Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015
Respons Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Zeolit Terhadap Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit di Pre Nursery
Response a Giving Compost Oil Palm Empty Fruit Bunch and Zeolite Toward Oil Palm Seed Growth in Pre Nursery
Gia Asra, Toga Simanungkalit*, Nini Rahmawati
Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, USU, Medan 20155 Jl. Prof. A. Sofyan No. 3, Kampus USU Medan 20155 Indonesia
*Corresponding author: toga.simanungkalit@ymail.com ABSTRACT
This research aims for knowing the response a giving of oil palm seeds in the results of giving empty fruit bunches of oil palm compost and zeolite in pre nursery. The researched was carried out at Faculty of Agricultural screen house, USU (± 25 mdpl) in March – July 2014 using a randomized block design with two factors. The first factors was dose empty fruit brunches of oil palm compost with four levels that were including 0 g/polybag; 15 g/polybag; 30 g/polybag; 45 g/polybag; and the second factor was dose of zeolite with four levels that were including 0 g/polybag; 5 g/polybag; 10 g/polybag; 15 g/polybag. The results of research shows that the application of empty fruit brunches of oil palm compost had a real impact on the stem diameter and total leaf area. As for the diameter of stem best level was obtained at treatment EFBOP compost 45 g/polybag and total leaf best level was obtained at treatment EFBOP compost 30 g/polybag. Giving the zeolite was evidently influencial toward the stem diameter, total leaf area, crowns wetness weight, root dryness weight, and crowns dryness weight. Zeolite best level was obtained at treatment zeolite 5 g/polybag. The interaction between empty fruit brunches of oil palm compost and zeolite fertilizer was evidently influencial towards the total leaf area and crowns dryness weight in pre nursery. Best treatment combination level was found of which was 30 g/polybag of empty fruit brunches of oil palm compost and5 g/polybag of zeolite.
Key words: EFBOP compost, zeolite, and oil palm ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pemberian kompos tandan kosong kelapa sawit dan zeolit terhadap pertumbuhan bibit kelapa sawit di Pre Nursery. Penelitian dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian USU (± 25 m dpl) pada Maret – Juli 2014 menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu dosis kompos tandan kosong kelapa sawit dengan4 taraf yaitu 0 g/polybag; 15 g/polybag; 30 g/polybag; 45 g/polybag; dan faktor kedua yaitu dosis zeolit dengan 4 taraf yaitu0 g/polybag; 5 g/polybag; 10 g/polybag; 15 g/polybag. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi kompos TKKS memiliki pengaruh yang nyata terhadap diameterbatang dan total luas daun. Dimana untuk diameter batang taraf terbaik diperoleh pada perlakuan 45 g TKKS/polybag dan total luas daun taraf terbaiknya diperoleh pada perlakuan 30 g TKKS/polybag. Pemberian zeolit berpengaruh nyata terhadap diameter batang, total luas daun, bobot basah tajuk, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk. Taraf zeolit terbaik diperoleh pada perlakuan 5 g zeolit/polybag. Interaksi antara kompos TKKS dan pupuk zeolit berpengaruh nyata terhadap total luas daun dan bobot kering tajuk bibit di pre nursery. Taraf kombinasi perlakuan terbaik terdapat pada kompos TKKS sebanyak 30 g/polybag dan zeolit 5 g/polybag.
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015
PENDAHULUAN
Kelapa sawit merupakan salah satu komoditi yang menyumbang devisa paling besar bagi Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari data BPS (Badan Pusat Statistik), dimana jumlah total ekspor Indonesia pada bulan
Januari 2009 adalah sebesar US$ 7.280.109.646, jika dibandingkan
dengan jumlah yang disumbangkan oleh Crude Palm Oil (CPO) yang merupakan salah satu hasil pengolahan Tandan Buah Segar (TBS) kelapa sawit adalah sebesar US$ 339.483.757 atau 4,46% dari total nilai ekspor Indonesia pada bulan Januari 2009. Menurut data statistik Pusat Direktorat Jenderal Perkebunan, perkiraan luas areal penanaman kelapa sawit di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 9.149.919 Ha dengan produktivitas 3.689 kg/ha. Sebagian besar perkebunan kelapa sawit diusahakan oleh perkebunan besar swasta yakni 51,17% atau 4,6 juta Ha, sementara perkebunan rakyat mengusahakan 40,23% atau 3,75 juta Ha dan hanya 7,60% atau 0,69 juta Ha yang diusahakan oleh perkebunan besar negara dan
terus mengalami peningkatan setiap tahunnya (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2013).
