• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL IDENTITAS DIRI DILIHAT DARI POLA ASUH ORANG TUA DANIMPLIKASINYA BAGIBIMBINGAN DAN KONSELING.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL IDENTITAS DIRI DILIHAT DARI POLA ASUH ORANG TUA DANIMPLIKASINYA BAGIBIMBINGAN DAN KONSELING."

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL IDENTITAS DIRI DILIHAT DARI POLA ASUH

ORANG TUA DAN IMPLIKASINYA BAGI

BIMBINGAN DAN KONSELING

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Oleh

Candra Ari Ramdhanu 0907326

(2)

Oleh

Candra Ari Ramdhanu

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Candra Ari Ramdhanu 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

(Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I

Drs. Yaya Sunarya, M. Pd. NIP. 19591130 198703 1 002

Pembimbing II

Dra. R. Tati Kustiawati, M. Pd. NIP. 19620519 198603 2 002

Mengetahui,

(4)

Candra Ari Ramdhanu (2014). Profil Identitas Diri Dilihat dari Pola Asuh Orang Tua dan Implikasinya bagi Bimbingan dan Konseling (Studi Deskriptif pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014).

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil identitas diri dilihat dari pola asuh orang tua dan implikasinya bagi bimbingan dan konseling pada siswa kelas XI di SMA Negeri 9 bandung tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, metode ini digunakan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan mengambil suatu generalisasi mengenai identitas diri siswa dilihat dari pola asuh orang tuanya, selanjutnya dari hasil temuan tersebut dijadikan dasar untuk menentukan implikasinya bagi bimbingan dan konseling. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung yakni sejumlah 353 siswa, Penelitian yang dilakukan menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel yang apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Pada penelitian teknik pengumpulan data menggunakan teknik non-tes berupa non-tes berupa angket yang mengungkap identitas diri dan pola asuh orang tua. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu: (1) Secara umum sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung memiliki identitas diri pada status moratorium (2). Sedangkan untuk pola asuh orang tua, siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung menunjukan pola asuh enabling (3) Hasil uji korelasi, didapat bahwa pola asuh constraining memberikan pengaruh yang terhadap perkembangan identitas diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung.

Kata kunci: Identitas Diri, Pola Asuh Orang Tua

Generally, this study aims to determine the identity profile views of parenting and their implications for guidance and counseling to the students of class XI in SMAN 9 bandung, academic year of 2013/2014. The method used is descriptive method, this method is used to describe, analyze, and take a generalization of the identity of the student views of parenting, next of these findings form the basis for determining the implications for guidance and counseling. The study population was all students of class XI SMAN 9 Bandung in academic year 2013/2014 the number of population is 353 students, research is conducted using saturation sampling technique, sampling technique that, if all members of the population used as a sample. In the study of data collection techniques using test in the form of non-test a questionnaire that revealed the self identity and parenting. The results obtained are: (1) In general, most of the students of class XI of SMAN 9 Bandung has a moratorium identity status (2). As for parenting parents, a class XI student of SMAN 9 Bandung showed enabling parenting (3) The results of the correlation test, found that parenting constraining influence on the development of self-identity is a class XI student of SMAN 9 Bandung.

Key Words: Self Identity, Parenting

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GRAFIK ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 11

BAB II KONSEP MOTIF BERPRESTASI DAN STRATEGI SELF REGULATION LEARNING A. Konsep Dasar Motif Berprestasi ... 12

B. Self Regulation Learning ... 27

C. Penelitian Terdahulu ... 41

BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Sampel Penelitian ... 45

(6)

D. Definisi Operasional Variabel ... 48

E. Instrumen Penelitian ... 52

F. Proses Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan Data ... 52

G. Teknik Analisis Data ... 59

H. Prosedur Penelitian ... 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian….. ... 65

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 94

C. Keterbatasan Penelitian ... 108

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 109

B. Rekomendasi ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Strategi Self Regulation Learning ... 38

Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 46

Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Motif Berprestasi Siswa (Sebelum Uji Kelayakan Instrumen) ... 53

Tabel 3.3. Hasil Jugdement Instrumen ... 54

Tabel 3.4. Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Motif Berprestasi Siswa (Setelah Uji Kelayakan Instrumen) ... 55

Tabel 3.5. Hasil Uji Validitas ... 57

Tabel 3.6. Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen ... 57

Tabel 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 58

Tabel 3.8. Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Motif Berprestasi Siswa (Setelah Uji Validitas Instrumen) ... 58

Tabel 3.9. Pola Penskoran Butir Pernyataan Instrumen Motif Berprestasi ... 60

Tabel 3.10. Kategori Tingkat Motif Berprestasi Siswa ... 61

Tabel 4.1. Gambaran Umum Motif Berprestasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 28 Bandung Tahun Ajaran 2011/2012 ... 65

Tabel 4.2. Profil Motif Berprestasi Siswa Tiap Kelas ... 69

Tabel 4.3. Perbedaan Skor Motif Berprestasi Siswa Sebelum dan Sesudah Intervensi ... 91

Tabel 4.4. Paired Samples Statistics ... 92

(8)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Gambaran Motif Berprestasi Siswa SMP Negeri 28 Bandung

Berdasarkan Aspek-Aspek Motif Berprestasi ... 67

Grafik 4.2. Gambaran Umum Indikator Aspek Mempunyai Tanggung Jawab

Pribadi ... 70

Grafik 4.3. Gambaran Umum Indikator Aspek Menetapkan Target Nilai

yang akan Dicapai ... 71

Grafik 4.4. Gambaran Umum Indikator Aspek Berusaha Bekerja Kreatif ... 72

Grafik 4.5. Gambaran Umum Indikator Aspek Berusaha Mencapai Cita-Cita ... 73

Grafik 4.6. Gambaran Umum Indikator Aspek Memiliki Tugas yang

Moderat ... 74

Grafik 4.7. Gambaran Umum Indikator Aspek Melakukan Kegiatan

Sebaik-baiknya ... 75

Grafik 4.8. Gambaran Umum Indikator Aspek Mengadakan Antisipasi ... 76

Grafik 4.9. Profil Motif Berprestasi Siswa Kelas Eksperimen SMP Negeri 28

Bandung Pada Masing-masing Aspek ... 77

Grafik 4.10. Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen Pada

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Skema Motif Berprestasi ... 24

Gambar 2.2. Model Triadik Resiprokal Albert Bandura ... 28

Gambar 2.3. Fase dan Subproses Proses Self Regulation ... 35

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian

Lampiran 2 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Lampiran 3 Instrumen Penelitian

Lampiran 4 Data Penelitian

Lampiran 5 Perhitungan Uji-t

Lampiran 6 Program Intervensi

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Perkembangan identitas diri pada remaja sangatlah penting, karena masa remaja adalah masa dimana remaja sedang dalam masa pencarian identitas dirinya. Para remaja diharapkan mampu membuat pilihan yang tepat tentang berbagai pilihan yang menyangkut dirinya dan orang lain. Tampaknya remaja

semakin sering memikirkan pertanyaan tentang “siapakah saya sebenarnya?”, “apa yang sebenarnya saya inginkan dalam hidup?”, “kemanakah saya akan pergi?” dan berbagai pertanyaan lain yang membuka kesadaran yang lebih luas tentang dirinya.

