• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PIJAT BAYI DI DUKUH SAMBENG DESA SAMBENG TODANAN BLORA KARYA TULIS ILMIAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PIJAT BAYI DI DUKUH SAMBENG DESA SAMBENG TODANAN BLORA KARYA TULIS ILMIAH"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PIJAT BAYI

DI DUKUH SAMBENG DESA SAMBENG

TODANAN BLORA

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir Pendidikan Diploma III Kebidanan

Disusun oleh :

YAYUK DWI HARYANTI

NIM B12110

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul : “Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora”. Karya Tulis Ilmiah ini disusun dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan Kusuma Husada Surakarta.

3. Ibu Arista Apriani, S.ST., M.Kes selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada penulis.

4. Bapak Subatin, AMK, selaku Kepala Desa Sambeng, Todanan, Blora, yang telah bersedia memberikan ijin pada penulis dalam pengambilan data.

5. Seluruh ibu selaku responden di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora yang telah bersedia membantu memberikan informasi mengenai pijat bayi.

6. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.

7. Bapak, ibu, dan kakak yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. 8. Teman-teman dan semua pihak yang telah membantu dan memberikan

(5)

v

Surakarta, Juni 2015

(6)

vi

Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015

Yayuk Dwi Haryanti B12 110

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PIJAT BAYI DI DUKUH SAMBENG, DESA SAMBENG

TODANAN BLORA

xiv + 61 halaman + 21 lampiran + 8 tabel + 48 gambar

ABSTRAK

Latar Belakang : Pijat bayi disebut juga sebagai stimulus touch atau terapi sentuh.

Teknik dan gerakan yang dilakukan pada pijat bayi tradisional ini tidak disertai dengan adanya penjelasan ilmiah sehingga pijat bayi tradisional ini diyakini dengan sugesti yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh si kecil. Sementara sebagian yang lain, mengganggap bahwa pijat bayi hanya dilakukan saat si kecil mengalami sakit, seperti flu atau masuk angin. Namun, sebenarnya teknik pijatan bisa dilakukan kapan pun dan baik juga dilakukan saat si kecil dalam kondisi sehat. Pijat bayi ini perlu diketahui oleh seorang ibu karena dengan sentuhan dan pandangan mata antara orang tua dan bayi pada saat pemijatan akan mampu mengalirkan kekuatan jalinan kasih sayang diantara keduanya yang merupakan dasar komunikasi untuk memupuk cinta kasih secara timbal balik, mengurangi kecemasan, meningkatkan kemampuan fisik serta rasa percaya diri.

Tujuan : Untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pijat Bayi di Dukuh

Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora pada kategori baik, cukup, kurang, serta faktor pendorong dan penghambat.

Metode Penelitian : Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif.

Lokasi penelitian di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora pada bulan September 2014 sampai bulan Juli 2015. Jumlah sampel sebanyak 39 ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan, dengan menggunakan teknik pengambilan sampel

total sampling. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner, sedangkan analisis

data yang digunakan adalah analisis univariat.

Hasil penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang Pijat Bayi di Dukuh Sambeng,

Desa Sambeng, Todanan, Blora, ibu dengan pengetahuan baik sebanyak 6 responden (15%), pengetahuan cukup sebanyak 24 responden (62%), dan pengetahuan kurang sebanyak 9 responden (23%).

Kesimpulan : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi di Dukuh Sambeng,

Desa Sambeng, Todanan, Blora sebagian besar dalam kategori cukup yaitu sebanyak 24 responden (62%) serta faktor pendorong dan penghambat Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora yaitu Faktor Internal meliputi pendidikan, pekerjaan, usia, serta Faktor Eksternal meliputi lingkungan dan sosial budaya.

Kata Kunci : Pengetahuan, Pijat Bayi

(7)

vii

Hari ini pasti akan lebih baik dari kemarin dan besok akan lebih baik dari hari ini.

Jalani kehidupan ini dengan Doa, keikhlasan, dan positive thinking maka kamu akan menikmati kehidupan yang sebenarnya.

Raihlah kesuksesan dengan DUIT (Doa, Usaha, Ikhtiar, dan Tawakal)

Janganlah terlalu larut dalam sebuah penyesalan, jadikanlah penyesalan sebagai pelajaran hidupmu.

Selalu tersenyum dan tetap semangat.

PERSEMBAHAN

Dengan segala rendah hati, karya tulis ilmiah ini penulis persembahkan :

1. Kepada Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan dan kemudahan dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Ibu dan bapak tercinta terima kasih atas doa restunya dan kasih sayangnya selama ini.

3. Kakakku (Rian) dan kakak keponakanku (Dewi) tercinta yang selalu memberikan support dan membantu setiap langkahku.

4. Kepada bu Tresia Umarianti selaku PA yang telah membimbing tugas Askebnya, bu Annisaul Khoiriyah yang telah membimbing Proposal KTI dan bu Arista Apriani yang telah membimbing KTI.

5. Teman-temanku (Lisa, Linda, Widy, Ana, Siska, Handa, dan Erma), teman-teman Kost Griya Tentram (Dian, Norma, Ary, Mutiara, Intan, Lusiana, Santi, Indah, dan Lussy) serta partner bisnis (Ari Andriani) yang telah membantu dan memberi semangat dalam pembuatan KTI selama ini.

(8)

viii

CURICULUM VITAE

Nama : Yayuk Dwi Haryanti

Tempat / Tanggal Lahir : Blora, 25 Juni 1993

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Dukuh Ledok Rt 003 Rw 001, Desa Prigi, Kec. Todanan, Kab. Blora

Riwayat Pendidikan

1. SD N Prigi, Todanan, Blora Lulus Tahun 2005 2. SMP N 01 Todanan, Blora Lulus Tahun 2008 3. SMA N 01 Wirosari, Grobogan Lulus Tahun 2011 4. Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Angkatan tahun 2012

(9)

ix

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

CURICULUM VITAE ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Keaslian Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan ... 6 2. Bayi ... 15 3. Pijat Bayi ... 17 B. Kerangka Teori ... 38 C. Kerangka Konsep ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian... 40

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 40

(10)

x

D. Variabel Penelitian ... 42

E. Definisi Operasional ... 42

F. Instrumen Penelitian ... 43

G. Teknik Pengumpulan Data ... 46

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 47

I. Etika Penelitian ... 50

J. Jadwal Penelitian ... 51

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 52

B. Hasil Penelitian ... 52 C. Pembahasan ... 55 D. Keterbatasan ... 59 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 60 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(11)

xi

Pijat Bayi ... 42

Tabel 3.2 Kisi-kisi Kuesioner tentang Pijat Bayi ... 44

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian tentang Pijat Bayi ... 44

Tabel 4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan ... 53

Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 53

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 54

Tabel 4.4 Hasil Pengolahan Data ... 54

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan tentang Pijat Bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora ... 55

(12)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Gambar Kaki (Perahan Cara India) ... 24

