• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bahan Presentasi Spektrofluorometri (Autosaved)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bahan Presentasi Spektrofluorometri (Autosaved)"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

1.

1. Definisi

Definisi

Spektrofotometri fluoresensi merupakan suatu prosedur yang

Spektrofotometri fluoresensi merupakan suatu prosedur yang menggunakan pengukuranmenggunakan pengukuran intensitas cahaya fluoresensi yang dipancarkan oleh zat

intensitas cahaya fluoresensi yang dipancarkan oleh zat uji dibandingkan dengan yanguji dibandingkan dengan yang dipancarkan oleh suatu baku tertentu. Pada umumnya cahaya yang diemisikan oleh larutan dipancarkan oleh suatu baku tertentu. Pada umumnya cahaya yang diemisikan oleh larutan berfluoresensi mempunyai intensitas maksimum pada panjang gelombang yang

berfluoresensi mempunyai intensitas maksimum pada panjang gelombang yang biasanya 20 nmbiasanya 20 nm hingga 30 nm lebih panjang dari panjang gelombang radiasi eksitasi (gelombang pita

hingga 30 nm lebih panjang dari panjang gelombang radiasi eksitasi (gelombang pita penyerapan sinar yang membangkitkannya).

penyerapan sinar yang membangkitkannya).

Fluoresensi adalah gejala dari suatu molekul

Fluoresensi adalah gejala dari suatu molekul setelah radiasi cahaya, melepas

setelah radiasi cahaya, melepas

kembali radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang

kembali radiasi dengan panjang gelombang yang lebih panjang

Fluoresensi adalah terpancarnya sinar oleh suatu zat yang telah menyerap sinar atau Fluoresensi adalah terpancarnya sinar oleh suatu zat yang telah menyerap sinar atau radiasi elektromagnet lain. Fluoresensi adalah bentuk dari luminesensi. Dalam beberapa radiasi elektromagnet lain. Fluoresensi adalah bentuk dari luminesensi. Dalam beberapa hal, sinar yang dipancarkan memiliki gelombang lebih panjang dan energi lebih rendah hal, sinar yang dipancarkan memiliki gelombang lebih panjang dan energi lebih rendah daripada radiasi yang diserap.

daripada radiasi yang diserap.

2.

2. Prinsip

Prinsip

Cahaya yang diemisikan terjadi karena proses absorbsi cahaya

Cahaya yang diemisikan terjadi karena proses absorbsi cahaya oleh atom yang

oleh atom yang

mengakibatka

mengakibatkan keadaan

n keadaan atom tereksitasi. Keadaan atom yang

atom tereksitasi. Keadaan atom yang tereksitasi akan

tereksitasi akan

kembali ke keadaan semula dengan melepaskan energi yang berupa

kembali ke keadaan semula dengan melepaskan energi yang berupa cahaya

cahaya

(de-eksitasi).

(de-eksitasi).

Emisi cahaya oleh

Emisi cahaya oleh larutan berfluoresensi mempunyai intensitas maksimum

larutan berfluoresensi mempunyai intensitas maksimum

pada panjang gelombang yang biasanya 20 nm hingga 30 nm lebih panjang dari

pada panjang gelombang yang biasanya 20 nm hingga 30 nm lebih panjang dari

panjang gelombang radiasi eksitasi.

panjang gelombang radiasi eksitasi.

3.

3. Intensitas Radiasi Fluoresensi Dipengaruhi Oleh:

Intensitas Radiasi Fluoresensi Dipengaruhi Oleh:

1. Suhu dan

1. Suhu dan viskositas

viskositas

Intensitas fluoresensi akan turun dengan naiknya suhu. Suhu

Intensitas fluoresensi akan turun dengan naiknya suhu. Suhu yang lebih

yang lebih

tinggi tabrakan-tabrakan antar molekul atau tabrakan molekul dengan

tinggi tabrakan-tabrakan antar molekul atau tabrakan molekul dengan

pelarut menjadi lebih sering, sehingga kelebihan energi molekul yang

pelarut menjadi lebih sering, sehingga kelebihan energi molekul yang

tereksitasi dilepaskan ke molekul pelarut.

tereksitasi dilepaskan ke molekul pelarut.

2. Pelarut

2. Pelarut

Intensitas radiasi fluoresensi makin besar jika pelarut makin polar

Intensitas radiasi fluoresensi makin besar jika pelarut makin polar

sedangkan intensitasnya akan menurun jika pelarut mengandung

sedangkan intensitasnya akan menurun jika pelarut mengandung

logam-logam berat terlarut.

(2)

3. Derajat Keasaman (pH)

pH berpengaruh pada kesetimbangan larutan menjadi bentuk

terionisasi atau tidak terionisasi. Bentuk terionisasi akan menurunkan

fluoresensi.

