• Tidak ada hasil yang ditemukan

SUBJECTIVE AND OBJECTIVE MEASURE ON SPEECH INTELLIGIBILITY OF COCHLEAR IMPLANT BY RELEASE OF MASKING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SUBJECTIVE AND OBJECTIVE MEASURE ON SPEECH INTELLIGIBILITY OF COCHLEAR IMPLANT BY RELEASE OF MASKING"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

SUBJECTIVE AND OBJECTIVE MEASURE ON SPEECH INTELLIGIBILITY OF COCHLEAR

IMPLANT BY RELEASE OF MASKING

Anintyo Adi Nugroho

[1]

, Dr. Dhany Arifianto ST, M.Eng

[2]

Jurusan Teknik Fisika

Fakultas Teknologi Industri

Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Kampus ITS Sukolilo, Surabaya – 60111

email : [email protected]

[1]

,[email protected]

[2]

ABSTRAK

Subjective measure (tes pendengaran) pada prinsipnya adalah mengukur intelligibility

index dari sekumpulan sampel pendengar Teknik ini lazim dipakai karena memiliki keakuratan

yang tinggi untuk menentukan tingkat kualitas suara setelah proses. Namun dalam prakteknya

metode subjective measure memiliki banyak kekurangan, yaitu membutuhkan ± 20 – 40

pendengar dengan pendengaran normal untuk memenuhi kriteria kecukupan sampel secara

statistic sehingga mahal. Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan alternatif yaitu dengan

menggunakan metode objective measure (tes simulasi) dengan pembobotan sehingga mendekati

hasil uji subyektif. Penelitian ini difokuskan pada teknik mendapatkan bobot dari objective

measure. Tujuan dari penelitian ini adalah proses enhance pada campuran stimuli dapat

meningkatkan nilai %correct words. Pada percobaan penentuan Iintelligibility index sebanyak 10

responden diperdengarkan 60 kalimat stimuli setelah itu responden diharuskan untuk menuliskan

kembali ke 60 stimuli yang telah didengarkan dengan kombinasi target dan masker (stimuli)

yang memiliki perbandingan channel 20 dan 2, 20 dan 12, 20 dan 20, 12 dan 20, 8 dan 20, 2 dan

20. Setelah itu dilakukan penilaian persen kata benar, kemudian menentukan intelligibility index

tiap percobaan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil beberapa

kesimpulan yakni responden lebih mudah memahami tiap kata stimuli target pada campuran

stimuli jika stimuli target lebih dominan daripada stimuli masker. Proses enhancement pada

campuran stimuli membuat stimuli target lebih terdengar jelas daripada stimuli masker yang

mengakibatkan memudahkan responden untuk memahami setiap kata stimuli target pada

campuran stimuli. Kemampuan responden dalam memahami stimuli target berbanding lurus

dengan %correct words. Semakin tinggi tingkat %correct words semakin baik kemampuan

memahami stimuli target oleh responden.

Kata kunci:

subjective measure, objective measure

1.

PENDAHULUAN

Kualitas suara yang telah melalui suatu proses (pemfilteran, kompresi, dan lain-lain) diukur dengan subjective measure (tes

pendengaran) yang pada prinsipnya mengukur

intelligibility index dari sekumpulan sampel

pendengar [1,2]. Prinsip kerja dari teknik pengukuran ini adalah stimulus sinyal suara berupa kalimat setelah proses diperdengarkan pada sekumpulan orang (populasi sampel) kemudian menentukan persen kata benar (%

correct word) dari stimulus. Persen kata benar

ini kemudian diubah menjadi intelligibility

index. Teknik ini lazim dipakai karena memiliki

keakuratan yang tinggi untuk menentukan

tingkat kualitas suara setelah proses. Namun dalam prakteknya metode subjective measure memiliki banyak kekurangan, yaitu membutuhkan ± 20 – 40 pendengar dengan pendengaran normal untuk memenuhi kriteria kecukupan sampel secara statistic sehingga mahal. Untuk mengatasi masalah ini dibutuhkan alternatif yaitu dengan menggunakan metode

objective measure (tes simulasi) dengan pembobotan sehingga mendekati hasil uji subyektif.

