, and fullerenes”. Environmental Science and Technology, vol. 48, no.48, pp. 69–76.

Yona, D., Sari, S. H., Iranawati, F., Bachri, S., Ayuningtyas, W. C. 2019. "Microplastics in the surface sediments from the eastern waters of Java Sea, Indonesia". F1000 Research.

(42)

Wang, F., Wong, C. S., Chen, D., Lu, X., Wang, F., Zeng, E. Y., 2018a. "Interaction of toxic chemicals with microplastics: a critical review". Water Research, vol. 139, pp. 208–219.

Wang, J., Li, Y., Lu, L., Zheng, M., Zhang, X., Tian, H., Wang, W., Ru, S., 2019. “Polystiren microplastics cause tissue damage, sex-spesific reproductive disruption and transgenerational effects in marine medaka (Oryzias melastigma)”. Environmental Pollution, vol. 254, pp. 1-10.

Wang, J., Tan, Z., Peng, J., Qiu, Q., Li, M., 2016. “The behaviors of microplastics in the marine environment”. Marine Environmental Research, vol. 113, pp. 7-17.

Wang, W., Yuan, W., Chen, Y., Wang, J., 2018b. “Microplastics in surface waters of Dongting Lake and Hong Lake, China”. Science of Total Environment, vol. 633, pp. 539–545.

Wang, W., Ndungu, A. W., Li, Z., Wang, J., 2017. “Microplastics pollution in inland freshwaters of China: a case study in urban surface waters of Wuhan, China”. Science of Total Environment, vol. 575, pp. 1369–1374.

Wang, Z., Lin, T., Chen, W. 2020. “Occurrence and removal of microplastics in an advanced drinking water treatment plant (ADWTP)”. Science of Total Environment, vol. 700.

Wright, S. L., Thompson, R.C., Galloway, T. S., 2013. “The physical impacts of microplastics on marine organisms: a review”. Environmental Pollution, vol. 178, pp. 483-492. https://doi.org/10.1016/j.envpol.2013.02.031.

Zhang, W., Ma, X., Zhang, Z., Wang, Y., Wang, J., Wang, J., Ma, D. 2015. “Persistent organic pollutants carried on plastic resin pellets from two beaches in China”. Marine Pollution Bulletin, vol. 99, pp. 28–34.

Zhao, J., Ran, W., Teng, J., Liu, Y., Liu, H., Yin, X., Cao, R., Wang, Q., 2018. “Microplastic pollution in sediments from the Bohai Sea and the Yellow Sea. China”. Science of Total Environment, vol. 640-641, pp. 637–645.

Zhao, S., Zhu, L., Li, D., 2015. “Microplastic in three urban estuaries. China”. Environmental Pollution, vol. 206, pp. 597–604.

Zhao, S., Zhu, L.,Wang, T., Li, D., 2014. “Suspended microplastics in the surface water of the Yangtze Estuary System, China: First observations on occurrence, distribution”. Marine Pollution Bulletin, vol. 86, pp. 562–568.

(43)

Total Environment, vol. 636, pp. 20–29

Zobkov, M., Esiukova, E. 2017. "Microplastics in Baltic bottom sediments: Quantification procedures and first results". Marine Pollution Bulletin, vol. 114, no. 2, pp. 724–732.

(44)

BAB 7 LAMPIRAN

Lampiran 1. Biodata tim peneliti 1. Ketua

a. Nama lengkap : Prof. Dr. Yulinah Trihadiningrum, MAppSc

b. NIP / NIDN : 195307061984032004 / 0006075308

c. Fungsional/Pangkat/Golongan : Guru Besar / Pembina utama / IVe

d. Bidang keahlian : Limbah Padat dan Limbah B3

e. Departemen/Fakultas : Teknik Lingkungan/ Fakultas Teknik Sipil,

Perencanaan dan Kebumian

f. Alamat rumah dan No. Telp. : Perum Galaxi Bumi Permai N6/3, Surabaya 031-5926889

