• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS PENGADILAN AGAMA BANGIL KELAS IB TAHUN 2021, UNTUK PELAKSANAAN TAHUN 200

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS PENGADILAN AGAMA BANGIL KELAS IB TAHUN 2021, UNTUK PELAKSANAAN TAHUN 200"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN PELAKSANAAN PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS

PENGADILAN AGAMA BANGIL KELAS IB TAHUN 2021, UNTUK PELAKSANAAN TAHUN 200

A. LATAR BELAKANG.

Zona Integritas merupakan dua kata yang dirangkai menjadi kesatuan yang tidak terpisahkan yaitu kata “Zona” yang berarti “Wilayah atau Daerah dengan pembatasan khusus”. Sedangkan kata “Integritas” dimaksudkan adalah “Konsistensi dan keteguhan yang tidak tergoyahkan dalam menjunjung tinggi nilai-nilai luhur dan keyakinan. Dalam Etika “Integritas” diartikan sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Oleh karena itu seseorang dapat dikatakan memiliki integritas, apabila tindakannya sesuai dengan nilai, keyakinan dan prinsip kebenaran yang dipegangnya. Pembangunan Zona Integritas Menitik beratkan pada dua landasan utama yakni Perubahan Pola Fikir (Mind Set) dan Budaya Kerja (Culture Set).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa “Membangun Zona Integritas” adalah mewujudkan aparat dalam wilayah tertentu menjunjung tinggi nilai-nilai luhur kejujuran, kebenaran, bebas dari korupsi, suap, pungli dan menerima gratifikasi, sehingga terbangun pemerintahan/lembaga yang bersih dan meningkatnya pelayanan publik secara baik dan konsisten sebagaimana dimaksud dalam Permenpan Nomor 10 tahun 2019 tentang Perubahan atas Permenpan RB Nomor 52 Tahun 2014, tentang Pelaksanaan Pembangunan Zona Integritas..

B. DASAR HUKUM PEMBANGUNAN ZI

- Undang Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.

- Nomor 55 tahun 2012, tentang Strategi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi.

- Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2018 tentang Strategi Nasional Pencegahan Korupsi (Stranas PK).

- Peraturan Presiden Nomor 81 Tahun 2010 tentang Grand Design Reformasi Birokrasi yang mengatur tentang pelaksanaan program reformasi birokrasi. Peraturan tersebut menargetkan tercapainya tiga sasaran hasil utama yaitu peningkatan kapasitas dan akuntabilitas organisasi, pemerintah yang bersih dan bebas KKN, serta peningkatan pelayanan publik.

- Peraturan Menteri PAN dan RB Nomor 10 tahun 2019, perubahan kedua atas, Permenpan RB, Nomor 60 tahun 2012 dan Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pedoman Pembangunan Zona Integritas menuju Wilayah Bebas dari Korupsi dan Wilayah Birokrasi Bersih dan Melayani di lingkungan Instansi Pemerintah. - Keputusan Ketua Mahkamah Agung RI No. 58/KMA/SK/III/2009 tentang

(3)

dan Wilayah Birokrasi bersih Melayani (WBBM) Pada Mahkamah Agung dan Wilayah Peradilan dibawahnya.

C. PENCANANGAN ZONA INTEGRITAS.

a. Pencanangan Pembangunan Zona Integritas

1) Pencanangan Pembangunan Zona Integritas adalah deklarasi/pernyataan dari pimpinan suatu instansi pemerintah bahwa instansinya telah siap membangun Zona Integritas;

2) Pencanangan Pembangunan Zona Integritas dilakukan oleh instansi pemerintah yang pimpinan dan seluruh atau sebagian besar pegawainya telah menandatangani Dokumen Pakta Integritas. Penandatanganan dokumen Pakta Integritas dapat dilakukan secara massal/serentak pada saat pelantikan, baik sebagai CPNS, PNS, maupun pelantikan dalam rangka mutasi kepegawaian horizontal atau vertikal. Bagi instansi pemerintah yang belum seluruh pegawainya menandatangani Dokumen Pakta Integritas, dapat melanjutkan/melengkapi setelah pencanangan pembangunan Zona Integritas;

