• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II MENULIS KARANGAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II MENULIS KARANGAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

MENULIS KARANGAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR SERI

Dalam bab ini penulis akan membahas hal-hal yang berkaitan dengan teori yang memperkuat skripsi ini.

2.1 Hakikat Pembelajaran

Pembelajaran pada dasarnya membahas pertanyaan apa, siapa, mengapa, bagaimana dan seberapa baik tentang pembelajaran. Pertanyaan “Apa” berkaitan dengan isi atau materi pembelajaran. Pertanyaan “Siapa” berkaitan dengan guru dan siswa sebagai subyek dari kegiatan pembelajaran. Bagaimana cara memotivasi siswa untuk belajar. Bagaimana guru membangkitkan partisipasi siswa sehingga dapat mengembangkan potensi individunya secara optimal. Pertanyaan “mengapa” berkaitan dengan penyebab atau alasan dilakukannya proses pembelajaran. Bagaimana strategi, metode dan teknik pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk belajar lebih baik. Pertanyaan “seberapa baik” berkaitan dengan penilaian proses pembelajaran, yaitu sejauh mana siswa belajar dan guru mengajar. Kegiatan ini meliputi teknik penilaian untuk menilai kompetensi siswa. Seberapa mampu guru merencanakan dan mengimplementasikan proses pembelajaran di kelas dan mendapat umpan balik dari siswa.

Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi secara sistematis agar subjek didik/ pembelajaran dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efesien (Depdiknas, 2004: 361).

(2)

Sebaliknya ada yang menyatakan istilah teaching mencakup konsep instruksi dan kegiatan lainnya yang bersipat psikologis sosial dan pribadi, hal ini berarti instruksi merupakan bagian dari konsep itu, yaitu konsep teaching (Belkin and Gray : 1998).

Titik tolak dari beberapa pendapat di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan proses kegiatan belajar mengajar yang sudah dirancang dan direncanakan terlebih dahulu supaya tujuan yang akan dicapai itu terarah dengan baik dan mendapat umpan balik dari siswa sehingga berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran.

2.2 Komponen-Komponen Pembelajaran

Pembelajaran terdiri atas sejumlah komponen yang terorganisir, harus ada tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, alat peraga, pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran dan tindak lanjut pembelajaran (layanan pembelajaran remedial bagi siswa-siswi yang mengalami kesulitan belajar).

Apalagi pembelajaran dipandang sebagai proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar. Proses tersebut dimulai dari merencanakan program pengajaran tahunan dan semester, penyusunan persiapan mengajar , menyiapkan alat peraga dan alat-alat evaluasi serta mempersiapkan materi yang akan disajikan.

Setelah kegiatan pembelajaran yang telah dikelolanya selesai, selanjutnya dapat diajukan dengan mengadakan pengayaan dan ada pula pemberian perbaikan bagi anak-anak yang kesulitan belajar

(3)

2.3 Menulis

2.3.1 Pengertian Menulis

Di dalam Alquran Surat Al Alaq ayat 1-5 dan surat Al Qolam ayat 1, Allah memerintahkan hambanya untuk belajar membaca dan menulis. Perintah membaca dan menulis dengan pena ini merupakan perintah yang paling berharga yang diberikan kepada umat manusia sebab membaca merupakan jalan yang akan mengantarkan manusia mencapai derajat kemanusiaan yang sempurna.

Allah menciptakan dunia ini dan isinya begitu luas dan menakjubkan, kalaulah lautan dijadikan tinta untuk menulis tentunya tak akan cukup untuk menulis. Perintah Tuhan tersebut tentunya akan bisa kita lakukan dengan catatan ada beberapa hal yang harus kita lakukan, yaitu :

1. Jadikan kegiatan menulis sebagai pilihan hidup 2. Menumbuhkan kebiasaan menulis

3. Keinginan yang kuat untuk menulis membutuhkan motivasi yang tinggi untuk menulis

Menulis merupakan perubahan bentuk pikiran, angan-angan, perasaan dan sebagainya menjadi wujud lambang, tanda atau tulisan (Suhendar, 1992: 2). Menulis adalah aktivitas produktif, aktivitas pengungkapan bahasa. Menulis adalah aktivitas mengemukakan gagasan melalui media bahasa (Burhan Nurgiantoro, 1995: 296). Menulis juga dapat diartikan sebagai “keterampilan berbahasa yang menuntut sesesorang menghasilkan suatu karangan sebagai ungkapan pikiran, perasaan dan kemampuan dalam bahasa tulis” (Sapani, 1990 : 2).