Menurut Marcia (Kau, 2008) pembentukan identitas pada diri seseorang adalah merupakan suatu proses kompleks dan dinamis, berlangsung sepanjang hidup yang ditandai dengan siklus eksplorasi dan komitmen, dan apabila kita ingin mengetahui apakah individu berhasil memiliki identitas diri, maka harus mengkaji dua variabel yaitu variabel eksplorasi dan variabel komitmen tersebut. Eksplorasi identitas merupakan suatu periode dimana remaja sedang berjuang secara aktif mempertanyakan (mencari tahu, menggali, menjajaki, menyelidiki) mengenai berbagai alternatif pilihan guna pencapaian suatu keputusan tentang tujuan-tujuan, nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan. Sedangkan komitmen dikatakan ada apabila individu telah mampu menentukan pilihan diantara berbagai alternatif serta sanggup terlibat secara pribadi dengan pilihannya tersebut.

(12)

Berdasarkan hasil penelitian Santoadi (2006), interaksi orang tua bersama anak-anak mereka semenjak anak-anak berusia dini hingga selesai sekolah menengah atas (SMA/SMK sederajat) menjadi masa persiapan bagi anak-anak mencapai kematangan identitas dirinya

Kuatnya pengaruh keluarga terhadap pembentukan identitas diungkap oleh

Grotevant dan Cooper yang dikutip oleh Idrus (2002) bahwa peran penting dan

kualitas keluarga yang ikut mewarnai pembentukan identitas antara lain terletak

pada interaksi orang tua dengan anak yang terangkum dalam gaya pengasuhan

orang tua. Adanya interaksi orang tua-anak dalam kehidupan berkeluarga yang

oleh Hauser disebut dengan gaya interaksi dengan sendirinya terjadi proses

transmisi ataupun pewarisan budaya keluarga yang berlangsung secara halus.

Dalam proses tersebut anak akan mengambil nilai-nilai yang secara tidak sengaja

ataupun sengaja diberikan orang tua, dan pada kehidupan selanjutnya nilai-nilai

itu akan digunakannya dalam mensikapi objek ataupun peristiwa yang sama

Dengan adanya krisis identitas yang berkepanjangan selama masa remaja, akan menyebabkan remaja menjadi kehilangan arah, bagaikan kapal yang kehilangan kompas. Dampaknya, mereka kemungkinan mengembangkan perilaku menyimpang (delinquent), melakukan kriminalitas, atau menutup diri (mengisolasi diri) dari masyarakat (Yusuf, 2006). Hal tersebut juga senada dengan apa yang dikatan oleh Grotevant (Utami, 2011), bahwa krisis identitas remaja juga sering diasosiasikan dengan penyebab perilaku menyimpang remaja.

(13)

yang tangguh - ternyata tidak berdaya dan justru telah mencetak anak didik berwatak barbar.

Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mencatat, pada tahun 2011 terjadi 128 kasus tawuran di Jakarta, dan tahun 2012 meningkat menjadi 147 kasus. Dari kasus di tahun 2012 terdapat 82 meninggal dunia dan ratusan kurban luka berat dan ringan (Kompas, 21 Desember 2012).

Penyalahgunaan narkoba sekarang juga perlu di waspadai, Pada 2013 Badan Narkotika Nasional (BNN) mencatat, pengguna zat berbahaya itu mencapai 4,2 juta orang. Berdasarkan data, sepanjang 2012 angka kematian akibat narkoba mencapai 50 orang per hari dengan kerugian negara Rp50 triliun. Sedangkan jumlah penyalahgunaan narkoba di lingkungan pelajar dan mahasiswa mencapai 4,7 persen atau lebih dari 900 ribu orang. (www.radarlampung.co.id).

Sedangkan untuk di Provinsi Jawa Barat menurut data BNN Provinsi pada tahun 2010 terdapat 1.475 kasus dengan rata-rata pengguna berusia di bawah 26 tahun atau tergolong pelajar dan mahasiswa. Dan untuk di Kota Bandung menurut berdasarkan data dari BNK Kota Bandung pada tahun 2010 terdapat 74 kasus dan 132 tersangka pengguna narkoba. (http://jabar.tribunnews.com)

Di negeri ini paling tidak ada 50 orang meninggal setiap hari karena mengonsumsi narkoba baik secara langsung maupun tidak langsung karena tertular penyakit mematikan, yang belum ditemukan obatnya sampai saat ini, HIV/AIDS, melalui penggunaan jarum suntik secara kolektif di antara pengguna narkoba. Sekali terkena narkoba, pasti sulit untuk keluar dari ketergantungan dan pengaruhnya. Semakin lama tergantung pada narkoba semakin kecil peluang untuk kembali ke kehidupan normal. Narkoba akan membuat kehidupan semu bagi siswa. Seolah-olah siswa pengguna narkoba hidup bahagia tetapi sebenarnya hanyalah halusinasi semata. Jika sudah kecanduan dia merasa tidak berdaya tanpa menggunakannya. (Suyanto, 2012)

(14)

dari film, musik, bahkan dancenya juga sudah sangat mewabah di Indonesia. Ketua Indonesia Dynamic Korea (IDK), Lucy Gultom, mengatakan pada Harian

Kompas Online (2011), “Korea sekaligus budaya di dalamnya memiliki daya tarik yang luar biasa yang mengakibatkan jumlah pecinta dan pemerhatinya bertambah dari waktu ke waktu.”