3) Pencanangan Pembangunan Zona Integritas beberapa instansi pusat yang berada di bawah koordinasi Kementerian dapat dilakukan bersama-bersama. Sedangkan Pencanangan Pembangunan Zona Integritas di instansi daerah dapat dilakukan oleh kabupaten/kota bersama-bersama dalam satu provinsi; 4) Pencanangan pembangunan Zona Integritas dilaksanakan secara terbuka

dan dipublikasikan secara luas dengan maksud agar semua pihak termasuk masyarakat dapat memantau, mengawal, mengawasi dan berperan serta dalam program kegiatan reformasi birokrasi khususnya di bidang pencegahan korupsi dan peningkatan kualitas pelayanan publik;

5) Penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona Integritas untuk instansi pusat dilaksanakan oleh pimpinan instansi pemerintah;

6) Penandatanganan Piagam Pencanangan Pembangunan Zona Integritas untuk instansi daerah dilaksanakan oleh pimpinan instansi pemerintah daerah; dan 7. KPK, ORI, unsur masyarakat lainnya (perguruan tinggi, tokoh masyarakat/LSM, dunia usaha) dapat juga menjadi saksi pada saat pencanangan ZI untuk instansi pusat dan instansi daerah.

D. PROSES PEMBANGUNAN ZONA INTEGRITAS PENGADILAN AGAMA BANGIL MENUJU WBK/WBBM.

Pembangunan Zona Integritas terdiri dari dua indicator utama yakni Indikator Pengungkit dan Indikator Hasil.

Idikator Hasil (60 %) : 1. Manajemen Perubahan

Faktor ini telah didukung dengan Eviden sebagai berikut :

No Pelaksanaan Target/Persentase

(%) 1.1. Tim Kerja Pembangunan Zona Integritas

(4)

1.1.1 Pembentukan Tim Kerja WBK/WBBM : 100 1.1.2 Penetuan Tim dilakukan sesuai dengan

Prosedur yang jelas : 100

1.2

Dokumen Rencana Pembangunan ZI

1.2.1 Dokumen Rencana Kerja : 100

1.2.2 Target Prioritas 100

1.2.3 Proses Pembangunan ZI; 100 1.2.4 Perubahan Pola Fikir dan Budaya Kerja; 100

2. Penataan Tatalaksana :

No Pelaksanaan Target/Persentase

(%)

2.1.

Standar Operasional Prosedur (SOP)

2.1.1 Standar Operasional Prosedur (SOP): 100 2.1.2 SOP telah diterapkan: 100 2.1.3 SOP telah di Evaluasi 100

2.2

E-OFFICE

2.2.1 Sistem Pengukuran Kinerja

menggunakan teknologi informasi: 100 2.2.2 Manajemen SDM menggunakan IT : 100 2.2.3 Keterbukaan Informasi Publik; 100

3. Penataan Manajemen SDM

No Pelaksanaan Target/Persentase

(%)

3.1

Perencanaan kebutuhan pegawai

3.1.1 Satuan kerja telah melakukan rencana

kebutuhan pegawai 100

3.1.2 Menerapkan monitoring dan evaluasi terhadap rencana kebutuhan pegawai di unit kerjanya

100

3.2

Pola Mutasi Internal

3.2.1 Penyusunan kebijakan pola mutasi

internal 100

3.2.2 Penerapan kebijakan pola mutasi

internal 100

3.2.3 Monitoring dan evaluasi atas kebijakan pola mutasi

internal

100

3.3

Pengembangan pegawai berbasis kompetensi

3.3.1 Telah melakukan upaya pengembangan kompetensi

(capacity building/transfer knowledge).

100

3.3.2 Terdapat kesempatan/hak bagi pegawai di unit kerja terkait

untuk mengikuti diklat maupun pengembangan kompetensi lainnya.

(5)

3.3.3 Monitoring dan evaluasi atas kegiatan pengembangan

profesi

100

3.4

Penetapan Kinerja Individu

3.4.1 Telah memiliki penilaian kinerja individu yang

terkait dengan kinerja organisasi

100

3.4.2 Ukuran kinerja individu telah memiliki kesesuaian dengan

indikator kinerja individu level di atasnya

100

3.4.3 Telah melakukan pengukuran kinerja individu secara

Periodic

100

3.4.4 Hasil penilaian kinerja individu telah diimplementasikan

mulai dari penerapan sampai dengan pemantauan

100

3.5 Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku

3.5.1 Penegakan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku pegawai

melalui penerapan aturan disiplin/kode etik/kode perilaku

pegawai .

100

3,5.2 Sistem Informasi Kepegawaian melalui Pemutakhiran informasi kepegawaian dilakukan secara

terbuka.

