32
Universitas Kristen Petra
4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Tempat Penelitian
Tempat penelitian di Yayasan Pendidikan Anak Buta (The foundation for the education of blind children). Di jalan Gebang Putih 5, Surabaya. Telepon: (031) 5945762; Fax (031) 5945762. E-mail: [email protected]. Bank: Mandiri,
Surabaya Pahlawan No Rekening : 140-00-9808309-1.
Yayasan pendidikan Anak Buta (YPAB) didirikan oleh Prof. Dr. M.
Soetopo (alm) bersama dengan istri beliau Ny. G. Soetopo van Eybergen,
berdasarkan Akte Notaris Anwar Mahayudin Surabaya, Nomor 17, tanggal 9 Maret 1959. MOTTO yayasan ini adalah seperti terbaca dalam logo yayasan:“YAKIN PASTI AKAN BERHASIL”. Ketua YPAB untuk periode 2001-2010 dijabat oleh: Prof. Dr. H. R. Soedarso Djojonegoro, AIF.
Gambar 4.1. Logo SMPLB YPAB Surabaya Sumber : SMPLB YPAB Surabaya
2011
Visi Misi dan Tujuan dari YPAB adalah: Visi:
“Unggul dalam prestasi, disiplin dan mandiri dalam berkarya berdasarkan nilai iman dan taqwa”
Misi:
Menumbuh kembangkan minat belajar para tunanetra agar sejajar dengan anak-anak biasa pada umunya
menggali dan mengembangkan potensi yang dimilikioleh penyandang tunanetra sebagai bekal kehidupan masa depan tanpa ketergantungan orang lain.
33
Universitas Kristen Petra
Tujuan:
menumbuhkan semangat belajar siswa tunanetra dalam mensukseskan program wajib belajar Sembilan tahun berdasarkan kurikulum berbasis kompetensi.
mempersiapkan pendidikan berkelanjutan bagi penyandang tuna netra agar mereka mampu bersaing dengan anak-anak normal pada umumnya pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
memberikan rehabilitas dan menanamkan rasa percaya diri pada penyandang tunanetra baru, agar dapat hidup lebih bersemangat.
menanamkan prinsip bahwa kecacatan bukanlah suatu halangan untuk berprestasi
YPAB menerima anak tuna netra berusia antara 4-18 tahun. Kegiatan belajar mengajar di YPAB menggunakan Kurikulum Pendidikan Sekolah Umum dari Dinas Pendidikan Nasional dan dipadukan dengan Kurikulum Pendidikan Luar Biasa.
Pendidikan Kulikuler di YPAB meliputi: Taman Kanak-kanak Luar Biasa (TKLB), mempersiapkan anak agar dapat memiliki dasar perkembangan sikap dan penyesuaian diri dalam mengikuti pendidikan pada jenjang SDLB. Jenjang TKLB ini berlangsung 2-3 tahun. Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), memberikan pengetahuan, kemampuan, dan Keterampilan dasar dalam rangka melanjutkan ke jenjang pendidikan di SMPLB. Jenjang SDLB ini berlangsung sekurang-kurangnya 6 tahun. Sekolah Menengah Luar Biasa (SMPLB), meningkatkan pengetahuan, pengetahuan, dan ketrampilan dasar yang telah diperoleh di SDLB, serta mempersiapkan diri untuk melajutkan pendidikan terpadu di SMA Negeri/Swasta, maupun SMALB YPAB. Jenjang ini berlangsung sekurang-kurangnya selama 3 tahun.
Pendidikan Ekstra Kurikuler di YPAB meliputi: Seni musik seperti, band yang dilaksanakan setiap hari jumat sepulang sekolah pada jam 13.30-14.30 di ruang musik. Angklung alat musik tradisional yang latihannya satu bulan sekali. Mengaji, membaca Al-Qur’an. Yang dilaksanakan setiap hari senin sepulang sekolah. Massage, mempelajari struktur pemijatan.
YPAB menyedidakan asrama bagi siswa-siswi yang berasal dari luar kota Surabaya maupun dalam kota Surabaya. Menyediakan sarana antar jemput bagi
34
Universitas Kristen Petra siswa-siswa yang bertempat tinggal di kota Surabaya. Lulusan SMPLB YPAB Surabaya, dapat melanjutkan ke sekolah SMA UMUM. Setelah tamat dari SMA, mereka dapat melanjutkan Universitas/Perguruan Tinggi. Mereka yang telah menamatkan pendidikan, memperoleh kesempatan untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS), Karyawan Swasta, sesuai dengan ijazah dan kemampuannya. (Brosur SMPLB YPAB 2010).
Jumlah guru yang ada di SMPLB YPAB Surabaya berjumlah sepuluh guru pengajar, dan satu kepala sekolah dan anggota TU. Rila adalah seorang guru tuna netra yang mengajar musik. nama lengkap Rila adalah Drs. Rila Wirawan.
35
Universitas Kristen Petra
STRUKTUR ORGANISASI SMPLB YPAB SURABAYA
Kerangan :
= Garis Komando = Garis kerjasama
Gambar 4.2. Struktur Organisasi Sumber: SMPLB YPAB Surabaya 2011 YAYASAN KEPALASEKOLAH GURU SISWA KOMITE SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN NASIONAL WAKIL KEPALA SEKOLAH
36
Universitas Kristen Petra
4.2. Profil Informan
Pada penelitian ini, dilibatkan bebrapa informan sebagai nara sumber yaitu: Rila dan Abid. Nama tersebut adalah nama asli dari nara sumber yang telah mengijinkan untuk menuliskan nama asli mereka di penelitian ini.