Untuk di Indonesia sendiri, berdasarkan data statisktik dari situs Page rank Alexa, Asian Fans Club merupakan suatu situs ‘Korean Intertainment’ terbesar di Indonesia. Sedangkan dari segi karakteristik demografis, pengunjung Asian Fans Club hampir seluruhnya berasal dari Indonesia, sebagian besar merupakan wanita berusia di bawah 25 tahun dengan akses internet rumah maupun sekolah (Okirianti, 2011). Kemudian, masih dalam penelitian yang sama, jika dilihat dari statistik jumlah pengunjung sampai 3 Juni 2011, Asian Fans Club telah dikunjungi sebanyak 42.811.744 pengunjung. Hal ini berarti Asian Fans Club dikunjungi oleh rata-rata 58.646 orang setiap hari. Jumlah posting dari juni 2009 sampai juni 2011 mencapai 16.974 post dengan grafik jumlah post yang terus meningkat setiap bulan. Pada bulan Juni 2009 tercatat berita di post sejumlah 49 berita dalam satu bulan. Setahun kemudian yaitu di bulan Juni 2010 jumlah post mengalami meningkat pesat menjadi 629 dalam satu bulan dan terus meningkat sampai 1.542 post dalam bulan Mei 2011.

Dampak ekstrim dari efek Korean Wave ini dilakukan oleh seorang penggemar Korea dari Negara Inggris, Rhiannon Brooksbank-Jones (remaja 14 tahun) mengoperasi lidahnya hanya untuk bisa berbicara bahasa Korea, "Operasi adalah satu–satunya pilihan karena lidah tidak dapat memanjang dengan sendirinya. Dan, sekarang saya dapat berbahasa dengan aksen Korea." ujarnya

(http://situs-berita-terbaru.blogspot.com).

(15)

belajar observasional lebih kompleks ketimbang imitasi sederhana, yang biasanya hanya meniru orang lain saja. Para peminat budaya Korea yang ada di Indonesia hampir meniru atau mengikuti segala sesuatu yang berkaitan dengan idola mereka. (Syamsu Yusuf: 2008: 134),

Erikson (Buckingham, 2008) melihat remaja sebagai masa kritis dalam pembentukan identitas, di mana individu mengatasi ketidakpastian, menjadi lebih sadar diri tentang kekuatan dan kelemahan mereka, dan menjadi lebih percaya diri dalam kualitas mereka sendiri yang unik. Untuk melanjutkan, remaja harus menjalani "krisis" di mana mereka menjawab pertanyaan kunci tentang nilai-nilai dan cita-cita mereka, pekerjaan atau karir masa depan mereka, dan identitas seksual mereka. Melalui proses refleksi diri dan self-definition, remaja sampai pada pengertian, terpadu koheren identitas mereka sebagai sesuatu yang bertahan dari waktu ke waktu.

Erikson juga menyatakan bahwa, remaja yang telah berhasil membentuk identitas dirinya yang stabil akan memperoleh suatu pandangan yang jelas tentang dirinya, memahami perbedaan dan persamaannya dengan orang lain, menyadari kelebihan dan kekurangan dirinya, penuh percaya diri, tanggap terhadap berbagai situasi, mampu mengantisipasi tantangan masa depan serta mengenal perannya dalam masyarakat (Ristianti, 2008).

Remaja yang tidak berhasil menyelesaikan krisis identitasnya akan mengalami yang disebut oleh Erikson sebagai identity confusion (kebimbangan akan identitasnya). Kebimbangan tersebut bisa menyebabkan dua hal: penarikan diri individu, mengisolasi dirinya dari teman sebaya dan keluarga, atau meleburkan diri dengan dunia teman sebayanya dan kehilangan identitas dirinya (Santrock, 2003:341).

(16)

kelompok, bahkan bila norma itu bertentangan dengan norma masyarakat, agar tidak disingkirkan oleh kelompok.

Realitas di masa sekarang bahwa orang tua terlalu sibuk bekerja, serta sibuk berkomunikasi dengan berbagai media jejaring sosial hingga melupakan anak-anak mereka. Anak-anak menjadi kehilangan figur orang tua mereka. Sesibuk apapun, orang tua mestinya berusaha meluangkan waktu bersosialisasi dengan anak remaja mereka. Orang tua perlu meluangkan waktu di akhir pekan untuk berkumpul dan mendengar keluh kesah mereka dan memberikan feedback. Anak akan merasa lega bisa mengeluarkan uneg-unegnya secara positif tanpa harus menyimpang ke perilaku destruktif. (Pranawa, 2013)

Hall, Lindzey, & Campbell (Yuniardi, 2010) menyatakan Remaja secara normatif dalam tahap perkembangannya mengahdapi tugas berat untuk mencapai sebuah identitas diri yang memuaskan bagi dirinya sekaligus masayarakat membebani pula tanggung jawab bahwa identitas tersebut harus dapat diterima masyarakat.

Junir (Ristianti, 2008) mengungkapkan kegoncangan yang dialami oleh remaja merupakan bagian dari krisis identitas yang harus dilewati dan diselesaikan. Selanjutnya Junir juga menyatakan, bahwa kesadaran dalam diri akan kepastian jalan yang ditempuh dan keyakinan tentang pengakuan dari orang lain akan diperoleh remaja apabila remaja mampu melewati dan menyelesaikan Krisis identitas. Sebaliknya, apabila krisis gagal diatasi dan diakhiri dengan baik maka selama masa dewasanya remaja tersebut akan mengalami kekaburan tentang peranan dirinya dalam masyarakat, sehingga pada akhirnya remaja tersebut tidak mengetahui akan menjadi apa dirinya kelak dan siapakah dirinya dalam pengamatan orang lain.

B. Identifikasi Masalah

(17)

tidak memiliki tujuan, dan tidak bahagia. Mereka merasa tidak adekuat baik dengan diri mereka sendiri ataupun dengan lingkungan sosial. Untuk mengatasinya kadang mereka membentuk identitas diri yang negatif, suatu identitas yang dapat menghantarkan pada perilaku-perilaku negatif pula (Yuniardi, 2010).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan hal yang dikemukakan pada identifikasi masalah, maka identifikasi permasalahan penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimanakah gambaran umum identitas diri siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

2. Bagaimanakah gambaran umum pola asuh orangtua siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

3. Bagaimanakah gambaran umum identitas diri dilihat dari pola asuh orangtua siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014? 4. Bagaimanakah gambaran umum identitas diri dilihat dari pola asuh orangtua

siswa berdasarkan jenis kelamin kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014?

5. Apa implikasi bagi bimbingan dan konseling berdasarkan dari profil identitas siswa dilihat dari pola asuh orang tuanya?

D. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran umum identitas diri dilihat dari pola asuh orangtuanya.

Secara khusus tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris tentang :

(18)

2. Gambaran umum pola asuh orangtua siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

3. Gambaran umum identitas diri dilihat dari pola asuh orangtua siswa kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

4. Gambaran umum identitas diri dilihat dari pola asuh orangtua siswa berdasarkan jenis kelamin kelas XI di SMA Negeri 9 Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014.

