• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut:"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Sistematika dan Botani Tanaman Mawar

Menurut Steenis (1987) klasifikasi tanaman mawar adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta Sub Divisio : Angiospermae Classis : Dicotyledonae Ordo : Rosales Familia : Rosaceae Genus : Rosa

Species : Rosa hybrida

Mawar (Rosa hybrida) yang dijuluki “ratu dari segala bunga” dikenal karena keindahan, keanggunan, dan aromanya. Mawar merupakan tanaman tahunan yang termasuk tanaman dikotil, famili Rosaceae, ordo Rosales termasuk tanaman dengan genus Rosa.

Mawar merupakan tanaman semak berkayu. Daun mawar majemuk yang terdiri dari 3, 5, dan 7 helai daun. Tulang daun menyirip dengan tepi daun bergerigi. Kelopak bunga mawar terdiri dari lima helai atau kelipatannya. Satu tangkai bunga potong akan tumbuh 1 – 6 kuncup bunga, tetapi tidak semuanya dibiarkan tumbuh. Hal ini agar bunga yang diperoleh berukuran besar dan mempunyai kelas ukuran yang baik. Tangkai bunga mawar potong biasanya akan dipotong sekitar 75 cm

(2)

mendekati dasar tangkai agar dapat memenuhi kriteria pasar (Mattjik, 2010 dalam Indriani dan Sukma, 2012).

Kemajuan teknologi semakin membuat keluarga tanaman ini beraneka ragam dengan warna warninya mulai dari merah, putih ungu, hitam dan bahkan campuran beberapa warna. Kelopak bunganya juga semakin variasi, dari yang berkuntum tunggal, ganda sampai yang bertumpuk. Bunga mawar memiliki batang berduri yang berbentuk seperti pengait. Fungsinya sebagai pegangan ketika merambat atau memanjat pada tumbuhan lain.

Jika dilihat dari bentuk dan sifat pertumbuhannya mawar dapat dikategorikan dalam 4 kelompok, yaitu : mawar semak, mawar kerdil, mawar pohon dan mawar liana. Mawar semak (Shrub roses) biasanya ditanam sebagai pagar sedangkan, Mawar Kerdil (Baby roses) biasanya ditanam dalam pot. Sedangkan Mawar liana tumbuh secara merambat. Jadi bunga mawar ini dapat digunakan untuk tanaman hias kebun atau taman (outdoor) juga untuk tanaman hias pot (outdoor and indoor)

Mawar dapat digunakan sebagai bunga potong, mawar taman, mawar tabur, dan bahan kosmetik. Permintaan mawar potong meningkat pada hari-hari besar, seperti tahun baru, Idul Fitri, valentine, dan hari peringatan Kemerdekaan. Tanaman ini merupakan salah satu komoditas tanaman hias yang popular dan sudah sejak lama dibudidayakan serta diusahakan di Indonesia karena memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Bunga mawar sebagai bunga potong umumnya ditanam di dataran tinggi.

(3)

2.2 Bunga Potong

Menurut Rimusnandar,(1992) menyebutkan bahwa tanaman yang dapat dipakai sebagai bunga potong jika memilki ciri-ciri sebagai berikut :

a. Warnanya indah, mulus bersih dan tidak bernoda, serta bau wangi tidak menyengat.

b. Bunga dapat bertahan lama setelah dipotong. c. Tangkai cukup panjang dan kuat.

d. Bunga tidak mudah rusak dalam pengemasan.

Menurut Badan Standardisasi Nasional (1998) kualitas bunga mawar potong dikelompokkan ke dalam empat kelas yaitu AA, A, B dan C. Kriteria kelas AA yaitu sempurna, bunga dipanen pada stadia menguncup, berwarna, ditandai dua mahkota terbuka, ukuran seragam, bebas hama dan penyakit, tidak terjadi kerusakan mekanis, tidak mengandung residu serta kotoran, dan duri sudah dibersihkan. Kriteria kelas A yaitu sama dengan AA dengan toleransi deviasi 5 %. Kriteria kelas B yaitu sama dengan AA dan toleransi deviasi 10 %. Kriteria kelas C yaitu kriteria selain kelas AA, A, dan B.