Pada umumnya pembibitan kelapa sawit yang dilakukan oleh perkebunan memakai sistem double stage (dua tahap) yaitu pre nursery dan main nursery. Dalam menghasilkan bibit unggul maka perlu diperhatikan dalam proses pembibitannya. Salah satunya di pembibitan pre nursery dimana bibit dikecambahkan hingga berumur 3 bulan. Maka dari itu dibutuhkan teknologi budidaya yang baik dan benar dalam melakukan pembibitan di pre nursery sehingga menghasilkan bibit yang unggul baik dari segi ekonomis dan agronomisnya.
Keberhasilan suatu usaha perkebunan kelapa sawit ditentukan dalam proses pembibitannya, kualitas bibit sangat menentukan produksi akhirnya. Dalam hal ini kultur teknis berupa media tanam sangat berpengaruh dalam perkembangan dan pertumbuhan kecambah kelapa sawit. Mulai terbatasnya ketersediaan tanah top soil yang digunakan untuk pembibitan, maka dicari alternatif lain yaitu tanah subsoil ultisol
yang ketersediaannya melimpah di alam. Penggunaan jenis tanah ultisol terkendala oleh tingkat kesuburan unsur haranya rendah yang akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan bibit kelapa sawit.
Tanah Ultisol sering diidentikkan dengan tanah yang tidak subur, tetapi sesungguhnya bisa dimanfaatkan untuk lahan pertanian potensial, asalkan dilakukan pengelolaan yang memperhatikan kendala yang ada pada ultisol ternyata dapat merupakan lahan potensial apabila iklimnya mendukung. Menurut Sri Adiningsih dan Mulyadi (1993), tanah ultisol mempunyai tingkat perkembangan yang cukup lanjut, dicirikan oleh penampang tanah yang dalam, kenaikan fraksi liat seiring dengan kedalaman tanah, reaksi tanah masam, dan kejenuhan basa rendah. Pada umumnya tanah ini mempunyai potensi keracunan Al dan miskin kandungan bahan organik. Tanah ini juga miskin kandungan hara terutama P dan kation-kation dapat ditukar seperti Ca, Mg, Na, dan K, Kadar Al tinggi, Kapasitas Tukar Kation rendah, dan peka terhadap erosi.
Upaya meningkatkan kadar unsur hara di tanah ultisol adalah memanfaatkan bahan-bahan organik yang berasal dari limbah hasil panen produksi tanaman yaitu salah satu contohnya tandan kosong kelapa sawit. Dimana berlimpahnya ketersediaan limbah tersebut belum dimanfaatkan secara optimal.
Limbah industri kelapa sawit adalah limbah yang dihasilkan pada saat proses pengolahan kelapa sawit. Limbah yang dihasilkan salah satunya adalah limbah padat yaitu Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS). Limbah ini banyak tersedia oleh perkebunan dam harga relatif terjangkau. Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS) dapat dimanfaatkan sebagai sumber pupuk organik yang memiliki kandungan unsur hara yang dibutuhkan tanah dan tanaman.
Berbagai bahan pembenah tanah berupa hasil tambang telah banyak ditemukan di Indonesia, antara lain adalah zeolit. Zeolit dapat digunakan untuk memperbaiki kesuburan aktual tanah dan dapat berperan sebagai bahan pembenah tanah.
Menurut Suwardi (1999) telah diketahui mineral zeolit dapat meningkatkan
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015
efisiensi pupuk nitrogen. Zeolit merupakan bahan alam yang memiliki KTK tinggi (120 – 180 meq/100 g) dan berongga dengan ukuran rongga sesuai dengan ukuran ion ammonium sehingga zeolit dapat menjerap ion ammonium sebelum berubah menjadi nitrat. Untuk mengatasi permasalahan rendahnya kadar bahan organik pada tanah perkebunan kelapa sawit, perlu dicoba dengan penambahan kompos TKKS dan zeolit.
Zeolit juga merupakan bahan conditioner tanah yang dapat memegang dan melepaskan air seperlunya dan menghambat kekurangan air. Selain itu zeolit berguna dalam memperbaiki tata udara dan drainase tanah serta meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, karena zeolit mengandung basa K, Ca, dan Mg yang dapat dipertukarkan (Bernas et al., 2005).
