• Tidak ada hasil yang ditemukan

(TIGA SIFAT ALAM MATERIAL)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(TIGA SIFAT ALAM MATERIAL)"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TRI GUNA

(

TIGA SIFAT ALAM MATERIAL)

I

. ARTI TRI GUNA

1. Tri Guna brasal dari kata Tri = tiga, dan Guna = tali. Jadi Tri Guna berarti

tiga tali pengikat yaitu sattvam, rajas dan tamas. Ke-tiga tali ini mengikat

segala makhluk sehingga mereka betah tinggal di alam material.

2 Secara umum, guna berarti sifat,ciri, keadaan atau suasana alam material.

Karena itu, Tri Guna berarti tiga sifat, suasana atau keadaan alam material

yang meng-ikat segala makhluk sehingga mereka merasa enak dan

sena-ng tisena-nggal di dunia fana.

3. Dalam hubungan ini, Tuhan Krishna berkata, “Sattvam rajas tama iti guna

prakrti-sambhavah nibadhnanti maha-baho dehe dehinam avyayam, alam

material diselimuti oleh sifat sattvam (kebaikan), rajas (kenafsuan) dan

ta-mas (kegelapan). Begitu sang makhluk hidup (jiva) ber-hubungan dengan

alam material, dia di-ikat kuat oleh ketiga sifat alam tersebut”(Bg.14.5).

4. Disini kata “mengikat” berarti mengkhayalkan, menggelapkan,

menyebab-kan lupa, menyesatmenyebab-kan, membingungmenyebab-kan dan menipu. Sebab, dengan

di-ikat oleh Tri Guna:

(a) Sang makhluk hidup lupa pada hakekat dirinya sebagai jiva

rohani-aba-di dan menganggap badan jasmani yang rohani-aba-dihuni/rohani-aba-dipakai/rohani-aba-dikendarainya

sebagai dirinya sendiri.

(2)

(b) Sang makhluk hidup (jiva) menganggap dirinya produk alam material dan

alam material adalah tempat tinggalnya sejati.

II. PONDASI PENGETAHUAN VEDA

Dalam Bhagavad-Gita, Tuhan Krishna berkata,”Pengetahuan (tentang Tri

Gu-na) ini adalah jnanam jnananam uttamam, paling utama dari semua

pengeta-huan (Veda). Yaj jnatva munayah sarve param siddhim ito gatah, dengan meng

insyafi dan mempraktekkan pengetahuan ini, para Muni (orang suci) dimasa la

lu mencapai kesempurnaan hidup” (Bg.14.1).

1. Mengapa dikatakan bahwa

pengetahu-an tentpengetahu-ang TrI Guna ini adalah pondasi

pengetahuan Veda? Sebab, (a)

Penderi-taan saya dan anda di dunia fana ini ada

lah karena kita di-ikat oleh ke-tiga sifat

alam tersebut. (b) Dengan lepas dari ika

tan Tri Guna, kita bisa kembali pada

ke-dudukan dasar sebagai abdi/pelayan Tuhan di dunia rohani dan tinggal disa

na dalam hubungan bhakti (cinta-kasih) timbal-balik yang selamanya

mem-bahagiakan dengan Beliau.

2. Karena itu, Tuhan Krishna berkata lebih lanjut,”Idam jnanam upasritya,

de-ngan mantap dalam pengetahuan spiritual ini, mama sadharmyamagatah,se

seorang kembali pada hakekat dirinya yang spiritual seperti hakekat diriKu.

Dan, sarge’pi nopajayante pralaye na vyathanti ca, dia tidak akan lahir lagi

(3)

III. PENJELASAN UMUM UNSUR-UNSUR TRI-GUNA (BG.14.4-9)

1. Sifat alam sattvam (kebaikan) mensucikan diri seseorang (dengan berbagai

perbuatan bajik), melahirkan pengetahuan dan kesenangan, tetapi

pengeta-an dpengeta-an kesenpengeta-angpengeta-an itu mengikat pula spengeta-ang makhluk hidup di alam fpengeta-ana.

2. Sifat alam rajas (kenafsuan) melahirkan bermacam-macam keinginan,

me-maksa sang makhluk hidup bekerja secara pamerih dan menyebabkan diri

nya amat terikat pada hasil kerja (yang pasti mengakibatkan lahir lagi di du

nia fana).

3. Sifat alam tamas (kegelapan) menyebabkan sang

makhluk hidup mengkhayal, ber-pikir tidak waras,

malas dan banyak tidur(sehingga dia bisa merosot

kedalam kehidupan yang le bih rendah dalam

kela-hiran berikutnya).

4. Dikatakan bahwa ke-tiga unsur Tri Guna tersebut

selalu bergejolak dan berusaha mengatasi satu

de-ngan yang lain agar menjadi yang paling dominan (Bg.14.10).

