• Tidak ada hasil yang ditemukan

: Syzygium polyanthum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": Syzygium polyanthum"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

Flavonoid

Syzygium polyanthum

Klasifikasi Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Family : Myrtaceae Genus : Syzygium

Species : Syzygium polyanthum

Nama Daerah : Gowok (Sunda) , manting (Jawa) , Salam (Indonesia,

Sunda, Jawa, Madura) Meselangan (Sumatera) , ubar serai (Melayu)

Sebaran : Salam tersebar di Asia Tenggara, mulai dari Burma,

Indocina, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatra, Kalimantan dan Jawa

(2)

2

Flavonoid

Pemerian

Merupakan pohon berukuran sedang, bertajuk rimbun tinggi mencapai tinggi 30 m dan gemang 60 cm, bertajuk rimbun, berakar tunggang. Batang Berkayu, batang bulat, permukaan licin, pepagan (kulit batang) berwarna coklat abu-abu, memecah atau bersisik.

Daun tunggal, letak berhadapan, bertangkai yang panjangnya 0,5-1 cm. Helaian daun bentuknya jorong – lonjong, jorong sempit atau lanset, sampai elips atau bundar telur sungsang, ujung meruncing, pangkal runcing, tepi rata, panjang 5-15 cm, lebar 3-8 cm, pertulangan menyirip, permukaan atas licin berwarna hijau tua, permukaan bawah warnanya hijau muda. Daun bila diremas berbau harum Urat daun intramarginal nampak jelas dekat tepi helaian, berbintik kelenjar minyak yang sangat halus

Karangan bunga berupa malai dengan banyak kuntum bunga, 2-8 cm, muncul di bawah daun atau terkadang pada ketiak. Bunga kecil-kecil, duduk, berbau harum, berbilangan-4; kelopak seperti mangkuk, panjangnya sekitar 4 mm; mahkota lepas-lepas, putih, 2,5-3,5 mm; benang sari banyak, lk. 3 mm, terkumpul dalam 4 kelompok, lekas rontok; piringan tengah agak persegi, jingga kekuningan Bunganya termasuk bunga majemuk tersusun dalam malai yang keluar dari ujung ranting, warnanya putih, baunya harum.

Buahnya buah buni, bulat, diameter 8-9 mm, warnanya bila muda hijau, setelah masak menjadi merah gelap sampai ungu kehitaman, rasanya agak sepat. bermahkota keping kelopak. Biji bulat, penampang sekitar 1 cm, warnanya coklat.

Tanaman salam tumbuh pada tanah dengan ketinggian 225-450 meter di atas permukaan laut dengan curah hujan 3.000-4.000

(3)

3

Flavonoid

mm/tahun pada jenis latosol kehitaman. Pemupukan dilakukan dengan menambah pupuk kandang secukupnya pada saat penanaman. Untuk

menambah daun, dilakukan penambahan pupuk NPK.[2]

Simplisia

Pemanenen salam dilakukan dengan pemetikan daun yang sudah berwarna hijau tua. Daun tersebut dipangkas secara acak pada ranting-rantingnya. Sesudah daun diperoleh dari rantingnya, daun dilayukan dengan cara dihamparkan di lantai pada suhu ±27 °C dengan pembalikan intensif selama tiga hari.[1]

Penggunaan Tradisional

Daun salam digunakan terutama sebagai rempah pengharum masakan di sejumlah negeri di Asia Tenggara, baik untuk masakan daging, ikan, sayur mayur, maupun nasi. Daun ini dicampurkan dalam keadaan utuh, kering atau pun segar, dan turut dimasak hingga makanan tersebut matang. Rempah ini memberikan aroma herba yang khas namun tidak keras. Di pasar dan di dapur, salam kerap dipasangkan dengan lengkuas.

Kayu salam berwarna coklat jingga kemerahan dan berkualitas menengah. Kayu yang tergolong ke dalam kayu kelat (nama perdagangan) ini dapat dipergunakan sebagai bahan bangunan dan perabot rumah tangga. Kulit batang salam mengandung tanin, kerap dimanfaatkan sebagai ubar (untuk mewarnai dan mengawetkan) jala, bahan anyaman dari bambu dan lain-lain. Buah salam dapat dikonsumsi. Secara empiris kulit batang dan daun salam biasa digunakan sebagai bahan ramuan tradisional untuk menyembuhkan sakit perut.