4.2.1. Abid (nama sebenarnya)
Abid lahir di Tulungagung pada tanggal 19 Agustus 1995, mempunyai nama lengkap Abid ATS Tsa’uri Imaduddin. Anak ke tiga dari empat bersaudara ini lahir secara premature usia (8bulan). Pada usia 16 bulan baru diketahui bahwa ia menderita gangguan pengelihatan. Pada saat berusia1-5 tahun, dia hanya bisa gelap dan terang. Semakin bertambah usianya semakin berkurang pengelihatannya, hingga menginjak usia 15 tahun Abid tidak dapat lagi melihat gelap dan terang. Tak hanya gangguan pengelihatan, Abid tidak mempunyai langit-langit rongga mlut (sumbing dalam). Pada saat usia 3,5 tahun, Abid dioperasi untuk pembuatan langit rongga mulut di RS Dr. Soetomo. Saat masih balita Abid sering mengalami sakit-sakitan hingga harus di opname. Abid memang memiliki postur tubuh yang tingginya 154 cm, dan berat tidak sampai 40kg. Dalam berkomunikasi memang Abid agak pemalu, dikarenakan suara yang dikeluarkan agak bindeng (tidak jelas). Membuat Abid tidak percaya diri dan hanya tersenyum dan menyenggol temannya pada saat di ajak ngobrol. Abid memiliki dua bola mata, dan kelainan pada daerah mulut meski sudah dioperasi. Warna kulit coklat, kurus, muka trus, rambut pendek ikal. Secara fisik dia agal lemah, sering sakit ringan seperti panas, pilek, batuk.
Abid siswa kelas 8 SMPLB YPAB, dikelas tergolong anak yang bisa mengikutin mata pelajaran. Di dalam bidang akademik Abid menyukai mata pelajaran bahasa inggris nilai yang diperoleh 8. Selain mata pelajaran akademik, ia suka bermain musik sejak kelas 3 SD. Alat musik yang di mainkan saat itu adalah keyboard. Awalnya belajar main sendiri, melihat bakat dalam musik Sukani dan Masri memberikan dukungan dan mendaftarkan ke les prifat. Sukani dan Masri (orang tua Abid) tidak bisa main musik. Bakat yang diliki Abid ini ada sejak ia masih kecil, dan mulai belajar secara otodidak. Hobby membaca majalah tentunya dengan huruf Braille, dan Abid suka membaca cerpen (cerita pendek). Selain membaca Abid suka bermain musik seperti keyboard, drum dan bass. Pada
37
Universitas Kristen Petra kegiatan ekstra kulikuler musik band, Abid memainkan musik bass, tapi juga kadang dipindah ke drum. Abid yang terlihat kecil saat menggendong alat musik bass, karena postur tubuhnya yang kecil tadi. Tapi memiliki kemampuan untuk memainkannya dengan benar. Begitu juga saat memainkan alat musik drum, Abid terlihat kecil dengan postur tubuhnya yang kurang tinggi, tapi bakat yang dimilikinya mengalahkan postur tubuhnya ini. Di dalam band ini, Abid tergolong masih baru bergabung. Jadi ekspresi dan kedekatan dengan Indra, Ipung, Fanya, Prana mesti harus terus dibina agar kompak. Serta tidak malu-malu lagi dan memiliki rasa percaya diri. Kalau dari tingkat kesulitan mengikuti band Abid merasa tidak terlalu sulit, hanya perlu sering latihan dan tetap menjaga kondisi tetap fit. Rila juga memperhatikan perkembangan Abid dalam bermain musik, ia tetap di latih dan diberi masukan agar cara bermainnya semaikin baik. Abid senang dan tidak merasa kesal dengan Rila, meski sering mendapat teguran.
Abid ini termsuk anak yang berbakat dalam kesenian. Meski dia juga pendiam tidak terlalu banyak bicara, ia hanya tersenyum sebagai tanda ekspresinya. Tapi kalau sedang bercanda dengan temannya ia juga tidak terlalu pendiam, dan bisa mengobrol bersama temannya. Dibalik sifat pemalunya ia juga menggemari group band ungu, dari semua lagunya ia suka contoh lagunya “percaya padaku”. Abid dapat bergaul dengan teman meski agak lambat karena ia pemalu. Ia merasa takut untuk bilang sesuatu seperti kalau ditanya satu kali tidak langsung di jawab. Jika pertanyaanya di ulang kembali ia baru menjawab. Misalnya ditanyai suka makanan apa? Ia pasti tersenyum duluselang berapa detik baru di Tanya lagi “Abid sukanya makanan apa?” ia baru menjawab dengan singkat “yang berkuah”. Terlihat Abid ini ingin berekspresi, tapi ia memiliki kendala yaitu malu, dan takut terlihat dari caranya menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Ia merasa malu kalau berbicara karena memiliki keterbatasan. Abid anaknya ramah dan tidak takut bertemu dengan orang yang baru dikenal.
