• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN TIM KHUSUS ANTI BANDIT POLDA LAMPUNG DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN SENJATA API ILEGAL M.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERAN TIM KHUSUS ANTI BANDIT POLDA LAMPUNG DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN SENJATA API ILEGAL M."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN TIM KHUSUS ANTI BANDIT POLDA LAMPUNG DALAM PENEGAKAN HUKUM TERHADAP PENGGUNAAN SENJATA API ILEGAL

M. Aristyo Wijaya, Prof. Dr. Sunarto DM S.H., M.H., Rinaldy Amrullah S.H., M.H. email: ([email protected])

Abstrak

Senjata api yang dimiliki ada yang memilki izin dan ada pula yang ilegal. Namun kenyataannya peredaran senjata api di Indonesia pabrikan atau rakitan terus meningkat. Hal ini selain disebabkan oleh faktor ekonomi sebagai pemicunya juga disinyalir oleh kurang pahamnya masyarakat tentang prosedur kepemilikan senjata api, masyarakat mendapatkan senjata api dan peredaran senjata api yang sangat luas ini semakin memperluas tingkat masyarakat dapat melakukan aksi kejahatan. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimanakah peran tim khusus anti bandit polda lampung (tekab 308) dalam penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api ilegal dan apakah yang menjadi faktor penghambat peran tim khusus anti bandit polda lampung dalam penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api ilegal.Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan yuridis normatif dan yuridis empiris. Dari hasil penelitian dan pembahasan ini menunjukkan bahwa peran yang dilakukan oleh tim khusus anti bandit polda lampung dalam penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api ilegal dengan cara mengungkap kasus berdasarkan laporan masyarakat, membentuk tim yang secara khusus menangani kejahatan dengan senjata api, melakukan kerjasama dengan seluruh jajaran kepolisian serta melakukan pengawasan terhadap daerah yang dianggap rawan. Faktor penghambat peran tim khusus anti bandit polda lampung dalam penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api ilegal adalah faktor masyarakat dan faktor sarana dan fasilitas.

Kata Kunci: Penegakan Hukum, Peran Tim Khusus Anti Bandit Polda Lampung, Senjata Api Ilegal.

(2)

THE ROLE OF SPECIAL TEAMS ERADICATE BANDITS OF LAMPUNG REGIONAL POLICE IN LAW ENFORCEMENT AGAINST THE USE OF ILLEGAL

FIREARMS

M. Aristyo Wijaya, Prof. Dr. Sunarto DM S.H., M.H., Rinaldy Amrullah S.H., M.H. email: ([email protected])

Abstract

Owned firearms that have no permits and some are illegal. But in reality the circulation of firearms in Indonesia continues to increase manufacturing or assembly. This is not only due to economic factors as the trigger is also pointed out by the lack of understanding of the public about the procedures possession of firearms, people get the circulation of firearms and firearm were very spacious increasingly expanding community level can commit the crime. The problems studied are how the role of a special team eradicate bandits of lampung regional police (tekab 308) in law enforcement against the use of illegal firearms and whether factors that inhibit the role of a special team eradicate bandits of lampung regional police in enforcing the law against the use of illegal firearms. Approach to the problem which is used in this research is to use normative and empirical jurisdiction. From the results of research and discussion shows that the role carried out by a special team eradicate bandits oflampung regional polce in enforcing the law against the use of illegal firearms by way of uncovering cases based on public, forming teams that specific dealing with crimes with firearms, in cooperation with the whole range Police and to supervise the areas that are considered prone. Factors inhibiting the role of a special team eradicate bandits of Lampung regional police in enforcing the law against the use of illegal firearms is a factor of society and factor facilities and infrastructure.

Keyword: Law Enforcement, The Role Of Special Teams Eradicate Bandits Of LampungRegional Police, Illegal Firearms

(3)

I. PENDAHULUAN

Di Indonesia, angka tentang perdagangan senjata api legal maupun ilegal sulit diperoleh, meski peredarannya di masyarakat sipil dipastikan meningkat tajam. Karena alasan administrasi kepemilikan senjata api kurang tertib diawasi, maka aparat kepolisian tidak tahu pasti berapa banyak senjata api yang beredar di masyarakat, karena kepemilikan senjata api ilegal sulit sekali untuk dilacak.

