• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Anggrek Mendukung Peningkatan Ekspor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Anggrek Mendukung Peningkatan Ekspor"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1 Keynote Speaker

Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Anggrek

Mendukung Peningkatan Ekspor

Yusdar Hilman, M. Prama Yufdy dan Sri Rianawati Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura Jln. Ragunan 29A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540

ABSTRAK. Industri anggrek di Indonesia menghadapi tantangan berat dan persaingan ketat baik di dalam maupun di luar negeri. Keterbatasan teknologi, sumber daya manusia, permodalan menjadi faktor penghambat pembangunan industri peranggrekan di tanah air. Situasi yang tidak menguntungkan tersebut perlu disikapi dan diantisipasi melalui konsolidasi semua pelaku agribisnis anggrek dan memberdayakan potensi sumber daya genetik Nasional secara optimal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura sebagai instansi penghasil dan pengembang inovasi teknologi harus mampu berpartisipasi dalam pengembangan anggrek Nasional melalui penyediaan inovasi-inovasi teknologi sesuai kebutuhan pelaku usaha secara berkesinambungan yang berorientasi pada peningkatan produktivitas, kualitas, dan nilai tambah produk dalam upaya meraih pasar domestik dan global. Sinkronisasi program penelitian, pengkajian dan pengembangan tanaman anggrek terus diperlukan guna memperkuat pengembangan dan mendukung kemajuan agribisnis anggrek yang berdaya saing tinggi melalui pemenfaatan sumber daya genetik Nasional secara maksimal.

Kata kunci: Anggrek, inovasi teknologi, produktivitas, kualitas, nilai tambah dan sumber daya genetik Nasional.

ABSTRACT. Yusdar Hilman, M. Prama Yufdy and Sri Rianawati. (2012). Policies in Research and Development of Orchid to Support Increasing Export. Indonesian orchid industry faces heavy challenges and tight competition both local and global market. Constraints on innovation technologies, human resources, and modal become inhibiting factors in developing orchid industry in Indonesia. The disadvantage situation is needed to be anticipated via consolidation of all stakeholders of the orchid agribusiness and optimalization of utilization of Nasional orchid genetic resources. Indonesian Center for Horticulture Research and Development as government institution that result and develop innovation technologies have to be able to take part in developing National orchid agribusiness via preparing and supplying the innovation technologies fit with all stakeholders continually which oriented to increase productivity, quality and value added in conjunction to win and get local and global market. Sinkronization of program on research, assessment, and development of orchids is needed to strengthen developing and support the advance orchid agribusiness with high competitiveness via utilization of National genetic resources maximally.

Keywords: Orchid, innovation technology, productivity, quality, value added, National genetic resources.

(2)

2

PENDAHULUAN

Sebagai salah satu negara yang mempunyai potensi besar disektor pertanian, maka salah satu strategi pembangunan ekonominya adalah pengembangan agribisnis disektor tersebut dan hortikultura menjadi komoditas andalannya. Komoditas hortikultura terutama anggrek mempunyai peranan penting dalam pembangunan pertanian karena sejumlah keistimewaan dan kelebihan yang dimiliki. Anggrek dan produk-produknya yang bernilai ekonomi tinggi ini berpeluang meraih pangsa pasar yang besar baik Nasional maupun Internasional. Kekayaan dan keragaman pada warna, bentuk, ukuran, struktur dan tekstur memberi prospek pasar yang sangat luas dan cerah di masa datang. Selain itu, peningkatan pendapatan masyarakat dan pendidikan serta perhatian terhadap fungsi estetika menyebabkan peningkatan permintaan terhadap anggrek dan produk-produknya yang juga terus meningkat dari tahun ke tahun.

