18 BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Kondisi Umum Proyek L’Avenue
5.1.1 Gambaran Umum Kota Jakarta Selatan
Jakarta Selatan terletak pada 106’22’42 Bujur Timur (BT) s.d. 106’58’18 BT, dan 5’19’12 Lintang Selatan (LS). Luas Wilayah sesuai dengan Keputusan Gubernur KDKI Nomor 1815 tahun 1989 adalah 145,37 km2 atau 22,41% dari luas DKI Jakarta. Terbagi menjadi 10 kecamatan dan 65 kelurahan, berada di belahan selatan banjir kanal dengan batas-batas wilayah sebagai barikut:
1. Sebelah Utara : Banjir Kanal Jl. Jenderal Sudirman Kecamatan Tanah Abang, Jl. Kebayoran Lama dan Kebun Jeruk
2. Sebelah Timur : Kali Ciliwung
3. Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kota Administrasi Depok 4. Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Ciledug, Kota
Administrasi Tangerang
Topografi Wilayah Jakarta Selatan pada umumnya dapat dikategorikan sebagai daerah perbukitan rendah dengan tingkat kemiringan 0,25%. Ketinggian tanah rata-rata mencapai 5-50 meter di atas permukaan laut. Pada wilayah bagian selatan, banjir kanal relatif merupakan daerah perbukitan jika dibandingkan dengan wilayah bagian utara. Jakarta Selatan beriklim panas dengan suhu rata-rata pertahun 27°C dengan tingkat kelembapan berkisar antara 80-90%. Arah angin dipengaruhi angin Muson Barat terutama pada bulan Mei-Oktober.
5.1.2 Gambaran Umum Kecamatan Pancoran
Kecamatan Pancoran merupakan pecahan dari kecamatan Mampang Prapatan pada tahun 1985, waktu itu bernama kecamatan perwakilan Pancoran. Kecamatan Pancoran terletak di Kotamadya Jakarta Selatan dengan luas mencapai 8,23 km2 dan terdiri dari 6 Kelurahan antara lain: Pancoran, Duren Tiga, Kalibata, Cikoko, Pangadegan, dan Rawajati. Kecamatan Pancoran memiliki batas wilayah sebagai berikut:
19
1. Sebelah Utara : Tebet
2. Sebelah Timur : Kramat Jati Jakarta timur 3. Sebelah Selatan : Pasar Minggu
4. Sebelah Barat : Mampang Prapatan
Gambar 4. Peta Kecamatan Pancoran (Sumber: Tatakota Jakartaku, 2012)
5.1.3 Gambaran Umum L’Avenue
Salah satu proyek yang sedang dikerjakan konsultan lanskap Oemardi_zain selama mahasiswa melakukan kegiatan magang adalah proyek desain lanskap sebuah office dan apartment L’Avenue. Proyek ini dirancang dengan tujuan dapat memberikan ketenangan untuk pengguna tapak dengan konsep komplek bangunan berkelanjutan yang ramah dalam lingkungan kerja.
Pemilik atau pemberi kerja proyek ini adalah sebuah perusahaan pengembang yakni PT Bintang Rajawali Perkasa. Proyek perancangan L’Avenue melibatkan beberapa konsultan yang diantaranya terdiri dari konsultan arsitektur, konsultan struktur, konsultan teknik sipil, konsultan pencahayaan, dan konsultan
20
lanskap. Proyek ini mulai dikerjakan oleh Oemardi_zain sejak Desember 2011 dengan batasan pekerjaan berupa desain lanskap perkantoran dan apartemen.
Gambar 5. Lokasi Proyek L’Avenue (Sumber: GoogleMaps)
Proyek ini terletak di Jakarta Selatan, tepatnya di Jalan Raya Pasar Minggu KM. 16, Pancoran – Jakarta Selatan. Proyek ini berada di pinggir jalan utama akses antara Kota Jakarta dan Kota Depok, sehingga termasuk dalam lokasi yang strategis dalam pengembangan tujuan proyek. Berikut ini adalah gambar lokasi proyek yang diambil melalui software GoogleEarth.
Gambar 6. Lokasi Proyek L’Avenue (Sumber: GoogleEarth)
21 5.2 Hasil
5.2.1 Contractual Stage
Contractual stage atau penerimaan proposal proyek baik dari arsitek
lanskap maupun klien merupakan tahap awal proses dalam desin (Lampiran 1, Surat Perintah Kerja (SPK) Pasal II). Pada pertemuan pertama antara kedua pihak, klien menyampaikan keinginan dan persyaratan general/umum terhadap perancangan L’Avenue dan arsitek lanskap menyampaikan proposal tertulis yang lebih detail tentang servis, produk, dan biaya servis.
Pada proyek L’Avenue, klien menyampaikan visi dan misi proyek serta keinginan desain lanskap L’Avenue dengan mencakup lingkup pekerjaan:
1. Desain geometri dan komposisi material lanskap area perencanaan.
2. Desain dan penataan eksternal lighting, water feature, dan feature lainnya. 3. Desain dan penataan eksternal pavement, planters, walls, dan feature
perkerasan lainnya.
4. Desain dan komposisi elemen hardscape penunjang seperti timber deck, pergola, shade, signage, seating, steps dan ramp, railing, dan elemen hardscape lainnya.
5. Pemilihan dan penataan jenis tanaman.
6. Desain sistem irigasi dan drainase lanskap kawasan.
Klien juga menyampaikan tahap pekerjaan dalam area perencanaan L’Avenue (Lampiran 1, SPK Pasal I). Area tersebut meliputi:
1. Main Entrance dan Drop Lobby Area Courtyard 2. Office Tower dan Apartment Main Courtyard 3. Apartment’s Pool Courtyard
4. Apartment’s Play dan Games Court 5. Office dan Retail Garden
6. Roof Garden
7. Area Batas Kawasan/ Green
Tahap pekerjaan perencanaan lanskap meliputi kegiatan studio dan koordinasi dengan pihak yang bersangkutan.
22 5.2.2 Inventory and Data Collection
Tahap ini berkaitan dengan inventarisasi dan pengambilan data. Inventarisasi dilakukan Oemardi_zain melalui wawancara, studi pustaka dan survei lapang. Pada proyek L’Avenue, data awal tentang tapak yang didapatkan dari klien meliputi baseplan dan acuan desain. Gambar baseplan awal yang berasal dari klien berisi batas desain pada tapak lengkap dengan tata letak desain bangunan yang akan dibangun melalui rancangan konsultan arsitek yaitu Urbane
Architecture Consultant. Kemudian, gambar baseplan yang telah dirancang
arsitek diberikan kepada konsultan arsitek lanskap, Oemardi_zain.
Gambar tersebut berguna bagi Oemardi_zain sebagai bahan pengamatan kondisi tapak dan bahan pengecekan secara langsung dengan lokasi tapak sebenarnya. Pada tahap ini, juga dilakukan pengambilan foto kondisi lokasi pada saat sebelum proyek (Gambar 7).
Gambar 7. Foto Lokasi Proyek L’Avenue (Diambil tanggal 30 November 2011)
Lokasi proyek terletak di Jalan Raya Pasar, dimana jalan ini merupakan salah satu akses utama menuju Kota Jakarta melalui Pancoran. Oleh sebab itu daerah ini dapat menimbulkan ketidaknyamanan bagi pengguna L’Avenue karena kebisingan dan polusi yang tinggi. Untuk menciptakan kondisi yang nyaman, maka desain taman didominasi oleh pepohonan yang disesuaikan dengan konsep. Penempatan tanaman untuk kenyamanan, tanaman untuk area terbuka hijau, tanaman sebagai penghalang juga dipertimbangkan sesuai lokasi tapak. Lahan yang digunakan untuk kawasan L’Avenue awalnya adalah area kosong dan area terbuka yang sebagian besar adalah lahan kosong.
23 5.2.3 Analysis, Synthesis, and Concept
Acuan desain yang diberikan oleh klien digunakan Oemardi_zain sebagai bahan analisis pembuatan konsep desain. Pembuatan konsep sebagai bentuk hasil riset, analisis, dan sintesis L’Avenue dilakukan oleh konseptor sekaligus direktur utama perusahaan. Perancangan L’Avenue ini secara keseluruhan mengusung satu visi yakni “Sustainable Building Complex Comfortable Working Environment” yang mempunyai arti Komplek Bangunan Berkelanjutan yang Ramah Dalam Lingkungan Kerja.
Konsep ini dipilih dengan meneruskan keinginan klien yang ingin menciptakan suasana yang dapat memfasilitasi keinginan pengguna dalam melakukan aktivitas dalam satu area. Konsep umum perancangan L’Avenue yang sudah ditentukan kemudian diterjemahkan oleh direktur Oemardi_zain yang bertindak sebagai konseptor utama dan dibantu oleh project manager beserta tim kerja.
