• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DENGAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY (Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DENGAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY (Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta) SKRIPSI"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DENGAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY

(Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Marietta Sinta Dewi NIM: 122114080

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DENGAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY

(Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Oleh:

Marietta Sinta Dewi NIM: 122114080

PROGRAM STUDI AKUNTANSI JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayan, kamu akan

menerimanya.

(Matius 21:22)

Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan

kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan

yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.

(Pengkhotbah 3:11)

Semua yang diberikan Bapa kepada-Ku akan datang kepada-Ku, dan barangsiapa

datang kepada-Ku, ia tidak akan Kubuang.

(Yohanes 6:37)

Skripsi ini dipersembahkan utuk: Kedua orang tuaku yang selalu memberikan dukungan dan doa, untuk kakakku dan adikku yang kukasihi dan untuk dia yang tidak pernah bosan memberikan semangat.

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur bagi Tuhan Yesus dan Allah Bapa karena atas kuasa Roh-Nya penulis diberikan kekuatan serta berkat yang melimpah untuk dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Univeritas Sanata Dharma.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapatkan bimbingan serta arahan dari beberapa pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Drs. Johanes Eka Priyatma, M.sc., Ph.D selaku Rektor Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk belajar dan

mengembangkan kemampuannya.

2. A. Diksa Kuntara , S.E., M.F.A., QIA selaku Dosen Pembimbing yang selalu memberika aran, dukungan, serta masukkannya kepada penulis.

3. Drs. Hardono selaku Kepala Dinas Perizinan Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta.

4. Drs. Edi Heri Suasana, M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang telah memberikan izin kepada saya untuk melalukan penelitian.

5. Bapak Mujino bagian program pelaporan dan keuangan yang telah membantu saya dalam mengumpulkan data penelitian.

(9)
(10)

ix DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS ... v

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi

HALAMAN KATA PENGANTAR... vii

HALAMAN DAFTAR ISI... xi

HALAMAN DAFTAR GAMBAR... xii

HALAMAN DAFTAR TABEL ... xiii

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Batasan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

F. Sistematika Penulisan ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 7

A. Pengukuran Kinerja ... 7

1. Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja ... 7

2. Manfaat Pengukuran Kinerja ... 9

3. Informasi yang Digunakan untuk Pengukuran Kinerja 10 4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 12

B. Organisasi Sektor Publik ... 13

1. Definisi Organisasi Sektor Publik ... 13

2. Alasan Dibutuhkannya Organisasi Sektor Publik ... 14

C. Pendidikan ... 15

1. Definisi Pendidikan ... 15

2. Definisi Pendidikan Kedinasan ... 15

3. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan ... 16

D. Value for Money ... 17

1. Definisi Value for Money ... 17

a. Ekonomi ... 18

b. Efisiensi ... 20

(11)

x

2. Definisi Pengukuran Value for Money ... 24

3. Pengukuran Kinerja Value for Money ... 25

a. Pengembangan Indikator Kinerja ... 25

b. Karakteristik Indikator Kinerja ... 26

c. Manfaat Indikator Kinerja ... 27

d. Langkah-langkah Perencanaan dan Pengukuran Kinerja Value for Money ... 30

E. Terminologi ... 33 1. Definisi Visi ... 33 2. Definisi Misi ... 33 3. Definisi Sasaran ... 34 4. Definisi Tujuan ... 34 5. Definisi Pengukuran ... 35 6. Definisi Target ... 35 7. Definisi Program ... 35 8. Definisi Strategi ... 35 9. Definisi Benefit-Impact ... 36 F. Penelitian Terdahulu ... 36

BAB III METODE PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 39

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 39

D. Data yang Dibutuhkan ... 40

E. Metode Pengumpulan Data ... 40

F. Teknik Analisis Data ... 40

G. Sumber Data ... 43

BAB IV Gambaran Umum ... 44

A. Visi dan Misi Dinas Pendidika Kota Yogyakarta... 44

B. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan... 45

C. Strategi da Kebijakan... 47

D. Struktur Organisasi ... 49

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 50

A. Deskripsi Data... 50 B. Analisis Data ... 51 C. Pembahasan ... 90 BAB VI PENUTUP... 95 A. Kesimpulan... 95 B. Keterbatasan Penelitian ... 98 C. Saran ... 98

(12)

xi

DAFTAR PUSTAKA... 100

LAMPIRAN... 101

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian... 103

Lampiran 2 Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Tahun 2012 ... 105

Lampiran 3 Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) Tahun 2013 ... 127

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Value for Money... 17 Gambar 4.1 Stuktur Organisasi... 49

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan... 46

Tabel 4.2 Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan ... 48

Tabel 5.1 Perhitungan Ekonomi Kinerja Kegiatan Tahun 2012... 53

Tabel 5.2 Perhitungan Ekonomi Kinerja Kegiatan Tahun 2013... 56

Tabel 5.3 Perhitungan Ekonomi Kinerja Kegiatan Tahun 2014... 59

Tabel 5.4 Perhitungan Efisiensi Kinerja Kegiatan Tahun 2012 ... 66

Tabel 5.5 Perhitungan Efisiensi Kinerja Kegiatan Tahun 2013 ... 69

Tabel 5.6 Perhitungan Efisiensi Kinerja Kegiatan Tahun 2014 ... 72

Tabel 5.7 Perhitungan Efektivitas Kinerja Kegiatan Tahun 2012 ... 79

Tabel 5.8 Perhitungan Efektivitas Kinerja Kegiatan Tahun 2013 ... 82

(15)

xiv

DAFTAR GRAFIK

Halaman Grafik 5.1 Ukuran Ekonomis Kinerja Kegiatan Tahun 2012, 2013,2014... 63 Grafik 5.2 Ukuran Efisiensi Kinerja Kegiatan Tahun 2012, 2013,2014... 76 Grafik 5.3 Ukuran Efektivitas Kinerja Kegiatan Tahun 2012, 2013,2014 .... 89

(16)

xv ABSTRAK

ANALISIS PENGUKURAN KINERJA ORGANISASI SEKTOR PUBLIK DENGAN PENDEKATAN VALUE FOR MONEY

Studi Kasus pada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Marietta Sinta Dewi NIM : 122114080 Unversitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2016

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 yang diukur dengan menggunakan pendekatan value for money. Jenis penelitian yang digunakan adalah studi kasus pada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa dokumentasi. Dalam penelitian ini, peneliti membandingkan antara realisasi anggaran dengan dana yang dianggarkan untuk mengukur nilai ekonomi. Nilai efisiensi menggunakan perbandingan antara output dan input yang diperoleh dari Laporan Kinerja Kegiatan (LKK) Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, sedangkan nilai efektivitas diperoleh berdasarkan perbandingan antara outcome dan output, dimana nilai outcome adalah dampak yang ditimbulkan atas kegiatan yang telah dilaksanakan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dari seluruh kegiatan pada tahun 2012 menunjukkan kinerja yang sangat ekonomis, cukup efisien, dan cukup efektif. Kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dari seluruh kegiatan pada tahun 2013 menunjukkan kinerja yang sangat ekonomis, cukup efisien, dan cukup efektif. Kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dari seluruh kegiatan pada tahun 2014 menunjukkan kinerja yang sangat ekonomis, cukup efisien, dan cukup efektif.

(17)

xvi ABSTRACT

AN ANALYIS OF PUBLIC SECTOR ORGANIZATION’S PERFORMANCE USING VALUE FOR MONEY APPROACH

A Case Study in the Department of Education of Yogyakarta

Marietta Sinta Dewi NIM : 122114080 Sanata Dharma University

Yogyakarta 2016

The aim of this research was to assess the performance of the Department of Education of Yogyakarta in 2012 until 2014 using value for money approach. The type of this research is a case study. This study obtained the data by documentation. In this research, researcher compared between the realization of budget and the budget that was planned to measure economic value. The efficiency value was measured by comparing the output and the input obtained from Activity Performance Report (Indonesian term “LKK”), while the value of effectiveness was measured by comparing outcomes and outputs. The value of the outcome is the impact of the activities that have been implemented.

The result of this study indicates that the performance of Department of Education for all activities in 2012 is very economical, reasonably efficient, and reasonably effective. The performance for all activities in 2013 is very economical, reasonably efficient, and reasonably effective. The performance for all activities in 2014 is very economical, reasonably efficient, and reasonably effective.