Gambar 2.2 Gambar Kaki (Peras dan Putar) ... 24

Gambar 2.3 Gambar Kaki (Telapak Kaki) ... 24

Gambar 2.4 Gambar Kaki (Tarikan Lembut Jari) ... 24

Gambar 2.5 Gambar Kaki (Gerakan Peregangan) ... 24

Gambar 2.6 Gambar Kaki (Titik Tekanan) ... 25

Gambar 2.7 Gambar Kaki (Punggung Kaki)... 25

Gambar 2.8 Gambar Kaki (Peras dan Putar Pergelangan Kaki) ... 25

Gambar 2.9 Gambar Kaki (Perahan Cara Swedia) ... 25

Gambar 2.10 Gambar Kaki (Gerakan Menggulung)... 26

Gambar 2.11 Gambar Kaki (Gerakan Akhir) ... 26

Gambar 2.12 Gambar Perut (Mengayuh Sepeda) ... 26

Gambar 2.13 Gambar Perut (Mengayuh Sepeda dengan Kaki Diangkat) .. 26

Gambar 2.14 Gambar Perut (Ibu Jari ke Samping) ... 27

Gambar 2.15 Gambar Perut (Bulan Matahari) ... 27

Gambar 2.16 Gambar Perut (Gerakan I Love U) ... 27

Gambar 2.17 Gambar Perut (Gelembung atau Jari-Jari Berjalan) ... 28

Gambar 2.18 Gambar Dada (Jantung Besar) ... 28

Gambar 2.19 Gambar Dada (Kupu-kupu) ... 29

Gambar 2.20 Gambar Tangan (Memijat Ketiak) ... 29

Gambar 2.21 Gambar Tangan (Perahan Cara India) ... 29

Gambar 2.22 Gambar Tangan (Peras dan Putar) ... 30

Gambar 2.23 Gambar Tangan (Membuka Tangan) ... 30

Gambar 2.24 Gambar Tangan (Putar Jari-jari) ... 30

Gambar 2.25 Gambar Tangan (Punggung Tangan) ... 30

Gambar 2.26 Gambar Tangan (Peras dan Putar Pergelangan Tangan) ... 30

Gambar 2.27 Gambar Tangan (Perahan Cara Swedia) ... 30

(13)

xiii

Gambar 2.33 Gambar Muka (Mulut Bagian Bawah: Senyum III)... 32

Gambar 2.34 Gambar Muka (Lingkaran Kecil di Rahang)... 32

Gambar 2.35 Gambar Muka (Belakang Telinga) ... 33

Gambar 2.36 Gambar Punggung (Gerakan Maju Mundur) ... 33

Gambar 2.37 Gambar Punggung (Gerakan Menyetrika) ... 33

Gambar 2.38 Gambar Punggung (Gerakan Menyetrika dan Mengangkat) 33

Gambar 2.39 Gambar Punggung (Gerakan Melingkar) ... 34

Gambar 2.40 Gambar Punggung (Gerakan Menggaruk) ... 34

Gambar 2.41 Gambar Relaksasi (Relaksasi) ... 35

Gambar 2.42 Gambar Peregangan (Tangan Disilangkan) ... 35

Gambar 2.43 Gambar Peregangan Lembut (Membentuk Diagonal Tangan-Kaki) ... 35

Gambar 2.44 Gambar Peregangan Lembut (Menyilangkan Kaki) ... 36

Gambar 2.45 Gambar Peregangan lembut (Menekuk Kaki) ... 36

Gambar 2.46 Gambar Peregangan Lembut (Menekuk Kaki Bergantian) ... 37

Gambar 2.47 Kerangka Teori ... 38

(14)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan Lampiran 3. Surat Balasan Ijin Studi Pendahuluan

Lampiran 4. Surat Permohonan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 5. Surat Balasan Ijin Uji Validitas dan Reliabilitas Lampiran 6. Surat Permohonan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 7. Surat Balasan Ijin Penggunaan Lahan Lampiran 8. Surat Permohonan Menjadi Responden

Lampiran 9. Surat Persetujuan Responden (Informed Consent) Lampiran 10. Kuesioner Uji Coba dan Penelitian

Lampiran 11. Pedoman Penskoran Kuesioner Uji Coba dan Penelitian Lampiran 12. Data Tabulasi Uji Validitas dan Reliabilitas

Lampiran 13. Data Hasil Uji Validitas Lampiran 14. Data Hasil Uji Reliabilitas Lampiran 15. Data Tabulasi Hasil Penelitian

Lampiran 16. Perhitungan Manual Nilai Mean dan Standard Deviation Lampiran 17. Perhitungan Persentase Tingkat Pengetahuan Responden Lampiran 18. Tabel Perhitungan Mean dan Standart Deviasi

Lampiran 19. Tabel Kategori Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian

(15)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak hari pertama kelahirannya, bayi sebenarnya sudah mulai melaksanakan tugas perkembangannya. Stimulasi perkembangan anak adalah kegiatan merangsang kemampuan dasar anak 0-6 tahun agar berkembang secara optimal. Setiap anak perlu mendapat stimulasi rutin secara dini dan terus-menerus pada setiap kesempatan (Sulistyawati, 2014).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang Izin dan Praktik Bidan menyebutkan bahwa bidan berwenang memantau tumbuh kembang bayi melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang. Salah satu bentuk stimulasi yang selama ini dilakukan oleh masyarakat adalah dengan pijat bayi.

Pijat bayi adalah terapi sentuh tertua dan terpopuler yang dikenal manusia. Pijat bayi telah lama dilakukan hampir di seluruh dunia termasuk di Indonesia dan diwariskan secara turun temurun (Aminati, 2013). Pijat bayi disebut juga sebagai stimulus touch atau terapi sentuh. Dikatakan terapi sentuh karena melalui pijat bayi inilah akan terjadi komunikasi yang nyaman dan aman antara ibu dan buah hatinya (Riksani, 2012).

Di Indonesia, pijat adalah metode penyembuh tradisional yang sangat akrab bagi masyarakat. Pijat bayi juga merupakan salah satu jenis pijat yang juga sudah lama berkembang dan dipraktikkan oleh masyarakat. Namun, teknik dan

(16)

2

gerakan yang dilakukan pada pijat bayi tradisional ini tidak disertai dengan adanya penjelasan ilmiah sehingga pijat bayi tradisional ini diyakini dengan sugesti yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh si kecil (Riksani, 2012). Masalah dalam pelaksanaan pijat bayi pada saat ini adalah masih adanya anggapan dari orangtua atau keluarga yang mengganggap bahwa pijat bayi bukanlah bentuk terapi sekaligus alamiah bagi bayi yang bisa memberikan banyak manfaat. Sementara sebagian yang lain, mengganggap bahwa pijat bayi hanya dilakukan saat si kecil mengalami sakit, seperti flu atau masuk angin. Namun, sebenarnya teknik pijatan yang tepat dilakukan secara teratur kepada bayi dan balita bisa dilakukan kapan pun dan baik juga dilakukan saat si kecil dalam kondisi sehat (Riksani, 2012).

Pijat bayi ini perlu diketahui oleh seorang ibu karena dengan sentuhan dan pandangan mata antara orang tua dan bayi pada saat pemijatan akan mampu mengalirkan kekuatan jalinan kasih sayang diantara keduanya yang merupakan dasar komunikasi untuk memupuk cinta kasih secara timbal balik, mengurangi kecemasan, meningkatkan kemampuan fisik serta rasa percaya diri.

(Aminati, 2013).

Di masyarakat, dukun bayi masih memegang peranan penting dalam pemijatan bayi. Seperti halnya di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora kebiasaan hanya memijatkan bayinya pada saat sakit dan dipercayakannya pada dukun bayi. Informasi dari desa tersebut, terdapat 32 bayi dari 273 Kepala Keluarga serta 2 dukun pijat bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora yang belum pernah mengikuti pelatihan pijat

(17)

bayi. Dari data tersebut, hampir semua ibu yang memijatkan bayinya hanya pada saat bayinya sedang sakit saja. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora dengan wawancara didapatkan dari 7 ibu yang ditanya tentang pijat bayi 1 ibu yang mengetahui pengertian dan manfaat pijat bayi, 3 ibu yang mengetahui tentang manfaat pijat bayi dan 3 yang lain tidak mengetahui tentang pijat bayi.