Fenomena kalangan sipil memiliki senjata api digunakan sebagai bela diri (Self

Defense) tidak bisa dibilang menjadi

budaya seperti layaknya di Amerika. Di Indonesia, penjualan senjata api ilegal masih dilakukan secara sembunyi-sembunyi.1Senjata api yang dimiliki pun ada yang memilki izin dan ada pula yang ilegal. Sehingga bertolak dari fenomena yang terjadi, maka perlu dikaji mengenai pengaturan mengenai senjata api di Indonesia. Pemerintah memberikan ijin kepemilikan senjata api sejak tahun 1998 dan sejak tahun 2005 sipil dilarang memiliki senjata api. Namun kenyataannya peredaran senjata api di Indonesia pabrikan atau rakitan terus meningkat. Hal ini selain disebabkan oleh faktor ekonomi sebagai pemicunya juga disinyalir oleh kurang pahamnya masyarakat tentang prosedur kepemilikan senjata api di

Indonesia. mudahnya

masyarakatmendapatkan senjata api dan perederan senjata api yang sangat luas ini semakin memperluas tingkat masyarakat dapat melakukan aksi kejahatan.

1

https://tirto.id/kontroversi-kepemilikan-senjata-api-bLKb diakses 13 oktober 2016

Mengingat banyaknya tindak kejahatan yang diakibatkan oleh penyalahgunaan senjata api, pihak POLRI telah memberikan pernyataan tak akan menghentikan pemberian izin kepemilikan dan penggunaan senjata kepada sipil. Akan tetapi izin tersebut hanya berupa perpanjangan dan tidak ada izin baru untuk sipil.Sedangkan untuk senjata sipil yang beredar di masyarakat sebagian besar telah digudangkan. Polisi mengeluarkan izin untuk tiga jenis senjata api bagi sipil, yaitu senjata api dengan peluru tajam, peluru karet, dan gas. Untuk peluru tajam, izin yang dikeluarkan untuk senjata api kaliber 31 dan 32. Senjata organik (untuk internal POLRI) adalah kaliber 38. Sesuai keputusan Menteri Pertahanan Keamanan No. 9 Tahun 1976 Tentang Pembatasan Senjata Api dan Amunisi Untuk Perorangan menyebutkan dalam Pasal 5 a ayat (2) pemberian izin senjata api perorangan untuk beladiri tersebut dibatasi kepada 1 (satu) pucuk senjata api dari jenis, macam dan ukuran/caliber non standar ABRI/TNI/POLRI dengan amunisi sebanyak untuk 1 (satu) cylinder.2

Pengertian senjata api sendiri Undang-undang Darurat Nomor 12 tahun 1951 Pasal 1 ayat (2) memberikan pengertian senjata api dan amunisi yaitu termasuk juga segala barang sebagaimana diterangkan dalam Pasal 1 ayat (1) dari peraturan senjata api 1936 (Stb 1937 Nomor 170), yang telah diubah dengan

ordonantie tanggal 30 Mei 1939 (Stb

Nmor 278), tetapi tidak termasuk dalam

pengertian itu senjata “yang nyata”

mempunyai tujuan sebagai barang kuno atau barang yang ajaib dan bukan pula

2Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan Nomor

9 Tahun 1976 Tentang Pembatasan Senjata Api dan Amunisi Untuk Perorangan

(4)

sesuatu senjata yang tetap tidak dapat terpakai atau dibikin sedemikian rupa sehingga tidak dapat digunakan.3

Berdasarkan kasus tersebut kapolda lampung membentuk sebuah Tim Khusus Anti Bandit Polda Lampung (Tekab 308) tim khusus anti bandit dibentuk dengan tujuan untuk memburu pelaku kejahatan seperti curas, curat, dan curanmor, serta Tekab 308 juga memasukan kasus penyalahgunaan senjata api illegal diwilayah hukum polda lampung. sehubungan dengan kasus tersebut tim khusus anti bandit polda lampung atau Tekab 308 melaksanakan perannya dalam penanggulangan tindak pidana tersebut.