(4)

Berdasarkan pengertian menulis yang telah dikemukakan, dapatlah disimpulkan bahwa menulis adalah suatu keterampilan berbahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi tidak langsung yang berfungsi untuk menuangkan pikiran dan perasaan dalam bahasa tulis.

2.3.2 Manfaat Menulis

Dalam sebuah makalahnya, Yus Rusyana mengungkapkan manfaat menulis sebagi berikut :

a. Mencatat sesuatu agar tidak mudah dilupakan

Kegiatan seperti ini yang paling umum dilakukan adalah membuat catatan pada agenda harian, misalnya tentang acara kegiatan atau tentang garis besar suatu pembicaraan. Membuat catatan seperti ini berguna untuk mengatasi kemungkinan lupa atau kelupaan dan dapat dijadikan sebagai dokumentasi yang dapat kita buka pada saat diperlukan.

b. Mencatat pikiran-pikiran

Masalah-masalah yang ditemukan dalam kehidupan ini akan cepat teratasi apabila kita mengetahui jelas pokok permasalahan yang sedang dihadapi. Salah satu cara untuk menghadapinya yaitu dengan mencatat masalahnya dan hal-hal yang diperlukan untuk memecahkan masalah itu.

Seorang ulama terkenal yaitu Imam Syafi’i mengatakan bahwa mencatat adalah alat untuk mengikat ilmu atau bacaan. Sekiranya catatan tidak ada lalu kita lupa maka ilmu itu lenyaplah dari diri kita.

(5)

c. Mencatat renungan-renungan

Dalam kehidupan, sering kita memaknai sesuatu dengan cara merenung. Dengan merenung kita menyadari bahwa hidup ini bukanlah kesia-siaan. Renungan itu jangan dibiarkan hilang dan dilupakan, karena itu tulislah sebuah renungan yang terlintas dalam benak kita.

d. Mencatat gagasan-gagasan

Pada waktu menemukan suatu gagasan, catatlah gagasan tersebut untuk kita pikirkan lebih lanjut dan kita laksanakan. Gagasan yang dibiarkan terlupakan tidak akan membuahkan sesuatu sehingga kita kekeringan gagasan.

Selain manfaat menulis yang dikemukakan oleh Yus Rusyana, Sabarti Akhidaiat (1996 : 1-20) mengemukakan beberapa manfaat menulis sebagai berikut :

1) Dengan kegiatan menulis, kita dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi diri kita.

2) Dengan kegiatan menulis, kita dapat mengembangkan beberapa gagasan. 3) Dengan kegiatan menulis, kita dapat lebih banyak menyerap serta menguasai

informasi sehubungan dengan topik yang kita tulis.

4) Dengan kegiatan menulis, kita dapat memecahkan permasalahan yaitu dengan menganalisisnya secara tersurat dalam konteks yang konkrit.

2.3.3 Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa

Proses komunikasi berlangsung melalui tiga media, yaitu visual, oral dan menulis. Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek penting dalam proses komunikasi.

(6)

Kemajuan suatu bangsa dan negara dapat diukur dari maju atau tidaknya komunikasi tulis bangsa tersebut. Maju atau tidaknya komunikasi tulis dapat dilihat dan diukur dari kualitas dan kuantitas hasil percetakan yang terdapat di negara tersebut.

Tulisan digunakan oleh orang-orang terpelajar untuk merekam, meyakinkan, melaporkan serta mempengaruhi orang lain, dan maksud serta tujuan tersebut hanya bisa tercapai dengan baik oleh para penulis yang dapat menyusun pikirannya serta mengutarakannya dengan jelas (mudah dipahami); kejelasan tersebut bergantung pada pikiran, susunan/ organisasi, penggunaan kata-kata, dan struktur kalimat yng cerah (Morsey, 1976: 132).

Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung. Kegiatan menulis adalah kegiatan aktif produktif. Menulis dikatakan produktif karena dengan menulis, penulis dapat menghasilkan sesuatu, yaitu sebuah pikiran yang telah dikarangnya, diorganisasikan dengan sistematis dan logis, sehingga menjadi karya tulis yang dapat diterima oleh pembaca.

