• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN KOSAKATA (MUFRADĀT) BAHASA ARAB. Oleh Mu at 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN KOSAKATA (MUFRADĀT) BAHASA ARAB. Oleh Mu at 1"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

KOSAKATA (MUFRADĀT) BAHASA ARAB

Oleh

Mu’at1

Abstract: This article is aimed at describing the Arabic vocabulary learning

strategy for beginner, intermediate and advanced. Arabic is one of foreign languages learned by the people of Indonesia. Therefore, it is necessary to study the appropriate language learning for non-Arab students. Learning foreign languages including Arabic in this case can be done in various ways and methods. It is necessary for the proper methods and strategies in the context of learning Arabic vocabulary that learning needs can be met while creating a fun learning not to make students bored. In this article the author would like to describe the discussion on the definition of Arabic vocabulary (mufradāt), learning goals, types, meaning, function, vocabulary formation (mufradāt), as well as the principles of learning strategies, and matters related to learning Arabic vocabulary as attempt to obtain an overview of the role of vocabulary in favor of particular foreign language proficiency in Arabic.

Keywords: Strategy, Learning, Arabic Vocabulary

1 Dosen Pendidikan Bahasa Arab (PBA) Fak. Tarbiyah IKAHA Tebuireng Jombang. Alamat:

Dsn Jajar Kepuhkembeng RT/RW : 03/05 Peterongan Jombang. Hp. (0321) 6133316. Email : pakmuat@yahoo.com

(2)

A. PENDAHULUAN

Bahasa Arab merupakan salah satu bahasa asing yang banyak dipelajari oleh masyarakat Indonesia. Sejak dahulu bahasa Arab sudah diajarkan di Indonesia ketika Islam tersebar ke bumi Nusantara ini, yaitu kira-kira abad ke-13 M. Oleh karena itu perlu dikaji adanya pembelajaran bahasa yang tepat bagi pelajar non-Arab. Hal ini terbukti dengan pembelajaran bahasa Arab di Indonesia sudah dimulai dari pendidikan anak usia dini, atau TK sampai perguruan tinggi. Pembelajaran bahasa asing termasuk dalam hal ini bahasa Arab bisa dilakukan dengan berbagai strategi dan metode.

Strategi pembelajaran merupakan rencana, aturan-aturan, langkah-langkah serta sarana yang prakteknya akan diperankan dan akan dilalui dari pembukaan sampai penutupan dalam proses pembelajaran di dalam kelas guna merealisasikan tujuan.

Demikian halnya dengan pembelajaran kosakata (al-mufradāt). Kosakata merupakan salah satu unsur bahasa yang harus dimiliki oleh pembelajar bahasa asing termasuk bahasa Arab. Perbendaharaan kosakata bahasa Arab yang memadai dapat menunjang seseorang dalam berkomunikasi dan menulis dengan bahasa tersebut.

Mempelajari bahasa tidak akan bisa terlepas dengan apa yang dinamakan pembelajaran mufradāt, dimana pembelajaran mufradāt adalah salah satu unsur yang urgen dalam pembelajaran bahasa itu sendiri. Meskipun terdapat banyak sekali perbedaan pendapat mengenai makna bahasa serta tujuan pengajarannya, namun semuanya tetap sepakat bahwa pembelajaran mufradāt itu memegang peranan penting untuk menunjang keberhasilan kemampuan berbahasa. Dan sesungguhnya siswa yang sedang belajar bahasa apapun dituntut untuk mengetahui mufradāt bahasa yang sedang dipelajari, tanpa mengetahui mufradāt kiranya sulit bahkan tidak mungkin siswa akan mampu menguasai ketrampilan berbahasa yang dimaksud (Mustofa & Hamid, 2012 : 68).

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa berbicara dan menulis yang merupakan kemahiran berbahasa tidak dapat tidak, harus didukung oleh pengetahuan dan penguasaan kosakata yang kaya, produktif dan aktual. Penambahan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan bagian penting baik dari proses pembelajaran suatu bahasa atau pengembangan kemampuan seseorang dalam suatu bahasa yang

(3)

sudah dikuasai. Siswa sering diajarkan kata-kata baru sebagai bagian dari mata pelajaran tertentu dan banyak pula orang dewasa yang menganggap pembentukan kosakata sebagai suatu kegiatan yang menarik dan edukatif (Mustofa, 2011: 60).

Di sini dapat dijelaskan, bahwa siswa/mahasiswa dikatakan mampu menguasai mufradāt jika siswa/ mahasiswa disamping bisa menerjemahkan bentuk-bentuk mufradāt juga mampu menggunakannya dalam jumlah (kalimat) dengan benar. Artinya tidak hanya sekedar hafal kosakata tanpa mengetahui bagimana menggunakannya dalam komunikasi sesungguhnya.

Untuk itu diperlukan metode dan strategi yang tepat dalam rangka pembelajaran kosakata bahasa Arab, agar kebutuhan pem-belajaran tersebut dapat tercapai dengan baik. Dalam artikel ini penulis ingin memaparkan pembahasan tentang pengertian mufradāt, tujuan pembelajaran mufradāt, jenis, makna, fungsi, pembentukan mufradāt, prinsip-prinsip serta strategi pembelajarannya, dan hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran mufradāt sebagai usaha untuk memperoleh gambaran akan peranan kosakata dalam mendukung kemahiran berbahasa asing khususnya bahasa Arab.