4. Oksigen terlarut

Quenching

adalah deaktivasi non-radiatif dari molekul tereksitasi oleh

suatu zat sehingga menurunkan intensitas fluoresensi. Oksigen yang

terlarut dalam pelarut yang digunakan merupakan quencher yang serius

bagi beberapa senyawa hidrokarbon aromatik yang berfluoresensi.

Karena terjadinya oksidasi senyawa oleh pengaruh cahaya (

 fotochemically

induced oxidation

).

5. Energi eksitasi dan metode iluminasi

Energi eksitasi (intensitas, kemonokromatisan dan λ) yang digunakan

mempengaruhi intensitas fluoresensi. Makin kecil intensitas cahaya makin

lemah fluoresensi.

6. Fotodekomposisi

Makin kuat serapan radiasi pada λ eksitasi yang dipilih, makin

besar

kesalahan karena penguraian oleh radiasi.

7. Struktur Molekul

Senyawa-senyawa yang mempunyai ikan rangkap terkonjugasi ini

merupakan calon senyawa yang mampu berfluoresensi. Modifikasi

struktur terhadap senyawa-senyawa ini dapat menurunkan atau

meningkatkan intensitas fluoresensi, tergantung pada sifat dan letak

gugus substituen.

8. Konsentrasi/ kadar larutan

Perlu larutan 10-100 kali lebih encer dari spektrofotometri.

4. Instrumentasi

Pengukuran intensitas fluoresensi dapat dilakukan dengan suatu fluorometer filter sederhana. Instrument yang dipergunakan bermacam-macam mulai dari yang paling sederhana (filter

(3)

fluorometer) sampai ke yang sangat kompleks yaitu spektrofotometer. Komponen-komponen utama dari masing-masing instrument ini yaitu :

1. Sumber energi eksitasi

Banyak terdapat sumber radiasi. Lampu merkuri relatif stabil dan memancarkan energi terutama pada panjang gelombang diskret. Lampu tungsten memberikan energi kontinyu di daerah tampak. Lampu pancar xenon bertekanan tinggi seringkali digunakan pada spektrofluorometer karena alat tersebut merupakan sebuah sumber dengan intensitas tinggi yang menghasilkan energi kontinyu dengan intensitas tinggi dari ultraviolet sampai inframerah. Pada filter fluorometer ( fluorimeter ) digunakan lampu uap raksa sebagai sumber cahaya dan energi eksitasi diseleksi dengan filter. Pada spektrofluorimeter biasanya digunakan lampu Xenon ( 150 W ) yang memancarkan spectrum kontinu dengan panjang gelombang 200-800nm. Energi eksitasi diseleksi dengan monokromator eksitasi ( grating ).

2. Kuvet untuk sample

Sel spesimen yang digunakan dalam pengukuran fluoresensi dapat berupa tabung bulat atau sel empat persegi panjang (kuvet), sama seperti yang digunakan pada spektrofotometri resapan, terkecuali keempat sisi vertikalnya dipoles. Ukuran spesimen uji yang sesuai adalah 2 ml sampai 3 ml, tetapi beberapa instrumen dapat disesuaikan dengan sel-sel kecil yang memuat 100 μl hingga 300 μl atau dengan pipa kapiler yang hanya memerlukan jumlah spesimen yang kecil. Spektrofotometer harus dioperasikan sesuai dengan petunjuk pabrik pembuat.

Bila panjang gelombang untuk eksitasi di atas 320nm dapat digunakan kuvet dari gelas, akan tetapi untuk eksitasi pada panjang gelombang yang lebih pendek digunakan kuvet dari silika. Kuvet tidak boleh berfluoresensi dan tidak boleh tergores karena dapat menghamburkan. 3. Detektor

Pada umumnya fluorometer menggunakan tabung-tabung fotomultiplier sebagai detektor,  banyak tipe dari jenis tersebut yang tersedia dan masing-masing mempunyai ciri khusus yang  berkenaan dengan daerah spektral dengan kepekaan maksimum, menguntungkan dan derau

secara elektrik. Arus foto diperbesar dan dibaca pada sebuah meter atau perekam.

Seperti pada spektrofotometri, detektor yang biasa digunakan adalah ‘fotomultiplier tube’ atau ‘thermocouple’. Pada umumnya, detektor ditempatkan di atas sebuah poros yang membuat sudut 900dengan berkas eksitasi. Geometri sudut siku ini memungkinkan radiasi eksitasi menembus spesimen uji tanpa mengkontaminasi sinyal luaran yang diterima oleh detektor fluoresensi. Akan tetapi tidak dapat dihindarkan detektor menerima sejumlah radiasi eksitasi sebagai akibat sifat menghamburkan yang ada pada larutan itu sendiri atau jika

adanya debu atau padatan lainnya. Untuk menghindari hamburan ini maka digunakan instrument yang bernama filter.