Penulis harus menguasai bahasa yang dipakainya sebagai media. Ia harus mampu menulis kata-kata yang benar menurut kaidah bahasa tersebut. Penulis mampu menggunakan kata-kata yang tepat, menyususn kalimat yang efektif dan menyusun paragraf yang memenuhi syarat, sehingga makna yang terkandung dalam tulisannya dapat dipahami oleh pembacanya.

(7)

2.4 Menulis di Kelas Tiga

Menulis merupakan aktivitas yang tidak menarik. Kesalahan pada satu kata dapat menyebabkan siswa melemparkan kertas itu sebelum mencoba menulis lagi. Bahkan tanda salah yang kecil pun dapat menyebabkan anak membuang kertas dan memulainya lagi.

Ketika anak meninggalkan egosentris pada tahap operasi konkrit, mereka mulai mengetahui bahwa beberapa benda dapat dikenali sedangkan lainnya tidak. Anak-anak kelas satu jarang menghawatirkan tulisan mereka, sebab mereka memberikan perhatian sepenuhnya untuk menikmati aktivitas menulis dan bukannya mencari reaksi pembaca atau kesalahan ejaan. Sebaliknya bagi anak-anak kelas tiga pengesahan dan penerimaan sangatlah penting. Contohnya jika guru memuji seorang siswa tentang binatang kesayangannya, siswa yang lain mungkin akan memilih cerita yang mirip tentang binatang dengan harapan guru akan memuji pekerjaan mereka. Dengan demikian pengakuan terhadap kemampuan diri mulai terlihat di kelas tiga.

2.4.1 Pelaksanaan Pengajaran Menulis di Kelas Tiga

Pelaksanaan pembelajaran menulis di kelas tiga pada dasarnya sama dengan di kelas satu. Namun, karena bahan pengajaran di kelas tiga berbeda dengan di kelas satu dan tingkat kesulitannya pun relatif tinggi.

Adapun beberapa cara yang perlu diperhatikan . Cara-cara tersebut antara lain sebagai berikut:

(8)

a. Pengenalan

Pada tarap pengenalan ini guru hendaknya memperhatikan benar-benar tulisan yang hendak dikenalkan kepada anak terutama huruf yang belum pernah dikenalkan.

b. Menyalin

Pembelajaran menyalin di kelas tiga dapat dilakukan dengan alternatif berikut. 1) Menjiplak

2) Menyalin dari tulisan cetak (lepas) ke tulisan sambung atau sebaliknya. 3) Menyalin dari huruf kecil menjadi hurup besar pada huruf pertama kata awal

kalimat.

4) Menyalin dengan cara melengkapi, yakni dengan cara melengkapi dengan tanda baca, dan melengkapi dengan kata.

c. Menulis Halus atau Indah

Perbedaan menulis halus di kelas satu dengan di kelas tiga terletak pada bahan yang diajarkan. Dalam pelaksanaannya pembelajaran menulis indah atau halus yang harus diperhatikan adalah bentuk, ukuran, tebal tipis tulisan, dan kerapian. d. Dikte/ Imlak

Pembelajaran dikte dimaksudkan untuk memantapkan siswa dalam menuliskan kalimat yang pada hurup awal katanya menggunakan hurup besar. Selain itu, penggunaan tanda baca atau penggunaan diftong dalam kata atau kalimat juga dikenalkan dan dilatihkan melalui kegiatan dikte.

(9)

e. Menulis Nama

Para siswa diberi materi untuk menulis nama benda, nama orang, nama jalan, desa, kota, binatang, tumbuhan, dan sebagainya. Perbedaannya dengan di kelas satu adalah siswa di kelas tiga sudah menulis dengan hurup besar di awal kata nama tersebut. Latihan ini merupakan latihan dasar mengarang.

f. Mengarang Sederhana

Pelajaran mengarang di kelas tiga diberikan dalam bentuk mengarang sederhana cukup lima sampai sepuluh baris. Dalam mengarang ini digunakan rangsang visual berupa gambar. Selanjutnya siswa diminta menyusun cerita sesuai dengan gambar tersebut. Selain dengan rangsang visual, dapat juga dengan meminta siswa menuliskan pengalaman sendiri, cerita dari bangun tidur sampai akan berangkat ke sekolah atau dalam perjalanan menuju ke sekolah dan sebagainya. Dalam mengarang sederhana di kelas dua kerapian, ketepatan ejaan, dan isi karangan ditekankan kepada siswa untuk diperhatikan.

