• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pedoman SIK - rancangan 3.3.2.pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pedoman SIK - rancangan 3.3.2.pdf"

Copied!
69
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Daftar Isi

1 PENDAHULUAN ... 7 1.1 Latar Belakang ... 7 1.2 Maksud ... 8 1.3 Tujuan ... 8 1.4 Sasaran ... 8 1.5 Ruang Lingkup ... 8 1.6 Landasan Hukum ... 9

2 DISAIN SISTEM INFORMASI KESEHATAN... 12

2.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan ... 12

2.2 Peran Sistem Informasi Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan ... 12

2.3 Model Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia ... 13

2.4 Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional ... 14

2.5 Implementasi Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional ... 16

2.6 SIKDA Generik ... 17

3 PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN ... 18

3.1 Tanggung Jawab Pemerintah dalam Menentukan Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan... 18

3.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Bidang Kesehatan ... 18

3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Selain Bidang Kesehatan yang Terkait ... 19

3.4 Organisasi... 21

3.4.1 Penyelenggara Tingkat Pusat ... 21

3.4.2 Penyelenggara Tingkat Provinsi ... 21

3.4.3 Penyelenggara Tingkat Kabupaten/Kota ... 21

3.4.4 Penyelenggara Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 22

4 INDIKATOR ... 23

4.1 Penyusunan dan Penetapan Indikator Kesehatan ... 23

4.2 Indikator Kesehatan Nasional ... 23

5 SUMBER DATA ... 29

5.1 Jenis Sumber Data ... 29

5.2 Kewenangan Menetapkan Data Sasaran ... 30

5.3 Laporan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan ... 30

6 PENGUMPULAN, PENGELOLAAN DAN PENANGANAN GANGGUAN DATA ... 38

6.1 Pengumpulan Data ... 38

6.1.1 Standar Data ... 38

6.1.2 Petugas Data ... 38

6.1.3 Kualitas Data ... 38

(3)

6.2.1 Keamanan Data dan Kerahasiaan Data ... 39

6.2.2 Pengamanan SIK ... 41

6.2.3 Penyimpanan Data ... 42

6.3 Penanganan Gangguan ... 43

6.4 Interoperabilitas ... 45

6.5 Format Pengiriman Data ke Bank Data Kesehatan Nasional ... 45

7 PENYAJIAN, DISEMINASI DAN PEMANFAATAN DATA DAN INFORMASI ... 49

7.1 Penyajian Data dan Informasi ... 49

7.2 Diseminasi... 51

7.3 Pemanfaatan ... 51

8 SUMBER DAYA ... 53

8.1 Pendanaan ... 53

8.2 Sumber Daya Manusia ... 54

8.2.1 Kompetensi Pengelola SIK ... 54

8.2.2 Jenis Jengelola SIK dan Fungsinya ... 55

8.3 Infrastruktur ... 57

8.3.1 Infrastruktur Pengelolaan SIK Manual ... 57

8.3.2 Infrastruktur Pengelolaan SIK Komputerisasi ... 57

9 IMPLEMENTASI SISTEM INFORMASI KESEHATAN KOMPUTERISASI... 61

9.1 Perencanaan... 61

9.2 Analisis dan Dokumentasi Kebutuhan Sistem ... 62

9.3 Analisis Perangkat Keras, Jaringan dan Infrastruktur ... 62

9.4 Analisis Software Aplikasi ... 63

9.5 Pengadaan ... 64

9.6 Implementasi ... 64

9.7 Pelatihan ... 65

9.8 Pendampingan ... 66

9.9 Penjaminanan ... 66

9.10 Pemeliharaan Pasca Implementasi ... 66

10 PEMBINAAN, PEMANTAUAN, DAN EVALUASI ... 67

(4)

Daftar Istilah

Puskesmas Unit pelaksana teknis dinas kesehatan kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja.

Bidan Seorang perempuan yang lulus dari pendidikan bidan yang telah terregistrasi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bidan dapat menjalankan praktik mandiri dan/atau bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan (tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat)

Bidan Desa bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa, dan dalam melaksanakan tugas pelayanan medis baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bidan harus bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskemas. Perawat Desa/Perawat

Perkesmas

Perawat yang ditempatkan di desa dan bertanggung jawab mengelola penyelenggaraan perkesmas di desa binaan, mempunyai wilayah kerja satu sampai dua desa, dan dalam melaksanakan tugasnya baik di dalam maupun di luar jam kerja Perawat Desa/Perawat Perkesmas harus bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas.

Perawat Desa/Perawat Perkesmas bertugas mengelola penyelenggaraan perkesmas dan melaksanakan asuhan keperawatan untuk individu, keluarga, atau kelompok masyarakat di wilayah desa binaan terutama yang mempunyai masalah rawan kesehatan, resiko tinggi atau mempunyai masalah kesehatan masyarakat prioritas di wilayahnya. Dalam melakukan asuhan keperawatan perawat dapat melakukan upaya pencegahan, promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemberdayaan pasien dan klien, perawatan komplementer, melakukan tindakan medis sesuai kewenangannya dan pemulihan kesehatan, serta melaksanakan tindakan kegawatdaruratan maupun tugas pemerintah.

Pos Kesehatan Desa (Poskesdes)

Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk di desa dalam rangka mendekatkan/menyediakan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat desa. Poskesdes dapat dikatakan sebagai sarana kesehatan yang merupakan pertemuan antara upaya-upaya masyarakat dan dukungan pemerintah. Pelayanannya meliputi upaya-upaya promotif, preventif, dan kuratif yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan (bidan desa / perawat desa / perkesmas) dengan melibatkan kader atau tenaga sukarela Iainnya.

Rumah sakit institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Rumah sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karakteristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonimo masyarakat yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.

Laboratorium Kesehatan

Sarana kesehatan yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan pengujian terhadap bahan yang berasal dari manusia atau bahkan bukan berasal dari manusia untuk penentuan jenis penyakit, penyebab penyakit, kondisi kesehatan atau faktor yang dapat berpengaruh pada kesehatan perorangan dan masyarakat.

Jenis laboratorium kesehatan berdasarkan pelayanan yaitu laboratorium klinik dan laboratorium kesehatan masyarakat. Laboratorium kesehatan dapat diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta, dapat berupa laboratorium yang mandiri atau terintegrasi di dalam sarana pelayanan kesehatan lainnya.

Instalasi Farmasi Kabupaten/Kota

tempat penerimaan, penyimpanan, pendistribusian dan pemeliharaan barang persediaan berupa obat, alat kesehatan dan perbekalan kesehatan lainnya (seperti DDT, pompa, pipa, perbekalan KB, sepeda motor/sepeda roda dua, susu bubuk, dll) yang tujuannya akan digunakan untuk melaksanakan program kesehatan di kabupaten/kota yang bersangkutan.

(5)

Apotek sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh apoteker (PP no. 51 tahun 2009 pasal 1 ayat 13). Yang dimaksud praktek kefarmasian tersebut meliputi pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan distribusi obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat, dan obat tradisional.

Laboratorium Radiologi

Sarana kesehatan yang melaksanakan pemeriksaan, analisa, menguraikan, mengidentifikasi tubuh pasien menggunakan pancaran atau radiasi gelombang, baik gelombang elektromagnetik maupun gelombang mekanik. Pada awalnya frekuensi yang dipakai berbentuk sinar-x (x-ray) namun kemajuan teknologi modern memakai pemindaian (scanning) gelombang sangat tinggi (ultrasonic) seperti ultrasonography (USG) dan juga MRI (magnetic resonance imaging).

Klinik/Praktik Dokter Fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan yang menyediakan pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan dan dipimpin oleh seorang tenaga medis (dokter, dokter spesialis, dolkter gigi atau dokter gigi spesialis)

Bidan Praktik Mandiri Praktik bidan swasta perorangan. Bidan yang menjalankan praktik mandiri harus berpendidikan minimal Diploma III Kebidanan dan wajib memiliki SIPB

Praktik Mandiri Perawat/Swasta

Seorang Perawat yang mempunyai izin praktek dan memberikan pelayanan asuhan keperawatan bagi pasien atau klien yang memerlukan bantuan pelayanan keperawatan baik individu, keluarga, ataupun kelompok yang dapat dilakukan di tempat praktik perawat, di rumah pasien/klien (home care) atau di institusi lingkungan tempat kelompok (panti, Tempat kerja, sekolah, dll)

Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

adalah unit organisasi pemerintah daerah Kabupaten/Kota yang bertanggungjawab dalam bidang kesehatan di wilayah kabupaten/kota tersebut.