Berdasarkan uraian diatas maka penulis melakukan penelitian dengan judul “Respons Pertumbuhan Bibit Kelapa Sawit Terhadap Pemberian Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit dan Zeolit di Pre Nursery”.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di rumah kasa Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 m di atas permukaan laut mulai bulan Maret hingga Juli 2014. Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah bibit kelapa sawit (D x P) PPKS Marihat varietas Simalungan yang berkecambah sebagai objek percobaan, subsoil ultisol sebagai media tanam, air sebagai media penyiraman, serta pupuk dasar, kompos TKKS sebagai salah satu perlakuan, zeolit alam sebagai salah satu perlakuan, label nama sebagai penanda polybag dan bahan-bahan lain yang mendukung percobaan ini.
Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah cangkul untuk mencampurkan media tanam, polybag sebagai tempat media tanam, gembor sebagai wadah untuk menyiram tanaman, meteran untuk mengukur tinggi tanaman, ayakan untuk mengayak tanah, jangka sorong untuk mengukur diameter batang, alat tulis untuk mencatat data, kalkulator untuk menghitung
data pengamatan, timbangan analitik untuk menimbang sampel, dan alat tulis untuk menulis data. Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor perlakuan, yaitu :
Faktor 1 : Kompos TKKS (T) dengan 4 Taraf T0 = 0 gram/polybag (Kontrol)
T1 = 15 gram/polybag T2 = 30 gram/polybag T3 = 45 gram/polybag
Faktor 2 : Zeolit (Z) dengan 4 taraf Z0 = 0 gram/polybag (Kontrol) Z1 = 5 gram/polybag
Z2 = 10 gram/polybag Z3 = 15 gram/polybag
Maka didapat 16 kombinasi perlakuan, yaitu :
T0Z0 T1Z0 T2Z0 T3Z0 T0Z1 T1Z1 T2Z1 T3Z1
T0Z2 T1Z2 T2Z2 T3Z2 T0Z3 T1Z3 T2Z3 T3Z3
Pelaksanaan penelitian yang dilakukan ialah persiapan media tanam, persiapan lahan, aplikasi perlakuan (kompos TKKS dan zeolit), penanaman kecambah kelapa sawit, pemeliharaan tanaman (penyiraman, penyiangan berupa pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit).
Peubah amatan yang diamati adalah tinggi tanaman (cm), total luas daun (cm2), bobot kering akar (g), bobot kering tajuk (g)
HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Bibit (cm)
Dari hasil sidik ragam pada berbagai umur diketahui bahwa perlakuan pemberian kompos TKKS dan zeolit serta interaksi antara kedua perlakuan tersebut berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi bibit.
Rataan tinggi bibit14 MST pada perlakuan kompos TKKS dan zeolit dapat dilihat pada Tabel 1.
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015
Tabel 1. Rataantinggi bibit (cm) akibat pemberian kompos TKKS dan zeolit pada umur 14 MST Kompos TKKS (g/polybag) Zeolit (g/polybag) Rataan Z0(0 g) Z1(5 g) Z2(10 g) Z3(15 g) T0(0 g) 29.41 31.19 29.66 29.18 29.86 T1(15 g) 29.13 30.44 30.93 28.17 29.67 T2(30 g) 29.80 30.34 26.60 31.43 29.54 T3(45 g) 31.62 29.32 30.29 30.79 30.51 Rataan 29.99 30.33 29.37 29.89 29.89
Total Luas Daun (cm2)
Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan kompos TKKS dan zeolit berpengaruh nyata terhadap total luas daun 14 MST serta interaksi keduanya berpengaruh nyata terhadap total luas daun 14 MST.
Rataan total luas daunbibit 14 MST pada perlakuan kompos TKKS dan zeolit dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Rataan total luas daun (cm2) akibat pemberian kompos TKKS dan zeolit pada umur 14 MST Kompos TKKS (g/polybag) Zeolit (g/polybag) Rataan Z0(0 g) Z1(5 g) Z2(10 g) Z3(15 g)
T0(0 g) 137.49d 188.56ab 178.39abc 166.25abcd 167.67 T1(15 g) 161.20abcd 199.92a 177.85abc 144.99cd 170.99 T2(30 g) 195.06a 201.17a 180.24abc 152.65bcd 182.28 T3(45 g) 196.41a 135.61d 142.08cd 144.86cd 154.74
Rataan 172.54 181.31 169.64 152.19 168.92
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan barisyang sama menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Hubungan kompos TKKS dengan total luas daun bibit pada berbagai taraf zeolit umur 14 MST dapat dilihat pada Gambar 1.