100

3.6 Sistem Informasi Kepegawaian

3.6.1 Meningkatnya ketaatan terhadap pengelolaan SDM

aparatur pada masing-masing satker. 100 3.6.2 Meningkatnya transparansi dan

akuntabilitas pengelolaan 100 3.6.3 Meningkatnya disiplin SDM aparatur

pada masing-masing

satker. 100

3.6.4 Meningkatnya efektivitas manajemen SDM aparatur pada

satker. 100

3.6.5 Meningkatnya profesionalisme SDM

aparatur pada satker 100

4. Penguatan Akuntabilitas Kinerja

No Pelaksanaan Target/Persentase

(%)

4.1

keterlibatan pimpinan

4.1.1

Penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) yang merupakan dokumen perencanaan strategis satuan kerja dengan

memperhatikan sumber daya yang dimiliki, strategi pencapaian serta ukuran keberhasilan harus melibatkan pimpinan satker

100

4.2

Pengelolaan akuntabilitas kinerja 4.2.1 Satuan kerja telah memiliki

(6)

34. Satuan kerja telah menyusun laporan tentang kinerja.

4.2.2 Dokumen perencanaan telah

berorientasi hasil. 100

4.2.3 Indikator Kinerja Utama (IKU) dan Indikator Kinerja telah memiliki

kriteria spesifik. 100

4.2.4 Satuan kerja telah menyusun

laporan tentang kinerja. 100 4.2.5 Pelaporan kinerja telah memberikan

informasi tentang kinerja.

100

4.2.6 Satuan kerja telah berupaya meningkatkan kapasitas SDM yang menangani akuntabilitas kinerja.

100

4.2.7 Satuan kerja memiliki dokumen Rencana Strategis (Renstra),

Rencana kerja Tahunan (RKT), serta Penetapan Kinerja

(Perjanjian Kinerja).

100

4.2.8 Membuat turunan PK yang mendukung peningkatan pelayanan publik (penetapan standar pelayanan, budaya

pelayanan prima, survei kepuasan masyarakat).

100

4.2.4 Membuat turunan PK yang mendukung kegiatan anti

korupsi (SK pengendalian gratifikasi, penerapan Sistem

Pengawasan Internal Pemerintah (SPIP), dan penanganan

pengaduan masyarakat).

100

3.3.3 Monitoring dan evaluasi atas kegiatan pengembangan profesi 100 5. Penguatan Pengawasan No Pelaksanaan Target/Persentase (%) 5.1 Pengendalian gratifikasi. 5.1.1

Satuan kerja telah memiliki Public Campaign tentang

pengendalian gratifikasi. 1.2 1.3

100

5.1.2

Satuan kerja telah

mengimplementasikan pengendalian gratifikasi.

5.1.3 Kedisiplinan pelaporan LHKPN.

5.2

Penerapan Sistem Pengawasan Internal Pemerintah

(SPIP)

5.2.1 Satuan kerja telah membangun

lingkungan pengendalian. 100 5.2.2 Satuan kerja telah melakukan

penilaian resiko atas unit kerja.

(7)

5.2.3 Satuan kerja telah melakukan kegiatan pengendalian untuk meminimalisir resiko yang telah diidentifikasi.

100

5.2.4 Satuan kerja telah melakukan sosialisasi, mengkomuni -

kasikan dan mengimplementasikan SPIP kepada seluruh

pihak terkait.

100

5.3

Pengaduan masyarakat 5.3.1 Satuan kerja telah

mengimplementasikan kebijakan pengaduan masyarakat baik melalui media cetak dan

elektronik (website).

100

5.3.2 Satuan kerja telah melaksanakan tindak lanjut atas hasil penanganan pengaduan masyarakat

100

5.3.3 Satuan kerja telah melakukan monitoring dan evaluasi atas hasil penanganan pengaduan masyarakat.

100

5.3.4 Satuan kerja telah menindaklanjuti hasil evaluasi atas

penanganan pengaduan masyarakat.

100

5.4

Whistle Blowing System (WBS)

5.4.1 Satuan kerja telah menerapkan

Whistle Blowing System. 100

5.4.2 Satuan kerja telah melakukan evaluasi atas penerapan

Whistle Blowing System.

100

5.4.3 Satuan kerja menindaklanjuti hasil evaluasi atas penerapan

Whistle Blowing System.

100

5.5

Penanganan benturan kepentingan 5.5.1 Satuan kerja telah mengidentifikasi

benturan

kepentingan dalam tugas dan fungsi utama.