Dasar hukum Tim Khusus Anti Bandit Polda Lampung atau Tekab 308 adalah Pasal 1 angka 18 Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah, yang menyatakan Tekab 308 adalah Direktorat Intelejen Keamanan adalah unsur pelaksana tugas pokok pada tingkat polda yang berada di bawah kapolda dan juga termasuk pada Pasal 1 angka 19 adalah Direktorat Reserse Kriminal Umum adalah unsur pelaksana tugas pokok pada tingkat polda yang berada di bawah kapolda. Tugas Tekab 308 sebagai Ditintelkam terdapat pada Pasal 118 ayat (2) Peraturan Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 adalah pembinaan jaringan kepolisian, memberikan pelayanan administrasi dan pengawasan senjata api atau bahan peledak, orang asing dan kegiatan sosial atau politik masyarakat

3

Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Dalam membahas permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini, penulis melakukan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris guna untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang benar dan objektif.

Yuridis normatif yaitu suatu pendekatan dengan cara menelaah kaedah-kaedah, norma-norma dan/atau aturan-aturan yang berhubungan dengan masalah yang akan diteliti melalui studi kepustakaan (library research). Pendekatan tersebut dimaksud untuk mengumpulkan berbagai macam peraturan perundang-undangan, teori-teori dan literatur-literatur yang erat hubungannya dengan masalah yang akan diteliti.

Pendekatan yuridis empiris dilaksanakan dengan cara memperoleh pemahaman hukum dalam kenyataannya (di lapangan) baik itu melalui penilaian, pendapat dan penafsiran subjektif dalam pengembangan teori-teori dalam kerangka penemuan-penemuan ilmiah sehubungan dengan masalah yang akan diteliti.

II. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Peran Yang Dilakukan Tim Khusus Anti Bandit Polda Lampung Dalam

Penegakan Hukum Terhadap

Penggunaan Senjata Api Ilegal

Perkembangan kehidupan masyarakat yang begitu cepat sebagai hasil dan proses pelaksanaan pembangunan di segala bidang kehidupan sosial, politik, ekonomi, keamanan dan budaya telah membawa

(5)

pula dampak negative berupa peningkatan kualitas dan kuantitas berbagai macam kejahatan yang sangat merugikan dan meresahkan masyarakat. Undang- undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang- undang Hukum Acara Pidana sebagai produk hukum nasional pengganti HIR yang memiliki 11 asas dalam upaya penegakan hukum tersebut dalam pelaksanaannya masih ditemui adanya berbagai kendala, hambatan terutama yang menyangkut masalah peran dan perlindungan masyarakat dalam proses penegakan hukum.4

Penegakan hukum mencakup proses tahap penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di sidang Pengadilan Negeri, upaya hukum, eksekusi. Sedangkan penuntutan mecakup pra penuntutan dan penuntutan sendiri5. Asas penegakan hukum yang cepat, tepat sederhana dan ringan, hingga saat ini belum sepenuhnya mencapai sasaran yang diharpkan masyarakat. Sejalan dengan itu pula masih banyak ditemui sikap dan perilaku aparat penegak hukum yang merugikan masyarakat maupun keluarga korban. Dalam proses penegakan hukum, anggota masyarakat sangat berperan dalam mengungkapkan pelanggaran/kejahatan yang terjadi selaku saksi dalam perkara tersebut, masyarakat harus menyadari bahwa dalam proses penegakan hukum, bukan merupakan tanggung jawab aparatur penegak hukum semata, tetapi merupakan tanggung jawab masyarakat dalam upaya menghadapi, menanggulangi berbagai bentuk kejahatan yang merugikan dan meresahkan masyarakat itu sendiri.

4

Soejono, Kejahatan dan Penegakan Hukum Di

Indonesia, 1996.hal 1

5Ibid, hal 2

Sejauh ini peran yang dilakukan oleh Tim Khusus Anti Bandit Polda Lampung dalam pelaksanaan penegakan hukum dirasakan masih banyak kendala terlebih dalam aduan dari masyarakat dimana masyarakat masih dirasa kurang peduli akan hukum atau kejadian yang berada disekitar lingkungannya sehingga mempersulit peran kepolisian dalam melakukan penegakan hukum. Peranan masyarakat dalam proses penegakan hukum ini sangat diharapkan dan dilindungi oleh hukum, penerangan hukum, penyuluhan hukum yang dilakukan oleh instansi pemerintah selama ini ditujukan juga agar masyarakat menyadari hak dan kewajibannya termasuk peran serta tanggung jawabnya dalam proses penegakan hukum.