Dari latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Pijat Bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, dapat dirumuskan masalah yaitu “Bagaimana tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora dalam kategori baik.

(18)

4

b. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora dalam kategori cukup. c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Dukuh

Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora dalam kategori kurang. d. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat tingkat

pengetahuan ibu tentang pijat bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Ilmu Pengetahuan

Sebagai tambahan wacana bacaan dalam ilmu pengetahuan khususnya pijat bayi.

2. Bagi Peneliti

Untuk mengaplikasikan ilmu yang diperoleh dari perkuliahan dan pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian.

3. Bagi Masyarakat

Agar masyarakat mengetahui tentang pijat bayi dan mampu melakukan pijat bayi.

4. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi sebagai dokumentasi, bahan pustaka dan sebagai bahan referensi di perpustakaan.

(19)

E. Keaslian Penelitian

1. Astuti (2013), dari Program Studi DIII Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta, dengan judul “Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi di BPS Suratini Soerwarno Mojosongo, Surakarta”. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif. Sampel yang digunakan adalah ibu yang berkunjung di BPS Suratini Soerwarno Mojosongo, Surakarta yang memijatkan bayinya sebanyak 31 responden. Analisis data menggunakan analisis univariat . Hasil penelitian didapatkan pada 5 responden (16%) mempunyai pengetahuan baik, 19 responden (61%) mempunyai pengetahuan cukup, dan 7 responden (23%) mempunyai pengetahuan kurang.

2. Oktobriariani (2010), dari Program Studi DIV Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, dengan judul “Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Pijat Bayi terhadap Praktik Pijat Bayi di Polindes Harapan Bunda, Sukoharjo”. Metode penelitian menggunakan

Quasi Eksperiment dengan rancangan One Group Pretes-Postest. Jumlah

sampel 32 orang tua yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan. Teknik pengumpulan data menggunakan metode observasi dengan alat bantu berupa cheklist. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan nilai thitung > ttabel (29,231 > 2,040) atau p-value

< α (0,000 < 0,05). Terdapat perbedaan bermakna antara praktik ibu dalam melakukan pijat bayi sebelum diberi pendidikan kesehatan dan sesudah diberi pendidikan kesehatan.

(20)

6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pengetahuan a. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) menurut Notoatmodjo (2011), adalah hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), ada enam tingkat pengetahuan yang dicapai dalam domain kognitif, yakni:

1) Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Untuk mengukur bahwa seseorang tahu tentang apa yang

(21)

dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2) Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi harus sudah dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi ini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja, misalnya: dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

(22)

8

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi- formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

c. Cara memeroleh pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), cara untuk memeroleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua), yaitu:

1) Cara tradisional atau non ilmiah terdiri dari: a) Cara coba–salah (Trial and error)

Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba

(23)

kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat terpecahkan.

b) Secara kebetulan

Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak disengaja oleh orang yang bersangkutan.

c) Cara kekuasaan atau otoritas

Kehidupan manusia sehari-hari ditemukan banyak sekali kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan seperti ini bukan hanya terjadi pada masyarakat tradisional saja, melainkan juga terjadi pada masyarakat modern. Kebiasaan ini seolah-olah diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak. Sumber pengetahuan tersebut dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat formal maupun informal, para pemuka agama, pemegang pemerintahan dan sebagainya. Dengan kata lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada pemegang otoritas, yakni orang mempunyai wibawa atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan atau ilmuwan.

d) Berdasarkan pengamatan sendiri

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa

(24)

10

pengalaman itu merupakan sumber pengalaman atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalah yang dihadapi pada masa yang lalu. e) Cara akal sehat (common sense)

Akal sehat atau common sense kadang-kadang dapat menemukan teori atau kebenaran. Misalnya pemberian hadiah dan hukuman merupakan cara yang masih dianut oleh banyak orang untuk mendisiplinkan anak dalam konteks pendidikan.

f) Kebenaran melalui wahyu

Ajaran dan dogma agama adalah suatu kebenaran yang diwahyukan dari Tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan manusia.

g) Kebenaran secara intuitif

Kebenaran secara intuitif diperoleh manusia secara cepat sekali melalui proses di luar kesadaran dan tanpa melalui

(25)

proses penalaran atau berfikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang sistematis. Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau suara hati atau bisikan hati saja.

h) Melalui jalan pikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat manusia, cara berfikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia mampu menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuannya. Induksi dan deduksi pada dasarnya merupakan cara melahirkan pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan-pernyataan yang dikemukakan. Pembuatan kesimpulan melalui pernyataan-pernyataan khusus kepada yang umum dinamakan induksi, sedangkan deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum kepada yang khusus.

i) Induksi

Induksi adalah proses penarikan kesimpulan yang dimulai dari pernyataan-pernyataan khusus ke pernyataan bersifat umum. Hal ini berarti dalam berfikir induksi pembuatan kesimpulan tersebut berdasarkan pengalaman-pengalaman empiris yang ditangkap oleh indera. Kemudian

(26)

12

disimpulkan ke dalam suatu konsep yang memungkinkan seseorang untuk memahami suatu gejala.

j) Deduksi

Deduksi adalah pembuatan kesimpulan dari pernyataan-pernyataan umum ke khusus. Di dalam proses berfikir deduksi berlaku bahwa sesuatu yang dianggap benar secara umum pada kelas tertentu, berlaku juga kebenarannya pada semua peristiwa yang terjadi pada setiap yang termasuk dalam kelas itu.

2) Cara ilmiah atau modern

Cara baru atau dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodologi penelitian (research methodology). Cara ini dikembangkan oleh Francis Bacon yang

mengembangkan metode berpikir induktif kemudian dikembangakan oleh Deobold van Dallen yang mengatakan bahwa dalam memperoleh kesimpulan dilakukan dengan mengadakan observasi langsung dan membuat pencatatan-pencatatan terhadap semua fakta sehubungan dengan obyek yang diamatinya. Pencatatan ini mencakup tiga hal pokok, yakni:

a) Segala sesuatu yang positif, yakni gejala tertentu yang muncul pada saat dilakukan pengamatan.

(27)

b) Segala sesuatu yang negatif, yakni gejala tertentu yang tidak muncul pada saat dilakukan pengamatan.

c) Gejala-gejala yang muncul secara bervariasi yaitu gejala gejala yang berubah-berubah pada kondisi-kondisi tertentu.

d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan

Menurut Wawan dan Dewi (2011), ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

1) Faktor Internal a) Pendidikan

Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi, misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan pada umumnya makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.

(28)

14

b) Pekerjaan

Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. c) Umur

Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa dipercaya dari orang yang belum tinggi kedewasaannya. Hal ini akan sebagai dari pengalaman dan kematangan jiwa.

2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan

Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.

(29)

b) Sosial Budaya

Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi.

e. Cara mengukur pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan (Notoatmodjo, 2011).

2. Bayi

a. Pengertian

Neonatus adalah bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 1 bulan sesudah lahir, sedangkan masa bayi adalah bayi yang berumur 1 sampai 12 bulan (Muslihatun, 2010).

b. Pertumbuhan dan Perkembangan Bayi 1) Pertumbuhan

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,

pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan

keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 2012).

