• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429H/2008M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1429H/2008M"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGARUH BID ASK SPREAD, MARKET VALUE,

RETURN SAHAM DAN VARIAN RETURN SAHAM

TERHADAP HOLDING PERIOD

(Studi Empiris Perusahaan Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2004-2006)

0leh :

PURWO YUDO WIBOWO

104081002547

JURUSAN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1429H/2008M

(2)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : PURWO YUDO WIBOWO

Tempat & Tgl Lahir : TANGERANG, 25 JANUARI 1988 Alamat : KOMP. POLRI KEDAUNG

RT 06/06 No. 30

PAMULANG-TANGERANG Handphone : 021-70142787

085711581580 Jenis Kelamin : LAKI-LAKI

Agama : ISLAM

Motto Hidup : “HIDUP INI PENUH TANTANGAN DAN MOTIVASI

ADALAH KUNCINYA”

Pendidikan

SDN KP BULAK II : 1992 - 1998

SMPN 4 CIPUTAT : 1998 - 2001

SMAN 1 CIPUTAT : 2001 - 2004

(3)

ABSTRACK

The Objective of this research is to know whether bid ask spread, market value, stock return, variance of stock return either individually and simultaneneously influencing holding period.

Sample is taken from the population of all stock listed in Jakarta Stock Exchange from 2004 through 2006 period. The statistical method used in this study is two-stage least squares regression, T-test, F-test and coefficient of determination.

The statistical result shows that there is influentially significant bid ask spread and market value to holding period. The stock return and variance of stock return is not significant to holding period.

Keyword : bid ask spread, market value, stock return, variance of stock return, holding period.

(4)

ABSTARK

Objek dari penelitian ini untuk mengetahui bid ask spread, market value, varian return saham baik secara parsial maupun simultan terhadap holding period.

Sampel yang digunakan dari populasi merupakan saham yang terdaftar di bursa efek Jakarta dari tahun 2004 sampai dengan 2006. Metode statistik yang digunakan adalah metode regresi berganda, uji t, uji f, uji koefisien determinasi.

Hasil statistik menunjukkan bahwa bid ask spread dan market value mempengaruhi holding period secara signifikan. Dan return saham dan varian return saham tidak mempengaruhi holding period secara signifikan.

Kata kunci : bid ask spread, market value, return saham, varian return saham, holding Period.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah swt yang dengan rahmatnya telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Dan tak lupa kita panjatkan sholawat dan salam kepada junjungan nabi kita Muhammad saw beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menunjukkan jalan yang benar kepada umat manusia dan selalu berada di jalan Allah swt.

Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, Return Saham, Varian Return Saham terhadap Holding Period” Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna sehingga perlu saran, kritik, pendapat yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi pembaca.

Penyusunan skripsi ini berhasil sesuai dengan waktu yang diharapkan sehingga perlu perbaikan-perbaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang dilakukan oleh Mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Untuk menyusun skripsi ini memiliki banyak kendala namun skripsi ini berhasil terlaksana. Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan guna menyelesaikan skripsi ini di antaranya :

1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral, spiritual, maupun material untuk menjalankan skripsi ini.

2. Bpk Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah.

3. Bpk Prof Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Bid Akademik Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan, wawasan sehingga terselesaikan skripsi ini.

4. Ibu Titi Dewi Warninda, SE, Msi selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan baik saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.

5. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya dan wawasan kepada penulis. Dan staf-staf bagian Akademik,

(6)

Staf keuangan, staf jurusan dan staf perpustakaan yang selalu melayani mahasiswa.

6. Terima kasih kepada rekan-rekan yang memberikan informasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh rekan manajemen D yang selama perkuliahan membantu dalam kegiatan belajar.

Semoga diberikan balasan baik di dunia maupun di akhirat. Dan dibukakan jalan yang baik.

Penulis menyadari kekurangan sehingga saran dan kritik yang membangun guna memperbaiki skripsi ini.

Jakarta, Desember 2008

(7)

DAFTAR ISI

Daftar Riwayat Hidup……… i

Abstrack... ii Abstrak... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Grafik ... x Daftar Lampiran... xi Bab I Pendahuluan………... 1

A. Latar Belakang Penelitian………. 1

B. Perumusan Masalah……….. 9

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian……….. 9

Bab II Tinjauan Pustaka………. 11

A. Pengertian Pasar Modal………. 11

B. Holding Period………... 15

C. Bid Ask Spread……….. 16

D. Market Value………. 19

E. Return Saham………. 21

F. Varian Return saham……….. 23

G. Hubungan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat … 23 H. Penelitian Terdahulu……….. 24

I. Kerangka Pemikiran... 27

J. Hipotesis Penelitian... 29

Bab III Metodelogi Penelitian………. 30

A. Ruang Lingkup Penelitian………. 30

B. Metode Penentuan Sampel ……… 30

C. Metode Pengumpulan Data……… 33

D. Metode Analisis………. 34

(8)

Bab IV Hasil dan Pembahasan……… 46

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian………..… 46

1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia…………... … 46

2. Struktur Organisasi………... 49

3. Indeks Bursa Efek Indonesia……….. 49

B. Pengolahan Data dan Analisis Deskriptif... .... 52

1. Pengolahan Data... 52

2. Analisis Deskriptif Variabel... 53

C. Uji Asumsi Klasik... 61

1. Uji Normalitas Data... 61

2. Uji Multikolinearitas... 62

3. Uji Autokorelasi... 63

4. Uji Heteroskedastisitas... 65

. D. Uji Analisis Regresi Berganda... 66

1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)... 66

2. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)... 68

3. Uji Koefisien Determinansi (R2)... 70

4. Hasil Analisis Regresi Berganda... 71

Bab V Kesimpulan, Implikasi, Saran……….. 76 Daftar Pustaka

Lampiran

(9)

Nomor Keterangan Halaman

4.1 Deskripsi Holding Period 53

4.2 Deskripsi Bid Ask Spread 55

4.3 Deskripsi Market Value 57

4.4 Deskripsi Return Saham 58

4.5 Deskripsi Varian Return Saham 60

4.6 Hasil Uji Multikolinearitas 62

4.7 Hasil Uji Koefisien Korelasi 63

4.8 Hasil Uji Autokorelasi 64

4.9 Hasil Uji Durbin Watson 65

4.10 Hasil Uji Signifikasi Simultan 67 4.11 Hasil Uji Signifikasi Parsial 68 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) 70

(10)

Daftar Grafik

Nomor Keterangan Halaman

1.1 Transaksi Saham & IHSG 8

4.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia 49

4.2 Hasil Uji Normalitas Data 61

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas 66

(11)

Nomor Lampiran

1. Daftar Harga Saham Penutupan 2. Daftar Harga Ask

3. Daftar Harga Bid

4. Daftar Volume Perdagangan

5. Daftar Jumlah Saham Yang Beredar 6. Daftar Bid Ask Spread

7. Daftar Market Value 8. Daftar Return Saham 9. Daftar Varian Return Saham 10. Daftar Holding Period

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan ekonomi saat ini diiringi dengan makin banyaknya investasi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi mulai dari investasi pada sektor riil maupun investasi pada sektor finansial. Dalam melakukan pilihan terhadap investasi cukup banyak namun resiko yang akan dihadapi dan keuntungan yang akan diperoleh juga akan berbeda tergantung pilihan investasi kita yang lakukan. Investor tidak hanya mengharapkan return yang tinggi juga mengharapkan resiko yang rendah namun return yang tinggi akan

memiliki resiko yang tinggi pula dan sebaliknya return yang rendah akan

memiliki resiko yang rendah pula. Investasi dapat dilakukan pada sektor financial seperti obligasi, deposito, saham, waran dan lain-lain sedangkan untuk investasi pada sektor riil seperti pembangunan pabrik, pembangunan gedung dan lain-lain.

