• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRESENTASI PORTOFOLIO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PRESENTASI PORTOFOLIO"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh :

Dr. Syahrul Akbar

Dr. Nur Syarifatul Ma’rifah Pembimbing :

Dr. Winata, Sp. A

Dr. I Gusti Ngurah Wikanadi

PRESENTASI PORTOFOLIO

DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN

GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA

Streptococcus

Dokter Internsip Poliklinik Tahun 2013

(2)

PENDAHULUAN

 Ginjal merupakan organ yang penting.

 Dibutuhkan fungsi ginjal yang baik.

 Glomerulonefritis Glomerulonefritis akut pasca streptococcus, sering pada anak.

Didahului infeksi Streptococcus β hemolitikus

(3)

 Penyakit ginjal non supuratif.

 Insiden yang paling sering, anak 2-10 tahun.

 Salah satu penyebab gagal ginjal, jarang.

(4)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 Glomerulonefritis akut, terjadi inflamasi dan

proliferasi sel glomerulus.

 Yang paling sering pada anak, glomerulonefritis

akut pasca streptococcus (GNAPS).

 Ditandai dengan edema, hipertensi, hematuria,

pasca infeksi Streptococcus Infeksi

(5)

Disebabkan oleh Streptococcus β hemolitikus

group A yang bersifat nefritogenik.

(6)

ETIOLOGI

Kuman Streptococcus β hemolitikus group A yang

bersifat nefritogenik.

 Tipe protein M berkaitan dengan tipe nefritogenik.

 Serotype 12 paling sering berkaitan dengan

GNAPS setelah infeksi saluran pernapasan atas. Sedangkan pada infeksi kulit paling sering disebabkan oleh galur 49 (Bhimma et al.,2013).

(7)

 Periode laten, 1-2 minggu setelah infeksi saluran pernapasan atas dan 1-3 minggu setelah infeksi kulit.

 Faktor iklim, keadaan gizi, faktor alergi

(8)

FAKTOR RESIKO

 Umur

GNAPS sering dijumpai anak umur 2-10 tahun

 Jenis kelamin

laki-laki lebih sering daripada perempuan (2:1)

 Keadaan ekonomi sosial

Berkaitan dengan masalah higiene.

 Genetik

berkaitan dengan HLA-DR1 dan DRW4. kejadian

pada saudara kandung sebesar 38%

(9)

PATOFISIOLOGI

 Hipotesis

 Pembentukan kompleks antigen-antibodi mengendap di glomerulus.

 Proses autoimun kuman streptococcus yang merusak glomerulus.

 Terdapat kemiripan antara streptooccus dan antigen ginjal. (Pardede, 2009)

(10)

Infeksi kuman Streptococcus Kompleks antigen-antibodi Membran basalis glomerulus

Lesi peradangan, menarik leukosit PMN Proliferasi sel

Kebocoran kapiler

(11)

MANIFESTASI KLINIS

 Asimptomatik

 Edema

 Hematuria

 Hipertensi

 Demam, gangguan gastrointestinal, jarang

(12)

Infeksi kulit/ISPA periode laten

Gangguan di glomerulus LGF menurun

Retensi Na dan air

(13)
(14)

PENEGAKAN DIAGNOSIS

 Anamnesis dan pemeriksaan fisik

 Hematuria

 Edema

 hipertensi

 Timbul setelah infeksi streptococcus

 Pemeriksaan LAB

 Urinalisis : adanya eritrosit, proteinuria, leukosit.

(15)

 Pemeriksaan bukti adanya infeksi streptococcus :

 Rendahnya kadar C3

 ASTO > 100 Todd

 Pemeriksaan biopsi tidak perlu dilakukan, kecuali

 Tidak ada perbaikan fungsi ginjal

 Terdapat tanda sindrom nefrotik / gagal ginjal yg menetap / memburuk

(16)

PENATALAKSANAAN

 Pembatasan aktivitas

 Diet rendah protein dan rendah garam

 Pengobatan hipertensi

 Diuretik kuat furosemid intravena (1 mg/kgbb/kali)

 ACE inhibitor, Ca channel blocker

 Hipertensi dengan gelaja serebral : reserpin dan hidralazin.

 antibiotik selama 10 hari.