100

5.5.2 Satuan kerja telah melakukan sosialisasikan penanganan benturan kepentingan

100

5.5.3 Satuan kerja telah

mengimplementasikan kebijakan penanganan benturan kepentingan

100

5.5.4 Satuan kerja telah melakukan evaluasi atas pelaksanaan

penanganan benturan kepentingan.

100

5.5.5 Satuan kerja telah menindaklanjuti hasil evaluasi atas

pelaksanaan penanganan benturan kepentingan.

100

6. Peningkatan kualitas pelayanan public.

No Pelaksanaan Target/Persentase

(%) 6.1 Standar pelayanan

(8)

6.1.1

Meningkatnya kualitas pelayanan publik (lebih cepat, lebih

murah, lebih aman, dan lebih mudah dijangkau).

100

6.1.2

Meningkatnya jumlah unit pelayanan yang memperoleh standardisasi

pelayanan internasional.

100

6.1.3

Meningkatnya indeks kepuasan masyarakat terhadap

penyelenggaraan pelayanan publik.

100

II. Indikator Hasil dengan bobot persentase 40 %:

Indicator ini dilakukan berdasarkan Survey Kepuasan Masyarakat dan Indeks Persepsi Korupsi dengan hasil persepsi Responden sebagai berikut :

(9)
(10)

Dari hasil Survei Persepsi Korupsi dan Survei Pelayanan Publik semester tahun 2020 trimester IV yang telah dilakukan Satuan Kerja Pengadilan Agama Bangil Kelas I B diperoleh informasi bahwa pada Pengadilan Agama Bangil Kelas I B memiliki Indeks Persepsi Korupsi 3,99 atau 99, 70 persen dan masuk pada kategori Bebas dari Korupsi sedangkan Indeks Pelayanan Publik 3,95 atau 98,74 persen atau masuk pada kategori sangat memuaskan.

E. PENUTUP

Pembangunan Zona Integritas merupakan satu formula yang dirancang untuk mewujudkan wilayah birokrasi yang moderen dan berwibawa, membentuk pola fikir aparatur yang cerdas, dan memiliki integritas moral yang mumpuni serta membentuk budaya kerja yang dilatar belakangi adanya keselarasan paradigma yang terintegrasi menjadi landasan atau Philosofi dalam mengelola birokrasi Negara.

Demikian laporan ini kami buat sebagai bentuk pertangungjawaban terhadap berbagai proses serta upaya implementasi terhadahap nilai-nilai yang terkandung dalam Program Pembangunan Zona Integritas.

Bangil 01 Januari 2021

Ketua Pengadilan Agama Bangil

H.M. Jati Muharramsyah, S.Ag., S.H, M.H.

Ketua TIM Pembangunan Zona Integritas

Referensi

Dokumen terkait

Tim kerja Pembangunan Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas dari Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi Bersih Melayani (WBBM) Pengadilan Negeri Bireuen terdiri dari

Pegawai Pengadilan Agama Pamekasan merupakan pelayan bagi masyarakat pencari keadilan, oleh karena itu dilakukan penetapan kinerja bagi masing-masing pegawai sebagai wujud

Pada hari ini, Senin, tanggal 23 Maret 2020 telah dilakukan Penilaian Mandiri Pembangunan Zona Integritas (ZI) Menuju Wilayah Bebas Korupsi (WBK) dan Wilayah Birokrasi

Dokumen rencana kerja ini dimaksudkan sebagai acuan bagi Pengadilan Agama Sengeti Kelas IB dalam membangun Zona Integritas Menuju Wilayah Bebas Korupsi

Dalam rangka optimalisasi kinerja Pengadilan Agama Sintang yang membangun zona integritas menuju wilayah bebas korupsi dan wilayah birokrasi bersih dan melayani,

Dalam penilaian Tim Internal Pengadilan Agama Kudus yang dilakukan pada tanggal 30 Maret 2021, dapat dipastikan semua eviden/dokumen masing-masing area pengungkit

Untuk melaksanakan Pembangunan Zona Integritas di Pengadilan Negeri Kisaran, maka Ketua Pengadilan Negeri Kisaran telah membentuk Tim Pembangunan Zona Integritas menuju WBK

bahwa dalam rangka pelaksanaan pembangunan zona integritas menuju wilayah bebas dari korupsi (WBk) dan wilayah birokrasi bersih dan melayani (WBBM) di lingkungan