Dinas Kesehatan Provinsi

adalah unit organisasi pemerintah daerah Provinsi yang bertanggungjawab dalam bidang kesehatan di wilayah provinsinya.

Fasilitas pelayanan kesehatan lain

adalah fasilitas/sarana yang memberikan pelayanan kesehatan antara lain fasilitas kesehatan komplementer-alternatif, RB, Pengobatan Tradisional, Balai Pengobatan. Dataset minimal Data minimal yang diperlukan pada proses penilaian klinis dari pasien di suatu

layanan kesehatan. Proses ini memberikan penilaian yang komprehensif dan membantu petugas kesehatan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan tersebut. Bank Data Kesehatan

Nasional

Suatu sistem komputer untuk mengarsipkan dan menganalisis data kesehatan yang dikumpulkan dari pelayanan kesehatan serta unit yang terkait dengan kesehatan pada tingkat nasional. Melalui sistem ini manajer kesehatan dapat melakukan kueri kompleks dan analisis (contohnya penambangan data, data mining) terhadap informasi tersebut tanpa membebani sistem yang operasional.

Inkonsistensi Ketidaktaatasasan, Ketidakserasian

Anomali ketidaknormalan; penyimpangan atau keanehan yang terjadi atau dengan kata lain tidak seperti biasanya

Privasi Disebut juga kerahasiaan pribadi adalah kemampuan satu atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri mereka. Privasi kadang dihubungkan dengan anonimitas walaupun anonimitas terutama lebih dihargai oleh orang yang dikenal publik. Privasi dapat dianggap sebagai suatu aspek dari keamanan.

Hak ases Hak yang diberikan kepada user untuk mengakses sistem. Hak akses adalah hal yang paling mendasar dalam bidang sekuriti. Dalam strategi sekuriti, setiap objek dalam sistem (user, administrator, software, sistem itu sendiri, dsb) harus diberikan hak akses yang berguna untuk menunjang fungsi kerja dari objek tersebut.

(6)

menghapus virus komputer dari sistem komputer. Antivirus disebut juga Virus Protection Software. Aplikasi ini dapat menentukan apakah sebuah sistem komputer telah terinfeksi dengan sebuah virus atau tidak. Umumnya, perangkat lunak ini berjalan di latar belakang (background) dan melakukan pemindaian terhadap semua berkas yang diakses (dibuka, dimodifikasi, atau ketika disimpan).

Firewall Firewall adalah sebuah sistem atau grup sistem yang menjalankan kontrol akses keamanan diantara jaringan internal yang aman dan jaringan yang untrusted seperti internet.Firewall didesain untuk mengijinkan trusted data atau data yang dipercaya lewat, menolak layanan yang mudah diserang, mencegah jaringan internal dari serangan luar yang bisa menembus firewall setiap waktu.

Hack Upaya membobol sesuatu baik itu program, aplikasi, sistem komputer dll.

Hacker Seseorang dengan kemampuan hack yang suka menjelajahi secara rinci sistem,program, dan memiliki kemampuan yang lebih dibandingkan sebagian besar pengguna komputer yang awam. Hacker merupakan pengguna Internet yang memiliki pemahaman mendalam dari sistem internal, komputer dan jaringan komputer khususnya.

Enkripsi proses mengamankan suatu informasi dengan membuat informasi tersebut tidak dapat dibaca tanpa bantuan pengetahuan khusus. Dikarenakan enkripsi telah digunakan untuk mengamankan komunikasi di berbagai negara, hanya organisasi-organisasi tertentu dan individu yang memiliki kepentingan yang sangat mendesak akan kerahasiaan yang menggunakan enkripsi.

Identity (ID) Suatu kode yang mengukuhkan keberadaan seseorang atau organisasi.

Server Sebuah sistem komputer yang menyediakan jenis layanan tertentu dalam sebuah jaringan komputer. Server didukung dengan prosesor yang bersifat scalable dan RAM yang besar, juga dilengkapi dengan sistem operasi khusus, yang disebut sebagai sistem operasi jaringan.

Helpdesk Semacam tim support yang membantu orang-orang yang membutuhkan bantuan pemecahan masalah computer maupun jaringannya.

Troubleshooting Sebuah proses yang memungkinkan seorang user untuk menemukan permasalahan pada sebuah jaringan komputer.

UPS Kependekan dari Uninteruptable Power System yaitu batere dengan inverter yang berfungsi sebagai penstabil tegangan dan penanggung daya untuk beberapa waktu saat padam listrik.

Restore Proses pengembalian data dalam sistem komputer.

HTML Kependekan dari Hypertext Markup Language yaitu sebuah jenis teks dokumen khusus yang digunakan oleh Web browser untuk mempresentasikan teks dan gambar. Processor sebuah IC yang mengontrol keseluruhan jalannya sebuah sistem komputer dan

digunakan sebagai pusat atau otak dari komputer yang berfungsi untuk melakukan perhitungan dan menjalankan tugas.

Spreadsheet tabel informasi/data berbentuk kotak dengan baris dan kolom yang berisi penghitungan-penghitungan yang digunakan untuk melakukan analisa komparatif. Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien,

pemeriksanaan, pengobatan, tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien. Rekam medis harus dibuat secara tertulis, lengkap dan jelas atau secara elektronik.

Pranata Komputer Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan di bidang teknologi informasi berbasis komputer, antara lain sistem analis, programmer, operator data entry/komputer, teknisi komputer, administrator jaringan, administrator database, dan

(7)

perancang web

Statistisi Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan statistik pada instansi pemerintah.

Arsiparis Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan kearsipan.

Pustakawan Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melaksanakan kegiatan kepustakawan pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi instansi pemerintah dan atau unit tertentu lainnya.

Pemangku kepentingan SIK

Suatu unit/organisasi yang terkait dengan pelaksanaan/pengembangan SIK. Terdiri dari pemangku kepentingan SIK bidang Kesehatan dan selain bidang kesehatan

(8)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) sebagai bagian penting dari manajemen kesehatan terus berkembang selaras dengan perkembangan organisasi. Dengan adanya perubahan sistem kesehatan mengakibatkan terjadinya perubahan pada SIK, namun sayangnya perubahan sistem kesehatan di lapangan tidak secepat dengan yang diperkirakan oleh para pengambil keputusan. Hal ini tampak nyata ketika sistem kesehatan berubah dari sentralisasi ke desentralisasi, SIK tidak berfungsi sebagaimana layaknya. SIK yang selama ini telah dikembangkan, (meskipun masih terfragmentasi) secara Nasional tidak berfungsi, alur laporan dari pelayanan kesehatan ke jenjang administrasi kabupaten/kota hingga ke pusat banyak yang terhambat.

SIK membantu dalam proses pengambilan keputusan untuk (a) pelaksanaan pelayanan kesehatan sehari-hari, (b) intervensi cepat dalam penanggulangan masalah kesehatan, dan (c) untuk mendukung manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat terutama dalam penyusunan rencana jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang.

SIK yang baik adalah sistem informasi yang mampu menghasilkan data/informasi yang akurat dan tepat waktu. Pada saat ini dengan kemajuan Teknologi Komunikasi Informasi (TIK) yang pesat mewujudkan SIK yang baik menjadi hal yang mungkin, tentunya dengan mengaplikasikan kaidah-kaidah informasi seperti melaksanakan prosedur secara konsisten dan rutin, menyediakan sumber-daya yang memadai dan memperoleh dukungan/komitmen pimpinan dalam pengembangan, pemanfatan data/informasi yang dihasilkan.