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015
Gambar 1. Hubungan kompos TKKS dengan total luas daun bibit pada berbagai taraf zeolit umur 14 MST
Hubungan zeolit dengan total luas daun bibit pada berbagai taraf kompos TKKS dapat dilihatpada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan zeolit dengan total luas daun bibit pada berbagai taraf kompos TKKS umur 14 MST
Bobot Kering Akar (g)
Dari hasil sidik ragam diketahui bahwa perlakuan kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering akar 14 MST. Sedangkan pemberian zeolit berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar 14 MST serta interaksi keduanya berpengaruh
tidak nyata terhadap bobot kering akar14 MST.
Rataan bobot kering akarbibit 14 MST pada perlakuan kompos TKKS dan zeolit dapat dilihat pada Tabel 3.
ŷ Z0 = -0.0248x2 + 2.5222x + 135.36 r = 0.9 ŷ Z1 = -0.0855x2 + 2.7955x + 185.72 R² = 0.9442 x opt = 16.35 ŷ maks = 208.57 ŷ Z2 = -0.0418x2 + 1.1707x + 176.22 R² = 0.9069 x opt = 14.00 ŷ maks = 184.42 ŷ Z3 = 0.015x2 - 1.0505x + 164.03 R² = 0.6754 x opt = 35.02 ŷ maks = 145.64 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 0 15 30 45 T o ta l L u a s D a u n ( c m 2 ) Kompos TKKS (g/polybag) Z0 Z1 Z2 Z3 ŷ T0 = -0.6321x2 + 11.003x + 140.45 R² = 0.8801 x opt = 8,.0 ŷ maks = 188.33 ŷ T1= -0.7158x2 + 9.3226x + 163.7 R² = 0.9245 x opt = 6,.51 ŷ maks = 194.05 ŷ T2 = -0.337x2 + 2.0918x + 196.08 R² = 0.9852 x opt = 3.10 ŷ maks = 199.93 ŷ T3 = 0.6358x2 - 12.501x + 192.86 R² = 0.8933 x opt = 9.83 ŷ maks = 131.41 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 0 5 10 15 T o ta l L u a s D a u n ( c m 2 ) Zeolit (g/polybag) T0 T1 T2 T3
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015 Tabel 3. Rataan bobot kering akar (g
MST Kompos TKKS (g/polybag) Z0(0 g) T0(0 g) 0.30 T1(15 g) 0.42 T2(30 g) 0.47 T3(45 g) 0.47 Rataan 0.42b
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sa
menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Hubungan zeolit dengan bobot kering akar bibit pada umur 14 MST dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Hubungan zeolit dengan bobot k Bobot Kering Tajuk (g)
Dari hasil sidik ragam
bahwa perlakuan kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk 14 MST. Sedangkan pemberian zeolit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk 14 MST serta interaksi keduanya
0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0 B o b o t K e ri n g A k a r (g )
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 426 Desember 2015
. Rataan bobot kering akar (g) akibat pemberian kompos TKKS dan zeolit pada umur 14 Zeolit(g/polybag) Z1(5 g) Z2(10 g) Z3(15 g) 0.47 0.40 0.32 0.51 0.45 0.34 0.53 0.40 0.34 0.49 0.38 0.32 0.50a 0.41b 0.33c
Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Hubungan zeolit dengan bobot kering akar bibit pada umur 14 MST dapat dilihat pada
dengan bobot kering akar bibit pada umur 14 MST
diketahui bahwa perlakuan kompos TKKS berpengaruh tidak nyata terhadap bobot kering tajuk 14 MST. Sedangkan pemberian zeolit berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk 14 MST serta interaksi keduanya
berpengaruh nyata terhadap bobot kering tajuk 14 MST.
Rataan bobot kering tajuk
pada perlakuan kompos TKKS dan zeolit dapat dilihat pada Tabel ŷ = 0.0002x3 - 0.0072x2 + 0.0462x + 0.4174
R² = 1 x opt = 3.21 ŷ maks = 0.49
5 Zeolit (g/polybag)10
) akibat pemberian kompos TKKS dan zeolit pada umur 14
Rataan (15 g) 0.38 0.43 0.43 0.42 33c 0.41 ma pada setiap kolom dan barisyang sama
Hubungan zeolit dengan bobot kering akar bibit pada umur 14 MST dapat dilihat pada
berpengaruh nyata terhadap bobot kering Rataan bobot kering tajukbibit14 MST kuan kompos TKKS dan zeolit dapat dilihat pada Tabel 4.