Standar kualitas bunga mawar ditentukan berdasarkan panjang dan kokohnya tangkai bunga, ukuran dan bentuk kuntum bunga, warna bunga, bebas hama dan penyakit, serta kesegaran bunga yang cukup lama (Cheriton, 1995 dalam Indriani dan Sukma, 2012). Saat pemotongan bunga adalah pada saat bunga masih segar atau sore hari dan tangkainya harus segera dimasukkan air. Pada siang hari penyerapan air lebih banyak dari penguapan sehingga bunga lebih segar (Widyawan dan Sarwinthyas, 1994 dalam Handayani dkk., 2003)

(4)

2.3 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Kesegaran Bunga Potong

Menurut Santoso B. (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi kesegaran bunga potong yaitu :

1. Suhu.

Laju perkembangan dan senesen bunga potong maupun tanaman hias dalam pot sangat dipengaruhi oleh suhu respirasi ,dan laju peningkatan suhu yang diakibatkan kegiatan respirasi. Kegiatan tersebut menyebabkan proses perusakan dipercepat. Hal ini terjadi pada saat pengepakan karena kurangnya fasilitas pendinginan.

2. Air.

Tanaman hias yang dipakai sebagai bunga potong sangat peka terhadap kekeringan, oleh karena itu sedapat mungkin air yang hilang selama periode pasca panen dapat digantikan dengan air atau larutan dalam vas. Kelembaban relatif tinggi selama penyimpanan dan pengangkutan dapat mengurangi cekaman air. Pergerakan air di dalam batang atau tangkai bunga potong sangat tergantung pada komposisi larutan dalam vas.

3. Pemberian karbohidrat.

Bunga dapat dipotong sebelum matang yaitu pada saat stadia kuncup, hal ini sering secara komersial dilakukan pada mawar dan gladiol. Untuk anyelir, bunga dipanen saat mendekati mekar penuh, namun masih dapat dipanen pada stadia kuncup untuk tujuan penyimpanan yang lebih panjang. Berat kering bunga mawar yang berkembang penuh lebih berat dua kali lipat dari bunga yang dipanen saat kuncup. Semakin berat bunga tersebut, semakin banyak sumber

(5)

karbohidrat tersimpan. Penambahan gula pada larutan vas akan memperpanjang umur bunga potong. Hal ini disebabkan kandungan protein pada bunga potong dihambat penghancurannya. Penghambat dikarenakan gula menjaga mitokondria, sehingga perusakan terhadap struktur dan fungsi sel dapat dihindari.

4. Kondisi Pertumbuhan.

Kondisi prapanen yang sangat menentukan kualitas bunga potong adalah pertumbuhan selama dilapang. Hal ini berkaitan dengan kandungan karbohidrat pada batang atau tangkai bunga. Semakin banyak persediaan karbohidrat semakin baik kualitas bunga potong tersebut. Kondisi cahaya dan suhu selama pertumbuhan atau selama masa prapanen, juga mempengaruhi pigmentasi, terutama pada warna petal. Hal ini disebabkan tidak lengkapnya proses perubahan kloroplas menjadi kromoplas.

5. Patogen.

Faktor atau kondisi yang sangat efektif mempengaruhi kualitas bunga potong adalah adanya infeksi patogen, baik semasa pertumbuhan di lapang maupun setelah penen. Semakin buruk pengaruhnya bilamana patogen tersebut bersifat vascular dalam menginfeksinya. Jamur yang sering menginfeksi jaringan petal selama penyimpanan adalah botrytis cinerea yang berwarna abu-abu. Jamur ini akan tumbuh baik pada penyimpanan bersuhu rendah dan disertai kelembaban udara yang tinggi.

6. Zat pengatur tumbuh.

Beberapa laporan hasil penelitian yang menjelaskan bahwa etilen dapat merusak bunga, seperti senesen awal dan kelayuan pada petal (mahkota bunga).

(6)

Selain faktor lingkungan dan pasca panen larutan perendam sangat berpengaruh terhadap kesegaran bunga potong. Menurut Halevy dan Mayak (1981, dalam Handayani dkk., 2003) mengemukakan bahwa larutan perendam terdiri dari komponen air, gula, germisida, hormon tumbuh dan senyawa mineral. sedangkan larutan perendam yang digunakan ada empat macam yaitu: conditioning, pulsing, bud opening, dan holding (Halevy dan Mayak 1981, dalam Handayani dkk., 2003). Conditioning digunakan untuk mengembalikan ukuran bunga setelah mengalami kekurangan air selama perjalanan dengan cara merndam air. Pulsing merupakan perlakuan dalam jangaka waktu pendek selam pengiriman dengan kosentrasi tinggi, sedangkan bud opening digunakan dalam kosentrasi rendah sampai kuncup bunga membuka. Larutan holding merupakan larutan dengan kosentrasi rendah digunakan untuk memperpanjang kesegaran bunga yang dirangkai dalam vas. Sukrosa merupakan sumber energi bunga potong untuk berlangsungnya semua proses biokimia dan fisiologi padan bunga setelah panen.