(4)

Ekstraksi

Ekstrak dibuat deng

daun salam dimasukkan ke dalam alat digesti menggunakan 10 bagian air selama satu jam dihitung sejak suhu mencapai 40

disaring. Ampas disari kembali selama 30 menit dengan 5 bagian air sebanyak dua kali. Ekstrak diuapkan dan dikeringkan dengan menggunakan penangas air. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan dicatat.

Rendemen: tidak kurang dari 5,8%

Pemerian ekstrak

• Bentuk : kental

• Warna : Hijau kehitaman

• Bau : Khas

• Rasa : Agak pahit dan kelat

Kandungan kimia

saponin, triterpenoid, polifenol, alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang terdiri dari sesquiterpen, lakton,

Flavonoid dengan komponen utama fluoretin dan kuer

4

Flavonoid

Ekstrak dibuat dengan cara digesti. Satu bagian serbuk kering daun salam dimasukkan ke dalam alat digesti menggunakan 10 bagian

ama satu jam dihitung sejak suhu mencapai 40

disaring. Ampas disari kembali selama 30 menit dengan 5 bagian air sebanyak dua kali. Ekstrak diuapkan dan dikeringkan dengan menggunakan penangas air. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan

endemen: tidak kurang dari 5,8%

: kental

: Hijau kehitaman : Khas

: Agak pahit dan kelat

saponin, triterpenoid, polifenol, alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang rdiri dari sesquiterpen, lakton, fenol (Sudarsono et al.,

Flavonoid dengan komponen utama fluoretin dan kuersetin

OH

OH OH

O Fluoretin

n cara digesti. Satu bagian serbuk kering daun salam dimasukkan ke dalam alat digesti menggunakan 10 bagian

ama satu jam dihitung sejak suhu mencapai 400C, kmudian

disaring. Ampas disari kembali selama 30 menit dengan 5 bagian air sebanyak dua kali. Ekstrak diuapkan dan dikeringkan dengan menggunakan penangas air. Rendemen yang diperoleh ditimbang dan

saponin, triterpenoid, polifenol, alkaloid, tanin dan minyak atsiri yang

et al., 2002), dan

setin.

(5)

5

Flavonoid

Indikasi

Antioksidan, antiinflamasi, antidiabetes, antidiare, antihipertensi,

hipoglikemik

Efek Farmakologi (yang terdapat di jurnal) • Terapi Hipertensi [3]

Pada penelitian ini digunakan 5 kelompok, masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus putih jantan galur Wistar yang dibuat hipertensi dengan diit tinggi natrium klorida. Kelompok 1 sampai 4 diberi infus daun salam masing-masing dengan dosis 0,03 g/200 g bb., 0,06 g/200 g bb., 0,12 g/200 g bb., dan 0,24 g/200 g bb. sedangkan kelompok 5 diberi verapamil dosis 0,09 mg/200 g bb. Sebagai pembanding. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan cara langsung pada arteri karotis dengan menggunakan manometer air raksa yang dihubungkan dengan kymograf. Pemberian sediaan uji dilakukan melalui vena jugularis. Pengamatan dilakukan scbelum pemberian (0 menit), segera setelah pemberian (<1 menit), pada menit ke lima dan ke sepuluh setelah pemberian sediaan uji. Data yang diperoleh diolah secara statistik dengan menggunakan metode anova 2 arah dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) dari Tukey. Hasil percobaan menunjukkan bahwa pemberian infus daun salam dapat menurunkan tekanan darah arteri rata-rata tikus putih jantan galur Wistar yang dibuat hipertensi. Efek infus daun salam yang bermakna ditunjukkan oleh dosis 0,06 g/ 200 g bb. dan dosis 0,12 g/200 g bb.