4. Sepasang filter atau monokromator untuk menyeleksi panjang gelombang eksitasi dan emisi.

 Fluorometer

Filter pertama hanya meneruskan cahaya ultraviolet dari sumber cahaya yaitu radiasi dengan panjang gelombang yang cocok untuk eksitasi specimen uji.

Filter kedua meloloskan hanya panjang gelombang yang sesuai dengan fluoresensi maksimum dari zat yang diperiksa dan menahan setiap cahaya eksitasi yang terhambur. Jenis filter kedua ini biasanya yang menahan panjang gelombang pendek.

Persoalan yang dihadapi pada pemilihan filter yaitu panjang gel ombang yang lebih panjang yang diteruskan oleh filter pertama juga lolos pada daerah panjang gelombang yang lebih  pendek dari filter kedua, sehingga menghasilkan blangko yang tinggi. Disamping itu sukar

untuk mendapatkan filter dengan panjang gelombang yang cocok dengan radiasi eksitasi karakteristik untuk sample.

 Spektrofluorimeter

Ini menggunakan sepasang monokromator (grating) untuk menyeleksi radiasi eksitasi dan emisi yang lebih akurat (memberikan kepekaan yang tinggi) sehingga kesulitan-kesulitan

(4)

tersebut diatas dapat diatasi. Monokromator pertama mendispersikan cahaya dari sumber cahaya sehingga menghasilkan radiasi eksitasi yang monokromatis. Sample yang tereksitasi kemudian berfluoresensi sehingga merupakan sumber cahaya bagi monokromator kedua. Dengan alat ini dapat dibuat spekrum eksitasi maupun emisi.

a)

Perbandingan intensitas fluoresensi spesimen uji dengan intensitas fluoresensi zat baku yang diperoleh pada pengaturan instrumen yang sama memberikan ukuran semi kuantitatif bagi kekuatan fluoresensi. Sering kali sebagai baku pembanding digunakan larutanquinindalamasam sulfat 0,1 N yang dinyatakan kadarnya atau fluoresein dalam natrium hidroksida 0,1 N.

5. Analisis Kuantitatif Absorban

Pada larutan dengan konsentrasi tinggi, sebagian besar cahaya diserap lapisan larutan yang  paling dulu kontak dengan radiasi eksitasi, sehingga fluoresensi hanya terjadi pada bagian yang

menyerap cahaya tersebut. Dengan demikian, pada analisis kuantitatif harus didunakan larutan yang encer (serapan tidak lebih dari 0,02) supaya dapat memenuhi persamaan fluoresensi:

F = 2,3IoQabc atau F = kc Keterangan:

F = fluoresensi

k = konstan = 2,3Ioabc

Io = intensitas sumber cahaya Q = efisiensi fluoresensi a = daya serap

 b = tebal larutan c = konsentrasi

Kelebihan fluorometer dan fosforimeter dalam analisis kuantitatif:

-

Metode ini selektif dan tidak terjadi interferensi spektral. Interferensi ini bila timbul dapat diatasi

dengan pemilihan panjang gelombang yang tepat baik pada eksitasi maupun pemendarannya.

-

Metode ini sensitif. Pada fosforometer, resolusi waktunya cukup besar, karena panjangnya waktu

hidup. Hal ini juga mengeliminasi penghamburan sampel. Tidak seperti fluorometer, fosforometer jarang digunakan dalam analisis kimia karena rumitnya peralatan. Untuk memperoleh hasil reprodusibel pada analisis fosforimeter, diperlukan pendinginan sampel dengan suatu campuran 5:2:2 dietileter, isopentana dan etanol, EPA.

6. Analisis kualitatif

Koefisien dan panjang gelombang

7. Jenis senyawa yang dianalisis

a) Molekul analit dapat menyerap cahaya dengan kuat sehingga analit

harus mengandung gugus kromofor. Contohnya adalah

senyawa-senyawa aromatik, heterosiklik, dan sistem konjugasi.

(5)

Supaya suatu molekul berfluoresensi, maka molekul tersebut harus menyerap radiasi. Jika konsentrasi senyawa yanng menyerap radiasi tersebut sangat ti nggi, maka sinar yang mengenai sampel akan diabsorbsi oleh lapisan pertama larutan dan hanya sedikit radiasi yang diserap oleh oleh bagian lain sa mpel pada jarak yang lebih jauh. Karena hal ini tidak diinginkan, maka sampel harus dibuat dalam konsentrasi rendah untuk mencegah terjadinya penyerapan radiasi yang tidak seragam ini.

b) Struktur molekulnya planar dan rigid/ kaku.