B. PENGERTIAN MUFRADĀT

Kosakata atau dalam bahasa Arab disebut mufradāt, dalam bahasa Inggrisnya vocabulary adalah himpunan kata atau khazanah kata yang diketahui oleh seseorang atau entitas lain yang merupakan bagian dari suatu bahasa tertentu. Kosakata ada yang mendefisinikan sebagai himpunan semua kata-kata yang dimengerti oleh orang tersebut dan kemungkinan akan digunakannya untuk menyusun kalimat baru. Kekayaan kosakata seseorang secara umum dianggap merupakan gambaran dari intelegensia atau tingkat pendidikannya. Kosakata merupakan salah satu dari tiga unsur bahasa yang sangat penting dikuasai, kosakata ini digunakan dalam bahasa lisan maupun bahasa tulis, dan merupakan salah satu alat untuk mengembangkan kemampuan berbahasa Arab seseorang (Mustofa, 2011 :61).

Kosakata merupakan kumpulan kata-kata tertentu yang akan membentuk bahasa. Kata adalah bagian terkecil dari bahasa yang sifatnya bebas. Pengertian ini membedakan antara kata dengan morfem. Morfem adalah satuan bahasa terkecil yang tidak bias dibagi atas

(4)

bagian bermakna yang lebih kecil yang maknanya relative stabil. Maka kata terdiri dari morfem-morfem, misalnya kata mu’allim ( ) dalam bahasa Arab terdiri dari satu morfem. Sedangkan kata al-mu’allim ( ) mempunyai dua morfem yaitu dan . Adapun kata yang mempunyai tiga morfem adalah kata yang terbentuk dari morfem-morfem yang mana masing-masing morfem-morfem mempunyai arti khusus. Misalnya kata al-mu’allimun ( ) yang terdiri dari tiga morfem yaitu dan serta (Al-Khuli, 1989:89).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kosakata merupakan kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui sesorang, dan kumpulan kata tersebut akan digunakan dalam menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi sesorang yang dibangun dengan penggunaan kosakata yang tepat dan memadai menunjukkan gambaran kecerdasan dan tingkat pendidikan si pemakai bahasa.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN MUFRADĀT

Di antara tujuan utama pembelajaran kosakata (mufradāt) bahasa Arab adalah sebagai berikut:

1. Memperkenalkan kosakata baru kepada siswa atau mahasiswa, baik melalui bahan bacaan maupun pemahaman menyimak (fahm al-masmu’).

2. Melatih siswa atau mahasiswa untuk dapat melafalkan kosakata itu dengan baik dan benar karena pelafalan yang baik dan benar mengantarkan kepada kemahiran berbicara dan membaca secara baik dan benar pula.

3. Memahami makna kosakata, baik secara denotasi atau leksikal (berdiri sendiri) maupun ketika digunakan dalam konteks kalimat tertentu (makna konotatif dan gramatikal).

4. Mampu mengapresiasi dan memfungsikan mufradāt itu dalam berekspresi lisan (berbicara) maupun lisan (mengarang) sesuai dengan konteksnya yang benar (Muhbib Abdul Wahab, 2008:152).

D. JENIS-JENIS MUFRADĀT

Ṭu’aimah (1991:616-617) memberikan klasifikasi kosakata (Mufradāt) menjadi 4 (empat), yang masing-masing terbagi lagi sesuai dengan tugas dan fungsinya sebagai berikut:

(5)

1. Pembagian Kosakata dalam Konteks Kemahiran Kebahasaan

a. Kosakata untuk memahami (understanding vocabulary) baik bahasa lisan (al-muhādatsah) maupun teks (al-qira’ah).

b. Kosakata untuk berbicara (speaking vocabulary). Dalam pembicaraan perlu penggunaan kosakata yang tepat, baik pembicaraan informal (‘adiyah) maupun formal (rasmiyah). c. Kosakata untuk menulis (writing vocabulary). Penulisan pun

membutuhkan pemilihan kosakata yang baik dan tepat agar tidak disalah-artikan oleh pembacanya. Penulisan ini mencakup penulisan informal seperti catatan harian, agenda harian dan lain-lain. Juga penulisan formal, misalnya: penulisan buku, karya ilmiah, majalah, surat kabar dan seterusnya.

d. Kosakata potensial. Kosakata jenis ini terdiri dari kosakata context yang dapat diinterpretasikan sesuai dengan konteks pembahasan, dan kosakata analisis yakni kosakata yang dapat dianalisis berdasarkan karakteristik derivasi kata untuk selanjutnya dipersempit atau diperluas maknanya.

2. Pembagian Kosakata Menurut Maknanya

a. Kata-kata inti (content vocabulary). Kosakata ini adalah kosakata dasar yang membentuk sebuah tuliasan menjadi valid, misalnya kata benda, kata kerja, dll.

b. Kata-kata fungsi (function words). Kata-kata ini yang mengikat dan menyatukan kosakata dan kalimat sehingga membentuk paparan yang baik dalam sebuah tulisan. Contohnya huruf jar, adawāt al-istifhām, dan seterusnya.

c. Kata-kata gabungan (cluster words). Kosakata ini adalah kosakata yang tidak dapat berdiri sendiri, tetapi selalu dipadukan dengan kata-kata lain sehingga membentuk arti yang berbeda-beda. Misalnya kata dapat berarti menyukai bila kata tersebut dipadukan dengan menjadi . Sedangkan bila diikuti dengan kata menjadi artinya pun berubah menjadi benci atau tidak suka.