Aspek yang ditawarkan oleh L’Avenue bervariasi dengan adanya tema
mixed use didalam perancangan. Area tersebut dibagi menjadi beberapa bagian
dengan bantuan zoning namun tetap memprioritaskan fungsi area tersebut. Bagian pertama adalah sebagai area office yang diarahkan pada bagian depan tapak. Bagian kedua dalam proyek adalah area apartment yang diarahkan pada bagian tengah tapak. Bagian terakhir adalah area retail yang mengelilingi seluruh tapak untuk mendukung aktivitas pengguna dalam tapak. Konsep ini kemudian ditingkatkan dengan penambahan ruang terbuka hijau diharapkan dapat meminimalisir polusi yang diakibatkan oleh kendaraan dalam kota melalui lanskap L’Avenue.
5.2.3.1 Konsep Ruang
Secara garis besar, pembagian ruang pada tapak ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu ruang kavling dan non kavling. Kavling merupakan ruang yang dimanfaatkan untuk bangunan sedangkan non kavling dimanfaatkan untuk sarana penunjang bangunan seperti jalan, saluran, taman, pathway dan fasilitas lainnya.
Berdasarkan Surat Perintah Kerja (SPK) Pasal 1, perencanaan Lanskap L’Avenue dibagi menjadi tujuh area (Lampiran 1). Mengacu pada SPK tersebut,
24
untuk mendukung konsep dasar proyek dihasilkan pembagian zona untuk desain lanskap L’Avenue (Gambar 8). Tujuan dari pembagian zona ini adalah untuk menentukan prioritas ruang dalam hal kebutuhan dan fungsional. Setiap zona mempunyai perlakuan yang berbeda. Hal tersebut dimaksudkan agar tercipta ritme di setiap zona ruang yang ditentukan. Zona ruang tersebut terbagi menjadi 4 bagian dengan penjabaran sebagai berikut,
1. Drop off merupakan area masuk dan terdapat di tiga titik (office,
apartment, retail). Zona ini berfungsi sebagai tempat penurunan
penumpang atau barang sesuai dengan tujuannya. Pada ruang ini aktivitas utamanya adalah kendaraan.
2. Green amenities merupakan area di tengah tapak dan menjadi area aktivitas perkantoran dan apartemen ditunjang dengan retail. Area ini mengikuti konsep awal yang menerapkan Ruang Terbuka Hijau (RTH) untuk penggunaan pleasure (kesenangan) khususnya bagi pengguna. Oleh karena itu, area ini memungkinkan pengguna untuk beraktivitas, berkreasi dan menikmati keindahan taman.
Zona ini mempunyai karakter dominan outdoor organik dengan sentuhan nuansa kayu (timber deck) di area retail juga penambahan fasilitas penunjang untuk aktivitas dalam tapak seperti water feature dan tempat duduk.
3. Green perimeter merupakan area yang terdapat di sepanjang utara, barat dan selatan tapak. Area ini mengelilingi tapak, berfungsi sebagai pembatas area dan penutup tapak sebagai perbatasan antara tapak dan luar tapak. Area ini juga berfungsi sebagai blocking badview di beberapa titik. Area ini didominasi dengan penanaman beberapa jenis pohon untuk memperkuat karakter desain lanskap L’Avenue.
4. Amenities merupakan area penunjang apartemen untuk mendukung aktivitas tapak. Area ini bersifat privat yang hanya dapat dinikmati oleh pengguna apartemen saja. Pada area ini membentuk suatu kegiatan tertentu, seperti dalam tapak, antara lain adanya kolam renang, dan tenis. Area ini dihiasi dengan kolam resapan, leveling lanskap dan dipadu dengan pathway yang mengikuti alur desain.
25 5.2.3.2 Konsep Sirkulasi
Proyek L’Avenue terbagi menjadi tiga kelas dalam pengklarifikasian sirkulasi. Kelas ini dibagi berdasarkan lokasi, fungsi, dan tingkat keramaian. Hal ini bertujuan untuk membedakan secara jelas tiap sirkulasi berdasarkan kegunaan dan kegiatannya. Sirkulasi pertama adalah sirkulasi primer terletak di area depan tapak. Sirkulasi ini berupa jalan raya dan berbentuk aspal. Sirkulasi ini cukup besar, satu jalur memiliki lebar tujuh meter dan merupakan jalur penghubung antara Jakarta – Depok, jadi banyak dilalui oleh kendaran roda dua maupun empat atau lebih. Sirkulasi ini juga merupakan sirkulasi utama untuk masuk kedalam tapak L’Avenue.
Sirkulasi kedua adalah sirkulasi sekunder yaitu sirkulasi yang terletak di dalam tapak dan dapat dilalui oleh kendaraan roda empat. Sirkulasi ini juga berupa aspal dan memiliki dua pintu utama, satu pintu menjadi pintu masuk ke dalam tapak dan pintu lainnya menjadi pintu keluar bagi pengguna tapak. Sirkulasi ini diakses oleh kendaraan bermotor dan pejalan serta mempunyai fungsi sebagai jalur kendaraan untuk area lobby office, lobby apartment, lobby retail dan
parking lot.
Sirkulasi terakhir adalah sirkulasi tersier berupa jalur pedestrian yang terletak di bagian belakang tapak dan memiliki lebar yang tidak beraturan tetapi kecil sehingga hanya dapat dilewati oleh pejalan kaki. Sirkulasi ini mengelilingi apartemen selatan dan berfungsi sebagai jogging track dan maintenance service. Sirkulasi ini bersifat privat dengan arti lain hanya user tapak yang dapat menggunakannya. Sesuai dengan fungsi dan kegunaannya, sirkulasi ini didesain dengan tema organik sehingga tidak terkesan kaku. Konsep sirkulasi pada proyek L’Avenue ini dapat dilihat pada Gambar 9.
5.2.3.3 Konsep Vegetasi
Konsep tata hijau yang direncanakan adalah penataan vegetasi sebagai sumberdaya lanskap yang disesuaikan dengan fungsi ruang pada tapak. Proyek L’Avenue mempunyai area lahan hijau yang mengelilingi tapak. Area ini terbagi dalam beberapa bagian, salah satunya adalah area hijau dan vegetasi. Pada konsep vegetasi ini terbagi dalam empat kelas dalam pengklarifikasian jenis tanaman
26
berdasarkan fungsi, yaitu: tanaman peneduh utama, tanaman peneduh, aksen arsitektural, aksen berbunga (Gambar 10).
Tanaman peneduh utama merupakan tanaman yang difungsikan sebagai penyeimbang bangunan terhadap lahan. Bangunan yang tinggi membutuhkan pohon yang dapat menghasilkan oksigen dan menyerap karbondiosida. Oleh dasar itu, dibutuhkan tanaman besar dan berfungsi sebagai peneduh dalam proyek perancangan L’Avenue. Selain itu, tanaman ini juga difungsikan untuk menutup lahan, penetralisir panas matahari dan suhu daerah tapak. Tanaman ini terletak di area terbuka lahan, dan ditanam secara mengacak pada sudut-sudut tapak. Hanya terdapat dua pohon peneduh utama yang diterapkan pada L’Avenue ini, yaitu
Ficus religiosa (pohon bodhi), Delonix regia (flamboyan), dan Samanea saman
(trembesi).
Tanaman peneduh merupakan tanaman yang difungsikan sebagai penunjang aktivitas pengguna tapak ketika siang atau saat adanya cahaya matahari langsung. Tanaman ini tersebar merata di seluruh tapak dengan diterapkan dalam berbagai jenis tanaman. Pada wilayah utara tapak, tanaman peneduh ini didominasi oleh Manilkara kauki (sawo kecik), wilayah timur oleh Elaeocarpus
angustifolius (anyang-anyang), dan wilayah selatan oleh Canarium commune
(kenari).
Aksen arsitektural merupakan tanaman dalam golongan unik dan indah yang difungsikan untuk menambah estetika area tapak melalui warna, pola pohon, bentuknya. Tanaman ini akan di padukan di beberapa area tertentu sesuai dengan kebutuhan tapak. Pada kelas ini, tanaman didominasi oleh Pinus merkusii (pinus). Aksen berbunga adalah tanaman pendukung dan tanaman pelengkap untuk tapak, tanaman ini disebar di beberapa titik utama tapak sebagai variasi dari bagian desain lanskap tapak tersebut. Tanaman ini dapat dinikmati melalui keindahan bunga yang diproduksi oleh pohon tersebut. Pada kelas ini, tanaman didominasi oleh Tabebuia chrysantha (tabebuia bunga kuning). Adapun data mengenai kriteria pohon berdasarkan fungsi dapat dilihat pada Tabel 4.