Pengukuran kualitas suara berupa percakapan atau music didalam ruang karena suatu proses ke-rekayasa-an dilakukan dengan menggunakan teknik obyektif yang secara adalah membandingkan sinyal asli dengan derau

(2)

dalam satuan decibel (dB SNR) [2]. Banyak

objective measure telah diajukan sebelumnya

untuk memprediksi kualitas suara hasil pendengaran [3-5]. Teknik pengukuran ini dikembangkan dengan maksud untuk mengevaluasi distorsi yang diakibatkan gangguan pada sinyal akibat sumber, kanal atau sisi penerima pada komunikasi. Esensinya adalah membandingkan sinyal asli dengan sinyal yang diterima setelah melalui proses mengeliminasi derau pada sinyal memakai ukuran kuantitatif. Penjelasan lebih lanjut dapat dilihat pada bab II teori penunjang.

Pada penelitian yang telah dilakukan sebelumnya [10] diperoleh hasil subjective

measure yang berbeda jauh dengan hasil objective measure, sehingga sulit menentukan

kualitas mana yang lebih baik akibat perbedaan teknik pengukuran. Focus penelitian ini adalah untuk mendapatkan bobot (dari koefisien korelasi) dari objective measure terhadap

subjective measure. Diharapkan objective measure nantinya dapat memberikan hasil yang

mendekati sama dengan hasil subjective measure, sehingga objective measure dapat

dipakai sebagai teknik pengukuran kualitas suara akibat proses yang akurat tanpa memakai

subjective measure

Tujuan dari penelitian ini adalah proses

enhance pada campuran stimuli dapat meningkatkan nilai %correct words. Dengan meng-enhancing campuran stimuli, maka stimuli yang bersifat lebih dominan akan terdengar lebih jelas, sedangkan stimuli yang powernya lebih lemah akan semakin tidak jelas atau tidak terdengar. Dalam hal ini di harapkan stimuli target dapat terdengar lebih jelas daripada stimuli masker. Hasil enahcaning stimuli di harapkan dapat meningkatkan kemampuan pemahaman respoden terhadap stimuli target pada campuran stimuli, sehingga dapat memberikan hasil berupa peningkatan nilai

%correct words.

2.

DASAR TEORI

Sesuai dengan draft standar ISO 9921 [13] yang baru tentang “Penilaian Komunikasi Suara” bahwa pendefinisian kejelasan kalimat adalah ukuran efektivitas serangkaian kata yang dapat dimengerti. Standar ISO 9921 menggambarkan dan membandingkan beberapa langkah dalam menentukan kejelasan suara. Secara umum terdapat dua metode penilaian kualitas suara antara lain:

1. Subjective Measure berdasarkan tes pendengaran

2. Objective measure berdasarkan tes simulasi

2.1

Subjective Measure

Pesan yang disampaikan dapat dimengerti jika pendengar dapat memahami seluruh atau sebagian kalimat yang diucapkan oleh pembicara. Ukuran seseorang dalam memahami pesan dapat dilakukan melalui tes pendengaran, hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman seseorang dalam menangkap ucapan kalimat-kalimat yang didengarnya.

Tes pendengaran yang dilakukan menggunakan stimuli yang diambil dari IEEE

Database. Stimuli berupa kalimat yang tidak

mengalami pemrosesan (kalimat tidak terproses) maupun kalimat yang mengalami pemrosesan (kalimat terproses). Kalimat tidak terproses merupakan kalimat asli yang tidak terusak oleh

noise, sedangkan kalimat yang mengalami

pemrosesan merupakan kalimat asli yang telah terusak oleh noise.

Langkah-langkah melakukan tes pendengaran yang pertama adalah memperdengarkan sejumlah stimuli kepada pendengar yang memiliki pendengaran normal sambil menuliskan kalimat yang telah didengar pada kertas kosong selama kurang lebih 2 – 3 jam. Selanjutnya melakukan penilaian persen kata benar terhadap stimuli yang tertulis pada kertas. Persen kata benar merupakan persentase perhitungan jmulah kata yang benar dalam satu kalimat yang telah dituliskan pada kertas kosong. Yang terakhir mengubah persen kata benar menjadi intelligibility index. Intelligibility

index merupakan suatu penunjuk baik atau

buruknya seseorang dalam menangkap ucapan kalimat-kalimat yang didengarnya.

2.2

Objective Measure

Pengukuran speech intelligibility tidak hanya dapat dilakukan melalui subjective

measure akan tetapi dapat pula melalui objective emasure. Objective measure dilakukan didasarkan pada tes simulasi yakni menggunakan model contoh kognitif pengganti system pendengaran manusia. Teknik pengukuran ini dikembangkan dengan maksud untuk mengevaluasi distorsi yang diakibatkan gagngguan pada sinyal akibat sumber, kanal atau sisi penerima pada komunikasi. Esensinya adalah membandingkan sinyal asli dengan sinyal yang diterima setelah melalui proses

(3)

mengeliminasi derau pada sinyal dalam satuan decibel (dB) [2].