• Efek hipogllikemis[6]

Uji aktivitas hipoglikemik ekstrak etanolik 30% dan 70% daun salam (Syzygium Polyanthum (wight) Walp) pada kelinci jantan yang dibebani

(6)

6

Flavonoid

dengan glukosa menunjukkan hasil yang signifikan (p<0,05). Kandungan

yang teridentifikasi dengan metoda kromatografi lapis tipis dalam ekstrak tersebut adalah golongan flavonoid. Tanda-tanda stimulasi terhadap

saraf parasimpatik tidak terlihat setelah perlakuan dengan estrak

etanolik daun Syzygium Polyanthum (wight) Walp tersebut.

• Antidiabetes [6]

Telah diuji aktivitas antidiabetes ekstrak air daun salam {Syzygium polyanthum (Wight) Walp., Myrtaceae] dan fraksinya pada mencit putih

jantan galur ddY. Pada mencit normal, fraksi ekstrak air yang tidak larut dalam etanol dosis 0,7 g/kg bobot badan menunjukkan aktivitas yang paling kuat setelah tiga jam pemberian oral, yaitu dengan menurunkan konsentrasi rata-rata glukosa darah sampai 59,6 mg/dl dari konsentrasi awal sebesar 109,4 mg/di (turun 45,5%). Konsentrasi pada waktu ini berbeda secara bermakna dibandingkan dengan kontrol (p < 0,05), dan lebih baik daripada tolbutamid yang menurunkan konsentrasi rata-rata glukosa darah dari 110,7 mg/dl menjadi 74,2 mg/dl (turun 33%). Pada waktu yang sama dan setelah pemberian dosis yang sama, ekstrak air awal menunjukkan penurunan konsentrasi rata-rata glukosa darah dari 95,6 menjadi 93,1 mg/dl (turun 2,6%), fraksi n-heksana menurunkan konsentrasi glukosa dari 122,4 menjadi 118,4 mg/dl (turun 3,6%), sedangkan fraksi etil asetat menaikkan konsentrasi glukosa dari 93 menjadi 95,2 mg/dl (naik 2,3%), dan fraksi air sisa menaikkan konsentrasi glukosa dari 77,8 menjadi 100 mg/dl (naik 22,2%). Pada mencit diabetes aloksan, fraksi ekstrak air yang tidak larut dalam etanol menunjukkan toleransi glukosa yang lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Pada kelompok hewan yang sama fraksi ini (0,7 g/kg bobot badan) juga menurunkan konsentrasi glukosa darah (15,07%), tapi kurang kuat

(7)

7

Flavonoid

dibandingkan dengan insulin (97,59%). Fraksi ini juga dapat menekan kenaikan konsentrasi glukosa darah oleh adrenalin (naik dari 130,76 menjadi 135,48 mg/dl), yang berbeda secara bermakna dengan kontrol (naik dari 142,23 menjadi 288,2 mg/dl). Dari pengujian in vitro fraksi ini

diduga dapat meningkatkan transpor glukosa ke jantung.

• Menurunkan Kadar LDL Kolesterol[4]

Serangkaian penelitian dengan desain Pre and Post Randomized

Controlled Group Design terhadap tikus galur wistar jantan yang dibuat

hiperlipidemia. Sampel terdiri dari 28 ekor tikus yang dibagi menjadi 4

kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol, yang hanya diberi pakan standar

dan 3 kelompok perlakuan yang diberi tambahan diet ekstrak Eugenia

polyantha peroral dengan dosis 0,18 gr/hari untuk kelompok perlakuan I,

0,36 gr/hari untuk kelompok perlakuan II, dan 0,72 gr/hari untuk kelompok perlakuan III selama 15 hari. Analisis kadar LDL kolesterol serum

menggunakan metode Precipitation of LDL, VLDL and chylomicron. Data

yang diperoleh dianalisis menggunakan uji Wilcoxon dan Kruskall-Wallis.

Hasilnya adalah pemberian ekstrak Eugenia polyantha pada

kelompok perlakuan menyebabkan penurunan kadar LDL kolesterol

yang bermakna (p<0,05) pada semua dosis dibanding kontrol. Dosis 0,72gr/hari dapat menurunkan kadar LDL kolesterol paling tinggi

dibanding dengan kelompok lainnya (0,18gr dan 0,36gr/hari).