5. Implikasi bagi bimbingan dan konseling berdasarkan dari profil identitas siswa dilihat dari pola asuh orang tuanya.

E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat secara teoritis

a. Bagi Penulis, dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan pengembangan pelaksanaan bimbingan konseling di lapangan dengan hasil penelitian berupa profil identitas diri dilihat dari pola asuh orang tua siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung sebagai salah satu data aktual yang dapat dijadikan pertimbangan untuk dikontribusikan dalam layanan bimbingan dan konseling.

2. Manfaat secara praktis

a. Bagi peserta didik khususnya siswa SMA Negeri 9 Bandung, dapat dijadikan bahan identifikasi dan refleksi terhadap pembentukan identitas dirinya sehingga siswa dapat secara optimal mengembangkan potensinya dalam berinteraksi dengan lingkungan maupun meraih prestasi yang diharapkan.

(19)

membentuk identitas dirinya dengan berkonsultasi melalui orang tua siswa tersebut.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Penelitian dituliskan dalam lima bab, dengan sistematika sebagai berikut: Bab I menyajikan pendahuluan, mencakup latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

Bab II menyajikan kerangka konseptual tentang identitas diri dan pola asuh orang tua, mencakup konsep dasar identitas diri dan konsep dasar pola asuh orang tua yang bersumber dari berbagai teori-teori yang relevan dan penelitian terdahulu.

Bab III menyajikan metode penelitian, mencakup lokasi populasi dan sampel penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen, langkah-langkah penelitian, dan teknik analisis data.

(20)

Candra Ari Ramdhanu, 2014

Profil identitas diri dilihat dari pola asuh orang tua dan implikasinya bagi

A. Lokasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Tempat pelaksanaan penelitian yaitu di di SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Alasan pemilihan lokasi penelitian karena peneliti melihat fenomena yang terjadi di sekolah cenderung memiliki perilaku siswa yang suka mengikuti kelompoknya dalam melakukan perbuatan yang negatif yang dilarang oleh sekolah, sehingga peneliti melihat dari sisi bahwa siswa-siswa tersebut mempunyai identitas diri yang kurang. Selain itu pola asuh orang tua siswa di SMA Negeri 9 Bandung pun beragam sehingga peneliti ingin mengetahui gambaran umum identitas diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung dilihat dari pola asuh orang tuanya, dan peneliti dapat mengetahui implikasinya bagi layanan bimbingan dan konseling.

2. Populasi dan Sampel Penelitian

Arikunto (2010: 173) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Populasi dan sampel penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian yang akan dilakukan dilakukan menggunakan teknik sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel yang apabila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2008: 68). Alasan pemilihan dan sampel terhadap kelas XI SMA Negeri 9 Bandung adalah sebagai berikut :

(21)

Candra Ari Ramdhanu, 2014

Profil identitas diri dilihat dari pola asuh orang tua dan implikasinya bagi

(22)

2013/2014.

Tabel 3.1

Populasi dan Sampel Penelitian

No Kelas Jumlah Siswa 1. XI IPA 1 39 2. XI IPA 2 36 3. XI IPA 3 36 4. XI IPA 4 39 5. XI IPA 5 38 6. XI IPA 6 18 7. XI IPS 1 39 8. XI IPS 2 38 9. XI IPS 3 36 10. XI IPS 4 34

Total 353

B. Desain Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif ialah pendekatan yang di dalam usulan penelitian, proses, hipotesis, turun ke lapangan, analisis data, dan kesimpulan data sampai dengan penulisannya mempergunakan aspek pengukuran, perhitungan, rumus dan kepastian data numerik. (Musianto, 2002). Pendekatan ini digunakan untuk mengetahui profil identitas diri dilihat dari pola asuh orang tua di kelas XI SMA Negeri 9 Bandung.

C. Metode Penelitian

(23)

penyebaran angket untuk mengetahui gambaran profil yang ingin didapat.

D. Definisi Operasional Variabel

Penelitian profil identitas diri dilihat dari pola asuh orang tua terdiri dari dua variabel, yaitu identitas diri dan pola asuh orang tua. Definisi operasional variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Identitas Diri

Secara konsep, Menurut Hogg & Abraham (Mulyono, 2007) berpendapat bahwa Identitas diri adalah konsep yang digunakan oleh orang-orang untuk menyatakan tentang siapakah mereka, orang macam apa mereka dan bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. Secara operasional, identitas diri yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu kemampuan siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dalam mengenali diri sendiri serta bagaimana mereka berhubungan dengan orang lain. Identitas diri dalam penelitian ini dibagi kedalam empat wilayah utama, yaitu difusi identitas (identity diffusion), membuka identitas (identity foreclosure), moratorium identitas (identity moratorium), dan pencapaian dalam (identity achievement).

a. difusi identitas (identity diffusion), dengan indikator sebagai berikut: 1) Ideologi a) Karier/Pekerjaan

b) Agama c) Politik

d) Filosofi gaya hidup 2) Interpersonal a) Persahabatan

b) Kencan

c) Peran Jenis Kelamin d) Rekreasi

b. membuka identitas (identity foreclosure), dengan indikator sebagai berikut: 1) Ideologi a) Karier/Pekerjaan

(24)

c) Peran Jenis Kelamin d) Rekreasi

c. moratorium identitas (identity moratorium), dengan indikator sebagai berikut: 1) Ideologi a) Karier/Pekerjaan

b) Agama c) Politik

d) Filosofi gaya hidup 2) Interpersonal a) Persahabatan

b) Kencan

c) Peran Jenis Kelamin d) Rekreasi

d. pencapaian dalam identitas (identity achievement), dengan indikator sebagai berikut:

1) Ideologi a) Karier/Pekerjaan b) Agama

c) Politik

d) Filosofi gaya hidup 2) Interpersonal a) Persahabatan

b) Kencan

c) Peran Jenis Kelamin d) Rekreasi

2. Pola Asuh Orang Tua

Secara konsep, Pola asuh orang tua secara harfiah mempunyai maksud pola interaksi antara orangtua dan anak. Pola interaksi ini meliputi, bagaimana sikap atau perilaku orangtua saat berhubungan dengan anak (Lidyasari, 2011:6). Sedangkan secara operasional, pola asuh orang tua dalam penelitian ini adalah persepsi siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 mengenai perlakuan-perlakuan orang tua yang dirasakannya dalam mengasuh anaknya.

