• Tidak ada hasil yang ditemukan

BRONKITIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BRONKITIS"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BRONKITIS

1.1 Definisi

Bronkitis digambarkan sebagai inflamasi dari pembuluh bronkus. Inflamasi menyebabkan bengkak pada permukaannya, mempersempit pembuluh dan menimbulkan sekresi dari cairan inflamasi.

Bronchitis adalah suatu penyakit yang ditandai adanya dilatasi (ektasis) bronkus lokal yang bersifat patologis dan berjalan kronik. Perubahan bronkus tersebut disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam dinding bronkus berupa destruksi elemen-elemen elastis dan otot-otot polos bronkus. Bronkus yang terkena umumnya bronkus kecil (medium size), sedangkan bronkus besar jarang terjadi. Hal ini dapat memblok aliran udara ke paru-paru dan dapat merusaknya.

1.1.1 Bronkitis akut

Adalah batuk yang tiba-tiba terjadi karena infeksi virus yang melibatkan jalan nafas yang besar. Bronkitis akut pada umumnya ringan. Berlangsung singkat (beberapa hari hingga beberapa minggu), rata-rata 10-14 hari. Meski ringan, namun adakalanya sangat mengganggu, terutama jika disertai sesak, dada terasa berat, dan batuk berkepanjangan.

1.1.2 Bronkitis kronis

Didefinisikan sebagai adanya batuk produktif yang berlangsung 3 bulan dalam 1 tahun selama 2 tahun berturut turut, walaupun demikian tidak ada standart demikian yang dapat diterima pada anak-anak. Diagnosa kronik bronkitis biasanya dibuat berdasar adanya batuk menetap yang biasanya terkait dengan penyalahgunaan tobacco.

(2)

1.2 Prevalensi

Dinegara barat, kekerapan bronchitis diperkirakan sebanyak 1,3% diantara populasi. Di Inggris dan Amerika penyakit paru kronik merupakan salah satu penyebab kematian dan ketidakmampuan pasien untuk bekerja. Kekerapan setinggi itu ternyata mengalami penurunan yang berarti dengan pengobatan memakai antibiotik.

– Bronkitis Kronik : Bronchitis kronis ditemukan dalam angka-angka yang lebih tinggi daripada normal diantara pekerja-pekerja tambang, pedagang-pedagang biji padi-padian, pembuat-pembuat cetakan metal, dan orang-orang lain yang terus menerus terpapar pada debu. Namun penyebab utama adalah merokok sigaret yang berat dan berjangka panjang, yang mengiritasi tabung-tabung bronchial dan menyebabkan mereka menghasilkan lendir yang berlebihan

– Bronkitis Akut : Resiko terkena bronkitis akut meningkat seiring dengan : ○ Merokok

○ Dingin, musim dingin ○ Area yang banyak polusi ○ COPD

○ Umur tertentu : bronkitis akut lebih sering terjadi pada anak umur 0-4 tahun dan orang tua lebih dari 65 tahun..

1.1 Penyebab Bronkus Akut

Bronkitis Akut selalu terjadi pada anak yang menderita Morbilli, Pertusis dan infeksi Mycoplasma Pneumonia. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa bakteri lain merupakan penyebab primer Bronkitis Akut pada anak.

– Seringkali disebabkan infeksi virus yang menyebabkan permukaan dalam pembuluh bronkus menjadi inflamasi. Virus yang biasa menyerang adalah rhinovirus, respiratory syncytial virus (RSV), dan influenza virus.

– Bakteri juga dapat menyebvabkan bronkitis seperti Mycoplasma, Pneumococcus, Klebsiella, Haemophilus.

– Iritan kima seperti asap rokok gastric refluks yang dapat mengenai jalan nafas atas, gasoline.

(3)

Bronkus Kronik – Asma

– Infeksi kronik saluran napas bagian atas (misalnya sinobronkitis).

– Infeksi, misalnya bertambahnya kontak dengan virus, infeksi mycoplasma, hlamydia, pertusis, tuberkulosis, fungi/jamur.

– Penyakit paru yang telah ada misalnya bronkietaksis. – Sindrom aspirasi.