IV. SANG MAKHLUK HIDUP (JIVA) TIDAK BERDAYA DI-IKAT TRI GUNA

1. Dalam hubungan ini, Veda menyatakan,”Karyate hy avasan karma sarva pra

krti-jair gunah, semua makhluk tak berdaya dipaksa berbuat sesuai dengan

dorongan sifat-sifat alam material (Tri Guna) yang menyelimui badan

(4)

jasma-ninya” (Bg.3.5). Mengapa dikatakan demikian? Sebab,”Guna bhavyena

karmanah, kegiatan terjadi karena interaksi Tri Guna didalam badan

jas-mani (Bhag.11.11.10). Gunaih karjas-mani sarvasah, segala kegiatan badan

jasmani timbul karena interaksi Tri Guna

(Bg.3.27)”.

2. Para Deva pun tidak berdaya di-ikat oleh Tri Guna. Sebab dikatakan,”Na

tad asti prthivyam va divi devesu va punah sattvam prakrtir-jair muktam

yad ebhih syat tribhir gunaih, tidak ada makhluk apapun

disi-ni (di Bhumi) ataupun yang hidup sebagai Deva di susunan

planet bagian atas alam semesta, bebas dari ikatan Tri Guna,

tiga sifat alam material” (Bg.18.40).

V. AKIBAT-AKIBAT IKATAN TRI GUNA TERHADAP SANG

MAKHLUK HIDUP (JIVA)

1. Akibat pertama:

SANG JIVA MENGEMBANGKAN JENIS SRADDHA (KEPERCAYAAN) TERTENTU SELAIN KEPADA TUHAN KRISHNA

Dikatakan,”Tri vidha bhavati sraddha dehinam sa

sva-bhavaja sattviki rajasi caiva tamasi ceti, sesuai dengan

unsur-unsur Tri Guna yang menyelimuti diri seseorang, maka sraddha

kepercayaan) kepada Tuhan dikelompokkan menjadi tiga macam yaitu:

(a) Sraddha dalam sifat sattvam (kebaikan). (b) Sraddha dalam sifat

ra-jas (kenafsuan), dan (c) Sraddha dalam sifat tamas (kegelapan).

(5)

2. Selanjutnya dikatakan,”Yajante sattvika devan, mereka yang di-ikat oleh

sifat alam sattvam, menyembah para Deva. Yaksa raksamsi rajasah,

me-reka yang di-ikat oleh sifat alam rajas, memuja Yaksha dan Rakshasa (ya

ng tergolong Demon atau Asura). Dan, pretan bhuta ganams canye yajan

te tamasa janah, mereka yang di-ikat oleh sifat alam tamas, memuja

han-tu dan roh-roh halus” (Bg.17.4).

3. Akibat kedua;

Dikatakan,”Prakrteh kriyamanani gunaih karmani

sarvasah ahankara vimudhatma kartaham iti

ma-nyate, karena di-ikat oleh Tri Guna, sang makhluk

hidup jadi terkhayalkan dan menganggap

dirinya-lah menjadi pelaku atas segala kegiatan yang dila

kukannya, padahal kegiatan-kegiatannya itu terlak

sana oleh alam material” (Bg.3.27).

4. Akibat ketiga:

Dikatakan,”Prakrteh guna sammudhah sajjante guna karmasu, di-ikat

oleh Tri Guna, sang makhluk hidup (jiva) menjadi sibuk dalam berbagai

SANG JIVA SECARA KELIRU MENGANGGAP DIRINYA SENDIRI SEBAGAI PELAKU ATAS SEGALA KEGIATAN YANG DILAKUKANNYA

SANG JIVA JADI SIBUK DALAM KEGIATAN MATERIAL MEMUAS-KAN INDRIYA JASMANI DI ALAM MATERIAL

(6)

kegiatan pamerih dan menjadi terikat pada hasil kegiatannya itu” (Bg.3.29).

5. Akibat ke-empat:

Dikatakan,”Purusah prakrti-stho hi bhunkte prakrti jan

gunan, begitulah sang makhluk hidup (jiva) yang

ting-gal di alam fana, berusaha menikmati kesenangan

ma-terial dalam ikatan Tri Guna. Karanam guna sango’sya

sad asad yoni janmasu,karena di-ikat oleh Tri Guna,ma

ka ia merasakan suka dan duka dalam berbagai jenis

kehidupan material yang dialaminya” (Bg.13.22).

6. Akibat ke-lima:

Dikatakan,”Tribhir gunamayair bhavaih ebhih sarvam idam jagat mohitam

nabhijanati mam ebhyah param avyayam, dikhayalkan oleh Tri Guna,

selu-ruh dunia tidak mengenal diriKu (sebagai Sri Bhagavan, Kepribadian

Tu-han YME) yang mengatasi ke-tiga sifat alam material itu dan kekal abadi”

(Bg.7.13).