Dengan penerangan dan penyuluhan hukum tersebut diharapkan individu, kelompok masyarakat, pemuka masyarakat dan organisasi sosial lainnya memahami peran dan tanggung jawabnya dalam setiap proses penegakan hukum. Proses penegakan hukum adalah upaya pemulihan/reaksi hukum masyarakat terhadap terjadinya pelanggaran/kejahatan dengan tujuan bagi pelakunya dapat dijatuhi hukuman yang adil dan di masyarakat terwujud kepastian hukum yang mengayomi masyarakat.

B. Faktor Penghambat Tim Khusus Anti Bandit Polda Lampung Dalam

Penegakan Hukum Terhadap

Penggunaan Senjata Api Ilegal

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis terkait permasalahan dalam skripsi ini, diketahui bahwa masih terdapat beberapa hal penting yang

(6)

menjadi faktor penghambat tim khusus anti bandit polda lampung dalam penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api ilegal.

A. Faktor Masyarakat

Kesadaran hukum pada hakikatnya adalah kesadaran yang pada setiap manusia apa hukum itu atau apa seharusnya hukum itu, suatu kategori tertentu dari kejiwaan manusia untuk dapat membedakan antara hukum dan tidak kesadaran hukum, antara yang dilakukan dan tidak dilakukan.6Yakni masyarakat lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Warga masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku, serta menaati hukum yang berlaku dengan penuh kesadaran akan penting dan perlunya hukum bagi kehidupan masyarakat. Kesadaran hukum akan ada, apabila warga Negara mempunyai pendapat tertentu terhadap perilaku yang nyata dari pejabat-pejabat dan atribut-atribut tertentu dari pejabat yang dikaitkan dengan rasa keadilan.7

Masyarakat sebagai peranan yang sangat penting dalam proses penegakan hukum diharpakan andil dalam berjalannya proses penegkan hukum, namun terkadang kurangnya informasi mengenai aturan hukum membuat masyarakat enggan dalam membantu berjalannya proses penegakan hukum. masyarakat adalah faktor yang paling besar menghambat

6

Radisman F.S Sumbayak Prakata dan Sumitro L.S.D Danuredjo,Beberapa Pemikiran Kearah

Pemantapan Penegakan Hukum, Universitas

Indonesia, Jakarta, 2008, hlm 56

7

Ibid, hlm 51

dalam upaya penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api.

Masyarakat sebenernya mengetahui adanya aktivitas pembuatan senjata api atau transaksi perdangan senjata api serta kejahatan-kejahatan yang menggunakan senjata api di daerah sekitar tempat tinggalnya. Bahkan kadang masyarakat itu sendiri yang menjadi korban atau memiliki senjata api tersebut, namun karena rasa takut dan kurangnya pengatahuan yang dimiliki masyarakat sehingga membuat masyarakat tidak perduli dengan lingkungan sekitar dan tidak berani memberikan informasi kepada pihak kepolisian.

Padahal dengan adanya laporan dari masyarakat, tentu saja dapat mempermudah kepolisian dalam menjalankan tugas, fungsi dan wewenangnya seperti yang terjadi di daerah Mesuji sebagian masyarakat dengan sukarela memberikan senjata api yang dimilikinya kepada kepolisian baik melalui kepala desa, RT ataupun dari diri sendiri.

Dr. Zarialdi menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan korban atau masyarakat tidak mau melaporkan tidak pidana curas dengan senjata api yang dialaminya adalah :

a. Korban atau pelapor diancam, sehingga tidak berani melaporkan kejadian yang dideritanya.

b. Korban atau pelapor enggan berurusan dengan polisi karena beranggapan akanmengeluarkan sejumlah uang agar laporannya di proses.