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu hal yang dianggap sangat wajib untuk dianut setiap orang. Tujuannya adalah agar kita mempunyai bekal ilmu untuk mendapatkan suatu pekerjaan dan tidak tertinggal dengan negara lainnya yang lebih maju. Pendidikan sangat penting untuk menambah wawasan agar tidak hanya terbatas pada negara kita saja atau dengan kata lain, kita diharapkan dapat mengeksplorasi dan mempelajari hal-hal baru. Selain itu pendidikan juga sangat berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, sosial, dan perkembangan masyarakat pada umumnya. Pendidikan menanamkan pengetahuan untuk kita semua sehingga membuat kemajuan masyarakat menjadi sangat mungkin.

Pemerintah Pusat telah memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah agar dapat mengatur Daerahnya sendiri, atau lebih kita kenal sebagai otonomi daerah. Pemerintah Pusat memberikan kewenangan tersebut agar Pemerintah Daerah dapat bertanggungjawab dalam mengarahkan serta mengayomi masyarakatnya dengan baik serta mampu membawa masyarakatnya ke masyarakat yang lebih maju. Undang-Undang No 23 Tahun 2014 tentang Peraturan Daerah, Bab 1 Pasal 1 Ayat 6 menyatakan bahwa Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan

(19)

mengurus sendiri urusan Pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Sebagai daerah otonom, Yogyakarta memiliki kewenangan otonom dalam merencanakan serta melaksanakan pengembangan pendidikan yang tepat bagi kebutuhan masyarakatnya. Pengembangan dalam hal pendidikan ini, merupakan bagian dari pembangunan nasional yang memiliki tujuan agar masyarakat memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan bagi kehidupan mereka. Dalam hal ini pemerintah sangat berperan atas pembangunan pendidikan bagi masyarakat agar mendapatkan pendidikan yang bermutu atau berkualitas, sehingga dapat bermanfaat bagi mereka.

Adanya otonomi daerah pada hakekatnya memberikan kewenangan kepada daerah dalam bentuk desentralisasi pendidikan yang dimaksudkan agar Pemerintah Daerah dapat merencanakan pembanguan pendidikannya sesuai dengan kebutuhan masyarakatnya serta mampu membawa masyarakatnya menjadi lebih maju. Desentralisasi pendidikan merupakan langkah nyata dalam mewujudkan serta mengoptimalkan mutu pelayanan pendidikan dengan cara meningkatkan kualitas pendidikan bagi masyarakat.

Dengan desentralisasi pendidikan juga diharapkan agar program-program pendidikan yang ada berjalan lebih ekonomis, efektif, dan efisien serta dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Dalam upaya pengembangan ini diperlukan juga sumber daya yang optimal, dan dalam menyediakan sumber daya yang optimal akan menghabiskan dana yang cukup besar. Apabila dana yang telah

(20)

dikeluarkan tidak dapat membuahkan hasil yang diharapkan maka pengorbanan tersebut akan dinilai sebagai suatu yang sia-sia dan dapat dikatakan sebagai pemborosan sehingga menjadi tidak ekonomis, apabila dana yang telah dikorbankan tidak sesuai dengan kinerja dan tidak sesuai dengan program yang direncanakan dan yang dihasilkan maka hal tersebut dikatakan sebagai sesuatu yang tidak efektif dan efisien. Hal ini adalah yang menjadi tanggungjawab Pemerintah Kota Yogyakarta dalam menata, mengatur, serta membangun daerahnya khususnya dibidang pendidikan.

Otonomi daerah sangat mensyaratkan masyarakat yang otonom pula, yaitu masyarakat yang mampu berpartisipasi dalam pembangunan. Dengan adanya otonomi juga memberikan hak kepada masyarakat untuk dapat mengelola sumber dayanya sendiri, artinya kita lebih bisa mengetahui hal-hal apa saja yang diperlukan oleh daerah kita dan dengan demikian kinerja pada bidang pendidikan lebih dapat dimakasimalkan.

Suatu organisasi sangat mengharapkan jika program kerja serta kegiatannya dapat berjalan dengan optimal atau diharapkan dapat berjalan dengan ekonomis, yaitu dapat meminimalkan pengeluaran biaya (ekonomis) dan biaya yang dikeluarkan dapat digunakan untuk merealisasikan prorgam kerjanya (efisien) sehingga dari hal itu diharapkan pula akan memberikan dampak yang positif bagi masyarakat (efektif). Faktor yang mempengaruhi suatu program dikatakan ekonomis, efisien, dan efektif adalah suber daya yang potensial dan fasilitas atau sarana prasarana yang tersedia.

(21)

Salah satu cara yang dapat digunakan dalam menilai kinerja kualitas pendidikan di Kota Yogyakarta adalah dengan menggunakan analisis value for money. Analisis ini memiliki tiga elemen penilaian atau pengukuran, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Analisis ini juga penting untuk mengetahui kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam merelaisasikan program-program kerjanya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang ditelah dipaparkan di atas, maka penulis merumuskan pokok permasalahan yang akan dibahas adalah:

“Bagaimana kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 yang diukur dengan metode value for money?”

C. Batasan Masalah

Pada penelitian kali ini, penulis menjadikan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta sebagai objek penelitian serta menganalisis kinerjanya pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dengan menggunakan pendekatan value for money.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja pada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 yang diukur dengan menggunakan pendekatan value for money.

(22)

E. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini akan bermanfaat bagi: 1. Bagi Universitas Sanata Dharma

Penulis berharap penelitian ini dapat menambah acuan, bahan baca, dan kepustakaan bagi Universitas, sehingga mampu memberikan masukan-masukan bagi pihak yang akan mendalami topik yang sama. 2. Bagi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dalam mengukur kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang diukur dengan metode value for money.

3. Bagi Penulis

Penelitian ini menjadi tahap dalam menerapkan beberapa teori akuntansi, khususnya akuntansi keuangan serta organisasi sektor publik selain itu, untuk menambah pengetahuan penulis.

F. Sistematika Penulisan

Dalam penelitian ini terdapat enam bab, dengan sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

(23)

BAB II : Landasan Teori

Bab ini menguraikan penjelaan atas teori-teori pendukung yang berkaitan dengan topik penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam melakukan pembahasan masalah.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan cara-cara yang penulis gunakan dalam melakukan penelitian, yang meliputi jenis penelitian, tempat dan waktu penelitian, subjek dan objek penelitian, data yang dibutuhkan, teknik pengumpulan data, jenis data, serta sumber data.

BAB IV : Gambaran Umum

Bab ini menjelaskan visi dan misi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta, sasaran pembangunan Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta serta strategi yang dimiiki.

BAB V : Analisis Data dan Pembahasan

Bab ini menjelaskan dekripsi data yang telah diperoleh dan analisis data dari penelitian yang telah dilakukan.

BAB VI : Penutup

Bab ini merupakan bagian ahir dari penelitian yang telah dilakukan yang menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil penelitian serta sasaran dari penulis.

(24)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengukuran Kinerja

1. Definisi Kinerja dan Pengukuran Kinerja

“Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk menyebut prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok individu. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan-tujuan atau target-target tertentu yang hendak dicapai. Tanpa ada tujuan atau target, kinerja seesorang atau organisasi tidak mungkin dapat diketahui karena tidak ada tolok ukurnya” (Mahsun, dkk, 2011: 141).

Menurut Robertson (2002) dalam Mahsun, dkk (2013: 141), “pengukuran kinerja (performance measurement) adalah suatu proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan

(25)

terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan; dan efektivitas tindakan dalam mencapai tujuan”.

Sedangkan menurut Rofiaty (2012: 56), “kinerja merupakan pencapaian hasil kerja manajemen terhadap sumber-sumber secara ekonomi dan berkaitan dengan finansial maupun non finansial.” Artinya jika kondisi keuangan suatu organisasi itu baik dan mendapatkan tanggapan yang positif dari masyarakat, maka dapat dikatakan bahwa kinerja organisasi itu baik.