SANG JIVA DIPAKSA BERPINDAH-PINDAH DARI SATU BADAN JASMANI KE BADAN JASMANI LAIN DAN HANYUT DALAM SAMUDRA KEHIDUPAN

MATERIAL DUNIA FANA

SANG JIVA TIDAK TAHU BAHWA SRI KRISHNA ADALAH BHAGAVAN, KEPRIBADIAN TUHAN YANG MAHA ESA

(7)

VI. MELEPASKAN DIRI DARI IKATAN TRI GUNA : PELAYANAN BHAKTI

1. Guna sangam vinirdhuya mam bhajanti vicaksanah, orang cerdas dapat

melepaskan diri dari ikatan Tri-Guna dengan melakukan pelayanan

bhak-ti kepadaKu (Bhag.11.25.33).

2. Mam ca yo’ vyabhicarena bhakti yogena sevate sa gunan samatityaitan,

orang yang tekun dalam pelayanan bhakti kepadaKu dan tak pernah

ga-gal dalam keadaan apapun, seketika mengatasi Tri Guna (Bg.14.26).

2. Daivi hi esa gunamayi mama maya duratyaya, tenaga materialKu maya

nan halus ini yang terdiri dari unsur-unsur Tri Guna, sungguh sulit

dia-atasi. Tetapi, mam eva ye prapadyante mayam etam taranti te, orang

ya-ng berserah diri kepadaKu, akan deya-ngan mudah meya-ngatasinya (Bg.7.14).

VII. MANFAAT LEPAS DARI IKATAN TRI GUNA

1. Manfaat pertama:

Dikatakan, “Nanyam gunebhyah kartaram yada

drstanupa-syati gunebhyas ca para vetti mad bhavam so’digacchati,

bila anda melihat bahwa segala peristiwa yang terjadi

ada-lah tidak lain dari pada interaksi unsur-unsur Tri Guna, dan bahwa Tuhan

mengatasi ketiga sifat alam material ini, maka barulah anda mengerti

hake-kat spiritual diriKu” (Bg.14.19).

SANG JIVA MENGERTI BAHWA SRI KRISHNA ADALAH BHAGAVAN, KEPRIBADIAN TUHAN YME

(8)

2. Manfaat kedua:

Dikatakan,”Sa gunan samatityaitan brahma bhuyaya

kal-pate, jika seseorang telah bebas dari ikatan Tri Guna, ma

ka dia mencapai kedudukan spiritual brahma-bhuta (Bg.

14.26). Brahma-bhuta prasannatma, pada tingkat

spiritu-al brahma-bhuta, seseorang senantiasa berbahagia (Bg.

(18.54).

3. Manfaat ke-tiga:

Dikatakan,”Gunan etan atitya trin dehi deha

samud-bhavan janma mrtyu jara duhkhair vimukto’ mrtam

asnute, kalau seseorang bebas dari ikatan Tri Guna,

maka dia bebas dari kelahiran, kematian, usia-tua

dan kesengsaraan (penyakit) dan mencapai

kebaha-giaan sejati bahkan dalam masa hidup nya ini juga”

(Bg.14.20).

SANG JIVA MENCAPAI TINGKAT SPIRITUAL BRAHMA-BHUTA YANG MENJADI PRASYARAT UNTUK KEMBALI KE DUNIA ROHANI

SANG JIVA MENCAPAI KEBAHAGIAAN ABADI DI DUNIA ROHANI VAIKUNTHALOKA IKATAN TRI GUNA PELAYANAN BHAKTI BERSERAH DIRI KEPADA TUHAN KRISHNA LEPAS DARI

IKATAN TRI GUNA KEBAHAGIAAN ABADI

(9)

VIII. CIRI-CIRI ORANG YANG LEPAS DARI IKATAN TRI GUNA

Adapun ciri-cirinya adalah sebagai berikut,“Dia tidak membenci pencerahan

spiritual, kemelekatan (pada hal-hal material) ataupun

khaya-lan bilamana hal-hal itu datang. Juga dia tidak menginginkan

nya jika hal-hal itu lenyap. Dia tetap tenang tanpa rasa

kepri-hatinan apapun, sebab dia berada diluar pengaruh

unsur-un-sur Tri Guna. Dia hidup mantap (dalam keadaan apapun),

se-bab dia sadar bahwa hanya unsur-unsur Tri Guna itu saja ya

ng aktip. Dia merasakan suasana senang dan susah sama sa

ma saja, menerima cacian dan pujian dengan sikap sama, me

melihat segumpal tanah, sebiji batu dan sekeping emas dengan pandangan

(dan perasaan) sama. Dia tidak pernah merasa terganggu meski dihina atau

pun disanjung. Dia memperlakukan sahabat ataupun musuh dengan cara

sama, dan bebas dari segala kegiatan pamerih apapun” (Bg.14.22- 25).