Investor yang melakukan investasi pada sektor finansial mengalami perkembangan terutama dalam menanamkan modalnya pada saham. Hal ini ditandai dengan meningkatnya volume transaksi perdagangan saham, indeks saham yang meningkatnya, banyaknya perusahaan yang mendaftarkan untuk menjadi emiten di bursa efek Indonesia atau lebih dikenal sebagai perusahaan yang go public. Bursa efek sebagai wadah mempertemukannya antara perusahaan yang membutuhkan dana guna menjalankan usahanya sedangkan investor yang memberikan dana untuk memperoleh tambahan kekayaannya.

(13)

Bursa saham merupakan bagian dari kelembagaan pasar modal. Pasar modal berfungsi sebagai "leading indicator" bagi kecenderungan ekonomi suatu negara (ANTARA News). Perekonomian suatu negara dikatakan aktif jika transaksi perdagangan sahamnya aktif sebaliknya jika transaksi perdagangan sahamnya lesu maka perekonomian negara tersebut dapat dikatakan lesu juga. Oleh karena itu, pasar modal memberikan kontribusi yang besar terhadap perekonomian suatu negara. Perusahaan-perusahaan mempunyai kesempatan untuk memperluas usahanya dengan modal yang ditanamkan oleh Investor sekaligus dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat mengurangi pengangguran.

Transaksi saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) per hari kini rata-rata Rp 5,7 triliun atau meningkat sepulah kali lipat ketimbang rata-rata-rata harian dari tahun 2003. Hal ini menunjukkan perekonomian di Indonesia dalam keadaan lebih aktif dan kondusif untuk berinvestasi (ANTARA News).

Pergerakan saham yang terkadang sulit dipahami dan sulit dimengerti mendorong para ahli untuk mempelajari pergerakan saham tersebut karena dengan mempelajari pergerakan saham tersebut menggambarkan kondisi baik atau buruknya harga saham. Investor akan memperoleh capital gain jika

menjual sahamnya di atas harga beli saham sebelumnya dan akan juga memperoleh capital loss jika menjual sahamnya pada harga di bawah harga beli saham sebelumnya. Selain itu juga Investor akan memperoleh dividen dari saham yang ditanamkan pada perusahaan tersebut.

Investor memiliki banyak pilihan dalam membeli saham yang ada di pasar modal sehingga perlunya kemampuan dan pengetahuan untuk memprediksi keuntungan yang diharapkan dan kerugian yang akan ditanggung

(14)

jika membeli saham. Tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor jika membeli saham menimbulkan resiko pula terhadap investor tersebut. Investor

memiliki kebebasan untuk memilih saham dan menahan sahamnya hingga akan di jual sahamnya guna mengurangi resiko sekecil-kecilnya untuk memperoleh keuntungan yang optimal.

Investor akan menanamkan modalnya pada perusahaan yang memiliki resiko yang rendah dan memiliki tingkat keuntungan yang sama dengan perusahaan yang berbeda. Setelah membeli saham investor akan memutuskan untuk menahan saham (holding period) agar memperoleh return yang diharapkan. Investor dengan periode waktu yang panjang akan memegang saham yang memiliki bid ask spread tinggi. Karena semakin kecil nilai spread

berarti semakin likuid suatu saham sebaliknya semakin besar nilai spread

berarti semakin tidak likuid suatu saham (Irwan, 2006:8). Bid ask spread merupakan bagian dari biaya transaksi yang mempengaruhi keputusan investor untuk menahan lebih lama saham-saham dengan biaya transaksi yang tinggi.

Bid ask spread memiliki hubungan positif dengan holding period.

Pada saat memegang saham untuk periode waktu tertentu, investor akan menyesuaikan biaya transaksi dengan jumlah pemesanan saham yang diinginkan. Biaya transaksi akan meningkat jika order pemesanan saham

meningkat. Investor melakukan pemesanan saham tergantung pada jangka waktu investasi dan sifat dasar investor. Jangka waktu investor ada dua macam yaitu jangka waktu pendek dan jangka waktu panjang. Sifat dasar investor ada dua macam yaitu investor yang cenderung berhati-hati dalam membeli saham (risk averter) dan investor yang cenderung berani dalam membeli saham yang memiliki resiko tinggi karena mengharapkan return yang tinggi pula dan

(15)

biasanya melakukan pemesanan order dalam jumlah besar dan berjangka panjang (risk seeker).

Investasi di pasar modal memiliki resiko yang tinggi karena harga saham berfruktuatif sehingga memungkinkan Investor melakukan strategi yang berbeda untuk mendapatkan keuntungan. Di dalam pasar saham tidak hanya keuntungan yang didapat tetapi kerugian juga akan diperoleh kerugian sehingga bagaimana Investor melakukan strateginya terutama dalam menahan kepemilikan sahamnya (holding period). Return Saham menggambarkan

tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor dalam menahan kepemilikan sahamnya sedangkan Varian Return Saham menggambarkan

tingkat resiko yang akan dihadapi oleh investor dalam menahan kepemilikan sahamnya. Return saham dan varian return saham memiliki hubungan negatif

dengan holding period.

Market value menggambarkan ukuran suatu perusahaan. Semakin besar market value maka ukuran perusahaan makin besar pula. Investor lebih suka menanamkan modalnya pada perusahaan yang besar dikarenakan perusahaan yang besar memiliki keuangan yang stabil dan didukung oleh analis-analis yang handal dan mampu menghasilkan laporan keuangan yang mampu memperpendek jarak antara pengharapan investor dengan keadaan yang sebenarnya. Investor menanamkan sahamnya pada perusahaan yang memiliki market value yang tinggi akan mengurangi portopolio yang dilakukan yang digunakan sebagai penyeimbang sehingga akan menahan sahamnya lebih lama. Market value memiliki hubungan positif dengan holding

(16)

Studi dari Atkins dan Dyl (1997) yaitu studi tentang Transaction cost

and Holding Periods for Common Stocks, yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan investor terhadap lamanya kepemilikan suatu saham. Studi ini dilakukan berdasarkan hasil dari studi Amihud dan Medelson (1986) yang menyatakan bahwa asset yang memiliki transaction cost lebih tinggi akan ditahan lebih lama oleh investor, dan sebaliknya. Studi Atkins dilakukan di New York Stock Exchange (NYSE) dan Nasdaq selama periode 1975 sampai 1991. Studi ini menghasilkan kesimpulan yang sama sebagaimana studi Amihud dan Medelson. Dari studi Atkins ini diketahui adanya hubungan yang lebih kuat antara bid-ask spread dengan holding period di Nasdaq, karena Nasdaq memiliki spread lebih besar dibanding di NYSE yang spreadnya lebih kecil. Hasil dari kedua studi tersebut semakin menguatkan dugaan bahwa memang ada hubungan antara transaction cost yang diwakili oleh bid-ask spread terhadap keputusan investor untuk menahan atau melepas sahamnya. Kesimpulan dari studi dari Atkins dan Dyl adalah

semakin tinggi biaya transaksi dalam dealer auction market maka akan semakin lama investor tersebut menahan atau memegang saham yang bersangkutan.

Hasil penelitian di atas ternyata didukung juga oleh hasil penelitian Leny dan Indriantoro (1999) di Indonesia. Dengan demikian ada bukti konsistensi tentang hubungan antara transaction cost dan holding period baik untuk sampel penelitian di USA maupun di Indonesia. Lenny dan Indrianto (1999) memakai model 2 SLS ( Two Stages Least Square) dengan memakai sampel observasi seluruh saham teraktif (LQ 45) listing di BEJ 1995-1996. Sedangkan Subali dan Zuhroh (2002) memakai sampel observasi sebesar 50

(17)

saham terlikuid di BEJ periode semesteran tahun 2000. Perbedaan sampel observasi antara keduanya tidak menyebabkan hasil analisa data yang berbeda. Susilowati dan Soebiantoro tahun 2001 mengemukan juga bahwa variabel bid ask spread, market value, dan return saham secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period. Dalam penelitian ini secara parsial variabel bid ask spread, market value, dan return saham juga mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap holding period.