27
Gambar 8. Konsep Ruang (Digambar oleh: Situmorang)
28
Gambar 9. Konsep Sirkulasi (Digambar oleh: Situmorang)
29
Tabel 4. Kriteria Pohon Berdasarkan Fungsi
No Kode Peneduh Peneduh Aksen Aksen
Nama Latin Nama Lokal Utama Arsitektural Berbunga
1 Acacia mangium Akasia √
2 Alstonia scholaris Pulai √
3 Bouhinia blakeana Bunga Kupu-kupu √
4 Bucida molinetii Ketapang Mini √ √
5 Canarium commune Kenari √
6 Cinnamomum iners Kayu Manis √
7 Delonix regia Flamboyan √ √
8 Elaeocarpus angustifolius Anyang-anyang √
9 Erythrina crista-galli Dadap Merah √ √
10 Ficus religiosa Pohon Bodhi √
11 Lagerstromia floribunda Bungur √
12 Livistonia rotundifolia Palem Sadeng √
13 Manilkara kauki Sawo Kecik √
14 Plumeria rubra Kamboja Putih Kuning √ √
15 Pinus merkusii Pinus √
16 Schizolobium parahybum Tower Tree √
17 Samanea saman Trembesi √
18 Tabebuia chrysantha Tabebuia Bunga Kuning √
19 Terminalia cattapa Ketapang √ √
20 Washingtonia robusta Palem Washington √
Sumber: Oemardi_zain, 2012
30
Gambar 10. Konsep Vegetasi (Digambar oleh: Situmorang)
31 5.2.4 Preliminary Concept
Oemardi_zain mempunyai tipe mendesain suatu proyek dengan cara penggunaan image reference dan akan dikembangkan dengan mengikuti bentukan, desain, pola, dan material yang terdapat dalam gambar. Image reference ini juga diambil dari library perusahaan Oemardi_zain ini sendiri. Tahap ini yang dinamakan tahap preliminary konsep. Preliminary konsep adalah tahap penjelasan konsep yang akan dikembangkan dalam perancangan sebuah proyek, termasuk L’Avenue. Pada tahap ini konsultan memberikan ide dan gambaran sebuah desain dengan mencantumkan image reference pada area yang akan dikembangkan (Lampiran 2).
5.2.4.1 Drop off
Proyek ini memiliki tiga area drop off, yaitu public retail, public office, dan apartemen. Public retail terletak di depan tapak dan diarahkan langsung ke area retail melalui jalur selatan sehingga ketika user ingin ke retail tidak perlu melalui office atau apartemen Public office terletak di depan pintu utama office. Area ini terletak di bagian utara tapak dan berbentuk melingkar untuk memudahkan masuk atau keluarnya penumpang dari dalam kendaraan menuju
lobby office. Drop off apartemen terletak di area belakang tapak. Lokasi tersebut
terletak di bagian belakang tapak karena merupakan area pribadi (private area) sehingga tidak memungkinkan user office atau user retail untuk melewati area apartemen. Area drop off dapat dilihat pada Gambar 11.
5.2.4.2 Garden Strip
Garden Strip adalah sebuah elemen estetika dalam suatu lanskap. Didesain
dengan bentuk dan keinginan yang disesuaikan dengan konsep dan kebutuhan tapak suatu proyek. Desain garden strip juga dapat memperkaya kebutuhan area terbuka sebagai penambahan keindahan suatu area tertentu sehingga area tersebut dapat dinikmati ketika sedang dilewati user. Dengan garden strip ini, permainan pola dan material yang dipakai dalam penerapan desainnya sangat mempengaruhi keefektifan dan nilai estetika dalam area tersebut.
32
Pada proyek ini diketahui bahwa garis-garis yang membuat pola dalam
garden strip adalah sebagai aksen estetik untuk area tersebut. Dengan adanya
penambahan pohon palem dalam rangkaian desain garden strip tersebut menjadikan area ini sebagai grand view atau terkesan mewah karena ciri-ciri pohon palem yang mempunyai fisik tinggi, dengan batang yang rapi, bersih dan tertata dengan baik. Peletakan titik garden strip dapat dilihat pada Gambar 11.
5.2.4.3 Paving Pattern
Paving Pattern dalam proyek ini mengikuti konsep awal yang
berkecenderungan bersih, rapi, bertata dan modern. Dengan pemahaman tersebut muncul ide pola striping sebagai desain paving pattern pada green amenities area. Adapun material yang dipakai dalam proyek di area ini adalah batu alam. Batu alam dipakai karena selain bentuknya yang minimalis, bersih, pemeliharaannya mudah dan mempunyai kesan mewah. Batu alam juga mempunyai warna yang tidak beragam dan tidak banyak bentukan sehingga terlihat simpel namun tetap modern. Konsep area drop off, garden strip, dan paving pattern disajikan pada Gambar 11.
5.2.4.4 Water Feature
Water Feature dalam proyek ini terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
terletak di area drop off office dan menjadi main decoration area office, bagian kedua terletak di area green amenities sebagai aksen penyelarasan tempat dengan adanya aksen air. Dengan desain lanskap yang telah dibuat, didapatkan gagasan bahwa agar dapat menyejukkan area dari bagian satu ke bagian lainnya, dibuatlah konsep water feature yang mengindikasikan bahwa seakan-akan mengalir dari satu tempat ke tempat lainnya. Konsep ini dimulai dari water feature office kemudian mengalir ke area green amenities dan berakhir pada kolam resapan yang terletak di belakang tapak.
Konsep Water Feature dalam proyek ini dibuat dengan model dan pola bentuk seperti pada image reference yang telah ditentukan. Desainnya dengan permainan air mancur dan mengalir melalui badan water feature. Konsep water
33
Gambar 11. Drop Off, Garden Strip, dan Paving Area (Digambar oleh: Situmorang)
34
Gambar 12. Konsep Water Feature L’Avenue (Digambar oleh: Situmorang)
35 5.2.4.5 Planter
Planter dalam proyek ini dibangun dibeberapa titik, tergantung keinginan
dan kebutuhan area tapak tersebut. Planter mempunyai fungsi utama sebagai tempat untuk media tanam. Selain itu, planter juga mempunyai fungsi sebagai aksen area dan tempat duduk. Planter banyak ditemukan pada level podium, karena di level ini terdapat slept beton untuk kebutuhan area basement. Artinya level ini tidak mempunyai media tanam yang cukup untuk menanam tanaman sehingga dibuat planter dibeberapa titik untuk kebutuhan penghijauan area.
Planter pada proyek ini mempunyai beberapa desain. Planter yang
didesain hanya sebagai tempat media tanam dan planter yang didesain untuk media tanam beserta tempat duduk. Desain planter sebagai media tanam dan tempat duduk ini mengikuti pola image reference yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Begitu pula dengan besar dan ukurannya berbeda-beda. Contohnya pada zona green amenities terdapat tiga planter yang difungsikan untuk tempat media tanam juga sebagai tempat duduk dengan desain yang berbeda-beda. Titik peletakan planter ini dapat dilihat pada Gambar 13.
5.2.4.6 Mounding
Mounding mempunyai fungsi yang hampir sama dengan planter, yaitu
untuk menaikkan tanah sebagai media tanam, tetapi strategi ini lebih terkesan alami dibandingkan dengan planter. Mounding juga berfungsi sebagai suatu variasi dalam kontur, menciptakan aksen, dan sebagai alat untuk menciptakan ruang (enclosement) sehingga area yang ditimbulkan menjadi dinamis menambahkan estetika.
Desain mounding ini mengikuti pola image reference yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Mengikuti pola desain tersebut, proyek ini memaksimalkan fungsi mounding untuk penambahan variasi kontur, estetika ruangan dan menutup area-area tertentu dalam sebuah aktivitas agar area tersebut menjadi lebih privat. Contohnya pada zona green amenities, mounding difungsikan sebagai
enclosement area retail sehingga aktivitas retail tidak terganggu oleh kegiatan
36 5.2.4.7 Swimming Pool
Swimming pool dalam proyek ini terbagi dalam tiga area. Dua swimming pool terletak di dua tower apartemen yang berbeda, tower utara difungsikan untuk
condotel dan disewakan, lebih bersifat publik. Dan di tower selatan difungsikan hanya untuk residential, bersifat privat sehingga hanya penghuni apartemen yang dapat memakai kolam renang tersebut. Area terakhir terletak di level ground,
swimming pool ini difungsikan untuk umum dan dapat digunakan dengan
memakai sistem member.