Penisilin, dapat dengan kombinasi amoksisilin

50mg/kgBB 3 dibagi 3 dosis, jika alergi, dengan

eritromisin 40mg/kgBB/hari dibagi 3 dosis

(Pardede,2010)

(17)

KOMPLIKASI

 Oliguria sampai dengan anuria.

 Ensefalopati hipertensi

 Gangguan sirkulasi : dipsneu, ortopneu, edema

paru, kardiomegali.

(18)

FOLLOW UP

 GNAPS jarang berkembang menjadi kronis

 Kontrol setiap 4-6 minggu pada 6 bulan pertama

setelah awitan.

 Pemeriksaan urin urin selama 1 tahun lebih

bermanfaat untuk menilai perbaikan.

 Menurut penelitian potter, kemungkinan nefritis

kronis harus dipertimbangkan bila dijumpai hematuria bersama-sama menetap setelah 12 bulan. (Lumbanbatu,2003)

(19)

PROGNOSIS

 Prognosis pada anak kecil lebih baik daripada

anak yang lebih besar / dewasa.

 Sekitar 5-10% pasien menjadi kronis, 0,5-2%

menunjukan fungsi ginjal menurun progresif sampai gagal ginjal terminal.

 Angka kematian GNAPS 0-7% (Lumbanbatu,

2003).

(20)

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN

 Nama : R

 Jenis Kelamin : Laki – laki

 Usia : 5 Tahun

 Alamat : Penyaringan

 Pekerjaan : -

 No.RM : 167014

(21)

KELUHAN UTAMA

Bengkak di kelopak mata

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

• OS datang ke rumah sakit dengan keluhan bengkak

pada kelopak mata sejak 5 hari sebelum masuk rumah sakit. Bengkak dirasakan pada kedua mata, terlihat ketika pasien bangun tidur. Tidak terasa nyeri, gatal disangkal. Riwayat trauma sebelumnya disangkal. Pasien sebelumnya panas, batuk (-). pilek (-), sesak (-), mual (-), BAB normal, BAK warna merah disangkal, BAK normal. Pasien sebelumnya belum berobat. 1 minggu sebelumnya pasien gatal – gatal pada tangan dan berkoreng.

(22)

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Riwayat keluhan yang sama disangkal.

• Riwayat alergi (-)

• Riwayat konsumsi obat – obatan dalam jangka yang

lama (-)

RIWAYAT TUMBUH KEMBANG

 Riwayat kelahiran : lahir spontan, di bidan,

kelainan (-), keadaan umum baik.

 Riwayat Imunisasi : Riwayat imunisasi lengkap

(23)

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

• Riwayat keluhan yang sama (-)

• Riwayat Alergi (-)

(24)

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran

: Compos mentis

Keadaan umum

: Sedang

Status gizi

: Gizi cukup

Berat Badan

: 19 Kg

Vital sign

TD

: 130/85 mmHg

Nadi

: 120x / menit, regular

Suhu

: 37

C

(25)

Kepala : Normocephal Ubun ubun : Normal

Mata : Konjungtiva anemis (-/-)

Sklera ikteris (-/-)

Edema palpebra (+/+)

THT : Kesan normal

Gigi dan mulut : Kesan normal

Leher : Normal , PKGB (-)

(26)

Thorax : Simetris (+), Retraksi (-) Cor : S1, S2 reguler. Pulmo Palpasi : Krepitasi (-/-) Perkusi : Sonor (+/+) Auskultasi : Vesikuler (+/+) Abdomen Inspeksi : Distended (-)

Auskultasi : BU(+) normal

Palpasi : H/L tidak teraba

Perkusi : Tympani

Ekstremitas : Akral hangat (+) Edema ekstremitas (-/-)