2.3 Signal Enhancement

Sebuah system signal enhancement biasanya terdiri dari dua komponen utama yaitu estimasi daya spectrum noise

signal. Pada saat ini terdapat banyak metode

dalam signal enhancement yang selanjutnya akan dijelaskan pada subbab berikut.

2.3.1 Signal EnhancementBased On Spectral

Subtraction

Metode Spectral Subtraction diusulkan oleh Boll pada tahun 1979 adalah teknik pengurangan kebisingan yang popular dikarenakan teknik ini menggunakan konsep yang sederhana dan bekerja efektif dalam meningkatkan sinyal suara yang terdegradasi oleh adanya kebisingan. Prinsip dasar

Spectral Subtraction adalah mengurangi besarnya spectrum kebisingan dari sinyal suara yang telah bercampur dengan kebisingan. Dua asumsi utama yang digunakan dalam

Subtraction adalah 1) sinyal suara dan sinyal

kebisingan tidak berkorelasi, dan 2) sinyal noise adalah stasioner.

Apabila ada sinyal suara yang bercampur dengan noise maka sinyal suara itu dapat dikatakan rusak.Sinyal suara yang rusak tersebut dapat dituliskan sebagai berikut [5]

y(n) = s(n) + d(n)

(2.1)

dimana y(n), s(n), dan d(n) berturut

sinyal suara yang rusak, sinyal suara asli, dan sinyal noise. Daya spectrum suara yang rusak dapat dituliskan sebagai[5]

||  || ||

(2.2)

Dimana  adalah transformasi Fourier

y(n), S(k), dan D(k)

masing-besarnya daya spectrum sinyal suara asli dan daya spectrum noise, sehingga

|| || ||

Dimana || adalah sinyal tanpa

di estimasi dari persamaan (2.3). Ilustrasi dari mengeliminasi derau pada sinyal dalam satuan

signal enhancement

biasanya terdiri dari dua komponen utama yaitu

noise dan estimasi

. Pada saat ini terdapat banyak metode yang selanjutnya akan dijelaskan pada subbab berikut.

Based On Spectral

Spectral Subtraction yang

diusulkan oleh Boll pada tahun 1979 adalah teknik pengurangan kebisingan yang popular dikarenakan teknik ini menggunakan konsep yang sederhana dan bekerja efektif dalam meningkatkan sinyal suara yang terdegradasi oleh adanya kebisingan. Prinsip dasar dari adalah mengurangi besarnya spectrum kebisingan dari sinyal suara yang telah bercampur dengan kebisingan. Dua asumsi utama yang digunakan dalam Spectral adalah 1) sinyal suara dan sinyal n 2) sinyal noise Apabila ada sinyal suara yang maka sinyal suara itu dapat dikatakan rusak.Sinyal suara yang rusak tersebut dapat dituliskan sebagai berikut [5]

na y(n), s(n), dan d(n) berturut-turut adalah sinyal suara yang rusak, sinyal suara asli, dan . Daya spectrum suara yang rusak

adalah transformasi Fourier dari -masing adalah besarnya daya spectrum sinyal suara asli dan

(2.3) adalah sinyal tanpa noise yang

di estimasi dari persamaan (2.3). Ilustrasi dari

Signal Enhancement

SSBoll dapat dilihat pada gambar 2.4.

SpektrumSinyal Target SpektrumSinyal Masker

HasilPenguranganSpektrum Target dan Masker

Gambar 2.4 Signal Enhancement metode SSBoll

Gambar 2.3 menganalogikan suatu sinyal suara yang tercampur dengan

kemudian di enhancing

SSBoll. Garis merah adalah spectrum sinyal garis ungu adalah spectrum dari

2.3.2 Speech Enhancement Algorithm Based

on MMSE Short Time Spectral Amplitude Method

Pada algoritma Minimum Mean Square Error-Short Time Spectral Amplitude (MMSE STSA), yang dikemukakan

Malah pada tahun 1984. suara yang rusak akibat dirubah dari domain waktu frekuensi. Kemudian dibagi segmen. Penentuan

tergantung pada frekuensi sampling data. Sebagai contoh, apabila

sinyal suara adalah 8000 maka adalah 256 karena pada membutuhkan waktu kurang

Proses selanjutnya magnitude tertinggi dari

kemudian dirata-rata. Dari hasil hasil rata-rata kebawah

noise yang pada akhirnya Magnitudo

Signal Enhancement Menggunakan metode

SSBoll dapat dilihat pada gambar 2.4.