(25)

pemecahan masalah

b) Orang tua ikut serta dalam eksplorasi keingintahuan anak

c) Orang tua memberi kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pandangannya.

2) Afektif a) Orangtua yang mempunyai empati dan penerimaan terhadap anak sehubungan dengan masalah yang dihadapi anak.

b. Pola asuh Constraining, dengan indikator sebagai berikut:

1) Kognitif a) Orang tua tidak mau melibatkan anaknya dalam pemecahan masalah

b) Orang tua tidak ikut serta dalam eksplorasi keingintahuan anak

c) Orang tua tidak memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengungkapkan pandangannya.

2) Afektif a) Orang tua tidak mempunyai empati dan memberikan penolakan terhadap anak sehubungan dengan masalah yang dihadapi anak.

E. Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik non-tes dengan menggunakan instrumen berupa angket. Instrumen angket adalah sejumlah pertanyaan/pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto: 2006). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen untuk mengungkap identitas diri siswa dan pola asuh orangtua siswa berdasarkan kisi-kisi yang telah dikonstruksi.

(26)

gaya hidup. Sedangkan idetitas interpersonal terdiri dari aspek persahabatan, kencan, peran jenis kelamin, dan rekreasi (Adams, 1998). Konsep Adams tersebut didasarkan pada teori Marcia (1993) yang menggolongkan status identitas diri remaja menjadi empat status identitas yaitu diffusion, foreclosure, moratorium, dan achievement.

Sedangkan untuk instrumen pengungkap pola asuh orangtua, penulis membuat sebuah instrumen yang didasarkan pada konsep (tokoh pola asuh) yang membagi pola asuh orang tua menjadi dua jenis yakni enabling dan constraining.

F. Proses Pengembangan Instrumen dan Pengumpulan Data 1. Kisi-kisi Instrumen

kisi dikembangkan berdasarkan definisi operasional penelitian. Kisi-kisi dibuat dimaksudkan sebagai acuan dalam penyusunan instrumen agar tetap sesuai dengan tujuan dari penelitian. Berikut ini adalah konstruk kisi-kisi serta aspek-aspek yang menyertainya.

Tabel 3.2

(27)

c) Peran Jenis Interpersonal a) Persahabatan 33, 40 2

b) Kencan 44, 46 2 Interpersonal a) Persahabatan 34, 38 2

b) Kencan 42, 47 2

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Pola Asuh Orang Tua Siswa (Sebelum Uji Kelayakan Instrumen)

No. Aspek Indikator Pernyataan

1. Enabling Kognitif a) Orang tua mau melibatkan anaknya dalam

pemecahan masalah

12 1, 2, 3, 4

b) Orang tua ikut serta dalam eksplorasi keingintahuan

Afektif Orangtua yang mempunyai empati dan penerimaan

(28)

melibatkan anaknya dalam pemecahan masalah b) Orang tua tidak ikut serta

dalam eksplorasi keingintahuan anak

29, 30, 31, 32

c) Orang tua tidak memberi kesempatan kepada anaknya untuk mengungkapkan pandangannya.

33, 34, 35, 36

Afektif Orang tua tidak mempunyai empati dan memberikan

2. Menyusun item/Butir Pernyataan

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun, langkah berikutnya adalah menjabarkan ke dalam butir-butir pernyataan. Penyusunan pernyataan-pernyataan mengenai identitas diri dan pola asuh orang tua, dibuat berdasarkan aspek dan indikator yang telah diucapkan.

3. Melakukan Penimbang Butir Pernyataan (Judge Instrumen)

(29)

Keterangan No. Pernyataan Jumlah

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Identitas Diri Siswa (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)

Interpersonal a) Persahabatan 9, 10 2

b) Kencan 11, 12 2

Interpersonal a) Persahabatan 25, 26 2

b) Kencan 27, 28 2

Interpersonal a) Persahabatan 41, 42 2

(30)

b) Agama 51, 52 2

c) Politik 53, 54 2

d) Filosofi Gaya

Hidup 55, 56 2

Interpersonal a) Persahabatan 57, 58 2

b) Kencan 59, 60 2

c) Peran jenis kelamin 61, 62 2

d) Rekreasi 63, 64 2

Tabel 3.6.

Hasil Jugdement Instrumen Pola Asuh Orang Tua

Keterangan No. Pernyataan Jumlah

Memadai 2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,15,19,20,21,22,23,24,25,26,27 ,29,31,33,34,38,41,44,49,50,53

31

Revisi 1,13,14,16,17,18,28,30,32,35,36,37,40,42,43,45,51 17

Buang 39,46,47,48,52 5

Tabel 3.7.

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Pola Asuh Orang Tua (Setelah Uji Kelayakan Instrumen)

(31)

melibatkan anaknya dalam pemecahan masalah

b) Orang tua tidak ikut serta dalam eksplorasi

Afektif Orang tua tidak

mempunyai empati dan

4. Uji Keterbacaan Item

Sebelum instrumen identitas diri dan pola asuh orang tua di uji validitas, instrumen instrumen terlebih dahulu diuji keterbacaan kepada sampel yang setara yaitu kepada lima orang siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung, uji keterbacaan ini untuk mengukur sejauh mana pernyataan-pernyataan tersebut dapat dipahami oleh subjek penelitian. Setelah uji keterbacaan, apabila ada pernyataan-pernyataan yang tidak dipahami, maka pernyataan tersebut akan direvisi sehingga dapat dipahami oleh siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung.

(32)

Pengujian validitas yang dilakukan dalam penelitian melibatkan seluruh pernyataan yang terdapat dalam angket pengungkap identitas diri dan pola asuh orang tua. Sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut mengukur apa yang hendak diukur (Arikunto, 2008: 65), jadi semakin tinggi nilai validasi maka hal itu menunjukan semakin valid instrumen tersebut.