– Penekanan pada saluran napas – Benda asing

– Kelainan jantung bawaan – Kelainan sillia primer – Defisiensi imunologis

– Kekurangan anfa-1-antitripsin – Fibrosis kistik

– Psikis, Asap rokok dan polusi

1.1Manifestasi klinis

Gejala utama bronkitis adalah timbulnya batuk produktif (berdahak) yang mengeluarkan dahak berwarna putih kekuningan atau hijau. Dalam keadaan normal saluran pernapasan kita memproduksi mukus kira-kira beberapa sendok teh setiap harinya. Apabila saluran pernapasan utama paru (bronkus) meradang, bronkus akan menghasilkan mukus dalam jumlah yang banyak yang akan memicu timbulnya batuk. Selain itu karena terjadi penyempitan jalan nafas dapat menimbulkan shortness of breath.

Menurut Gunadi Santoso dan Makmuri (1994), tanda dan gejala yang ada yaitu : – Biasanya tidak demam, walaupun ada tetapi rendah

– Keadaan umum baik, tidak tampak sakit, tidak sesak – Mungkin disertai nasofaringitis atau konjungtivitis – Pada paru didapatkan suara napas yang kasar

Menurut Ngastiyah (1997), yang perlu diperhatikan adalah akibat batuk yang lama, yaitu :

– Batuk siang dan malam terutama pada dini hari yang menyebabkan anak kurang istirahat.

(4)

– Anoreksia sehingga berat badan anak sukar naik. – Kesenangan anak untuk bermain terganggu. – Konsentrasi belajar anak menurun.

1.1 Patofisiologi

Virus dan bakteri biasa masuk melalui port d’entre mulut dan hidung “dropplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/bakterimia dan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan.

Patofisiologi bronkitis yang mengarah pada terjadinya masalah keperawatan (Mutaqin, 2008)

Invasi kuman ke jalan nafas

Peningkatan akumulasi sekret Batuk produktif nyeri Aktivasi IG.E Alergen Peningkatan pelepasan histamin Edema mukosa sel goblet memproduksi mukus Fenomena infeksi Iritasi Mukosa Bronkus Penyebaran bakteri/virus ke seluruh tubuh. Bakterimia/viremia Peningkatan laju metabolisme tubuh umum. Penyempitan jalan nafas Tidak nafsu makan Gang. Kebutuhan nutrisi: kurang dari Bersihan jalan nafas tdk efektif Shortness of breath Gang.pola nafas Hipertemi Demam Gangg.keseim bangan cairan Malaise Intoleran aktivitas Gang. Rasa nyaman : nyeri Penggunaa n otot nafas tambahan Nyeri pada retrosterna l

(5)

1.2 Prognosis

Bila tidak ada komplikasi prognosis bronkitis akut pada anak umumnya baik. Pada bronkitis akut yang berulang dan bila anak merokok (aktif atau pasif) maka dapat terjadi kecenderungan untuk menjadi bronkitis kronik kelak pada usia dewasa.

1.3 Komplikasi

– Bronkitis Akut yang tidak ditangani cenderung menjadi Bronkitis Kronik

– Pada anak yang sehat jarang terjadi komplikasi, tetapi pada anak dengan gizi kurang dapat terjadi Othithis Media, Sinusitis dan Pneumonia.

– Bronkitis Kronik menyebabkan mudah terserang infeksi.

– Bila sekret tetap tinggal, dapat menyebabkan atelektasisi atau Bronkietaksis.