Swimming pool ini mempunyai desain yang organik, tidak kaku karena
terletak di bawah bangunan dan sebagai penyeimbang desain bangunan di area ini. Desain ini mengikuti pola image reference yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Mengikuti pola tersebut, swimming pool ini juga didesain dengan adanya penambahan area tanam untuk penanaman pohon (Plumeria rubra – kamboja putih kuning) di tengah kolam untuk menambah aksen estetik pada area tersebut.
Swimming pool di level ground ini dapat dilihat pada Gambar 13. 5.2.4.8 Alfresco
Alfresco adalah area outdoor yang dimanfaatkan untuk aktivitas santai.
Area ini biasanya terletak di teras sebuah bangunan dan dibuat untuk bersantai atau sekedar duduk-duduk untuk pengguna. Pada proyek L’Avenue, alfresco didesain untuk penunjang aktivitas retail. Desain alfresco pada proyek ini mengikuti pola image reference yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Desain peletakan alfresco dapat dilihat pada Gambar 13.
5.2.4.9 Pedestrian Path
Pedestrian path pada proyek ini terletak di belakang tapak, dan berfungsi
sebagai sarana penghubung antara satu fasilitas ke fasilitas lainnya dalam tapak.
Pedestrian path ini berfungsi sebagai jogging track bagi pengguna dan akses maintenance pekerja untuk pemeliharaan tapak L’Avenue. Desain ini mengikuti
pola image reference yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Mengikuti pola tersebut, desain bersifat organik sehingga terkesan alami ketika melewati jalur ini. Area pedestrian path disajikan pada Gambar 13.
37
Gambar 13. Mounding, Pedestrian Path, Swimming Pool, Planter, dan Alfresco Area (Digambar oleh: Situmorang)
38 5.2.5 Design Development
Tahap design development (DD) atau pengembangan desain dilakukan setelah adanya konfirmasi bahwa proposal dalam tahap konsep desain disetujui, dan sudah diterima oleh pihak klien. Tahapan ini dapat ditambahkan dengan masukan-masukan dari klien yang bersangkutan untuk memperkuat desain, dan akan menjadi pertimbangan desain untuk direvisi. Produk gambar dalam tahapan ini sudah menggunakan format gambar secara resmi, dengan menggunakan syarat dan ketentuan yang berlaku dalam perusahaan. Format kertas gambar yang digunakan A3 dengan nomor judul gambar yang berbeda di masing-masing gambar, sesuai dengan kebutuhan dalam melaksanakan proyek.
Masterplan konsep yang telah dibuat dalam tahap sebelumnya mulai diperbaiki dengan ukuran yang lebih detail dan diperinci. Dengan proses revisi yang dilakukan beberapa kali, dihasilkan penyesuaian terhadap material softscape maupun hardscape yang digunakan. Adapun material softscape berupa jenis-jenis vegetasi yang digunakan, ukuran, dan jumlah. Sedangkan material hardscape yang disajikan seperti jenis dan ukuran material, bentuk, dan letak fasilitas. Proses penggambaran pada tahap ini adalah tahap yang selalu berkomunikasi dengan pihak klien, maupun dengan konsultan lain mengenai grading, lighting, drainase, dan sebagainya. Melalui proses perbaikan dan adanya revisi serta masukan dari klien dapat menciptakan final product sesuai dengan keinginan. Berikut ini adalah bagan tahap design development sampai pada site plan.
Gambar 14. Tahap Design Development (Sumber: Oemardi_zain, 2012)
Konsep DD SP
Material Disetujui klien
Gambar kerja adalah hasil dari AutoCAD dengan format A3
Bentuk Spesifikasi
Grid Level
39
Tahapan ini sudah merupakan tahap teknis dalam proses desain. Sebagian besar hasilnya merupakan gambar CAD. Gambar yang dihasilkan pada proyek L’Avenue ini terdiri dari gambar secara keseluruhan dan beberapa gambar parsial yang telah di perbesar. Gambar yang disajikan secara parsial terdiri dari area-area yang telah dibagi berdasarkan level.
5.2.5.1 Site Plan
Tahap site plan (SP) adalah tahap rencana penggambaran denah seluruh area lanskap dalam perancangan yang akan dikerjakan. Sebuah dokumen yang menjelaskan bagaimana sebidang tanah yang akan diperbaiki. Ini mencakup dengan penguraian semua struktur dan perbaikan situs, seperti jalan masuk, tempat parkir, elemen taman, lanskap dan utilitas koneksi.
Denah lanskap menggunakan format CAD yang berisi gambar tapak dengan desain keseluruhan area dan di perjelas dengan grid, leveling, serta penomoran angka untuk bagian yang sudah ditetapkan sehingga dapat memperjelas gambar kerja yang akan dikerjakan di tahap selanjutnya seperti potongan dan detail. Setelah format CAD dikerjakan, jika diperlukan (untuk kebutuhan presentasi dengan klien), dapat diperhalus dan dipertajam dengan penggunaan software Adobe Photoshop untuk menghasilkan gambar yang lebih baik. Gambar yang dihasilkan oleh software tersebut adalah gambar yang akan dipresentasikan untuk klien agar klien dapat memahami baik maksud dan tujuan desain.
Dalam perancangan lanskap L’Avenue, setelah konsep site plan awal di presentasikan, terjadi perubahan desain dengan adanya keinginan dan masukan dari klien. Beberapa perubahan tersebut direvisi dan dilakukan desain ulang terhadap area yang ditujukan. Dalam proyek ini terjadi dua kali revisi terhadap
site plan. Revisi pertama terletak pada perubahan hardscape, dan revisi kedua
terletak pada perubahan softscape.
Revisi pertama adalah perubahan hardscape dan softscape dengan beberapa perubahan titik pohon. Pada area green amenities, ada penambahan unsur water feature, perubahan pola desain paving, dan penambahan lebih banyak area paving. Pada area ini juga terdapat penambahan alfresco untuk melengkapi
40
kebutuhan retail yang berada di sekitar office dan apartment. Perubahan juga terdapat pada desain mounding dengan penambahan di beberapa titik tapak. Perubahan juga terjadi dengan adanya pengurangan beberapa titik penanaman pohon. Pada area amenities, perubahan desain terjadi pada swimming pool yang letak dan desainnya berubah. Penambahan ruang aktivitas dengan adanya lapangan tenis dan pengurangan titik penanaman pohon di area swimming pool. Kolam resapan yang terletak di belakang tapak juga mengalami pembesaran desain. Penambahan desain alfresco juga terdapat di belakang apartemen. Perubahan desain dapat dilihat pada Gambar 15.
Pelaksanaan revisi satu terhadap desain hardscape selesai, setelah itu dipresentasikan kepada klien. Klien menyetujui desain tersebut dan kemudian merevisi dengan memberikan beberapa masukan pada titik penanaman pohon. Adanya perubahan mengenai softscape dan kemudian masuk ke dalam revisi dua. Revisi ini berubah dengan adanya penambahan pohon peneduh utama di depan tapak dan beberapa perubahan titik tanam pada pohon peneduh yang mengelilingi tapak. Perubahan desain dapat dilihat pada Gambar 16.
Pelaksanaan revisi dua terhadap softscape site plan selesai, kemudian dipresentasikan kepada klien. Klien menyetujui dan menerima site plan sehingga menghasilkan final site plan. Adapun final site plan disajikan pada Gambar 17. Setelah menghasilkan produk final site plan, diketahui bahwa dalam proses desain mencakup penetapan site plan dapat terjadi beberapa kali revisi. Hal ini disebabkan oleh sudut pandang yang berbeda antara klien dengan konsultan. Sudut pandang tersebut dapat berupa perbedaan keinginan klien dengan desain yang diajukan oleh konsultan terkait, dalam hal ini adalah Oemardi_zain.
Untuk menghasilkan data yang lebih baik, produk gambar site plan disajikan dengan penambahan potongan gambar di beberapa titik. Potongan gambar tersebut dapat dilihat pada Gambar 18 - 21. Potongan pada site plan terdapat 4 gambar. Potongan A dan B memotong area drop off office, untuk potongan gambar C memotong retail pada area green amenities, dan potongan gambar D memotong area drop off apartemen. Keseluruhan gambar potongan memberikan informasi mengenai elevasi dan level tapak yang diperlukan sebagai referensi untuk konstruksi.