(30)

16

2) Perkembangan

Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Tahap ini menyangkut adanya proses diferensiasi sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa, sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Cakupan tahap ini termasuk juga perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi terhadap lingkungan (Soetjiningsih, 2012).

Menurut Soetjiningsih (2012), sektor perkembangan terbagi 4 kelompok, yaitu:

a) Personal social (perilaku sosial), adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungannya.

b) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus), adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.

c) Language (bahasa), adalah kemampuan untuk memerlukan respons terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.

(31)

d) Gross motor (gerakan motorik kasar), adalah aspek yang berhubungan dengan pergerakan dan sikap tubuh.

3. Pijat Bayi a. Pengertian

Menurut Saragih (2010), pijat bayi adalah terapi sentuh yang merupakan seni perawatan kesehatan yang memberikan jaminan kontak tubuh berkelanjutan yang dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi.

Menurut Riksani (2012), pijat bayi disebut juga sebagai stimulus

touch atau terapi sentuh, dengan melalui pijat bayi inilah akan terjadi

komunikasi yang nyaman dan aman antara ibu dan buah hatinya. b. Manfaat

Menurut Roesli (2008), manfaat pijat bayi adalah: 1) Dampak biokimia yang positif

a) Penurunan kadar hormon stres (catecholamine).

b) Peningkatan kadar zat daya tahan tubuh (immunoglobulin). 2) Dampak klinis yang positif

a) Peningkatan jumlah sel dan daya racun (sitotoksisitas) dari sistem immunitas (sel pembunuh alami).

b) Mengubah gelombang otak secara positif. c) Memperbaiki sirkulasi darah dan pernapasan. d) Merangsang fungsi pencernaan serta pembuangan. e) Meningkatkan kenaikan berat badan.

(32)

18

f) Mengurangi depresi dan ketegangan. g) Meningkatkan kesiagaan.

h) Membuat tidur lelap. i) Mengurangi rasa sakit.

j) Mengurangi kembung dan sakit perut (colic).

k) Meningkatkan hubungan orang tua dan bayi (bonding). l) Meningkatkan volume ASI.

c. Mekanisme Dasar Pemijatan (Fisiologi Pijat Bayi)

Menurut Riksani (2012), ada beberapa mekanisme yang dapat menerangkan mekanisme pijat bayi, antara lain: pengeluaran beta

endorphin, aktivitas nervus vagus, produksi serotonin dan mengubah

gelombang otak.

1) Pengeluaran beta endorphin

Pengeluaran beta endorphin dapat menyebabkan hal-hal sebagai berikut:

a) Penurunan enzim ODC (ornithine decarboxylase), yaitu suatu enzim yang menjadi petunjuk yang sensitif bagi pertumbuhan sel dan jaringan.

b) Penurunan produksi enzim pertumbuhan.

c) Penurunan kepekaan ODC jaringan terhadap pemberian hormon pertumbuhan.

Pengurangan rangsangan taktil akan meningkatkan pengeluaran neurochemical beta endorphin yang akan

(33)

mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan aktifitas ODC.

2) Aktifitas nervus vagus

Pada bayi yang rutin dipijat mengalami peningkatan tonus saraf nervus vagus yang memudahkan pengeluaran hormon penyerapan makanan dan peningkatan kadar enzim penyerapan

gastrin dan insulin. Dengan demikian, penyerapan terhadap sari

makanan pun akan lebih baik, sehingga menyebabkan pada bayi yang rutin dipijat akan mengalami kenaikan berat badan yang lebih banyak dibandingkan dengan bayi yang tidak dipijat. 3) Produksi serotonin

Pemijatan akan meningkatakn aktifitas neuroransmiter

serotonin, yaitu meningkatkan kerja sel reseptor yang berfungsi

mengikat hormon adrenalin. Proses ini akan menyebabkan penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stres atau kecemasan). Penurunan kadar hormon stres ini akan berpengaruh pada peningkatan daya tahan tubuh terutama IgM dan IgG. 4) Mengubah gelombang otak

Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap, meningkatkan kesiagaan, dan konsentrasi bayi. Ini disebabkan pijatan yang dilakukan mengubah gelombang otak, yaitu dengan cara menurunkan gelombang alpha dan meningkatkan gelombang

(34)

20

beta dan tetha. Perubahan gelombang otak ini dapat dibuktikan

dengan penggunaan EEG (Electro Encephalogram). d. Waktu mulai pijat bayi

Pijat bayi bisa dilakukan segera setelah bayi lahir, sesuai dengan keinginan. Bayi akan mendapatkan manfaat dan keuntungan lebih besar. Hasil yang lebih optimal akan didapatkan jika pemijatan dilakukan sejak bayi lahir secara teratur setiap hari hingga bayi berusia 6-7 bulan. Pijat dapat dilakukan lebih dari 1 kali dalam sehari. Waktu terbaik untuk melakukannya saat bayi dalam keadaan terjaga dengan baik. Hindari saat-saat ketika bayi terlihat lapar, lelah, atau sedang menangis (Riksani, 2012).

Pemijatan dapat dilakukan pada waktu-waktu berikut ini:

1) Pada pagi hari sebelum mandi, saat orang tua dan anak siap untuk mulai beraktivitas. Hal ini dilakukan agar mudah membersihkan minyak yang menempel di tubuh si kecil.

2) Pada malam hari, sebelum tidur. Jika pijat dilakukan pada saat ini, akan membantu tidur bayi agar lebih nyenyak.

Menurut Riksani (2012), gerakan pemijatan sebaiknya dilakukan sesuai dengan perkembangan usia bayi. Berikut ini fase perkembangan untuk proses pijat bayi :

1) Usia bayi 0-1 bulan, bayi cukup dipijat dengan gerakan halus seperti mengusap-usap.

(35)

2) Usia bayi 1-3 bulan, dilakukan gerakan halus sambil sedikit memberikan tekanan ringan dalam waktu yang singkat.

3) Usia bayi > 3 bulan, tekanan pemijatan semakin meningkat. e. Persiapan Sebelum Memijat

Menurut Riksani (2012), hal-hal yang dipersiapkan sebelum melakukan pemijatan antara lain:

1) Mencuci tangan dengan bersih dan tangan terasa hangat.

2) Kuku harus pendek dan lepaskan perhiasan yang dapat menyakiti kulit bayi.

3) Ruang untuk memijat sebaiknya hangat dan terhindar dari paparan angin secara langsung.

4) Bayi sudah selesai makan dan tidak lapar.

5) Secara khusus, menyediakan waktu untuk tidak diganggu kurang lebih 15-20 menit untuk menyelesaikan seluruh tahapan pemijatan bayi.

6) Duduklah pada posisi yang nyaman dan tenang.

7) Baringkanlah bayi pada tempat dengan permukaan rata, lembut, hangat dan bersih.

8) Siapkanlah handuk, popok, baju ganti dan minyak bayi (baby

oil/lotion).

9) Mintalah izin pada bayi sebelum melakukan pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepala bayi sambil mengajaknya bicara.

(36)

22

f. Hal-hal yang dilakukan selama pemijatan

Menurut Santi (2012), selama pemijatan dianjurkan untuk selalu melakukan hal-hal berikut :

1) Memandang mata bayi.

2) Bernyanyilah atau putarkan lagu-lagu yang tenang atau lembut untuk membantu menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung.

3) Awalilah pemijatan dengan melakukan sentuhan ringan, kemudian secara bertahap tambahkanlah tekanan pada sentuhan yang dilakukan, khususnya apabila Anda sudah merasa yakin bahwa bayi mulai nyaman dengan pijatan yang sedang dilakukan. 4) Sebelum melakukan pemijatan, lumurkan baby oil atau lotion

yang lembut sesering mungkin.