Kesimpulan dari penelitian Yenny Ayu mia Puspita, Linda Purnamasari, dan Iramani (2002) dengan menggunakan sampel perusahaan yang listing dari tahun 1997 sampai dengan tahun 2002 bahwa bid ask spread dan market value berpengaruh terhadap holding period. Hal ini berarti setiap

kenaikan bid ask spread dan market value menyebabkan holding period saham yang lama. Dan setiap penurunan bid ask spread dan market value menyebabkan holding period saham yang pendek.

Penelitian ini didukung oleh penelitian Januar dan Fitri (2005) dengan menggunakan sampel perusahaan LQ 45 yang terdaftar dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2004.dan menganalisisnya dengan menggunakan regresi berganda dan koefisien beta di dapat bahwa bid ask spread dan market value memberikan pengaruh secara signifikan terhadap holding period. Market value lebih dominan dalam mempengaruhi holding period. Dan Rony Setyawan (2008) dengan menggunakan sampel perusahaan LQ 45 yang terdaftar dari tahun 2003 sampai dengan tahun 2005.

Dalam penelitian ini tahun yang akan diambil tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 karena di tahun tersebut terjadi peningkatan signifikan nilai transaksi saham dan peningkatan IHSG. Tahun 2004 nilai transaksi

(18)

saham mencapai 247 triliun dan IHSG sebesar 1.000,2. Tahun 2005 nilai transaksi saham mencapai 406 triliun meningkat secara signifikan dan IHSG mencapai 1.162,6. Tahun 2006 nilai transaksi saham mencapai 396,6 triliun turun tipis dan IHSG mencapai 1.719 meningkat secara signifikan.

Sumber : JSX YEARY

Oleh karena itu maka penelitian ini mengambil tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 guna menganalisis hubungan transaksi saham terhadap holding period. Berdasarkan alasan di atas maka peneliti mengambil judul

“Analisis Pengaruh Bid Ask Spread, Market Value, Return Saham dan

Varian Return Saham terhadap Holding Period”.

Grafik 1.1

Nilai Transaksi Saham dan IHSG

247 406 396,6 1.000,20 1.162,60 1.719 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2004 2005 2006 0,00 200,00 400,00 600,00 800,00 1.000,00 1.200,00 1.400,00 1.600,00 1.800,00 2.000,00

(19)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return market secara bersama-sama akan mempengaruhi holding period ?

2. Apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return market, secara individual akan mempengaruhi holding period ?

3. Variabel mana yang paling dominan dalam mempengaruhi holding period ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini di antaranya :

1. Untuk menganalisis apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return saham berpengaruh signifikan secara bersama-sama terhadap holding period.

2. Untuk menganalisis apakah bid ask spread, market value, return market dan varian return saham berpengaruh signifikan secara individual terhadap holding period.

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini di antaranya : 1. Bagi Perusahaan

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi perusahaan dalam menentukan harga guna memperoleh modal dari investor. Sekaligus untuk mengaktifkan perdagangan saham.

(20)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang lamanya atau waktu yang baik dalam menahan saham guna memperoleh return yang diharapkan dan kemudian menjual sahamnya sewaktu harga saham tinggi guna memperoleh capital gain.

3. Bagi Akademik

Penelitian ini diharapkan dapat berguna dalam mengembangkan ilmu pengetahuan ilmiah dan dapat digunakan oleh para akademisi lain yang ingin melakukan penelitian yang serupa di masa yang akan datang dan sekaligus manambah referensi bagi perpustakaan.

4. Bagi Individu

Penelitian ini berguna sebagai tugas akhir untuk memperoleh kesarjanaannya dan menambah wawasan dalam menjalankan penelitian lain.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pasar Modal

Menurut Bambang Riyanto (1999:219) pasar modal adalah suatu pengertian abstrak yang mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan, yakni calon pemodal di satu pihak dan emiten yang membutuhkan modal jangka menengah dan jangka panjang di lain pihak. Menurut Suad Husnan (1998:3) pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bias diperjualbelikan baik dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta. Sedangkan definisi lainnya menurut Dahlan Siamat (2001:249) pasar modal adalah suatu tempat yang terorganisir dimana efek-efek yang diperdagangkan yang disebut Bursa Efek. Bursa Efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisir yang mempertemukan penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun dengan melalui wakil-wakilnya.

Instrumen Pasar Modal di Indonesia di antaranya: 1. Saham biasa

Saham merupakan bukti kepemilikan terhadap perusahaan dimana imbalannya adalah berupa dividen. Sedangkan menurut Sunariyah (2003:10) saham adalah penyertaan modal dalam pemilikan dalam suatu perseroan terbatas yang biasa disebut emiten. Saham mewakili klaim kepemilikan pada penghasilan dan aktiva yang dimiliki perusahaan. Setelah klaim dari kreditur

(22)

dibayar (berupa pembayaran bunga), manajemen perusahaan dapat menggunakan sisa penghasilan (laba bersih setelah pajak) untuk membayar dividen kepada pemegang saham dan menginvestasikan kembali penghasilan tersebut ke dalam perusahaan (menahan laba). Keunikan saham adalah pemegang saham memiliki kewajiban yang terbatas. Artinya, jika perusahaan

bangkrut, kerugian maksimum yang ditanggung oleh pemegang saham adalah sebesar investasi pada saham tersebut. Dengan kata lain, kerugian maksimum adalah nilai saham menjadi nol karena seluruh aktiva diambil alih oleh pihak lain. Meskipun kewajibannya terbatas, menginvestasikan uang dengan cara membeli saham dikatakan relatif beresiko karena sifat penghasilan yang diberikan relatif berfluktuatif (tergantung sisa penghasilan). Pada umumnya perusahaan yang besar memiliki penghasilan yang lebih stabil

daripada perusahaan kecil. Oleh karena itu resiko memegang saham

perusahaan besar lebih kecil daripada resiko memegang saham perusahaan kecil (Lukas,1999:17).

2. Obligasi

Obligasi adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh perusahaan yang membutuhkan modal (emiten) untuk ditukarkan dengan modal. Keuntungan dalam bentuk obligasi dalam bentuk kupon.

3. Saham preferen

Saham preferen (Preferred Stock) merupakan gabungan antara saham biasa dan obligasi. Saham preferen memiliki sifat saham karena tidak ada

(23)

waktu jatuh tempo dan memberikan dividen. Sedangkan memiliki sifat obligasi karena dividen yang dibagikan bersifat tetap.

Derivatif dari Efek adalah a. Right/ klaim

Right biasa dikenal dengan bukti hak memesan saham terlebih dahulu adalah hak yang melekat pada saham yang memungkinkan para pemegang saham untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan sebelum saham-saham tersebut diberikan kepada pihak lain. Jika pemegang saham tidak bermaksud untuk menggunakan haknya (membeli saham) maka bukti right yang dimiliki dapat diperjualbelikan di bursa.

b.Warran

Warran adalah efek yang diterbitkan oleh perusahaan yang memiliki hak kepada pemegang saham untuk memesan dari perusahaan tersebut pada harga tertentu untuk 6 bulan atau lebih.

