• Tidak ada hasil yang ditemukan

soal materialitas dan bukti audit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "soal materialitas dan bukti audit"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

SOAL MATERIALITAS

1. Menurut anda, apa fungsi dari penentuan materialitas oleh auditor pada saat perencanaan audit?

2. Bagaimana hubungan antara meterialitas dan bukti audit?

3. Dalam konsep penentuan materialitas, auditor memerlukan kepastian yang cukup meyakinkan namun tidak absolut. Mengapa demikian? Dan sebutkan apa saja faktor- faktor yang mempengaruhi besarnya penentuan materialitas tiap auditor berbeda-beda!

4. Mengapa materialitas pada tingkat Laporan Keuangan menjadi penting untuk diperhatikan oleh auditor?

5. Dalam penentuan materialitas dikenal ada dua dasar yang digunakan, yakni dasar kuantitatif dan kualitatif. Sebutkan apa saja dasar kuantitatif dalam menentukan materialitas!

RISIKO AUDIT

1. Sebut dan jelaskan 3 unsur risiko audit!

2. Bagaimana hubungan antara tingkat keyakinan auditor dengan risiko audit? 3. Sebutkan faktor-faktor yang memengaruhi penentuan risiko bawaan terhadap

satu akun!

4. Mengapa risiko deteksi penting dalam proses audit bagi auditor? 5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan risiko audit! Bagaimana model

perhitungannya? Dan apa saja faktor yang mempengaruhi risiko audit?

BUKTI AUDIT

1. Dalam melaksanankan prosedur audit, auditor memeriksa berbagai jenis bukti

audit. Salah satunya diperoleh dari tektik konfirmasi(confirmation). Jelaskan mengapa teknik konfirmasi ini banyak digunakan terutama dalam menguji asersi manajemen terhadap hutang dan piutang usaha! Dan bagaimana cara mendapatkan alat bukti dari tekni ini?

(2)

2. Jelaskan kelemahan serta keunggulan dari prosedur analitis dalam teknik

pengumpulan bukti audit! Berikan contoh penerapan teknik ini dalam memperoleh bukti audit!

3. Sebut dan jelaskan jenis bukti audit yang dapat dhasilkan dari teknik tanya

jawab/wawancara!

4. Mengapa bukti audit yang diperoleh teknik pengamaan/observation kurang dapat diandalkan?

(3)

JAWABAN MATERIALITAS

1. Karna materialitas merupakan pertimbangan professional auditor sebagai tanggung jawab atas disiplin ilmunya dan digunakan sebagai dasar dalam perencanaan audit, maka fungsi daripada penentuan materialitas ialah sebagai batas (materiality border) untuk menentukan apakah salah saji material/perlu dikoreksi apa tidak. Biasanya disebut sebagai Tolerable Error (kesalahan yang masih bias ditoleransi).

2. Semakin kecil tingkat materialitas yang ditetapkan maka audit yang dilakukan semakin teliti, contoh ekstrimnya adalah saat tingkat materialitas di tentukan Rp-0 , artinya semua transaksi yang terjadi di perusahaan tersebut dianggap material. Jadi hubungan materialitas dan bukti adalah berbanding terbalik, dimana semakin kecil penentuan tingkat materialitasnya maka semakin banyak bukti yang harus di kumpulkan, dan sebaliknya.

3. Konsep materialitas ialah bersifat relative, bukan pertimbangan absolut. Sebab salah saji material pada suatu perusahaan belum tentu merupakan salah saji yang material pula bagi perusahaan lainnya.

Besarnya penentuan materialitas oleh tiap auditor berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh:

a. Faktor individu auditor; b. Faktor eksternal perusahaan; c. Tingkat pengaruh suatu akun; d. Faktor kondisi KAP.

4. Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan menjadi penting untuk diperhatikan oleh auditor disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya:

a. Laporan keuangan saling terkait;

b. Prosedur auditing dipergunakan lebih dari satu laporan yang ada dalam laporan keuangan, dimana saling berkaitan antara satu dengan yang lain.

5. Dasar kuantitati dalam penentuan materialitas diantaranya: a. Total aktiva

b. Total pendapatan

c. Laba bersih sebelum pajak

d. Laba bersih operasi yang berkelanjutan e. Laba kotor

(4)

RISIKO AUDIT

1. Unsur risiko audit antara lain:

a. Risiko Bawaan, adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait. b. Risiko Pengendalian, adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.

c. Risiko Deteksi, adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam suatu asersi.