41
Gambar 15. Site Plan Revisi 1 L’Avenue (Sumber: Oemardi_zain, 2012)
42
Gambar 16. Site Plan Revisi 2 L’Avenue (Sumber: Oemardi_zain, 2012)
43
Gambar 17. Final Site Plan L’Avenue (Sumber: Oemardi_zain, 2012)
44
Gambar 18. Potongan A – A’ (Digambar oleh: Situmorang)
45
Gambar 19. Potongan B – B’ (Digambar oleh: Situmorang)
46
Gambar 20. Potongan C – C’ (Digambar oleh: Situmorang)
47
Gambar 21. Potongan D – D’ (Digambar oleh: Situmorang)
48 5.2.6 Working Drawing
Tahap ini merupakan tahap terakhir dalam proses desain proyek L’Avenue. Tahap ini menghasilkan gambar konstruksi (Construction Drawing) dan Dokumen Tender. Adapun hasil yang didapat dalam tahap ini adalah berupa gambar kerja yang detil dan data lengkap dalam bagian penunjang lainnya pada pelaksanaan pekerjaan di lapangan, baik yang berhubungan dengan softscape maupun hardscape yang telah disetujui dan siap untuk dilaksanakan. Produk dalam tahap ini adalah gambar teknis yang akan ditenderkan untuk kontraktor.
Tahap ini memperkenalkan produk yang dihasilkan lebih rinci dan lebih detil untuk aspek yang akan diperlukan dalam detail konstruksi seperti spesifikasi detail, ukuran detail, dan potongan detail. Format gambar yang digunakan dalam tahap ini adalah sama dengan yang digunakan pada tahap pengembangan desain. Dalam proyek L’Avenue ini gambar yang dihasilkan berupa gambar detail konstruksi yang terdiri dari beberapa bagian sesuai dengan desain per level. Daftar gambar yang terdapat dalam tahap pengembangan desain dan gambar kerja dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Daftar Gambar Tahap Pengembangan Desain dan Gambar Kerja
NO NO GAMBAR JUDUL GAMBAR SKALA
UMUM
1. LA-000 DAFTAR GAMBAR NTS
GROUND FLOOR
DENAH
2. LA-GF-100 DENAH REFERENSI 1: 600
3. LA-GF-101 DENAH LANSKAP 1: 200
4. LA-GF-102 DENAH LEVEL, DIMENSI & MATERIAL 1; 200/NTS 5. LA-GF-103 DENAH DRAINASE & IRIGASI 1: 200
6. LA-GF-104 DENAH PENANAMAN 1: 200/NTS
POTONGAN
7 LA-GF-201 POTONGAN 1: 100
DETAIL
8 LA-GF-301 ROUNDABOUT 1: 20/50/100
9 LA-GF-302 FEATURE WALL 1: 25/40/50
10 LA-GF-303 LAPANGAN TENIS 1: 20/50/125
49
NO NO GAMBAR JUDUL GAMBAR SKALA
12 LA-GF-305 PERGOLA 1: 10/20/30
13 LA-GF-306 POLA LANTAI POOL DECK & TANGGA 1: 200
14 LA-GF-307 POLA JALAN & DROP OFF 1: 30/50/250/300 15 LA-GF-308 TIPIKAL PLANTER 1: 10/20/60/100/120
16 LA-GF-309 CURB 1: 10/20
17 LA-GF-310 RAMP 1: 40/50
18 LA-GF-311 RAILING KACA 1: 20/50
19 LA-GF-312 TIPIKAL PATHWAY 1: 20/40/125/200
20 LA-GF-313 DINDING POOL DECK 1: 15
21 LA-GF-314 BANGKU TAMAN 1: 10/100
22 LA-GF-315 SHOWER AREA 1: 10/100
23 LA-GF-316 PLAZA 1: 20/100
24 LA-GF-317 REFLECTING POOL & STAGE 1: 20/150
PODIUM FLOOR
DENAH
25 LA-PF-100 DENAH REFERENSI 1: 600
26 LA-PF-101 DENAH LANSKAP 1: 200
27 LA-PF-102 DENAH LEVEL, DIMENSI & MATERIAL 1: 200 28 LA-PF-103 DENAH DRAINASE & IRIGASI 1: 200
29 LA-PF-104 DENAH PENANAMAN 1: 200/NTS
POTONGAN
30 LA-PF-201 POTONGAN 1: 50/75
DETAIL
31 LA-PF-301 WATER FEATURE OFFICE 1: 20/50
32 LA-PF-302 PLANTER TIPE 1 1: 20/100
33 LA-PF-303 PLANTER TIPE 2 & 3 1: 10/100
34 LA-PF-304 PLANTER TIPE 4 1: 20
35 LA-PF-305 PLANTER TIPE 5 1: 20/40/100
36 LA-PF-306 FEATURE WALL 1: 40/150
37 LA-PF-307 WATER FEATURE PLAZA 1: 20/100
38 LA-PF-308 SHELTER 1: 10/40
39 LA-PF-309 LOW WALL & STRIPE BANDING 1: 30/40/100
40 LA-PF-310 MOUNDING 1: 20/40/60
41 LA-PF-311 PATHWAY 1: 20
42 LA-PF-312 JEMBATAN 1: 15/30/40
43 LA-PF-313 TIMBER DECK 1: 30/60/300
44 LA-PF-314 PLANTER TIPE 6 1: 20/100
45 LA-PF-315 PLANTER TIPE 7 1: 30
46 LA-PF-316 PLANTER TIPE 8 1: 20/50
47 LA-PF-317 POLA DROP OFF 1: 20/50/200
50
NO NO GAMBAR JUDUL GAMBAR SKALA
48 LA-PF-318 PEDESTRIAN 1: 20/100
49 LA-PF-319 OUTDOOR TERRACE-PLANTER TIPE 1 1: 25/80 50 LA-PF-320 OUTDOOR TERRACE-PLANTER TIPE 2 1: 25/80 51 LA-PF-321 OUTDOOR TERRACE-TIMBER DECK 1: 25/100 52 LA-PF-322 OUTDOOR TERRACE-DINDING PAGAR 1: 25/30/80 53 LA-PF-323 DINDING PERIMETER PODIUM 1: 20/40/100 54 LA-PF-324 TURF PAVE & BETON JEPIT 1: 10
55 LA-PF-325 RAMP 1: 20/50
56 LA-PF-326 POLA LANTAI 1, 2 & 3 1: 20/40/50/100
LANTAI 7
DENAH
57 LA-L7-101 DENAH LANSKAP 1: 100
58 LA-L7-102 DENAH LEVEL, DIMENSI, & MATERIAL 1: 100 59 LA-L7-103 DENAH DRAINASE & IRIGASI 1: 100
60 LA-L7-104 DENAH PENANAMAN 1: 100/NTS
POTONGAN 61 LA-L7-201 POTONGAN 1: 50 DETAIL 62 LA-L7-301 CPG EQUIPMENT 1: 20/30
63 LA-L7-302 PERKERASAN & POLA LANTAI 1: 20/60
64 LA-L7-303 PLAYGROUND 1: 20/25/60
65 LA-L7-304 TIPIKAL PLANTER 1: 20/50
66 LA-L7-305 REFLECTIVE POOL 1: 15
67 LA-L7-306 BANGKU TAMAN 1: 10
68 LA-L7-307 TIPIKAL POT TANAMAN 1: 20/30
69 LA-L7-308 GRAVEL GARDEN 1: 25/50
LANTAI 17-18
DENAH
70 LA-L17-101 DENAH LANSKAP 1: 100
71 LA-L17-102 DENAH LEVEL, DIMENSI & MATERIAL 1: 100 72 LA-L17-103 DENAH DRAINASE & IRIGASI 1: 100
73 LA-L17-104 DENAH PENANAMAN 1: 100/NTS
POTONGAN
74 LA-L17-201 POTONGAN 1: 50
DETAIL
75 LA-L17-301 REFLECTIVE POOL LT 17 1: 20/25/80
76 LA-L17-302 TIPIKAL PLANTER 1: 20/25/60
51
NO NO GAMBAR JUDUL GAMBAR SKALA
77 LA-L17-303 SEATING 1: 25/NTS
78 LA-L17-304 POT TANAMAN 1: 10/15
79 LA-L17-305 SYNTHETIC TURP 1: 10/100
80 LA-L17-306 REFLECTIVE POOL LT 18 1: 40/60
81 LA-L17-307 TIMBER DECK 1: 30/50
LANTAI 23
DENAH
82 LA-L23-101 DENAH LANSKAP 1: 100
83 LA-L23-102 DENAH LEVEL, DIMENSI & MATERIAL 1: 100 84 LA-L23-103 DENAH DRAINASE & IRIGASI 1: 100
85 LA-L23-104 DENAH PENANAMAN 1: 100/NTS
POTONGAN
86 LA-L23-201 POTONGAN 1: 50
DETAIL
87 LA-L23-301 TIMBER DECK 1: 25/80
88 LA-L23-302 TIPIKAL PLANTER 1: 20/25
89 LA-L23-303 KOLAM RENANG 1: 10/50/60
90 LA-L23-304 SEATING & LOUNGE 1: 30
91 LA-L23-305 POT TANAMAN 1: 15
92 LA-L23-306 SHADE SAIL 1: 20/80
LANTAI ATAP
DENAH
93
LA-ATAP-101
DENAH LANSKAP, LEVEL &
PENANAMAN 1: 100/NTS
94 LA-ATAP-102 DENAH DRAINASE & IRIGASI 1: 100
DETAIL
95 LA-ATAP-301 PLANTER 1: 20
Sumber: Oemardi_zain, 2012
5.2.6.1 Hardscape
Pemilihan material untuk pengerjaan hardscape lanskap L’Avenue, yaitu mengutamakan penggunaan material yang mempunyai kesan minimalis, modern, dan urban. Material dengan konsep tersebut yang biasanya dipakai oleh Oemardi_zain dalam perancangan sebuah proyek. Pada desain lanskap L’Avenue,
hardscape dibagi menjadi dua yaitu pavement dan facilities. Pavement yaitu
52
material yang digunakan untuk penutup lahan L’Avenue dan facilities yaitu material yang digunakan untuk penunjang lanskap L’Avenue.