4.2.1.1. Setting Observasi dan Wawancara
wawancara dengan Abid pada tanggal 15 Oktober 2011, sekitar pukul 16.00 di depan asrama putra. Sambil duduk dibadukan yang terbuat dari batu. Abid duduk di ujing dekat tembol sambil memakai kaos hijau. Lokasi asrama ini
38
Universitas Kristen Petra didepan ruang perpustakaan. Pada saat wawancara bersama Abid, sambil duduk di depan asrama. Ada dua badukan kiri dan kanan, awalnya duduk di sebelah disebelah kiri, lalu pindah kesebelah kanan. Pada saat wawancara berlangsung peneliti harus mengulang-ngulang pertanyaan agar Abid mau menjawab. Peneliti bertanya dengan perlahan-lahan agar Abid mengerti apa yang peneliti maksud. Cukup terganggu dengan suasana yang agak ribut di dalam asrama. Bangunan yang berwarna putih dengan ukuran 10x12. Didepan asrama rerdapat badukan dari batu yang bisa didudukin. Didepan asrama ada halaman kecil dengan rumput yang berwarna hijau dan ada pohon kecil. Ada 2 ventilasi yang terlihat dari luar. Udaranya sejuk ketika duduk di depan asrama. Di dalam asrama terdapat 4 kamar. Yang di batasi oleh tembok berwarna putih. Pintu asrama berwarna putih tingginya 2m.
4.2.2. Rila (nama sebenarnya)
Drs. Rila Wirawan adalah guru ekstra kurikuler kesenian yang sering dipanggil Rila di SMPLB YPAB (Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Yayasan Pendidikan Anak Buta) Surabaya. Asal dari Sumatra dan lahir di Surabaya 24 April 1963. Memiliki latar belakang pengelihatan yang normal sejak lahir hingga duduk di bangku SMP. Sejak duduk di bangku SMP mengalami penurunan pengelihatan hingga mengalami tuna netra. Alasannya karena ada saraf yang melemah dan mengakibatkan netra. Rila yang tetap memiliki semangat meski pengelihatannya mulai menurun, awalnya mengalami sedih dan memasuki dunia yang baru sebagai netra. Tetapi Rila tetap bersemangat sekolah dan meraih cita-cita hingga Perguruan Tinggi. Rila yang memiliki cirri-ciri rambut pendek cepak. Muka kecil bulat, hidung mancung. Warna kulit kuning kecoklatan, badan kurus. Tinggi berkisar 175cm dan berat 70kg. Memiliki dua bola mata yang lengkap.
Dari Sekolah Dasar (SD) mengambil sekolah biasa hingga SMP kelas 1. Kelas 2 SMP mulai pindah ke Sekolah YPAB. Setelah lulus SMP Rila ingin melanjutkan ke SMA, tapi tidak ada yang mau menerima. Dan masuklah di SPG (Sekolah Pendidikan Guru) setara SMK sekarang. Dari Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Rila melanjutkan ke Perguruan Tinggi di Universitas Negri Solo jurusan
39
Universitas Kristen Petra Pendidikan. Selama satu tahun Rila mengambil kursus musik di Yayasan Musik Indonesia (YMI) di Surabaya. Rila menguasai beberapa alat musik dan teorinya. Alat musik yang dikuasai dalam band Seperti keyboard, Bass, drum.
Setelah lulus dari pengambilan ijazah musik, Rila menjadi guru prifat musik. Akhirnya Rila di panggil YPAB untuk menjadi guru honor. Sempat juga menjadi guru negeri selama 3 tahun. Rila mengajar musik di SMPLB YPAB Surabaya mulai tahun 1995-2010. Rila juga menjadi guru kesenian musik di Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) Gedangan Surabaya hingga sekarang. Itu yang membuat Rila hanya bisa mengajar ekstra kulikuler musik di SMPLB YPAB Surabaya.
Rila memiliki dua orang anak perempuan yangsudah lulus dari kuliahnya dan sudah bekerja. Rila tetap ingin menjadi seorang guru musik karena memiliki jiwa musik dan senan mengajar. Rila orang yang memiliki rasa humor, diseling wawancara ia kadang bergurau yang membuat peneliti tertawa. Suka makanan yang di bakar seperti seafood juga sering melakukan analisa terhadap dirinya sendiri, seperti contoh apabila sedang menelepon. Ia menggunakan indra pendengar untuk mengetahui situasi dari lawan bicara di telepon.
Dalam mengajar Rila juga cukup disiplin dalam mengajar dan memiliki kepekaan terhadap suara musik. Rila memberikan ekstra kulikeler musik, salah satunya adalah Band. Dimana Rila mengusulkan untuk adanya ekstra kulikuler band, dan dari pihak yayasan menyetujui. Perlengkapan alat musik Band pun di sediakan oleh yayasan baru ekstra kulikuler ini mulai berlangsung. Ekstra kulikuler band ini mulai dari tahun 2003. Dan Rila tetap konsekuen untuk tetap mengenmbangkan ekstra kulikeler band ini dari tahun ke tahun. Adanya ekstra kulikuler ini untuk memotivasi siswa YPAB untuk memiliki bakat dan minat lebih dalam musik.