SpektrumSinyal Target SpektrumSinyal Masker

HasilPenguranganSpektrum Target dan

Signal Enhancement Menggunakan

metode SSBoll

Gambar 2.3 menganalogikan suatu sinyal suara yang tercampur dengan sinyal noise dan

enhancing menggunakan metode

adalah spectrum sinyal dan adalah spectrum dari noise.

Speech Enhancement Algorithm Based on MMSE Short Time Spectral Amplitude Method

algoritma Minimum Mean Square Short Time Spectral Amplitude (MMSE-STSA), yang dikemukakan oleh Ephraim and

tahun 1984. Pada metode ini, sinyal akibat adanya suara bising dari domain waktu kedalam domain dibagi dalam

segmen-banyaknya segment frekuensi sampling data. frekuensi sampling dari adalah 8000 maka lebar segmennya pada speech 1 getaran kurang lebih 30 ms. Proses selanjutnya adalah mencari

dari tiap-tiap segmen dan rata. Dari hasil tersebut maka akan dianggap sebagai akhirnya akan direduksi.

(4)

SpektrumSinyal Target SpektrumSinyal Masker

Gambar 2.5 Signal Enhancement Menggunakan MMSE-STSA

Gain spectral  dapat dihitung dalam

persamaan[4]   1            ! "#$ %   & Ʌ 'Ʌ (2.4)

Dimana  dan  menunjukkan fungsi Bessel dari urutan 0 dan urutan pertama.



 

'((

)*



(2.5)

Ʌ

 

+,, -./'( (2.6)

0

 

1*+, (2.7)

)*

 

|2| 3 4 (2.8)

Dimana   adalah transformasi Fourier dari sinyal suara yang bercampur noise

dan 5  adalah estimasi daya spektrum

noise.Ilustrasi dari Signal Enhancement

Menggunakan MMSE-STSA dapat dilihat pada gambar 2.5.

2.3.3 Speech EnhancementBased onA

Multi-Band Spectral Subtraction

Pada [5] dijelaskan bahwa Sunil D. Kamath dan Philipos C. Loizou mengusulkan sebuah pendekatan multi-band kepada metode

Spectral Subtraction yang telah ada dalam

pereduksian noise untuk mendapatkan kualitas sinyal suara yang bagus. Untuk memperhitungkan fakta bahwa noise yang bervariasi mempengaruhi spectrum sinyal suara pada berbagai frekuensi maka metode ini perlu digunakan. Pada metode ini, spectrum sinyal suara dibagi menjadi N non-overlapping bands dan selanjutnya metode Spectral Subtraction diterapkan kepada tiap-tiap band. Sehingga estimasi spectrum sinyal suara yang bersih untuk

band ke-i dapat dituliskan[5]

678 6 6:8 6 ;8<86=8 6>8?  ? "8

(2.9)

Dengan >8dan"8adalah awal dan akhir dari frekuensi bins dari band frekuensi ke-i, ;8 adalah faktor over-subtaction dari band frekuensi ke-i, dan <8 adalah faktor tweaking yang dapat ditentukan untuk tiap frekuensi

band[5]. ;8 C 5 EF8 G 5 4 I EF8 5 ? EF8 ? 20 1 EF8 L 20 M (2.10) <8  N 1 O8? 1 PQ 2.5 1 PQ G O8 ?S3 2 PQ 1.5 O8 LS3 2 PQ M (2.11)

Ilustrasi Signal Enhancement

Menggunakan Multi Band Spectral Substraction dapat dilihat pada gambar 2.6.

SegmentalSNR (SNRi) adalah nilai rata-rata SNR yang dihitung untuk tiap segmen data atau band frekuensi. Jadi segmentalSNR untuk tiap band frekuensi ke-i dapat dituliskan [5]

EF8  10 TUVW∑ZY[\]Y|26^=Y|3

Y [63 ZY

[\]Y _

(5)

SpektrumSinyal Target SpektrumSinyal Masker

HasilPenguranganSpektrum Target dan Masker

Gambar 2.6 Signal Enhancement Menggunakan

Multi Band Spectral Substraction

3.

METODOLOGI

3.1 Penentuan Responden

Penelitin ini melibatkan responden sebanyak 8 orang. Mereka memiliki pendengaran yang normal. Rata-rata usia responden adalah 25 tahun dan mereka semua adalah native speakers.