• Meningkatkan Kadar HDL Kolesterol[5]

Serangkaian penelitian dengan desain Pre and Post Randomized Controlled Group Design terhadap tikus jantan galur wistar yang dibuat

hiperlipidemia. Sampel terdiri dari 28 ekor tikus yang dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol, yang hanya diberi pakan standar serta aquadest dan 3 kelompok perlakuan yang diberi diet tambahan

(8)

8

Flavonoid

berupa ekstrak Eugenia polyantha dari 0,18 gr daun salam segar/hari

untuk kelompok perlakuan I, 0,36 gr daun salam segar/hari untuk

kelompok perlakuan II, dan 0,72 gr daun salam segar/hari untuk kelompok perlakuan III. Diet ini diberikan selama 15 hari. Analisis kadar HDL kolesterol serum menggunakan metode Precipitation of LDL, VLDL and chylomicrons. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji statistik Wilcoxon untuk analisis data dalam satu kelompok dan Kruskal-Wallis

untuk analisis data antar kelompok yang berbeda. Seluruh analisis data

dilakukan dengan menggunakan program SPSS 15.00 for Windows.

Perbedaan dinyatakan signifikan bila p<0,05.

Hasilnya adalah pemberian ekstrak Eugenia polyantha dari 0,18 gr

daun salam segar, 0,36 gr daun salam segar, dan 0,72 gr daun salam segar/hari selama 15 hari dapat meningkatkan kadar HDL kolesterol serum tikus jantan galur wistar hiperlipidemia secara bermakna. Semakin tinggi dosis ekstrak Eugenia polyantha yang diberikan semakin tinggi

peningkatan kadar HDL kolesterol serum tikus jantan galur Wistar hiperlipidemia.

Anti-Proliferative

Empat tanaman yang dilaporkan memiliki efek anti oksidan yaitu Vitex pinnata (pucuk leban), Barringtonia racemosa (pucuk putat), Oroxylum indicum (pucuk beko) and Syzygium polyanthum (pucuk serai kayu)

diperiksa mengenai efek anti kanker. Hasil menunjukkan bahwa nilai IC50 V. pinnata adalah 17,38 mg / ml, E. Polyanthum adalah 5,50 mg / ml dan B. racemosa adalah 3,47 mg / ml. Nilai-nilai ini dianggap kepunahan karena kurang dari 20 mg / ml, yang merupakan indikator dari agen anti-proliferasi yang baik. Sementara itu, O. indicum tidak menunjukkan nilai

(9)

9

Flavonoid

IC50. Jadi, O. indicum bukan merupakan ekstrak yang ampuh sebagai agen anti-proliferasi.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah V. pinnata, S. polyanthum dan

B. racemosa memiliki potensi yang baik untuk menjadi agen anti-proliferasi. Secara keseluruhan, ketiga tanaman ini menjanjikan sebagai obat anti-kanker alami.

Produk

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal metode, amsal al-Qur ’ an menyampaikan hal yang abstrak dengan menghadirkan hal yang konkrit (dalam perumpamaannya) sehingga mudah difahami, selanjutnya

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan di atas maka Indeks Harga Saham Gabungan (^JKSE) dan Indeks Indeks Philippine Stock Exchange (^PSE) memiliki hubungan

Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis isi, yaitu dengan mengidentifikasi data, mengklasifikasi data, analisis datadan kontribusi hasil penelitian.Hasil

Hasil penelitian menggunakan uji statistik uji chi square menunjukkan bahwa hasil p = 0,006 (&lt; 0,05) ini berarti terdapat hubungan antara paparan debu dengan

Tujuan: Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi motivasi kader dalam melaksanakan kegiatan posyandu lansia di Desa Ledug Kabupaten Banyumas Metode: Penelitian ini

[r]

Waktu yang paling banyak yang dibutuhkan oleh kampas cakram untuk menghentikan laju kendaraan pada kondisi basah terjadi pada kampas cakram C dengan beban pengereman 2

o Metropolitan Area Network (MAN) : jaringan kecepatan tinggi untuk node yang terdistribusi dalam jarak jauh (biasanya untuk satu kota atau suatu daerah besar).. o Wide Area