Faktor yang mempengaruhi harga saham (Abdul Halim, 2005:5) adalah a. Pendekatan Fundamental

Pendekatan ini didasarkan pada informasi-informasi yang diterbitkan oleh emiten maupuan oleh administrator bursa efek. Karena kinerja emiten dipengaruhi oleh kondisi sektor industri di mana perusahaan tersebut berada dan perekonomian secara makro, maka untuk memperkirakan prospek harga sahamnya di masa yang akan datang harus dikaitkan dengan faktor-faktor fundamental yang mempengaruhinya. Jadi, analisis ini dimulai dari siklus

usaha perusahaan secara umum. Selanjutnya ke sektor industrinya, akhirnya dilakukan evaluasi terhadap kinerja yang diterbitkannya.

(24)

Pendekatan ini didasarkan pada data atau perubahan harga saham di masa lalu sebagai upuya untuk memperkirakan harga saham di masa mendatang. Dengan analisis ini para analis memperkirakan pergeseran

penawaran (supply) dan permintaan (demand) dalam jangka pendek, serta mereka berusaha untuk cederung mengabaikan resiko dalam pertumbuhan laba dalam menentukan barometer dari penawaran dan permintaan. Namun demikian analisis ini lebih mudah dan cepat dibandingkan analisis fundamental, karena secara simultan dapat diterapkan pada beberapa saham . Analisis ini tidak menganggap bahwa analisis fundamental terlalu rumit dan terlalu banyak mendasarkan pada laporan keuangan emiten. Oleh karena itu, analisis teknikal mendasarkan pada premis bahwa harga saham terganung pada penawaran dan permintaan saham itu sendiri. Data finansial historis yang tergambar pada diagram dipelajari untuk memprediksi harga di masa yang akan datang, serta untuk memperkirakan pergerakan individual saham maupun pergerakan indeks pasar (market index).

B. Holding Period

Karakteristik saham yang bersifat high risk-high return ini menyebabkan investor harus memutuskan lamanya waktu menahan saham (holding period) secara tepat agar memperoleh return yang diharapkan. Menurut Subali dan Diana Zuhroh (2002) holding period adalah rata-rata

panjangnya waktu investor dalam menahan atau memegang sahamnya selama periode waktu tertentu. Lamanya investor menahan saham dalam suatu perusahaan berhubungan dengan return dan risk yang didapat. Investor yang rasional akan berusaha untuk menahan saham yang dimilikinya sampai pada tingkat return yang diinginkan oleh investor pada tingkat resiko yang ada.

(25)

Panjangnya holding period saham dapat berubah-ubah, dapat 1 hari, 1 minggu, 1 bulan bahkan 1 tahun.(Januar & Fitri, 2005).

Jika pasar modal (bursa) menunjukkan kondisi bullish maka biaya transaksi suatu saham akan meningkat. Hal ini membuat para investor akan berpikir untuk tidak mengganti saham tersebut dengan saham lain yang biaya transaksinya murah sekalipun. Penggantian saham justru akan melipatgandakan biaya transaksi yang pada gilirannya akan menurunkan pendapatan (income) investor tersebut. Meningkatnya biaya transaksi suatu

saham dapat ditunjukkan dengan makin tingginya bid ask spread.

Pada dasarnya berapa lama investor akan memegang (menahan) suatu saham ini akan berbeda-beda menurut profit karakteristik investor tersebut. Investor yang karakteristiiknya risk averter akan cenderung memegang (menahan) suatu saham untuk periode yang panjang. Hal yang kontras akan terjadi untuk investor yang bersifat risk seeker. Berapa lama investor memegang (menahan) suatu saham umumnya disebut holding period. Tidak ada aturan yang ideal berapa besarnya holding period. Namun dari riset Atkins dan Dyl (1997) ditemukan angka holding period sebesar 7-8 tahun.

C. Bid Ask Spread

Bid ask Spread adalah selisih antara harga beli tertinggi (bid) yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga jual (ask) terendah yang menyebabkan investor bersedia untuk menjual sahamnya. Bid Ask Spread yang merupakan fungsi dari transaction cost yang mempengaruhi perdagangan yang menyebabkan investor mengharapkan untuk menahan lebih panjang (pendek) asset yang memiliki biaya transaksi yang lebih tinggi (rendah). (Januar)

(26)

Penjelasan teoritis tentang bid ask spread sacara garis besar dapat dikelompokkan dalam dua alur pemikiran. Kedua alur pemikiran tersebut berusaha menjelaskan tentang hubungan antara spread dan peran dealer dalam lingkungan pasar quota driven. Alur pemikiran pertama disebut sebagai model persediaan (inventory models) seperti yang dikemukan Ho dan Stoll(1981). Alur pemikiran kedua dikenal sebagai informasi (information model) seperti yang dikemukakan oleh Copeland dan Galai(1983). Menurut model persediaan, spread timbul sebagai kompensasi kepada market maker atau dealer yang menanggung resiko memiliki persediaan saham. Resiko ini diambil oleh dealer karena tugasnya sebagai penyedia jasa “immediacy” (Demsetz, Stoll, 1978) yaitu jasa kepada investor untuk dapat bertransaksi secara cepat, sesuai dengan harga yang dikutip oleh dealer yang bersangkutan. Dan menurut model informasi, spread timbul karena adanya dua jenis investor yang bertransaksi di pasar yaitu liquidity trader dan informed trader. Menurut Copeland dan Galai (1983), selama transaksi berlangsung, market maker tidak dapat membedakan jenis investor yang dihadapi atau dikenal sebagai masalah adverse selection. Karena itu market maker berusaha menentukan spread optimum sebagai maksimasi selisih antara potensi keuntungan dari liquidity trader dan potensi kerugian dari informed trader.

Bid ask spread merupakan elemen yang terpenting dalam transaction costs yang terdiri dari dari bid price dan ask price. Bid ask spread merupakan

selisih antara price dengan ask price. Bid price adalah harga tertinggi yang ditawarkan oleh dealer atau harga dimana spesialis atau dealer menawar untuk membeli saham-saham. Sedangkan ask price adalah harga terendah di mana dealer bersedia untuk menjual atau harga dimana spesialis atau dealer

(27)

menawar untuk menjual saham-saham (Jones,1996). Besarnya bid ask spread sebagai proksi tingkat likuiditas menunjukkan bahwa semakin tinggi spread

maka likuiditas saham akan semakin kecil (Susanti dkk, 2005:42).

Menurut prediksi Stoll (1989) biaya pemilikan saham berpengaruh positif (searah) terhadap bid ask spread. Artinya semakin tinggi biaya

pemilikan saham maka akan menyebabkan semakin lebar bid ask spread saham tersebut. Perdagangan suatu saham yang aktif yaitu dengan volume perdagangan yang besar, menunjukkan bahwa saham tersebut cepat diperdagangkan. Semakin aktif perdagangan suatu saham, semakin besar volume perdagangan saham maka semakin rendah biaya pemilikan saham tersebut sehingga akan mempersempit bid ask spread saham tersebut.

Fabozzi (1999) menyatakan bahwa bid ask spread dealer dipengaruhi oleh biaya transaksi dan resiko yang ditanggung. Salah satu biaya terpenting adalah biaya pemprosesan pesanan. Biaya peralatan yang dibutuhkan untk beroperasi dan biaya karyawan adalah contoh biaya pemprosesan pesanan. Semakin rendah biaya semakin kecil bid ask spread. Posisi dealer melibatkan penyimpanan persediaan sekuritas (a long position) atau penjualan sekuritas yang bukan merupakan persediaan (a short position).

Ada tiga jenis resiko yang berhubungan dengan mempertahankan posisi long (beli) dan short (jual) pada sekuritas tertentu. Pertama, terdapat ketidakpastiaan mengenai harga sekuritas di masa depan. Dealer yang memiliki posisi beli bersih akan khawatir jika penurunan harga di masa depan. Jenis resiko kedua adalah berhubungan dengan waktu yang diharapkan akan dibutuhkan dealer untuk melepaskan posisi ketidakpastiannya. Semakin besar frekuensi transaksi, semakin sedikit waktu yang dibutuhkan dealer untuk

(28)

mempertahankan posisinya. Kemudian resiko ketiga yaitu walaupun umunya dealer memiliki akses atas informasi mengenai arus pesanan yang lebih baik daripada masyarakat umum, namun ada beberapa perdagangan dimana dealer memiliki resiko bertransaksi dengan pihak yang memiliki informasi yang lebih baik. Hal ini mengakibatkan trader dengan informasi yang lebih baik memperoleh harga yang lebih baik dengan biaya yang ditanggung oleh dealer.