5) Sebaiknya pemijatan dimulai dari kaki bayi, umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat pada daerah kaki. Dengan demikian, akan memberi kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat sebelum bagian lain disentuh. Oleh karena itu, urutan pemijatan dianjurkan dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian punggung.

6) Tanggaplah pada isyarat yang diberikan oleh bayi, seperti menangis. Cobalah menenangkan sebelum melakukan pemijatan lebih keras. Hentikan pemijatan karena mungkin bayi mengharapkan untuk digendong, disusui, atau sudah ingin tidur.

(37)

7) Mandikan bayi segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan bersih setelah terlumuri minyak bayi. Namun, apabila pemijatan dilakukan pada malam hari, bayi cukup diseka dengan air hangat agar bersih dari minyak bayi.

8) Lakukan konsultasi pada dokter atau perawat untuk lanjut tentang pemijatan bayi.

9) Hindarkan mata bayi dari baby oil atau lotion. g. Hal-hal yang tidak dianjurkan selama pemijatan

Menurut Dewi (2011), hal-hal yang tidak dianjurkan selama pemijatan antara lain :

1) Memijat bayi sebelum makan.

2) Membangunkan bayi untuk pemijatan. 3) Memijat bayi saat sakit.

4) Memijat bayi saat bayi tidak mau dipijat. 5) Memaksakan posisi pijat pada bayi. h. Teknik Pijat Bayi

Secara umum, pemijatan sebaiknya dimulai dari kaki bayi. Permulaan seperti ini akan memberikan kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat sebelum bagian lain disentuh. Itu sebabnya urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki, perut, dada, tangan, muka dan diakhiri pada bagian punggung (Santi, 2012).

(38)

24

Berikut ini adalah gambar-gambar teknik pijat bayi menurut Santi (2012) : 1) Kaki Gambar 2.1 Gambar 2.2 Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5

a) Perahan Cara India

(1) Peganglah kaki bayi pada pangkal paha, seperti memegang pemukul soft ball.

(2) Gerakan tangan ke bawah secara bergantian, seperti memerah susu.

b) Peras dan Putar

(1) Pegang kaki bayi pada pangkal paha dengan kedua tangan secara bersamaan.

(2) Peras dan putar kaki bayi dengan lembut dimulai dari pangkal paha ke arah mata kaki. c) Telapak Kaki

Urutlah telapak kaki bayi dengan kedua ibu jari secara bergantian, dimulai dari tumit kaki menuju jari-jari di seluruh telapak kaki.

d) Tarikan Lembut Jari

Pijatlah jari-jarinya satu per satu dengan gerakan memutar menjauhi telapak kaki, diakhiri dengan tarikan kasih yang lembut pada tiap ujung jari. e) Gerakan Peregangan

(1) Dengan mempergunakan sisi dari jari telunjuk, pijat telapak kaki mulai dari batas jari-jari ke arah tumit, kemudian ulangi lagi

(39)

Gambar 2.6

Gambar 2.7

Gambar 2.8

Gambar 2.9

dari perbatasan jari ke arah tumit.

(2) Dengan jari tangan lain regangkan dengan lembut punggung kaki pada daerah pangkal kaki ke arah tumit.

f) Titik Tekanan

Tekan-tekanlah kedua ibu jari secara bersamaan di seluruh permukaan telapak kaki dari arah tumit ke jari-jari.

g) Punggung Kaki

Dengan mempergunakan kedua ibu jari secara bergantian pijatlah punggung kaki dari pergelangan kaki ke arah jari-jari secara bergantian.

h) Peras dan Putar Pergelangan Kaki

Buatlah gerakan seperti memeras dengan mempergunakan ibu jari dan jari-jari lainnya di pergelangan kaki bayi.

i) Perahan Cara Swedia

(1) Peganglah pergelangan kaki bayi.

(2) Gerakkan tangan secara bergantian dari pergelangan kaki ke pangkal paha.

(40)

26 Gambar 2.10 Gambar 2.11 2) Perut Gambar 2.12 Gambar 2.13 j) Gerakan Menggulung

(1) Pegang pangkal paha dengan kedua tangan. (2) Buatlah gerakan menggulung dari pangkal

paha menuju pergelangan kaki. k) Gerakan Akhir

(1) Setelah semua gerakan dilakukan pada kaki kanan dan kiri, rapatkan kedua kaki bayi. (2) Letakkan kedua tangan secara bersamaan

pada pantat dan pangkal paha.

(3) Usap kedua kaki bayi dengan tekanan lembut dari paha ke arah pergelangan kaki. a) Mengayuh Sepeda

Lakukan gerakan memijat pada perut bayi seperti mengayuh pedal sepeda, dari atas ke bawah perut, bergantian dengan tangan kanan dan kiri.

b) Mengayuh Sepeda dengan Kaki Diangkat (1) Angkat kedua kaki bayi dengan salah satu

tangan.

(2) Dengan tangan yang lain, pijat perut bayi dari perut bagian atas sampai ke jari-jari kaki.

(41)

Gambar 2.14

Gambar 2.15

Gambar 2.16

c) Ibu Jari ke Samping

(1) Letakkan kedua ibu jari di samping kanan-kiri pusar perut.

(2) Gerakkan kedua ibu jari ke arah tepi perut kanan dan kiri.

d) Bulan Matahari

(1) Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai dari perut sebelah kanan bawah ke atas, kemudian kembali ke daerah kanan bawah, seolah membentuk gambar matahari beberapa kali.

(2) Gunakan tangan kanan untuk membuat gerakan setengah lingkaran mulai dari bawah perut bayi sampai bagian kiri perut bayi, seolah membentuk gambar bulan.

(3) Lakukan kedua gerakan ini secara bersama- sama. Tangan kiri selalu membuat bulatan penuh (matahari), sedangkan tangan kanan membuat gerakan setengah lingkaran (bulan). e) Gerakan I Love You

(1) “I”. Pijatlah perut bayi mulai dari bagian kiri atas ke bawah dengan menggunakan jari-jari tangan kanan membentuk huru “I”.

(42)

28

Gambar 2.17

3) Dada

Gambar 2.18

(2) “LOVE”. Pijatlah perut bayi membentuk huruf “L” terbalik, mulai dari kanan atas ke kiri atas, kemudian dari kiri atas ke kiri bawah.

(3) “YOU”. Pijatlah perut bayi membentuk huruf “U” terbalik, mulai dari kanan bawah ke atas, kemudian ke kirr, ke bawah dan berakhir di perut kiri bawah.

f) Gelembung atau Jari-jari Berjalan

(1) Letakkan ujung jari-jari satu tangan pada perut bayi bagian kanan.

(2) Gerakkan jari-jari pada perut bayi dari bagian kanan ke bagian kiri guna mengeluarkan gelembung udara.

a) Jantung Besar

(1) Buatlah gerakan yang menggambarkan jantung dengan meletakkan ujung-ujung jari kedua telapak tangan di tengah dada atau ulu hati.

(2) Buat gerakan ke atas sampai di bawah leher, kemudian ke samping di atas tulang selangka lalu ke bawah membentuk jantung dan kembali ke ulu hati.

(43)

Gambar 2.19

4) Tangan

Gambar 2.20

Gambar 2.21

b) Kupu-kupu

(1) Buatlah gerakan diagonal seperti gambaran kupu-kupu dimulai dengan tangan kanan membuat gerakan memijat menyilang dari tengah dada.