0.0072x2 + 0.0462x + 0.4174
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015 Tabel 4. Rataan bobot kering tajuk
MST Kompos TKKS (g/polybag) Z0(0 g) T0(0 g) 1.08bc T1(15 g) 1.29abc T2(30 g) 1.43a T3(45 g) 1.53a Rataan 1.33
Keterangan : Angka yang diikuti notasi yang sa
menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Hubungan kompos TKKS dengan bobot kering tajuk pada berbagai taraf zeolit umur 14 MST dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan kompos TKKS dengan umur 14 MST
Hubungan zeolit dengan bobot kering tajuk pada berbagai taraf kompos TKKS umur 14 MST dapat dilihat pada Gambar 5.
ŷ Z0 = -0.0001x2 + 0.0152x + 1.0809 r = 0.999 ŷ Z1 = -0.0002x2 + 0.0084x + 1.3982 R² = 0.5033 x opt = 21 y maks = 1 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 1.40 1.50 1.60 0 B o b ot K er in g T a ju k ( g )
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 426 Desember 2015
(g) akibat pemberian kompos TKKS dan zeolit pada umur 14 Zeolit(g/polybag)
Z1(5 g) Z2(10 g) Z3(15 g) 1.42a 1.33abc 1.25abc 1.42a 1.32abc 1.29abc 1.54a 1.25abc 1.11bc 1.37ab 1.30abc 1.02c
1.44 1.30 1.17
Angka yang diikuti notasi yang sama pada setiap kolom dan baris menunjukkan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5 %.
Hubungan kompos TKKS dengan bobot kering tajuk pada berbagai taraf zeolit umur 14
. Hubungan kompos TKKS dengan bobot kering tajuk bibit pada berbagai taraf zeolit
Hubungan zeolit dengan bobot kering tajuk pada berbagai taraf kompos TKKS umur 14 0.0001x2 + 0.0152x + 1.0809 r = 0.999 0.0002x2 + 0.0084x + 1.3982 R² = 0.5033 x opt = 21.00 y maks = 1.49 ŷ Z2 = 5E-05x2 - 0.0034x + 1.3354 R² = 0.4888 ŷ Z3 = -0.0001x2 + 9E-05x + 1.27 R² = 0.898 15 30 45 Kompos TKKS (g/polybag)
dan zeolit pada umur 14
Rataan (15 g) 25abc 1.27 29abc 1.33 11bc 1.33 02c 1.31 1.31 ma pada setiap kolom dan barisyang sama
Hubungan kompos TKKS dengan bobot kering tajuk pada berbagai taraf zeolit umur 14
berbagai taraf zeolit
Hubungan zeolit dengan bobot kering tajuk pada berbagai taraf kompos TKKS umur 14
45 Z0 Z1 Z2 Z3
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015
Gambar 5. Hubungan zeolit dengan umur 14 MST
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa perlakuan kompos TKKShanya berpengaruh nyata
parameter total luas daun (Tabel 2.)
Dari Tabel diketahui bahwa pada parametertotal luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan kompos TKKS30
yaitu sebesar 182.28 cm2dan terendah pada perlakuan 45 g/polibag yaitu sebesar 154.74 cm2.
Pemberian bahan organik yan
dari kompos TKKS dapat memudahkan penyerapan nitrogen oleh tanaman, yakni nitrat dan ammonium. Kedua unsur ini mempercepat pembentukan hijau daun (klorofil) untuk proses fotosintesis guna mempercepat pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, pertunasan, menambah ukuran luas dan diameter batang). Hal ini sesuai dengan pernyataan Damanik et al. (2011) yang menyatakan bahwa unsur nitrogen meningkatkan bagian protoplasma sehingga menimbulkan beberapa akibat antara lain terjadi peningkatan ukuran sel daun dan batang. Unsur N adalah penyusun utama biomassa tanaman muda.