3. Pembagian Mufradāt Menurut Karakteristik (Takhassus)

a. Kata-kata tugas (service words) yaitu kata-kata yang digunakan untuk menunjukkan tugas, baik dalam lapangan kehidupan secara informal maupun formal dan sifatnya resmi.

(6)

b. Kata-kata inti khusus (special content words). Kosakata ini adalah kumpulan kata yang dapat mengalihkan arti kepada yang spesifik dan digunakan di berbagai bidang ulasan tertetu, yang biasa juga disebut local words atau utility words.

4. Pembagian Kosakata Menurut Penggunaannya

a. Kosakata aktif (active words), yakni kosakata yang umumnya banyak digunakan dalam berbagai wacana, baik pembicaraan, tulisan atau bahkan banyak didengar dan diketahui lewat berbagai bacaan.

b. Kosakata pasif (passive words), yaitu kosakata yang hanya menjadi perbendaharaan kata seseorang namun jarang ia gunakan. Kosakata ini diketahui lewat buku-buku cetak yang biasa menjadi rujukan dalam penulisan buku atau karya ilmiah.

E. MAKNA DAN FUNGSI MUFRADĀT

Kosakata sebagai khazanah kata tau leksikon akan mempunyai fungsi bilamana mempunyai makna. Makna sebuah kata dapat dibedakan menjadi makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotative terdiri dari makna hakiki dan makna kiasan, makna asal dan makna istilah. Misalnya kata al-Umm ( ) dalam bahasa Arab, makna hakikinya adalah “ibu yang melahirkan anak”, sedangkan makna kiasan terlihat bila kata al-Umm ( ) digunakan dalam Umm al-Kitāb ( ). Makna asal misalnya terdapat kata al-Hātif ( ) yang berarti “orang yang berbisik”, sedangkan makna istilah maksudnya adalah “telepon”.

Makna konotatif adalah makna tambahan yang mengandung nuansa atau kesan khusus sebagai akibat dari pengalaman para pemakai bahasa atau makna sebuah atau sekelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul atau ditimbulkan pada pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Sebagai contoh, kata al-Umm ( ) makna konotatifnya adalah kasih sayang dan perlindungan (Effendy, 2012:127).

Ditinjau dari segi fungsi, kosakata (mufradāt) dapat dobedakan menjadi dua, antara lain :

1. Al-Mufradāt al-Mu’jamiyah ( ) yaitu kosakata yang

mempunyai makna dalam kamus seperti kata :

(7)

mengemban suatu fungsi tertentu, misalnya huruf al-jar, asma’ al-isyārat, asma’ al-maushul, dlamāir, dan lain-lain yang sejenis dengannya.

Dari dua macam kosakata tersebut, perlu dicatat bahwa di antara al-mufradāt al-mu’jamiyah terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan, sebagai berikut:

1. Terdapat beberapa kosakata yang memiliki kemiripan makna, seperti kata ( melihat, memandang, memperhatikan dan menyaksikan).

2. Terdapat kata yang mempunyai makna denotatif yang sama namun mengandung makna konotatif yang berbeda atau berbeda dalam konteks penggunaannya, seperti kata yang dapat diartikan dengan “meninggal dunia, wafat, tewas, mati atau mampus”. 3. Kata yang memiliki beberapa makna yang berbeda, seperti kata

yang bisa berarti “ kelas, musim”.

Uraian tentang hal-hal yang berkaitan dengan kosakata tersebut perlu diperhatikan dan diketahui oleh orang-orang yang berprofesi sebagi pengajar bahasa khususnya bahasa Arab (2012:127).

F. BENTUK-BENTUK MUFRADĀT

Secara umum bentuk kosakata dalam bahasa Arab terbagi dua. Pertama, kosakata yang dapat mengalami perubahan (musytaq) yakni kata yang diambil dari kata yang lain yang mana keduanya terdapat hubungan makna meskipun lafalnya berubah, seperti kata yang berasal dari dan sebagainya. Kedua, kosakata yang tidak berubah (jāmid) yakni kosakata yang sejak semula sudah mempunyai bentuk dan tidak diambil dari kata lain, misalnya kata dan sejenisnya (Sukamta dkk, 2005 : 91).

Kata-kata yang mengalami perubahan bentuk (musytaq) tidak hanya berubah bentuknya saja tetapi berubah makna dan pengertian, misalnya kata dan , kata pertama berarti pembuka atau penakluk sedangkan kata kedua berarti terbuka atau tertaklukkan. Cara membentuk kedua kata ( isim fa’il dan isim maf’ul) tersebut yang mana tergolong dalam kata kerja tsulātsi mujarrad adalah dengan mengikuti wazan (al-Hasyimi, 2007:239).