2. Definisi Pengukuran Kinerja

Menurut Mulyadi dalam Rofiaty (2012: 57), “penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasi suatu organiasi, bagian organiasai dan personelnya, berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena organisasi pada dasarnya dioperasikan oleh sumber daya manusia, maka pengukuran kinerja sesungguhnya merupakan penilaian atas perilaku manusia adalah melaksanakan peran yang mereka mainkan dalam organisasi”.

3. Tujuan Pengukuran Kinerja

Menurut Mardiasmo (2009: 122) secara umum, tujuan sistem pengukuran kinerja adalah:

a. Untuk mengkomunikasikan strategi secara lebih baik (top down dan bottom up);

b. Untuk mengukur kinerja finansial dan non-finansial secara berimbang sehingga dapat ditelusur perkembangan pencapaian strategi;

(26)

c. Untuk mengakomodasi pemahaman kepentingan manajer level menengah dan bawah serta memotivasi untuk mencapai keselarasan antara tindakan dengan tujuan yang ingin dicapai (goal congruence); dan d. Sebagai alat untuk mencapai kepuasan berdasarkan pendekatan

individual dan kemampuan kolektif yang rasional. 4. Manfaat Pengukuran Kinerja

Menurut Mardiasmo (2009: 122) manfaat pengukuran kinerja antara lain untuk: a. Memberikan pemahaman mengenai ukuran yang digunakan untuk

menilai kinerja manajemen;

b. Memberikan arah untuk mencapai target kinerja yang telah ditetapkan; c. Untuk memonitor dan melakukan tindakan kolektif untuk memperbaiki

kinerja;

d. Sebagai dasar untuk memberikan penghargaan dan hukuman (reward & punishment) secara objektif atas pencapaian prestasi yang diukur sesuai dengan sistem pengukuran kinerja yang telah disepakati;

e. Sebagai alat komunikasi antara bawahan dan pimpinan dalam rangka memperbaiki kinerja organisasi;

f. Membantu mengidentifikasi apakah kepuasan pelanggan sudah terpenuhi;

g. Membantu memahami proses kegiatan instansi pemerintah; dan h. Memastikan bahwa pengambilan keputusan dilakukan secara objektif.

(27)

5. Informasi yang Digunakan untuk Pengukuran Kinerja

Menurut Mardiasmo (2009: 123) terdapat dua informasi yang dapat digunakan dalam pengukuran kinerja, yaitu:

1. Informasi Finansial

Penilaian laporan kinerja finansial diukur berdasarkan pada anggaran yang telah dibuat. Penilaian tersebut dilakukan dengan menganalisis varians (selisih atau perbedaan) antara kinerja aktual dengan yang dianggarkan. Analisis varians secara garis besar berfokus pada:

a. Varians pendapatan (revenue variance)

b. Varians pengeluaran (expenditure variance), meliputi: 1. Varians belanja rutin (recurrent expenditure variance) 2. Varians belanja investasi (capital expenditure variance)

Setelah dilakukan analisis varians, maka dilakukan identifikasi sumber penyebab terjadinya dengan menelusur varians tersebut hingga level manajemen paling bawah. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui unit spesifik manayang bertanggungjawab terhadap terjadinya varians sampai tingkat manajemen yang paling bawah.

Penggunaan analisis varians saja belum cukup untuk mengukur kinerja, karena dalam analisis varians masih mengandung keterbatasan (constrain). Keterbatasan analisis varians diantaranya terkait dengan kesulitan menetapkan signifikansi besarnya varians.

(28)

2. Informasi Nonfinansial

Informasi nonfinansial dapat dijadikan sebagai tolok ukur lainnya. Informasi nonfinansial dapat menambah keyakinan terhadap kualitas proses pengendalian manajeman. Jenis informasi nonfinansial dapat dinyatakan dalam bentuk variabel kunci (key variable) atau sering dinamakan sebagai key succe factor, key result, atau pulse point. Variabel kunci adalah varibel yang mengindikasi faktor-faktor yang menjadi sebab kesuksesan organisasi. Jika terjadi perubahan yang tidak diinginkan, maka variable ini harus segera disesuaikan. Suatu variabel kunci memiliki beberapa karakteristik, antara lain:

a. Menjelaskan faktor pemicu keberhasilan dan kegagalan organisasi; b. Sangat volatile dan dapat berubah dengan cepat;

c. Perubahannya tidak dapat diprediksi;

d. Jika terjadi perubahan perlu diambil tindakan segera; dan

e. Variabel tersebut dapat diukur, baik secara langsung maupun melalui ukuran antara (surrogate). Sebagai contoh, kepuasan masyarakat tidak dapat diukur secara langsung; akan tetapi dapat dibuat ukuran antaranya, misalnya jumlah aduan, tuntutan, dan demonstrasi dapat dijadikan variabel kunci.

(29)

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Mahmudi (2010: 20) kinerja merupakan suatu konstruk multidimensional yang mencakup banyak faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja adalah:

a. Faktor personal/ individual, meliputi: pengetauan, keterampilan (skill), kemampuan, kepercayaan diri, motivasi, dan komitmen yang dimiliki oleh setiap individu;

b. Faktor kepemimpinan, meliputi: kualitas dalam memberikan dorongan, semangat, arahan, dan dukungan yang diberikan manajer dan team leader;

c. Faktor tim, meliputi: kualitas dukungan dan semangat yang diberikan oleh rekan dalam satu tim, kepercayaan terhadap sesama anggota tim, kekompakan dan keeratan anggota tim;

d. Faktor sistem, meliputi: sistem kerja, fasilitas kerja atau infrastruktur yang diberikan oleh organisasi, proses organisasi, dan kultur kinerja dalam organisasi;

e. Faktor kontekstual (situasional), meliputi: tekanan dan perubahan lingkungan eksternal dan internal.

7. Metode Penilaian Kinerja

Untuk melakukan suatu penilaian kinerja dibutuhkan metode penilaian yang memiliki tingkat dan analisa yang representatif. Menurut Ricky W. Griffin dalam Irham (2010: 68) terdapat dua kategori dasar dari metode penilaian

(30)

kinerja yang sering digunakan dalam organisasi yaitu metode objektif dan metode pertimbangan.

1. Metode objektif (objective methods) menyangkut sejauh mana seseorang bisa bekerja sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

2. Metode pertimbangan (judgemental methods) adalah metode penilaian berdasarkan nilai rangking yang dimiliki oleh seseorang karyawan, jika ia memiliki nilai rangking yang tinggi maka artinya ia memiliki kualitas kinerja yang bagus, dan begitu pula sebaliknya.

Sedangkan Wirawan dalam Irham (2010: 68) menjelaskan bahwa, “penilaian kinerja dilakukan secara formatif dan sumatif. Penilaian kinerja secara formatif adalah penilaian kinerja ketika karyawan sedang melakukan tugasnya, penilaian sumatif dilakukan pada akhir periode penilaian”.

B. Organisasi Sektor Publik

1. Definisi Organisasi Sektor Publik

Menurut Mahsun (2013: 13), “organisasi sektor publik adalah organisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum dan penyediaan barang atau jasa kepada publik yang dibayar melalui pajak atau pendapatan Negara lain yang diatur dengan hukum”.

(31)

2. Alasan Dibutuhkannya Organisasi Sektor Publik

Menurut Mahsun (2013: 20) beberapa alasan, mengapa organisasi sektor publik dibutuhkan bisa diuraikan sebagai berikut:

a. Untuk menjamin bahwa pelayanan publik seperti pendidikan, kesehatan, transportasi, rekreasi, perlindungan hukum dapat disediakan untuk masyarakat secara adil dan merata tanpa memperhitungkan kemampuan masyarakat untuk membayarnya.

b. Untuk memastikan bahwa layanan publik tertentu ditempatkan pada wilayah yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, misalnya museum, perpustakaan, tempat parkir, dan sebagainya.

c. Untuk menjamin bahwa public good and services disediakan dengan harga yang relatif lebih murah dibandingkan dengan jika membeli dari perusahaan swasta, misalnya perusahaan transportasi, rumah sakit, sekolah, dan perusahaan jasa lainnya yang menyediakan layanan yang serupa.

d. Untuk menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa karena adanya perbedaan agama maupun suku.

e. Untuk melindungi hak dan kemerdekaan masyarakat dengan menetapkan peraturan peundangan yang kuat dan jelas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa alasan dibutuhkannya organisasi sektor publik adalah untuk menyediakan dan memenuhi kebutuhan masyarakat berupa barang dan

(32)

jasa. Barang dan jasa yang disediakan umumnya dengan harga yang relatif murah, dengan begitu hak-hak masyarakat dapat terpenuhi dengan mudah.