SIK telah digunakan untuk mendukung kegiatan pelayanan kesehatan sehari-hari yang dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit, terutama dalam penanganan pasien dan intervensi penanggulangan masalah kesehatan. Sebaliknya dalam hal manajemen kesehatan di tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat, SIK belum banyak berperan karena belum menghasilkan data/informasi yang akurat dan tepat waktu. Sejak diberlakukannya sistem desentralisasi, SIK di Indonesia berkembang dengan cepat terutama dalam hal pemanfaatan TIK di dalam proses kerja. Banyak institusi pelayanan seperti RS, Puskesmas dan Dinas Kesehatan Daerah mengembangkan sistem informasi yang berbasis komputer, baik dibangun oleh tim SIKDA (in-house development) ataupun bekerjasama dengan “provider IT” swasta. Modernisasi dengan penyerapan TIK sangat membantu dalam penyempurnaan SIK di daerah.

Pada saat ini terdapat berbagai sistem informasi yang dibangun oleh berbagai pengelola SIK di daerah dengan format data yang berbeda-beda, sehingga mempersulit untuk menghimpunnya dalam Bank Data Kesehatan Nasional. Oleh karena itu diperlukan suatu pedoman yang dapat mengatur dan menyeragamkan berbagai karakteristik SIK dan master data yang berbeda tersebut, sehingga dapat mempermudah dalam proses integrasi dan komunikasi data ke Bank Data Kesehatan Nasional.

(9)

1.2 Maksud

Pedoman Sistem Informasi Kesehatan (Pedoman SIK) adalah suatu dokumen yang berisi aturan berupa norma, standar, kriteria, dan prosedur yang digunakan sebagai acuan dalam pengembangan SIK, yang mencakup acuan untuk pemerintah dalam pengelolaan dan pengembangan SIK skala Nasional dan fasilitasi pengembangan SIK daerah, acuan untuk pemerintah daerah provinsi dalam pengelolaan SIK skala provinsi, acuan untuk pemerintah daerah kabupaten/kota dalam pengelolaan SIK skala kabupaten/kota dan acuan untuk fasilitas pelayanan kesehatan dalam pengelolaan SIK.

Dengan adanya Pedoman SIK ini, diharapkan semua pengelola SIK di Indonesia dapat memodifikasi sistem yang dikembangkannya, sehingga sesuai dengan karakteristik teknis dan standar substansi yang tertuang dalam Pedoman ini.

1.3 Tujuan

Tujuan Pedoman SIK adalah:

 memberikan acuan dalam penyelenggaraan SIK;

 memberikan kesamaan pola pikir atau persepsi dan langkah dalam penyelenggaraan SIK;

 menciptakan sinergi antar unit kerja (pemangku kepentingan) yang terlibat dalam penyelenggaraan SIK; dan

 mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan yang efektif dan efisien. 1.4 Sasaran

Sasaran Pedoman SIK adalah semua pemangku kepentingan yang terkait dengan SIK baik sebagai sumber data, pengelola data, maupun pengguna data. Pedoman SIK ini mengatur pengelolaan dan pengembangan SIK skala Nasional, pengelolaan SIK skala provinsi, pengelolaan SIK skala kabupaten/kota, dan pengelolaan SIK skala unit pelayanan kesehatan.

1.5 Ruang Lingkup

Lingkup isi Pedoman SIK ini mencakup: 1. Disain Sistem Informasi Kesehatan 2. Pengelolaan SIK

3. Indikator 4. Sumber Data

5. Pengumpulan, Pengolahan dan Penanganan Gangguan Data 6. Penyajian, Diseminasi dan Pemanfaatan Data dan Informasi 7. Sumber Daya

8. Implementasi Sistem Informasi Kesehatan Komputerisasi 9. Pembinaan, Pemantauan dan Evaluasi

(10)

1.6 Landasan Hukum

Landasan hukum sebagai pijakan dalam penyelenggaraan SIK adalah sebagai berikut: 1. Undang-undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran (Lembar Negara

Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 116, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomo4 4431);

2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437);

3. Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438);

4. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4674);

5. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4843);

6. Undang-undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 61, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4846);

7. Undang-undangan Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

8. Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 153, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5072);

9. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 161, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5080)

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3952);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000 tentang Laporan Pertanggungjawaban Kepala Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 209, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4027); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan

atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada Masyarakat

(11)

(Lembaran Negara Tahun 2007 Republik Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4693);

16. Peraturan Pemerintah Nomor ... Tahun 2011 tentang Penyelenggaraan Informasi dan Teknologi Elektronik (Lembaran Negara Tahun ... Republik Indonesia Nomor ...., Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ...);

17. Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2003 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan e-Government

18. Peraturan Kepala Arsip Nasional RI Nomor 06 Tahun 2005 tentang Petunjuk teknis, Perlindungan, Pengamanan dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara;

19. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika Nomor 41/PER/Men.Kominfo/11/2007 tentang Panduan Umum Tata Kelola Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional; 20. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1109/Menkes/PER/IX/2007 tentang

Penyelenggaraan Pengobatan Komplementer-Alternatif di fasilitas Pelayanan Kesehatan

21. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis;

22. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 741/Menkes/SK/IX/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota;

23. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/Menkes/068/I/2010 tentang Kewajiban Menggunakan Obat Generik di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pemerintah

24. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 148/Menkes/Per/IX/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Perawat;

25. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 411/Menkes/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik

26. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1144/Menkes/Per/VIII/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;

27. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan;

28. Peraturan Menteri Kesehatan Noomor 1501/Menkes/PER/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan

29. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 028/Menkes/Per/I/2011 tentang Klinik;

30. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 574/Menkes/SK/IV/2000 tentang Kebijakan Pembangunan Kesehatan Menuju Indonesia Sehat 2010;

31. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 41 Tahun 2001 tentang Pengawasan Represif Kebijakan Daerah;

32. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 511/Menkes/SK/V/2002 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan SIK Nasional (SIKNAS);

33. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk teknis Pelaksanaan Pengembangan Sistem Informasi Daerah (SIKDA);

34. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 09/Kep/M.PAN/2002 tentang Jabatan Fungsional Arsiparis dan Angka Kreditnya;

35. Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 132/Kep/M.PAN/12/2002 tentang Jabatan Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya;

36. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/Menkes/SK/III/2003 tentang Laboratorium Kesehatan;

37. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 279/Menkes/SK/IV/2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Perawatan Kesehatan Masyarakat di Indonesia;

38. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 837/Menkes/SK/VII/2007 tentang Pengembangan SIKNAS Online;

(12)

39. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.00.SJ.SK.VI.1111 Tahun 2007 tentang Penunjukan Petugas Pengelolaan SIKNAS Online;

40. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 267/Menkes/SK/III/2008 tentang Petunjuk Teknis Pengorganisasian Dinas Kesehatan Daerah;

41. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 374/Menkes/SK/V/2009 tentang Sistem Kesehatan Nasional;

42. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 442/Menkes/SK/VI/2009 tentang Pedoman Penyelenggaraan Kesehatan Haji Indonesia;

43. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 908/Menkes/SK/VII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Keperawatan Keluarga;

44. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 021/Menkes/SK/I/2011 tentang Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014;

45. Keputusan Bersama Kepala Badan Pusat Statistik dan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 003/KS/2003 Nomor 25 Tahun 2003 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Statistisi dan Angka Kreditnya;

46. Keputusan Kepala Badan Pusat Statistik Nomor 291 tahun 2004 tentang Pedoman Penyusunan Formasi Jabatan Fungsional Pranata Komputer;

(13)

2

DISAIN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

2.1 Pengertian Sistem Informasi Kesehatan

Pengambilan keputusan akan lebih mudah jika semua informasi yang dibutuhkan sudah tersedia. Untuk tujuan itu, suatu sistem informasi perlu dibangun dengan mengorganisir berbagai data yang telah dikumpulkan secara sistematik, memproses data menjadi informasi yang berguna. Sistem informasi atau sistem informasi manajemen pada hakekatnya adalah serangkaian prosedur dan integrasinya dengan perangkat dan manusia untuk menghasilkan data/informasi untuk manajemen. Sistem informasi merupakan tatanan yang melibatkan manusia, peralatan, dan prosedur untuk menghasilkan data dan informasi yang digunakan untuk pengambilan keputusan.

SIK adalah suatu sistem yang menyediakan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi kesehatan, baik di tingkat unit pelaksana upaya kesehatan, di tingkat kabupaten/kota, di tingkat provinsi, maupun di tingkat pusat.