g Riwayat penelitian/pengabdian yang paling relevan dengan penelitian yang diusulkan/dilaporkan

g.1 Pengalaman Pengabdian kepada Masyarakat yang relevan dalam 5 tahun terakhir

No Tahun Judul pengabdian kepada masyarakat Pendanaan

Sumber dana Jumlah

1 2019 Sosialisasi Pengelolaan Sampah dan

Pembentukan Bank Sampah di Desa Sumur Jalah, Kecamatan Plumpang, Kabupaten Tuban (Narasumber) Departemen Teknik Lingkungan, ITS 7.500.000

2 2018 Kondisi Persampahan di Kabupaten Tuban

dalam rangka realisasi JAKSTRADA (Narasumber)

Pemerintah Kabupaten Tuban

30.000.000

3 2017 Sosialisasi Pengelolaan Sampah dan Limbah

B3 di SMAN 2 Surabaya (Narasumber) Departemen Teknik Lingkungan, ITS 7.500.000

4 2016 Pemberdayaan Masyarakat dalam Pengolahan

Sampah Skala Komunal dengan Metode

Pengomposan di Kampung Lebakrejo, Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari, Kota Surabaya

Departemen Teknik Lingkungan

7.500.000

5 2016 Learning Event & Workshop Organic Waste

Management Integrated approaches & appropriate technologies for the Indonesian Context

(Narasumber)

EAWAG, Switzerland

(45)

Sumber dana Jumlah

1 2019 Identifikasi, karakterisasi mikroplastik di biota akuatik spesifik yaitu ikan, bivalvia, dan gastropoda (Ketua Peneliti)

Ristekdikti 59.000.000

2 2018 Identifikasi, distribusi, dan karakterisasi terhadap jumlah, jenis, ukuran, serta karakteristik mikro dan makro plastik di Kali Surabaya

(Ketua Peneliti)

Ristekdikti 59.000.000

3 2017 Identifikasi potensi pemusnahan sampah Kota

Surabaya dengan metode termal

LPPM ITS 50.000.000

4 2015 Teknologi konversi sampah Kabupaten Sidoarjo

menjadi protein dan energi (Anggota Peneliti)

LPPM ITS 50.000.000

h. Publikasi (2) yang paling relevan (dalam bentuk makalah atau buku) h.1 Publikasi artikel ilmiah dalam jurnal yang relevan

No Judul artikel ilmiah Nama jurnal Volume/Nomor/

Tahun

1 Microplastic pollution in the sediment of Jagir Estuary, Surabaya City, Indonesia

Marine Pollution Bulletin

150, 2020 2 The impact of improper solid waste

management to plastic pollution in Indonesian coast and marine environment

Marine Pollution

Bulletin

149, 2019

3 Current Status of Solid Waste Transport in Mejayan District of Madiun

Journal of Applied Environmental and Biological Sciences

7 (3), 2017

4 Community activities in residential solid waste reduction in Tenggilis Mejoyo District,

Surabaya City, Indonesia

Journal of Material Cycles and Waste Management

19 (1), 2017

5 Community participation in household solid waste reduction in Surabaya, Indonesia

Resources, Consevation and Recycling

102, 2015

6 Assessment of the biological health of the Brantas River, East Java, Indonesia using the Australian River Assessment System

(AUSRIVAS) methodology

Aquatic Ecology 35 (2), 2001

7 Application of the Australian river bioassessment system (AUSRIVAS) in the Brantas River, East Java, Indonesia

Journal of Environmental Management

62 (1), 2001

8 Makroinvertebrata sebagai bioindikator

pencemaran badan air tawar di Indonesia: Siapkah kita?