Anggrek dan produk-produknya merupakan komoditas hortikultura andalan Indonesia. Meskipun permintaan pasar terhadap produk anggrek terus meningkat, namun perkembangan produksi anggrek di Indonesia masih relatif lambat. Hal ini disebabkan berbagai masalah terkait ketersediaan inovasi teknologi, sumber daya manusia dan permodalan. Skala usaha dan kelembagaan yang belum optimal juga menjadi kendala lambatnya perkembangan agribisnis anggrek di Indonesia.

Kebijakan pemerintah dalam usaha pengembangan anggrek, harus diarahkan untuk menciptakan iklim yang mendorong tumbuh dan berkembangnya industri anggrek secara cepat, sehat dan meningkatkan peluang pasar anggrek tersebut. Salah satu kebijakan dalam rangka pengembangan anggrek adalah upaya penelitian dan pengembangan anggrek agar mampu meningkatkan daya saing ekspor.

PERKEMBANGAN INDUSTRI ANGGREK Produksi

Perkembangan industri anggrek di Indonesia pada tahun 1997-1999, saat krisis ekonomi melanda Indonesia, mengalami penurunan. Seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian sekitar tahun 2000-an, industri anggrek mulai menunjukkan peningkatan, namun mulai tahun 2007 menurun kembali.

Luas panen dari tahun ke tahun hampir sama berkisar antara 124 hektar, tetapi produktivitas meningkat tajam pada tahun 2008 mencapai 15.309.964 tangkai setara

dengan 5 tangkai/ m2 (Tabel 1, Dimyati 2009). Dibandingkan dengan produktivitas

anggrek dari negara tetangga seperti Thailand dengan rata-rata 10-12 tangkai per tanaman, maka produktivitas anggrek Indonesia secara Nasional rata-ratanya sangat kecil, yaitu hanya dapat mencapai 3-4 tangkai per tanaman.

(3)

3

Ekspor impor

Pada tahun 2006 nilai ekspor meningkat dari tahun sebelumnya, demikian pula impor anggrek mengalami peningkatan pada tahun 2003-2006 dan menurun pada tahun 2007-2008 (Tabel 1, Biro Pusat Statistik 2009).

Nilai transaksi anggrek secara Nasional pada tahun 2008 hanya Rp 95 miliar dengan nilai ekspor sekitar Rp 10,5 miliar. Nilai tersebut jauh dibandingkan dengan Thailand yang nilai transaksinya Rp. 7,75 triliun. Produksi anggrek Indonesia yang rendah, akibat lahan yang dimiliki hanya sedikit. Luas panen anggrek hanya 124 hektar dengan produksi sebesar 15 tangkai /m2 (Dimyati 2009), sangat jauh dengan Thailand yang memiliki lahan 3400 hektar yang dikelola oleh 2900 operator ( http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/ekspor-anggrek-thailand-rp77-triliun-indonesia/16 Juni 2012).

Tabel 1. Luas panen dan produksi anggrek Indonesia

Uraian 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Luas panen (m2) 1.237.685 2.260.464 1.221.524 1.120.630 1.229.102 1.237.679 Produksi (tangkai) 6.904.109 8.027.720 7.902.403 10.903.444 9.489.393 15.309.964 Produktivitas (tangkai/m2) 5 4 7 9 7 15 Sumber : Dimyati (2009).

Tabel 2. Perkembangan volume dan nilai ekspor dan impor anggrek Indonesia, 2003–2008.

Tahun Ekspor Impor

Volume (kg) Nilai (US$) Volume (kg) Nilai (US$)

2003 711.344 1.652.682 103.941 226.882 2004 426.113 1.325.954 138.781 350.047 2005 848.649 1.882.149 156.188 611.564 2006 2.620.115 2.573.179 309.047 548.601 2007 202.804 1.166.671 72.689 480.204 2008 164.104 1.116.222 34.651 78.265

Sumber : Biro Pusat Statistik (2009)

MASALAH TANTANGAN DAN PELUANG

Didalam pengembangan anggrek masih banyak dijumpai permasalah dan tantangan yang perlu mendapat perhatian. Secara garis besar permasalahan tersebut antara lain:

(4)

4

Penelitian

Hasil penelitian anggrek relatif masih terbatas. Jenis unggul untuk keperluan komersial hampir seluruhnya diimpor dari luar negeri sehingga harganya cukup mahal. Penelitian budidaya (media tanam, pengendalian hama dan penyakit, penyiangan, pemupukan dan lain-lain) juga masih sangat terbatas. Teknologi kultur jaringan untuk berbagai jenis anggrek guna menunjang penyebaran bibit juga masih perlu digiatkan. Tenaga Ahli

Tenaga ahli untuk menggalakkan peranggrekan masih terasa kurang, baik tenaga peneliti, penyuluh maupun tenaga teknis di lapangan untuk menangani sarana produksi, budidaya maupun penangan pasca panen dan pemasaran hasil.

Sarana Produksi

Sarana produksi penting yang merupakan penghambat bagi pengembangan anggrek adalah penyediaan kebutuhan bibit, baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Keterbatasan bibit anggrek menyebabkan harga bibit mahal, sehingga sulit berkompetisi dengan pasar dalam maupun luar negeri.

Permodalan

Bahan- bahan konstruksi rumah kaca dan media tumbuh relatif mahal sehingga memerlukan dana yang cukup besar. Sedangkan petani anggrek pada umumnya bermodal terbatas. Para petani, terutama di Jawa mempunyai rata-rata lahan usaha yang sempit. Keadaan ini menyebabkan usahatani tersebut tidak dapat mencapai skala ekonomi. Sistim blok yang menggabungkan usaha-usaha induk belum berkembang. Informasi Pasar

Informasi dibidang pemasaran masih sangat terbatas, terutama dalam hal peluang pasar, jumlah, macam, dan kualitas yang diinginkan pasar, harga dan waktu pemasaran yang tepat, sehingga menyulitkan perencanaan produksi.

ARAH PENGEMBANGAN INDUSTRI ANGGREK

Pasar bunga anggrek dunia, sebenarnya sudah ditentukan sejak lima tahun sebelumnya. Misalnya, lima tahun yang akan datang, diperkirakan masyarakat Eropa akan menyenangi Cymbidium dengan sepal dan petal lebar, labillum dominan dengan warna pastel. Maka mulai sekarang dicari bahan-bahan induk untuk disilangkan untuk merakit jenis anggrek seperti itu. Penyilangan yang dilakukan sekarang ini, baru akan diketahui hasilnya 2,5 tahun mendatang. Setelah diketahui hasilnya diperlukan upaya seleksi, registrasi, perbanyakan secara kultur jaringan, promosi dan pemasaran. Proses itu juga akan memakan waktu sekitar 2,5 tahun. Hingga trend bunga anggrek lima tahun mendatang sudah harus diantisipasi mulai dari sekarang. Pola kerja demikianlah yang

(5)

5

telah dilakukan oleh negara-negara Eropa, Jepang, AS, Taiwan, Australia, Singapura dan Thailand. Sementara para penganggrek kita masih belum memiliki kemampuan (dan kesadaran) untuk melakukan hal ini. Padahal, dalam menciptakan hibrida-hibrida baru yang menjadi trend dunia, para penganggrek manca negara selalu memanfaatkan potensi spesies kita. Khususnya untuk Dendrobium, Phalaenopsis dan Paphiopedilum. Potensi demikian justru dimanfaatkan oleh penganggrek kita untuk menyelundupkan spesies-spesies langka yang dilindungi ke luar negeri.