IX. TUHAN KRISHNA SELAMANYA BEBAS DARI

PENGA-RUH TRI GUNA

1. Beliau berkata,”Ye caiva sattvika bhava rajasas tama

sas ca ye matta eveti tan viddhi na tu aham tesu te

mayi, jenis kehidupan apapun, baik dalam sifat alam

sattvam, rajas ataupun tamas, itu semua terwujud da

ri tenagaKu. Dalam satu pengertian, Saya adalah

se-gala sesuatu, namun Saya bebas merdeka dan Saya

(10)

tidak pernah dipengaruhi oleh sifat-sifat alam material tersebut” (Bg.7.12).

2. Selanjutnya Tuhan Krishna berkata,”Nirguna guna bhoktr ca, Saya (dalam

aspekKu sebagai Paramatma) selalu mengatasi Tri Guna dan pada saat ya

ng sama menjadi pengendaliNya (Bg.13.15).

3. Sloka-sloka Gita yang telah di kutip yaitu Bg.7.13-14, 14.19 dan 14.26 mem

buktikan pula bahwa Tuhan Krishna selama nya bebas dari pengaruh

Tri-Guna.

4. Beliau juga berkata, “Sattvam rajas tamah iti guna jivasya naiva me,

ke-ti-ga sifat alam material sattvam, rajas dan tamas ini meng-ikat sang jiva di

dunia fana, tetapi tidak mengikat diriKu” (Bhag.11.25.12).

X. RINGKASAN TRI GUNA, TIGA SIFAT ALAM MATERIAL

Berikut disajikan ringkasan tentang unsur-unsur Tri Guna yang bahannya

di-kutip dari kitab suci Bhagavad-Gita dan Srimad Bhagavatam.

PENUTUP

Demikianlah saya telah uraikan secara ringkas tentang Tri-Guna. Semoga

bermanfaat. Haribol!

Tangerang, 12 Desember 2006.

(11)

NO. 1. 2. 3. 4. URAIAN Ciri-ciri pada Umumnya Tujuan yang dicapai sete lah ajal Obyek pemu jaan/persem bahyangan Akibat yang ditimbulkan SATTVAM (KEBAIKAN)

Relatip suci, ce-rah, tenang, be-bas dari dosa, me-lahirkan pe-ngetahuan dan kesenangan du-niawi (Bg.14.6, 9, dan 11). Planet sorgwi dan planet-pla-net lebih tinggi lainnya (Bg.14. 14 dan 18).

Para Deva (dan aspek Tuhan im personal seba-gai Brahman (Bg.17.4). Kesucian dan pengetahuan (Bg.14.16 dan 17). RAJAS (KENAFSUAN) Banyak keingin-an dkeingin-an tidak ter-kendali, kerja ke-ras secara pame rih dan melekat pada hasil kerja (Bg.14.7,9 dan 12).

Lahir dan hidup diantara orang-orang pamerih di planet-planet se-perti Bhumi (Bg. 14.15 dan 18).

Yaksha dan Rak-shasa yang ter – golong A sura atau Demon (Bg. 17.4). Kedukaan dan kesengsaraan (Bg.14.16 dan 17). TAMAS (KEGELAPAN) Mengkhayal, ti-dak waras, leng-ah, suka tidur, lamban dan bo-doh (Bg.14.8, 9 dan 13).

Planet neraka atau dunia para hewan/binatang (Bg.14.15 dan 18).

Hantu dan para makhluk halus lainnya(Bg.17.4).

Kebodohan, kha-yalan dan keti-dak warasan (Bg 14.16 dan 17). VISUDHA SATTVAM Bhakti murni Kepada Tuhan Krishna, suci, cerah, penge-tahuan mutlak, senang dan ba-hagia. Dunia rohani Vaikunthaloka. Krishna, Kepri badian Tuhan YME. Menempatkan orang pada ti-ngkat rohani.

(12)

NO. 5. 6. 7. URAIAN Makanan Kurban/yaj-na Keteguhan hati SATTVAM (KEBAIKAN) Memperpanjang umur, mensuci – kan, memberi te-naga, sehat, me-muaskan dan me nyenangkan, me nyuburkan, ber-air, manis, enak dan lembut (Bg. 17.8).

Dilaksanakan se-mata-maka seba-gai kewajiban se suai aturan Sas-tra tanpa meng-harapkan phala atau hasil(Bg.17. 11).

Tidak pernah go-yah, ditopang de ngan kekuatan yoga mengenda-likan pikiran, ji-wa dan indriya2 (Bg.18.33).

RAJAS

(KENAFSUAN)

Terlalu pahit, pe-das, asam, asin, berbagai macam, kering, panas, me nyebabkan sakit, derita dan penya-kit (Bg.17.9).

Dilaksanakan de-ngan rasa bangga secara mewah un tuk memperoleh balasan dan keun tungan material (Bg.17.12).