Dalam kehidupan sehari-hari, Rila tergolong mandiri. Rila pergi ketempat mengajar dan ketempat memberikan les privat dengan naik bemo. Rila memang minta bantuan untuk ada yang mengantar ke tempat bemo berhenti. Biasanya Rila minta tolong pada teman guru yang tidak tuna netra. Setelah itu ia berusaha sendiri. Seperti contoh dari arah gedangan menuju ke SMPLB YPAB Surabaya jalan Gebang Putih pada hari jumat ekstra kulikuler musik. dari Gedangan di
40
Universitas Kristen Petra turunkan di tempat bemo warna kuning meuju terminal Joyoboyo. Dari terminal Joyoboyo ia pindah lagi ke bemo jurusan Gebang Putih. dari Gedangan menuju Gebang Putih memakan waktu kurang lebih 2 jam. Rila berusaha mandiri dan tidak sepenuhnya bergantung pada orang lain, ya meskipun pasti juga memerlukan bantuan ujar Rila. Paling tidak kata Rila saya sudah berusaha untuk tidak terlalu merepotkan banyak orang. Saya pernah ikut seminar ke Bandung saya berangkat sendiri kesana, ujar Rila.yang penting saya juga memakai identitas saya agar orang lain tau, seperti kacamata dan tongkat. Meskipun mengalami tuna netra , semangat dan antusias tidak boleh ikutan netra, ujar Rila. Kadang kala kalau sudah sore habis ngajar, di jemput sama anaknya yang nomer dua dengan naik sepeda motor. Karena kalau sudah terlalu sore cari bemo susah.
4.2.2.1. Setting Obserbasi dan wawncara
Wawancara dengan Rila dilakukan beberapa kali pada tanggal 08 September 2011 pukul 14.30 diruang guru. 15 Oktober 2011 wawancar adi ruang guru, pukul 15.15. 26 Oktober 2011, pukul 11.00 di ruang guru. 12 November 2011, wawncara dilakukan di ruang guru. Tempat ini berukuran 20X8m. Di ruangan ini terdapat meja guru yang panjang nya 10X1,5m terbuat dari kayu. kursi lipat untuk para guru. Terdapat 1 (satu) kipas angin di gantung di plafon. Ruangan ini berwarna putih. disebelah kiri terdapat televise flat 29”. Terdapat 2 (dua) lemari buku dan dokumen terbuat dari kayu, tingginya 2m.disebelah kanan tedapat lemari panjang terbuat dari kayu dan pintu kaca. Lemari ini diisi dengan macam-macam bentuk replika seperti bola duniapatung biologi, dan piala-piala yang pernah diraih. Didinding terdapat 6 (enam) foto yang digantung.
4.3. Temuan Data
Hal yang dijelaskan pada temuan data ini merupakan data yang direduksi peneliti dari keseluruhan data yang didapat peneliti selama melakukan observasi langsung juga wawancara yang dilakukan peneliti dengan Rila dan Abid. Data temuan yang akan dijelaskan peneliti dalam pembhasan ini merupakan data yang sesuai dengan fokus penelitian peneliti; yaitu kompetensi komunikasi Rila dalam mengajar musik.
41
Universitas Kristen Petra Sebelum melakukan observasi, tentunya peneliti melakukan perkenalan kepada pihak sekolah untuk memberitahukan tentang maksud penelitian yang akan dilaksanakan di SMPLB YPAB. Setelah melakukan perkenalan maksud dan tujuan penelitian, peneliti mulai membuat janji untuk observasi dan wawancara yang akan dilakukan dalam beberapa bulan kedepan. Dalam penelitian ini peneliti memfokuskan dalam kegiatan ekstra kurikeler musik. Dimana ekstra kurikuler musik di SMPLB YPAB semakin dikembangkan sebagai ajang kreatifitas untuk murid tuna netra. dalam penelitian ini, dilakukan setiap hari Jumat jam 13.00, diruang latihan yang ada di depan ruang guru. Dalam latihan ini didampingi seorang pengajar musik. Rila adalah guru tuna netra yang mengajar musik band di SMPLB YPAB.
Kedatangan yang kedua bulan Oktober 2011, peneliti hanya melihat-lihat kegiatan ekstra kuriler yang sedang berlangsung. Karena kedatangan peneliti di sore hari peneliti hanya bisa melihat sebentar latihan musik yang sedang berlangsung. Nampak Rila sedang duduk mendengarkan permainan musik dari anak-anak band. Sore itu peneliti tidak sempat terlalu lama untuk mengamati permainan mereka, dan peneliti segera menyapa Rila untuk memberitahukan bahwa peneliti sedang berada diruangan latihan tersebut.