2.4 Peranan Sukrosa Terhadap Kesegaran Bunga

Secara kimia gula pasir dikenal dengan nama sukrosa dengan rumus kimia C12H22O11. Sukrosa merupakan karbohidrat yang termasuk kedalam kelompok

oligosakarida (disakarida) yang terdiri atas glukosa dan fluktosa (Departemen Kesehatan Direktorat Pengawasan Obat dan Makanan, 1995)

Sukrosa berperan sebagai sumber energi yang berguna untuk pertumbuhan dan pemekaran kuncup yang dapat menunda kelayuan, hal ini disebabkan karena larutan gula bergerak secara osmotik ke mahkota bunga sehingga mahkota bunga

(7)

mempunyai turgor, akibatnya kesegaran bunga menjadi lebih lama (Halevy dan Mayak, 1979). Stuktur dari sukrosa dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Rumus bangun sukrosa

Apabila komposisi zat yang terdapat di dalam larutan perendam cukup mengandung zat yang diperlukan oleh bunga, maka kesegaran bunga akan lebih lama. Sukrosa dalam larutan perendam dapat memperpanjang kesegaran bunga potong dalam perendaman, karena sukosa sebagai sumber energi dan dapat menjaga tekanan osmotik sehingga penyerapan menjadi lebih baik (Yulianingsih dkk., 2000)

2.5 Peranan Asam Sitrat Terhadap Kesegaran Bunga

Asam Sitrat merupakan senyawa organik yang tersebar luas dialam. Menurut Gaman dan Sherrington (1992), Asam sitrat adalah asam trikarboksilat yaitu tiap molekulnya mengandung 3 gugus karboksil. Selain itu ada gugus hidroksil yang terikat pada atom karbon yang ada di tengah. Stuktur dari asam sitrat dapat dilihat pada Gambar 2.2.

(8)

H │ H - C - COOH │ HO - C - COOH │ H - C - COOH │ H

Gambar 2.2 Rumus Bangun Asam Sitrat

Asam Sitrat dapat mencegah kristalisasi hidrolisis sukrosa dan selain itu asam sitrat pada larutan perendam dapat menurunkan pH larutan. (Branen dan Davidson 1983 dalam Handayani dkk., 2003), Asam sitrat dapat menghambat aktivitas bakteri pada pH 5, hal ini didukung dengan penelitian Primantari (2000) bahwa pH 3,57 mampu memperpanjang umur vase life bunga potong anggrek (Dendrobium bigibbum "Sonia") menjadi 30 hari dibandingkan dengan kontrol umur vase life pada pH 6,21. Handayani dkk., (2003) melaporkan bahwa komposisi larutan pengawet terbaik untuk memperpanjang kesegaran bunga potong mawar adalah kosentrasi asam sitrat 150 ppm dengan kosentrasi air kelapa 50 ml/l yang dapat mempertahankan kesegaran bunga sampai 7,5 hari.

Asam Sitrat juga berfungsi sebagai senyawa pengikat (chelatting agent), yaitu senyawa yang dapat mengikat logam-logam divalen seperti Mg, Mn, dan Fe. Asam dapat mengikat logam dalam bentuk ikatan kompleks sehingga dapat mengalahkan sifat dan pengaruh jelek logam.

Referensi

Dokumen terkait

Secara kuantitatif sasaran yang akan dicapai dengan penerapan teknologi pengolahan air payau dengan sistem reverse omosis adalah adanya sarana penunjang utama, yaitu

Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan self efficacy mahasiswa terhadap matematika dalam kegiatan pembelajaran yang berbasis lesson study.. Penelitian ini

Monitoring menetapkan apakah sumber dan layanan yang diperuntukkan bagi pihak tertentu bagi pihak tertentu (target) telah mencapai mereka. Monitoring menghasilkan

Dipandu Kunci LKS 02.01 Guru meminta siswa untuk melakukan penyelidikan untuk menguji hipotesis dengan meminta siswa memperhatikan prosedur penyelidikan dan memandu

#$..Pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kekakuan otot   pengunyah yang ditandai dengan intake kurang' makan dan minuman yang masuk  lewat mulut kembali

Dalam komunikasi semi dua arah ( Half Duplex  Half Duplex)pengirim dan penerima )pengirim dan penerima informasi berkomunikasi secara bergantian namun tetap berkesinambungan.

Pengumpulan data pada penelitian ini melalui survei kondisi lapangan setiap alternatif trase yang telah direncanakan, kuisioner terhadap stakeholder yang

Çoklu nesne takibi paradigmasına göre geliştirilmiş olan testten elde edilen verilere göre erkek katılımcıların sürdürülebilir dikkat performansları kadın