Amat terikat pada hasil pelaksanaan dharma, melekat pada artha (keka-yaan) dan kama kenikmatan indri-ya (Bg.18.34).

TAMAS (KEGELAPAN)

Tidak enak, basi, busuk, berbau ti-dak sedap dan kotor. Dimasak lebih dari 3 jam sebelum di-ma-kan (Bg.17.10).

Dilaksanakan ti-dak sesuai atur-an Sastra, tidak ada mantra puji-an, tidak ada ma-kanan dibagikan, tidak ada daksi-na untuk Pandita pelaksana, dan tanpa srddha ke-pada Tuhan (Bg. 17.13).

Tidak pernah me lampaui keadaan mimpi, cemas,se dih, murung dan mengkhayal (Bg. 18.35).

VISUDHA SATTVAM

Membebaskan dari reaksi do-sa, membang-kitkan kesada-ran kepada Tu han, dimasak sesuai aturan Sastra. Dilaksanakan sesuai aturan Sastra untuk menyenang – kan Kepribadi-an TuhKepribadi-an YME Mantap dalam kesadaran, pe-layanan dan ingatan kepa-da Tuhan. www.narayanasmrti.com

(13)

NO 8. 9. 10. URAIAN Pekerja/ora-ng/manusia Pengertian Pertapaan SATTVAM (KEBAIKAN)

Bebas dari kemele katan material dan ke-akuan palsu,se mangat, teguh ha-ti dan ha-tidak goyah oleh keberhasilan atau kegagalan (Bg.18.26).

Dapat mem-beda-kan antara yang boleh dan tidak bo leh dilakukan, ya-ng patut ditakuti dan tidak patut di-takuti, dan antara kegiatan mengikat dan tidak meng-ikat (Bg.18.30). Dilaksanakan se-suai aturan Sastra tanpa keinginan memperoleh keun tungan material untuk menginsya-fi Tuhan (Bg.17.14 15.16 dan 16.17). RAJAS (KENAFSUAN)

Amat melekat pa-da hasil kerja, sa-ngat bernafsu me-nikmati hasil kerja nya, rakus,dengki, berhati kotor, dan hanyut dalam su-ka-duka kehidup-an (Bg.18.27).

Tidak bisa membe dakan dengan be-nar antara prinsip dharmadan bukan dharma, antara

ke-giatan yang boleh dan tidak boleh di-lakukan(Bg.18.31).

Dilaksanakan se-cara mewah agar dapat pujian, san-jungan dan kehor-matan, bersifat se-mentara dan tidak stabil (Bg.17.18).

TAMAS

(KEGELAPAN)

Sibuk dalam ke-giatan tidak se – suai aturan Sas-tra, amat meteri-alistik, keras ke-pala, suka meni-pu dan akhli me-nghina, malas, murung dan ber-lambat-lambat dalam bekerja (Bg.18.28). Meng-anggap ya ng bukan dhar-ma sebagai dhar ma dan sebalik-nya, diliputi kha-yalan dan kebo-dohan, dan sela-lu mengarah se-sat (Bg.18.32).

Dilaksanakan se cara bodoh de-ngan menyiksa badan atau de-ngan menyeng-sarakan makh – luk lain (Bg.17. 19). VISUDHA SATTVAM Hanya sibuk dalam pelaya nan bhakti ke-pada Tuhan sesuai aturan Sastra dan me rasa bahagia dengan pela-yanan demiki-an. Selalu ingat Tuhan Krish-na melalui ke-insyafan diri sesuai penje-lasan Sastra. Dilaksanakan dengn penuh sraddha un-tuk menyena-Ngkan Tuhan.

(14)

NO 11. 12. 13. URAIAN Kebahagiaan Amal/derma/ dana-punia Ketidak-teri-katan SATTVAM (KEBAIKAN)

Pada mulanya te-rasa bagaikan ra-cun (pahit) tetapi pada akhirnya te-rasa seperti amri-ta (manis) dan membangkitkan keinsyafan diri (Bg.18.37).

Diberikan semata mata sebagai ke-wajiban pada wak tu dan tempat ya-ng tepat ke-pada orang yang pan-tas menerima tan-pa mengharapkan imbalan (Bg.17. 20).

Didasari prinsip bahwa kerja itu adalah tugas yang harus dilaksana-kan dan si pelaku tidak terikat pada hasilnya (Bg.18.9).

RAJAS (KENAFSUAN)

Timbul dari hubu-ngan antara indri-ya jasmani deng-an obyeknya. Pa-da awalnya terasa seperti amrita(ma nis) tetapi pada akhirnya terasa seperti racun (pa-hit) (Bg.18.38).

Diberikan dengan maksud men-da-pat imbalan atau memperoleh hasil dan diberikan se-cara tidak ikhlas (Bg.17.21).