Kompos TKKS pada umumnya mengandung unsur hara kompleks (makro dan mikro) walaupun dalam jumlah sedikit, selain itu secara fisik kompos dapat memperbaiki struktur dan stabilitas agregat tanah, ŷ T0= -0.0041x2 + 0.0702x + 1.101 R² = 0.8352 x opt = 8.56 y maks = 1.40 ŷ T1 = -0.0017x2 + 0.0235x + 1.3051 R² = 0.6431 x opt = 6.91 y maks = 1.39 0.60 0.70 0.80 0.90 1.00 1.10 1.20 1.30 1.40 1.50 1.60 0 B ob o t K e r in g T a ju k ( g)
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 426 Desember 2015
engan bobot kering tajuk bibit pada berbagai taraf k
Berdasarkan hasil penelitian yang wa perlakuan kompos terhadap Dari Tabel diketahui bahwa pada tertinggi terdapat g/polibag dan terendah pada
yaitu sebesar Pemberian bahan organik yang berasal
dapat memudahkan penyerapan nitrogen oleh tanaman, yakni dan ammonium. Kedua unsur ini mempercepat pembentukan hijau daun (klorofil) untuk proses fotosintesis guna mempercepat pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, pertunasan, menambah ukuran luas dan diameter batang). Hal ini sesuai dengan al. (2011) yang menyatakan bahwa unsur nitrogen meningkatkan bagian protoplasma sehingga menimbulkan beberapa akibat antara lain terjadi peningkatan ukuran sel daun dan batang. Unsur N adalah penyusun utama ompos TKKS pada umumnya mengandung unsur hara kompleks (makro dan mikro) walaupun dalam jumlah sedikit, selain itu secara fisik kompos dapat memperbaiki struktur dan stabilitas agregat tanah,
meningkatkan penyerapan dan daya simpan air, sehingga aktivitas mikroba tanah dapat berlangsung dengan tujuan mendukung dekomposisi bahan organik menjadi unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Penggunaan kompos juga dapat meningkatkan penyerapan nitrogen yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Astralyna (2009) yang menyatakan bahwa penggunaan media kompos sangat mendukung peningkatan kualitas tanah baik secara fisika, kimia maupun biologi sehingga meningkatkan unsur hara sebagai akibat aktivitas mikroorganisme tanah (merombak bahan organik menjadi unsur
tersedia sehingga mudah diserap tanaman). Penggunaan kompos juga mempermudah penyerapan nitrogen oleh tanaman, yakni nitrat dan ammonium. Kedua unsur ini mempercepat pembentukan hijau daun (klorofil) untuk proses fotosintesis guna mempercepat pertumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, pertunasan, menambah ukuran luas daun dan diameter batang.
Pada perlakuan zeolit pengaruh nyata terhadap parameter daun (Tabel 2), bobot kering akar dan bobot kering tajuk (Tabel
Dari Tabel diketahui bahwa pada parameter total luas daun tertinggi terdapat pada perlakuan zeolit 5
0.0041x2 + 0.0702x + 1.101 R² = 0.8352 x opt = 8.56 y maks = 1.40 0.0017x2 + 0.0235x + 1.3051 R² = 0.6431 x opt = 6.91 y maks = 1.39 ŷ T2 = -0.0025x2 + 0.0133x + 1.4522 R² = 0.8636 x opt = 2.66 y maks = 1.47 ŷ T3 = -0.0011x2 - 0.0148x + 1.5174 R² = 0.9697 x opt = 6.73 y maks = 1.57 5 Zeolit (g/polybag) 10 15
bobot kering tajuk bibit pada berbagai taraf kompos TKKS
meningkatkan penyerapan dan daya simpan air, sehingga aktivitas mikroba tanah dapat angsung dengan tujuan mendukung dekomposisi bahan organik menjadi unsur hara yang tersedia bagi tanaman. Penggunaan kompos juga dapat meningkatkan penyerapan nitrogen yang sangat berguna dalam proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan (2009) yang menyatakan bahwa penggunaan media kompos sangat mendukung peningkatan kualitas tanah baik secara fisika, kimia maupun biologi sehingga meningkatkan unsur hara sebagai akibat aktivitas mikroorganisme tanah (merombak bahan organik menjadi unsur-unsur hara tersedia sehingga mudah diserap tanaman). Penggunaan kompos juga mempermudah penyerapan nitrogen oleh tanaman, yakni nitrat dan ammonium. Kedua unsur ini mempercepat pembentukan hijau daun (klorofil) untuk proses fotosintesis guna rtumbuhan vegetatif (tinggi tanaman, pertunasan, menambah ukuran luas zeolit memberikan pengaruh nyata terhadap parameter total luas , bobot kering akar(Tabel 3),
(Tabel 4).
Tabel diketahui bahwa pada tertinggi terdapat g/polibag yaitu 15 T0 T1 T2 T3
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015
sebesar 181.31 cm2dan terendah pada perlakuan zeolite 15 g/polibag yaitu sebesar 152.19 cm2. Pada parameter bobot kering akar tertinggi terdapat pada perlakuan zeolit5 g/polibag yaitu sebesar 0.50 g dan terendah pada perlakuan 15 g/polibag yaitu sebesar 0.33 g. Pada parameter bobot kering tajuk tertinggi terdapat pada perlakuan zeolit 5 g/polybag yaitu sebesar 1.44 g dan terendah pada perlakuan 15 g/polybag yaitu sebesar 1.17 g.