o Pavement 1. Ground Floor
Pada level ground floor, material yang dipakai untuk jalan menggunakan kombinasi paving block 200x100x80 mm warna putih dan abu-abu, dengan
paving block 200x100x80 mm warna hitam. Pada area drop off apartment
material yang digunakan adalah batu andesit RTA 300x300x50 mm ex.
mowilex/ propan (sicosol). Pada pedestrian track, material yang digunakan
adalah koral sikat pancawarna diameter 3 – 5 mm, dan kombinasi batu
sandstone acak putih dengan water repellent coating nat koral sikat
pancawarna diameter 3 – 5 mm (Gambar 22 dan Lampiran 3). 2. Podium Floor
Pada level podium floor, material yang dipakai untuk jalan masuk tapak adalah aspal. Area drop off retail menggunakan material kombinasi antara batu andesit 300x300x50 mm berwarna abu-abu dengan water repellent
coating ex. mowilex/ propan (sicosol) dan batu andesit rata alam
200x200x50 mm berwarna abu-abu dengan water repellant coating ex.
mowilex/ propan (sicosol). Pada area drop off office menggunakan granit coble stone 100x100x50 mm berwarna abu-abu dengan water repellent coating ex. mowilex/ propan. kombinasi paving block 200x100x80 mm
warna putih dan abu-abu, dengan paving block 200x100x80 mm warna hitam. Pada area drop off apartment material yang digunakan adalah batu andesit RTA 300x300x50 mm ex. mowilex/ propan (sicosol). Pada timber
deck menggunakan jenis kayu yang disesuaikan untuk area outdoor, yaitu
kayu bangkirai. Jenis material pada pavement area dalam, dibagi menjadi lima tipe berdasarkan letaknya dan sebagian besar menggunakan material batu andesit. Untuk area retail belakang tapak menggunakan kombinasi
homogenous tile 300x300x20 mm berwarna abu-abu ex. azul niro granite
53
54
Gambar 23. Pola Penyusunan Pavement Material Podium Floor (Digambar oleh: Situmorang)
55
o Facilites
Material utama yang dipakai Oemardi_zain dalam perancangan L’Avenue adalah batu alam andesit. Batu alam andesit adalah batu yang paling sering dipakai oleh perusahaan Oemardi_zain dalam mendesain tapak proyek.
Batu alam andesit adalah jenis batu alam yang mempunyai tingkat kekerasan (density) cukup tinggi dan umumnya berwarna gelap/hitam (Anonim, 2012). Batu alam andesit dapat diaplikasikan pada dinding maupun lantai baik untuk interior maupun exterior. Batu andesit juga mempunyai ciri yang baik dalam peranannya dalam lanskap, antara lain adalah warnanya yang tidak mencolok, baik untuk pencahayaan, tidak cepat pudar dibandingkan dengan marmer karena batu andesit dapat menyerap sinar ultraviolet, bernilai estetika tinggi, dan alami. Material lainnya antara lain batu koral, paving block dsb. Material-material tersebut dikombinasikan dengan pola-pola yang disesuaikan bergantung dengan area dan luasannya.
1. Ground Floor
Pada level ini terdapat beberapa facilites dalam tapak, yaitu roundabout,
feature wall, lapangan tenis, kolam renang, pergola, pola lantai pool deck,
tipikal planter, curb, ramp, dinding pool deck, shower area, plaza, stage &
reflecting pool. Material plan pada level ground floor disajikan pada
Lampiran 3.
2. Podium Floor
Podium floor terbagi menjadi beberapa bagian dalam tapak, antara lain: water feature, planter, feature wall, shelter, low wall & stripe banding, monding, jembatan, timber deck, outdoor terrace, dinding perimeter, turf pave & beton jepit, dan ramp. Material plan pada level podium floor
56 5.2.6.2 Softscape
Berdasarkan pemilihan tanaman pada lanskap L’Avenue, terbagi dalam empat kriteria berdasarkan fungsi. Kriteria pertama dan kedua adalah sebagai pohon peneduh, kriteria ketiga sebagai aksen arsitektural, dan terakhir aksen berbunga. Pohon sebagai peneduh adalah pohon besar, dan pada proyek ini pohon besar terbagi dalam beberapa jenis tanaman (Gambar 24 & 25). Pohon sebagai aksen arsitektural merupakan pohon yang berfungsi sebagai estetik area. Suatu tanaman dapat dikatakan mempunyai aksen arsitektural apabila ditinjau dari bentuk fisik tanaman (batang, percabangan, tajuk), warna (daun, buah, batang, bunga), tekstur tanaman, skala tanaman, aroma yang ditimbulkan, dan komposisi tanaman yang berada di sekitarnya (Gambar 26). Pohon sebagai aksen berbunga adalah pohon yang menghasilkan bunga dalam produksinya (Gambar 27). Berikut ini adalah jenis pohon yang digunakan pada lanskap L’Avenue.
Tabel 6. Jenis Pohon yang Digunakan Pada L’Avenue
No Kd Nama Latin Nama Lokal Tinggi
(m)
Diameter Batang
(cm)
1 AM Acacia mangium Akasia 3.00 8
2 AS Alstonia scholaris Pulai 3.00 8
3 BB Bauhinia blakeana Bunga kupu-kupu 3.00 8
4 BM Bucida molineti Ketapang Mini 3.00 8
5 BMT Bucida molineti tricolor
Ketapang Mini Daun
Belang 3.00 8
6 CC Canarium commune Kenari 3.00 6
7 CI Cinnamomum iners Kayu Manis 3.00 8
8 DR Delonix regia Flamboyan 4.00 10
9 EA Elaeocarpus angustifolius Anyang-anyang 3.00 8
10 EC Erythrina crista-galli Dadap Merah 3.00 8
11 FR Ficus religiosa Pohon Bodhi 5.00 15
12 LR Livistonia rotundifolia Palem Sadeng 2.00 6
13 MK Manilkara kauki Sawo Kecik 3.00 8
14 PR1 Plumeria rubra Kamboja Putih Kuning 3.00 8
15 PR2 Plumeria rubra Kamboja Putih Kuning 3.00 8
16 PM Pinus merkusii Pinus 3.00 8
17 SP Schizolobium parahybum Tower Tree 3.00 10
18 SS Samanea saman Trembesi 4.00 10
19 TC Tabebuia chrysantha Tabebuia Bunga Kuning 2.00 6
20 TCT Terminalia cattapa Ketapang 3.00 8
21 WR Washingtonia robusta Palem Washington 2.00 6
57
Gambar 24. Titik Penanaman Pohon Peneduh Utama (Digambar oleh: Situmorang)
58
Gambar 25. Titik Penanaman Pohon Peneduh (Digambar oleh: Situmorang)
59
Gambar 26. Titik Penanaman Pohon Aksen Arsitektural (Digambar oleh: Situmorang)
60
Gambar 27. Titik Penanaman Pohon Aksen Berbunga (Digambar oleh: Situmorang)
61
Acacia mangium Alstonia scholaris Bauhinia blakeana Bucida molineti Canarium commune Cinnamomum iners Delonix regia
Erythrina crista-galli Elaeocarpus angustifolius Ficus religiosa Livistonia rotundifolia Manilkara kauki Pinus merkusii Plumeria rubra
Samanea saman Schizolobium parahybum Tabebuia chrysantha Terminalia cattapa Terminalia mantaly tricolor Washingtonia robusta
Gambar 28. Daftar Gambar Pohon (Sumber: Oemardi_zain, 2012)
62 5.3 Manajemen Kerja
Oemardi_zain untuk menjalankan perusahaannya tidak lepas dari pengawasan dalam manajemen kerja agar perusahaan berjalan dengan baik. Robbins dan Coulter (2003) menjelaskan bahwa manajemen merupakan proses koordinasi kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain. Manajemen kerja pada perusahaan Oemardi_zain dibagi menjadi lima klasifikasi yaitu: struktur organisasi, sistem kerja, proses desain, manajemen studio, dan manajemen proyek.
