• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Untuk menguasai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif, serta kemampuan bekerja sama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Pada dasarnya hakekat matematika memiliki dua karakteristik khusus, yaitu (1) memiliki obyek kejadian yang abstrak dan (2) berpola pikir deduktif dan konsisten. Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan oleh Johnson dan Rising (1972), yaitu bahwa, “matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logik ; matematika itu adalah bahasa simbol menggunakan istilah-istilah didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat, representasinya dengan simbol dan padat, lebih berupa bahasa simbol mengenai ide (gagasan) dari pada mengenai bunyi ; matematika adalah pengetahuan struktur yang terorganisasikan sifat-sifat atau teori-teori itun dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur-unsur yang didefinisikan atau tidak didefinisikan, aksioma-aksioma, sifat-sifat, atau teori-teori yang telah dibuktikan kebenarannya ; matematika itu adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau ide” ( E.T Ruseffendi, dkk., 1994 : 28 ). Matematika juga melatih cara berpikir

(2)

secara sistematis, logis, kritis, kreatif, dan konsisten (Depdiknas, 2004:75). Di Sekolah Dasar diutamakan agar siswa mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya dengan praktek kehidup. Dengan demikian matematika dii sekolah dasar sangat diperlukan sebagai bekal anak dalam kehidupan anak yang akan datang.

Mengenai hakekat anak SD dapat dikemukakan bahwa karakteristik mereka masih dalam tahap berpikir operasional kongkret dan masih …… berpikir secara deduktif. Deduktif adalah guru menjelaskan konsep atau pengertian setelah itu baru memberikan soal.

Bruner menekankan bahwa setiap individu pada waktu mengalami atau mengenal peristiwa atau benda di dalam lingkungannya, menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa atau benda tersebut di dalam pikirannya, yaitu suatu model mental tentang peristiwa atau benda yang dialaminya atau dikenalnya.

Menurut Bruner, hal-hal tersebut dapat dinyatakan sebagai proses belajar yang terbagi menjadi tiga tahap, yaitu:

1. Tahap Enaktif atau Tahap Kegiatan (Enactive); Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-benda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini anak masih dalam gerak reflek dan coba-coba; belum harmonis. Ia memanipulasikan, menyusun, menjejerkan, mengutak-ngatik, dan bentuk-bentuk gerak lain (serupa dengan tahap sensori motor dari Peaget). 2. Tahap Ikonik atau Tahap Gambar Bayangan (Iconic); Pada tahap ini, anak

telah mengubah, manandai dan menyimpan peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental. Dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali atau memberikan gambaran dalam pikirannya tentang benda atau peristiwa yang dialami atau dikenalnya pada tahap enaktif, walaupun peristiwa itu telah berlalu atau benda real itu tidak lagi berada di hadapannya (tahap pre-operasi dari Peaget).

(3)

3. Tahap Simbolik (Symbolic); Pada tahap teakhir ini anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa. Apabila ia berjumpa dengan suatu simbol maka bayangan mental yang ditandai oleh simbol itu akan dapat dikenalnya kembali. Pada tahap ini anak sudah mampu memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya. (Serupa dengan tahap operasi konkret dan formal dari Peaget)

Sedang Menurut Dienes bahwa konsep-konsep matematika itu akan lebih berhasil dipelajari bila melalui tahapan tertentu. Tahapan belajar menurut Dienes itu ada enam tahapan secara berurutan, yaitu sebagai berikut.

• Bermain bebas (Free Play) • Permainan (Games)

• Penelaahan kesamaan sifat (searcing for Communities) • Representasi (Representation)Simbolisasi (Symbolization) • Formalisasi (Formalitation).

2.2 Pembelajaran Matematika di Kelas IV

Pembelajaran matematika di kelas IV Sekolah Dasar adalah sebagaii kelanjutan mata pelajaran matematika kelas di bawahnya. Materi pelajaran yang disampaikan dalam semester satu dan semester dua meliputi bilangan, geometri dan pengukuran serta analisis yang memuat tentang pengumpulan dan pengolahan data ( Panduan KTSP 2007:196).

1). Bilangan, standar kompetensinya adalah:

a) Melakukan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah. b) Melakukan operasi hitung bilangan pecahan dalam pemecahan

masalah.

2). Geometri dan Pengukuran

a) Menggunakan pengukuran volume per waktu dalam pemecahan masalah.

b) Menghitung luas segi banyak sederhana, luas lingkaran dan luas segi banyak.