2. Hubungan antara tingkat keyakinan auditor dengan risiko audit adalah berbalik. Dimana semakin besar atau tinggi tingkat keyakinan/kepastian (confidence level) dari sang auditor terhadap perusahaan/entitas klien, maka semakin kecil atau rendah risiko audit terhadap perusahaan/entitas klien tersebut. Begitu juga saat tingkat keyakinan auditor terhadap satu perusahaan/entitas rendah, maka risiko auditnya akan tinggi. Sebab auditor berdasarkan pertimbangan profesionalnya merasa ada banyak ketidakberesan dalam entitas/perusahaan tersebut.

3. Faktor penentu risiko bawaan pada suatu akun dipengaruhi oleh: a. Akuntabilitas akun atau transaksi;

b. Kerumitan masalah akuntansi yang terkait;

c. Sifat, penyebab dan jumlah salah saji yang dideteksi pada tahun sebelumnya.

4. Risiko deteksi dalam perencanaan audit penting bagi auditor sebab risiko deteksi merupakan satu-satunya risiko yang bisa dipengaruhi / dikendalikan oleh auditor, melalui banyak atau sedikitnya bukti dengan penambahan atau pengurangan prosedur audit . Apabila auditor menginginkan risiko deteksi kecil, maka perlu lebih banyak bukti audit/prosedur audit, dan sebaliknya.

5. Risiko audit merupakan risiko yang memungkinkan auditor memberikan pendapat yang keliru atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Model dari penghitungan risiko audit (audit risk) ditunjukkan

(5)

dengan model AR = IR + CR + DR (AR=Audit Risk/risiko audit ; IR=Inherent Risk/risiko bawaan ; CR=Control Risk/risiko pengendalian ; DR=Detection risk/risiko deteksi)

Risiko audit dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. Tingkat ketergantungan pengguna eksternal laporan keuangan;

b. Kemungkinan klien mengalami kesulitan keuangan setelah laporan audit diterbitkan;

c. Evaluasi auditor terhadap integritas manajemen.

BUKTI AUDIT

1.

Teknik konfirmasi banyak digunakan dalam prosedur audit, terutama dalam menguji asersi manajemen terhadap hutang dan piutang usaha, sebab bukti audit yang diperoleh dari konfirmasi memiliki keandalan yang sangat tinggi karena bukti audit dari teknik audit ini diperoleh dari pihak ketiga yang independen terhadap klien.

Teknik ini dilakukan dengan cara meminta tanggapan baik secara tertulis maupun lisan dari pihak ketiga yang independen mengenai item-item tertentu yang mempengaruhi laporan keuangan klien. Pada konfirmasi tertulis, konfirmasi adalah surat yang ditandatangai klien, ditujukan kepada pihak ketiga terkait (biasanya pelanggan atau kreditur) untuk meminta penegasan (konfirmasi) mengenai saldo utang/piutang klien pada pihak ketiga tersebut per tanggal tertentu (biasanya tanggal neraca).

2. Kelemahan prosedur analitis adalah tidak bisa menguji asersi Presentation

and Disclosure. Sedangkan keunggulannya yaitu prosedur analitis biasa

digunakan auditor untuk menilai kelayakan data dan menguji keempat asersi lainnya termasuk empat Transaction Related Audit Objective maupun lima

Balance Related Audit Objective untuk menguji Valuation. Selain itu,

prosedur analitis juga dapat digunakan untuk memahami industri dan bisnis klien, menilai kemampuan keberlanjutan bisnis entitas, menunjukkan munculnya kemungkinan kesalahan pengujian dalam laporan keuangan, serta mengurangi pengujian audit rinci.