5.3.1 Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan bagian utama dalam sebuah organisasi. Adanya struktur organisasi dapat membantu pekerjaan sebuah tim kerja. Struktur organisasi berfungsi untuk membagi, mengelompokkan, mengkoordinasikan tugas pekerjaan dan lingkup didalam sebuah tim kerja.
Struktur organisasi dalam perusahaan Oemardi_zain tergolong sederhana dan tidak memiliki banyak hirarki, hanya direktur, manajer administrasi, penanggung jawab kantor, designer & drafter. Kekuasaan tertinggi dipegang oleh pendiri yang menjabat sebagai direktur utama perusahaan, dan dibantu oleh koleganya dalam menjalankan sebuah perusahaan ini.
Direktur berhubungan langsung dengan manajer administrasi sehingga direktur tetap mengetahui alur keluar dan masuk keuangan dalam perusahaan. Direktur juga berhubungan langsung dengan penanggung jawab kantor sehingga direktur mengetahui kegiatan dalam perusahaan baik itu kegiatan pembagian kerja proyek maupun alur komunikasi dalam perusahaan. Designer & drafter dalam perusahaan mempunya tiga bagian yaitu, arsitek, arsitek lanskap, dan drafter. Meskipun bergerak dalam struktur kerja yang kecil, perusahaan dapat menjalankan kegiatan pekerjaannya dengan tetap menjaga konsistensi kinerja staf dalam keberlangsungan perusahaan khususnya perusahaan yang sedang berkembang.
63
63
Gambar 29 menunjukkan alur komunikasi dalam perusahaan lanskap Oemardi_zain. Direktur berhubungan langsung dengan Manajer Administrasi untuk mengetahui alur keluar dan masuk keuangan perusahaan. Direktur juga berhubungan langsung dengan Penanggung Jawab untuk mengetahui kegiatan dan perkembangan tiap proyek yang dilaksanakan. Manajer Administrasi berhubungan langsung dengan Penanggung Jawab sehingga kedua bagian inti perusahaan mengetahui perkembangan dalam perusahaan mengenai keuangan dan proyek yang dilaksanakan. Penanggung Jawab berhubungan langsung dengan Arsitek & Arsitek Lanskap, dan Arsitek & Arsitek Lanskap berhubungan langsung dengan
Drafter sehingga setiap bagian mengetahui perkembangan dalam proyek yang
dilaksanakan.
Struktur Organisasi yang sederhana menghasilkan suasana kerja dalam perusahaan lebih santai. Gambar 30 menunjukkan lay out studio Oemardi_zain yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan ruang berdasarkan tingkatan jabatan dalam perusahaan dan setiap staf mendapatkan fasilitas yang sama.Studio Oemardi_zain terbagi menjadi dua ruang. Ruang pertama terdapat 12 meja kerja dan ruang lainnya terdapat 8 meja kerja. Adapun fasilitas penunjang studio antara lain, ruang rapat, gazebo, perpustakaan, dan ruang barang contoh material.
Principal & Direktur
Manajer Administrasi
Architect & Landscape Architect
Penanggung Jawab
Drafter
Gambar 29. Alur Komunikasi Oemardi_zain (Sumber: Oemardi_zain 2012)
64
Gambar 30. Lay Out Studio Oemardi_zain (Sumber: Oemardi_zain, 2012) Keterangan : 1. BN = Budi Nugroho 2. DS = Didin Syihabudin 3. HN = Hardian Noviyanto 4. AN = Aditya Nugraha 5. BS = Beny Susanto 6. DS = Dwi Setyanti 7. LD = Listya D. Nastitie 8. BR = Bulan Ramafriani 9. AK = Acep Kiki Maenaki 10. MA = M. Arif Nurdin 11. PP = Pujianto Pratama 12. RD = Rifandi Darmawan 13. - 14. JP = Julina Purwaningsih 15. NI = Novie Indie 16. LH = Lisa Hardini 17. CI = Citra Indaharti 18. CN = Chandra Nurnovita 19. IM = Irfan Muhammad 20. NS = Nanang Sudrajat
65 5.3.2 Sistem Kerja
Sistem kerja perusahaan Oemardi_zain dilatarbelakangi oleh disiplin ilmu arsitektur lanskap, sehingga tidak sedikit staf yang mempunyai dasar arsitektur lanskap yang dapat ditemui dalam perusahaan. Perusahaan juga didukung oleh disiplin ilmu arsitektur dan konstruksi bangunan sehingga terdapat staf yang bergerak di bidang arsitektur. Dengan penggabungan disiplin ilmu ini, perusahaan dapat bekerja dengan baik karena kolaborasi ide dan ilmu dalam aspek-aspek yang diperlukan untuk membuat sebuah desain dalam sebuah proyek. Sehingga seluruh
designer dalam perusahaan memiliki kemampuan yang baik dalam hal desain dan
juga membuat gambar detil dengan menguasai software yang telah ditentukan perusahaan.
Sistem kerja dalam penanganan proyek L’Avenue berada dibawah arahan direktur. Direktur mengepalai semua proyek yang ada dalam perusahaan dan terlibat aktif dalam setiap pengambilan keputusan mengenai desain yang dibuat. Direktur juga yang akan menentukan siapa project manager dalam proyek-proyek yang akan dijalani dalam perusahaan. Setelah menentukan project manager, direktur menentukan tim kerja dengan memilih anggota untuk proyek tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kompetensi yang dimiliki masing-masing anggota. Setiap staf memiliki ahli khusus dalam menjalankan suatu pekerjaan, sehingga penentuan tim kerja dapat mempercepat proses penyelesaian pekerjaan proyek.
Gambar 31. Sistem Kerja Perusahaan Oemardi_Zain (Sumber: Oemardi_zain, 2012) Project Manager Direktur Arsitek Lanskap Mahasiswa Drafter Arsitek
Membuat konsep dan menerjemahkan keinginan klien dalam bentuk desain
Mendesain tapak sesuai konsep
Mendesain detail elemen lanskap softscape dan hardscape
Membantu pengerjaan detail elemen lanskap softscape dan hardscape
66
Setiap staf selain drafter dapat menjadi project manager sebuah proyek, staf tersebut juga tidak menutup kemungkinan menjadi tim kerja dalam proyek lainnya. Artinya setiap staf tidak hanya terlibat dalam satu proyek saja. Jumlah anggota dalam sebuah tim kerja untuk menjalankan sebuah proyek tergantung dengan kebutuhan proyek tersebut dan diatur berdasarkan skala proyek.
Tim kerja proyek tidak mewajibkan hanya mempekerjakan proyek tersebut, dengan adanya deadline yang ditentukan oleh klien untuk sebuah proyek. Tim kerja dengan deadline yang lebih panjang akan melakukan kerja sama dan saling membantu dengan tim kerja yang mempunyai deadline lebih pendek.
5.3.3 Proses Desain
Simonds (1983) menguraikan proses perencanaan dan perancangan dalam arsitektur lanskap terdiri dari commission, research/inventory, analysis, synthesis,
construction, dan operation. Sementara Booth (1983) menyatakan bahwa proses
desain umumnya memiliki tahapan antara lain commission, research/analysis,
design, construction drawing, implementation, post construction-evaluation, maintenance. Proses desain yang dilakukan di Oemardi_zain dilakukan sesuai
kesepakatan kontrak kerja pada setiap proyek. Namun dalam menjalankan setiap proyek yang ada akan selalu terdapat perbedaan dalam kontrak kerja sehingga perusahaan akan menyesuaikan proses pekerjaan yang akan dilakukan.
Pada Oemardi_zain, alur proses desain secara garis besar sama dengan alur proses desain menurut Simonds dan Booth. Beberapa hal yang membedakan lebih ke istilah penamaan serta adanya tahapan-tahaan yang dipisah. Pada proses desain menurut Simonds dan Oemardi_zain terdapat beberapa perbedaan. Pada Oemardi_zain, tahap analysis, synthesis dan concept tergabung menjadi satu bagian, sedangkan menurut Simonds, analysis berbeda dengan synthesis. Pada Gambar 32 akan disajikan perbandingan proses desain menurut Simonds dan Oemardi_zain.