Zeolit berpengaruh nyata terhadap parameter total luas daun disebabkan penggunan zeolit dapat meningkatkan kadar unsur hara yang terdapat didalam tanah, sehingga berperan dalam proses fisiologis tanaman, mempengaruhi perkembangan akar, dan mempertahankan mekanisme absorpsi unsur hara menyebabkan serapan unsur hara meningkat. Dengan meningkatnya kapasitas tukar kation tanah, maka nitrogen yang ada didalam tanah tidak akan mudah tercuci dan tervolatilisasi, hal ini disebabkan zeolit dapat menahan nitrogen supaya tidak tercuci atau menguap. Nitrogen bahan pembentuk utama dalam klorofil yang berguna untuk proses fotosintesis. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suyartono (2005) yang menyatakan bahwa zeolit dalam bidang pertanian digunakan sebagai pengontrol dalam pelepasan ion-ion NH4+, K+ dari pupuk yang diberikan kedalam tanah, cadangan air, penangkap logam-logam berat dari air limbah yang dipakai untuk pertanian, dan sebagai pemantap tanah. Peningkatan ketersediaan nitrogen dengan pemberian zeolit lebih terlihat pada tanah-tanah dengan kandungan unsur hara yang lebih rendah. Fotosintesis atau asimilasi zat karbon itu suatu proses dimana zat-zat anorganik H2O dan CO2 oleh klorofil diubah menjadi zat organik dengan bantuan sinar matahari.
Zeolit berpengaruh nyata terhadap bobot kering akar dan tajuk disebabkan zeolit dapat mempengaruhi ketersediaan air dan dapat membantu laju absorbsi unsur hara dengan cara memperbaiki struktur tanah. Bobot kering tanaman berkaitan erat dengan serapan air pada bobot basah tanaman, karena jumlah serapan air berpengaruh langsung pada keberlangsungan fotosintesis tanaman.
Dengan demikian tanaman dapat menyerap lebih banyak unsur hara yang terkandung dalam media tersebut dimanfaatkan untuk proses fotosintesis, dimana bila proses fotosintesis berjalan dengan lancar maka karbohidrat yang dihasilkan akan lebih banyak dimanfaatkan untuk pertumbuhan tanaman misalnya pertambahan diameter batang, daun, dan akar. Dengan adanya respon tanaman terhadap unsur hara dalam media akan berpengaruh terhadap bobot kering tajuk dan bobot kering akar. Hal ini sesuai dengan pernyataan Suraya (2002) yang menyatakan bahwa berat kering tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman, dimana nilai berat kering tanaman yang tinggi menunjukkan terjadinya peningkatan proses fotosintesis karena unsur hara yang diperlukan cukup tersedia. Ini berhubungan juga dengan hasil fotosintat yang ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman untuk pertumbuhan tanaman sehingga memberikan pengaruh yang nyata terhadap biomassa tanaman.
Interaksi antara kompos TKKS dan pupuk zeolit berpengaruh nyata terhadap total luas daun (Tabel 2) dan bobot kering tajuk (Tabel 4).
Pemberian zeolit dan kompos TKKS secara bersamaan mempunyai hubungan yang saling keterkaitan satu sama lainnya, dimana secara umum fungsi zeolit adalah menjaga keseimbangan pH tanah, meningkatkan KTK tanah, mengembalikan zat hara tanah yang hilang akibat pencucian, penyiraman, atau penguapan, memiliki pori-pori yang besar sehingga sirkulasi oksigen baik untuk akar tanaman, menghemat pemakaian pupuk, menyerap unsur-unsur yang mengganggu pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Al-Jabri (2009) yang menyatakan bahwa hasil penelitian sebelumnya tentang pencampuran beberapa jenis pupuk organik dan zeolit yang diberikan secara bersamaan dengan dosis yang tepat dapat mempertahankan kelembaban tanah yang lebih lama, sehingga fluktuasi suhu di sekitar perakaran sangat kecil, dan suhu tidak naik drastis (suhu tanah relatif stabil) setelah air diberikan ke tanah. Tanpa pemberian zeolit maka suhu tanah di sekitar perakaran
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015
meningkat drastis yang mengakibatkan kandungan C-organik cepat teroksidasi dan ketersediaannya di dalam tanah tidak dapat dipertahankan lebih lama lagi.