1.1 Penatalaksanaan

Pada bronkitis akut, tidak ada terapi spesifik, sebagian besar penderita sembuh tanpa banyak masalah. Pada bayi kecil, drainase paru dipermudah dengan cara perubahan posisi. Anak yang lebih tua lebih enak dengan kelembapan tinggi. Anak dengan serangan bronkitis akut berulang perlu dievaluasi dengan cermat untuk kemungkinan anomali saluran pernafasan, benda asing, bronkiektasia, defisiensi imun, TBC, alergi sinusitis.

a. Tindakan Perawatan

Pada tindakan perawatan yang penting ialah mengontrol batuk dan mengeluarakan lendir :

– Sering mengubah posisi – Banyak minum

– Inhalasi – Nebulizer

– Untuk mempertahankan daya tahan tubuh, setelah anak muntah dan tenang perlu diberikan minum susu atau makanan lain

a. Tindakan Medis :

– Jangan beri obat antihistamin berlebih

– Beri antibiotik bila ada kecurigaan infeksi bakterial – Dapat diberi efedrin 0,5 – 1 mg/KgBB tiga kali sehari – Chloral hidrat 30 mg/Kg BB sebagai sedatif

(6)

Menurut Ngastiyah (1997), untuk mengurangi gangguan tersebut perlu diusahakan agar batuk tidak bertambah parah.

– Membatasi aktivitas anak

– Tidak tidur di kamar yang ber AC atau gunakan baju dingin, bila ada yang tertutup lehernya

– Hindari makanan yang merangsang

– Jangan memandikan anak terlalu pagi atau terlalu sore, dan mandikan anak dengan air hangat

– Jaga kebersihan makanan dan biasakan cuci tangan sebelum makan – Menciptakan lingkungan udara yang bebas polusi

1.1 Pemeriksaan Diagnostik

– Foto Thorax : Tidak tampak adanya kelainan atau hanya hyperemia – Laboratorium : Leukosit > 17.500.

Pemeriksaan lainnya yang biasa dilakukan: – Tes fungsi paru-paru

– Gas darah arteri – Rontgen dada.

ASUHAN KEPERAWATAN

(7)

Keluhan utama pada klien dengan bronkitis meliputi batuk kering dan produktif dengan sputum purulen, demam dengan suhu tubuh dapat mencapai >40°C dan sesak nafas. 1. Riwayat penyakit masa lalu

Pada pengkajian ini sering kali klien mengeluh pernah mengalami infeksi saluran nafas bagian atas dan adanya riwayat alergi pada pernafasan atas. Perawat harus

memperhatikan dan mencatatnya baik-baik. 2. Riwayat Penyakit saat ini

Riwayat penyakit saat ini pada klien dengan bronkitis bervariasi tingkat keparahan dan lamanya. Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit akut dengan manifestasi klinis yang berat. Sebagai tanda terjadinya toksemia klien dengan bronkitis sering mengeluh malaise, demam, badan terasa lemah, banyak berkeringat, takikardia dan takipnea. Sebagai tanda terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan terdiri atas batuk, ekspektorasi dan rasa sakit dibawah sternum. Penting ditanyakan oleh perawat tentang obat-obatan yang telah atau biasa diminum oleh klien untuk mengurangi keluhannya dan mengkaji kembali apakah obat-obatan tersebut masih relevan untuk dipakai.

3. Pengkajian Psiko-Sosio-Spiritual

Pada pengkajian klien dengan bronkitis didapatkan klien sering mengalami kecemasan sesuai dengan keluhan yang dialaminya dimana adanya keluhan batuk, sesak nafas, dan demam merupakan stresor untuk terjadinya cemas. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang pengobatan yang diberikan. Pengobatan nonfarmakologi seperti olahraga secara teratur serta mencegah kontak dengan alergen dan iritan.

4. Pemeriksaan fisik

– Keadaan umum dan TTV

Hasil pemeriksaan TTV pada klien biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu lebih dari 40°C, frekuensi nafas meningkat, nadi meningkat. Biasanya tidak ada peninmgkatan tekanan darah.

– Pernafasan

Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi bernafas ditemukan penggunaan otot bantu pernafasan. Pada bronkitis kronis sering didapatkan bentuk dada barrel/tong. Gerakan masih simetris, didapatkan batuk produktif dengan sputum purulen berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur darah. Taktil fremitus biasanya normal, didapatkan bunyi resonan pada lapang paru. Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk, maka suara nafas melemah. Jika bronkus paten dan drainasenya baik ditambah

(8)

dengan adanya konsolidasi disekitar abses maka akan terdengar suara nafas bronkial dan ronki basah.