Kata yang berasal dari kata kerja lebih dari tiga hruf (tsulātsi mazīd) bentuk isim fa’il dan isim maf’ul-nya hanya dibedakan dengan

(8)

huruf harakat kasrah pada huruf sebelum akhir untuk bentuk isim fa’il dan harakat fathah untuk isim maf’ul,seperti kata jika di baca muthālib berarti bentuk isim fa’il yang artinya penuntut. Tetapi bila di baca muthālab, yang berbentuk isim maf’ul berarti yang di tuntut. Metode atau cara pembentukannya melalui bentuk mudlāri’ dengan merubah huruf yang paling depan (harf al-mudlāra’ah) menjadi huruf mim (م). Untuk menentukan apakah bacaan yang tepat dalam suatu teks itu bentuk pertama atau kedua, maka konteks kalimatnya yang menjadi pertimbangan (Sukamta dkk, 2005:92).

Contoh :

.1 .2 Dari konteks kedua kalimat tersebut dapat ditentukan bahwa kata yang digarisbawahi pada kalimat pertama adalah bentuk isim maf’ul yang artinya dituntut, jadi harus dibaca muţālabūn karena arti kalimat adalah “ kita dituntut untuk belajar dengan sungguh-sungguh”. Adapun kata yang bergaris bawah pada kalimat kedua adalah bentuk isim fā’il artinya menuntut, maka dibaca muţālibūn yang artinya “kita menuntut agar dosen mengajar kita dengan sungguh-sungguh”.

G. PRINSIP-PRINSIP PEMILIHAN MUFRADĀT

Dalam pembelajaran mufradāt, guru harus menyiapkan kosakata yang tepat bagi siswa-siswinya. Oleh sebab itu guru harus berpegangan pada prinsip-prinsip dan kriteria yang jelas. Adapun prinsip-prinsip dalam pemilihan mufradāt yang akan diajarkan kepada pembelajar asing (selain penutur Arab) adalah sebagai berikut:

1. Tawatur (Frequency) artinya frekuensi penggunaan kata-kata yang tinggi dan sering digunakan itulah yang harus menjadi pilihan.

2. Tawazzu’ (Range) artinya mengutamakan kata-kata yang banyak digunakan baik di Negara Arab maupun di Negara-negara non-Arab atau di suatu Negara tertentu yang mana kata-kata itu lebih sering digunakan.

3. Matāhiyah (Avalability), artinya memilih kata tertentu dan bermakna tertentu pula, yakni kata-kata yang digunakan dalam bidang-bidang tertentu.

(9)

4. Ulfah (Familiarty), artinya mendahulukan kata-kata yang sudah dikenal dan cukup familiar di dengar,seperti penggunaan kata lebih sering digunakan dari pada kata , padahal keduanya sama maknanya.

5. Syumūl (Coverege), artinya kemampuan daya cakup suatu kata untuk memiliki beberapa arti, sehingga menjadi luas cakupannya. Misalnya kata lebih luas daya cakupannya daripada kata .

6. Ahammiyah (Significance), artinya mengutamakan kata-kata yang memiliki arti yang signifikan untuk menghindari kata-kata umum yang banyak ditinggalkan atau kurang dibutuhkan. 7. ‘Urūbah (Arabisme), artinya mengutamakan kata-kata Arab

dari kata-kata serapan yang di Arabisasi dari bahasa lain. Misalnya kata secara berurutan ini harus diutamakan pemilihannya dari pada kata

(Mustofa & Hamid, 2012:69).

H. PRINSIP-PRINSIP PENGAJARAN MUFRADĀT.

1. Pengajaran mufradāt tidak berdiri sendiri.

Mufradāt tidak diajarkan sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri melainkan terkait dengan pengajaran muţāla’ah, istima’, insya’, dan muhādathah.

2. Pembatasan makna.

Suatu kata dapat mempunyai beberapa makna. Hal ini merupakan kesulitan tersendiri bagi para pembelajar bahasa asing. Dalam hubungan ini, untuk para pemula, sebaiknya guru hanya mengajarkan makna sesuai dengan konteks saja, agar tidak memecah perhatian dan ingatan siswa. Untuk tingkat lanjut, penjelasan makna bisa dikembangkan, dengan memberikan contoh dalam kalimat-kalimat, agar siswa me-miliki wawasan yang luas mengenai makna kata tersebut. 3. Kosa kata dalam konteks.

Banyak kosa kata yang tidak bisa dipahami secara tepat tanpa mengetahui pemakaiannya dalam kalimat. Kosa kata semacam ini haruslah diajarkan dalam konteks agar tidak mengacaukan pemahaman siswa. Sebagai contoh, hurūf al-jar dan af’āl asy-syuru’ harus diajarkan dalam konteks.

(10)

4. Terjemah dalam pengajaran kosa kata.

Mengajarkan makna kata dengan cara menerjemahkannya ke dalam bahasa ibu adalah cara paling mudah, tetapi mengandung beberapa kelemahan, antara lain bisa mengurangi spontanitas siswa ketika menggunakannya dalam ungkapan, lemah daya lekatnya dalam ingatan siswa, dan tidak semua kosa kata dalam bahasa asing terdapat padanannya yang tepat dalam bahasa ibu. Oleh karena itu penerjemahan direkomendasikan sebagai cara terakhir, kecuali untuk kata-kata yang abstrak atau sulit diperagakan.