Potensi Anggrek Indonesia

Indonesia telah dinobatkan sebagai salah satu negara terkaya akan ragam spesies anggrek. Jika dibandingkan dengan negara Singapura, Thailand dan Taiwan yang merupakan negara produsen anggrek, jumlah spesies Indonesia jauh lebih banyak dengan keragaman tinggi dan unik. Beberapa spesies yang sangat terkenal sebagai induk persilangan dalam menghasilkan anggrek berkualitas antara lain : Dendrobiu.

lasianthera, D. antenatum, D. stratiotes yang merupakan sumber gen bentuk bunga Dendrobium tipe tanduk; Phalaenopsis amabilis, Phal. plehari yang merupakan sumber

gen Phalaenopsis bentuk standart maupun multi tipe besar, Phal. gigantea, Phal.

equestris yang merupakan sumber gen Phalaenopsis bertangkai banyak; Vanda tricolor

sumber gen wangi, Vanda corrulea sumber gen bunga warna biru dan masih banyak lagi jenis lainnya.

Penyilang Indonesia belum banyak yang menelusuri potensi jenis spesies untuk merakit varietas unggul khas Indonesia, namun telah banyak spesies dimanfaatkan oleh negara lain seperti Vanda hookeriana yang merupakan anggrek teret khas Bengkulu, Belitung. Species tersebut sudah dimanfaatkan oleh Singapura sebagai bunga terpopuler. Walaupun telah banyak tanaman anggrek Indonesia yang dimanfaatkan oleh negara lain, namun kekayaan spesies yang memiliki ciri khas dan belum dimanfaatkan masih banyak jenisnya. Jenis jenis tersebut antara lain : Paraphalaenopsis laucockii,

Paraphalaenopsis serpentilingue, Paraphalaenopsis labukensis, Paraphalaenopsis denevei, Dendrobium macrophyllum, Bulbophyllum sp, Coelogyne sp dan sebagainya.

Terobosan dan percepatan dalam peraktian varietas unggul baru anggrek perlu dilakukan. Selain eksplorasi kekayaan spesies anggrek Indonesia yang disertai pemanfaatannya sebagai induk persilangan, pemanfaatan hybrid unggul yang dihasilkan oleh negara lain sebagai induk persilangan juga dapat dilakukan untuk mempercepat perakitan varietas unggul baru di Indonesia. Cara ini dapat memperpendek lamanya waktu untuk menghasilkan suatu varietas baru.

Penelitian dan Pengembangan Anggrek

Produk industri anggrek menyerupai produk fashion yang dipengaruhi oleh preferensi konsumen. Di sisi lain preferensi konsumen juga dapat diciptakan melalui pengembangan produk anggrek yang kreatif dan inovatif. Berkenaan dengan hal tersebut maka program pengembangan usaha anggrek perlu diarahkan pada pendekatan

(6)

6

demand driven dan demand driving secara simultan. Dalam rangka menciptakan produk inovasi dan kreatif dibutuhkan penerapan teknologi mutakhir sesuai kebutuhan. Mengingat pentingnya peran teknologi dalam peningkatan daya saing produk anggrek, maka perlu peningkatan kapasitas institusi litbang tanaman hias. Hasil litbang tanaman hias diharapkan mampu menciptakan produk unggulan yang menjadi trend setter pasar domestik maupun pasar internasional pada masa mendatang.

Salah satu cara meningkatkan daya saing produk anggrek nasional adalah melalui pengembangan jenis dan varietas unggul baru yang tidak mampu dihasilkan oleh negara lain. Dalam konteks ini peran riset di bidang pemuliaan anggrek menjadi penting dan strategis. Melalui kegiatan pemuliaan, varietas tanaman unggul baru dapat dihasilkan dan dintroduksikan ke pasar sebagai produk unggulan yang memperkuat citra bangsa dan negara. Negara-negara produsen anggrek yang menguasai pasar dunia, seperti Belanda, Taiwan dan Thailand memprioritaskan kegiatan pemuliaan sebagai tulang punggung pengembangan industri anggrek. Bahkan negara-negara tersebut pada masa kini menjadi trend setter bagi berkembangnya industri tanaman hias di negara-negara sedang berkembang. Varietas baru yang dihasilkannya telah menyebar ke seluruh dunia yang menghasilkan devisa milyaran US dollar hingga memberi dampak nyata terhadap pembangunan perekonomian di negara masing-masing. Selain varietas unggul, produk-produk agroinput dan teknologi inovatif lainnya, seperti konstruksi rumah kaca, sarana fertigasi, pupuk, pestisida, pot, dan media juga memberi kontribusi nyata dalam peningkatan daya saing produk anggrek. Oleh karenanya berbagai negara saling berlomba untuk menjadi produsen paling unggul dalam pengembangan produk tersebut. Pengelolaan dan Pemanfaatan Plasma nutfah