(7)

c. Korban atau pelapor beranggapan bahwa laporan tersebut tidak akan diproses polisi8

Berdasarkan kesimpulan tersebut dapat dikatakan masyarakatlah yang memiliki peran penting dalam kehidupan bermasyarakat dan seharusnya ikut andil dalam membantu kepolisian melaksanakan

tugas, fungsi dan

wewenangnya.Sayangnya masih banyak masyarakat yang merasa takut dan tidak berani apabila melihat hal yang mencurigakan sehingga membuat masyarakat tidak peduli dengan hal tersebut.

B. Faktor Sarana Dan Fasilitas

Sarana atau fasiltas tersebut mencakup tenaga manusia yang terdidik dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya.Ketersediaan sarana dan fasilitas yang memadai merupakan suatu keharusan bagi keberhasilan penegak hukum. Sarana atau fasilitas adalah satu hal yang penting dalam proses berjalannya penegakan hukum karna tanpa adanya sarana atau fasilitas yang memadai akan memperlambat proses penegakan hukum, maka untuk terwujdunya penegakan hukum yang berjalan dengan baik perlu adanya sarana dan fasilitas yang sesuai dengan proses penegakan hukum tersebut. Johannes Siregar juga berpendapat bahwa faktor sarana dan fasilitas yang menghambat penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api adalah kurangnya sarana dan prasarana

8

Hasil wawancara dengan Drs. Zarialdi, direktur ditreskrimum Polda Lampung pada hari selasa 11 oktober 2016

yang mendukung pihak kepolisian dan Tim Khusus Anti Bandit 308 Polda Lampung. Seperti kurangnya pos-pos penjagaan kepolisian di daerah-daerah yang dianggap rawan terjadi kejahatan dengan kekerasan baik itu pembegalan maupun dengan menggunakan senjata api. Selain itu juga dibutuhkan kendaraan roda dua dan kendaraan roda empat, seperti mobil patroli untuk memudahkan melakukan pemeriksaan ketempat yang dianggap menjadi tempat pembuatan senjata api, dan motor kepolisian yang berada di pos-pos penjagaan guna dapat segera mengejar pelaku ketika terjadi tindak kejahatan. Dengan demikian sangat dibutuhkan sarana dan fasilitas guna mendukung pihak kepolisian dalam menangani penegakan hukum terhadap penggunaan senjata api.9

9

Hasil wawancara dengan Johannes Siregar, kadim sidik ditreskrimum subdit jatarnas Polda Lampung pada hari senin 10 oktober 2016

(8)

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Menteri Pertahanan Keamanan Nomor 9 Tahun 1976 Tentang Pembatasan Senjata Api dan Amunisi Untuk Perorangan

Radisman F.S Sumbayak Prakata dan Sumitro L.S.D Danuredjo,Beberapa Pemikiran Kearah Pemantapan Penegakan Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta, 2008

Soejono, Kejahatan dan Penegakan Hukum Di Indonesia, 1996.

Undang-undang Darurat Nomor 12 Tahun 1951 tentang Senjata Api

Referensi

Dokumen terkait

Jika dalam waktu yang ditentukan pada timer #1 telah lewat, dan LPG belum juga nyala, maka sistem kendali Gambar 3 diatas akan menghentikan kegiatan reduksi

seiring berjalanya waktu teknik industry berubah menjadi bagian yg terpisah dari teknik mesin dan beridir sendiri sebagai sebuah progam studi dalam Fakultas Teknologi Industri. Pada

In sum, I think that context relativism makes more sense than truth relativism, because it has a better story about what properties our moral terms express, and truth relativism

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah karakteristik auditor (umur KAP, Kebutuhan dorongan dan kesadaran dalam teknologi informasi, pengetahuan atau

Optimalisasi zigzag scan dengan metode pemetaan telah berhasil dikembangkan yaitu mampu meningkatkan waktu proses pengurutan koefisien-koefisien

Seperangkat instrument kromatografi Gas Shimadzu 2010.

Dalam pernikahan pasti dan selalu melibatkan keluarga baik keluarga mempelai wanita maupun mempelai pria, terkadang yang kita harapkan tak sesuai dengan realita

Dari tabel 3.4 di atas terlihat kuesioner eksposur kekerasan di televisi yang disesuaikan oleh peneliti yang terdiri dari jenis tayangan televisi yang ditonton, durasi dan