C. Pendidikan

1. Definisi Pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1, “pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

2. Definisi Pendidikan Kedinasan

Menurut UU No.20 Tahun 2003 Bab VI Pasal 29, “pendidikan kedinasan merupakan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan berfungsi meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam pelaksanaan tugas kedinasan bagi pegawai dan calon pegawai negeri suatu departemen atau lembaga pemerintah nondepartemen. Pendidikan kedinasan diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal dan nonformal. Ketentuan mengenai pendidikan kedinasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah”.

(33)

3. Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan

Menurut UU No. 20 Tahun 2003 Bab III Pasal 4, prinsip penyelenggaran pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

b. Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.

c. Pendidikan diselenggarakan sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

d. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran.

e. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

f. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu layanan pendidikan.

(34)

D. Value for Money

1. Definisi Value for Money (VFM)

Menurut Mardiasmo (2002: 4) Value for Money merupakan konsep pengelolaan organisasi sector publik yang mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Pada Gambar 2.1 dijelaskan konsep pengukuran kinerja dengan metode value for money, dimana terdapat elemen ekonomi yaitu perbandingan antara input dan nilai input (Rp), elemen efisiensi yaitu perbandingan antara output dan input, dan elemen efektivitas yaitu perbandingan antara outcome dan output.

Gambar 2.1 Value for Money Sumber: Mardiasmo (2002: 5)

Value for Money menjelaskan hubungan yang optimal antara biaya/sumber daya serta manfaat/hasil yang disampaikan melalui proses mengubah input melalui aktivitas kegiatan menjadi output untuk memicu atau menghasilkan hasil (outcome) yang baik (Kuswanti, 2014: 29).

Nilai Input (RP) Input Output Outcome Ekonomi Efisiensi Efektivitas

(35)

Dari kerangka pemikiran di atas maka dijabarkan sebagai berikut:

1. Outcome adalah dampak yang ditimbulkan atas suatu kegiatan (dalam bentuk persen) yang diperoleh dari Laporan Kinerja Kegiatan.

2. Output adalah hasil prosentase perhitungan realisasi fisik di lapangan dari setiap kegiatan yang terdapat di Laporan Kinerja Kegiatan tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

3. Nilai input adalah anggaran belanja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

4. Input adalah realisasi belanja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

Keterangan di atas akan dijadikan acuan atau pedoman untuk menghitung dan mengukur kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dengan menggunakan metode value for money.

Konsep value for money terdiri atas tiga elemen utama, yaitu: a. Ekonomi

Menurut Mardiasmo.(2002:.4) ekonomi merupakan perolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang terendah. Ekonomi merupakan perbandingan input dengan nilai input yang dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi sektor publik dapat meminimalisir sumber daya masukan (input resources) yang digunakan yaitu dengan menghindari pengeluaran yang boros dan tidak produktif.

(36)

Menurut Mahmudi (2010: 84) rumus ekonomi dijelaskan sebagai berikut: 100% x Harga Ekonomi input Input  Keterangan:

Input : Realisasi anggaran Harga input : Anggaran

Menurut Mardiasmo (2002: 5) input adalah sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan program dan aktivitas.

Input adalah semua jenis sumber daya masukan yang digunakan dalam suatu proses tertentu untuk menghasilkan output (Mahmudi, 2010: 98). Input tersebut dapat berupa kas, bahan baku, orang, infrastruktur, dan masukan lainnya. Maka dalam penelitian ini yang dimaksud dengan input adalah realisasi anggaran, karena realisasi anggaran adalah sejumlah dana yang diterima oleh organisasi yang kemudian digunakan untuk memenuhi kepentingan organisasinya.

Nilai input atau dapat dikatakan sebagi harga input adalah sejumlah dana yang diperkirakan akan dikeluarkan oleh suatu organisasi untuk memenuhi kepentingan organisasinya. Dalam penelitian ini yang menjadi nilai input adalah anggaran atau dapat dikatakan sebagai target. Anggaran adalah perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada umumnya mencakup jangka waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter (Mahsun, 2014: 145).

(37)

Menurut Mahsun (2006: 186) kriteria ekonomis adalah:

a. Jika diperoleh nilai perbandingan kurang dari 100% (X < 100%) maka ekonomis.

b. Jika diperoleh nilai perbandingan sama dengan 100% (X = 100%) maka ekonomi berimbang.

c. Jika diperoleh nilai perbandingan lebih dari 100% (X > 100%) maka tidak ekonomis.

b. Efisiensi

Menurut Mardiasmo.(2002:.4) efisiensi adalah pencapaian output yang dimaksimumkan dengan input tertentu atau penggunaan input yang terendah untuk mencapai output tertentu.

Menurut Mahmudi (2010: 85) efisiensi terkait dengan hubungan antara output berupa barang atau pelayanan yang dihasilkan dengan sumber daya yang digunakan untuk menghasilkan output tersebut. Secara matematis, efisiensi merupakan perbandingan antara output dengan input atau dengan istilah lain output per unit input. Suatu organisasi, program, atau kegiatan dikatakan efisien apabila mampu menghasilkan output tertentu dengan input serendah-rendahnya, atau dengan input tertentu mampu menghasilkan output sebesar-besarnya (spending well). Faktor yang mempengaruhi output besar adalah kemampuan dari sumber daya dalam mengelola keuangan kemudian merealisasikannya dalam sebuah kegiatan, selain itu juga fasilitas yang memadai mampu mempengaruhi keberhasilan suatu kegiatan organisasi.

(38)

Menurut Mahmudi (2010: 85) rumus efisiensi dijelaskan sebagai berikut: 100% x Efisiensi Input Output  Keterangan:

Output : Persentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan Input : Persentase nilai ekonomis

Output atau keluaran adalah hasil yang dicapai dari suatu program yang dilakukan oleh organisasi. Pada penenilitian ini yang dimaksud sebagai output adalah presentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan. Menurut Renyowijoyo (2008: 8) output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan.

Input yang akan dibandingan dengan output untuk menentukan tingkat efisiensi adalah presentase nilai ekonomis, yaitu hasil yang diperoleh atas perbandingan antara input (realisasi anggaran) dengan harga input (anggaran). Menurut Renyowijoyo (2008: 8) input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijkan, program, dan aktivitas.

Menurut Mahsun (2006: 181-182) efisiensi (daya guna) mempunyai pengertian yang berhubungan erat dengan konsep produktivitas. Pengukuran efisiensi dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara output yang dihasilkan terhadap input yang digunakan (cost of output). Proses kegiatan operasional dapat dikatakan efisien apabila suatu produk atau hasil kerja

(39)

tertentu dapat dicapai dengan penggunaan sumber daya dan dana yang serendah-rendahnya (spending well). Jadi, pada dasarnya ada pengertian yang serupa antara efisiensi dengan ekonomi karena kedua-duanya menghendaki penghapusan atau penurunan biaya (cost reduction).

Dengan kata lain, efisiensi adalah tingkat pencapaian kinerja kegiatan dari suatu organisasi. Kinerja suatu organsisasi akan dikatakan efisien jika mampu menghasilkan output yang lebih besar dari inputnya.

Menurut Mahsun (2006: 187) kriteria efisiensi adalah:

a. Jika diperoleh nilai perbandingan kurang dari 100% (X < 100%) maka tidak efisien.

b. Jika diperoleh nilai perbandingan sama dengan 100% (X = 100%) maka efisiensi berimbang.

c. Jika diperoleh nilai perbandingan lebih dari 100% (X > 100%) maka efisien.

c. Efektivitas

Menurut Mardiasmo (2002: 4) efektivitas adalah tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan.

Efektivitas terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang sesungguhnya dicapai. Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan. Semakin besar kontribusi output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program, atau kegiatan. Jika ekonomi berfokus pada input dan efisiensi pada output atau proses, maka nilai efektivitasnya berfokus

(40)

pada outcome (hasil). Suatu organisasi, program, atau kegiatan dinilai efektif apabila output yang dihasilkan bisa memenuhi tujuan yang diharapkan, atau dikatakan spending wisely (Mahmudi, 2010: 86).