(4)

3). Analisis

Analisis yang membahas tentang pengumpulan dan pengolahan memuat standar kompetensi pengumpulan dan pengolahan data. Pelaksanaan proses pembelajaran matematika adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun tujuan belajar yaitu untuk mendapatkan hasil belajar. Secara umum proses belajar dan mengajar akan mendapatkan hasil secara maksimal apabila guru memperhatikan beberapa aspek pendukung pelaksanaan proses pembelajaran (Depdikbud,1995:73-76) yaitu:

1).Perkembangan siswa

Perkembangan siswa meliputi perkembangan fisik, sosial, emonsional dan Intelektual.

2).Pengaturan Ruang Belajar

Dalam pengaturan ruang belajar perlu kiranya guru memperhatikan tentang keleluasaan bergerak siswa, penataan tempat duduk yang nyaman, mudah untuk dibersihkan dan adanya penataan keindahan kelas.

3).Pengaturan Tempat Duduk Siswa.

Pengaturan tempat duduk siswa perlu memperhatikan beberapa faktor antara lain; kemampuan penglihatan siswa, tinggi, badan, perbedaan kemampuan fisik siswa.

4).Pengelolaan Alat, Bahan dan Sumber Belajar

Penataan alat dan sumber belajar sebaiknya ditata agar mudah dilihat dan tidak mengganggu jalannya proses kegiatan belajar mengajar.

2.3 Teori Pembelajaran Matematika

 Jean Piaget membagi tahapan berfikir ( mental ) anak melalui 4 tahapan yang meliputi :

a. Tahap Sensori Motor ( 0 -2 Tahun ), pada tahapan ini anak mengembangkan konsep melalui intraksi dengan dunia fisik, guru tidak terkait secara langsung.Tepapi guru tahu bahwa pada masa ini dasar-dasar pertumbuhan mental dan belajar maematika sudah mulai dikembangkan.

(5)

b. Tahap Pra Operasional ( 2-7 tahun ), Pada tahapanini anak sudah mulai menggunakan bahasa untuk megatakan suatu ide tetapi masih sangat tergantung pada persepsi .Pada masa ini anak telah meulai menggunakan simbul , anak juga mulai mengenal kekakalam walau belum sempurna benar. c. Tahap Operasi Konkrit ( 7 – 12 tahun ), anak mengembangkan

konsep-konsep dengan benda kongkrit untuk menyelidiki hubungan dan model – model abstrak. Kekekalan yang merupakan karakteristik pada masa ini sudah dapat diterima secara mantap.Pada masa ini anak sudah mulai berfikir konkrit. Tahap Operasi Formal ( 12 – dewasa )anak sudah mualai berfikir secara aktual, dia dapat menyusun hipotesa dari hal – hal yang abstrak menjadi hal yang bersifat nyata.

 Zoltan P.Dienes

Dienes P. Dienes menyakini bahwa dengan menggunakan berbagai sajian ( representatasi) tentang suatu konsep matematika, anak – anak akan dapat memahami secara penuh konsep tersebut jika dibandingkan dengan hanya menggunakan satu macam sajian saja. Contoh : menyajikan gambar persegi dengan berbagai ukuran, pemanfaatan berbagai benda konkrit untuk penyajian konsep tertentu.

Tahapan belajar menurut Dienes adalah tahap bermain bebas ( free play) dan tahap permainan ( Games )

2.4 Media Pembelajaran

Kata media berasal dari kata medium yang secara harfiah artinya perantara atau pengantar. Banyak pakar tentang media pembelajaran yang memberikan batasan tentang pengertian media. Menurut EACT yang dikutip oleh Rohani (1997 : 2) “media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi”. Sedangkan pengertian media menurut Djamarah (1995 : 136) adalah “media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai Tujuan pembelajaran”.

(6)

“media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswasedemikian rupa sehingga terjadi proses belajar”.

Menurut Heinich dalam Udin S. Winataputra (2004:5.3) kata media berasal dari bahasa latin, merupakan bentuk jamak dari kata ”medium” yang secara hanafiah berarti ”perantara” (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver). Dalam pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut:

1) Menurut Schramm dalam Udin S. Winataputra (2004:5.4) media adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran.

2) Menurut Briggs dalam Udin S. Winataputra (2004:5.4) media adalah sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti buku, film, video, slide dan sebagainya.

3) Menurut NEA dalam Udin S. Winataputra (2004:5.4) media adalah sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang dengan termasuk teknologi perangkat kerasnya.