Kegiatan yang dilakukan antara lain melakukan koleksi dan konservasi, evaluasi, karakterisasi dan dokumentasi anggrek yang akan digunakan sebagai tetua untuk bahan persilangan.

Perakitan Varietas Baru

Kriteria yang diinginkan para pemulia untuk menghasilkan varietas baru antara lain: Berbunga sepanjang tahun, produksi bunga tinggi, cepat pertumbuhannya, tahan terhadap hama dan penyakit, pertumbuhan kompak, kuntum bunga tahan lama, bunga menarik, ukuran bunga besar, warna bunga cerah, jumlah kuntum bunga banyak, tangkai bunga panjang, susunan bunga teratur, disukai pasar dan mudah pengepakannya. Selain kriteria tersebut di atas diharapkan dapat memberikan aroma harum.

Beberapa cara dapat ditempuh antara lain melalui persilangan, pemuliaan genom maupun melalui rekayasa genetika. Ketiganya dapat dilakukan tergantung pada tingkat kepentingan masalahnya. Untuk membentuk berbagai bentuk, corak dan ukuran bunga dapat dilakukan dengan persilangan biasa mengingat tanaman anggrek mudah sekali membentuk persilangan bahkan antar genus sekalipun. Hasil persilangan tersebut

(7)

7

dikenal sebagai hybrid intergenerik atau hybrid multigenerik. Persilangan intergenerik ini hanya terjadi dalam kelompok tanaman yang memiliki kemiripan sifat dan karakter. Oleh karena itu, dalam melakukan persilangan antar genus diperlukan informasi mengenai hubungan kekerabatannya. Di samping membentuk hybrid antar genus, juga dilakukan persilangan antar species atau varietas dalam genus yang sama.

Pemuliaan genom dapat membantu membentuk tanaman triploid yang pada umumnya memiliki banyak karakter unggul seperti bunga besar, lebih rajin berbunga, penampilan tanaman lebih kokoh dan sebagainya. Sementara perakitan varietas dilaksanakan dengan teknologi rekayasa apabila tidak diperoleh sumber genetik dari tanaman spesies, seperti ketahanan tanaman terhadap penyakit, vase-life bunga yang panjang, pertumbuhan tanaman yang cepat dan sebagainya.

Teknologi Perbanyakan Masal

Perbanyakan masal merupakan kunci utama keberhasilan pengembangan anggrek. Indonesia memiliki penyilang-penyilang yang handal sehingga banyak menghasilkan anggrek berkualitas tinggi, namun pada umumnya tidak menguasai teknologi perbanyakan masalnya. Dengan keadaan demikian penyilang tersebut tidak mampu mengembangkan lebih lanjut varietas-varietas baru yang dihasilkan baik pasar lokal maupun global.

KEBIJAKAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN ANGGREK

Penelitian dan pengembangan anggrek, perlu segera mendapat perhatian dalam upaya meningkatkan ekspor bunga potong, tanaman, maupun benih anggrek dengan mengimplementasikan kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman anggrek sebagai berikut :

a. Memfokuskan penyediaan varietas unggul baru (VUB), benih anggrek bermutu, dan teknologi inovatif anggrek berbasis HKI dengan memanfaatkan sumber daya genetik lokal untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam negeri, substitusi impor, meningkatkan devisa dan mengantisipasi dampak perubahan iklim di sektor pertanian,

b. Mengelola sumberdaya genetik anggrek untuk mendukung perakitan VUB.

c. Mendorong peningkatan adopsis melalui diseminasi inovasi, mendukung pengembangan kawasan agribisnis anggrek untuk meningkatkan kesejahteraan pelaku usaha dan konsumen komoditas anggrek

d. Memfokuskan analisis dan sintesis kebijakan pada kebijakan-kebijakan yang terkait langsung dengan pembangunan agribisnis anggrek.

e. Mempercepat peningkatan kapasitas dan kompetensi sumber daya penelitian anggrek melalui perencanaan dan implementasi pengembangan institusi yang berkelanjutan.

(8)

8

f. Mendorong sertifikasi dan akreditasi kelembagaan lingkup Puslibang Hortikultura untuk memenuhi kebutuhan pengguna dan mempercepat publisitas kelembagaan berkelas dunia

g. Mengembangkan perangkat teknologi informasi, memperluas jaringan komunikasi, dan membangun kemitraan dengan komunitas IPTEK anggrek di tingkat nasional dan internasional.

Strategi yang ditentukan dalam rangka pencapaian keluaran (output) dari kegiatan penelitian dan pengembangan tanaman anggrek dalam kurun waktu 2010 – 2014 ialah :

a. Mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya genetik anggrek. b. Memprioritaskan penyediaan VUB komoditas anggrek yang berdaya saing

berbasis sumber daya lokal

c. Meningkatkan mutu dan standarisasi tanaman dan bunga anggrek di lokasi sentra produksi melalui pembinaan, bimbingan dan penerapan SPO GHP dan sistem jaminan mutu sesuai standarisasi tanaman dan bunga anggrek

d. Harmonisasi standar bunga anggrek dengan negara tujuan ekspor.

e. Menyediakan teknologi produksi dan perbenihan yang fokus komoditas dan bidang masalah, secara efisien dan ramah lingkungan.

f. Prioritasi penyediaan benih sumber bermutu tinggi varietas unggul anggrek untuk memenuhi kebutuhan pengguna.

g. Pengadaan dan perbaikan infrastruktur pemasaran seperti terminal/subterminal agribisnis khusus bunga, pasar lelang serta penyediaan gudang berpendingin. h. Fasilitasi peningkatan kualitas SDM dengan melakukan pembinaan dan

peningkatan kemampuan pelaku dan petugas dalam bidang teknis dan manejerial yang profesional.

i. Fasilitasi pengembangan Kawasan P3HP dan kelembagaan pemasaran dalam pola koperasi, korporasi manajemen dan konsorsium industri anggrek.

j. Fasilitasi pengembangan jejaring pemasaran dan informasi di dalam dan luar negeri dengan melakukan perluasan pemasaran di dalam dan luar negeri, perbaikan iklim usaha tanaman anggrek dengan koreksi regulasi dan kebijakan, dan melakukan forum kerjasama dalam rangka pengembangan ekspor.

k. Promosi pemasaran agribisnis tanaman dan bunga anggrek dengan melakukan promosi di media cetak, elektonik, event nasional dan internasional.

Dukungan kebijakan yang diperlukan dalam mengembangkan usaha agribisnis anggrek di Indonesia, dilakukan dengan mengintegrasikan komitmen antar Departemen terkait seperti Departemen Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Perdagangan dan Departemen Perhubungan yang dapat disosialisasikan kepada pelaku usaha tanaman da bunga anggrek sehingga mampu bersaing di pasar dalam dan luar negeri. Dukungan kebijakan yang diperlukan antara lain :

(9)

9

b. Penurunan pajak dan jasa karantina guna peningkatan ekspor komoditas florikultura.

c. Kemudahan pengurusan perijinan perdagangan/ekspor anggrek (CITES).

d. Pemberian dispensasi tarif pengangkutan udara, melalui penyediaan fasilitas cargo yang tidak menerapkan tarif komersial pada produk florikultura.

e. Pembebasan bea masuk untuk peralatan laboratorium dan bahan-bahan kimia untuk memproduksi benih secara in-vitro.

f. Kebijakan pemberian jaminan kemudahan berinvestasi di lokasi-lokasi usaha.