Perbandingan proses desain menurut Booth dan Oemardi_zain dapat dilihat pada Gambar 33. Terdapat beberapa perbedaan antara proses desain Booth dan Oemardi_zain. Pada Booth, tahap analysis termasuk dalam proses desain nomor 2, sedangkan Oemardi_zain analysis berada di nomor 3.
67
Simonds Oemardi_zain
Gambar 32. Perbandingan Proses Desain Menurut Simonds dan Oemardi_zain (Digambar oleh: Situmorang)
Commission Research/ Inventory Analysis Synthesis Construction Operation Contractual Stage
Inventory/ Data Collection
Analysis, Synthesis, & Design Concept
Working Drawing
End of Project
Implementation & Build
Optional 1 2 3 4 5 6 Design Development Preliminary Concept
68 Booth Oemardi_zain
Gambar 33. Perbandingan Proses Desain Menurut Booth dan Oemardi_zain (Digambar oleh: Situmorang)
Project Acceptance Research/ Analysis Design Construction Drawing Implementation Post-Construction Evaluation Contractual Stage
Inventory/ Data Collection
Working Drawing
End of Project
Implementation & Build
Optional
Maintenance
Analysis, Synthesis, & Design Concept 1 2 3 4 5 6 Design Development Preliminary Concept
69
Perbandingan diatas menjelaskan bahwa proses desain menurut Oemardi_zain memiliki kemiripan dengan proses desain menurut Simonds. Pada Oemardi_zain dan Simonds memiliki tahap proses desain nomor 3 sedangkan Booth tidak. Perbedaan antara proses desain Oemardi_zain dengan kedua proses desain lainnya terletak pada preliminary concept. Oemardi_zain memiliki tahap ini, sedangkan proses lainnya tidak. Perbedaan proses desain juga terdapat pada nomor 6. Pada Oemardi_zain, implementation & build masuk ke dalam tahap
optional, artinya tahap ini dilakukan berdasarkan Surat Perjanjian Kerja (SPK)
tiap proyek yang dikerjakan. Jika pada SPK terdapat kegiatan sampai pembangunan, maka proses desain Oemardi_zain akan dilakukan sampai
implementation & build, dan begitu juga sebaliknya. Proses desain L’Avenue oleh
Oemardi_zain dapat dilihat pada Gambar 34.
5.3.3.1 Contractual Stage
Tahap contractual stage memiliki kandungan makna sama dengan yang dikemukakan Simonds (commission) dan Booth (project acceptance). Pada Oemardi_zain, tahap ini adalah tahap paling awal yang berisi mengenai proses kesepakatan kerja proyek yang didapatkan dari klien (Lampiran 1). Melalui SPK yang dibuat oleh klien, secara resmi Oemardi_zain dapat memulai pelaksanaan proses desain lanskap L’Avenue (Gambar 34). Selain itu, Oemardi_zain juga berhak melakukan konsultasi rutin kepada klien untuk mengetahui keinginan klien. Oemardi_zain juga mendapatkan data ataupun informasi yang dibutuhkan selama proses desain berlangsung. Tahap ini ditandai dengan pembayaran tahap satu sebesar 10% sebagai uang muka setelah penandatanganan kontrak.
5.3.3.2 Inventory dan Data Collection
Inventory dan data collection merupakan tahap pengambilan data. Data
tersebut berupa data sekunder proyek yang akan dikerjakan yang diberikan klien dan informasi tambahan yang belum didapat dari klien yang berguna pada pelaksanaan proses desain. Kemudian data desain bangunan dari arsitek, dan data primer yang artinya pihak konsultan Oemardi_zain langsung turun lapang untuk mengecek situasi dan konsidi tapak. Oemardi_zain dalam kegiatan turun lapang mengambil beberapa foto kondisi tapak pada beberapa titik lokasi. Menurut Booth
70
(1983), kamera merupakan alat yang berguna untuk prosedur ini karena foto dapat memeriksa hasil informasi saat di kantor dan dapat mengingat kembali kondisi tapak dari waktu ke waktu. Data yang diperoleh dari hasil inventarisasi ini akan digunakan untuk melakukan proses desain.
5.3.3.3 Analysis, Synthesis, dan Concept Design
Reigh (1993) memaparkan bahwa pendekatan tradisional untuk desain arsitektur lanskap biasanya dimulai dengan riset yang menyelidiki tujuan akhir dari klien, parameter dari tapak, dan kebutuhan dari penggunaan potensial. Proses analisis yang dilakukan Oemardi_zain dilakukan dengan melihat hasil inventarisasi yang diperoleh, data dari klien, dan data dari arsitek. Tahapan analisis ini yaitu berusaha melihat potensi yang ada pada tapak berdasarkan karakteristiknya serta mengatasi dampak negatif atau kendala yang ada.
Pada tahap ini, konsultan Oemardi_zain menyatukan tiga aspek (analysis,
synthesis, dan concept design) dalam satu bagian dengan mengikuti filosofi
perusahaan yaitu quick analysis. Quick analysis dalam filosofi perusahaan ini mempunyai arti bahwa perusahaan mencari data untuk menganalisis proyek yang dilaksanakan, kemudian menyintesis data tersebut lalu menemukan konsep desain dengan cepat. Direktur perusahaan menganalisis dengan skala besar berdasarkan kebutuhan proyek dan meneruskan konsep yang telah dituangkan oleh arsitek mengenai desain bangunan yang telah ditetapkan. Analysis dan synthesis utama yang diterapkan mengacu pada data faktor view tapak, drainase, kebisingan, dan sirkulasi.
Tapak proyek L’Avenue dikelilingi oleh sebagian besar bangunan lain dan area penduduk sehingga dilakukan penanganan berupa tanaman yang dapat menjadi screen di area bad view. Drainase yang diterapkan pada proyek ini adalah pembanngunan resapan air yang di proyeksikan di belakang tapak. Hal ini diperoleh berdasarkan tapak yang membutuhkan area pembuangan untuk menanggulangi adanya kelebihan air di tapak. Faktor kebisingan terletak pada area depan tapak yang merupakan jalur utama kendaraan sehingga desain bangunan juga terletak agak menjauh dari kendala dan adanya peletakan tanaman untuk mengurangi tingkat kebisingan yang didapat dari kendaraan. Faktor
71
sirkulasi menjadi bagian penting lainnya dalam tahap ini untuk bahan acu dalam pelaksanaan desain tahap selanjutnya.
Dengan aspek tersebut didapat sebuah konsep untuk perancangan lanskap L’Avenue. Dalam pelaksanaannya mengenai konsep proyek, desain pertama dan utama yang dibuat adalah konsep ruang dan konsep sirkulasi. Semua konsep yang diterapkan dalam perancangan lanskap L’Avenue adalah hasil dari pertimbangan konsep ruang dan sirkulasi. Tahap ini didasari oleh Booth (1983) bahwa tema merupakan kerangka kerja dari desain.
Setelah mendapatkan konsep dalam proyek L’Avenue, masuklah dalam
meeting 2 dimana klien mempertemukan dengan semua kolega yang terdapat
dalam proyek seperti, Owner/klien, Quantity Surveyor, Architecture Consultant,
Structure Consultant, Mechanical and Electrical Consultant, Architectural Lighting Consultant, dan Landscape Consultant. Tugas Oemardi_zain adalah
mempresentasikan hasil konsep dengan penambahan gambar-gambar referensi yang didesain dalam proyek. Adapun content dalam presentasi berupa Landscape
Concept, Siteplan Zoning, Illustrative Landscape Plan, Illustrative Landscape Section, Landscape Perspective, Material Strategy, Landscape Ambience, Planting Pallete.
5.3.3.4 Preliminary Concept
Setelah menyelesaikan tahap konsep, proses desain masuk dalam tahap 4 yaitu preliminary concept. Tahap ini menjelaskan desain yang akan dilakukan dengan merujuk pada image reference. Image reference didapat dari library Oemardi_zain dan referensi pada desain-desain proyek yang sudah dilakukan oleh Oemardi_zain. Image reference dalam tahap ini berfungsi sebagai gambaran umum desain mengikuti bentuk, pola, material, tekstur, dan warna. Tahap ini dilakukan pada area-area tertentu tapak seperti garden strip, paving pattern,
timber deck, water feature, planter, mounding & seating, drop off area, swimming pool, alfresco, dan pedestrian track. Setelah mendapatkan gambar yang sesuai
dengan tema proyek dan akan dikembangkan pada pelaksanaan desain, tahap ini dipresentasikan melalui meeting 3 dan klien memberi masukan terhadap desain yang akan dikerjakan.