Struktur molekul yang mempunyai ikatan rangkap mempunyai

sifat fluoresensi karena strukturnya kaku dan plana

EDG (OH-, -NH2, OCH3) yang terikat pada sistem

dapatmenaikkan intensitas fluoresensi

EWG (NO2, Br, I, CN, COOH) dapat menurunkan bahkan

menghilangkan sifat fluoresensi

Penambahan ikatan rangkap (aromatik polisiklik) dapat

menaikkan fluoresensi

c) Transisi energi hingga ke tingkat kondisi eksitasi terendah pasangan

elektron singlet adalah transisi π – π

d) Molekul yang tereksitasi kembali ke kondisi dasar (

ground state

) dengan

melepaskan energi radiatif (fluoresensi) dengan waktu relaksasi kurang

dari 10

-9

detik. Perlu diketahui bahwa kebanyakan zat kembali ke kondisi

dasar (

ground state

) dengan melepaskan panas (energi nonradiatif)

sehingga tidak berfluoresensi.

8. Keunggulan

Kepekaan yang baik karena :

1. Intensitas dapat diperbesar dengan menggunakan sumber eksitasi

yang tepat

2. Detektor yang digunakan seperti tabung pergandaan foto sangat peka

3. Pengukuran energi emisi lebih tepat daripada energi terabsorbsi

4. Dapat mengukur sampai kadar 10-4

 –

 10-9 M

9. Kelemahan

(6)

Intensitas fluoresensi dipengaruhi oleh intensitas sumber cahaya

Investasi mahal.

Spektroflurometri dapat digunakan untuk :

Analisa kualitatif , Perbandingan spectrum fluoresensi dapat membantu pengenalan senyawa. Analisa kuantitatif, Pengukuran dapat dilakukan pada kadar yang sangat rendah dengan

ketepatan, keterulangan, dan kepekaan tinggi. Misalnya pengukuran kadar vitamin E. Bila  panjang gelombang emisi dan eksitasi telah dipilih, makandapat dibuat hubungan antara

intensitas fluoresensi dengan konsentrasi senyawa. Intensitas fluoresensi tergantung dari tingkat konsentrasi senyawa. Hubungan tersebut berupa garis lurus (linier) pada konsentrasi sangat rendah. Apabila kadarnya terlalu tinggi, larutan tersebut tidak l inier lagi karena akan menyerap sebagian sinar eksitasi.

MEKANISME !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Langkah pertama (i) adalah eksitasi, di mana cahaya diserap oleh

molekul,yang ditransfer ke keadaan tereksitasi secara elektronik yang berarti

bahwa sebuahelektron bergerak dari keadaan dasar singlet, S0, ke keadaan

singlet tereksitasiS‟1. Inidiikuti dengan relaksasi getaran atau konversi

internal (ii), dimana molekul inimengalami transisi dari elektronik atas ke

yang lebih rendahS „1

, tanpa radiasiapapun. Akhirnya, emisi terjadi (iii),

biasanya 10 - 8 detik setelah eksitasi, ketika kembali elektron kekeadaan

dasar lebih stabil, S0, memancarkan cahaya pada panjanggelombang yang

sesuaidengan perbedaan energi antara kedua negara elektronik.

Referensi

Dokumen terkait

Reaksi Fase II disebut juga dengan reaksi konjugasi , dinama gugus fungsi yang terbentuk akan dikopel oleh senyawa endogen dengan bantuan enzim-enzim tertentu,. Dengan

Reaksi klorinasi pada senyawa aromatik dapat berlangsung pada suhu lebih rendah dan dalam waktu yang lebih singkat apabila senyawa tersebut banyak mengandung gugus

Oleh karena itu penulis tertarik melakukan penelitian tentang aktivitas toksisitas dari senyawa analog kalkon dengan cincin aromatik A yang mengandung dua gugus metoksi dan satu

Kromofor adalah suatu gugus yang terdapat dalam suatu senyawa yang sifatnya dapat menyerap radiasi ultraviolet dekat dan juga dapat menyerap radiasi atau cahaya

Fase diam mengandung gugus – gugus molekul yang hanya dapat menyerap sampel jika ada kondisi – kondisi yang terkait dengan muatan dan sterik tertentu pada

Fenol meliputi berbagai senyawa yang berasal dari tumbuhan dan mempunyai ciri yang sama, yaitu memiliki cincin aromatik yang mengandung satu atau dua gugus hidroksil..

Spektroskopi UV dapat digunakan untuk menentukan gugus kromofor yang terdapat dalam suatu senyawa yang menyerap radiasi dalam daerah UV... Serapan cahaya (energi) dalam daerah

Di antara beberapa golongan senyawa organik adalah senyawa alifatik, rantai karbon yang dapat diubah gugus fungsinya; hidrokarbon aromatik, senyawaan yang mengandung paling tidak