3.2 Stimuli

Stimuli merupakan sinyal suara yang

akan diujikan kepada responden. Sinyal suara yang diujikan semuanya adalah suara laki-laki dan diperoleh dari database IEEE dengan frekuensi sampling 25 kHz. Jenis masker yang digunakan adalah suara laki-laki tunggal.

3.3 Pemrosesan Stimuli

Sinyal suara diproses menggunakan

bandpass filter kedalam 2, 8, 12, dan 20 channel

dengan spasi filter sesuai dengan filter mel (persamaan 3.1) seperti pada tabel 3.2 menggunakan Matlab 7.8. Sinyal suara kemudian dikombinasikan dengan rasio yang tepat seperti pada tabel 3.1 menggunakan audacity 1.3 dengan SNR 0 dB dan frekuensi sampling 25 kHz.

Tabel 3.1 Tabel Perbandingan Channel Target dan Masker No. Channel Target Channel Masker 1 20 2 2 20 12 3 20 20 4 12 2 5 12 8 6 12 12 7 12 20 8 8 20 9 2 20 3.4 Prosedur

1. Penentuan Intelligibility Index.

Pengujian terhadap responden dilakukan pada ruangan yang sunyi, dalam hal ini dilakukan di ruang kedap suara laboratorium akustik dan fisika bangunan Teknik Fisika ITS menggunakan laptop yang dikoneksikan dengan

soundcard Pro Tolls dengan keluaran sinyal

suara yang mempunyai frekuensi sampling 44.1 kHz untuk audio. Stimuli diperdengarkan kepada responden melalui headphone

Sennheiser HD 650 pada level pendengaran yang nyaman. Pada percobaan pertama sebanyak 8 responden diperdengarkan 60 kalimat stimuli dengan kombinasi target dan masker (stimuli) yang memiliki perbandingan channel 20 dan 2, 20 dan 12, 20 dan 20, 12 dan 20, 8 dan 20, 2 dan 20. Masing-masing kombinasi channel masker dan target yang diujikan adalah sepuluh kalimat. Sebelum stimuli diujikan, diberikan sesi training dengan memperdengarkan responden sebanyak 10 kalimat stimuli. Sesi ini responden diperdengarkan sebanyak 10 kalimat stimuli acak yang diambil masing-masing 2 kalimat dari tiap kombinasi, setelah itu responden diharuskan untuk menuliskan ulang 10 kalimat stimuli. Sesi ini diberikan untuk memudahkan responden dalam tahap pengujian stimuli sebenarnya. Pada tahap pengujian stimuli sesuai dengan kombinasi

channel target dan masker seperti yang telah

disebutkan diatas, pemutaran stimuli hanya dilakukan satu kali dan tidak dapat diulang. Setelah itu akan dilakukan penghitungan hasil pengujian dan menentukan intelligibility index.

4.

ANALISA DATA dan PEMBAHASAN

Pembobotan yang diberikan pada

objective

measure

membuat

objective

measure dapat memberikan hasil mendekati

hasil subjective measure, sehingga objective

measure dapat digunakan sebagai alternatf

pengukuran speech intellitgibility.

(6)

4.1 Penentuan %correct words

Nilai %correct words yang diperoleh

dari hasil pengujian terhadap empat belas

(14) responden untuk mengetahui pengaruh

release of masking dalam meningkatkan

speech intelligibility pada campuran stimuli

dengan kombinasi channel target dan

masker 2 dan 20, 8 dan 20, 12 dan 2, 12 dan

8, 12 dan 12, 12 dan 20, 20, dan 2, 20

dengan 12, 20 dan 20 channel dapat dilihat

pada gambar 4.1 dan gambar 4.2.

Gambar 4.1 grafik nilai %correct words vs

stimuli pada percobaan 1

Gambar 4.1 merupakan gambar

grafik hasil penelitian hearing test kepada

sepuluh responden dengan menggunakan

campuran stimuli 2 dan 20, 8 dan 20, 12 dan

20, 20 dan 2, 20 dan 12, 20 dan 20 yang

berupa %correct words. Batang diagram

pada campuran stimuli 2 dan 20, 8 dan 20,

12 dan 20 menunjukkan nilai %correct

words yang rendah, merepresentasikan

rendah nya kemampuan responden dalam

memahami stimuli target dari campuran

stimuli yang di perdengarkan, hal ini di

sebabkan pada campuran stimuli, stimuli

masker lebih dominan daripada stimuli

target. Batang diagram pada campuran

stimuli 20 dan 2, 20 dan 12, 20 dan 20

menunjukkan nilai %correct words yang

tinggi,

merepresentasikan

tingginya

kemampuan responden dalam memahami

stimuli target dari campuran stimuli yang di

perdengarkan, hal ini di sebabkan pada

campuran stimuli stimuli target lebih

dominan daripada stimuli masker.