Dalam pengembangan dan penguatan SIK harus memperhatikan prinsip-prinsip:

1. Keamanan dan kerahasiaan data – SIK harus dapat menjamin keamanan dan kerahasiaan data.

2. Standarisasi – Standarisasi SIK khusus dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dibahas dalam petunjuk teknis ini

3. Integrasi – SIK harus dapat mengintegrasikan berbagai macam sumber data, termasuk pula dalam pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi.

4. Keterwakilan – Data dan informasi yang dikumpulkan harus dapat ditelusuri lebih dalam secara individual dan agregat sehingga dapat menggambarkan perbedaan gender, status sosial ekonomi, dan wilayah geografi.

5. Kemudahan akses – Data dan informasi yang tersedia oleh SIK harus mudah diakses oleh semua pihak sesuai hak dan kewenangannya.

6. Pemanfaatan teknologi informasi komunikasi (platform elektronik) – Sistem informasi yang dikembangkan akan berbasis data disaggregate atau individu dari fasilitas pelayanan kesehatan, sehingga sistem berbasis elektronik sangat dibutuhkan.

7. Etika, integritas dan kualitas.

2.2 Peran Sistem Informasi Kesehatan Dalam Sistem Kesehatan

Menurut World Health Organization (WHO) dalam buku “Design and Implementaiton of

Health Information System” (2000) bahwa suatu sistem informasi kesehatan tidak dapat

berdiri sendiri, melainkan sebagai bagian dari suatu sistem kesehatan. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan semua jenjang. Sistem informasi harus dijadikan sebagai alat yang efektif bagi manajemen.

WHO juga menyebutkan bahwa SIK merupakan salah satu dari 6 “building blocks” atau komponen utama dalam suatu sistem kesehatan. Enam komponen Sistem kesehatan tersebut adalah:

(14)

2 Medical products, vacines, and technologies / Produk Medis, Vaksin, dan Teknologi Kesehatan

3 Health Workforce / Tenaga Medis

4 Health System Financing / Sistem Pembiayaan Kesehatan 5 Health Information System / Sistem Informasi Kesehatan

6 Leadership and Governance / Kepemimpinan dan Pemerintahan

SIK disebut sebagai salah satu dari 7 komponen yang mendukung suatu sistem kesehatan, dimana sistem kesehatan tidak bisa berfungsi tanpa satu dari komponen tersebut. SIK bukan saja berperan dalam memastikan data mengenai kasus kesehatan dilaporkan tetapi juga mempunyai potensi untuk membantu dalam meningkatkan efisiensi dan transparansi proses kerja.

Sistem Kesehatan Nasional terdiri dari dari tujuh subsistem, yaitu :1. Upaya kesehatan, 2. Penelitian dan pengembangan kesehatan, 3. Pembiayaan kesehatan, 4. Sumber daya manusia kesehatan, 5. Sediaan farmasi, alat kesehatan, dan makanan, 6. Manajemen, informasi, dan regulasi kesehatan, dan 7. Pemberdayaan masyarakat.

Dalam Sistem Kesehatan Nasional, SIK merupakan bagian dari sub sistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan. Subsistem manajemen dan informasi kesehatan diselenggarakan guna menghasilkan fungsi-fungsi kebijakan kesehatan, administrasi kesehatan, informasi kesehatan dan hukum kesehatan yang memadai dan mampu menunjang penyelenggaraan upaya kesehatan secara berhasil guna dan berdaya guna. Dengan subsistem manajemen, informasi dan regulasi kesehatan yang berhasil guna dan berdaya guna dapat mendukung penyelenggaraan keenam subsistem lain dalam sistem kesehatan nasional sebagai satu kesatuan yang terpadu dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2.3 Model Pengelolaan Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia Pada saat ini di Indonesia terdapat 3 (tiga) model pengelolaan SIK, yaitu :

a. Pengelolaan SIK Manual, dimana pengelolaan informasi di fasilitas pelayanan kesehatan dilakukan secara manual atau paper based melalui proses pencatatan pada buku register, kartu, formulir-formulir khusus, mulai dari proses pendaftaran sampai dengan pembuatan laporan. Hal ini terjadi oleh karena adanya keterbatasan infrastruktur, dana, dan lokasi tempat pelayanan kesehatan itu berada. Pengelolaan secara manual selain tidak efisien juga menghambat dalam proses pengambilan keputusan manajemen dan proses pelaporan.

b. Pengelolaan SIK Komputerisasi Offline, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, baik itu dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen (SIM) maupun dengan aplikasi perkantoran elektronik biasa, namun masih belum didukung oleh jaringan internet online ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional.

c. Pengelolaan SIK Komputerisasi Online, pada jenis ini pengelolaan informasi di pelayanan kesehatan sebagian besar/seluruhnya sudah dilakukan dengan menggunakan perangkat komputer, dengan menggunakan aplikasi Sistem Informasi Manajemen dan sudah terhubung secara online melalui jaringan internet ke dinas kesehatan kabupaten/kota dan provinsi/bank data kesehatan nasional untuk memudahkan dalam komunikasi dan sinkronisasi data.

(15)

2.4 Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional

SIK Nasional yang diharapkan adalah SIK Terintegrasi yaitu sistem informasi yang menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi dengan berbagai cara yang sesuai dengan yang dibutuhkan, sehingga data dari satu sistem secara rutin dapat melintas, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain. Hal ini melingkupi sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar satu sama lain) dan konten (data set yang sama). Aliran informasi antar sistem sangat bermanfaat bila data dalam file suatu sistem diperlukan juga oleh sistem yang lainnya, atau output suatu sistem menjadi input bagi sistem lainnya. Bentuk fisik dari SIK Terintegrasi adalah sebuah aplikasi sistem informasi yang dihubungkan dengan aplikasi lain (aplikasi sistem informasi puskesmas, sistem informasi rumah sakit, dan aplikasi lainnya) sehingga secara interoperable terjadi pertukaran data antar aplikasi.

Dengan SIK Terintegrasi, data entri hanya perlu dilakukan satu kali sehingga data yang sama akan disimpan secara elektronik dan bisa dikirim dan diolah. SIK Terintegrasi yang berbasis elektronik adalah strategi pengembangan yang akan diadopsi untuk meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan di lapangan.

Dalam rangka mewujudkan SIK Terintegrasi, dikembangkan model SIK Nasional yang menggantikan sistem yang saat ini masih diterapkan di Indonesia. Model ini memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi tetapi tetap dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai keterbatasan infrastruktur (seperti pasokan listrik dan peralatan komputer serta jaringan internet). Kedepan semua pemangku kepentingan SIK bisa bergerak menuju ke arah SIK Komputerisasi dimana proses pencatatan, penyimpanan dan diseminasi informasi bisa lebih efisien dan efektif serta keakuratan data dapat ditingkatkan.

(16)

Fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta wajib menyampaikan laporan sesuai standar dataset minimal dan jadwal yang telah ditentukan.

(17)

Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem manual akan melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas. Laporan dikirimkan dalam bentuk

hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk

softcopy berupa data individual ke dinas kesehatan kabupaten/kota.

Fasilitas pelayanan kesehatan dengan komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan Nasional dalam format yang telah ditentukan.

Petugas kesehatan di lapangan (bidan desa, perawat desa/perawat perkesmas, posyandu, polindes) melapor kepada puskesmas yang membinanya, berupa data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan. Selanjutnya akan dikembangkan program mobile health (mHealth) dengan teknologi informasi dan komunikasi sehingga data individual dapat langsung masuk ke Bank Data Kesehatan Nasional.

Di dinas kesehatan kabupaten/kota, laporan hardcopy dari semua fasilitas pelayanan kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi dan pemerintah pusat) akan dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy yang diterima, akan diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik selanjutnya semua bentuk laporan diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional.

Dinas kesehatan provinsi melakukan hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari unit pelayanan kesehatan milik Provinsi.

Informasi yang bersumber dari luar fasilitas kesehatan (misalnya kependudukan) akan diambil dari sumber yang terkait (contohnya BPS) dan dimasukkan ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional. Semua pemangku kepentingan yang membutuhkan informasi kesehatan dapat mengakses informasi yang diperlukan dari bank Data Kesehatan Nasional melalui website Kemenkes.