Saham yang harganya senantiasa naik berarti memberikan return yang tinggi menunjukkan bahwa tersebut disukai oleh investor. Terdapat dua jenis mengenai pengukuran spread, Hamilton (1991) dalam Sri Fatmawati, Susanti dkk (2005:40), dan Siera Juwenda (2007:23) berpendapat bahwa ada dua model spread yaitu dealer spread dan market spread. Dealer spread adalah selisih antara harga beli (bid) dan harga penawaran (ask) yang menyebabkan setiap dealer ingin memperdagangkan sekuritas dengan assetsnya sendiri. Sedangkan market spread adalah beda antara highest bid dengan lower ask yang terjadi pada saat tertentu. Dari hasil penelitian Hamilton menyimpulkan bahwa spread tersebut memiliki hubungan yang berbeda dengan komponen-komponen yang mempengaruhinya seperti informasi dan kompetisi.

D. Market Value

Menurut Lenny dan Nur (1999) market value adalah rata-rata nilai pasar perusahaan selama periode. Market value mencerminkan ukuran suatu

perusahaan. Hal ini karena market value merupakan nilai sebenarnya dari aktiva perusahaan yang direfreksikan di pasar. Semakin besar market value

berarti semakin besar perusahaan tersebut. Perusahaan yang besar biasanya memiliki keuangan yang stabil, mampu memberikan distribusi return yang stabil serta memberikan banyak analis yang kompeten sehingga mampu

(29)

menghasilkan laporan keuangan dan informasi yang dapat mengurangi perbedaan antara harapan investor dengan kejadian yang sebenarnya di perusahaan. Stoll dan Whaley mengemukakan bahwa melakukan investasi dengan perusahaan yang lebih besar biasanya memiliki resiko yang lebih kecil daripada perusahaan kecil yang dapat mempengaruhi holding period. Hal ini memungkinkan investor hanya membutuhkan sedikit portopolio penyeimbang dengan saham perusahaan besar dan rata-rata waktu kepemilikan sahamnya akan lebih panjang.

Nilai kapitalisasi pasar dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 1. Kapitalisasi besar (Big - Cap)

Merupakan saham yang nilai kapitalisasi pasarnya lebih dari Rp 5 triliun.

Kelompok saham ini disebut juga sebagai saham blue-chip, saham papan atas,atau saham lapis pertama.

2. Kapitalisasi sedang (Mid - Cap)

Merupakan saham yang nilai kapitalisasi pasarnya antara Rp 1 triliun hingga Rp 5 triliun. Kelompok saham ini disebut juga sebagai saham baby

blue-chip, saham baby blues, atau saham lapis kedua.

3. Kapitalisasi kecil (Small - Cap)

Merupakan saham yang nilai kapitalisasi pasarnya di bawah Rp 1 triliun. Kelompok saham ini disebut juga sebagai saham lapis ketiga. Ukuran perusahaan dapat ditentukan berdasarkan nilai kapitalisasinya (market

(30)

capitalization). Nilai kapitalisasi pasar dapat diperoleh dengan mengalikan harga pasar dengan jumlah saham beredar.

E. Return Saham

Return saham adalah imbalan yang diharapkan yang akan diperoleh pada masa yang akan datang. Return saham adalah imbalan yang diperoleh

dari investasi atas keberanian investor dalam menanggung risiko atas investasi yang dilakukan. Return saham merupakan suatu pendapatan saham atau tingkat berhutang yang diperoleh dari selisih antara harga saham pada periode saham dibagi dengan harga saham pada periode sebelumnya.

Return Saham merupakan perbandingan antara harga saham hari sekarang dengan harga saham hari sebelumnya (Magdalena,2004). Investor tidak dapat mengetahui hasil return yang akan diperoleh dari suatu keputusan investasi, oleh karena itu harus dapat diestimasikan. Return yang akan datang (future return) adalah return yang diharapkan (expected Return) yang dapat atai tidak dapat secara nyata terjadi. Risk dan Return pada portofolio berbeda dengan risk dan return pada masing-masing saham (Siti Nurjana,2005). Sedangkan dalam penelitian ini yang digunakan adalah return pada masing-masing saham.

Menentukan tingkat return masing-masing saham (Ri) yang diambil dari data harga saham harga saham histories (Nurfauziah, 1999:82). Return (Rt) saham didefinisikan sebagai aktif harga saham dari periode sebelumnya (Halim dan Hidayat, 2000:73). Return saham ini disebut juga return saham (Rit) actual individual (actual return) yang secara matematis perhitungannya menggunakan informasi dari harga saham yang terjadi (Arif dan Zaki,1999).

(31)

Return saham tinggi mengindikasikan bahwa saham tersebut aktif diperdagangkan. Apabila suatu saham aktif diperdagangkan, maka dealer

tidak akan lama menyimpan saham tersebut sebelum diperdagangkan. Hal ini

akan mengakibatkan menurunnya biaya kepemilikan.(Magdalena, 2004:25). Saham yang diperdagangkan di pasar modal sangatlah banyak sehingga diperlukan kemampuan dan pengetahuan dari investor untuk memprediksi resiko yang timbul dan keuntungan yang diharapkan dari investasi saham yang akan dilakukan. Salah satu tujuan investor yang telah menanamkan modalnya pada perusahaan adalah mendapatkan return yang tinggi. Return adalah hasil yang diperoleh dari investasi. Resiko yang ditimbulkan dari investasi saham mencerminkan tingkat keuntungan yang diharapkan oleh investor.

F. Varian Return saham

Menurut J. Suprapto, MA ( 1991:257) pada dasarnya resiko ialah sesuatu yang menimbulkan kerugian /kekalahan atau sesuatu keadaan yang tidak pasti. Jadi, resiko bias diukur dengan besarnya kerugian/ kekalahan atau

ketidakpastian. Banyak para pakar keuangan (financial expert) percaya bahwa resiko suatu bisnis dapat diukur dengan varian atau standard deviasi dari tingkat perolehan internal (TPI) dari asset.

Varian atau standard deviasi dipergunakan untuk mengukur tingkat variasi suatu kelompok data. Makin besar variasi suatu kelompok data semakin bervariasi kelompok data tersebut. Kelompok data disebut homogen

(32)

jika varian atau standard deviasinya nol. Tingkat variasi suatu kelompok data diukur terhadap rata-ratanya atau nilai harapannya (expected return). (1991:263-264).

G. Hubungan antar Variabel Bebas dengan Variabel Terikat 1. Bid Ask Spread dengan Holding Period

Bid Ask Spread menggambarkan perbedaan antara harga tertinggi (bid price) dengan harga terendah (ask price) yang terbentuk dari permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar bursa. Penjual menginginkan sahamnya terjual dengan harga yang tinggi sedangkan pembeli menginginkan membeli saham yang rendah. Spread yang tinggi menyebabkan investor akan menahan sahamnya kebih lama. Begitu juga sebaliknya spread yang tinggi menggambarkan perbedaan yang jauh antara harga yang ingin dijual dengan harga yang ingin di beli oleh investor.