2.5 Macam / Jenis Media

Banyak sekali jenis media yang sudah dikenal dan digunakan dalam penyampaian informasi dan pesan – pesan pembelajaran. Setiap jenis atau bagian dapat pula dikelompokkan sesuai dengan karakteristik dan sifat – sifat media tersebut. Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang baku dalam mengelompokkan media. Jadi banyak tenaga ahli mengelompokkan atau membuat klasifikasi media akan tergantung dari sudut mana mereka memandang dan menilai media tersebut.

Penggolongan media pembelajaran menurut Gerlach dan Ely yang dikutip oleh Rohani (1997 : 16) yaitu :

2.3.1 Gambar diam, baik dalam bentuk teks, bulletin, papan display, slide, film strip, atau overhead proyektor.

(7)

2.3.2 Gambar gerak, baik hitam putih, berwarna, baik yang bersuara maupun yang tidak bersuara.

3. 3.3 Rekaman bersuara baik dalam kaset maupun piringan hitam.

3.3.4. Televisi

3.3.5 Benda – benda hidup, simulasi maupun model.

3.3.6 Instruksional berprograma ataupun CAI (Computer Assisten Instruction).

Penggolongan media yang lain, jika dilihat dari berbagai sudut pandang adalah sebagai berikut :

1. Dilihat dari jenisnya media dapat digolongkan menjadi media Audio, media Visual dan media Audio Visual.

2. Dilihat dari daya liputnya media dapat digolongkan menjadi media dengan daya liput luas dan serentak, media dengan daya liput yang terbatas dengan ruang dan tempat dan media pengajaran individual.

3. Dilihat dari bahan pembuatannya media dapat digolongkan menjadi media sederhana (murah dan mudah memperolehnya) dan media komplek.

4. Dilihat dari bentuknya media dapat digolongkan menjadi media grafis (dua dimensi), media tiga dimensi, dan media elektronik.

Berdasarkan kaidah- kaidah teori tentang media maka peneliti menyimpulkan bahwa media uang dapat dikelompokkan/ dimasukkan ke dalam jenis media sederhana jika ditilik dari bahan pembuatannya.

2.6 Penggunaan Media Konkrit dalam Pembelajaran Matematika di SD

Media dapat dibedakan berdasarkan keadaannya menjadi media canggih (sophisticate media) dan media sederhana (simple media). Media canggih adalah media yang hanya dapat dibuat oleh pabrik karena terdiri dari

(8)

komponen-komponen yang rumit dan biasanya memerlukan listrik dalam penyajiannya. Sedangkan media sederhana merupakan media yang dapat dibuat sendiri oleh guru atau ahli media dan biasanya tidak memerlukan listrik dalam penyajiannya.

Dalam Winataputra, Udin S, dkk., 1997 : 5.3, Pengertian “Media” berasal dari kata “medium” yang secara harfiah berarti ”perantara” (between) yaitu perantara sumber pesan (source) dengan penerima pesan (receiver).

Gagne, dalam Widya Iswara LPMP Jateng ( 2006 : 2.3 ), menyatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar.

Sementara itu Briggs, juga dalam Widya Iswara LPMP Jateng (2006 : 2.3), berpendapat bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

Dari kedua pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim (guru) ke penerima (siswa) sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat sehingga proses belajar terjadi.

Sedangkan dalam penelitian ini media yang peneliti gunakan adalah media konkrit yang berupa uang Sedangkan alasan peneliti menggunakan media uang adalah sebagai berikut :

2.6.1. Media uang sangat dikenal anak.

2.6.2 Media uang sangat mudah untuk di hubungkan dengan konsep yang telah dimilikii anak.

2.7 Kelebihan Media Pembelajaran

Secara umum manfaat media pembelajaran adalah memperlancar interaksi antara guru dengan siswa sehingga kegiatan pembelajaran lebih afektif dan efisien. Sedangkan secara lebih khusus manfaat media pembelajaran adalah:

(9)

Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi diantara siswa dimanapun berada.

• Proses pembelajaran menjadi lebih jelas dan menarik

Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak membosankan.

• Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif

Dengan media akan terjadinya komukasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru cenderung bicara satu arah.

• Efisiensi dalam waktu dan tenaga

Dengan media tujuan belajar akan lebih mudah tercapai secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.

• Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa

Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja, siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media pemahaman siswa akan lebih baik.

• Media memungkinkan proses belajar dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja

(10)

Media pembelajaran dapat dirangsang sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan lebih leluasa dimanapun dan kapanpun tanpa tergantung seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah.

• Media dapat menumbuhkan sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar

Proses pembelajaran menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu pengetahuan.