2.4.2 Perkembangan Tulisan Siswa Kelas Rendah ( Kelas Tiga)

Perkembangan tulisan anak setelah masuk di kelas satu, dua, dan tiga sekolah dasar banyak bergantung kepada kreativitas guru. Oleh karena itu, guru diharapkan membekali dirinya dengan kemampuan menulis.

Beberapa guru berpendapat menulis adalah keterampilan yang tidak diajarkan di TK. Calkins (1986) menyatakan bahwa anak-anak berpengetahuan awal tentang tulisan. Mereka memiliki kecendrungan melihat mereka sendiri sebagai penulis. Dalam hal ini mereka dengan cepat mempelajari konvensi bahasa tulis. Calkins

(10)

menyatakan guru-guru TK dan guru-guru kelas satu hendaknya menciptakan situasi menulis yang menarik. Misalnya dengan menyiapkan kertas dan amplop untuk menulis surat dan menempelkan objek-objek tersebut di ruangan.

Di kelas tiga menulis dapat terlihat perbedaannya. Beberapa anak melanjutkan menulis dengan meyakinkan dan antusias seperti yang dikerjakan di kelas satu, menghasilkan lembaran cerita yang menjelaskan tentang kehidupan mereka. Bagi anak-anak lain, menulis merupakan aktivitas yang tidak menarik. Satu kata yang salah ejaannya dapat menyebabakan siswa akan melemparkan kertas itu sebelum mencoba menulis lagi. Bahkan tanda salah yang kecilpun akan menyebabkan anak akan membuang kertas dan memulai lagi.

Ketika anak-anak kelas tiga menulis tentang kejadian, mereka ingin memasukan segalanya seperti pada karangan yang objektif pada suatu peristiwa. Setiap aspek peristiwa yang penting atau tidak hendaknya diberi perhatian yang sama dan sedikit memberikan interpretasi.

Anak-anak pada usia ini sering membuat cerita bed to bed yang naratif dalam kejadian-kejadian yang terjadi dari waktu mereka bangun tidur di pagi hari sampai tidur di malam hari (Calkins, 1986). Bahkan jika maksud penulisan itu untuk mendeskripsikan ulang tahun atau hari raya, maka terbuka untuk mendapatkan perhatian yang sama seperti menyiapkan makan dan membersihkan kamar tidur.

(11)

2.4.3 Fungsi Tulisan Anak

Sejak usia dua atau tiga tahun seorang anak sudah memiliki specific ideas untuk ragam bahasa tulis dan bagaiman mengoperasionalkan itu, tentunya melalui membaca dan menulis.

Berdasarkan pernyataan di atas, ada beberapa hal yang dapat dipertimbangkan untuk melihat fungsi dan bentuk tulisan anak, di antaranya:

a) Kemampuan menulis tidak diturunkan secara biologis

b) Kemampuan menulis terbentuk sejalan dengan kemampuan membaca

c) Kemampuan menulis dapat dibina dan dikembangkan sejak usia dini, dan juga kemampuan membaca dirinya.

d) Kemampuan menulis lahir setelah kemampuan menyimak dan membaca meningkat.

Kita sadari bahwa tulisan anak merangkaikan paapran suatu ide untuk disampaikan kepada orang lain sudah dimulai sebelum mereka mampu menggunakan aksara, berdasarkan hasil simakan yang kemudian direkonstruksikan dengan versinya sendiri. Dengan bentuk suatu pola yang disukainya, maka biasanya pemaparan dimulai dari apa yang paling menarik dari dirinya, orang lain, topik, dan baru pada tujuannya.

Jadi, jika kita berniat mengenali tulisan anak baik itu fungsi atau bentuk maka kita harus mampu mengenali beberapa hal, di antaranya adalah :

Siapa diri anak; maksudnya pada umumnya anak pada tahap awal mengembangkan kemampuan menulis selalu ingin dekat bahkan tidak mau dipisahkan dari apa yang sedang dikisahkan.

(12)

Audensi; anak sangat tinggi tingakat ketergantungan pada orang dewasa yang ada di sekitarnya. Demikian pula tingkat kecemasan, rasa ingin tahu mereka dilakukan dengan mengenali sipa orang-orang yang berada dekat dengn anak tersebut.

Topik; hal-hal yang sedang in pada saat itu.