– Sirkulasi

Sering didapatkan adanya kelemahan fisik secara umum. Denyut nadi takikardi. Tekanan darah normal. Bunyi jantung tambahan biasanya tidak didapatkan. Batas jantung tidak mengalami pergeseran.

– Neurosensori

Tingkat kesadaran klien biasanya compos mentis apabila tidak ada komplikasi penyakit serius.

– Eliminasi

Pengukuran intake dan output, monitor adanya oligouria yang merupakan salah satu tanda awal syok.

– Makanan, cairan

Klien biasanya mengalami muntah dan mual, penurunan nafsu makan dan penurunan berat badan.

– Aktivitas,istirahat.

Kelemahan dan kelelahan fisik, secara umum sering menyebabkan klien memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi ADL.

1. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI menurut NIC-NOC (2002)

1. Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas berhubungan dengan pengumpulan sekresi, mukus berlebihan, bronchospasme

(9)

– Menunjukkan pembersihan jalan nafas yang efektif dan dibuktikan dengan status pernafasan : Pertukaran gas dan ventilasi tidak berbahaya, perilaku mengontrol gejala-gejala secara konsisten.

Klien mempunyai Jalan nafas yang paten

– Mempunyai irama dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal. Intervensi

– Kaji dan dokumentasikan : Keefektifan pemberian oksigen dan pengobatan, kecenderungan pada gas darah arteri.

– Auskultasi dada bagian anterior dan posterior untuk mengetahui adanya penurunan atau tidaknya ventilasi dan bunyi tambahan.

– Lakukan pengisapan Jalan nafas bila diperlukan.

– Anjurkan aktivitas fisik untuk meningkatkan pergerakan eksresi.

– Pindahkan posisi pasien setiap 2 jam sekali apabila pasien tidak bisa ambulasi. – Pertahankan kaedekuatan hidrasi untuk menurunkan viskositas sekresi.

– Instruksikan kepada pasien tentang batuk efektif dan teknis nafas dalam untuk memudahkan keluarnya sekresi

– Jelaskan kepada pasien sebelum memulai prosedur untuk turunkan kecemasan. Aktivitas kolaborasi :

– Berikan udara/oksigen yang telah dihumidifikasi sesuai dengan kebutuhan. – Bantu dalam pemberian aerosol, nebulizer.

– Konsultasikan dengan dokter tentang kebutuhan untuk perkusi dan alat pendukung.

1. Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan status hipermetabolik, demam Tujuan :

– Kekurangan volume cairan akan teratasi

– Keseimbangan Elektrolit asam-basa akan dicapai

– Dibuktikan dengan indikator : Frekuensi nadi dan irama dalam rentang yang diharapkan, Elektrolit serum dalam batas normal, serum dan pH urine dalam batas normal

Intervensi :

– Pantau warna, jumlah dan frekuensi kehilangan cairan

Observasi terhadap kehilangan cairan dan elektrolit yang tinggi. – Identifikasi faktor yang dapat memperburuk status dehidrasi klien. – Pemberian dan pemantauan cairan dan obat intravena

(10)

1. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penyempitan jalan nafas, kelelahan Tujuan :

– Pasien akan menunjukkan pola pernafasan yang optimal – Mempunyai kecepatan dan irama respirasi dalam batas normal Intervensi :

– Pantau adanya pucat dan sianois – Kaji kebutuhan inserse jalan naas

– Observasi dan dokumentasi pola pernafasan klien. – Pantau kecepatan, irama, kedalaman dan usaha respirasi

– Perhatikanpergerakan dada amati kesimetrisan, penggunaan otot bantu serta retraksi otot supraklavikular dan interkostal

– Pantau peningkatan kegelisahan klien, ansietas dan tersengal-sengal – Catat perubahan pada SaO2, SvO2, CO2, GDA dengan tepat. – Ajarkan klien teknik relaksasi untuk meningkatkan pola pernafasan – Ajarkan cara batuk efektif

1. Gangguan rasa nyaman : nyeri akut berhubungan dengan kejadian batuk produktif, penggunaan otot bantu pernafasan.

Tujuan :

– Pasien akan menunjukkan teknik relaksasi secara individual yang efektif untuk mencapai kenyamanan.