• Mengubah peran guru ke arah yang lebih positif dan produktif

Guru dapat berbagi peran dengan media sehingga banyak mamiliki waktu untuk memberi perhatian pada aspek-aspek edukatif lainnya, seperti membantu kesulitan belajar siswa, pembentukan kepribadian, memotivasii belajar, dan lain-lain .

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka kesimpulan yang peneliti ambil tentang media adalah: segala sesuatu yang dapat dipergunakan untuk membantu jalannya proses pembelajaran dan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan hasil bekajar siswa.Dengan penggunaan media pembelajaran sinergi antara siswa dan siswa atau antara siswa dan guru lebih hidup. Peran dominan guru juga dapat diminimalisir dengan keberadaan media pembelajaran.

2.8 Hasil Belajar

Untuk mengetahui hasil belajar harus melakukan pengukuran. Pengukuran adalah suatu proses yang dilakukan secara sistematis untuk memperoleh besaran kuantitatif dari suatu obyek tertentu dengan mengunakan alat ukur yang baku (Sridadi (2007) )dan penguikluran menurut Rusli Lutan ( 2002:21) pengukuran iaklah proses pengumpulan informasi. Jadi penguiran adalah membagdingkan

(11)

suatu benda yang diukur dengan alat ukur yang digunakan sebagai satuan. Pengukuran bersifat kuantitatif dari suatu obyek tertentu. Kegiatan yang selanjutnya setelah pengukuran adalah penilaian. Penilaian adalah suatu usaha untuk mengumpulkan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa melalui keguatan belajar mengajar yang diikutinya sehinghga dapat digunakan menjadi dasar muntuk menentukan langksah selanjutnmya.( Sridadi ( 2007) )

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar (Mulyono: 37). Hasil belajar menunjuk pada prestasi belajar, sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya dan derajat perubahan tingkah laku siswa (Hamalik: 159).

Hasil belajar yang dicapai siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yakni faktor dari dalam diri siswa yaitu berupa kemampuan, dan faktor yang datang dari luar diri siswa ( Sudjana : 39). Disamping faktor kemampuan yang dimiliki siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi, minat dan perhatian, keaktivan, sosial ekonomi, faktor fisik dan psikis. Dengan demikian, untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa perlu dilakukan upaya meningkatkan motivasi berprestasi dan aktivitas siswa.

Menurut Muhibbin Syah yang dikutip oleh Abu Muhammad (2008: 1-2) prestasi belajar merupakan taraf keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah dinyatakan dalam bentuk skor yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah materi pelajaran tertentu. Dalam literature, prestasi belajar selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu siswa. Aktivitas belajar yang dimaksud adalah aktivitas fisik maupun mental. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mencatat seperti yang lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat suatu daftar yang berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat digolongkan sebagai berikut:

1) Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya, membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, dan percobaan.

2) Oral Activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, memberikan pendapat, diskusi, mengadakan wawancara, dan interupsi.

(12)

3) Listening Activities, sebagai contoh, mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, musik, pidato.

4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, angket, menyalin. 5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram. 6) Motor activities, misalnya melakukan percobaan, membuat konstruksi.

7) Mental activities, misalnya menanggap, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, dan mengambil keputusan.

8) Emotional activities, misalnya menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat, berani, tenang, dan gugup. ( Sardiman: 99).

Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut:

1. Ranah Kognitif

Berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

2.Ranah Afektif

Berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau kompleks nilai.

3. Ranah Psikomotorik

Meliputi keterampilan motorik, manipulasi benda- benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan,mengamati).Tipe hasil belajar kognitif lebih dominan daripada afektif dan psikomotor karena lebih menonjol, namun hasil belajar psikomotor dan afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran di sekolah.Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerimapengalamanbelajarnya.Hasil belajar digunakan oleh guru

(13)

untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan. Hal ini dapat tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi oleh perubahan tingkah laku yang lebih baik lagi. Howard Kingsley membagi 3 macam hasil belajar:

a.Keterampilan dan kebiasaan b.Pengetahuan dan pengertian c.Sikap dan cita-cita

Pendapat dari Horward Kingsley ini menunjukkan hasil perubahan dari semua proses belajar. Hasil belajar ini akan melekat terus pada diri siswa karena sudah menjadi bagian dalam kehidupan siswa tersebut

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disintesiskan bahwa hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih

Sedangkan hasil belajar menurut peneliti sendiri setelah membaca beberapa teori

adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui kegiatan belajar

(14)

Kondisi Dalam pembelajaran, guru belum Rendahnya

Menggunakan alat Bantu yaitu penguasaan AWAL media pembelajaran dan materi oleh siswa metode pembelajaran