Pemberian bahan organik yang berasal dari kompos TKKS dan zeolit dalam media tanam dapat meningkatkan basa-basa tersedia, mempunyai pori-pori besar yang berperan dalam sirkulasi oksigen baik untuk akar tanaman. Semakin luas permukaan akar maka semakin tinggi serapan unsur haranya, jika unsur hara yang diperlukan cukup tersedia maka proses fotosintesis berjalan lancar akan berdampak langsung terhadap luas permukaan daun yang berfungsi menangkap cahaya matahari. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mardani (2005) yang menyatakan bahwa bertambahnya jumlah daun dapat mempengaruhi bobot kering tanaman, dimana bobot kering tanamaan erat sekali kaitannya dengan proses fotosintesis serta penyimpanan fotosintat. Sebagian dari hasil fotosintesis digunakan untuk respirasi dan asimilasi, kemudian kelebihannya disimpan pada bagian-bagian tertentu dari tanaman terutama batang dan akar. Bobot kering biasanya dijadikan indikator bahwa semakin baik pertumbuhan tanaman, maka bobot kering tanaman semakin meningkat juga. Karbohidrat yang dihasilkan sebagian akan dirombak kembali dalam proses respirasi dan sisanya akan disimpan dalam bentuk biomassa atau bobot kering tanaman.
SIMPULAN
Perlakuan kompos TKKShanya dapat meningkatkan parameter total luas daun.Taraf
terbaik diperoleh pada perlakuan T2 (30 g/polybag). Perlakuan zeolit dapat
meningkatkan parametertotal luas daun, bobot kering akar, dan bobot kering tajuk.Taraf terbaik diperoleh pada perlakuan Z1 (5 g/polybag).Interaksi antara kompos TKKS dan zeolit berpengaruh nyata terhadaptotal luas daunbibit dan bobot kering tajuk bibit. Taraf kombinasi terbaik terdapat pada perlakuan T2Z1 yaitu kompos TKKS sebanyak 30 g/polybag dan zeolit5 g/polybag.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Jabri, M. 2009. Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Dengan Pembenah Tanah Zeolit. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
Astralyna, N. 2009. Pemanfaatan Kompos Tandan Kosong Sawit (TKS) Sebagai Campuran Media Tumbuh dan Pemberian Mikoriza Terhadap Pertumbuhan Bibit Mindi (Melia azedarach L.). USU Press. Medan Bernas, S. M. E., Komara, M. B., Prayitno.,
dan S. N. A. Fitri. 2005. Pengaruh Zeolit dan Pupuk NPK Terhadap Sifa Fisik Tanah Ultisol Berpasir dan Produksi Kedelai. Prosiding Seminar Nasional Lembaga Pengembangan Wilayah Kering I 1999. Universitas Riau.
Damanik, M.M.B. B.E. Hasibuan. Fauzi, Sarifuddin, H. Hanum, 2011. Kesuburan Tanah dan Pemupukan. USU Press. Medan.
Direktorat Jenderal Perkebunan. 2013. Estimasi Produktivitas Tanaman Perkebunan. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta.
Mardani, D. Y. 2005. Pengaruh Pupuk Organik Dan Lengas Tanah Terhadap Pertumbuhan Bibit Jambu Mete (Annacardium Occidentale L.). Fakultas Pertanian Yogyakarta. Yogyakarta.
Sri Adiningsih, J. dan Mulyadi. 1993. Alternatif teknik rehabilitasi dan pemanfaatan lahan alang-alang. hlm. 29−50. Dalam S. Sukmana, Suwardjo, J. Sri Adiningsih, H. Subagjo, H. Suhardjo, Y. Prawirasumantri (Ed.). Pemanfaatan lahan alang-alang untuk usaha tani berkelanjutan. Prosiding Seminar Lahan Alang-alang, Bogor, Desember 1992. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang Pertanian. Bogor
Suraya (2002) dalam Anjarsary, I. R. D., Rosniawati, S. dan Ariyanti, M. 2007. Pengaruh Kombinasi Pupuk P dan Kompos terhadap Pertumbuhan Tanaman Teh (Camellia Sinensis (L.)
Jurnal Online Agroekoteknologi . ISSN No. 2337- 6597 Vol.3, No.1 : 416 - 426 Desember 2015
O. Kuntze) Belum Menghasilkan Klon Gambung 7. Laporan Penelitian Peneliti Muda UNPAD. PPTK Gambung.
Suwardi. 1999. “Penetapan Kualitas Mineral Zeolit dan Prospeknya di Bidang Pertanian” dalam seminar pembuatan dan pemanfaatan zeolite agro untuk meningkatkan produksi industri pertanian, tanaman pangan, dan perkebunan. Departemen
Pertambangan dan Energi. Bandung 23 Agustus 1999.
Suyartono. 2005. Peranan Kapur dan Zeolit dalam Pertanian. Direktorat Jendral Pertambangan Umum. Pusat Pengembangan Teknologi Mineral. Jakarta.