Di dalam pengajaran bahasa Arab tradisional, digunakan nazham untuk penguatan daya ingat siswa terhadap makna kata. Berikut ini diberikan contoh yang dikutip dari nazham yang digunakan di pondok pesantren Lirboyo:

5. Tingkat kesukaran

Perlu disadari bahwa kosakata bahasa Arab bagi siswa Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga, ditinjau dari tingkat kesukarannya :

a. Kata-kata yang mudah, karena ada persamaannya dengan kata-kata dalam bahasa Indonesia, seperti : b. Kata-kata yang tidak sukar meskipun tidak ada persamaannya

dalam bahasa Indonesia, seperti :

c. Kata-kata yang sukar, baik karena bentuknya maupun pengucapannya, seperti : (Effendy, 2012: 128-129).

I. STRATEGI PEMBELAJARAN MUFRADĀT

Dalam pembelajaran kosakata bahasa Arab ada baiknya dimulai dengan kosakata dasar yang tidak mudah berubah, seperti halnya istilah kekerabatan, nama-nama bagian tubuh, kata ganti, kata kerja pokok serta beberapa kosakata lain yang mudah untuk dipelajari. Metode yang

(11)

bisa digunakan dalam pembelajarannya antara lain yaitu metode secara langsung, metode meniru dan menghafal, metode aural-oral approach, metode membaca, metode gramatika-translation, metode dengan menggunakan kartu bergambar dan alat peraga serta pembelajaran dengan lagu atau menyanyi Arab. Teknik yang dapat dilakukan yakni dengan berbagi teknik permainan bahasa, misalnya dengan perbandingan, memperhatikan susunan huruf, penggunaan kamus dan lainnya.

Mustofa dan Hamid (2012:70) menjelaskan bahwa pembelajaran mufradāt untuk non Arab harus memperhatikan jumlah kosakata yang akan diajarkan. Ada perbedaan pendapat tentang jumlah mufradāt yang akan diajarkan kepada siswa pada program pembelajaran bahasa Arab untuk non Arab. Ada yang mengusulkan berjumlah antara 750 sampai dengan 1000 mufradāt untuk tingkat pemula, 1000 sampai dengan 1500 mufradāt untuk tingkat lanjutan dan 1500 sampai 2000 mufradāt untuk tingkat atas. Apa pula yang berpendapat bahwa 2000 samapi 2500 mufradāt pada tingkat ibtida’ (pemula) cukup bagi mereka dengan syarat belajar menyusun kalimat atau terampil menggunakan kamus.

Effendy (2012 :129-133) menjelaskan lebih rinci tentang tahapan dan teknik-teknik pembelajaran kosa kata (al-mufradāt) atau pengalaman siswa dalam mengenal dan memperoleh makna kata, sebagai berikut :

1. Mendengarkan kata

Ini merupakan tahapan pertama yaitu dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendengarkan kata yang diucapkan pengajar atau media lain, baik berdiri sendiri maupun di dalam kalimat. Apabila unsur bunyi dari kata itu sudah dikuasai oleh siswa, maka, dalam dua atau tiga kali pengulangan, siswa telah mendengarkan secara benar. Tahapan mendengarkan ini sangat penting karena kesalahan dalam mendengarkan ini akan berakibat pada kesalahan dalam pengucapan dan penulisan.

2. Mengucapkan kata

Dalam tahap ini, pengajar memberi kesempatan kepada siswa untuk mengucapkan kata yang telah didengarnya. Mengucapkan kata baru akan membantu siswa mengingat kata tersebut dalam waktu yang lebih lama. Guru harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh keakuratan pelafalan atau pengucapan setiap siswa karena kesalahan dalam pelafalan mengakibatkan kesalahan

(12)

dalam penulisan. Kata-kata Arab yang sudah menjadi kata-kata Indonesia, seperti asar, takwa, fitri perlu diwaspadai karena di sini sering terjadi interferensi.

3. Mendapatkan makna kata

Pada tahap ini pengajar hendaknya menghindari terjemahan dalam memberikan arti kata kepada siswa, kecuali kalau tidak ada jalan lain. karena bila hal itu dilakukan maka tidak akan terjadi komunikasi langsung dalam bahasa yang sedang dipelajari, sementara makna kata pun akan cepat dilupakan oleh siswa.

Ada beberapa teknik yang bisa digunakan oleh guru untuk menghindari terjemahan dalam menerangkan arti suatu kata, antara lain dengan pemberian konteks, definisi sederhana, pemakaian benda asli atau gambar dan teknik-teknik lainnya sebagaimana akan diuaraikan pada bagian berikut ini :

a. Konteks (al-siyāq)

Untuk menerangkan arti kata misalnya, dapat diberikan konteks :

b. Definisi (ta’rīf)

Pemberian definisi untuk menerangkan arti kata ini dapat efektif kalau ungkapan yang digunakan untuk pendefisian itu telah dikenal dan difahami oleh siswa. Misalnya untuk menerangkan arti kata dan diberikan definisi :

, dengan asumsi bahwa siswa sudah mengenal kata :

c. Sinonim (murādif)

Kalau kata yang diterangkan maknanya memiliki sinonim yang sudah dikenal oleh siswa, ini bisa digunakan untuk menjelaskan makna kata tersebut. Misalnya, untuk menerangkan arti kata-kata : dapat diberikan sinonimnya, yaitu : yang diduga telah dikenal oleh siswa karena lebih popular. Tentunya, guru mengetahui mana kata-kata yang telah dipelajarai siswa dalam pelajaran-pelajaran sebelumnya. d. Antonim (dhid)