Gambar 4.2 merupakan gambar

grafik hasil penelitian hearing test kepada

sepuluh responden dengan menggunakan

campuran stimuli 12 dan 2, 12 dan 8, 12 dan

12, 12 dan 20, 20 dan 2, 20 dan 12, 20 dan

20 yang berupa %correct words. Batang

diagram pada campuran stimuli 12 dan 2,

12 dan 8, 12 dan 12 menunjukkan nilai

%correct

words

yang

rendah,

merepresentasikan rendah nya kemampuan

responden dalam memahami stimuli target

dari campuran stimuli yang di perdengarkan,

hal ini di sebabkan pada campuran stimuli,

stimuli masker lebih dominan daripada

stimuli

target.

Batang

diagram

pada

campuran stimuli 20 dan 2, 20 dan 12, 20

dan 20 menunjukkan nilai %correct words

yang tinggi, merepresentasikan tingginya

kemampuan responden dalam memahami

stimuli target dari campuran stimuli yang di

perdengarkan, hal ini di sebabkan pada

campuran stimuli, stimuli target lebih

dominan daripada stimuli masker.

Gambar 4.2 grafik nilai %correct words vs

stimuli pada percobaan 2

Nilai %correct words yang diperoleh

dari hasil pengujian terhadap tiga (3)

responden dalam penentuan jenis metode

signal enhancement yang akan dipakai dari

8 metode untuk menaikkan kualitas sinyal

suara target yang rusak akibat masker

dengan kombinasi channel target dan

masker 12 dan 2, 12 dan 8, 12 dan 12, 12

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 2 dan 20 8 dan 20 12 dan 20 20 dan 2 20 dan 12 20 dan 20 % co rr e ct w o rd s (% ) stimuli 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 12 dan 2 12 dan 8 12 dan 12 12 dan 20 20 dan 2 20 dan 12 20 dan 20 % co rr e ct w o rd s (% ) stimuli

(7)

dan 20, 20, dan 2, 20 dengan 12, 20 dan 20

channel dapat dilihat pada gambar 4.3.

Gambar 4.3 merupakan gambar

grafik hasil penelitian hearing test kepada

sepuluh responden dengan menggunakan

campuran stimuli 12 dan 2, 12 dan 8, 12 dan

12, 12 dan 20, 20 dan 2, 20 dan 12, 20 dan

20 yang berupa %correct words. Batang

diagram pada campuran stimuli 12 dan 2,

12 dan 8, 12 dan 12 menunjukkan nilai

%correct

words

yang

rendah,

merepresentasikan rendah nya kemampuan

responden dalam memahami stimuli target

dari campuran stimuli yang di perdengarkan,

hal ini di sebabkan pada campuran stimuli,

stimuli masker lebih dominan daripada

stimuli

target.

Batang

diagram

pada

campuran stimuli 20 dan 2, 20 dan 12, 20

dan 20 menunjukkan nilai %correct words

yang tinggi, merepresentasikan tingginya

kemampuan responden dalam memahami

stimuli target dari campuran stimuli yang di

perdengarkan, hal ini di sebabkan pada

campuran stimuli, stimuli target lebih

dominan daripada stimuli masker.

Gambar 4.3 grafik nilai %correct words vs

stimuli pada percobaan 3

4.2 penentuan metode signal enhancemet

Score rata-rata yang diperoleh dari

hasil pengujian terhadap tiga (3) responden

dalam penentuan jenis metode signal

enhancement yang akan dipakai dari 8

metode untuk menaikkan kualitas sinyal

suara target yang rusak akibat masker

dengan kombinasi channel target dan

masker 12 dan 2, 12 dan 8, 12 dan 12, 12

dan 20, 20 dan 2, 20 dan 12, 20 dan 20

channel dapat dilihat pada gambar 4.4 dan

4.5. Kombinasi tersebut dipakai karena

selisih channel target dan masker tidak

terlalu besar dan dengan channel masker

yang relatif jauh lebih kecil dibandingkan

channel target maka kualitas sinyal suara

target masih baik. Pengujian terhadap

responden dengan memutarkan stimuli

bertujuan untuk mengetahui kualitas sinyal

target pada stimuli yang diproses dengan

semua metode signal enhancement dalam

persepsi manusia (secara subyektif).