Menurut Mahmudi (2010: 87) rumus efektivitas dijelaskan sebagai berikut:

100% x s Efektivita Output Outcome  Keterangan :

Outcome : Persentase dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan Output : Persentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan

Outcome adalah dampak suatu program atau kegiatan terhadap masyarakat (Mardiasmo, 2002: 134). Pada penelitian ini penulis mengambil secara langsung hasil yang telah terdapat dalam Laporan Kinerja Kegiatan. Output atau keluaran adalah hasil yang dicapai dari suatu program yang dilakukan oleh organisasi. Pada penenilitian ini yang dimaksud sebagai output adalah presentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan. Menurut Renyowijoyo (2008: 8) output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan.

Menurut Mahsun (2006: 182) efektivitas (hasil guna) merupakan hubungan antara keluaran dengan tujuan atau sasaran yang harus dicapai. Pengertian efektivitas ini pada dasarnya berhubungan dengan pencapaian tujuan atau target kebijakan. Kegiatan operasional dikatakan efektif apabila proses kegiatan tersebut mencapai tujuan dan sasaran akhir kebijakan (spending wisely).

(41)

Menurut Mahsun (2006: 187) Kriteria efektivitas adalah:

a. Jika diperoleh nilai perbandingan kurang dari 100% (X < 100%) maka tidak efektif.

b. Jika diperoleh nilai perbandingan sama dengan 100% (X = 100%) maka efektivitas berimbang.

c. Jika diperoleh nilai perbandingan lebih dari 100% (X > 100%) maka efektif.

2. Definisi Pengukuran Value for Money

Menurut Mardiasmo dalam Angela (2013) pengukuran nilai uang (value for money) merupakan bentuk pengukuran kinerja berdasarkan tiga elemen, yaitu, ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Menurut Mahsun dalam Benoit (2011) pengukuran value for money disebut juga performance audit merupakan pengukuran dan pemeriksaan kinerja dengan berdasarkan pada ukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas. Ekonomi berkaitan dengan pengukuran seberapa hemat pengeluaran dilakukan. Efisiensi berhubungan dengan pengukuran seberapa benar cara yang digunakan yaitu membandingkan input dengan output. Efektivitas berkaitan dengan pengukuran seberapa tepat dalam pencapaian target yaitu dengan membandingkan hasil yang ditargetkan dengan realisasinya.

Sehingga dapat disimpulkan Value for money adalah salah satu metode atau pendekatan yang dapat dilakukan oleh organsisasi untuk menilai kinerja organisasinya yang penilaiannya didasarkan pada tiga elemen pokok, yaitu

(42)

ekonomis (berkaitan dengan kehematan suatu organisasi dalam mengeluarkan biaya), efisiensi (berkaitan dengan biaya yang telah dikeluarkan dengan hasil yang ditimbulkan), dan efektivitas (berkaitan dengan dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan organisasi).

3. Pengukuran Kinerja Value for Money (VFM)

Menurut Mahmudi (2010: 89) pengukuran kinerja value for money (ekonomi, efisiensi, dan efektivitas) merupakan bagian terpenting setiap pengukuran kinerja organisasi sektor publik. Untuk mendongkrak kinerja sektor publik, diperlukan manajemen kinerja yang berorientasi pada value for money. Karena value for money merupakan kunci pengukuran kinerja di sektor publik, maka sistem pengukuran kinerja sektor publik juga harus difokuskan untuk mengatur ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

Namun pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektivitas tidak dapat langsung dilakukan karena untuk mengatur tingkat ekonomi, efisiensi, dan efektivitas diperlukan pengembangan indikator kinerja (IK) dalam desain suatu sistem pengukuran kinerja organisasi.

a. Pengembangan Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan konsep yang multidimensional dan kompleks. Dalam organisasi sektor publik, seperti pemerintah, tidak ada indikator kinerja tunggal yang dapat dipakai untuk seluruh unit kerja. Pengembangan indikator kinerja pada dasarnya meliputi pengembangan

(43)

indikator makro dan indikator mikro. Pada tingkat korporat, indikator kinerja yang digunakan adalah indikator kinerja makro, sedangkan pada tingkat unit kerja indikator yang digunakan adalah indikator kinerja mikro.

Indikator kinerja bukan hanya indikator keuangan saja, tetapi juga indikator nonkeuangan. Indikator kinerja yang dikembangkan hendaknya seimbang atau dapat dikatakan harus setara antara pengeluaran biaya dan hasil yang ditimbulkan, yaitu antara indikator keuangan dengan indikator nonkeuangan, antara indikator hasil (ends measures) dengan indikator proses (means measure), dan antara indikator kuantitaif dengan indikator kualitatif. Pengukuran kinerja value for money telah membuat keseimbangan antara pengukuran hasil dengan pengukuran proses. Indikator efektivitas dalam value for money berorientasi pada hasil, sedangkan indikator ekonomi dan efisiensi berorientasi pada proses. Indikator efektivitas lebih bersifat kualitatif sedangkan indikator ekonomi dan efisiensi lebih bersifat kuantitatif.

b. Karakteristik Indikator Kinerja

Menurut Mahmudi (2010:.91).indikator kinerja yang dikembangkan hendaknya memiliki karakteristik berikut:

1. Sederhana dan mudah dipahami 2. Dapat diukur

3. Dapat dikuantifikasikan, misalnya dalam bentuk rasio, persentase,dan angka

(44)

5. Berfokus pada customer service, kualitas, dan efisiensi 6. Dikaji secara teratur

Monitoring dan review terhadap indikator kinerja harus terus dilakukan sebagai bagian dari upaya menciptakan kultur perbaikan kinerja secara berkelanjutan. Review secara rutin terhadap indikator kinerja bertujuan untuk menguji validitas dan keandalan indikator yang dibuat agar dapat menyesuaikan perubahan kebutuhan layanan sehingga dalam jangka panjang menghasilkan ukuran kinerja yang lebih baik dan efektif.

c. Manfaat Indikator Kinerja

Informasi mengenai kinerja sangat penting dalam rangka menciptakan good governance. Manajemen yang baik membutuhkan indikator kinerja untuk mengukur sukses atau tidaknya organisasi. Indikator tersebut diorientasikan sebagai pedoman bukan sebagai alat pengedalian. Indikator kinerja memiliki peran penting sebagai proses pembentukan organisasi pembelajar (learning organization). Organisasi pembelajar adalah suatu konsep dimana organisasi menerapkan proses pembelajaran mandiri sehingga dapat dengan tanggap melakukan tindakan untuk setiap perubahan yang terjadi.

Pemanfaatan indikator kinerja sangat penting untuk mengetahui apakah suatu organisasi, aktivitas atau program telah memenuhi prinsip ekonomi, efisien, dan efektif. Efisiensi berkaitan dengan seberapa tepat cara yang digunakan organisasi dalam mengelola keuangan untuk kegiatannya, sedangkan efektivitas berkaitan dengan seberapa besar dampak yang

(45)

ditimbulkan dari kegiatan tersebut, dengan demikian diharapkan organisasi dapat bekerja secara efisien dan efektif. Indikator untuk tiap-tiap unit organisasi berbeda-beda tergantung pada tipe pelayanan yang dihasilkan. Penentuan kinerja juga perlu mempertimbangkan komponen berikut:

1. Biaya Pelayanan (Cost of Service)

Penentuan indikator kinerja harus mencakup indikator biaya, biasanya dinyatakan dalam biaya per unit. Indikator biaya ini merupakan elemen penting untuk mengukur ekonomi dan efisien.

Manfaat indikator biaya tersebut adalah untuk menilai kelayakan tarif pelayanan dengan tingkat pelayanan yang diberikan serta untuk melakukan analisis keuangan.

2. Tingkat Pemanfaatan (Utilization Rate)

Indikator tingkat pemanfaatan (utilisasi) diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya kapasitas yang menganggur (idle capacity) atas sumber daya yang dimiliki organisasi. Tingkat utilisasi dapat diketahui dengan cara membandingkan tingkat pemanfaatan dengan kapasitas yang tersedia. Adanya kapasitas yang menganggur pada dasarnya akan menjadikan organisasi tidak efisien dan efektif.