Observasi pada latihan musik yang dilakukan pada bulan November 2010. Latihan ini dilakukan hari Jumat jam 13.00 di ruang latihan. Peneliti sudah berada di SMPLB YPAB sebelum pukul 13.00, dan menunggu di halaman depan ruang latihan sambil melihat-lihat keadaan sekitar SMPLB YPAB. Jam 13.10 tampak anak-anak mulai keluar dari pintu asrama dan berjalan menuju ruang latihan yang berada dibelakang asrama putra dan putri. Mereka berjalan beramai-ramai, ada yang bergadengan tangan, ada yang memegang pundak temannya sambil ngobrol. Sambil masuk keruang latihan dan anak-anak segera membuka alat musik yang masih tertutup oleh kain. Tak lama kemudian Rila masuk kedalam ruangan dan langsung kearah sound system yang ada di ujung sebelah kanan dari pitu masuk ruangan. Latihan dimulai sekitar pukul 13.30 anak-anak juga mulai berbincang mengenai lagu yang akan di mainkan. Hari ini lagu yang akan dimainkan dari penyanyi Sherina dengan lagu “pergilah kau”. Sebelum latihan dan lagu di mulai Rila mengecek kelengkapan sound sambil meminta
42
Universitas Kristen Petra anak-anak untuk menekan dan membunyikan alat musiknya, apakah bunyi yang dikeluarkan sudah bagus atau belum. Setelah selesai mengecek, Rila mulai berjalan ke depan lingkaran dari anak-anak duduk. Sebelum latihan dimulai Rila memberikan pembuka saeperti menanyakan kembali PR yang telah diberikan minggu lalu. Rila menanyakan apakah ada kesulitan dalam latihan lagu yang diberikan, dan anak-anak ada yang menjawab “tidak pak” dan ada juga yang hanya menanggapi dengan senyum-senyum saja. Rila memulai dengan meminta lagu pertama dari penyanyi Sherina. Rila menanyakan bagaimana mereka latihan dan menanyakan “rek, yak apa ada kesulitan gak?”. Ada yang menjawab ”gak pak, ada juga yang diam saja”. “Ya wes, mainkan dulu” pinta Rila. Lagu pertama pun dari Sherina dengan judul lagu Pergilah kau mulai dimainkan. Nampak Rila segera berjalan perlahan sambil meraba kedepan dan menghampiri kursi yang selalu ditaruh di daerah sekitar depan meja. Ternyata kursi tersebut memang selalu di letakkan di tempat itu agar anak-anak dan Rila tahu bahwa disana ada kursi yang tersedia. Sambil mendengarkan permainan musik dari anak-anak Rila duduk di kursi sambil melipat tangan di depan dada. Sambil kaki dilipat masuk ke dalam. Rila diam sambil melihat kearah depan. melihat kearah depan bukan berarti melihat mereka main melainkan mendengarkan sumber dari suara tersebut. Selama lagu dimainkan kurang lebih 10 menit, Rila tampak tetap diam dan sambil duduk tegak tidak berkomentar apa-apa. Setelah lagu selesai dimainkan, Rila mulai memberikan komentar kepada Abid “ Abid, tadi itu kurang banter bassnya nanti radak kencengan ya bid” Rila sambil berdiri dan berjalan diantara mereka. Abid tidak memberikan respon verbal, seprti kata-kata “iya pak atau ya pak”, Abid hanya diam saja. Anak-anak yang lain tidak berbicara saat Rila sedang berbicara kepada Abid. Rila meminta lagu untuk diulang kembali. Jedah beberapa menit sambil menyetel sound, lagu dimainkan kembali. Selama lagu dimainkan Rila tidak duduk. Dia sambil berdiri dan berjalan maju dan mundur di sekitar kursi. Selang 10 menit, lagu telah selesai Rila memberikan komentar, “oke, sudah bagus, nanti pada saat mau tampil harus dipertahankan dan lebih bagus lagi” setiap ketukan harus kompak, jangan mau bagus sendiri, satu bagus harus bagus semua”. Rila mengakhiri latihan dengan mengatakan bahawa latihan hari ini sampai disini dulu minggu depan saya mau kalian mainkan lagu ini, harus lebih
43
Universitas Kristen Petra bagus lagi yah. Anak-anak mulai ribut sendiri ketawa-ketawa membahas tentang latihan yang tadi. Sebelum mereka keluar Rila mengingatkan mereka untuk berlatih untuk minggu depan dengan lagu yang sama. Sambil mematikan sound, anak-anak juga mulai merapikan alat-alat musik dengan menutup kembali dengan kain seperti semula. Dan anak-anak mulai menuju keluar ruangan. Anak-anak meninggalkan ruangan latihan diikuti oleh Rila.
Dalam wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti sehabis latihan Rila banyak bercerita tentang kegiatan ekstra kurikuler yang telah dilakukan. Rila bercerita bahwa komunikasi yang terjalin Rila kepada Abid lebih sering menggunakan bahasa Jawa, dimana bahasa Jawa lebih membawa dampak relax dan santai. Karena dalam keseharian Rila dan Abid juga sering menggunakan logat dan bahasa Jawa.
Dalam mengajar Rila memiliki pengetahuan yang luas tentamng musik band. Menurut Rila, guru harus memiliki pengetahuan dan teori sebagai basic dari pengenalan akan musik. meski nantinya akan ada konsentrasi khusus dalam pengambilan special musik. Rila memiliki kemampuan menganalisa dari permainan alat musik meski Rila sendiri belum tentu ahli dalam alat musik tersebut. Tapi teori dan pelaksanna Rila bisa memahami dan mengajarkan pada latihan berlangsung.
Dalam mengajar Rila tegas dan pekah terhadap suara yang dihasilkan dari alat musik. apabila Abid dalam memainkan musik yang tidak sesuai dengan nada sebenarnya meskipun rame Rila bisa tahu bahwa Abid melakukan kesalahan dalam memainkan alat musik tersebut. mekipun Rila tuna netra tidak menutupkemampuan Rila dalam mengajar dan memberikan dorongan motivasi kepada Rila. Motivasi berupa dorongan semangat untuk Abid agar lebih giat lagi, sehingga pada saat akan tampil Abid sudah siap.
4.4. Analisis dan Interpretasi
Pada bagian ini temuan data observasi dan wawancara akan dianalisis, diinterpretasi dan ditriangulasi. Triangulasi akan dilakukan melalui wawancara dengan Abid.