2.5 Implementasi Model Sistem Informasi Kesehatan Nasional Implementasi model SIK Nasional akan dilakukan secara bertahap :

1. Tahap 1 – Pengembangan fasilitas Bank Data Kesehatan Nasional dan platform (dashboard) diseminasi informasi. Bank Data Kesehatan Nasional menyimpan data kesehatan individu (data disaggregat), data survei, sensus, penelitian dan data lintas sektor. Platform desiminasi informasi akan berperan sebagai pintu utama akses data kesehatan dimana semua pemangku kepentingan dan pemakai data kesehatan bisa mengakses secara online dari mana saja dan melakukan ”data mining” atau pembuatan laporan secara fleksibel dan terkomputerisasi. Pelaksana tahap ini adalah Pusdatin Kemenkes.

2. Tahap 2 – Implementasi SIK komputerisasi di semua komponen sistem kesehatan (puskesmas, RS, dinkes kabupaten/kota/provinsi). Pemerintah pusat dan pemerintah daerah mengalokasikan dana dan melaksanakan implementasi ini secara bertahap. 3. Tahap 3 – Pengembangan dan Implementasi mHealth untuk petugas kesehatan di

lapangan. Melihat kondisi geografis Indonesia sebagai negara kepulauan dan memiliki banyak lokasi terpencil, mHealth perlu dikembangkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, pelaporan, dan pembelajaran.

(18)

4. Tahap 4 - Pengembangan dan Implementasi e-Health lainnya, termasuk

telemedicine, distance learning, dll.

2.6 SIKDA Generik

Sistem Kesehatan Daerah (SIKDA) Generik ini adalah upaya dari Kemenkes dalam menerapkan standarisasi Sistem Informasi Kesehatan, sehingga dapat tersedia data dan informasi kesehatan yang akurat, tepat dan cepat, dengan mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengambilan keputusan/kebijakan dalam bidang kesehatan di Kabupaten/Kota, Provinsi dan Kementerian Kesehatan.

SIKDA Generik merupakan aplikasi elektronik yang dirancang untuk mampu menjembatani komunikasi data antar komponen dalam sistem kesehatan nasional yang meliputi puskesmas, rumah sakit, dinas kesehatan kabupaten/kota, dinas kesehatan provinsi, dan Kementerian Kesehatan. SIKDA Generik terdiri dari 3 aplikasi sistem informasi elektronik yaitu Sistem Informasi Manajemen Puskesmas, Sistem Informasi Manajemen Dinas Kesehatan, dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit. SIKDA Generik ini akan didistribusikan kepada seluruh fasilitas kesehatan dalam rangka pengembangan SIK komputerisasi.

(19)

3

PENGELOLAAN SISTEM INFORMASI KESEHATAN

3.1 Tanggung Jawab Pemerintah dalam Menentukan Kebijakan Sistem Informasi Kesehatan

Pemerintah mempunyai tanggungjawab untuk menetapkan strategi pengembangan dan pengelolaan SIK. Semua pemangku kepentingan SIK mempunyai kewajiban untuk mengikuti penetapan dan kebijakan yang ditentukan serta mempunyai peran untuk memperkuat SIK di Indonesia.

Koordinasi lintas sektor merupakan hal yang penting karena SIK bukan hanya tanggung jawab bidang kesehatan tetapi juga bidang lain yang terkait di setiap jenjang. Di tingkat provinsi/kabupaten/kota, pelaksanaan SIK juga harus didukung oleh suatu kebijakan yang memperkuatnya sebagai pijakan pelaksanaan bagi pengelola SIK di daerah. Setiap daerah (provinsi dan kabupaten/kota) membuat peraturan daerah mengenai SIK yang sejalan dengan SIK Nasional. Selain itu Kepala fasilitas pelayanan kesehatan juga dapat mengeluarkan keputusan terkait SIK sesuai wilayah kerjanya, untuk memastikan pelaksanaan operasional.

3.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Bidang Kesehatan

Penyelenggaraan SIK di tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten/kota dan pelayanan kesehatan, masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab, sebagai berikut : Tingkatan Manajemen Kesehatan Pemangku Kepentingan

Tugas dan Tanggung Jawab

Kementerian Kesehatan

Unit Data dan Informasi

- Mengatur kebijakan SIK skala nasional

- Mengelola, mengembangkan, memfasilitasi, membina, memonitor dan melakukan evaluasi SIK skala Nasional

- Memfasilitasi SIK skala provinsi

- Melaksanakan dan mengevaluasi inisiatif penguatan Road map SIK

- Mengkoordinasikan kebutuhan dan penyediaan data kesehatan dengan lintas program dan lintas sektor - Bersama-sama dengan lintas program melakukan

intervensi khusus pada wilayah dengan keterbatasan tenaga, biaya, dan infrastruktur

Unit Program - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi terhadap inisiatif penguatan Road map SIK

- Memberi masukan mengenai kebutuhan data kesehatan

- Memanfaatkan data kesehatan untuk pengambilan keputusan

- Melaksanakan penelitian yang mendukung pengembangan SIK (khusus unit yang menangani penelitian/Badan Litbangkes)

- Bersama-sama dengan lintas program lain melakukan intervensi khusus pada wilayah dengan keterbatasan tenaga, biaya, dan infrastruktur

(20)

SKPD

Penyelenggara Urusan Kesehatan di Provinsi

UPTD Data dan Informasi

- Mengatur kebijakan SIK skala provinsi

- Mengelola mengembangkan, memfasilitasi, membina, memonitor dan melakukan evaluasi SIK skala provinsi

- Mengkoordinasi dan memfasilitasi SIK skala kabupaten/kota

- Melaksanakan dan mengevaluasi inisiatif penguatan Road map SIK

- Memanfaatkan data kesehatan untuk pengambilan keputusan

- Mengkoordinasikan kebutuhan dan penyediaan data dengan lintas program dan sektor

- Memastikan tersedianya/terlapornya data yang diperlukan oleh Bank Data Kesehatan Nasional SKPD

Penyelenggara Urusan Kesehatan di Kabupaten/Kota

UPTD Data dan Informasi

- Mengatur kebijakan SIK skala kabupaten/kota - Mengelola, mengembangkan, memfasilitasi,

membina, memonitor dan melakukan evaluasi SIK skala kabupaten/kota

- Melaksanakan dan mengevaluasi inisiatif penguatan Road map SIK

- Memanfaatkan data kesehatan untuk pengambilan keputusan

- Mengkoordinasikan kebutuhan dan penyediaan data dengan lintas program dan sektor

- Memastikan tersedianya/terlapornya data yang diperlukan oleh Bank Data Kesehatan Nasional Unit Pelayanan Kesehatan - Puskesmas - Rumah Sakit - Fasilitas Pelayanan Kesehatan lainnya milik Pemerintah - Fasilitas Pelayanan Kesehatan milik Swasta Tim Pengelola SIK dan TIK (prasarana/insta lasi Sistem Informasi dan Komunikasi atau Tim pengelola Sistem Informasi Manajemen RS)

- Mengelola SIK di instansinya secara rutin sesuai dengan pedoman SIK dan petunjuk teknis

- Melaksanakan dan mengevaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Koordinasi lintas program dan sektor dalam hal kebutuhan dan penyediaan data

- Memanfaatkan data kesehatan untuk pengambilan keputusan

- Mengkoordinasikan kebutuhan dan penyediaan data dengan lintas program dan sektor

- Menyediakan dan melaporkan data yang diperlukan oleh Bank Data Kesehatan Nasional

3.3 Tugas dan Tanggung Jawab Pemangku Kepentingan Selain Bidang Kesehatan yang Terkait

Tugas dan tanggung jawab pemangku kepentingan selain bidang kesehatan dalam penyelenggaraan SIK, yaitu:

Jenis Sektor Pemangku Kepentingan Tugas dan Tanggung Jawab

Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri - Badan Kependudukan dan

Kluarga Berencana (BKKBN) - Pemda Provinsi

- BKKBN Provinsi

- Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Memberikan data kependudukan seperti kelahiran, kematian untuk

(21)

- Pemda Kabupaten/kota dimasukkan ke dalam Bank Data Kesehatan Nasional

Statistik - Badan Pusat Statistik RI - BPS Provinsi

- BPS Kabupaten/Kota

- Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Memberikan data kesehatan yang dihasilkan dari survey dan sensus kependudukan

- Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional

Komunikasi dan informatika

- Kementerian Komunikasi dan Informatika

- Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi - Dinas Komunikasi dan

Informatika Kabupten/kota

- Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Memberikan dukungan teknis dalam upaya mengkoneksikan dan mengkomputerisasikan semua fasilitas kesehatan termasuk dinas

provinsi/kabupaten/kota Perencanaan

pembangunan

- Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional - Pemda Provinsi

- Pemda Kabupaten/Kota

- Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional

Tenaga kerja - Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi

- Dinas ketenagakerjaan Provinsi

- Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten/Kota

- Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Memberikan data ketenagakerjaan

- Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional

Lingkungan hidup - Kementerian Lingkungan Hidup - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Memberikan data lingkungan hidup

- Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional

Akademisi - Perguruan Tinggi - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Memberikan data hasil penelitian kesehatan

- Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional

Profesi - Organisasi Profesi - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional

(22)

Asuransi - Institusi Asuransi - Memberi dukungan, masukan dan evaluasi inisiatif penguatan road map SIK

- Sebagai pengguna Bank Data Kesehatan Nasional

3.4 Organisasi

Pengelolaan SIK merupakan suatu hal yang penting dan tidak mudah sehingga memerlukan unit khusus yang fokus dan kompeten. Pengelolaan SIK diselenggarakan oleh semua tingkatkan manajemen kesehatan di pusat maupun daerah dan melibatkan semua pemangku kepentingan (bidang kesehatan dan selain bidang kesehatan). Berikut ini diuraikan organisasi penyelenggara di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan pelayanan kesehatan.

3.4.1 Penyelenggara Tingkat Pusat

Penyelenggara SIK di pusat dikoordinasikan dan difasilitasi oleh Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian Kesehatan sebagai pusat jaringan SIK Nasional. Dalam rangka memperkuat koordinasi SIK Nasional dibentuk Dewan SIK Nasional. Dewan SIK Nasional terdiri atas semua pemangku kepentingan dan terdiri dari komite ahli, tim perumus, dan kelompok kerja. Tugas dan mekanisme kerja Dewan SIK Nasional akan ditentukan kemudian.

3.4.2 Penyelenggara Tingkat Provinsi

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 267/Menkes/SK/III/2008 tentang petunjuk teknis pengorganisasian dinas kesehatan daerah, organisasi yang menangani data dan informasi di dinas kesehatan provinsi seyogyanya dibentuk UPT Dinas (UPTD).

Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat Provinsi perlu dibentuk Tim SIKDA. Tim SIKDA terdiri dari:

 Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Provinsi

 Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi  Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi  Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat provinsi

3.4.3 Penyelenggara Tingkat Kabupaten/Kota

Sesuai Keputusan Menteri Kesehatan No 267/Menkes/SK/III/2008 tentang petunjuk teknis pengorganisasian dinas kesehatan daerah, organisasi yang menangani data dan informasi di dinas kesehatan kabupaten/kota seyogyanya dibentuk UPT Dinas (UPTD).

Dalam rangka penyelenggaraan SIK di tingkat Kabupaten/Kota perlu juga dibentuk Tim SIKDA. Tim SIKDA terdiri dari:

 Penanggung jawab: Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota

 Koordinator: Pejabat Eselon III yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi  Sekretaris: Pejabat Eselon IV yang bertanggung jawab terhadap data dan informasi  Anggota: Semua pemangku kepentingan di tingkat kabupaten/kota

(23)

3.4.4 Penyelenggara Tingkat Fasilitas Pelayanan Kesehatan

Penyelenggara pelayanan kesehatan tingkat dasar, rujukan dan jaringannya baik milik pemerintah dan swasta, harus memiliki unit/tim yang menangani SIK. Untuk di pelayanan kesehatan tingkat dasar dibentuk tim pengelola SIK/data yang terdiri dari staf dengan kompetensi pengelolaan SIK dan TIK. Di rumah sakit di bentuk unit yang menangani sistem informasi dan komunikasi seperti yang diamanatkan dalam UU No 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

(24)

4

INDIKATOR

4.1 Penyusunan dan Penetapan Indikator Kesehatan

Indikator kesehatan merupakan variabel untuk membantu mengukur perubahan-perubahan (khususnya bila perubahan itu tidak dapat diukur secara langsung) terhadap derajat kesehatan, masalah kesehatan, sumber daya kesehatan, dan kinerja upaya kesehatan, serta yang terkait dengan kesehatan.

Indikator kesehatan harus memenuhi persyaratan indikator secara umum yaitu : Simple (Sederhana), Measurable (Dapat diukur), Attributable (Bermanfaat), Reliable (Dapat dipercaya), dan Timely (Tepat waktu).

Hal lain yang harus diperhatikan dalam penentuan indikator adalah: 1. Indikator dihasilkan dari data yang tersedia dan berkualitas

2. Dipilih dengan memperhatikan masukan dari para ahli (expert input/judgement) dan melalui proses yang partisipatif

3. Didesain untuk dapat disebarluaskan kepada berbagai pihak yang bervariasi (yang terkait)

4. Menggambarkan kondisi pada berbagai wilayah geografis

Bentuk-bentuk indikator yaitu angka absolute, angka rata-rata (mean, median, modus), persentase/proporsi, rasio, rate, dan angka komposit atau indeks.

Penetapan indikator kesehatan memperhatikan hal-hal berikut:

- Penetapan indikator kesehatan nasional mengacu pada indikator kesehatan global - Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota mengacu pada indikator

kesehatan nasional

- Penetapan indikator kesehatan nasional melalui pertimbangan Tim SIK Nasional

- Penetapan indikator kesehatan provinsi/kabupaten/kota melalui pertimbangan Tim SIKDA

4.2 Indikator Kesehatan Nasional

Indikator kesehatan nasional meliputi indikator kesehatan yang disepakati global dan indikator kesehatan yang disepakati nasional. Berikut ini adalah daftar indikator kesehatan nasional yang terdapat pada dokumen tujuan pembangunan millennium (MDGs), indicator kesehatan global dan RPJMN 2010-2014.

No Indikator Keterangan

Tujuan Pembangunan Milenium (MDGs)* 1 Prevalensi balita dengan berat badan rendah /

kekurangan gizi

Children aged <5 years underweight (%)

2 Angka Kematian Balita per 1.000 kelahiran hidup

Under-five mortality rate (probability of dying by age 5 per 1000 live births)

3 Angka Kematian Bayi (AKB) per 1.000 kelahiran hidup

4 Persentase anak usia 1 tahun yang diimunisasi campak

Measles immunization coverage among 1-year-olds (%)

5 Angka Kematian Ibu per 100.000 kelahiran Hidup

Mortality ratio (per 100 000 live births)

(25)

6 Proporsi kelahiran yang ditolong tenaga kesehatan terlatih

Births attended by skilled health personnel (%)

7 Angka pemakaian kontrasepsi /CPR bagi perempuan menikah usia 15-49, semua cara

Contraceptive prevalence (%) 8 Angka kelahiran remaja (perempuan usia

15-19 tahun) per 1.000 perempuan usia 15-19 Tahun

Adolescent fertility rate (per 1000 girls aged 15–19 years)

9 Cakupan pelayanan Antenatal (sedikit nya satu kali kunjungan dan empat kali kunjungan)

Antenatal care coverage (%): at least 1 visit and at least 4 visits 10 Unmet Need (kebutuhan keluarga berencana

/KB yang tidak terpenuhi)

Unmet need for family planning (%) 11 Prevalensi HIV/AIDS (persen) dari total populasi Prevalence of HIV among adults

aged 15–49 years (%) 12 Proporsi jumlah penduduk usia 15-24 tahun

(laki-laki dan perempuan) yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS

Males aged 15–24 years with comprehensive correct knowledge of HIV/AIDS (%)

Females aged 15–24 years with comprehensive correct knowledge of HIV/AIDS (%)

13 Proporsi penduduk terinfeksi HIV lanjut yang memiliki akses pada obat-obatan anti retroviral

Antiretroviral therapy coverage among people with advanced HIV infection (%)