PENUTUP

Industri anggrek menghadapi tantangan yang cukup berat dan sangat ketat baik dalam negeri maupun di luar negeri. Keterbatasan teknologi, SDM, permodalan menjadi penghambat dalam pembangunan industri peranggrekan di tanah air. Sementara itu pengaruh globalisasi perekonomian dirasakan dari ketatnya persaingan produk di pasar domestik, makin memperberat pembangunan industri anggrek di dalam negeri. Situasi yang tidak menguntungkan tersebut perlu disikapi dan diantisipasi melalui konsolidasi semua komponen agribisnis anggrek dan memberdayakan potensi sumber daya genetik nasional secara optimal. Dengan memperhatikan potensi sumberdaya nasional yang masih cukup tinggi dan kesediaan bekerja keras, optimisme membangun industri anggrek perlu tetap dipertahankan oleh semua masyarakat peranggrekan.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura sebagai instansi penghasil dan pengembang inovasi teknologi akan dituntut mampu berpartisipasi dalam pengembangan anggrek nasional. Melalui penyediaan inovasi teknologi sesuai kebutuhan pelaku usaha secara berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah produk dalam upaya meraih pasar domestik dan global.

Sinkronisasi program penelitian, pengkajian dan pengembangan tanaman anggrek sangat diperlukan guna memperkuat pengembangan berbasis IPTEK nasional. Mengingat fungsi IPTEK sangat strategis dalam peningkatan daya saing.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2009. Ekspor impor komoditas pertanian 2003 – 2008. BPS dan Pusat data & informasi, Kementerian Pertanian. Diolah oleh Direktorat Jenderal Hortikultura. www.bps.go.id (16 Juni 2009).

Rencana Strategis Penelitian dan Pengembangan Pertanian. (2010-2014). Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jln. Ragunan 29, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540.

Rencana Strategis Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. (2010-2014). Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura. Jln. Ragunan 29A, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540.

Rencana Strategis Penelitian dan Pengembangan Tanaman Hias. (2010-2014). Balai Penelitian Tanaman Hias. Jln. Raya Ciherang, Pacet-Cianjur 43253. Jawa Barat

(10)

10

TANYA-JAWAB Pertanyaan

1. Bpk. Muhibbah (DPD PAI Aceh)

Bagaimana strategi pemerintah (dalam hal ini Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura) dalam meningkatkan peran dan kemampuan pelaku agribisnis anggrek berkompetisi di Indonesia.

2. Ibu Kheissy (DPD PAI Papua Barat)

Memang Puslitbanghorti melalui Balai Penelitian Tanaman Hias telah menghasilkan beberapa varietas anggrek baru baik Dendrobium, Phalaenopsis maupun Vanda, namun pertanyaan saya apakah varietas-varietas baru tersebut telah diuji DAFTAR PUSTAKAnya ke pasar dan konsumen? Apakah pasar/konsumen menerima produk tersebut? Lalu bagaimana dengan penyediaan bibitnya?

3. Bpk. Roderick Pranatio (DPD PAI Medan)

Berkaitan dengan pertanyaan Kheissy, saya mau bertanya apa yang dilakukan oleh Balithi agar varietas-varietas baru yang dihasilkan dapat makin diterima pasar dan diminati oleh penganggrek Nasional? Sejauh mana hal itu dilakukan

4. Ibu Sofi Mursidawati (Kebun Raya Bogor)

Bagaimana diseminasi inovasi teknologi anggrek dilakukan ke tingkat petani, pengusaha, dan pengguna dilakukan?