2. Market Value dengan Holding Period

Market value menggambarkan ukuran perusahaan. Market value besar maka ukuran perusahaan besar pula. Ukuran perusahaan yang besar manandakan perusahaan tersebut memiliki kontribusi yang besar pula di industrinya sehingga jika terjadi kerugian maka perusahaan tersebut mampu menutupi kerugian tersebut sehingga investor tertarik untuk menahan saham tersebut. Lain halnya dengan perusahaan yang kecil.

3. Return Saham dengan Holding Period

Return saham yang tinggi mengindikasi tingkat pengembalian yang tinggi sehingga investor tertarik untuk membeli saham tersebut. Dan akan menjual sahamnya pada saat return yang tertentu. Lamanya waktu dari mulai membeli saham sampai menjual sahamnya kembali dinamakan holding period.

(33)

4. Varian Return Saham dengan Holding period

Varian return saham mengindikasikan resiko atau penyimpangan return saham tersebut. Investor akan melepaskan sahamnya dikarenakan resiko yang tinggi. Varian return saham dapat menggambarkan naik turunnya harga saham di bursa sehingga perdagangan akan aktif jika resikonya tinggi dan akan kurang aktif jika resikonya rendah.

H. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian Januar dan Fitri

Januar dan Fitri melakukan penelitian tentang pengaruh bid ask spread, market value, dan return saham terhadap holding period saham LQ 45. penelitian menggunakan sampel LQ 45 yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta dari bulan Februari 2002-Januari 2004. Berdasarkan uji F menunjukkan 0.000 yang berarti variabel independen bid ask spread, market value, dan return

saham terdapat pengaruh yang signifikan terhadap holding period. Berdasarkan uji T variabel bid ask spread terdapat pengaruh yang signifikan

terhadap holding period. Variabel market value terdapat pengaruh yang

signifikan terhadap holding period. Variabel return saham tidak terdapat

perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Berdasarkan uji Determinasi angka R (koefisien korelasi) sebesar 0.049 menunjukkan hubungan antara bid ask spread, market value, return saham terhadap holding period adalah positif dan hubungan cukup lemah dan angka adjusted R Square (koefisien determinasi) menunjukkan angka 0.232 berarti 23,2% variasi holding period bisa dijelaskan pada ketiga variabel independen yaitu bid ask spread, market value dan return saham dan sisanya 76.8% disebabkan oleh sebab lain diluar model.

(34)

2. Penelitian Roni Setyawan

Roni Setyawan melakukan penelitian tentang pengaruh bid ask spread, market value, volatilitas harga terhadap holding period saham-saham LQ 45 tahun 2003-2005. Hasil yang diperoleh berdasarkan uji F menunjukkan taraf signifikan 1% terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan atau

bersama-sama dari bid ask spread, market value, dan volatilitas harga terhadap holding period. Sedangkan berdasarkan uji T menunjukkan variabel

bid ask spread tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel market value terdapat perbedaan yang signifikan terhadap

holding period. Variabel volatilitas harga terdapat perbedaan yang signifikan

terhadap holding period. Berdasarkan uji Determinasi angka R (koefisien korelasi) sebesar 0.464 menunjukkan hubungan antara bid ask spread, market value, volatilitas harga terhadapholding period adalah positif dan hubungan cukup lemah dan angka adjusted R Square (koefisien determinasi) menunjukkan angka 0.181 berarti18.1% variasi holding period bisa dijelaskan pada ketiga variabel independen yaitu bid ask spead, market value dan volatilitas harga dan sisanya 81.9% disebabkan oleh sebab lain diluar model. 3. Penelitian Yenny Ayu mia Puspita, Linda Purnamasari, dan Iramani

Penelitian ini menggunakan populasi data LQ 45 periode 1999-2002 sedangkan sampel yang diambil merupakan saham perusahaan yang listing dari 31 Desember 1997 sampai dengan 31 Desember 2002. Berdasarkan Uji uji F menunjukkan taraf signifikan 5% terdapat tidak ada pengaruh yang

signifikan secara simultan atau bersama-sama dari bid ask spread, market value, variance return saham dan return on equity terhadap holding period. Sedangkan berdasarkan uji T menunjukkan variabel bid ask spread terdapat

(35)

perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel market value

terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel

variance return saham tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap holding period. Variabel return on equity tidak terdapat perbedaan yang

signifikan terhadap holding period. Berdasarkan uji Determinasi angka adjusted R Square (koefisien determinasi) menunjukkan angka 0,037 atau 3,7 % variasi holding period bisa dijelaskan pada ketiga variabel independen yaitu bid ask spead, market value,variance return saham dan earnings sisanya 96,3 % disebabkan oleh sebab lain diluar model.

I. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian dengan menggunakan sampel dari perusahaan yang terdaftar dari tahun 2004-2006, perusahaan yang melakukan transaksi saham akan dapat menunjukkan besarnya bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham.

Bid ask spread yang menggambarkan besarnya biaya transaksi (Irwan, 2006:8) dimana semakin besar bid ask spread akan menunjukkan pula semakin besar biaya transaksinya. Biaya transaksi yang tinggi akan mempengaruhi lamanya investor dalam menahan sahamnya. Biaya transaksi yang tinggi akan menyebabkan investor akan menahan semakin lama sahamnya atau holding period tinggi pula.

Market value yang menggambarkan besarnya ukuran perusahaan Lenny dan Nur (1999) dimana basar market value akan menunjukkan semakin besar ukuran perusahaan tersebut. Market value yang besar akan mempengaruhi lamanya investor dalam menahan sahamnya. Besarnya ukuran

(36)

perusahaan akan menyebabkan investor akan menahan semakin lama sahamnya atau holding period tinggi.

Return saham menunjukkan tingkat pengembalian saham. Return saham akan mempengaruhi lamanya investor dalam menahan sahamnya. Begitu juga, varian return saham menunjukkan tingkat resiko atau fluktuasi dari transaksi saham. Varian return saham akan memepengaruhi investor dalam menahan sahamnya. Berdasarkan keempat variabel ini maka dapat dibuat model kerangka pemikiran sebagai berikut :

Model Penelitian

Gambar 2.1

Kerangka pemikiran penelitian

J. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian yang diajukan adalah BID ASK SPREAD RETURN SAHAM SAHAM VARIAN RETURN SAHAM MARKET VALUE HOLDING PERIOD TRANSAKSI SAHAM

(37)

Ha1 : Secara simultan Bid Ask Spread, Market value, Return saham dan

Varian return saham mempengaruhi Holding Period.

Ha2 : Secara parsial Bid Ask Spread, Market value, Return saham dan

(38)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah saham-saham yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2006 dengan return yang positif dan aktif pada akhir tahun 2004 hingga akhir tahun 2006. Data yang digunakan data sekunder dari pusat referensi Bursa Efek Indonesia. Return positif mempunyai pergerakan harga sahamnya naik sehingga dimungkinkan sampel yang diambil cukup mewakili seluruh populasi sehingga dapat terlihat sejauh mana pengaruh dari variabel bid ask spread, market value, return saham, varian return saham terhadap holding period.

B. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dengan teknik metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel non probability di mana metode ini menetapkan setiap elemen tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian harus memenuhi syarat atau kriteria tertentu yang dapat digunakan sebagai sampel untuk penelitian.

Kriteria Penentuan Sampel dalam penelitian ini :

1. Perusahaan yang tercatat dalam bursa efek Indonesia dari tahun 2004 sampai 2006.

2. Perusahaan yang mengerluarkan laporan keuangan pada akhir bulan Juli tahun 2007 karena untuk mengetahui informasi jumlah saham yang beredar.

(39)

3. Perusahaan yang melakukan transaksi atau perdagangan saham pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 dan pada tanggal 28 Desember 2006 karena data pada akhir tahun dapat menjadi standar atau nilai buku pada tahun tersebut.

4. Perusahaan yang memiliki kenaikan harga saham dari akhir tahun 2003, akhir tahun 2004, akhir tahun 2005 dan akhir tahun 2006 yang digunakan untuk menghitung return saham tersebut.