Tujuan; apakah dalam tulisannya anak hanya sekadar menyampaikan sesuatu, menguaraikan sesuatu, atau mengekspresikan sesuatu.

Berdasarkan uraian tersebut kita dapat mengklasifikasikan fungsi dan bentuk tulisan anak. Ada lima dasar cara untuk menuangkan gagasan ke dalam sebuah karangan, yaitu bentuk ekspresi, deskripsi, eksposisi, argumentsi, dan narasi.

2.5 Gambar Seri

2.5.1 Pengertian Gambar Seri

Gambar seri diambil dari kata gambar dan seri. Menurut kamus Bahasa Indonesia gambar adalah tiruan benda, orang, atau pemandangan yang dihasilkan pada permukaan yang rata. Sedangkan seri adalah rangkaian yang berturut-turut baik itu cerita, buku, peristiwa, dan sebagainya.

Gambar seri yang dipakai dalam pembelajaran menulis karangan adalah rangkaian gambar yang tersusun secara kronologis. Dari rangkaian gambar tersebut maka akan membentuk sebuah cerita yang nanatinya menjadi sumber ide bagi siswa untuk mengarang yang sesuai dengan imajinasi anak terhadap rangkaian gambar tersebut.

Adapun jumlah karangan yang akan ditulis anak berdasarkan rangkaian gambar tersebut sebanyak lima sampai sepuluh baris.

(13)

2.5.2 Keunggulan Menulis Karangan Sederhana dengan Menggunakan Media Gambar Seri

Setiap metode pasti ada kebaikan dan kelemahannya. Di bawah ini akan diuraikan beberapa keunggulan menulis karangan sederhana dengan menggunakan media gambar seri. Keungulan-keunggulan itu di antaranya adalah:

a) Anak terangsang untuk menulis karangan berdasarkan visualisasi yang ada. b) Memudahkan anak mendapat ide

c) Imajinasi anak akan lebih kuat untuk merefleksikannya dalam bentuk tulisan d) Anak diajak lebih dekat dengn kehidupan

e) Perhatian anak akan lebih fokus

f) Merangsang anak untuk lebih banyak bertanya tentang gambar baik kepada guru atau kepada sesama teman.

g) Meningkatkan kemampuan anak dalam menulis karangan.

2.5.3 Kelemahan Menulis Karangan Sederhana dengan Menggunakan Media Gambar seri

Adapun kelemahan dari menulis karangan sederhana dengan menggunakan media gambar seri adalah sebagai berikut:

a. Anak akan cepat membuang hasil karangan apabila menurutnya terjadi kekeliruan.

b. Timbul kebosanan karena gambar yang dilihat tidak sesuai dengan apa yang dia bayangkan.

(14)

d. Memerlukan pengetahuan sebelumnya, artinya pengalaman pribadi sangat mempengaruhi pengetahuan.

e. Pusat penulisan hanya terbatas pada gambar yang terpampang di papan tulis, sehingga siswa tidak mengembangkan lagi apa yang harus dia tulis.

2.6 Menulis Karangan Sederhana dengan Menggunakan Media Gambar Seri dalam Kurikulum 2006 (KTSP)

2.6.1 Latar Belakang

Bahasa memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial, dan emosional peserta didik dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya, dan budaya orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, berpartisipasi dalam masyarakat yang menggunakan kemampuan analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya.

Pembelajaran Bahasa Indonesia dirahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi dalam Bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan ataupun tulis, serta menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya satra manusia Indonesia

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, keterampilan berbahasa. Dan sikap positif terhadap bahasa dan sastra Indonesia. Standar kompetensi ini merupakan dasar bagi peserta didik untuk memahami dan merespon situasi lokal, regional, nasional dan global.

(15)

Dengan standar kompetensi mata pelajaran Bahasa Indonesia ini diharapkan: a. Peserta didik dapat mengmbangkan potensinya sesuai dengan kemampuan,

kebutuhan, dan minatnya, serta dapat menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil intlektual bangsa sendiri

b. Guru dapat memusatkan perhatian kepada pengembangan kompetensi bahasa peserta didik dengan menyediakan berbagai kegiatan berbahasa dan sumber belajar.

c. Guru lebih mandiri dan leluasa dalam mentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengn kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan peserta didiknya.

d. Orang tua dan masyarakat dapat secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di sekolah.

e. Sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan dan kesastraan sesuai denagn keadaan peserta didik dan sumber belajar yang tersedia

f. Daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengn kondisi dan kekhasan daerah denan tetap mempertahankan kepentingan nasional

2.6.2 Tujuan

Mata pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut.