(6)

Contoh penggunaannya misalkan pada pengujian pos piutang, auditor melakukan:

a. Auditor membandingkan data piutang tahun ini dengan tahun lalu b. Auditor menghitung dengan teknik-teknik perhitungan statistik untuk

melihat rata-rata, korelasi, kecenderungan, maupun kesimpulan-kesimpulan lain

3. Alat bukti yang dapat dihasilkan dari teknik tanya jawab/wawancara diantaranya:

a. Bukti Kesaksian adalah bukti peyakin yang didapat dari pihak lain karena diminta oleh auditor. Peyakin maksudnya adalah untuk mendukung bukti-bukti lain yang telah didapatkan oleh auditor. Biasanya bukti pengujian fisik, bukti dokumen, bukti analisis, atau bukti lisan telah diperoleh, baru kemudian dilengkapi dengan bukti kesaksian.

b. Bukti Lisan adalah bukti yang didapat oleh auditor dari orang lain melalui pembicaraan secara lisan. Orang lain tersebut mungkin berasal dari luar auditi maupun dari pihak auditi sendiri. Dalam hal memperoleh bukti lisan, auditor harus mencatat (menuangkan dalam kertas kerja) dengan seksama termasuk nara sumbernya.

c. Bukti Spesialis adalah bukti yang didapat dari tenaga ahli, baik seorang pribadi maupun instansi atau institusi yang memiliki keahlian yang kompeten dalam bidangnya. Tenaga spesialis yang dapat digunakan adalah semua profesi seperti ahli pertambangan, dokter, ahli purbakala, ahli pertanian, ahli hukum, ahli perbankan, dll. Untuk memenuhi syarat kompetensi bukti audit, maka kompetensi tenaga spesialis tersebut harus terjamin. Dalam hal ini, jika diputuskan untuk menggunakan tenaga ahli (spesialis), maka auditor harus mengusahakan ahli yang diakui oleh umum.

(7)

4. Bukti audit yang didapat dari teknik observasi kurang dapat diandalkan karena terdapat risiko bahwa karyawan klien yang terlibat aktivitas-aktivitas yang sedang diobservasi telah menyadari kehadiran auditor sehingga pada saat dilakukan observasi, karyawan klien akan mengubah perilakunya dengan melaksanakan tanggungjwabnya sesuai dengan kebijakan perusahaan.

5. Bukti yang kompeten yaitu bukti yang valid dan relevan, bukti yang valid dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Indepedensi dan kualifikasi sumber diperolehnya bukti, bukti yang diperoleh dari sumber eksternal (misalnya konfirmasi) memiliki validitas lebih tinggi dibandingkan bukti yang diperoleh dari sumber internal. Meskipun sumber informasi independen, bukti tidak valid jika orang yang menyediakan informasi tidak mempunyai kualifikasi untuk melakukan hal tersebut. Sebagai contoh, penyedia informasi yang dapat diakui adalah DJBC, Bapepam, dan lain-lain.

b. Kondisi di mana bukti diperoleh, bukti yang dihasilkan oleh entitas yang memiliki system pengendalian internal kuat memiliki validitas lebih tinggi dibandingkan bukti yang dihasilkan oleh entitas yang memiliki sistem pengendalian internal lemah.

c. Cara bukti diperoleh, bukti yang diperoleh secara langsung oleh auditor

(misalnya observasi persediaan) lebih handal dibandingkan bukti yang diperoleh secara tidak langsung (misalnya hasil wawancara dengan klien).

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa bukti empiris dari lima variabel bebas yang digunakan dalam memprediksi terjadinya praktik penghentian prematur atas prosedur audit,

25 Dalam menentukan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan diterapkan terhadap saldo akun atau golongan transaksi tertentu, auditor harus merancang suatu

•) Jika auditor menyimpulkan bahwa penolakan manajemen untuk mengizinkan auditor mengirim permintaan konfirmasi adalah tidak masuk akal, atau auditor tidak dapat memperoleh bukti

Dari sekian banyak prosedur yang dilakukan oleh KAP untuk memperoleh bukti tertulis pernyataan kepatuhan dan bukti yang cukup dan tepat sehinga menghasilkan Laporan Audit

Konfirmasi eksternal adalah bukti audit berupa tanggapan tertulis secara langsung yang diperoleh auditor, atas permintaannya, dari pihak ketiga (pihak yang

Prosedur pengerjaan ulang, adalah prosedur pengujian dengan cara mengerjakan oleh suatu proses yang biasa dilakukan untuk menghasilkan bukti audit

• Mengetahui prosedur manual yang digunakan Mengetahui prosedur manual yang digunakan oleh auditor internal dalam mengumpulkan oleh auditor internal dalam mengumpulkan  bukti

untuk mengizinkan auditor mengirim permintaan konfirmasi adalah tidak masuk akal, atau auditor tidak dapat memperoleh bukti audit yang relevan dan andal dari prosedur