Seperti halnya sinonim, maka apabila antonim dari kata yang akan diterangkan maknanya sudah dipelajari sebelumnya oleh

(13)

siswa, dapat digunakan untuk menjelaskan arti kata yang baru. Contoh :

e. Benda Asli atau Tiruannya

Benda-benda yang ada dalam kelas, di kebun dan di lingkungan sekolah pada umumnya, termasuk anggota badan manusia, bisa langsung digunakan untuk mengenalkan kosa kata baru. Benda-benda semacam karcis, uang, kartu identitas, formulir dan sebagainya dapat dibawa ke dalam kelas sebagai alat bantu. Tetapi benda-benda yang tidak mungkin di bawa ke dalam kelas, cukup dibawakan tiruan atau modelnya saja seperti : mobil, kapal, pesawat, gajah, kuda, dan sebagainya.

f. Gambar

Gambar merupakan alat bantu pengajaran yang dapat memperjelas makna suatu kata. Di samping gambar dari benda-benda, gambar itu dapat pula berbentuk diagram, misalnya untuk menerangkan kata-kata : dan sebagainya. Gambar bisa berbentuk kartu (flash-card) atau gambar berangkai (chart), bisa foto, guntingan Koran dan majalah atau gambar tangan. Gambar tangan tidak harus berupa gambar ‘berseni’ yang lengkap. Gambar tongkat (stick figure) cukup efektif dan mudah membuatnya.

g. Peragaan

Berbagai gerakan atau tindakan dapat diperagakan untuk menjelaskan makna kata, terutama kata kerja, misalnya : bahkan kata-kata yang biasanya terjadi diluar kelas, misalnya : . Cara ini sangat efektif karena siswa di samping mendengar dan melihat juga dapat langsung memeragakannya.

h. Penerjemahan

Untuk kosa kata tertentu, misalnya kosa kata yang bersifat abstrak, yang sulit dijelaskan maknanya dengan teknik-teknik tersebut dimuka, cara terjemahan dapat digunakan.

4. Membaca kata

Setelah melalui tahap mendengar, mengucapkan, dan memahami makna kata-kata (kosakata) baru, pengajar menulisnya di papan tulis. Kemudian siswa diberikan kesempatan membaca kata tersebut

(14)

dengan suara keras. Di sini, untuk kesekian kalinya guru perlu mengecek keakuratan bacaan siswa, agar tidak terjadi kesalahan pengucapan.

5. Menulis kata

Penguasaan kosakata siswa akan sangat terbantu bilamana ia diminta untuk menulis kata-kata yang baru dipelajarinya (dengar, ucap, paham, baca) mengingat karakteristik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa. Siswa menulis di bukunya masing-masing dengan mencontoh apa yang ditulis guru di papan tulis. Dalam hal menulis kata di papan tulis ini, guru sebaiknya membiasakan diri untuk menulis setiap isim mufrad diikuti dengan bentu jamaknya, dan setiap fi’il mādhi diikuti dengan bentuk mudhāri’nya. Ini berlaku tentu saja apabila pelajaran telah sampai pada pengenalan jamak dan perubahan fi’il. Contohnya:

6. Membuat kalimat

Tahap terakhir dari kegiatan pembelajaran kosakata adalah menggunakan kata-kata baru itu dalam sebuah kalimat yang sempurna, baik secara lisan maupun tulisan. Guru memberikan contoh kalimat kemudian meminta siswa membuat kalimat serupa. Sudah barang tentu, tidak semua kata-kata baru harus dikenalkan dengan semua prosedur atau langkah di muka. Untuk itu perlu dipilih kata-kata yang memang sulit, atau kata-kata yang memang hanya difahami maknanya secara utuh apabila dihubungkan dengan konteks.

Di samping yang telah disebutkan di muka, ada beberapa strategi atau teknik pembelajaran mufradāt yang bisa diterapkan menurut tingkat kemampuan siswa, sebagaimana yang dikemukan oleh Mustofa (2011:73-76) yaitu:

1. Strategi Pembelajaran Kosakata (mufradāt) Tingkat Dasar (Mubtadi’)

Strategi pembelajaran kosakata (mufradāt) pada tingkat dasar (mubtadi’) ini pengajar dapat menggunakan beberapa strategi, antara lain:

(15)

a. Menggunakan nyanyian/lagu dalam pembelajaran bahasa Arab, dapat dibedakan antara bernyanyi sambil belajar dan belajar sambil bernyanyi. Penggunaan lagu dalam pembelajaran mufradāt dapat menghilangkan kejenuhan belajar, dan dapat memberikan kesenangan kepada pembelajar dapat meningkatkan penguasaan mufradāt atau menambah perbendaharaan mufradāt.

b. Menunjukkan benda yang dimaksud seperti mendatangkan sampelnya atau benda aslinya, contoh : pengajar menunjukkan pensil di depan siswa pada saat belajar menyebutkan kalimat , dan menunjukkan bolpoin ketika menyebut kalimat . Contoh lain: pengajar mengajarkan tentang warna, yang dalam hal ini buku yang berwarna biru. Maka pengajar memegang buku warna biru dan mengangkatnya serta menunjukkannya kepada siswa dan berkata .

c. Meminta siswa membaca berulang kali, pengajar bisa meminta siswa membaca kosakata baru yang di dapatkan dari sebuah teks berulang kali, sehingga diharapkan dia dapat menemukan artinya setelah merangkai dengan kata yang lain dalam teks yang dibacanya.

d. Mendengarkan dan menirukan bacaan, dan mengulang-ulang bacaan serta menulisnya sampai siswa benar-benar paham dan menguasainya. Pengajar mengucapkan kosakata tersebut kemudian siswa menirukannya setelah pengajar selesai mengucapkan, misalnya pengajar mengucapkan

kemudian siswa menirukan.