Pengolahan data dalam penelitian dilakukan dengan bantuan layanan SPSS 20.0 for windows dan pengujian validitas item dilakukan dengan menganalisis menggunakan prosedur pengujian Spearman Brown dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

= koefisien korelasi antara variable x dan variable y n = Jumlah responden

∑xy = Jumlah hasil skor x dan y setiap responden ∑x = Jumlah skor x

∑y = Jumlah skor y

= Kuadrat jumlah skor x = Kuadrat jumlah skor y

(Arikunto, 2002:245)

(33)

Nomor Item Korelasi Sig. (2-tailed) Keterangan

item6 ,016 ,768 TIDAK VALID

item7 ,003 ,950 TIDAK VALID

(34)

item44 ,377 ,000 VALID

item45 ,372** ,000 VALID

item46 ,434** ,000 VALID

item47 ,350** ,000 VALID

item48 ,342** ,000 VALID

item49 ,094 ,078 TIDAK VALID

item50 ,169** ,001 VALID

item51 -,016 ,769 TIDAK VALID

item52 ,330** ,000 VALID

item53 ,270** ,000 VALID

item54 ,262** ,000 VALID

item55 -,021 ,700 TIDAK VALID

item56 ,357** ,000 VALID

item57 ,242** ,000 VALID

item58 ,020 ,706 TIDAK VALID

item59 ,393** ,000 VALID

item60 -,040 ,449 TIDAK VALID

item61 ,132* ,013 VALID

item62 -,004 ,938 TIDAK VALID

item63 ,009 ,871 TIDAK VALID

item64 ,443** ,000 VALID

Untuk instrumen pola asuh orang tua, hasil perhitungan terhadap 48 butir penyataan identitas diri menunjukkan x butir pernyataan tersebut valid, x pernyataan menunjukkan tidak valid tersaji pada tabel.

Tabel 3.9

Hasil Uji Validitas Instrumen Pola Asuh Orang Tua

Nomor Item Korelasi Sig. (2-tailed) Keterangan

(35)
(36)

item41 ,277 ,000 VALID

item42 ,172** ,001 VALID

item43 ,279** ,000 VALID

item44 ,183** ,001 VALID

item45 ,154** ,004 VALID

item46 ,262** ,000 VALID

item47 ,207** ,000 VALID

item48 ,274** ,000 VALID

b. Uji Reliabilitas

Reabilitas instrumen menunjukan sejauh mana instrumen yang digunakan tersebut dapat dipercaya. Reliabilitas instrumen ditunjukan sebagai derajat konsistensi skor yang diperoleh dari subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach dengan memanfaat layanan program SPSS for windows 20.0.

Tabel 3.10

Kriteria Keterandalan (Reliabilitas) Instrumen

0,800 ≤ r ≤ 1,00 Derajat keterandalan sangat tinggi 0,600 ≤ r ≤ 0,800 Derajat keterandalan tinggi 0,400 ≤ r ≤ 0,600 Derajat keterandalan cukup 0,200 ≤ r ≤ 0,400 Derajat keterandalan rendah

(37)

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

,845 55

Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa nilai reliabilitas instrumen ialah sebesar 0,845. dengan demikian, instrumen tersebut dinyatakan memiliki tingkat konsistensi yang sangat tinggi.

Tabel 3.12

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pola Asuh Orang Tua

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

N of Items

,754 48

Hasil uji reliabilitas tersebut menunjukkan bahwa nilai reliabilitas instrumen ialah sebesar 0,754. dengan demikian, instrumen tersebut dinyatakan memiliki tingkat konsistensi yang tinggi.

Tabel 3.13

Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Identitas Diri (Setelah Uji Validitas Instrumen)

No. Aspek Indikator No

item Jumlah 1. Diffusion Ideologi a) Karier/pekerjaan 1, 2 2

b) Agama 3, 4 2

c) Politik 5 2

d) Filosofi Gaya

(38)

d) Rekreasi 13, 14 2

Interpersonal a) Persahabatan 23, 24 2

b) Kencan 25, 26 2

Interpersonal a) Persahabatan 39, 40 2

b) Kencan 41, 42 2

Interpersonal a) Persahabatan 52 2

b) Kencan 53 2

c) Peran jenis kelamin 54 2

d) Rekreasi 55 2

Tabel 3.14

(39)

anak untuk

2. Constraining Kognitif a) Orang tua tidak mau melibatkan anaknya dalam pemecahan masalah

12 25,26,27,28

b) Orang tua tidak ikut serta dalam eksplorasi mempunyai empati dan memberikan penolakan terhadap anak sehubungan dengan masalah yang dihadapi anak.

12 37,38,39,40,41 ,42,43,44,45,4 6,47,48

G. Teknik Analisis Data 1. Verifikasi Data

Verifikasi data dilakukan untuk memeriksa data yang diperoleh dalam rangka pengumpulan data untuk menyeleksi atau memilih data yang memadai untuk diolah.

2. Penyekoran Data

(40)

Tabel 3.15

Alternatif Jawaban Instrumen Identitas Diri dan Pola Asuh Orang Tua

Alternatif Jawaban Bobot

Sangat Sesuai (SS) 5

Sesuai (S) 4

Kurang Sesuai (KS) 3

Tidak Sesuai (TS) 2

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1

3. Analisis Data

Cara kategorisasi dalam penelitian ini masuk ke dalam teknik kategorisasi bukan jenjang (Nominal). Tujuan kategorisasi ini adalah menempatkan individu ke dalam kelompok-keloompok diagnosis yang tidak memiliki makna ‘lebih’ dan ‘kurang’ atau ‘tinggi’ dan ‘rendah’, melainkan pola asuh ‘Enabling’, ‘Constraining’. Sedangkan untuk variabel identitas diri dibagi menjadi 4 kategori yakni, difusi identitas (identity diffusion), membuka identitas (identity foreclosure), moratorium identitas (identity moratorium), pencapaian dalam identitas (identity achievement).

(41)

Menurut Adams dan Bennion (Hadijah, 87:2010)Terdapat beberapa aturan dalam pengklasifikasian hasil skor dari alat ukur EOM EIS-2 revision, yaitu:

a) Pure Identity Status Rule. Individu yang memiliki skor satu standar deviasi (atau lebih) lebih tinggi dari nilai cut-off status identitas tertentu dan skor lainnya dibawah nilai cut-off, maka ia berada pada status identitas tersebut.

b) Low Profile Status Rule. Individu yang memiliki skor kurang dari satu standar deviasi pada semua status identitas diklasifikasikan sebagai

“low profile” moratorium. Individu ini memiliki bentuk moratorium yang terdiferensiasi. Pada penelitian ini tidak akan membedakan antara

“low profile” moratorium dan pure moratorium.

c) Transition Status Rule. Individu yang memiliki lebih dari satu skor yang satu standar deviasi lebih tinggi dari nilai cut-off, maka dikalsifikasikan sebagai transisi. Kemudian dibuat status peraturan untuk menentukan status transisi ini, yaitu dengan membaurkan status identitas yang lebih tinggi ke yang lebih rendah.

Dari aturan yang ada, tidak semua aturan dipakai dalam mengklasifikasi siswa kedalam status identitas. Aturan yang dipakai hanya satu yang disesuaikan dengan hasil jawaban siswa, yaitu siswa tersebut berada pada aturan 1, 2 atau 3, maka aturan tersebutlah yang dipakai.