(2) Gerakkan tangan kiri ke bahu kiri dan kembali ke ulu hati.

a) Memijat Ketiak

Buatlah gerakan memijat pada daerah ketiak dari atas ke bawah.

b) Perahan Cara India

(1) Peganglah lengan bayi bagian pundak dengan tangan kanan seperti memegang pemukul soft ball, tangan kiri memegang pergelangan tangan bayi.

(2) Gerakkan tangan mulai dari bagian pundak ke arah pergelangan tangan, kemudian gerakkan tangan kiri dari pundak ke arah pergelangan tangan.

(3) Gerakkan tangan kanan dan kiri ke bawah secara bergantian dan berulang-ulang seolah memerah susu sapi.

(44)

30 Gambar 2.22 Gambar 2.23 Gambar 2.24 Gambar 2.25 Gambar 2.26 Gambar 2.27

c) Peras dan Putar

Peras dan putar lengan bayi dengan lembut mulai dari pundak ke pergelangan tangan. d) Membuka Tangan

Pijat telapak tangan dengan kedua ibu jari, dari pergelangan tangan ke arah jari-jari.

e) Putar Jari-jari

(1) Pijat lembut jari bayi satu persatu menuju ke arah ujung jari dengan gerakan memutar. (2) Akhiri gerakan ini dengan tarikan lembut

pada tiap ujung jari. f) Punggung Tangan

(1) Letakkan tangan bayi di antara kedua tangan kita.

(2) Usap punggung tangannya dari pergelangan tangan ke arah jari-jari dengan lembut. g) Peras dan Putar Pergelangan Tangan

Peraslah sekeliling pergelangan tangan dengan ibu jari dan jari telunjuk.

h) Perahan Cara Swedia

(1) Gerakkan tangan kanan dan kiri kita secara bergantian mulai dari pergelangan tangan kanan bayi ke arah pundak.

(45)

Gambar 2.28

5) Muka

Gambar 2.29

Gambar 2.30

(2) Lanjutkan dengan pijatan dari pergelangan kiri bayi ke arah pundak.

i) Gerakan Menggulung

(1) Peganglah lengan bayi bagian atas atau bahu dengan kedua telapak tangan.

(2) Bentuklah gerakan menggulung dari pangkal lengan menuju ke arah pergelangan tangan atau jari-jari.

a) Dahi: Menyetrika Dahi

(1) Letakkan kedua jari tangan pada pertengahan dahi.

(2) Tekan dahi dengan lembut dari dahi bagian tengah keluar ke samping kanan dan kiri. (3) Gerakan ke bawah ke daerah pelipis,

membuat lingkaran kecil di daerah pelipis gerakkan ke bawah melalui daerah pipi di bawah mata.

b) Alis: Menyetrika Alis

(1) Letakkan kedua ibu jari di antara kedua alis mata.

(2) Gunakan kedua ibu jari untuk memijat secara lembut pada alis mata dan di atas kelopak mata, mulai dari tengah ke samping seolah

(46)

32 Gambar 2.31 Gambar 2.32 Gambar 2.33 Gambar 2.34 menyetrika alis. c) Hidung : Senyum I

(1) Letakkan kedua ibu jari pada pertengahan alis.

(2) Tekankan ibu jari kita dari pertengahan kedua alis turun melalui hidung ke arah pipi dengan membuat gerakan ke samping dan ke atas seolah membuat bayi tersenyum. d) Mulut Bagian Atas : Senyum II

(1) Letakkan kedua ibu jari di atas mulut di bawah sekat hidung.

(2) Gerakkan kedua ibu jari dari tengah ke samping dan ke atas ke daerah pipi seolah membuat bayi tersenyum.

e) Mulut Bagian Bawah : Senyum III

(1) Letakkan kedua ibu jari di tengah dagu. (2) Tekankan kedua ibu jari kita pada dagu

dengan gerakan dari tengah ke samping kemudian ke atas ke arah pipi seolah membuat bayi tersenyum.

f) Lingkaran Kecil di Rahang

Dengan jari kedua tangan membuat lingkaran kecil di daerah rahang bayi.

(47)

Gambar 2.35 6) Punggung Gambar 2.36 Gambar 2.37 Gambar 2.38 g) Belakang Telinga

(1) Dengan mempergunakan ujung-ujung jari, berikan tekanan lembut pada daerah belakang telinga kanan dan kiri

(2) Gerakkan ke arah pertengahan dagu di bawah dagu.

a) Gerakan Maju Mundur

(1) Tengkurapkan bayi melintang di depan kita dengan kepala di sebelah kiri dan kaki di sebelah kanan kita.

(2) Pijatlah sepanjang punggung bayi dengan gerakan maju mundur menggunakan kedua telapak tangan, dari bawah leher sampai ke pantat bayi, lalu kembali lagi ke leher. b) Gerakan Menyetrika

(1) Pegang pantat bayi dengan tangan kanan. (2) Dengan tangan kiri, pijatlah mulai dari leher

ke bawah sampai bertemu dengan tangan kanan yang menahan pantat bayi seolah menyetrika punggung.

c) Gerakan Menyetrika dan Mengangkat

Ulangi gerakan menyetrika punggung, hanya kali ini tangan kanan memegang kaki bayi dan

(48)

34

Gambar 2.39

Gambar 2.40

gerakan dilanjutkan sampai ke tumit kaki bayi. d) Gerakan Melingkar

(1) Dengan jari-jari kedua tangan, buatlah gerakan-gerakan melingkar kecil-kecil mulai dari batas tengkuk turun ke bawah di sebelah kanan dan kiri tulang punggung sampai ke pantat.

(2) Mulai dengan lingkaran-lingkaran kecil di daerah leher, kemudian lingkaran yang lebih besar di daerah pantat.

e) Gerakan Menggaruk

(1) Tekankan dengan lembut kelima jari-jari tangan kanan kita pada punggung bayi. (2) Buat gerakan menggaruk ke bawah

memanjang sampai ke pantat bayi.

7) Sentuhan Relaksasi (Touch Relaxation)

Gerakan relaksasi ini dapat berupa goyangan-goyangan ringan, tepuk-tepukan halus, atau ayunan-ayunan lembut. Teknik sentuhan relaksasi mudah dan sederhana. Dapat dikerjakan bersama-sama pijat bayi atau secara tersendiri. Misalnya, waktu ibu memulai memijat bagian kaki bayi, ternyata kakinya menegang dan kaku. Untuk mengatasinya, gunakanlah sentuhan relaksasi dan suara ibu agar kaki bayi menjadi rileks dan lemas (Roesli, 2008).

(49)

Sentuhan relaksasi ini dapat dikerjakan di setiap bagian badan bayi seperti di daerah tangan, pundak, dan perut dengan cara yang sama. Untuk bagian pundak misalnya, tepuk-tepuklah dan goyangkan secara halus kedua pundak dengan kedua tangan kita sambil mengajaknya bicara (Roesli, 2008).

Gambar 2.41

Membuat goyangan-goyangan ringan, tepukan-tepukan halus dan melambung-lambungkan secara lembut.

8) Gerakan Peregangan Lembut

Gerakan-gerakan sederhana yang meregangkan tangan dan kaki bayi, dapat berupa sentuhan pada bagian perut bayi dan panggul serta gerakan yang bertujuan meluruskan tulang belakang. Peregangan lembut ini dilakukan pada akhir pemijatan atau di antara pijatan. Setiap gerakan peregangan dapat dilakukan sebanyak 4-5 kali (Roesli, 2008).