5. Perusahaan yang memiliki return saham bernilai positif atau lebih dari nol pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 sampai dengan tanggal 28 Desember 2006 karena return menunjukkan keuntungan dari transaksi saham yang dilakukan oleh investor.

6. Perusahaan yang mengerluarkan informasi close price, ask price, bid price, volume perdagangan pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 sampai dengan tanggal 28 Desember 2006.

7. Perusahaan yang mengerluarkan informasi jumlah saham yang beredar pada laporan keuangan pada akhir tahun 2004, akhir tahun 2005, dan pada akhir tahun 2006.

Hasil penentuan sampel yaitu :

26 perusahaan yang memiliki return positif dari akhir tahun 2003, akhir tahun 2004, akhir tahun 2005 dan akhir tahun 2006 dan mengerluarkan laporan keuangan pada akhir Juli 2007.

8 perusahaan tidak melakukan transaksi dari pada tanggal 30 Desember tahun 2004, tanggal 29 Desember tahun 2005 sampai dengan tanggal 28 Desember 2006.

(40)

1. AALI (Astra Argo Lestari) Tbk 2. AKRA (AKR Corporindo) Tbk 3. ASII (Astra International) Tbk 4. BRPT (Barito Pasifik) Tbk 5. FASW (Fajar Surya Wisesa) Tbk

6. INTP (Indocement Tunggal Prakasa) Tbk 7. LPBN (Bank Lippo) Tbk

8. LSIP (PP London Sumatra) Tbk

9. MEDC (Medco Energi International) Tbk 10.PGAS (Perusahaan Gas Negara) Tbk

11.PTBA (Tambang Batubara Bukit Asam) Tbk 12.RMBA (Bentoel International Investama) Tbk 13.SMRA (Summarecon Agung) Tbk

14.SOBI (Sorini Corporation) Tbk 15.TURI (Tunas Ridean) Tbk 16.UNTR (United Tractors) Tbk C. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk jadi dan dipublikasikan.

a. Data-data dari Pusat Referensi Pasar Modal (PRPM) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Data-data tersebut antara lain data harga saham penutupan, data jumlah saham beredar, data harga bid, data harga ask, dan data volume perdagangan.

(41)

b. Internet.

Adapun yang menjadi situs dari pencarian data yang berhubungan dengan tema atau penelitian ini seperti www.google.com, www.idx.com, dan lain-lain.

2. Riset Kepustakaan

Riset kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Terutama di Lembaga pendidikan seperti LIPI, Universitas Islam Negeri, Universitas Atmajaya, Perpustakaan Bursa Efek Indonesia dan lembaga-lambaga yang lainnya.

D. Metode Analisis

Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode : 1. Analisis Statistik

a. Uji Statitik F (Simultan)

Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat/dependen.

H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham

secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period. Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham

secara bersamaan berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period. Terima H0 jika p-value >level of significant

(42)

Terima Ha jika p-value < level of significant

b. Uji Signifikan Parameter Individual (Parsial)

Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen.

H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham

secara individu tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period. Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham

secara individu berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period. Terima H0 jika p-value >level of significant

Terima Ha jika p-value < level of significant

c. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koefisien determinasi adalah di antara nol dan satu. Jika nilai kecil atau mendekati 0 maka variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan jika nilai besar atau mendekati satu maka hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen.

Nilai R-Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R-Square berkisar antara 0 sampai 1. Pada umumnya sampel dengan data deret waktu (time series) memiliki R-Square maupun Adjusted R Square cukup tinggi (diatas 0,5), sedangkan sampel dengan data tertentu yang disebut data silang (crosssection) pada umumnya memiliki R-Square maupun Adjusted R Square cukup rendah (di bawah 0,5) (Bhuono:2005:51).

(43)

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah data normal atau mendekati normal.

Menurut Singgih Santoso (2000: 214) ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar pengambilan keputusan :

1). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2). Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

b.Uji Autokorelasi

Autokorelasi adalah korelasi antara variabel itu sendiri pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Uji Autokorelasi bertujuan

untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada penyakit autokorelasi. Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi yang terbebas dari autokorelasi.

Ada beberapa alasan terjadi autokorelasi di antaranya : 1). Bentuk fungsi yang salah.

2). Terjadi penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel X lain yang tidak dimasukkan pada model.

(44)

3). Inerita, yaitu adanya momentum yang masuk ke dalam variabel-variabel X yang terus-menerus sehingga sesuatu akan terjadi dan mempengaruhi nilai-nilai pada variabel X-nya.

4). Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat. 5). Adanya lags (tenggang waktu).

Untuk mendeteksi adanya autokerelasi dengan cara antara lain :

1). Melihat pola hubungan antara residual (µ) dan variabel bebas atau waktu (X). Bila sebaran titik-titik cenderung mengalami penurunan, maka dapat dikatakan ada autokorelasi negatif, sebaliknya bila cenderung menaik, maka dapat dikatakan ada autokorelasi positif.

2). Menggunakan uji Durbin Watson (DW). Uji ini digunakan dengan cara membandingkan nilai Durbin-Watson dengan tabel Durbin-Watson.

Dalam tabel Durbin-Watson terdapat nilai batas atas (upper bound atau du) dan nilai batas atas (lower bound atau dl). Adapun kriteria yang diberlakukan untuk menjadi patokan adalah sebagai berikut (Ghozali:2005):

Setelah itu membandingkan nilai stastistik d dengan dL (d Lower) dan

dU (d upper) dari table dengan ketentuan sebagai berikut :

a). Bila d < dL, berarti ada korelasi yang positif.

b). Bila dL < d < dU, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa.

c). Bila dU < d < 4 - dU, berarti tidak ada korelasi positif maupun negatif.

d). Bila 4-du < d < 4-dL, berarti tidak dapat diambil kesimpulan apa-apa.

e). Bila d > 4 – dL, berarti ada korelasi negatif.

Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan melihat besarnya nilai Durbin Watson yaitu :

(45)

a). Angka DW di bawah -2 terdapat autokorelasi positif.

b). Angka DW di antara -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi. c). Angka DW di atas +2 terdapat autokorelasi negatif.

c.Uji Multikolinearitas

Uji multikolineritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Bila variabel-variabel berkorelasi secara sempurna maka disebut multikolineritas sempurna (perpect multicollinearity).

Multikolinieritas merupakan keadaan di mana satu atau lebih variabel independen dinyatakan kondisi linier dengan variabel lainnya. Artinya jika di antara pengubah-pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkorelasi satu dengan yang maka bias dikatakan tidak terjadi multikolinieritas.

Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan VIF (Variance Inflation Factor) dan TOL (tolerance), dimana Ghozali (2005) mengatakan bila nilai VIF lebih dari 10 berarti terdapat multikolinieritas sangat tinggi dan sebaliknya apabila nilai VIF lebih kecil dari 10 maka tidak terjadi multikolinieritas. Sedangkan bila nilai TOL kurang dari 0,10 maka dikatakan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas.

d.Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua nilai variabel bebas. (J. Suprapto, (1983). Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah

(46)

dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedasitas. Model yang baik adalah homoskedastisitas dan tidak terjadi heteroskedastisitas.

Menurut Singgih Santoso (2000:210) ada beberapa cara untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas, antara lain :

1). Melihat grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat (ZPRED) dengan residualnya (SPRED). Deteksi ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPREAD di mana sumbu X dan Y yang telah diprediksi dan sumbu Y adalah residual (Y prediksi-Y sesungguhnya) yang telah distudentized.

2). Dasar analisis, jika ada pola tertentu yang teratur seperti titik-titik yang ada membentuk suatu pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar, kemudian menyempit), maka telah terjadi Heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi Heteroskedastisitas.