Tangan kiri : Plak numuler, hiperpigmentasi, ukuran 

(27)

DIAGNOSIS BANDING

• Glomerulonertitis akut pasca streptococcus

(28)

Laboratorium : • Kimia Klinik – Kolesterol : 134 mg/dl – Ureum : 24 mg/dl – Kreatinin : 0,7 mg/dl – Albumin : 2,8 • • Urin Lengkap

– Warna : Kuning keruh

• Protein : 25 mg/dl (+++) • Eritrosit : 250 / ul • Leukosit : 100 / ul • Sedimen • Eritrosit : 20-30 / Lp • Leukosit : 5-8 / Lp • Silinder : 1-2 / Lp • Bakteri : +1

(29)

DIAGNOSIS KERJA

(30)

PENATALAKSANAAN

• MRS

• IVFD D5% 10 tpm

• Inj Furosemid 2 x 1/3 ampul

• Eritromicin syr 4 x C1

• Captopril 2 x 6,25 mg

(31)

PEMBAHASAN

Keluhan pasien

• keluhan kedua kelopak mata bengkak

disebabkan kadar albumin rendah dan

penurunan dari ekskresi natrium sehingga kadar natrium naik. Hal ini akan mengakibatkan retensi cairan yang dapat timbul sebagai hipertensi dan edema. Dan ditunjang dengan kadar albumin rendah

(32)

Keluhan pasien:

1 Minggu sebelumnya gatal-gatal di tangan disertai demam. Gatal hingga berbetuk koreng, bentuk numular, hiperpigmentasi. Hal ini sering terjadi pada infeksi streptococus, kemudian berlanjut menyerang ginjal.

(33)

 Pada pemeriksaan urinalisis ditemukan urin berwarna kuning keruh, proteinuria +3, eritrosit 250. Pemeriksaan penunjang lain ditemukan serum albumin menurun (2,8) dan kolesterol normal.

(34)
(35)

PENATALAKSANAAN

 Tujuan dari rawat inap pada pasien ini adalah untuk meminimalisir kegiatan, supaya anak bisa istirahat dan tidak banyak aktifitas sehingga diharapkan dapat

mempercepat perbaikan.

 Pada pasien ini diberikan cairan intravena D5%, dan injeksi furosemid 2 x 1/3 ampul. Tujuannya untuk

mengeluarkan retensi cairan dalam tubuh.

 Antibiotic eritromicin syr dengan dosis 4 x C1 untuk eradikasi kuman Streptococcus yang mungkin masih ada.

(36)

Follow up pasien

• Pada hari kedua perawatan tensi sudah turun

110/80 mmHg, dan edema sudah berkurang.

• Pada hari ke tiga, tekanan darah 100/70 mmHg

dan edema kelopak mata sudah menghilang, hal ini stabil sampai hari ke lima perawatan

(37)

KESIMPULAN

 GNAPS adalah glomerulonefritis yang ditandai

dengan kemunculan edema, hematuria,

proteinuria dan hipertensi. paling sering didahului oleh infeksi pernapasan bagian atas ( faringitis dan tonsillitis ) atau infeksi kulit (impetigo) yang

disebabkan oleh Streptococcus β haemolyticus

(38)

 Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis GNAPS adalah urinalisis, biakan kuman. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah pengukuran ASTO.

 Pengobatan GNAPS adalah secara simptomatik.

Diberikan obat antihipertensi, selain itu juga diberikan antibiotic untuk eradikasi kuman penyebab yang mungkin masih ada. Selain itu juga diet rendah garam dan pembatasan kegiatan.