(42)

Status Identitas Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement

Rata-rata 36,21 48,75 49,26 26,65

Standar Deviasi 6,60 7,78 7,55 3,93

Cut-off 42,80 56,53 56,82 30,58

H. Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penyusunan Proposal Penelitian

Proses penyusunan skripsi dimulai dari pengajuan tema bahasan penelitian kepada dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling, proposal diseminarkan untuk mendapatkan berbagai masukan dari dosen mata kuliah Metode Riset Bimbingan dan Konseling maupun peserta seminar lainnya. Berdasarkan masukan-masukan yang diperoleh, proposal tersebut direvisi dan diajukan kembali untuk memperoleh pengesahan dan pengangkatan dosen pembimbing.

2. Perizinan Penelitian

Perizinan penelitian dilakukan sebagai persiapan selanjutnya untuk mengumpulkan data. Perizinan penelitian diperoleh dari Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Direktorat UPI dan Kepala sekolah SMA Negeri 9 Bandung.

3. Studi Pendahuluan

(43)
(44)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian profil identitas diri siswa dilihat dari pola asuh orang tua kelas XI SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 dihasilkan beberapa kesimpulan sebagai berikut.

Secara umum sebagian besar siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung Tahun Ajaran 2013/2014 memiliki identitas diri pada status moratorium. Artinya, dimana pada kondisi ini siswa sedang mengalami krisis, namun belum memiliki komitmen yang jelas mengenai diri dan tujuan hidupnya. Sedangkan untuk pola asuh orang tua, siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2013/2014 menunjukan pola asuh enabling, yakni orang tua yang selalu memberikan anaknya kebebasan untuk mengekspresikan dirinya tanpa adanya tekanan. Dari hasil korelasi didapat bahwa pola asuh constraining memberikan pengaruh yang terhadap perkembangan identitas diri siswa kelas XI SMA Negeri 9 Bandung tahun ajaran 2013/2014.

B. Rekomendasi

1. Bagi Pihak Sekolah

(45)
(46)

2. Bagi Konselor

a. Berdasarkan hasil penelitian, konselor dapat mengidentifikasi dan menganalisis gambaran identitas diri siswa yang berkaitan dengan penerapan pola asuh orangtuanya. Sehingga konselor mampu berkomunikasi dengan siswa ataupun orang tua siswa mengenai proses pembentukan identitas diri yang terjadi.

b. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan dalam layanan bimbingan dan konseling di SMA Negeri 9 Bandung. Konselor dapat membuat suatu program atau strategi yang bertujuan untuk membentuk identitas diri siswa. Penyusunan program intervensi dapat dimulai dengan melakukan need asssessment terlebih dahulu. Need assessment dilakukan untuk mengetahui siswa yang belum dapat membentuk identitas dirinya melalui penyebaran instrumen dan pengumpulan data non-tes siswa. Kemudian hasil need assessment tersebut diolah dan hasil penelitian dijadikan bahan kebutuhan siswa yang selanjutnya dikembangkan menjadi sebuah program. Konselor atau guru BK diharapkan dapat memberikan layanan bimbingan pribadi sosial melalui layanan bimbingan klasikal, kelompok, ataupun konseling demi terbentuknya identitas diri pada siswa.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini terbatas pada profil identitas diri dilihat dari pola asuh orang tua, oleh karena itu banyak yang harus dikaji kembali oleh peneliti selanjutnya, sebagai berikut.

a. Peneliti selanjutnya mencoba merancang desain penelitian mengenai identitas diri berdasarkan indikator dari identitas diri, sehingga dapat mengetahui beragam program intervensi lebih khusus di semua indikatornya.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Adams, R.G. (1998). The Objective Measure of Ego Identity Status: A Reference Manual. Canada: University of Guelp.

Anonim. (2012). Pengguna Narkotika Selalu Meningkat. [Online] Tersedia di:

http://jabar.tribunnews.com/2012/10/30/pengguna-narkotika-selalu-meningkat [Kamis, 11 April 2013]

Anonim. (2013). Sehari 50 Orang Mati Karena Narkoba. [Online] Tersedia di: :

http://www.radarlampung.co.id/read/pendidikan/57870-sehari-50-orang-mati-karena-narkoba [Kamis, 11 April 2013]

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Bailey, Joseph A. (2003). Self- Image, Self-Concept, And Self Identity Revisited.

[Online] Tersedia:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2594523/ (6 Oktober 2012)

Bersum. (2011, 12, 08). Demam Korea, Gadis Ini Nekat Operasi Lidah.

Vivanews. [Online]:

http://situs-berita-terbaru.blogspot.com/2011/08/demam-Korea-gadis-ini-nekat-operasi.html . (11 Oktober 2012)

Buckingham, David. (2008). Introducing Identity. London: Creative Commons Attribution.

Desmita. (2010). Psikologi Perkembangan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Hadijah, Ai Siti. (2010). Kontribusi Konformitas Terhadap Pencapaian Identitas Diri Remaja. Skripsi Sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Hall, C.S & Lindzey, G. (1985). Introduction to Theories of Personality. Singapore: John Willey, Inc.

Haryono, Bagus. (2013). Aksi Tawuran Antar Pelajar Di Indonesia: Eksplorasi Tentang Akar Masalah, Upaya Mencegah Dan Solusi Mengatasinya. Makalah ini telah dipresentasikan pada Konggres Nasional Sosiologi I di Universitas Sriwijaya: Tidak diterbitkan

(48)

Imholz, Susan. (2006). The Therapeutic Stage Encounters the Virtual World. Media Laboratory Learning and Epistemology group.

Kamil, Ati. (2012, 15, 01). "Gelombang Korea" Menerjang Dunia. Harian

Kompas. [Online]:

http://entertainment.kompas.com/read/2012/01/15/18035888/.Gelombang. Korea.Menerjang.Dunia. (11 Oktober 2012).

Kau, Murhima A. (2008). Pencapaian status identitas Diri Bidang Pendidikan Dalam Hubungannya Dengan Gaya Pengasuhan Orang Tua Enabling-Constraining Siswa-Siswai SMA Negeri 3 Gorontalo. Jurnal Penelitian dan Pendidikan. Vol. 5, 101.

Kroger, Jane. (2007). Identity Development: Adolescence Through Adulthood. California: Sage Publication.