3. Analisis Regresi Berganda

Nachrowi dan Usman (2002:15) menyebutkan analis regresi merupakan suatu motode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel. Hubungan tersebut diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas (X1,

(47)

X2, X3, …Xn). Jika variabel bebas yang digunakan lebih dari satu, model yang

diperoleh adalah model regresi berganda.

Suatu model regresi linear yang baik adalah yang mempunyai nilai error yang minimal (Ordinary Least Square/ OLS) serta mempunyai sifat BLUE (Best Linear Unbiased estimator) Husnelly (2003:28) yaitu :

a. Mean dari nilai residualnya = 0 E (µi) = 0

b. Varians dari residual konstan (homokedastis) Var (µ i / xi ) б2 sama untuk setiap i

c. Tidak terjadi autokorelasi pada variabel yang berbeda waktu. Cov (µi / µi ) = 0;i ≠ j

d. Tidak terjadi multikolineritas diantara variabel-variabel bebasnya Misalnya X1 = γ X2 atau X2 = γ1 X1

e. Tidak terdapat korelasi antara residual dengan variabel bebas Cov ( µi, xi) = 0

f. Model regresi dispesifikasi secara benar sebelum membuat model, yaitu dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut :

1). Bagaimana yang dikatakan teori

2). Variabel-variabel apa saja yang perlu diperhatikan 3). Bagaimana bentuk fungsinya

Pada penelitian ini untuk menguji hipotesis pengaruh bid ask spread, value

market, return saham, varian return saham, terhadap holding period digunakan regresi berganda.

Persamaan untuk regresi berganda penelitian ini dapat dinyatakan dalam persamaan garis sebagai berikut :

(48)

Y = a + b1 X1+b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + Єi

Dimana :

Y = Holding Period a = Intersept

b1-b4 = Koefesien Regresi

X1 = Bid Ask Spread

X2 = Market Value

X3 = Return Saham

X4 = Varian Return Saham

Єi = Error Term

f. Dasar Pengambilan Keputusan 1). Uji Signifikan Parameter Individual

H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham

secara individu tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period.

Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham

secara individu berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period.

Terima H0 jika p-value >level of significant

Terima Ha jika p-value < level of significant

2). Uji Signifikan Simultan (F-Test)

H0 = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham

secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan pada variabel Holding Period.

(49)

Ha = bid ask spread, market value, return saham dan varian return saham

secara bersamaan berpengaruh secara signifikan pada variabel Holding Period.

Terima H0 jika p-value >level of significant

Terima Ha jika p-value < level of significant

3). Koefisien Determinasi (R2/ Adjusted R2)

Nilai R-Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R-Square berkisar antara 0 sampai 1. Jika berada di bawah 0.5 maka hubungan antara variabel terikat dengan variabel - variabelnya lemah.

E. Operasional Variabel Penelitian

Adapun yang menjadi operasional variabel penelitian ini di antaranya : 1.Variabel Dependen

Yang menjadi variabel dependen dari penelitian ini yaitu :

a. Holding period

Holding period adalah lamanya waktu yang dibutuhkan investor untuk berinvestasi dengan sejumlah uang yang bersedia dikeluarkan atau dengan kata lain rata-rata panjangnya waktu investor menahan saham perusahaan

selama bulan atau periode penelitian.(Januar dan Fitri,2005).

Menurut Januar dan Fitri variabel ini dapat dihitung dengan pengukuran sebagai berikut :

Keterangan

Holding period = Jumlah Saham Beredar Volume Perdagangan

(50)

Jumlah saham beredar yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2006.

Volume perdagangan yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2006.

a. Bid Ask Spread

Bid ask spread merupakan selisih antara harga jual merupakan selisih antara harga jual terendah dengan harga jual tertinggi yang menyebabkan terjadinya transaksi atau perdagangan.

Rumus untuk menghitung bid ask spread (Januar dan Fitri, 2005) sebagai berikut:

Keterangan

RBAt = Bid Ask Spread

HAt = Harga Ask pada periode t

HBt = Harga Bid pada periode t

Harga ask yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2006.

Harga Bid yang digunakan pada akhir tahun 2004 sampai dengan akhir tahun 2006.

b. Market Value

Market Value merupakan perkalian antara harga penutupan akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar selama 1 tahun. Market value

mencerminkan ukuran besar kecilnya perusahaan (Januar & Fitri). Sedangkan

(HA

t

- HB

t

)

RBAt =

(51)

menurut Roni Setyawan, market value adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu oleh pelaku pasar. Market value ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa. Market Value = Harga saham penutupan akhir bulan x Jumlah saham yang beredar per bulan (Januar dan fitri, 2005).

c. Return Saham

Return saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return saham (tingkat pengembalian saham) adalah perubahan harga-harga saham individual. Fluktuasi harga-harga saham inilah yang diamati oleh investor maupun calon investor

Adapun rumus untuk menghitung return saham menurut Januar dan Fitri yaitu :

Keterangan

Rij : Return saham pada periode t

Pit : Harga per lembar saham I pada periode t

Pit-1 : Harga per lembar saham I pada periode t-1

d. Varian Return Saham

Varian return saham merupakan variabel independen keempat yang digunakan dalam penelitian ini. Varian return saham adalah varian

keuntungan yang menerangkan kecenderungan sekuritas untuk menghasilkan keuntungan yang berbeda di atas atau di bawah rata-rata sampel (Rodoni dan Yong:2002).

R

ij

= ( P

it

– P

it -1

)

(52)

Varian return saham dapat dihitung dengan menggunakan rumus

keterangan

бi = Varian Return Saham Harian

Rij = Return Saham Pada periode ke-t

E (Ri) = Expected Return dari investasi saham

n = Jumlah Observasi

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bursa Efek Indonesia

Sejarah pasar modal Indonesia sebenarnya telah mulai sejak Pemerintah Hindia Belanda. pada tanggal 14 Desember 1912, dengan bantuan Pemerintah Kolonial Belanda, bursa efek pertama Indonesia didirikan di Batavia, pusat Pemerintah Kolonial Belanda dan dikenal sebagai Jakarta saat ini. Pendirian bursa efek (stock exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber pembiayaan bagi perkebunan milik Batavia yang tumbuh secara besar-besaran di Indonesia.

Bursa Batavia sempat ditutup selama periode perang dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada 1925. Selain bursa Batavia, pemerintah kolonial juga mengoperasikan bursa paralel di Surabaya pada tanggal 11 Januari 1925 dan di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Namun kegiatan bursa ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia. Pada

б

i2

=

[ R

ij

– E (R

i

)

2

]

n-1

Gambar

Grafik 4.2  Uji Normalitas Data
Tabel 4.8   Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 4.9   Hasil Durbin Watson
Grafik 4.3  Uji Heteroskedastisitas

Referensi

Dokumen terkait

2011, menindaklanjuti surat pesanan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) RSUD Ba’a T.A 2011 dengan memperhatikan Surat PPK tentang Tata Cara Prosedur Perencanaan umum pengadaan

Hipotesis nomor II (karakter 的 ( de ) dilafalkan dengan bunyi [ti] di dalam lagu Mandarin diduga karena pengaruh posisi artikulasi vokal bahasa Mandarin dan tempo lagu

Pendekatan visual yang akan dibuat dalam konsep perancangan multimedia interaktif tata cara Ibadah Haji untuk anak, bersifat memberikan pembelajaran kepada

[r]

[r]

Puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini tepat pada waktunya, dalam usaha memenuhi

Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan salah satu faktor yang mempengaruhi keaktifan siswa adalah metode yang digunakan guru kurang

Di bawah Departemen Usaha Dagang terdiri dari bagain pembelian, bagian pemasaran,.. bagian pengiriman dan bagian gudang, sedangkan di bawah bagian Keuangan