(39)

 Prognosis GNAPS adalah baik. Jarang yang berkembang menjadi kronik atau gagal ginjal.

 komplikasi antara lain kerusakan ginjal lanjut

seperti gagal ginjal, ensefalopati akibat

(40)

DAFTAR PUSTAKA

 Acep MS , S.Ked. 2012. REFERAT GNAPS (Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus)

 Adelman R.D., Albritton W., Arnold J.E. et al, Nefrologi ;Glomerulonefritis Akut

Pasca-streptococcus, Behrman, Kliegman, Arvin eds, in Ilmu Kesehatan Anak Nelson Vol.3, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1996, 1813-15

 Antonius, P, et al, 2010, Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus, dalam: Pedoman Pelayanan Medis, PP IDAI: Jakarta. Hal: 89-91

Bhimma Rajendra, MB, ChB, MD, DCH (SA), FCP (Paeds)(SA), MMed (Natal) , Richard

Neiberger, MD, PhD, Craig B Langman, MD, 2013. Acute Poststreptococcal Glomerulonephritis,

Updated: Mar 26, 2013, http://emedicine.medscape.com/article/980685-overview.

 Lumbanbatu, Sondang Maniur.2003. Glomerulonefritis akut pasca streptococcus pada anak. Sari Pediatri, Vol. 5, No. 2, September 2003,. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/5-2-4.pdf

 Noer MS . Glomerulonefritis, 2002. In Alatas H, Tambunan T, Trihono PP, Pardede SO. Buku Ajar Nefrologi Anak. 2nd.Ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 323-361

 Pardede, S.O, dan Partini P.T. 2005. Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut Pada Anak. Di

departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangun Kusumo Jakarta. Sari pediatri, Vol 6., no. 4 ., Maret, 2005 : 144-148.

 Pardede, S.O.,2009. Struktur Sel Streptokokus dan Patogenesis Glomerulonefritis Akut

Pascastreptokokus. Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, Jakarta Sari Pediatri, Vol. 11, No. 1, Juni 2009.. http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/11-1-10.pdf

 Smith JM, Faizan MK, Eddy AA. 2003.The child with acute nephritic syndrome. Dalam: Webb NAJ, Postlethwaite RJ, penyunting. Clinical paediatric nephrology, edisi ketiga. Oxford, Oxford University Press,. h. 367-79.

 Wahab, A. Samik.2000. Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus,Ilmu Kesehatan Anak Nelson, , vol 3, ed, Ed 15, , EGC: Jakarta. Hal: 1813-1814

 Wiguno .P, et al, 2009, Glomerulonefritis, Ilmu Penyakit Dalam II, , Balai Penerbit FKUI: Jakarta. Hal: 969

Referensi

Dokumen terkait

Uji ini merupakan baku emas (gold standard) untuk pemeriksaan Demam Typhoid/ paratyphoid. Interpretasi hasil : jika hasil positif maka diagnosis pasti untuk

Benzer şekilde, hidrojen atomunun Schrödinger denklemi kullanılarak yapılan kesin bir kuantum mekaniksel incelemesi Şekil 20.8’de gösterilen olasılık fonksiyonlarını

Ada dua masalah dalam penelitian ini, yaitu: (1) Apa karakteristik bahasa Inggris standar dan bahasa inggris tidak standar yang digunakan oleh tokoh utama dari

koofisien atau derajat asosiasi yang positif mengindikasikan bahwa walaupun tidak ada hubungan yang nyata antara ke-5 jenis pohon dominan utama tersebut, tetapi

PKES 3043 PKES 3043 PENCEMARAN PERSEKITARAN PENCEMARAN PERSEKITARAN OLEH: ALFREDO OLEH: ALFREDO ALBERT ALBERT.. Nurmaini, MKM Fakulti Kesihatan Masyarakat, Universiti Fakulti

Persesuaian kehendak antara merchant dan customer, didasarkan pada pernyataan salah satu pihak dalam hal ini merchant, kemudian pernyataan tersebut ditanggapi oleh pihak

Anti-QS adalah senyawa yang digunakan untuk mencegah terjadinya komunikasi antar sel bakteri sehingga dapat mengontrol patogenitas suatu bakteri termasuk dalam mengontrol