– Mempertahankan atau mengurangi tingkat nyeri – Pasien melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis

– Mengenali faktor penyebab nyeri dan tindakan untuk menguranginya Intervensi :

– Minta pasien untuk menilai nyeri pada skala 0-10

– Gunakan lembar alur nyeri untuk memantau pengurangan nyeri

– Kaji dampak agaam, budaya dan lingkungan terhadap nyeri dan respon klien Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi lokasi, luas,

awtian/durasi, frekuensi, kualitas.

– Instruksikan kepada pasien tentang prosedur yang dapat mengurangi nyeri dan tawarkan saran koping

– Berikan informasi tentang nyeri, seperti penyebab dan antisipasi ketidaknyamanan.

– Gunakan tindakan pengendalian nyeri. – Kolaborasikan pemberian analgesik

(11)

1. Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum Tujuan :

– Pasien akan mengidentifikasi aktivitas yang menimbulkan kelemahan

– Berpartisipasi dalam aktivitas yang dibutuhkan dengan TTv dalam rentang normal – Menungkapkan secara verbal pemahaman tentang kebutuhan oksigen, pengobatan

dan atauperalatan yang dapat meningkatkan toleransi terhadap aktivitas. Intervensi ;

– Kaji respon emosi, sosial dan spiritual terhadap aktivitas. – Tentukan penyebab keletihan klien

– Pantau respon kardiovaskuler pasien terhadap aktivitas

– Instruksikan kepada pasien untuk menggunakan teknik relaksasi (distraksi, visualisasi)

– Hindari menjadwalkan aktivitas perawatan selama periode istirahat pasien. – Bantu pasien untuk mengubah posisi secara berkala.

– Rencanakan kegiatan aktivitas dengan pasien dan keluarga yang meningkatkan kemandirian dan daya tahan.

– Batasi rangsangan lingkungan seperti cahaya dan kebisingan – Berikan istirahat yang adekuat

– Kolaborasi dalam pengobatan nyeri sebelum aktivitas. – Kolaborasi dengan ahli terapi okupasi.

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan hilangnya nafsu makan

Tujuan :

– Pasian akan mempertahankan berat badannya.

– Pasien akan menjelaskan keadekuatan diet bergizi dan keinginan untuk berdiet. – Mempertahankan massa tubuh dalam batas normal.

Intervensi

– Tentukan motivasi pasien untuk mengubah kebiasaan makan – Ketahui makanan kesukaan pasien

– Tentukan kemampuan pasien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi – Pantau kandungan nutrisi dan kalori pada catatan asupan.

– Tinjau selalu berat badan pasien

(12)

– Buat perencanaan makan dengan pasien yaitu jadwal, kesukaan dan suhu makanan.

– Dukung keluarga untuk support pasien dan membawa makanan kesukaan dari rumah.

Tawarkan makanan porsi besar saat nafsu makan pasien tinggi – Ciptakan lingkungan yang nyaman untuk makan

– Hindari prosedur invasif sebelum makan – Bantu makan sesuai kebutuhan

1. Hipertermia berhubungan dengan kecepatan metabolisme tubuh yang meningkat akibat viremia

Tujuan :

– Pasien akan menunjukkan metode yang tepat untuk mengukur suhu – Pasien akan melaporkan tanda dan gejala dini hipertermia

Pasien akan menunjukkan termoregulasi ditunjukkan dengan suhu kulit dan tubuh dalam batas normal, nadi dan pernafasan dalam rentang yang diharapkan, perubahan warna kulit dan keletihan tidak ada.

Intervensi :

– Pantau aktivitas kejang. Hidrasi, TD, nadi dan pernafasan pasien.

– Ajarkan pasien dan keluarga cara mengukur suhu yang tepat untuk mencegah dan mengenali secara dini tanda gehala hipertermia.

– Lepaskan pakaiana yang berlebihan dan tutupi pasien dengan selembar pakaian saja.

– Gunakan waslap dingin pada aksila, kening, leher dan lipat mata. – Anjurkan asupan cairan oral.