2. Strategi Pembelajaran Kosakata Tingkat Menengah (Mutawassid)

Strategi pembelajaran kosakata (al-mufradāt) pada tingkat menengah ini pengajar dapat menggunakan beberapa strategi, antara lain :

a. Menggunakan peragaan tubuh.

Guru dapat menunjukan makna kosakata yang hendak diajarkan dengan memperagakan, seperti pengajar memperagakan orang yang sedang makan, untuk menjelaskan kata yang mempunyai arti makan. Begitu juga ketika guru memberikan kosakata yang berarti menendang, maka guru

(16)

memperagakannya dengan menendang bola dan lain sebagainya.

b. Menulis kata-kata

Penguasaan siswa terhadap kosakata akan sangat terbantu bilamana ia diminta untuk menulis kata-kata baru dipelajarinya (dengar,ucap,paham,baca) mengingat karateristik kata tersebut masih segar dalam ingatan siswa. Misalnya seorang pengajar akan mengajarkan nama-nama musim dalam setahun. Maka ia akan mengajarkan sebagai berikut :

(musim panas, musim dingin, musim gugur, musim semi). Dan apabila kumpulan kata tersebut berurutan berdasarkan waktu atau tempat, maka dalam pengajarannya harus berurutan juga. c. Dengan bermain peran

Seperti pengajar memerankan orang sakit yang memegangi perut dan dokter memeriksanya. Bentuk bermain peran ini biasanya dilaksanakan dengan bermain drama (masrahiyah). d. Memberikan padanan kata (sinonim)

Pengajar dapat memberikan kata yang mempunyai makna sama, tetapi menggunakan kosakata yang berbeda, seperti waktu pengajar menyebutkan kata pengajar dapat menyebutkan sinonim yaitu kata .

e. Memberi lawan kata (antonim)

Pengajar dapat memberikan kata yang maknanya berlawanan dengan kosakata yang hendak diajarkan, seperti pengajar dapat menjelaskan kata dengan menyebutkan lawan katanya yaitu .

f. Memberikan asosiasi makna

Pengajar dapat menjelaskan kata madrasah dengan memberikan asosiasi dengan menyebutkan kata-kata seperti: ţālib, mudarris, sabburah, dan lain-lain, sehingga pikiran siswa akan tertuju pada satu pengertian yaitu sekolah. Contoh:

g. Pengajar menyebutkan akar kata dan derivasinya (kata yang mengalami perubahan).

(17)

Pengajar dapat menjelaskan kata dengan menggunakan akar katanya beserta derivasinya, seperti : atau kata yang asal katanya dan seterusnya. Hal ini bisa membantu siswa memahami kosakata sesuai dengan perubahan kalimatnya.

3. Strategi Pembelajaran Kosakata Tingkat Lanjut (Mutaqaddim)

Strategi pembelajaran kosakata (al-mufradāt) pada tingkat lanjut ini pengajar dapat menggunakan beberapa strategi, antara lain:

a. Menjelaskan makna kata dengan menjelaskan maksudnya. Hal ini biasanya terjadi ketika seorang pelajar ingin menerangkan tentang kata baru, seperti kata . Maka biasanya seorang pengajar meletakkan kata tersebut dalam satu kalimat atau satu susunan, seperti .

Tentu saja arti kata tersebut menjadi lebih jelas bagi para siswa setelah diletakkan dalam sebuah kalimat. Selanjutnya untuk menyakinkan bahwa para siswa telah paham dengan kata tersebut, maka pengajar bertanya pada salah satu siswa tentang arti kata , jika siswa belum paham juga berarti kalimat yang menjadi contoh tersebut belum jelas dan mengena bagi para siswa, hal ini mungkin karena sebagian mereka akan menafsirkan bahwa kata mengandung arti: penting, dingin, panas, jernih, banyak, sedikit dan lain sebagainya. Oleh karena itu dalam penggunaan contoh kalimat haruslah terang, jelas, praktis serta mengena langsung dengan apa yang dibahas. Contohnya, untuk menjelaskan makna daripada kata tersebut bisa menggunakan kalimat

(besi itu keras, udara itu gas, dan air itu mengalir). Susunan yang demikian lebih baik karena lebih mengena. Jadi tidak harus susunan itu terdiri hanya dari satu kalimat saja, akan tetapi terkadang terdiri dari beberapa kalimat

b. Mencari makna kata dalam kamus. Ketika mengajarkan kosakata baru, pengajar dapat meminta siswa langsung mencari maknanya melalui kamus.

c. Mengacak mufradāt agar menjadi susunan kata yang benar. d. Meletakkan kalimat dalam kalimat.