Meninggalkan tu-gas pekerjaan ka-rena rasa takut atau karena kerja itu dirasa menyu-sahkan (Bg.18.8).

TAMAS (KEGELAPAN)

Buta terhadap ke insyafan diri, be-rupa khayalan dari awal sampai akhir, dan timbul dari kemalasan, angan-angan dan kesukaan ti-dur (Bg.19.39).

Diberikan pada waktu dan tem-pat yang tidak tepat kepada or-ang yor-ang tak pa-tut menerima de-ngan sikap me-nghina (Bg.17. 22). Meninggalkan tu gas pekerjaan ya ng wajib dilaksa-nakan karena khayalan (yang menyesatkan) (Bg.18.7). VISUDHA SATTVAM Timbul dari pelayanan bhakti kepa-da Tuhan de-ngan kebaha-giaan bertam bah-tambah terus. Diberikan ha-nya dengan tujuan untuk menyenang-kan Tuhan Krishna. Melaksana-kan tugas pe-kerjaan dalam kesadaran ke pada Tuhan untuk kesena nganNya. www.narayanasmrti.com

(15)

NO. 14. 15. 16. URAIAN Pengetahuan Kegiatan/per-Buatan Kitab Purana SATTVAM (KEBAIKAN) Mengerti bahwa roh (jiva) spiritu-al yang sama ada dalam badan jas-mani setiap mak-hluk (Bg.18.20).

Dilaksanakan se-suai tugas sema-ta sema-tanpa kemele-katan atau tanpa rasa cinta atau-pun benci, dan tanpa keterikatan pada hasil (Bg.18 23). Vishnu-Purana, Naradiya-Purana, Garuda-Purana, Padma-Purana dan Varaha-Pura-na. RAJAS (KENAFSUAN) Mengerti adanya roh (jiva) berbe-dan dalam setiap badan jasmani yang ber-beda (Bg.18.21).

Dilaksanakan de ngan ke-akuan palsu dan ikhtiar keras untuk me-menuhi keingin-an pribadi (Bg. 18.24). Brahmanda-Pu-rana, Brahma-vai varta-Purana, Va mana-Purana, Markandeya-Pu-rana, Bhavisya-Purana dan Brah ma-Purana.

TAMAS (KEGELAPAN)

Pengetahuannya amat sedikit dan tidak terkait de-ngan Tuhan,dan menimbulkan ke melekatan pada satu macam ke-giatan sebagai segala-galanya (Bg.18.22). Dilaksanakan da lam kebodohan serta khayalan tanpa sadar pa-da akibat pa-dan ikatan yang tim-bul, tidak praktis dan menyebab-kan derita (Bg. 18.25). Matsya-Purana, Kurma-Purana, Linga-Purana, Si va-Purana, Skan da-Purana, dan Agni-Purana. VISUDHA SATTVAM Mengerti bah-wa semua ma khluk hidup adalaj jiva ro-hani-abadi,pe layan kekal Tuhan Krish-na. Dilaksanakan semata-mata untuk memu-askan Tuhan Krishna sesu-ai petunjuk Sastra. Bhagavata-Pu rana atau Sri mad-Bhagava tam.

(16)

NO. 17. 18. 19. 20. 21. URAIAN Tempat Waktu dalam hari Warna Binatang Pohon dan tanaman SATTVAM (KEBAIKAN) Hutan Pagi hari Putih Sapi Mangga, pisa-ng, apel RAJAS (KENAFSUAN) Kota, Metropoli-tan, Desa dan Ke lurahan. Siang hari Merah Harimau Bawang merah, bawang putih TAMAS (KEGELAPAN) Tempat judian, Rumah pelacu-ran, Rumah po-tong hewan.

Malam hari

Hitam

Monyet

Pohon per, cen-dawan

VISUDHA SATTVAM

Kuil dimana dila-kukan pelayanan bhakti kepada Tu han Krishna.

Kapan saja dila-kukan pelayanan bhakti kepada Tu han Krishna. Warna badan Tu han Krishna Garuda Tulasi, Kalpa vrk-sa

Berikut adalah ringkasan Tri-Guna berdasarkan kitab Srimad Bhagavatam.

(17)

No. URAIAN SATTVAM (KEBAIKAN) RAJAS (KENAFSUAN) TAMAS (KEGELAPAN) VISUDHA SATTVAM 1. Ciri pada umumnya (Bhag.11.25. 2-4). Damai (samah), terkendali diri (damah), toleran (titiksa), mampu membedakan (ik sa), pertapaan (tapah), kejujur-an (satyam), ka-sih-sayang (da-ya), ingatan baik (smrtih), berpu-as hati (tustih), murah hati (tya-ga), tanpa keme-lekatan (asprha), percaya pada Ve dan dan guru ke-rohanian (sradd-ha), sopan-san-tun (hrih), seder-hana, dermawan, rendah hati (da-ya-adih), dan ber bahagia di dalam hati (sva-nirvr-tih).