Lidyasari, A Tina (2012). Pola Asuh Otoritatif sebagai Sarana Pembentukan Karakter Anak dalam Setting Keluarga. Peneltian PGSD FIP UNY: Tidak diterbitkan.

Lurus, Gadis Garis. (2012, 01, 06). 20 Gejala terkena virus K-Pop. Majalah Asian Look. [Online] Vol. 01, 34-35. Tersedia:

http://singkrof.blogspot.com/2012/06/demam-k-pop-menurut-psikologi.html (11 Oktober 2012)

Maccoby, E. (1980). Social Development Psychological Growth and the Parental Child Relationship. New York: Harcourt Brace Javanovich.

Marcia, J. E. (1980). Identity in Adolescence. In J. Adelson (Ed.), Handbook of Adolescent Psychology (pp. 159-187). New York: John Wiley & Sons. Marcia, J. E. (1993). Ego Identity: A Handbook for Psychological Research. New

York: Springer Verlag.

Margono, S. (2009). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Marshalina. (2011). Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Identitas Diri pada Remaja Akhir. Penelitian Binus University: Tidak diterbitkan.

Monks, Knoers, dan Haditono. (1996). Psikologi Perkembangan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Mulyono, Ninin Kholida. (2007). Proses Pencarian Identitas Diri Pada Remaja Muallaf. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Skripsi.

(49)

Nastiti, Aulia Dwi. (2010). “Korean Wave” Di Indonesia : Antara Budaya Pop, Internet,Dan Fanatisme Pada Remaja. Program Studi Komunikasi Media Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Indonesia.

Nuryanto, Ayuningtyas. (2013). Profil Kepribadian Siswa Berdasarkan Pola Asuh Orang Tua. Skripsi Sarjana Psikologi Pendidikan dan Bimbingan UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Okirianti, Karatika Eka. (2011). Pengaruh Budaya Pop Korea Terhadap Budaya Indonesia. [Online] Tersedia di: http://eka-

karatika.blogspot.com/2011/11/karya-ilmiah-pengaruh-budaya-pop-Korea.html (6 Oktober 2012)

Pranawa, S. (2012). Memahami Aksi Tawuran Pelajar Di Jakarta. Makalah pada Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Nasional.

Priyatno, Duwi. (2009). 5 Jam Belajar Olah Data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Penerbit Andi

Purwadi (2004). Peroses Pembentukan Identitas Diri Remaja.Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Indonesian Psychologycal Journal Vol.1 No.1 43-52.

Ristianti, Amie. (2008). Hubungan Antara Dukungan Sosial Teman Sebaya dengan Identitas Diri Pada Remaja di SMA Pusaka 1 Jakarta. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma. [Online]. Tersedia : http://pdfsb.com/readonline/5a3168486651743757485a2f4433706a56413d 3d-5452109 (11 Oktober 2012)

Santoadi, F. (2006). Pengalaman Persiapan Pilihan Studi/Karier Mahasiswa USD Semester I Tahun Akademik 2006/2007 (Studi

Eksploratif-Retrosprektif). [Online]. Tersedia:

http://puslitjaknov.org/data/file/2008/makalah-peserta/22-Fajarpdf./ [7 Februari 2014]

Santrock, J.W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja. (Alih Bahasa: Shinto B. Adelar dan Sherly Saragih). Jakarta: Erlangga.

Singal, Sally. (2003). The Efficacy of Psychodrama in the Treatment of Oppositional and Defiant Adolescents. A thesis submitted to the Faculty of Graduate Studies and Research in partial fulfilment of the requirements of the degree of Ph.D. in Counselling Psychology. Department of Educational and Counselling Psychology : McGill University, Montreal.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suyanto. (2012). Para Siswa, Waspadalah Narkoba. Penelitian Dirjen Pendidikan Dasar, Kemdikbud. Universitas Negeri Yogyakarta.

(50)

Utami, Sri. (2011). Hubungan Status Identitas dengan Self Esteem Remaja. Skripsi Sarjana Psikologi UPI Bandung: Tidak diterbitkan.

Wardhianna, S. (2012). Fenomena Tawuran Pelajar. Makalah pada fakultas Ilmu Sosial dan Politik. Universitas Jendral Soedirman.

Yang, Jonghoe. (2012). The Korean Wave (Hallyu ) In East Asia: A Comparison Of Chinese, Japanese, And Taiwanese Audiences Who Watch Korean TV Dramas*. Journal Development And Society. Vol. 41, 104.

Yudono, Jodhi. (2012). Demam Korea Sudah Menginfeksi Indonesia. Harian

Kompas [Online].

http://travel.kompas.com/read/2011/10/16/03045760/Demam.Korea.Sudah .Menginfeksi.Indonesia (11 Oktober 2012)

Yuniardi, M. Salis. (2010) Identitas Diri Para Slanker. Penelitian Institusional Universitas Muhammadiyah Malang: Tidak diterbitkan.

Yusuf, S. (2006). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Gambar

Tabel 3.1 Populasi dan Sampel Penelitian
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Identitas Diri Siswa
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Pola Asuh Orang Tua Siswa
Tabel 3.7. Kisi-kisi Instrumen Pengungkap Pola Asuh Orang Tua
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kemudian diperkuat oleh Santrock (2003) bahwa pola asuh authoritarian dan permissive kurang efektif bagi perkembangan remaja dibandingkan dengan orang tua yang bersifat

Puji dan Syukur penulis panjatkan kepada Yesus Kristus atas anugerah dan Roh Kudus yang telah dicurahkan kepada penulis sehingga atas pertolongan dan bimbingan-Nya penulis

Hasil penelitian ini adalah memberikan informasi bagi pengembangan pengetahuan dibidang Bimbingan dan Konseling mengenai coping stres pada mahasiswa penulis

Studi kepustakaan yaitu suatu penelitian yang dilakukan melalui buku- buku pengetahuan yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang penulis teliti. Penggunaan teknik ini

Penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan untuk memasukkan kurikulum kesehatan reproduksi diberikan kepada siswa-siswi melalui bimbingan konseling yang lebih mendalam, dam

DARI BIMBINGAN DAN KONSELING PERKEMBANGAN KE KOMPREHENSIF 3 Riset ini menghasilkan konsep penyelenggaraan bimbingan dan konseling di sekolah, termasuk perguruan tinggi,

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka kemandirian diri pada anak sangat penting, mengingat kemandirian akan banyak memberikan dampak yang positif bagi perkembangan

Oleh karena itu, program bimbingan dan konseling untuk meningkatkan harga diri siswa sangat dibutuhkan bagi referensi guru bimbingan dan konseling ketika menemukan siswa