(18)

sampai mengajarkan mufradāt yang kurang mendidik apalagi profokatif seperti : .

f. Memberikat harakat pada kata.

g. Menerjemahkan kosakata ke dalam bahasa ibu, cara ini merupakan jalan terakhir, ketika seluruh cara digunakan tidak mampu memberi pemahaman siswa. Guru tidak dianjurkan terburu-buru menggunakan cara ini, karena cara ini berdampak negatif terhadap perkembangan kebahasaan siswa, seperti malas membuka kamus, berasosiasi dan sebagainya.

J. KESIMPULAN

Kosakata (mufradāt) merupakan kumpulan kata-kata yang membentuk bahasa yang diketahui seseorang dan kumpulan kata tersebut akan digunakan dalam menyusun kalimat atau berkomunikasi dengan masyarakat. Komunikasi seseorang yang dibangun dengan penggunaan kosakata yang tepat dan memadai menunjukkan gambaran kecerdasan dan tingkat pendidikan pemakai bahasa.

Strategi pembelajaran mufradāt secara umum adalah :

1. Meminta siswa mendengarkan, membaca berulang kali dan menulisnya.

2. Menunjukkan benda yang dimaksud secara langsung. 3. Memperagakan benda yang diajarkan.

4. Memberikan padanan kata (sinonim) 5. Memberikan lawan kata (antonim)

6. Memberikan asosiasi makna ( kata serumpun)

7. Menyebut akar kata dan devirasi ( seperti dalam tashrif) 8. Membuka dan mencari makna dalam kamus

9. Menerjemahkan kosakata dalam bahasa Ibu sebagai alternative terakhir yang dilakukan oleh pengajar terhadap kata yang memang sulit dipahami oleh siswa.

Pada dasarnya, pembelajaran mufradāt itu sangat mudah sekali, yang terpenting adalah pengajar mampu menguasai kelas dengan baik dan mampu memilih media yang sesuai serta mampu menggunakan strategi pembelajaran yang benar. Apalagi dalam pembelajaran bahasa pada saat ini sudah ditunjang oleh fasilitas, sarana dan prasarana yang memadai demi tercapainya keberhasilan sesuai dengan indicator yang ditentukan. Kepada pengajar yang ingin meningkatkan kemampuan

(19)

dan keterampilan dalam mengajar siswa-siswinya, apabila situasi dan kondisi yang berkembang di sekolah atau lingkungan pendidikannya kurang mendukung, maka disarankan bagi pengajar untuk mempunyai kemampuan dalam memilih metode, media dan strategi, pembelajaran, serta mampu mendesain pembelajaran itu menjadi proses belajar mengajar yang menarik dan menyenangkan.

BIBLIOGRAPHY

Abdul Wahab, Muhbib. 2008. Epistemologi dan Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Al Hasyimi, Sayyid Ahmad. 2007. Al Qowa’id al Asāsiyah Lil al Lughah al Arabiyah. Beirut : Dārul al Kutub al Ilmiyah

Al-Khuli, Muhammad Ali. 1982. Asalib Tadris al Lughah al ‘Arabiyah. Riyadh Mamlakah Al’ Arabiyyah Al Sa’udiyyah.

Effendy, Ahmad Fuad. 2012. Metodologi Pengajaran Bahasa Arab. Malang : Misykat.

Hamid, Abdul. 2010. Mengukur Kemampuan Bahasa Arab. Malang : UIN Maliki Press.

Mustofa, Bisri & Hamid, Abdul. 2012. Metode & Strategi Pembelajaran Bahasa Arab. Malang : UIN Maliki Press.

Mustofa, Syaiful.2011. Strategi Pembelajaran Bahasa Arab Inovatif. Malang : UIN Malang press.

Ţuaimah, Rusydi Ahmad, 1991. Al Marji’ Fi Ta’limi al Lughah al Arabiyah Li an Nātiqīna bi Lughah al Ukhro. Ma’had al Lughah al Arabiyah. Jami’ah Ummi al Qura.

Sukamta dkk. 2005, Bahasa Arab. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam mempelajari bahasa arab, yaitu sulitnya siswa dalam menghapal kosakata bahasa Arab, dengan menggunakan Metode

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyajikan sebuah alternatif pembelajaran kosakata bahasa Arab melalui penggunaan media wordwall, yang diharapkan bisa

Inventansasi Kosakata Populer Bahasa Kutai dan Bahasa Banjar.. dan z pada awal kata/penyusnnan kamus mi tidak digunakan. Dalam bahasa Kutai, berdasarkan bunyi ucapan,

Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan proses dan hasil pembelajaran menggunakan media kartu kata bergambar dapat meningkatkan penguasaan kosakata bahasa Arab

Menurut Mudzakir (2011:443) harfiyah itu penerjemahan dengan pengalihan kosakata dari satu bahasa ke kosakata yang serupa dari bahasa lain, sehingga dapat diketahui

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa media Memory Games dapat digunakan sebagai salah satu media alternatif dalam pembelajaran kosakata bahasa Jerman

Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa media Logico Piccolo dapat digunakan sebagai salah satu media alternatif dalam pembelajaran kosakata bahasa Jerman

Berdasarkan hasil penelitian analisis data observasi, dapat diketahui bahwa penerapan media lagu sebagai pembelajaran kosakata bahasa Jepang dalam huruf hiragana pada mahasiswa angkatan