44
Universitas Kristen Petra
4.4.1. Rila : Penyampaian pesan (komunikator)
Komunikator berkomunikasi untuk menyampaikan ide-ide kepada komunikan. Dalam mengutarakan keinginan sehingga dapat dimengerti orang lain. Yang dimaksud ialah ketika pesan yang dimaksud dapat dimengerti oleh si penerima pesan. Dalam penyampaian pesan dapat disamapaikan secara verbal dan non verbal.
Dalam obsservasi yang telah dilakukan oleh peneliti, pesan verbal yang disampaikan oleh Rila dari penelitian sebelum latihan dimulai Rila melakukan komunikasi kepada murid, menanyakan bagaimana perkembangan latihan dari seminggu yang lalu. “Rila menanyakan apakah ada kesulitan dalam latihan lagu yang diberikan, dan anak-anak ada yang memberikan feedback “tidak pak” dan ada juga yang hanyamemberikan positive feedback dengan senyum-senyum saja”. Rila sebagai komunikator memberikan respon kepada Abid “bassnya dikencengengin” maksud dari respon tersebut adalah agar bass yang dimainkan lebih keras dan volume bisa keluar dengan keras. Respon diberikan kepada Abid, pada lagu pertama setelah selesai dimainkan. Rila sebagai komunikator, juga memberikan motivasi kepada Abid agar lebih meningkatkan latihan dalam komunikasi ini Rila memberikan motivasi agar permainan Abid apat lebih bagus dari sebelumnya. Komunikasi yang dilakukan remainder sesudah latihan berlangsung, “mengingatkan kembali tugas untuk minggu depan”. Cara penyampaian pesan secara verbal arbitrariness, berkomunikasi secara verbal kepada Abid dengan suara yang jelas. Dalam latihan, penyampaian komunikasi nonverbal oleh Rila pada saat mendengarkan Abid latihan dengan melipat tangan dan menaruh di dada sambil duduk menyilangkan kaki kebelakang. Takkala juga Rila sambil berdiri disekitar depan kursi yang telah disediakan sambil jalan maju dan mundur seara perlahan-lahan. Dalam mengamati musik Rila juga sambil menundukkan kepala dan menoleh ke kanan dan ke kiri sambil mencari dan mengati sumber suara yang terdengar.
Dari hasil wawancara dan data observasi yang peneliti lakukan di lapangan, Rila adalah seorang guru yang mengajar musik di SMPLB YPAB Surabaya. Dalam mengajar Rila cukup tegas, dan menguasai teori dan pelaksanaan dari alat musik band ini. Dalam berkomuniksi Rila sebagai
45
Universitas Kristen Petra komunikator juga memberikan dukungan berupa motivasi kepada Abid. Dengan mengatakan bahwa permainan Abid lebih bagus lagi, supaya pada saat ada acara atau tampil disuatu acara tidak perlu ragu dan tinggal memantapkan lagi dari hasil latihan selama ini. Dari hasil observasi, keunikan dari Rila sebagai komunikator terletak dari cara menyampaikan pesan ke Abid. Rila dan Abid sama-sama tuna netra, maka dalam berkomunikasi mereka tidak saling bertatap muka secara face to face. Ketika Rila menyampaiakan pesan posisi Rila berada di depan dari Abid dengan jarak kurang kebih dua meter. Posisi Abid sedang duduk dengan menatap kedepan. Sedangkan Rila berbicara agak serong kesebelah kiri, dari posisi yang peneliti lihat mereka tidak terpengaruh dengan posisi tersebut. Yang penting suara dapat terdengar jelas dan pesan yang disampaikan juga dapat diterima dengan jelas.
Abid sebagai triangulasi juga mengatakan hal yang sama, dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti. Menurut Abid sendiri, Rila memiliki daya ingat yang tajam. Di mana letak kesalah Abid dia sudah hafal dan tahu. Sehingga dapat memberikan respon kepada Abid, dan Abid dapat mengerti letak kesalahannya. Menurut Abid, Rila sebagai komunikator mau mengerti apa yang menjadi kesulitan dari Abid seperti dalam berkomunikasi. Rila tidak memarahi Abid jika tidak memberikan feedback saat Rila berbicara kepada Abid. hal itu dikarenakan karena Abid memiliki kesulitan untuk berkomunikasi secara verbal. Rila juga memiliki wawasan yang luas untuk mengetahui semua jenis alat musik band dan teorinya. Itu menjadikan salah satu pemicu bagi Abid untuk berlatih dengan sungguh-sungguh untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
4.4.2. Rila sebagai Penerima Pesan (komunikan)
Berkaitan dengan teori kompetensi komunikasi, kompetensi komunikatif tidak hanya terdiri dari kemampuan untuk menghasilkan pesan dengan cara orang lain dapat memahami yang disampaikan dengan jelas. Tetapi juga kemampuan untuk menyampaikan pesan yang diterima, dan disampaikan kepada orang lain. Kesimpulannya adalah pesan yang disampaikan dapat diterima oleh si penerima pesan.