Penuh ke-inginan material (kamah), Ikhtiar keras (iha) lancang (madah), tak pernah puas atas hasil pekerja an (trsna), ke-aku -an palsu (stam-bhah), menyem-bah para deva un tuk memperoleh berkah material (asih), mengang-gap diri lebih ba-ik dari orang lain (bheda), bersuka-cita dalam kepua-san indriya (suk-kham), berani ka-rena mabuk (ma-da-utsahah), se-nang pujian (ya-sah-pritih), suka mengolok orang lain (hasyam), pa mer kekuatan (vir yam), bertindak berdasarkan ke-kuatan sendiri (bala-adyamah).

Pemarah (krod-hah), rakus (lo-bhah), bicara bo-hong (anrtam), pendengki (him-sa), suka minta-minta (yacna), munafik (dambh-ah), tidak berse-mangat (klamah) suka bertengkar (kalih), sering se dih dan mengk-hayal (soka-mo-han), murung dan berpura-pu-ra rendah diri (vi sada-arti), pena-kut (bhih) dan ti-dak mau ber-ikh-tiar(anudyamah).

(18)

No. URAIAN SATTVAM RAJAS TAMAS VISUDHA SATTVAM 2. Suasana ha-ti (Bhag.11. 25.2- 4). 3. Persembah-yangan. 4. Bila sifat-si-fat tsb. domi-nan (Bhag.11 25.13-15 5. Keinsyafan kepada Tu-han (Bhag.11 25.16). Tenang, damai. Tidak mengharap kan hasil/balas-an. Merasa senang, jadi bijak dan berpengetahuan.

“Tat sattvam vid-dhi mat padam, hanya dengan si-fat sattvam sese-orang bisa meng insyafi Tuhan”. Penuh ke-ingin-an. Mengharapkan hasil/balasan. Bekerja keras agar dapat pres-tasi dan keuntu-ngan.

Tidak bisa meng insyafi Tuhan. Pemarah, pen-dengki. Bertujuan men-celakakan orang lain.

Jadi bodoh dan malas. diliputi khayalan dan ke sedihan, banyak tidur, khusuk de ngan harapan-harapan palsu dan kejam pada makhluk lain. Sama sekali ti-dak bisa meng-insyafi Tuhan.

(19)

No. URAIAN SATTVAM RAJAS TAMAS VISUDHA SATTVAM 6. Deva, demon dan raksasa (Bhag.11.25. 19). 7. Akibat-akibat dari tiga sifat alam (Bhag.11 25.21).

8. Terjaga, tidur dan tidur nye-nyak. 9. Kematian (Bhag.11.25. 22). “Edhamane gu-ne sattve deva-nam balam, bila sifat sattvam do-minan, maka wa-tak dewani ber-kembang”.

“Upary upari ga-cchanti sattvena, sifat sattvam me nuntun menuju kelahiran yang le bih tinggi”. Keadaan terjaga. “Sattve pralinah svar yanti, meni-nggal dalam si-fat sattvam men-capai Svargalo-ka”.

“Asuranam ca ra jasi, bila sifat ra-jas dominan, ma ka berkembang watak asura”.

“Rajasantara ca-rinah, sifat rajas menyebabkan te rus lahir di ma-syarakat manu-sia”.

Keadaan tidur de ngan berbagai mimpi.

“Nara lokam rajo layah, meninggal dalam sifat rajas lahir di masyara-kat manusia”.

“Tamasy caiva raksasam, bila sifat tamas do-minan, maka wa tak raksasa ber-kembang”.

“Tamasadho’ dha amukhyad, sifat tamas nyebabkan me-rosot dalam ke-lahiran rendah”. Keadaan tidur nyenyak.

“Tamo layas tu nirayam, meni-nggal dalam si-fat tamas jatuh ke neraka”. “Yanti mam eva nirgunah, meninggal de-ngan bebas da ri ikatan Tri-gu na, mencapai tempat Tuhan”

(20)

No. URAIAN SATTVAM RAJAS TAMAS VISUDHA SATTVAM 10. Pekerjaan (Bhag.11.25. 23). 11. Pengetahu-an (Bhag.11. 25.24). 12. Tempat ting-gal (Bhag.11 25.25). 13. Pekerja (Bhag.11.25. 26). “Mad arpanam nisphalam va sat tvikam nijakarma tat, kerja yang di lakukan sebagai persembahan ke pada Tuhan = pe kerjaan dalam si-fat sattvam”. “Kaivalyam sattvi kam jnanam, pe-ngtehuan mutlak = pengetahuan dalam sifat sat-tvam”.

“Vanam tu sattvi ka vaso, hutan = tempat tinggal dalam sifat sat-tvam”.

“Sattvikah ...