Jawab:

1. Seperti saya sampaikan dalam presentasi, bahwa Puslitbanghorti melalui Balai Penelitian Tanaman Hias terus berupaya menghasilkan varietas-verietas unggul baru anggrek yang dapat diterima pasar yang dilengkapi dengan inovasi teknologi pendukungnya, baik perbenihan, budidaya maupun pengendalian hama penyakitnya. Memang untuk dapat segera diterima pasar perlu waktu dan upaya pengenalan atau sosialisasi produk yang berkesinambungan, tapi kami akan berupaya agar produk Nasional bisa menjadi tuan di negeri sendiri. Karena itu dukungan berbagai pihak sangat kami perlukan

2. Produk-produk anggrek unggulan Balithi, sesungguhnya telah diuji preferensi pasarnya, meski masih pada skala terbatas, namun sosialisasi produk ke tingkat petani, pengusaha dan pengguna akan terus dilakukan agar produk tersebut makin dikenal dan diminati pelaku agribisnis anggrek. Beberapa varietas baru Dendrobium dan Phalaenopsis bibit berkualitasnya sudah tersedia, sebagian dalam proses perbanyakan dan sebagian berada pada tahap inisiasi. Tapi yang perlu saya sampaikan bahwa kami akan terus berusaha melengkapi anggrek unggulan Balithi dengan teknologi pendukungnya

3. Untuk meningkatkan pemanfaatan varietas unggul baru, Balithi telah melakukan berbagai upaya pengenalan dan sosialisasi produk baik melalui pameran anggrek, seminar, workshop, ekspose; penyediaan leaflet, poster, buku teknologi, CD interaktif, website; menjalin kerjasama pengembangan dengan pemerintah daerah yang memiliki sentra produksi anggrek, PAI, kelompok tani anggrek dll.

4. Seperti saya jelaskan tadi, diseminasi inovasi teknologi anggrek dilakukan melalui berbagai cara baik melalui pameran anggrek, seminar, workshop, ekspose; penyediaan leaflet, poster, buku teknologi, CD interaktif, website; menjalin kerjasama pengembangan dengan pemerintah daerah yang memiliki sentra produksi anggrek, PAI, kelompok tani anggrek dll.

Referensi

Dokumen terkait

Suatu Database Manajemen Sistem berisi suatu koleksi data yang saling berelasi dari satu kesatuan program yang berfungsi untuk mengakses data tersebut.. Jadi DBMS terdiri dari

4 5 Pada indikator Jenis Produk Baru, tanggapan Pemilik UMKM Mie Nges-Nges didukung oleh tanggapan Karyawan UMKM Mie Nges-Nges dengan skor yang termasuk kategori

Hasil : Terdapat perbedaan pengetahuan dan sikap setelah diberikan penyuluhan gizi dengan media Aplikasi Mobile “ Stop Anemia” (p = 0,0001), tidak ada perbedaan

Dengan banyaknya fasilitas dan besarnya reputasi Pangeran beach hotel, serta ketatnya persaingan pada bisnis perhotelan di kota Padang, maka pihak manajemen haruslah mempersiapkan

Sebagian besar wanita merasa lebih erotis selama trimester kedua, kurang labih 80% wanita mengalami kemajuan yang nyata dalam hubungan seksual mereka dibanding pada trimester

Hal ini diukur dengan pernyataan : ”Dekorasi interior di dalam Department Store sangat menarik dan mendorong saya untuk berbelanja tanpa rencana.”.. Variabel

Penelitian yang dilakukan oleh Supriyatno (2007) dengan judul “Pengaruh Disiplin kerja, Lingkungan Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Karyawan”. Memperoleh hasil

Nur Ramadhan Wisata Surabaya dalam melakukan perencanaannya menggunakan segmenting, targeting dan positioning pemasaran.Tujuan dari Nur Ramadhan Wisata Surabaya