46
Universitas Kristen Petra Dalam hal ini Rila sebagai komunikan, menerima pesan dari hasil permainan musik yang telah dilakukan. Rila menerima pesan dalam bentuk nonverbal, dari hasil permainan musik. mendapat pesan melalui lagu dan suara musik, dari sana Rila memperhatikan setiap ketukan yang dilakukan oleh Abid. Dari tiap bait ke bait lagu, Rila memperhatikan apakah tempo yang dimainkah sedah benar dan seirama dengan yang lain. Rila yang nampak duduk di kursi sambil memperhatikan dan mendengarkan, takkala juga sambil berdiri di depan lingkaran saat murid sedang memainkan alat musik. Pesan yang diterima melalui suara yang dihasilkan dari permainan lagu tersebut.
Setelah lagu selesai dimainkan, Rila sebagai komunikan dalam menerima pesan yang telah disampaikan melalui permainan sebuah lagu dari Sherina. Dari beberapa bait yang telah dimainkan ada beberapa nada yang menurut Rila kurang tepat, sehingga Rila memberikan respon kepada Abid. Respon yang berikan secara verbal, dengan langsung memanggil nama Abid, dan memberitahukan letak kesalah Abid di bait ke berapa “bid tadi kurang kenceng itu yang awal”. Setelah menerima pesan dari hasil permainan dari sebuah lagu, Rila mampu menyampaikannya kepada Abid. Kemampuan Rila dalam menerima pesan dan mampu menyampaikan pesan yang telah diterima. Dari penyampaian tersebut Abid dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksud oleh Rila.
Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti, Rila sebagai komunikan cukup teliti. Teliti yang dimaksud adalah tahu detail latak kesalahan Abid dalam memainkan musik bass dalam sebuah lagu yang dimainkan. Dari hasil obeservasi yang telah dilakukan oleh peneliti, Rila lebih cenderung sebagai komunikator dalam mengajar musik dibandingkan dengan Rila sebagai komunikan. Rila sebagai komunikan juga memiliki potensi dalam menerima saran dari murid. Dalam berkomunikasi antara Rila dan Abid, Rila memiliki kecenderungan sebagai komunikator dari pada sebagai komunikasn. Sedangkan Abid lebih cenderung sebagi komunikan dari pada komunikator. Dalam hal ini bukan berarti Rila tidak memiliki kompetensi sebagai komunikan, dalam proses latihan dan mengajar musik kecenderungan itu yang dilihat oleh peneliti saat berada ditempat latihan.
47
Universitas Kristen Petra Karena Rila dan Abid tuna netra dan Abid juga sumbing maka Abid kesulitan untuk menyampaiakan sesuatu kepada Rila. Dalam berkomunikasi layaknya orang biasa, meski Rila tuna netra dalam berkomuniksi layaknya seperti orang normal lainnya. Yang menjadi perbedaan adalah saat posisi berdiri saat berkomuniksi. Tidak bisa disamakan antara orang biasa dengan tuna netra, tuna netra mencari sumber suara dengan indra pendengaran. Jadi posisi mereka bisa saja memutar kekiri dan kekanan saat berkomunikasi secara tatap muka dengan lawan bicara.
4.4.3. Rila Pentingnya Pengetahuan dan Pembawaan Diri
Dari teori Kompetensi komunikasi pada representasi dan struktur pengetahuan dapat digunakan untuk menyampaikan dan menjadi perhatian. Untuk memahami dan menghasilkan pesan tidak hanya berdasarkan pengetahuan sendiri. Adanya pengetahuan tentang dunia, budaya. Komunikasi terkait dengan tujuan, niat, perasaan, pendapat, dan pengetahuan. Kompetensi Rila sebagai guru tuna netra dalam mengajar musik tentunya diperlukan pengetahuan tentang alat musik band tersebut.
Rila seorang guru tuna netra yang mengajar musik juga memliki pengetahuan tentang musik. Rila memiliki basik dalam musik orgen dan keyboard. Selain ahli dalam ke dua alat musik tersebut Rila juga ahli dalam teori dan praktek alat musik band lainnya. Dalam peaksanaan kegiatan mengajar, Rila juga memberikan wawasan tentang cara memainkan musik jika Abid dirasa tidak tepat dalam memainkan musik ng dimainkannya. Dalam mengajar, Rila berusaha memahami apa yang menjadi kendala dalam latihan musik.
Dalam proses mengajar, Rila berusaha untuk memahami Abid. memahami dalam hal apa yang menjadi kesulitan dari Abid. dalam memainkan musik atau kurangnya pengetahuan tentang nada atau kuci yang akan dimainkan dalam sebuah lagu. Dari hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, Rila tidak hanya mengajar tapi juga mau belajar untuk mendalami dan memahami muridnya sendiri. Hal itu dapat membuat Rila semakin memahami Abid, dan mengetahui kemampuan dari Abid dalam bermain musik dan memiliki bakat potensi dalam bidang alat musik yang sesuai dengan Abid. Dalam berkomunikasi dan
48
Universitas Kristen Petra pengetahuan tentang alat musik, Rila juga memiliki cara untuk mendekati Abid. Dalam mengajar Rila memberikan motivasi kepada Abid, untuk lebih semangat agar saat ada acara pentas atau undangan sudah siap dan tinggal melatih kembali. Keefektifan pembawaan diri dan pendekatan terhadap Abid dengan cara berkomunikasi menggunakan bahsa jawa. Bahasa Jawa, merupakan bahasa yang dianggap dapat mendekatkan atau mengakrapkan antara satu dengan yang lain. dikarenakan Abid dan Rila juga sama-sama orang jawa. Jadi cara berkomunikasi lebih natural, tidak ada batasan antara guru dan murid dalam berkomunikasi saat latihan dan prose mengajar berlangsung. Dari triangulasi, Rila dalam pembawaan diri dalam mengajar tegas. Rila memiliki pengetahuan musik yang luas, sehingga Abid tidak menganggap sepeleh tentang cara mengajar Rila. Dalam mengajar Rila juga melakukan pendekatan seperti berkomuniksi dengan bahasa yang sering digunakan Abid yaitu Bahasa Indonesia dan Jawa.