“Rajasam phala sankalpam, ker-ja yang dilaku-kan dengan mo-tip dapat hasil = kerja dalam si-fat rajas”.

“Rajo vaikalpi-kam ca yat, pe-ngetahuan yang berdasar pada dualitas = peng tahuan dalam sifat rajas”. “Gramo rajasa ucyate, kota = tempat tinggal dalam sifat ra-jas”. “Ragandho ... “Himsa prayadi tamasam, kerja dengan tindak kekerasan dan iri-hati = peker-jaan dalam sifat tamas”. “Prakrtim tama-sam jnanam, pe ngetahuan ma-terialistik = pe-ngetahuan da-lam sifat ada-lam tamas”.

“Tamasam dyu-ta sadanam, ru-mah/tempat judi = tempat dalam sifat alam tama-sa”. “Tamasah ... “Man nistham nirgunam smr tam, pengeta-huan tentang ke-Tuhan-an = pengetahu-an spiritual ya ng berada di luar Triguna”. www.narayanasmrti.com

(21)

No. URAIAN SATTVAM RAJAS TAMAS VISUDHA SATTVAM 13. Pekerja (Bhag.11.25. 26). 14. Kepercayaan /keyakinan (Bhag.11.25. 27). 15. Makanan (Bhag.11.25. 28). “Sattvikah kara-ko’ sangi, peker-ja yang bebas da ri kemelekatan pada hasil kerja = pekerja dalam sifat sattvam”.

“Sattviky adhyat miki sraddha, ke yakinan yang di-arahkan pada ke hidupan spiritual = keyakinan da-lam sifat ada-lam sa ttvam”.

“Pathyam putam anayastam ahar-yam sattvikam smrtam, makan-nan sehat dan murni yang dipe-roleh secara mu-dah = makanan sattvam”.

“Ragandho raja-sah smrtah, pe-kerja yang dilipu ti keinginan men dapat hasil = pe-kerja dalam sifat rajas”. “Karma sraddha tu rajasi, keyaki-nan bermotip pa da hasil/balasan = keyakinan da-lam sifat rajas”.

“Rajasam cendri ya prestham, ma kanan yang seke tika memberikan kenikmatan indri ya = makanan ra-jas”. “Tamasah smrti vibhraste, peker ja yang tak bisa membedakan kerja benar dan kerja salah = pe kerja dalam si-fat tamas”. “Tamasy adhar-me ya sraddha, keyakinan ber-sarkan kegiatan adharma = keya kinan dalam si-fat alam tamas”.

“Tamasam carti dasuci, makanan kotor dan menye babkan sakit = makanan dalam sifat tamas”. “Nirgunomad apasrayah, ia yanberserah kepadTuhan = pekerja me-ngatasi Tri-guna”. “Matsevayam tu nirguna,ke yakinan da-lam pelayan-an bhakti ke-pada Tuhan, sepenuhnya spiritual”.

(22)

NO. URAIAN SATTVAM RAJAS TAMAS VISUDHA SATTVAM 16. Kebahagiaan (Bhag.11.25. 29). “Sattvikam su-kham atmottham kebahagiaan ya-ng timbul dari ke insyafan diri = ke bahagiaan dalam sifat sattvam”. “Visayottham tu rajasam, keba-hagiaan dari ke-puasan indriya = kebahagiaan rajas”. “Tamasam mo-ha dainyottmo-ham, kebahagiaan di-landasi khayal-an = kebahagia-an dalam sifat tamas”. “Nirgunam mad apasrayam, ke-bahagiaan dari keinsyafan ke-pada Tuhan = kebahagiaan pa da tingkat spi-ritual”

Tangerang, 12 Desember 2007.

www.narayanasmrti.com

Referensi

Dokumen terkait

Secara keseluruhan, paket intervensi yang tertuang dalam modul peningkatan resiliensi melalui penguatan faktor protektif dan pengembangan strategi koping pada individu yang

Bahwa dengan diundangkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 48 Tahun 2016 tentang Pedoman Penerimaan Hibah dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah,

6 Perkuatan Tebing Sungai Cisiih Situ Regen Panggarangan.

Tiga nanas unggul yang telah dikembangkan oleh Pusat Kajian Buah Tropika (PKBT) Institut Pertanian Bogor yakni: Delika Subang, Mahkota Bogor, dan Pasir Kuda. Pasir Kuda

Hasil penelitian ini, syaitu pelayanan yang diberikan oleh Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Luwu Timur dalam program pembangunan jalan dan jembatan tidak Efektif

Cakupan dunia mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian yang

RA Kosasih (Ciaul) No. Raya Solo Sukoharjo Km. Raden Dewi Sartika No. Undaan Wetan No. Raya Jemur Sari No.. 356 Surabaya Jawa Timur Muji Rahayu, RS Jl. Prapat Kurung Selatan No.