3. Kualitas dan Standar Pelayanan

Selain indikator yang sifatnya kuantitatif, seperti indikator biaya dan tingkat utilisasi, penentuan indikator kinerja juga harus mencakup indikator yang sifatnya kualitatif, misalnya indikator kualitas pelayanan dan standar

(46)

pelayanan. Indikator kualitas pelayanan ini, misalnya kecepatan pelayanan, ketepatan waktu, kecepatan respon, keramahan, kenyamanan, kebersihan, keamanan, keindahan (estetika), etika, dan sebagainya.

4. Cakupan Pelayanan

Indikator cakupan pelayanan diperlukan untuk mengetahui tingkat penyediaan pelayanan yang diberikan (supply) dengan permintaan yang dibutuhkan (demand). Organisasi pelayanan publik dihadapkan pada masalah cakupan pelayanan yang bisa disediakan dibandingkan dengan total permintaan. Oleh karena itu, pembuatan indikator cakupan pelayanan tersebut penting untuk perencanaan mengenai peningkatan kapasitas pelayanan, alternatif pelayanan atau substitusi pelayanan.

5. Kepuasan Pelanggan

Kepuasan pelanggan merupakan salah satu bentuk hasil suatu pelayanan publik. Kepuasan pelanggan dapat dikategorikan sebagai tujuan tingkat tinggi dalam suatu sistem pengukuran kinerja. Oleh karena itu, pembuatan indikator kinerja harus memasukkan indikator kepuasan pelanggan. Indikator kepuasan pelanggan biasanya diproksikan dengan banyaknya aduan atau komplain untuk kemudahan dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan. Namun harus dipahami bahwa tingkat aduan hanya salah satu proksi untuk menunjukkan kepuasan, bukan satu-satunya alat. Kepuasan pelanggan sangat bersifat kualitatif, oleh karena itu untuk

(47)

mengetahui seberapa besar kepuasan pelanggan perlu dilakukan survei pelanggan.

Survei pelanggan tersebut kemudian dapat digunakan untuk menghitung Indeks Kepuasan Pelanggan. Adanya ketidakcocokan antara outcome yang dihasilkan dari suatu pelayanan dengan kepuasan masyarakat menunjukkan masih adanya kesenjangan harapan (expectation gap).

4. Langkah-langkah Perencanaan dan Pengukuran Kinerja Value for Money

Menurut Mahmudi (2010: 95-98) manajemen kinerja terintegrasi (integrated performance management) terdiri atas dua bagian utama, yaitu perencanaan kinerja dan pengukuran kinerja. Perencanaan kinerja terdiri atas empat tahap, yaitu:

1. Penentuan misi, visi, dan tujuan (goal), serta strategi

2. Penerjemahan misi, visi, dan tujuan (goal), serta strategi ke dalam: a. Sasaran strategik

b. Inisiatif strategik

c. Indikator kerja (input, output, outcome,benefit, impact) d. Target kerja

3. Penyusunan program 4. Penyusunan anggaran

(48)

Sementara itu, rerangka pengukuran kinerja Value for Money dibangun atas tiga komponen utama, yaitu:

1. Komponen misi, visi, tujuan, sasaran, dan target

Penentuan misi, visi, tujuan, sasaran, dan target dapat didahului dengan kegiatan penjaringan aspirasi masyarakat. Suatu organisasi harus berfokus dan melakukan tindakan terbaik dalam rangka untuk memuaskan pelanggan. Identifikasi faktor keberhasilan suatu organisasi adalah menyusun dan menetapkan tujuan, sasaran, dan target kinerja yang hendak dicapai organisasi.

Setelah perangkat berupa visi, misi, tujuan, sasaran, target kinerja, strategi, dan program ditetapkan tahap berikutnya adalah mengembangkan metodologi untuk penilaian kinerja. Langkah pertama organisasi harus menentukan indikator input, output, outcome, benefit, dan impact. Setelah indikator-indikator tersebut ditetapkan, organisasi kemudian baru bisa mengukur ekonomi, efisiensi, dan efektivitas.

2. Komponen input, proses, output, dan outcome

Tahap pertama organiasi harus membuat indikator input, output, outcome, benefit, dan impact. Kemudian tahap berikutnya adalah pengukuran input, output, outcome, dan impact tersebut.

Indikator kinerja harus dikaitkan dengan pencapaian target kinerja, tujuan, visi, dan misi organisasi. Berdasarkan lima indikator input, output, benefit, dan impact organisasi kemudian dapat membuat berbagai ukuran kinerja berupa ukuran:

(49)

a. Ekonomi, yaitu perbandingan kos per unit input atau unit input per rupiah; b. Efisiensi atau produktivitas, yaitu perbandingan antara output per unit

output;

c. Efektivitas (tingkat keberhasilan proses), yaitu perbandingan antara outcome per output;

d. Manfaat sosial neto (net social benefit), yaitu unit outcome yang berhasil; e. Efisiensi biaya (cost-effecticiency), yaitu kos per unit output atau output

per rupiah kos;

f. Efektivitas biaya (cost-effectiveness), yaitu kos untuk mencapai outcome; g. Biaya- manfaat (benefit-cost), yaitu net social benefit per unit kos; h. Ukuran pencapaian output;

i. Ukuran pencapaian outcome.

3. Komponen pengukuran ekonomi, efisiensi, dan efektifitas

a. Pengukuran ekonomi adalah mengukur berapa anggaran yang dialokasikan.

b. Pengukuran efisiensi adalah mengukur seberapa baik organisasi mampu memanfaatkan sumber daya yang dimilikinya untuk menghasilkan output.

c. Pengukuran efektivitas adalah mengukur hasil akhir suatu pelayanan yang dikaitkan output-nya (cost of outcome).

(50)

E. Terminologi 1. Definisi Visi

Menurut.Vincent.(2005:.4).visi.(vision).adalah.suatu.pernyataan.menyeluruh tentang gambaran ideal yang ingin dicapai oleh organisasi di masa yang akan datang:

a. Diciptakan melalui konsensus

b. Citraan-citraan ideal di masa yang akan datang, yang mempengaruhi mental orang-orang agar berhasrat mencapainya

c. Menggambarkan suatu yang mungkin, tidak perlu harus dapat diperkirakan

d. Memberikan arah dan fokus

e. Mempengaruhi orang-orang untuk menuju ke visi itu f. Tidak memiliki batas waktu

2. Definisi Misi

Menurut Vincent (2010: 4) misi (mission) adalah suatu pernyataan bisnis dari perusahaan.

a. Menyatakan alasan-alasan bisnis tentang keberadaan perusahaan lain b. Tidak menyatakan suatu hasil

c. Tidak ada batas waktu atau pengukuran

d. Memberikan basis untuk pembuatan keputusan tentang alokasi sumber-sumber daya dan penetapan tujuan yang tepat

(51)

e. Mendefinisikan bisnis sekarang dan yang akan dating dalam bentuk produk, skor, pelanggan, alasan-alasan, dan pasar

3. Definisi Sasaran

Menurut Vincent (2010: 5) sasaran (goals) adalah suatu pencapaian menyeluruh yang dipertimbangkan penting untuk kesuksesan organisasi di masa mendatang. Sasaran menyatakan dimana organiasasi itu ingin berada dimasa datang.

a. Menggambarkan keadaan ideal yang ingin dicapai beberapa waktu mendatang dimana waktu mendatang dapat atau tidak perlu diidentifikasi secara pasti

b. Konsisten terdefinisi serta berkaitan secara langsung dengan visi dan misi c. Memberikan petunjuk untuk pembuatan keputusan dan tindakan

sehari-hari

d. Tidak perlu berkaitan dengan hasil-hasil yang dapat diukur 4. Definisi Tujuan

Menurut Vincent (2010: 5) tujuan (objectives) menunjukkan bagaimana tindakan dan hasil-hasil yang diinginkan itu tercapai. Menunjukkan rencana untuk mencapai hasil-hasil yang diinginkan. Tujuan merupakan hal-hal apa yang secara spesifik harus dikerjakan untuk melaksanakan strategi.

a. Berfokus pada isu-isu organisasi yang krisis dan merupakan terobosan-terobosan dari perusahaan

(52)

b. Menggambarkan aktivitas-aktivitas yang diselesaikan untuk mencapai sasaran

c. Mengidentifikasi waktu spesifik, kapan hasil-hasil itu akan dicapai d. Dapat diukur, dalam bentuk apakah hasil-hasil itu dapat tercapai atau tidak e. Dapat diubah, apabila perlu, untuk kemajuan menuju sasaran yang telah

ditetapkan 5. Definisi Pengukuran

Menurut Vincent (2010: 6), “pengukuran (measurement) adalah suatu cara memantau dan menelusuri kemajuan tujuan-tujuan strategis. Pengukuran dapat berupa indikator yang memimpin kinerja, memimpin menuju hasil akhir (leadership/ lead indicators) atau hasil akhir (lagging/ lag indicators)”.