Jurnal Lingkungan & Pembangunan

(46)

h.2 Publikasi artikel ilmiah dalam seminar yang relevan

No Judul artikel ilmiah Nama seminar Tahun/

Tempat

1 Plastic pollution in Indonesian surface waters and its relevance to current solid waste management Environmental Technology and Management Conference 2019 / Sanur Bali

2 Comparison of the abundance and types of

microplastics at the surface of the Surabaya River and the Wupper River

International Mini Seminar on Microplastic Pollution in the Environment in Asia 2019 / Bandung

3 Microplastic pollution in Surabaya river, Indonesia International Mini Seminar on Microplastic Pollution in the Environment in Asia 2019 / Bandung

i. Paten (2 terakhir) : Tidak ada

j. Tugas Akhir, Tesis, dan Disertasi (yang paling relevan) yang sudah selesai dibimbing.

No Judul Disertasi, Tesis, dan Tugas akhir

Nama mahasiswa Tahun

Disertasi

1 Studi pola fasilitas daur ulang sampah di Malang Raya dengan pola

pendekatan Life Cycle Assessment dan Analytic Network Process

Hardianto 2016

2 Partisipasi masyarakat dalam

pemilihan dan daur ulang sampah rumah tangga dan keterkaitannya dengan emisi karbon di Surabaya Timur

Yeny Dhokhikhah 2016

. Tesis

1 Distribusi mikroplastik pada air, sedimen dan bivalvia (kerang, ed) di Estuari Wonorejo Surabaya

Muhammad Firdaus 2019

2 Kajian sistem transfer dan

pengangkutan sampah di Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun

Achmad Kadarisman 2017

3 Evaluasi teknis operasional

pengangkutan sampah Kecamatan Rappocini, Kota Makassar

(47)

Kali Surabaya pada segmen Driyorejo hingga Karang Pilang

2 Studi kandungan micro debris pada

Sistem Distribusi Air Minum Daerah Surabaya Timur di IPAM Ngagel III

Pingky Trivera Ariskha 2019

3 Studi kualitas air Sungai Brantas berdasarkan makroinvertebrata

Ayu Ratri Wijayaning Hakim

2012

4 Bioassessment kualitas air Sungai

Rejoso di Kecamatan Rejoso Pasuruan dengan makroinvertebrata

Gambar

Gambar 3.1 Peta jalan topik penelitian Pusat Penelitian Infrastruktur dan Lingkungan  Berkelanjutan, ITS
Gambar 3.2 Peta jalan topik penelitian Laboratorium Limbah Padat dan B3, Departemen Teknik Lingkungan, ITS
Tabel 3.1 Klasifikasi partikel plastik berdasarkan ukuran
Tabel 3.2 Kandungan MP pada beberapa wilayah di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini digunakan pemodelan JST dengan algoritma back-propagation ubtuk menentukan kadar optimum lembah plastik yang ditambahkan dalam campuran

Dataset yang digunakan merupakan karakteristik ontologi fungsi molekul setiap gen yang mensintesis insulin dengan pemberian bobot menggunakan metode centrality seperti pada

Tahap berikutnya, dilakukan dengan membuat model pada level 1 sebagaimana regresi logistik klasik, kemudian hasil dari model level 1 akan digunakan untuk memodelkan di

Oleh karena itu setelah melakukan pemodelan pH untuk karakteristik asam-basa yang tipikal sebagai kombinasi Asam Kuat-Lemah dan Basa Kuat- Lemah, maka dalam

Proses pembuatan yogurt dan keju dengan metode fortifikasi (penambahan mikronutrien) selama proses fermentasi telah banyak diteliti sebelumnya. Metode kokultur dan penambahan

Oleh karena itu setelah melakukan pemodelan pH untuk karakteristik asam-basa yang tipikal sebagai kombinasi Asam Kuat-Lemah dan Basa Kuat- Lemah, maka dalam

Data SP dan magnetik pada geologi yang komplek (misalnya: area panas bumi), umumnya terdiri atas beberapa sumber anomali. Metode analisa data magnetik dan SP

Microbial Fuel Cells (MFC) adalah suatu teknologi alternatif pengolahan air limbah secara anaerob atau disebut dengan sel elektrokimia berbasis mikroba (Ibrahim 2017), yang