Gambar 2.42

Gambar 2.43

a) Tangan Disilangkan

(1) Pegang kedua pergelangan tangan bayi dan silangkan keduanya di dada.

(2) Luruskan kembali kedua tangan bayi ke samping.

b) Membentuk Diagonal Tangan-Kaki

(1) Pertemukan ujung kaki kanan dan ujung tangan kiri bayi di atas tubuh bayi sehingga membentuk garis diagonal.

(50)

36

Gambar 2.44

Gambar 2.45

tangan kiri bayi ke posisi semula.

(3) Pertemukan ujung kaki kiri dengan ujung tangan kanan di atas tubuh bayi.

(4) Selanjutnya, tarik kembali tangan dan kaki bayi ke posisi semula.

c) Menyilangkan Kaki

(1) Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi, lalu silangkan ke atas. Buatlah silangan sehingga mata kaki kanan luar bertemu mata kaki kiri dalam. Setelah itu, kembalikan posisi kaki pada posisi semula.

(2) Pegang kedua pergelangan kaki bayi dan silangkan kedua kakinya ke atas sehingga mata kaki kanan dalam bertemu dengan mata kaki kiri luar. Setelah itu, kembalikan pada posisi semula.

d) Menekuk Kaki

Pegang pergelangan kaki kanan dan kiri bayi dalam posisi kaki lurus, lalu tekuk lutut kaki perlahan menuju ke arah perut.

(51)

Gambar 2.46

e) Menekuk Kaki Bergantian

Gerakannya sama seperti menekuk kaki, tetapi dengan mempergunakan kaki secara bergantian.

(52)

38

B. Kerangka Teori

Gambar 2.47 Kerangka Teori

Sumber : Notoatmodjo (2011) dan Riksani (2012), Pengetahuan Pengetahuan : 1. Pengertian pengetahuan 2. Tingkat pengetahuan 3. Cara memperoleh pengetahuan 4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan 5. Cara mengukur pengetahuan Bayi Bayi : 1. Pengertian 2. Pertumbuhan dan perkembangan bayi Pijat Bayi:

1. Pengertian pijat bayi 2. Manfaat pijat bayi 3. Mekanisme dasar

pemijatan (fisiologi pijat bayi)

4. Waktu mulai pijat bayi 5. Persiapan sebelum

memijat

6. Hal-hal yang dilakukan selama pemijatan 7. Hal-hal yang tidak

dianjurkan selama pemijatan

8. Teknik pijat bayi Pijat Bayi Tingkat Pengetahuan Ibu

(53)

C. Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.48 Kerangka Konsep Pengetahuan Ibu

Tentang Pijat Bayi

Baik Cukup Kurang Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : a. Pendidikan b. Pekerjaan c. Umur Faktor yang mempengaruhi pengetahuan : a. Lingkungan b. Sosial Budaya

(54)

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Penelitian

deskriptif merupakan penelitian yang di dalamnya tidak ada analisis hubungan

antar variabel, tidak ada variabel bebas dan terikat, bersifat umum yang membutuhkan jawaban di mana, kapan, berapa banyak, siapa, dan analisis statistik yang digunakan adalah deskriptif (Hidayat, 2011). Sedangkan menurut Arikunto (2013), kuantitatif banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya. Penelitian ini menggambarkan tentang Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Menurut Hidayat (2011), lokasi merupakan rencana tentang tempat yang

akan dilakukan oleh peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian. Penelitian ini dilakukan di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora. Waktu penelitian adalah waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2014 sampai bulan Juli 2015.

(55)

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 2013). Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora. Jumlah populasi pada bulan Mei 2015 adalah 39 ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2013), sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dengan kriteria apabila populasi kurang dari 100 lebih baik diambil semua, tetapi jika populasi lebih dari 100 dapat diambil 10%-15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2013). Dalam penelitian yang dilakukan, peneliti mengambil sampel ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora. Sampel yang diambil adalah keseluruhan dari populasi pada bulan Mei 2015 yaitu 39 ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora.

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel adalah suatu proses seleksi sampel yang digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada, sehingga jumlah sampel akan mewakili keseluruhan populasi yang ada (Hidayat, 2011). Penelitian ini menggunakan teknik sampel total sampling. Menurut Sugiyono (2012),

(56)

42

total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi

digunakan sebagai sampel.

D. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini hanya menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi.

E. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu obyek atau fenomena (Hidayat, 2011).

Tabel 3.1 Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi

Variabel Definisi operasional Alat Ukur Skala Indikator Tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi Kemampuan responden untuk menjawab: a. Pengertian pijat bayi

b. Manfaat pijat bayi c. Waktu mulai pijat

bayi d. Persiapan pemijatan e. Hal-hal yang dilakukan selama pemijatan

Kuesioner Ordinal 1. Baik : Bila nilai responden yang diperoleh (x) > mean + 1 SD 2. Cukup : Bila nilai

responden mean -1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD

3. Kurang : Bila nilai responden yang

(57)

f. Hal-hal yang tidak dianjurkan selama pemijatan

g. Teknik pijat bayi

diperoleh (x) < mean – 1 SD Sumber : Riwidikdo, 2013

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang akan digunakan untuk pengumpulan

data (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memeroleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2013).

Penelitian ini menggunakan kuesioner tertutup. Menurut Arikunto (2013), kuesioner tertutup adalah kuesioner yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih jawabannya. Instrumen ini menggunakan Skala Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari pertanyaan atau pernyataan : ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak setuju, benar dan salah. Responden diminta untuk memilih salah satu jawaban (Benar/Salah) atas pernyataan tentang pengetahuan pijat bayi. Skala Guttman ini umumnya dibuat seperti checklist dengan interpretasi penilaian pertanyaan dengan kriteria positif (favorable) yaitu bila menjawab benar nilainya 1 jika menjawab salah nilainya 0 dan kriteria negatif unfavorable bila menjawab salah nilainya 1 dan jika menjawab benar nilainya 0. Untuk memudahkan dalam menyusun instrumen, maka diperlukan kisi-kisi dari instrumen dalam penelitian ini yang tersaji dalam tabel 3.2 (Hidayat, 2011).

(58)

44

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Uji Coba tentang Pijat Bayi

Variabel Sub Variabel Pernyataan Jumlah Item Favourable Unfavourable Tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi

1. Pengertian pijat bayi 2. Manfaat pijat bayi 3. Waktu mulai pijat

bayi

4. Persiapan pemijatan 5. Hal-hal yang

dilakukan selama pemijatan

6. Hal-hal yang tidak dianjurkan selama pemijatan

7. Teknik pijat bayi

1,2,3 7,8 10,13 15,17,18,20 ,21 22,24,26,28 31 34,35,37, 38,40 4,5,6,9 11,12,14 16,19 23,25,27,29 30,32,33 36,39 3 6 5 7 8 4 7 Total 22 18 40

Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner Penelitian tentang Pijat Bayi

Variabel Sub Variabel Pernyataan Jumlah Item Favourable Unfavourable Tingkat pengetahuan ibu tentang pijat bayi

1. Pengertian pijat bayi 2. Manfaat pijat bayi 3. Waktu mulai pijat

bayi

4. Persiapan pemijatan 5. Hal-hal yang

dilakukan selama pemijatan

6. Hal-hal yang tidak dianjurkan selama pemijatan

7. Teknik pijat bayi

1,2,3 7*,8 10,13* 15,17,18,20 ,21 22,24,26,28 31 34,35,37*, 38*,40* 4,5,6,9 11,12,14 16,19 23*,25,27,29 30,32,33 36*,39 3 6 5 7 8 4 7 Total 22 18 40