Siklus I

Pembelajaran dengan

Melaksanakan pembelajaran bimbingan dari guru

TINDAKAN dengan menggunakan media secara klasikal

Pembelajaran berupa uang

Siklus II KONDISI Dengan memanfaatkan media Pembelajaran dengan

AKHIR uang dapat meningkatkan dibimbing guru hasil belajar siswa kelas IV secara kelompok

SDN 3 Wirosari

Gambar skema Kerangka Berpikir

Pada proses pembelajaran kemampuan siswa dalam menguasai pemahaman materi yang disampaikan guru merupakan syarat dalam mengetahui keberhasilan siswa dalam proses pembelajaran.Tercapaianya penguasaan materi yang maksimal sesuai dengan harapan guru tak lepas dari bagaimana guru itu dalam menyajikan proses pembelajaran. Penggunaan metode dan alat peraga yang faritif sangat berperan dalam kerangka tercapainya tujuan guru yang diinginkan.

Permasalahan yang ada bahwa siswa kelas IV semester 1 dalam mata pelajaran matematika pada kompetensi dasar memecahkan masalah yang melibatkan uang adalah siswa kurang menguasai karena dalam menerima materi masih bersifat verbalisme karena guru tidak memanfaatkan benda – benda konkrit untuk memperjelas konsep yang disampaiakan, maka guru perlu menggunakan alat bantu yang berupa media pembelajaran yang bertujuan untuk mengubah verbalisme menjadi konkrit dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran matematika, salah satu alternatifnya adalah dengan memanfaatkan nmedia uang.

Pada pembelajaran pra siklus hasil yang dicapai siswa kurang memuaskan karena guru sama sekali belum menerapkan atau menggunakan media pembelajaran

(15)

. Siswa masih belajar secara konvensional sesuai dengan kemampuan masing-masing. Setelah pembelajaran guru merefleksi diri dengan bantuan teman sejawat diperoleh hasil bahwa pembelajaran kurang efektif dan siswa masih belum mampu menguasai konsep yang disampaiakan oleh guru.

Setelah pembelajaran siklus I guru menganalisis dan merefleksi jalannya pembelajaran untuk mencari kekurangan dan kelebihan dalam proses pembelajaran. Kelebihan itu akan digunakan dalam pelaksanaan siklus II sehingga tercapai hasil yang maksimal.

Pada kondisi akhir pembelajaran ternyata hasil yang dicapai siswa benar – benar sangat memuaskan karena peningkatan hasil belajar dari siklkus I dan siklus II sangat tampak yaitu meningkat sekitar 60 % . Hal ini sangat dipengaruhi oleh penggunaan media uang dalam pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

2.10 Hipotesis Tindakan

Sebagai hipotesis dalam penelitian ini adalah: Penggunaan media uang dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika tentang memecahkan masalah yang melibatkan uang pada siswa kelas IV Semester I SD Negeri 3 Wirosari Kecamatan Wirosari Kabupaten Grobogan, tahun pelajaran 2011 / 2012.

Gambar

Gambar skema Kerangka Berpikir

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan dari hasil pengamatan kerjasama peserta didik dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match pada mata pelajaran Aqidah Akhlak peserta

Dengan menggunakan analisis SWOT ini, peneliti menentukan kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang dimiliki Rumah Sakit sehingga dapat merumuskan pada kuadran

“Menggiring bola adalah teknik yang memungkinkan pemain untuk bergerak dengan bola dalam arah tertentu tanpa kehilangan bola akibat direbut dari lawan, kualitas berikut

5 Menerima berkas perkara dari Panitera untuk dicatat tanggal penetapan PMH pada buku induk register, mencatat susunan Majelis Hakim (termasuk nama PP) , mencatat tanggal PHS

Ayat-ayat tersebut mengindikasikan terbantahnya teori al-s}arfah yang memandang kemukjizatan al-Qur‟an‎ tidak‎ berasal‎ dari‎ diri‎ sendiri‎ tetapi‎

Kepadatan perifiton tertinggi terdapat di stasiun ini berkisar 8413-34261 ind cm¯². Kepadatan perifiton bergantung pada jenis lamun, kondisi lingkungan dan tipe habitat. Stasiun

Penulis mengangkat permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini yang mendasari pada latar belakang masalah adalah: Mengukur kualitas layanan website Dinas

Kontrol kesalahan tipe-II hybrid ARQ (adaptive ARQ) dengan menggunakan kaskade kode Hamming dimaksudkan untuk menyediakan throughput yang tinggi mengatasi kemungkinan