Dari gambar 4.4 dan 4.5 dapat

diperoleh

informasi

bahwa

responden

cenderung mendengar sinyal suara target

lebih jelas dengan menggunakan metode

Spectral Subtraction yang berdasarkan

penelitian

Boll

pada

tahun

1979

dibandingkan dengan kondisi pemrosesan

sinyal yang lain, hal ini terlihat dari hasil

penghitungan segSNR yang diperlukan

untuk mengetahui secara numerik/objektif

sebesar mana peningkatan perbandingan

antara sinyal asli dengan noise. Pada gambar

4.4 dan gambar 4.5 terlihat bahwa segmental

SNR

signal

enhancement

dengan

menggunakan metode Spectral Subtraction

Boll memiliki nilai yang lebih besar

dibandingkan metode signal enhancement

yang lainnya. Atas dasar itulah, metode

signal enhancement SSBoll digunakan untuk

kombinasi jumlah channel target dan masker

yang lain yang selanjutnya akan diuji

cobakan lagi kepada responden.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 12 dan 2 12 dan 8 12 dan 12 12 dan 20 20 dan 2 20 dan 12 20 dan 20 % co rr e ct w o rd s (% ) stimuli

(8)

Gambar 4.4 Grafik Hasil uji signal

enhancement dari

percobaan 1 dan 2

Gambar 4.5 Grafik Hasil uji signal

enhancement dari percobaan 3

4.3 Pembahasan

Hasil penelitian pertama yang di

tunjukkan pada grafik pertama menunjukkan

hasil nilai %correct words yang

berbeda-beda untuk tiap campuran stimuli. Pada

campuran 2 dan 20, 8 dan 20, 12 dan 20

menunjukkan stimuli masker lebih dominan

daripada stimuli target. Respoden lebih

cenderung mudah memahami stimuli masker

daripada stimuli target. Pada campuran 20

dan, 20 dan 12, 20 dan 20 menunjukkan

stimuli target lebih dominan daripada

stimuli

masker,

sehingga

responden

cenderung lebih mudah memahami stimuli

target daripada stimuli masker

Hasil penelitian kedua yang di

tunjukkan pada grafik kedua menunjukkan

hasil nilai %correct words yang

berbeda-beda untuk tiap campuran stimuli. Pada

campuran 12 dan 2, 12 dan 8, 12 dan 12

menunjukkan stimuli target lebih dominan

daripada stimuli masker., namun dengan

power

yang

sedang

Respoden

lebih

cenderung mudah memahami stimuli target

daripada stimuli masker. Pada campuran 20

dan, 20 dan 12, 20 dan 20 menunjukkan

stimuli target lebih dominan daripada

stimuli masker, dengan power stimuli target

lebih kuat sehingga responden cenderung

lebih mudah memahami stimuli target

daripada stimuli masker

Hasil penelitian ketiga yang di

tunjukkan pada grafik ketiga menunjukkan

hasil nilai %correct words yang

berbeda-beda untuk tiap campuran stimuli. Pada

campuran 12 dan 2, 12 dan 8, 12 dan 12

menunjukkan stimuli target lebih dominan

daripada stimuli masker., namun dengan

power

yang

sedang

Respoden

lebih

cenderung mudah memahami stimuli target

daripada stimuli masker. Pada campuran 20

dan, 20 dan 12, 20 dan 20 menunjukkan

stimuli target lebih dominan daripada

stimuli masker, dengan power stimuli target

lebih kuat sehingga responden cenderung

lebih mudah memahami stimuli target

daripada stimuli masker

.

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah

dilakukan maka dapat diambil beberapa

kesimpulan yakni pengaruh release of

masking telah menunjukkan peningkatan

pada speech intelligibility, hal ini terlihat

dari grafik pertama dan grafik kedua yang

menujukkan, campuran stimuli target yang

lebih dominan menujukkan nilai %correct

words yang tinggi daripada campuran

stimuli masker yang lebih dominan. Dari

delapan teknik signal enhancement yang

digunakan, teknik Spectral Substraction by

Boll (SSBoll79) masih menunjukkan hasil

yang paling baik, hal ini terlihat pada grafik

“Nilai SegSNR HASIL UJI SIGNAL

ENHANCEMENT” bahwa teknik SSBoll79

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 N il ai s e g S N R ( d B ) signal enhancement 0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 n il ai s e g S N R ( d B ) signal enhancement

(9)

menunjukkan nilai tertinggi yakni 8.75566

dB (pada grafik pertama), dan 2.57499 dB

(pada grafik kedua)

5.2 Saran

Diharapkan untuk penelitian speech

intelligibility berikutnya dilakukan secara

objective measure, dengan menggunakan

PESQ sebagai teknik objective measure.

dimana hasil objective measure yang

diharapkan bisa mendekati hasil subjective

measure setelah diberikan bobot.