6. Definisi Target

Menurut Vincent (2010: 7), “target (targets) merupakan suatu tingkat kinerja yang diharapkan atau peningkatan yang diperlukan di masa mendatang”.

7. Definisi Program

Menurut Vincent (2010: 7),“program (programs) merupakan inisiatif-inisiatif atau proyek-proyek utama yang harus dilaksanakan agar memenuhi satu atau lebih tujuan-tujuan strategis”.

8. Definisi Strategi

Menurut Vincent (2010: 8), “strategi adalah suatu pernyataan tentang apa yang harus dilakukan oleh organisasi untuk bertindak dari satu titik referensi ke titik referensi yang lain. Strategi merupakan sekumpulan tindakan terintegrasi

(53)

yang konsisten dengan visi jangka panjang organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang berkelanjutan”.

9. Definisi Benefit-Impact

Menurut Mahmudi (2010: 101), “manfaat dan dampak (benefit-impact) merupakan efek langsung dan tidak langsung atau konsekuensi yang diakibatkan dari pencapaian tujuan program. Hubungan antara outcome, benefit, dan impact sangat dekat dan ketiga-tiganya sulit untuk diukur atau diketahui dalam jangka pendek. Outcome merupakan dampak program atau aktivitas masyarakat. Manfaat dan dampak bisa berupa kepuasan masyarakat”.

F. Penelitian Terdahulu

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Angela (2013) dari Universitas Sanata Dharma yang berjudul Analisis Kinerja Pelayanan Kesehatan Dengan Metode Nilai Uang (Value For Money) studi kasus pada Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat, hasil analisis tahun 2009 untuk kegiatan ekonomis dari total kegiatan sebanyak 142 terdapat 132 kegiatan (90,41%) ekonomis, 10 kegiatan (6,85%) ekonomi berimbang, dan 0 kegiatan (0%) tidak ekonomis. Tahun 2010 untuk kegiatan ekonomis dari total kegiatan sebanyak 124 terdapat 114 kegiatan (91,20%) ekonomis, 10 kegiatan (8,00%) ekonomi berimbang, dan 0 kegiatan (0%) tidak ekonomis. Tahun 2011 untuk kegiatan ekonomis dari total kegiatan sebanyak 146 terdapat 136 kegiatan

(54)

(93,15%) ekonomis, 10 kegiatan (6,85%) ekonomi berimbang, dan 0 kegiatan (0%) tidak ekonomis.

Hasil analisis tahun 2009 untuk kegiatan yang efisien dari total kegiatan sebanyak 142 terdapat 106 kegiatan (72,60%) efisien, 12 kegiatan (8,22%) efisiensi berimbang, dan 24 kegiatan (16,44%) tidak efisien. Tahun 2010 untuk kegiatan yang efisien dari total kegiatan sebanyak 124 terdapat 98 kegiatan (78,40%) efisien, 10 kegiatan (8,00%) efisiensi berimbang, dan 16 kegiatan (12,80%) tidak efisien. Tahun 2011 untuk kegiatan untuk kegiatan yang efisien dari total kegiatan sebanyak 146 terdapat 102 kegiatan (69,86%) efisien, 10 kegiatan (6,85%) efisiensi berimbang, dan 34 kegiatan (23,29%) tidak efisien.

Hasil analisis tahun 2009 untuk kegiatan yang efektif dari total kegiatan sebanyak 142 terdapat 1 kegiatan (0,68%) efektif, 113 kegiatan (77,39%) efektivitas berimbang, dan 28 kegiatan (19.18%) tidak efektif. Tahun 2010 untuk kegiatan yang efektif dari total kegiatan sebanyak 124 terdapat 5 kegiatan (4,00%) efektif, 95 kegiatan (76,00%) efektivitas berimbang, dan 24 kegiatan (19,20%) tidak efektif. Tahun 2011 untuk kegiatan yang efektif dari total kegiatan sebanyak 146 terdapat 3 kegiatan (2,05%) efektif, 100 kegiatan (68,49%) efektivita berimbang, dan 43 kegiatan (19.18%) tidak efektif.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Benoit (2011) dari Universitas Sanata Dharma yang berjudul Analisis Pengukuran Kinerja Organisasi Sektor Publik Menggunakan Pendekatan Value For Money di Pemerintahan Kota Yogyakarta menghasilkan bahwa kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta pada tahun 2007 sampai

(55)

dengan tahun 2009 sudah ekonomis, pada tahun 2007 dan 2008 sudah efisien tetapi tahun 2009 menjadi tidak efisien, dari pengukuran efektivitas ditemukan hasil bahwa padatahun 2007 sampai dengan tahun 2009 sudah efektif. Sehingga hasil pengukuran pertahun dapat disimpulkan bahwa pada tahun 2007 kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta sudah ekonomis, efisien,dan efektif. Tahun 2008 kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta sudah ekonomis, efisien, dan efektif dan tahun 2009 kinerja Pemerintah Kota Yogyakarta sudah ekonomi dan efektif tetapi tidak efisien.

(56)

39 BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah studi kasus, yaitu penelitian secara mendalam terhadap suatu objek tertentu untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai objek tersebut. Penelitian ini dilakukan secara langsung di Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta sehingga hasil analisis yang diperoleh hanya berlaku bagi objek yang diteliti.

B. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta. 2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Bulan Desember 2015 sampai Januari 2016. C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

1. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta khususnya bagian Administrasi Data dan Pelaporan (ADP) 2. Objek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Laporan Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) tahun 2012 sampai dengan tahun 2014.

(57)

D. Data yang Dibutuhkan

1. Gambaran umum Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta a) Visi dan misi Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

b) Tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta 2. Laporan Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) tahun 2012 sampai dengan tahun

2014

E. Metode Pengumpulan Data 1. Dokumentasi

Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data-data yang berhubungan dengan penelitian seperti gambaran umum Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta serta Laporan Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) 2012 sampai dengan tahun 2014. F. Teknik Analisis Data

a. Analisis deskriptif komparatif yaitu menganalisa suatu organisasi dengan teknik perbandingan antara elemen yang sama untuk beberapa periode waktu yang berurutan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan periode waktu year-to-year change analysis dimana peneliti akan membandingkan elemen (laporan keuangan) yang ada untuk melihat setiap perubahan yang tejadi. Teknik ini juga bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang arah perubahan yang terjadi dan juga untuk memprediksi tentang kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi dimasa mendatang.

(58)

b. Analisis pengukuran kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta dengan menggunakan metode value for money, yang mengukur suatu kinerja organisasi dengan menggunakan 3E yaitu, ekonomi, efisiensi, dan efektivitas, Pada pengukuran ini, komponen ekonomi akan dibandingkan dengan input dan harga input, efisiensi dibandingkan dengan output dan input, sedangkan efektivitas merupakan perbandingan antara outcome dengan output.