4.4.4. Mengutarakan dan Memahami Perilaku Nonverbal
Dalam komunikasi tatap muka, perilaku nonverbal memiliki peran penting dalam komunikasi dan kemampuan untuk menghasilkan dan menginterpretasikan. Perilaku nonverbal yang tepat dan efektif untuk berkontribusi dalam kompetensi komunikasi. (Rickheit, 2008, p.27). Dari observasi yang dilakukan oleh peneliti saat Rila mengajar musik kepada Abid, Abid memainkan lagu dari Sherina dengan alat musik bass. Saat Abid memainkan alat musik bass tersebut volume suara, ketukan, dan tekanan dari petikan alat musik bass tidak sesuai dengan ketukan lagu aslinya. Untuk memberitahukan kesalahan Abid tersebut, sebagai guru musik Abid Rila memberitahukan kesalah Abid pada bait pertama. Rila mengatakan kepada Abid “Bid bass nya dikencengin”. Nada suara yang dikeluarkan oleh Rila saat itu terdengar tegas dan jelas (punctuation affects meaning). Dalam hal ini Rila sebagai guru bukan memarahi Abid, tapi mengingatkan Abid untuk memperoleh hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Rila berbicara tegas dan jelas untuk memudahkan Abid untuk mendengar suara Rila, dikarenakan ruangan tempat latihan cukup besar dan memiliki banyak jendela. Sehingga Rila harus mengeluarkan suara yang dapat didengarkan oleh Abidat itu.
49
Universitas Kristen Petra Berdasarkan kompetensi komunikator maupun komunikan pada hal mendengar, maka bahasa non verbal yang kerap digunakan adalah paralanguage, dimana nada, intonasi, keras/lembut, kecepatan petikan gitar menjadi hal-hal yang dikomunikasikan antara Rila dan Abid. Tingkat sensivitas Rila dalam menangkap petikan gitar Abid, dapat memberikan penggambaran dalam benak Rila, tentang cara Abid bermain dan kualitas musik yang dihasilkan. Ini adalah pesan yang ditangkap Rila, untuk menjadi modal dalam memberikan respon pada Abid tentang cara bermain musik yang benar. Memiliki pendengaran yang tajam, kemampuan abstraksi pesan dan mengelolanya dalam proses encoding, adalah kompetensi Rila dalam menuntun muridnya bermain musik.
4.4.5. Permasalahan Sosial dan Proses Penyelesaiannya
Dalam pemecahan masalah dan implementasi solusi menghasilkan gaya pemecahan masalah yang spesifik. Memiliki keterampilan dalam mengatasi masalah dan dapat mencari jalan keluarnya atau solusi yang terbaik. Semakin berkompetensi dalam komunikasi semakin tinggi pula masalah yang akan dihadapai (Rickheit, 2008, p.28). Rila memiliki latar belakan seorang guru. Rila juga berasal dari Jawa. Rila yang telah memiliki keluarga seorang istri dan dua putri. Kehidupan Rila yang tuna netra menjalani keseharian sebagai seorang guru mengajar musik. Abid adalah seorang anak dari sepasang suami istri dari Tulungangung yang memiliki bahasa keseharian menggunakan bahasa Jawa. Abid anak ketiga dari empat bersaudara, Abid mengalami penurunan pengelihatan saat diusia 16 bulan. Abid juga mengalami sumbing, sehingga dalam bergaul Abid cenderung pemalu dan pendiam. Perbedaan sosial yang lain adalah usia di antara mereka yang cukup jauh berbeda. Sehingga dibutuhkan sebuah jembatan untuk mengatasi perbedaan sosial yang ada.
Dalam kegiatan ekstra kurikuler musik di SMPLB YPAB hal yang menjembatani antara Rila dan Abid dalam berkomunikasi adalah mereka menggunakan bahasa Jawa. Dengan menggunakan bahasa Jawa, Rila merasa dekat dengan Abid. Karena Abid juga memahami yang dikatakan oleh Rila. Dari latar belakan Rila dan Abid yang bebeda, Rila berusaha dan belajar untuk memahami Abid. Dengan menggunakan bahasa Jawa dalam berkomunikasi Rila
50
Universitas Kristen Petra merasa dekat dengan Abid. sehingga pengajaran lebih terasa luwes, tidak tegang, relax, dan membuat Abid dapat lebih memahami yang dimaksud oleh Rila. Meurut Rila keberhasilan seorang guru mengajar muridnya apabila guru dapat mengenal kelebihan dan kemampuan dari murid. Yang dimaksud oleh Rila adalah seorang guru dikatakan berhasil apabila dapat mengenal kelemahan dan kelebihan dari muridnya sehingga Rila dapat mengerti kemampuan dan kelemahan Abid sehingga dapat mambatu mengembangkan kemampuan Abid lebih lagi. Dengan meniadakan gradasi sosial, maka keduanya dapat saling berkomunikasi.