Keterangan : * item yang tidak valid

Agar diperoleh data yang valid dan reliabel, maka kuesioner diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan reliabilitas. Uji validitas dan reliabilitas telah dilakukan di Dukuh Klumpit, Desa Pelemsengir, Todanan, Blora pada tanggal

(59)

27 Desember 2014 – 4 Januari 2015 dengan jumlah responden 30 ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan.

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Notoatmodjo, 2012). Sebelum instrumen digunakan untuk mengumpulkan data penelitian maka perlu dilakukan uji coba kuesioner untuk mencari kevalidan alat ukur tersebut. Penelitian ini menggunakan uji validitas dengan rumus Pearson Product

Moment (Riwidikdo, 2013), diolah dengan SPSS versi 17. Rumus umum

korelasi Pearson Product Moment adalah sebagai berikut:

rxy = ேǤσ௑Ǥ௒ିσଡ଼Ǥσଢ଼ ඥሺேσଡ଼మିሺσଡ଼ሻሻሺ୒σଢ଼ିሺσଢ଼ሻ

Keterangan:

rxy : Koefisien korelasi

x : Skor item atau pertanyaan y : Skor total (item)

N : Jumlah responden

Kuesioner dikatakan valid bila rxy hitung> rxy tabel(Riwidikdo, 2013).

Setelah dilakukan uji validitas kepada 30 ibu di Dukuh Klumpit, Desa Pelemsengir, Todanan, Blora pada bulan Januari didapatkan hasil dari 40 soal pernyataan 33 soal dinyatakan valid dan 7 soal dinyatakan tidak valid. Butir pernyataan yang tidak valid adalah 7, 13, 23, 36, 37, 38, dan 40. Selanjutnya nomor yang tidak valid gugur atau tidak diiukutkan dalam penelitian.

(60)

46

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Untuk menguji reliabilitas pada instrumen ini menggunakan Alpha

Cronbach. Menurut Riwidikdo (2013), suatu item dikatakan reliabel bila

nilai alpha cronbach > rkriteria (0,7).

Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

r = ቂ ௞ ௞ିଵቃ ൤ͳ െ σఙ; ఙ; ൨ Keterangan: r : Reliabilitas instrumen

k : Jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal ߪ௕; : Total varians butir

ߪ௧; : Total varians

Instrumen dinyatakan reliabel jika nilai alpha cronbach minimal 0,7 (Riwidikdo, 2013). Setelah dilakukan uji reliabilitas, kuesioner dinyatakan reliabel karena nilai alpha cronbach 0,918 > 0,7.

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian merupakan proses penarikan kesimpulan dari data yang telah

dikumpulkan. Tanpa adanya data, maka hasil penelitian tidak akan terwujud dan penelitian tidak akan berjalan (Saryono, 2011). Menurut sumbernya, data dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :

(61)

1. Data Primer

Data primer disebut juga data tangan pertama. Data primer diperoleh langsung dari subyek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data, langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Dalam penelitian ini data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya yaitu hasil jawaban pertanyaan yang disediakan melalui kuesioner Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora.

2. Data sekunder

Disebut juga data tangan kedua. Data sekunder adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Biasanya berupa data dokumentasi atau data laporan yang telah tersedia. Data sekunder dari penelitian ini diperoleh dari data yang dimiliki kepala desa mengenai jumlah ibu yang mempunyai bayi usia 1-12 bulan di Dukuh Sambeng, Desa Sambeng, Todanan, Blora pada bulan Mei 2015 sebanyak 39 orang.

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode Pengolahan Data

Pengolahan data diperlukan untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan kesimpulan yang baik (Notoatmodjo, 2012). Menurut Notoatmodjo (2012), langkah-langkah yang harus dilakukan adalah sebagai berikut :

(62)

48

a. Editing (Penyuntingan Data)

Hasil wawancara, angket, atau pengamatan dari lapangan harus

dilakukan penyuntingan (editing) terlebih dahulu. Secara umum, editing adalah merupakan kegiatan untuk pengecekan dan perbaikan isian formulir atau kuesioner tersebut.

b. Coding

Setelah semua kuesioner diedit atau disunting, selanjutnya dilakukan pengkodean atau coding, yakni mengubah data berbentuk kalimat atau huruf menjadi data angka atau bilangan.

c. Memasukkan Data (Data Entry) atau Processing

Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang

dalam bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software komputer.

d. Pembersihan Data (Cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini disebut pembersihan data (data cleaning).

2. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

Univariat. Menurut Notoatmodjo (2012), analisis Univariat bertujuan

(63)

penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan prosentase dari tiap variabel. Data dimaknai dengan parameter yang telah ditentukan (Riwidikdo, 2013), yaitu sebagai berikut:

a. Pengetahuan baik : Bila nilai responden (x) > mean+1 SD b. Pengetahuan cukup : Bila nilai mean – 1 SD ≤ x ≤ mean + 1 SD c. Pengetahuan kurang : Bila nilai responden (x) < mean – 1 SD

Sebelum menentukan tingkat pengetahuan ibu terlebih dahulu peneliti menghitung nilai mean dan simpangan baku. Menurut Riwidikdo (2013), rumus untuk menghitung nilai mean dan simpangan baku yaitu:

a. Mean

X = ஊ೔ǣభ೙ ௫௜

Keterangan:

X : Mean atau nilai rata-rata n : Jumlah responden

∑xi : Jumlah nilai yang diperoleh tiap responden

b. Simpangan Baku sd = ඨσ ୶୧మି ቀσ೙೔సభ ቁ;౮౟ ౤ ೙ ೔సభ ሺ௡ିଵሻ Keterangan: sd : Simpangan baku

Gambar

Gambar 2.35  6)  Punggung  Gambar 2.36  Gambar 2.37  Gambar 2.38  g)  Belakang Telinga
Gambar 2.47 Kerangka Teori
Gambar 2.48 Kerangka KonsepPengetahuan Ibu
Tabel 3.1 Definisi Operasional Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Pijat Bayi
+5

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Selain itu hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti dari 10 ibu di Girimargo mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang pijat bayi,

Menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah dengan judul Pengaruh Berat Bayi Lahir Terhadap Ruptur Perineum pada Ibu Bersalin dengan sungguh- sungguh disusun oleh penulis

Tujuan: Mengetahui efektifitas pendidikan kesehatan pijat bayi dengan metode demonstrasi terhadap tingkat pengetahuan dan sikap ibu di Kelurahan Panggung Kota

Berdasarkan uraian hasil penelitian dan pembahasan tentang tingkat pengetahuan ibu nifas tentang perawatan tali pusat bayi baru lahir di RSUD Wonosari

Hasil data yang telah diolah kemudian disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi tingkat pengetahuan ibu yang mempunyai bayi dimana menggunakan botol dalam memberikan susu pada

Hasil Penelitian : Tingkat pengetahuan ibu tentang biang keringat (miliaria) pada bayi di Desa Sanggrahan Selogiri Wonogiri dapat dikategorikan pengetahuan baik sebanyak 8

Dari latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui &#34; Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu terhadap pijat bayi di Kelurahan Sidanegara Wilayah

Manfaat Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir Menurut hasil penelitian di dapatkan data sebagian besar informan menjawab manfaat imunisasi hepatitis B pada bayi baru lahir