– Lakukan perawatan kegawatdaruratan sesuia prosedur. – Gunakan kipas angin bila diperlukan.

– Kolaborasikan pemberian obat antipiretik sesuai kebutuhan.

1. Kecemasan berhubungan dengan rasa sesak, penggunaan alat medis yang asing. Tujuan :

– Ansietas berkurang dibuktikan dengan menunjukkan kontrol agresi, kontrol ansietas, koping, kontrol Impuls

– Menunjukkan kontrol ansietas

– Meneruskan aktivitas sehari-hari meskipun masih ada kecemasan. – Mengidentifikasi gejala yang menyebabkan ansietas.

(13)

Intervensi :

– Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan klien – Kaji teknik atasikecemasan yang dimiliki

– Sediakan informasi aktual tentang diagnosis, perawatan dan prognosis penyakit. – Instruksikan pasien untuk menggunakan teknik relaksasi

– Jelaskan prosedur dari setiap kerja yang akan dilakukan.

– Beri dorongan pasien untuk mengungkapkanpikiran dan perasaan. – Bantu pasien untuk memfokuskan diri pada situasi saat ini.

– Sediakan pengalihan melalui televis, radio, permainan – Sediakan penguatan yang positif

– Kurangi rangsangan yang berlebihan

– Sarankan terapi alternatif untuk atasi kecemasan.

1. Evaluasi

Evaluasi adalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan (Brooker, 2001).

1. Jalan nafas klien bersih dan patent setelah mendapat tindakan keperawatan. 2. Volume cairan tubuh klien adekuat.

3. Pola nafas klien adekuat

(14)

5. Klien dapat menjalankan aktivitas sehari-hari dengan keletihan yang minimum 6. Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi

7. Suhu tubuh klien dalam batas normal, tekanan darah dalam batas normal, nadi dan respirasi dalam batas normal

8. Klien menyatakan kecemasan berkurang atau terkontrol

Daftar Pustaka

Wilkinson, Judith M.2002. Diagnosa Keperawatan dengan NIC dan NOC. Alih bahasa : Widyawati dkk. Jakarta:EGC

Soegito. Pengobatan Bronkitis Kronik Eksaserbasi Akut Dengan Ciprofloxacin Dibandingkan Dengan Co Amoxyclav. Bagian Ilmu Penyakit Paru Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Anonim.2008. Bronkitis. http://www.klikdokter.com. Diakses tanggal 15 mei 2010 pukul 19.00 WIB.

(15)

Anonim.2010. Bronkitis. http:// www.id.wikipedia.com. Diakses tanggal 15 mei 2010 pukul 19.00 WIB.

Gunawan, Iriyan.2006. Bronkitis pada anak. http://www.asuhankeperawatan.blogspot.com Diakses tanggal 15 mei 2010 pukul 19.00 WIB.

Anonim.2009. Bronkitis (akut and kronik). http://www.MayoClinic.com. Diakses tanggal 15 mei 2010 pukul 19.00 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal Manajer Investasi telah menetapkan, berdasarkan pertimbangannya sendiri, bahwa suatu Saham Indeks akan tidak tersedia untuk diserahkan atau akan tersedia dalam

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat

Pelaksanakan tugasnya kepala desa mempunyai wewenang memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama BPD, mengajukan rancangan

Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk menentukan kondisi optimum proses hidrolisis Karbokxy Methyl Celulosa (CMC) menggunakan enzim selulase dari bekicot,

Penelitian pada industri kerupuk udanglikan pabrik kerupuk Indrasari di Kabupaten Indramayu ini bertujuan untuk : 1) menentukan distribusi optimum kebutuhan bahan

Bertolak dari latar belakang di atas, peneliti tertarik melihat bagaimana pemanfaatan material lokal sebagai sumber enzim Poliphenol oksidase pada praktikum

Menurut Al-Jauziyyah (2006) dikutip oleh Uyun (2015) karakteristik orang yang sabar adalah 1) mampu mengendalikan diri untuk tidak mengatakan apa pun yang seharusnya

KATA PENGANTAR Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Pengaruh