14 Angka kejadian Malaria (per 1.000 penduduk) Malaria mortality rate (per 100 000 population)

15 Proporsi anak balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida

Children aged <5 years sleeping under insecticide-treated nets (%) 16 Proporsi anak balita dengan demam yang

menerima pengobatan dengan anti malaria (%)

Children aged <5 years with fever who received treatment with any antimalarial (%)

17 Angka kematian Tuberkulosis pada orang HIV-negatif (per 100 000 penduduk)

Tuberculosis mortality rate among HIV-negative people (per 100 000 population)

18 Penduduk yang menggunakan sumber air minum berkualitas (%)

Population using improved drinking-water sources (%)

19 Penduduk yang menggunakan sanitasi yang baik (%)

Population using improved sanitation (%)

No Indikator Keterangan

Indikator Kesehatan Global (Global Health Indicator)* Angka Harapan Hidup (Life expectancy and mortality)

Angka Harapan Hidup (tahun) Life expectancy at birth (years) Angka lahir hidup (per 1000 kelahiran) Stillbirth rate (per 1000 total births) Angka kematian neonatal (per 1000 kelahiran

hidup)

Neonatal mortality rate (per 1000 live births)

Angka kematian bayi (per 1000 kelahiran hidup) Infant mortality rate (probability of dying by age 1 per 1000 live births) Angka kematian balita (kemungkinan mati

sampai usia 5 tahun per 1000 kelahiran hidup)

Under-five mortality rate (probability of dying by age 5 per 1000 live births)

Angka Kematian orang dewasa (15-60 tahun per 1000 penduduk)

Adult mortality rate (probability of dying between 15 and 60 years per 1000 population)

Penyebab khusus kesakitan dan kematian (Cause-specific mortality and morbidity)

Angka kematian ibu (per 100.000 kelahiran hidup)

Maternal mortality ratio (per 100 000 live births)

Mortality Angka kematian dengan penyebab khusus Cause-specific mortality rate (per

100 000 population) Angka kematian berdasarkan kelompok umur

menurut penyebab

Age-standardized mortality rates by cause (per 100 000 population) Angka distribusi tahun hidup yang hilang oleh

sebab-sebab yang lain (%)

Distribution of years of life lost by broader causes (%)

(26)

Distribusi penyebab kematian pada balita (%) Distribution of causes of death among children aged <5 years (%) Prevalensi TB (per 100.000 penduduk) Prevalence of tuberculosis (per 100

000 population)

Morbidity Insidens TB (per 100.000 penduduk) Incidence of tuberculosis (per 100

000 population per year) Prevalensi HIV pada orang dewasa umur 15-49

tahun (%)

Prevalence of HIV among adults aged 15–49 years (%)

Penyakit Menular Terpilih (Selected infectious diseases)

Cakupan Pelayanan Kesehatan (Health service coverage)

Cakupan Kunjungan ibu hamil Antenatal care coverage (%) Persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih

(%)

Births attended by skilled health personnel (%)

Kelahiran dengan caesar(%) Births by caesarean section (%) Persentase neonatal dengan ibu yang

diimunisasi TT

Neonates protected at birth against neonatal tetanus (%)

Cakupan imunisasi dasar lengkap (%) Immunization coverage among 1-year-olds (%)

Cakupan anak 6-59 bulan menerima vit A (%) Children aged 6–59 months who received vitamin A supplementation (%)

Cakupan balita yang tidur dengan kelambu berinsektisida

Children aged <5 years sleeping under insecticide-treated nets (%) Cakupan balita demam yang diberi anti malaria

(%)

Children aged <5 years with fever who received treatment with any antimalarial (%)

Cakupan balita demam dengan gejala ISPA diobati di fasilitas kesehatan

Children aged <5 years with ARI symptoms taken to a health facility (%)

Cakupan balita dengan diare menerima oralit (%)

Children aged <5 years with diarrhoea receiving ORT (ORS and/or RHF) (%)

Unmet need pada keluarga berencana (%) Unmet need for family planning (%)

Prevalensi kb (%) Contraceptive prevalence (%)

Cakupan terapi ARV pada wanita hamil terinfeksi HIV untuk PMTCT (%)

Antiretroviral therapy coverage among HIV-infected pregnant women for PMTCT (%)

Cakupan terapi ARV pada penderita HIV tingkat lanjut (%)

Antiretroviral therapy coverage among people with advanced HIV infection (%)

CDR TB (%) Case-detection rate for all forms of

tuberculosis (%)

Angka kesembuhan TB BTA+ (%) Smear-positive tuberculosis treatment-success rate (%)

Faktor Risiko (Risk Factors)

Penduduk menggunakan sumber air minum berkualitas

Population using improved drinking-water sources (%)

Penduduk menggunakan jamban sehat Population using improved sanitation (%)

Penduduk menggunakan bahan bakar padat Population using solid fuels (%) Berat Badan Lahir Rendah Low-birth-weight newborns (%) Bayi mendapat ASI eksklusif selama 6 bulan

pertama

Infants exclusively breastfed for the first 6 months of life (%)

Persentase balita pendek Children aged <5 years stunted (%) Persentase balita gizi kurang Children aged <5 years underweight

(%)

Persentase balita gizi lebih Children aged <5 years overweight (%)

Persentase orang >=20 tahun mengalami obesitas

Adults aged ≥20 years who are obese (%)

(27)

alkohol aged ≥15 years (litres of pure alcohol per person per year) Persentase penduduk >=15 tahun yang

merokok

Prevalence of smoking any tobacco product among adults aged ≥15 years (%)

Prevalensi pengguna tembakau pada usia 13-15 tahun

Prevalence of current tobacco use among adolescents aged 13–15 years (%)

Prevalensi pengguna kondom pada usia 15-49 selama seks risiko tinggi

Prevalence of condom use by adults aged 15–49 years during higher-risk sex (%)

Persentase penduduk usia 15-24 tahun mempunyai pengetahuan konprehensif tentang HIV

Population aged 15–24 years with comprehensive correct knowledge of HIV/AIDS (%)

Tenaga kesehatan, infrastruktur dan obat-obatan penting (Health workforce, infrastructure and essential

medicines)

Rasio jumlah dokter (per 10.000 penduduk) Number of physicians and density (per 10 000 population)

Health workforce Rasio jumlah bidan (per 10.000 penduduk) Number of nursing and midwifery

personnel and density (per 10 000 population)

Rasio jumlah dokter gigi (per 10.000 penduduk) Number of dentistry personnel and density (per 10 000 population) Rasio jumlah apoteker (per 10.000 penduduk) Number of pharmaceutical

personnel and density (per 10 000 population)

Rasio jumlah tenaga kesehatan lingkungan dan kesehatan masyarakat (per 10.000 penduduk)

Number of environment and public health workers and density (per 10 000 population)

Rasio jumlah tenaga kesehatan masyarakat (per 10.000 penduduk)

Number of community health workers and density (per 10 000 population)

Jumlah tempat tidur rumah sakit (per 10.000 penduduk)

Hospital beds (per 10 000 population)

Infrastructure Jumlah unit radiologi (per 10.000 penduduk) Radiotherapy units (per 1 000 000

population) Rata-rata ketersediaan obat generik tertentu di

pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta (%)

Median availability of selected generic medicines in public and private sectors (%)

Essential medicines Rata-rata rasio harga konsumen dari obat

generik tertentu di pelayanan kesehatan pemerintah dan swasta

Median consumer price ratio of selected generic medicines in public and private sectors

Pengeluaran Kesehatan (Health expenditure)

Persentase Total pengeluaran untuk kesehatan dari produk domestik bruto

Total expenditure on health as a percentage of gross domestic product

Health expenditure ratios Persentase Pengeluaran Pemerintah bidang

kesehatan dari total belanja pada bidang kesehatan

General government expenditure on health as a percentage of total expenditure on health

Persentase Pengeluaran Pribadi untuk bidang kesehatan dari total belanja pada kesehatan

Private expenditure on health as a percentage of total expenditure on health

Persentase keseluruhan pengeluaran Pemerintah untuk bidang kesehatan dari total pengeluaran pemerintah

General government expenditure on health as a percentage of total government expenditure

Persentase Sumber daya eksternal untuk bidang kesehatan dari total belanja pada bidang kesehatan