DAFTAR PUSTAKA

[1] C. J. Plack, A. J. Oxenham, A. Simonson, C. O'Hanlon, V. Drga, D. Arifianto, Estimates

of Compression at Low and High Frequencies using Masking Additivity in Normal and Impaired Ears, Journal Acoustical Society of America, vol.123, No. 6, pp.4321-4330, June 2008.

[2] Hadi Kurniawan, Indra, “pemanfaatan Fenomena

Relaese of Masking untuk meningkatkan speech intelligibility

pada cochlear implant, Tugas Akhir, Surabaya, Juli, 2010

[3] Dorman, M F., Loizou, P. C., and Rainey, D., “ Speech Intelligibility as a Function of

the Number of Channels of Stimulation for Signal Processors Using Sine-wave and Noise-band outputs”, Journal of the Acoustical Society of America, no.102, pp.2403-2411, 1997.

[4] Heng Lu, Zhi., Zong Shao, Huai., Liang Ju, Tai “Speech Enhancement Algorithm Based

On MMSE Short Time Spectral Amplitude In Whispered Speech”, Journal Of Electronic

Science And Technology Of China, Vol. 7, No. 2, June 2009.

[5] Kamath, Sunil D., Loizou, Philipos C “A

Multi-Band Spectral Substarction Method For Enhancing Speech Corrupted By Colored Noise”, University of Texas at

Dallas.

[8] Qin, Michael K., Oxenham, Andrew J, “Effect of Envelope-Vocoder Processing on

F0 Discrimination and Concurrent-Vowel Identification”, Lippincott Williams and

Wilkins. 0196/0202/05/2605-0451/0, October 2005.

[9] Qin, Michael K., Oxenham, Andrew J “Effect of Simulated Cochlear Implant

Processing On Speech Reception In Fluctuating Maskers”, Journal of the

Acoustical Society of America, no.114(1), July 2003

.

BIOGRAFI PENULIS

Nama : Anintyo Adi Nugroho

Alamat : Perumdos ITS blok J no 1 Surabaya

TTL

: Semarang, 09 juli 1988

Riwayat Pendidikan :

SD Negeri 2 Bau-bau (lulus 2000)

SMPN 1 Cilacap (lulus 2003)

SMA Negeri 9 Yogyakarta (lulus 2006)

Gambar

Gambar 2.4 Signal Enhancement  metode SSBoll
Gambar 2.5 Signal Enhancement Menggunakan  MMSE-STSA
Gambar 2.6 Signal Enhancement Menggunakan  Multi Band Spectral Substraction
Gambar 4.1 grafik nilai %correct words vs  stimuli pada percobaan 1
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada kasus anak autis yang memasuki masa puber, orang tua dituntut untuk dapat menciptakan komunikasi yang baik agar dapat membantu perkembangan sang anak dalam

Holmes (dalam Sartini, 2001:10-11) menegaskan bahwa bahasa lisan ini adalah sebuah norma kesopanan wanita yang merupakan sebuah nilai yang dijunjung tinggi pada masyarakatnya

(1) Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Keputusan pembebasan sementara bagi Pejabat Fungsional Pengawas Perikanan Kategori Keterampilan bidang Mutu Hasil

Pengurangan pemasokan dilakukan dari sisi hukum dan peraturan, dengan memberikan sanksi hukum yang berat bagi pengedar narkoba, sedangkan pengurangan permintaan dilakukan dengan

Peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pemanfaatan Prinsip Kerja Sama Dalam Komunikasi Diskusi Sebagai Aspek Keterampilan Berbicara Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas

Munazharoh (2011) dalam skripsinya yang berjudul “Humor Politik: Kajian Wacana Pragmatik pada Tayangan Sentilan Sentilun” menguraikan (1) struktur wacana dalam tayangan

Pada contoh di atas, juru bicara dari pemerintahan Amerika harusnya bisa menjawab pertanyaan pewawancara tersebut dengan ujaran “No.” Respon yang diberikan juru bicara

Penelitian ini merupakan studi potong lintang yang bersifat deskriptif untuk mendapatkan tingkat ansietas pada siswa yang akan menghadapi ujian nasional tahun 2016