Dalam penelitian ini, guna mengetahui kinerja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta yang akan dinilai dari Laporan Pengukuran Kinerja Kegiatan (PKK) pendapatan dan belanja Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta tahun 2012 sampai dengan tahun 2014, maka dilakukan pengukuran sebagai berikut: 1. Ekonomi 100% x Harga Ekonomi input Input  Keterangan:

Input : Realisasi anggaran Harga input : Anggaran

Menurut Mahsun (2006: 186) Kriteria ekonomi adalah:

a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (X < 100%) maka ekonomis. b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (X = 100%) maka ekonomi

(59)

c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (X > 100%) maka tidak ekonomis. 2. Efisiensi: 100% x Efisiensi Input Output  Keterangan :

Output : Persentase hasil yang diperoleh dari suatu kegiatan Input : Persentase nilai ekonomis

Menurut Mahsun (2006: 187) Kriteria efisiensi adalah:

a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (X < 100%) tidak maka efisien. b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (X = 100%) maka efisiensi

berimbang.

c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (X > 100%) maka efisien. 3. Efektivitas 100% x s Efektivita Output Outcome  Keterangan: Outcome Output : :

Persentase dampak yang ditimbulkan dari suatu kegiatan

(60)

Menurut Mahsun (2006: 187) Kriteria efektivitas adalah:

a. Jika diperoleh nilai kurang dari 100% (X < 100%) maka tidak efektif. b. Jika diperoleh nilai sama dengan 100% (X = 100%) maka efektivitas

berimbang.

c. Jika diperoleh nilai lebih dari 100% (X > 100%) maka efektif. F. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau dapat dikatakan sebagai data yang diperoleh dari pihak lain, meliputi:

1. Gambaran umum Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta

(61)

44

BAB IV

GAMBARAN UMUM

DINAS PENDIDIKAN KOTA YOGYAKARTA A. Visi Dan Misi Dinas Pendidikan

1. Visi

Visi Dinas Pendidikan Yogyakarta adalah sebagai berikut:

”Terwujudnya Pendidikan berkualitas, berkarakter dan Inklusif dengan dukungan sumber daya manusia yang professional”

2. Misi

Dalam Rangka mewujudkan visi yang diinginkan, maka Dinas Pendidikan menetapkan 4 misi yang akan ditempuh sebagai berikut:

a. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas b. Mewujudkan pendidikan berkarakter

c. Mewujudkan pendidikan untuk semua (inklusif)

(62)

B. Tujuan Dan Sasaran Jangka Menegah Dinas Pendidikan

Tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta lima tahun ke depan adalah:

1. Tujuan

Meningkatkan kesempatan warga Kota Yogyakarta untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dengan pengelolaan baik.

2. Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan

a. Terwujudnya perluasan akses dan pemerataan pendidikan

b. Terwujudnya peningkatan mutu, relevansi daya saing dan penguatan tata kelola serta akuntabilitas pendidikan

(63)

46

Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta Sumber: LAKIP Tahun 2012

No Tujuan Sasaran Indikator Sasaran

Kondisi Kinerja Pada Awal Renstra

2011

Target Kinerja Sasaran Pada Tahun ke 1 2 3 4 5 1 Meningkatkan kesempatan warga Kota Yogyakarta untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas dengan pengelolaan baik Terwujunya perluasan akses dan pemerataan pendidikan Angka Partisipasi Sekolah (APS) 74% 89% 91% 93% 95% 97% 2 Terwujudnya peningkatan mutu, relevansi,daya saing, dan penguatan tata kelola serta akuntabilitas pendidikan Kelulusan Ujian Nasional (UN/UNPK) 86% 87% 90% 93% 96% 99%

(64)

C. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan

Strategi merupakan upaya yang sistematis untuk mencapai tujuan Rencana Pembangunan-Jangka Menengah/Panjang (RP-JMP) Kota Yogyakarta. Strategi dan kebijakan Dinas Pendidikan tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dirumuskan berdasarkan visi, misi, tujuan dan sasaran yang mengacu pada RP-JMP Yogyakarta tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 dan evaluasi capaian kinerja Dinas Pendidikan sampai tahun 2011. Strategi dan kebijakan Dinas Pendidikan juga memperhatikan visi, misi, Walikota Yogyakarta khususnya pendidikan karakter dan untuk semua (inklusif).

Strategi dan kebijakan Dinas Pendidikan Tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 disusun untuk memberikan arah dan pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan di Kota Yogyakarta. Berdasarkan kajian pada tujuan dan sasaran diatas terlihat ada beberapa komponen yang dibutuhkan dalam pelayanan pendidikan secara prima (pelayanan pendidikan yang optimal), komponen-komponen tersebut antara lain: pendidik dan tenaga kependidikan, sistem pembelajaran, sarana dan prasarana, prestasi siswa serta tata kelola yang akuntabel.

(65)

Tabel 4.2. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan Sumber: LAKIP Tahun 2012

No Strategi Kebijakan 1 Peningkatan Angka

Melanjutkan (AM) sekolah

a. Penyediaan Jaminan Pendidikan warga KMS b. Penguatan dan perluasan pendidikan inklusif c. Penguatan dan perluasan pendidikan non formal 2 Penurunan Angka

Putus Sekolah (APTs)

a. Peningkatan anggaran Bosda dan BOP serta Rawan Putus Sekolah (RAPUS)

b. Fasilitasi Pendidikan Resource Center 3

Penguatan Pendidikan Karakter

a. Pengembangan kurikulum muatan lokal

b. Pengitegrasian Pendidikan karakter disemua mata pelajaran

4

Peningkatan Angka Kelulusan Ujian Nasional dan Ujian

Nasional Program

a. Peningkatan kompetensi pendidik dan pamong b. Pemberian subsidi biaya Ujian Nasional (UN) dan

Ujian Nasional Program Kesetaraan (UNPK) c. Fasilitasi latihan UN dan UNPK ujian nasional

d. Penguatan model pembelajaran di kalangan pendidik/ pamong

e. Sister School dan kemitraan sekolah

5

Peningkatan Kualitas Penyelenggaraan Pendidikan Formal dan

Non Formal

a. Penguatan Kapasitas Pengawas dan Penilik b. Penguatan Kapasitas Kepala Sekolah c. Penguatan Kapasitas Konselor/ guru BK d. Fasilitasi Akreditasi Sekolah

e. Penerapan EDS dan MSPD

f. Penyediaan data dan informasi yang akurat

6 Peningkatan kualitas dan kuantitas Sarana dan

Prasarana Pendidikan

a. Penyediaan sarana dan prasarana UKS, Laboraturium, Perpustakaan

b. Rehab ruang kelas c. Regruping sekolah

7 Pengembangan Sumber Belajar berbasis

E-learning

a. Penyediaan jaringan internet di sekolah

b. Penguatan dan perluasan penggunaan TIK di sekolah c. Pelatian konten E-learning

Gambar

Gambar 2.1 Value for Money Sumber: Mardiasmo (2002: 5)
Tabel 4.1. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Pendidikan Kota  Yogyakarta Sumber: LAKIP Tahun 2012
Tabel 4.2. Strategi dan Kebijakan Dinas Pendidikan Sumber: LAKIP Tahun 2012
Grafik dibawah ini menunjukkan perubahan tingkat ekonomis kegiatan Dinas  dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2014
+3

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok Kerja Rehab Pembangunan Pagar Keliling dan Pagar Tembok Depan, Pembangunan Blok, Pembangunan Mesjid, Pembuatan Jalan Masuk dan Pembuatan Jalan Lingkungan

Gambar 7 Grafik nilai frekuensi nada final tertinggi dan terendah dari setiap imam qirā’ ah sabʻah

Teknik pemotretan yang dipakai dalam perancangan buku fotografi tentang kerajinan ketak di Lombok ini adalah pemotretan yang dilakukan secara langsung dilakukan di

Untuk mengetahui faktor yang menghambat dan solusi dalam implementasi pengukuran hasil belajar melalui metode sosiometri dalam sikap sosial siswa pada mata

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hasil pemetaan posisi Semantik Diferensial sepeda motor sport merek Suzuki lebih unggul daripada merek Yamaha dalam segi kehalusan suara

Yang dimaksud dengan kontraktor dalam peraturan dan syarat-syarat adalah yang diserahi tugas pelaksanaan pekerjaan, yang disebut sebagai pihak kedua dalam surat

11.5 Dengan tidak mengurangi ketentuan Pasal 11.1 Perjanjian ini, Bank dapat membekukan sementara Rekening Kartu, mengakhiri hak pemegang kartu (dan/atau Pemegang

Bila dibandingkan triwulan yang sama di tahun sebelumnya, perekonominan Kalimantan Selatan tumbuh sebesar 5,77 persen (y-o-y), dimana pertumbuhan tertinggi di