External resources for health as a percentage of total expenditure on health

Persentase pengeluaran Jaminan sosial bidang kesehatan dari seluruh pengeluaran pemerintah bidang kesehatan

Social security expenditure on health as a percentage of general government expenditure on health Persentase pengeluaran yang dibayar sediri

dari pengeluaran swasta di bidang kesehatan

Out-of-pocket expenditure as a percentage of private expenditure on health

(28)

Persentase asuransi swasta dari pengeluaran swasta di bidang kesehatan

Private prepaid plans as a percentage of private expenditure on health

Total Pengeluaran per kapita di bidang kesehatan pada kurs rata-rata (US $)

Per capita total expenditure on health at average exchange rate (US$)

Per capita health expenditures Total Pengeluaran per kapita di bidang

kesehatan (PPP int. $)

Per capita total expenditure on health (PPP int. $)

Belanja pemerintah Per kapita di bidang kesehatan dengan kurs rata-rata (US $)

Per capita government expenditure on health at average exchange rate (US$)

Belanja pemerintah per kapita di bidang kesehatan (PPP int. $)

Per capita government expenditure on health (PPP int. $)

Ketidakadilan di bidang kesehatan (Health inequities)

Persentase kelahiran yang dibantu oleh tenaga kesehatan terampil (%)

Births attended by skilled health personnel (%)

Cakupan imunisasi campak pada anak usia 1 tahun (%)

Measles immunization coverage among 1-year-olds (%)

tingkat Kematian balita (kemungkinan mati pada usia 5 per 1000 kelahiran hidup)

Under-five mortality rate (probability of dying by age 5 per 1000 live births)

Statistik demografi dan sosial ekonomi (Demographic and socioeconomic statistics) Jumlah populasi (dalam ribuan) Population – total (000s) Usia rata-rata Penduduk (tahun) Population – median age (years) Persentase penduduk yang berusia di bawah

15 tahun (%)

Population – aged under 15 (%) Persentase penduduk yang berusia di atas 60

tahun (%)

Population – aged over 60 (%) Persentase tingkat pertumbuhan penduduk

tahunan (%)

Annual population growth rate (%) Persentase Penduduk yang tinggal di daerah

perkotaan (%)

Population living in urban areas (%)

cakupan catatan sipil (%) dari kelahiran dan penyebab kematian

Civil registration coverage (%) of births and causes of death

Jumlah angka kesuburan (per perempuan) Total fertility rate (per woman) Angka kesuburan remaja (per 1000 perempuan

usia 15-19 tahun)

Adolescent fertility rate (per 1000 girls aged 15–19 years)

Angka melek huruf orang dewasa (%) Adult literacy rate (%)

Angka partisipasi pendidikan dasar (%) Net primary school enrolment rate (%)

Pendapatan nasional bruto per kapita (PPP int. $)

Gross national income per capita (PPP int. $)

Penduduk yang berpedapatan < $ 1 per hari (PPP int. $) A (%)

Population living on <$1 (PPP int. $) a day (%)

*World Health Statistic, 2011

No Indikator Keterangan

RPJMN 2010-2014 Kesehatan Masyarakat

1 Persentase Ibu bersalin yang ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih (cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan (PN))

Kementerian Kesehatan 2 Persentase Ibu hamil yang mendapat pelayanan antenatal (cakupan

kunjungan kehamilan ke empat (K4))

Kementerian Kesehatan 3 Persentase fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan KB

sesuai standar

Kementerian Kesehatan

4 Cakupan kunjungan neonatal pertama (KN1) Kementerian Kesehatan

5 Cakupan oelayanan kesehatan bayi Kementerian Kesehatan

6 Cakupan pelayanan kesehatan balita Kementerian Kesehatan

7 Persentase bayi usia 0-11 bulan yang mendapat imunisasi dasar lengkap Kementerian Kesehatan 8 Jumlah puskesmas yang mendapatkan bantuan operasional kesehatan dan

menyelenggarakan lokakarya mini untuk menunjang pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)

(29)

9 Persentase penduduk yang memiliki akses terhadap air minum berkualitas Kementerian Kesehatan 10 Persentase kualitas air minum yang memenuhi syarat Kementerian Kesehatan 11 Persentase penduduk yang menggunakan jamban sehat Kementerian Kesehatan 12 Jumlah kawasan dan desa yang terfasilitasi pembangunan air minum Kementerian Pekerjaan

Umum 13 Jumlah kawasan dan desa yang terfasilitasi pembangunan sanitasi (air

limbah, persampahan dan drainase)

Kementerian Pekerjaan Umum

Sarana Kesehatan

14 Jumlah kota di Indonesia yang memiliki RS standar kelas dunia (world class) Kementerian Kesehatan Obat

15 Persentase ketersediaan obat dan vaksin Kementerian Kesehatan

Asuransi Kesehatan Nasional

16 Persentase penduduk (termasuk seluruh penduduk miskin) yang memiliki jaminan kesehatan

Kementerian Kesehatan 17 Persentase RS yang melayani pasien penduduk miskin peserta program

Jamkesmas

Kementerian Kesehatan 18 Jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan kesehatan dasar bagi

penduduk miskin

Kementerian Kesehatan 19 Tingkat kesiapan badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) dan Dewan

Jaminan Sosial Nasional (DJSN) pusat maupun daerah untuk melaksanakan jaminan sosial

Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat Keluarga Berencana

20 Jumlah klinik KB pemerintah dan swasta yang melayani KB BKKBN 21 Jumlah klinik KB pemerintah dan swasta yang mendapat dukungan sarana

prasarana

BKKBN Pengendalian Penyakit Menular

22 Prevalensi kasus HIV Kementerian Kesehatan

23 Jumlah kasus TB per 100.000 penduduk Kementerian Kesehatan

24 Persentase kasus baru TBParu (BTA positif) yang ditemukan Kementerian Kesehatan 25 Persentase kasus baru TBParu (BTA positif) yang disembuhkan Kementerian Kesehatan 26 Persentase penduduk 15 tahun ke atas menurut pengetahuan tentang HIV

dan AIDS

Kementerian Kesehatan 27 Angka penemuan kasus malaria per 1.000 penduduk Kementerian Kesehatan

Indikator kesehatan tidak terbatas hanya pada indikator tersebut di atas, indikator kesehatan dapat berkembang sesuai kebutuhan, baik nasional maupun lokal. Keterangan lebih rinci mengenai indikator kesehatan merujuk pada dokumen acuan yang terkait.

Gambar

Tabel  berikut  mendeskripsikan  berdasarkan  keahlian,  sedangkan  jumlah  pengelola  tergantung  kondisi  di  institusi  kesehatan,  bisa  merangkap  tetapi  lebih  baik  setiap  jabatan  diduduki oleh petugas yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

9 Juli 2015 Imamat: Dari Presbyter ke Sacerdos (Pst. Stanislaus Eko Riyadi, Pr.) Imamat: Dari Presbyter ke Sacerdos (Pst. Stanislaus Eko Riyadi, Pr.) Imamat: Dari Sacerdos

pembatas daerah persegi panjang pelingkup gambar, kemudian klik tempat tersebut tersebut, maka pointer akan berubah bentuk.. Jika ditarik ke luar atau didorong ke arah pusat

5.4-08 s/d 10-01/LKKL/IK (non invasive tube voltage beam analysis) Waktu eksposi pesawat sinar-X Tingkat akurasi waktu eksposi IK No. 5.4-08

Pertemuan pertama pada siklus I, hasil pengamatan yang terlihat aktivitas guru terlaksana sesuai dengan perencanaan meskipun diawal masih terlihat guru sedikt sulit

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa pelatihan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan bagian produksi PT Bumi Menara Internusa. Hasil analisis regresi linier

Hasil analisis data observasi aktivitas guru yang diberikan oleh dua orang pengamat pada siklus I merupakan gambaran aktivitas guru dalam proses pembelajaran dengan menerapkan

Keuntungan/(kerugian) dari perubahan nilai aset keuangana. 49b dalam kelompok tersedia untuk dijual

5.16 Petugas pengawas mutu (quality assurance) dapat melakukan wawancara, perhitungan ulang atau metoda verifikasi lainnya untuk memastikan pengambilan data,