(16)

a. Berkomunikasi secara efektif dan efesien sesuai dengn etika yang berlaku, baik secara lisan maupun tullisan.

b. Menghargai dan bangga menggunakan Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahsa Negara.

c. Memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan

d. Menggunakan Bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

intelektual, serta kematangan emosional dan social

e. Menikmati dan memanpaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.

f. Menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia Indonesia

2.6.3 Ruang Lingkup

Ruang lingkup mata pelajaran Bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a. Mendengarkan b. Berbicara

c. Membaca

(17)

2.6.4 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas III, Semester 2

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Menulis

8. mengungkapkan pikiran dan

perasaan, dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi

8.1 menulis karangan sederhana

berdasarkan gambar seri

menggunakan pulihan kata dan

kalimat yang tepat dengan

memperahatikan penggunaan

ejaan, huruf kapital dan tanda titik

2.7 Langkah-Langkah Pembelajaran Menulis Karangan Sederhana dengan Menggunakan Media Gamabar Seri

Berikut langkah-langkah pembelajaran menulis karangan sederhana dengan menggunakan media gambar seri. Pada tahap persiapan, tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru adalah:

a. Menentukan model pembelajaran yang akan digunakan, dalam kesempatan ini adalah media gambar seri

b. Menentukan materi yang akan diajarkan yaitu tentang menulis karangan sederhana untuk dikerjakan siswa yang terdapat dalam LKS.

c. Mengembangkan materi pelajaran

d. Menyampaikan tugas dan peran siswa dalam kegiatan pembelajaran e. Menentukan waktu dan tempat.

(18)

Pada tahap pelaksanaan pembelajaran menulis sederhana dengan menggunakan media gambar seri, terdapat beberapa kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa di dalam kelas yaitu:

a. Guru menyajikan materi pembelajaran

b. Guru meberikan contoh karangan sederhana dengan teknik media gambar kepada siswa-siswi

c. Guru menjelaskan teknik menulis karangan sederhana dengan menggunakan media gambar.

d. Guru menjelaskan unsur-unsur menulis karangan sederhana.

e. Guru menyuruh siswa untuk membuat karangan sederhana dari media gambar seri yang ada.

f. Guru mengidentifikasi hasil temuan-temuan siswa, kemudian guru memberikan pengarahan agar tidak terjadi lagi kesalahan dalam menulis karangan sederhana dengan menggunakan media gambar seri.

g. Melakukan postes.

(19)

Gambar

Gambar  seri  diambil  dari  kata  gambar  dan  seri.  Menurut  kamus  Bahasa  Indonesia  gambar  adalah  tiruan  benda,  orang,  atau  pemandangan  yang  dihasilkan  pada permukaan yang rata

Referensi

Dokumen terkait

Pendaftar an dan pengambilan Dokumen Pengadaan dapat diw akilkan dengan membaw a tanda pengenal dan sur at tugas dar i dir ektur utama/ pimpinan per usahaan/ penugur

Eksperimen menurut Kerlinger (1986: 315) adalah sebagai suatu penelitian ilmiah dimana peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih variabel bebas dan melakukan

Sistem manajemen basis data (DBMS) adalah suatu aplikasi peranti lunak yang menyimpan struktur basis data, data itu sendiri, hubungan di antara data di dalam

Jadi dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa intensitas membaca Al- Qur‟an adalah keadaan tingk atan atau ukuran intensnya dalam kegiatan

Inflasi year-on-year bulan Juli 2015, dari 6 ibukota provinsi di Pulau Jawa, inflasi tertinggi terjadi di Kota Serang sebesar 9,09 persen, diikuti oleh Kota Bandung sebesar

Untuk mengatasi hal tersebut, maka penulis membuat Penulisan Ilmiah ini yang berisikan sebuah program sederhana mengenai otomatisasi monitoring server, yaitu sebuah program yang

Bila energi yang dihasilkan oleh sel tubuh dari glukosa tidak digunakan seluruhnya maka kelebihannya akan diproses menjadi glikogen yang disimpan di hati, atau menjadi

(5) Pelaksanaan anggaran oleh SKPD yang menangani urusan pemerintahan bidang pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak sebagaimana dimaksud pada ayat (1),