i
HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR
SISWA KELAS VIII SMP SETIA DARMA PALEMBANG
Skripsi Oleh :
NURASTUTI
Nomor Induk Mahasiswa 2011 141 032
Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDKAN
UNIVERSITAS PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
PALEMBANG
iv Skripsi ini ku persembahkan kepada:
♥ Kedua orang tuaku tercinta: Ayahanda Suparno dan Ibunda Sumirah yang
senantiasa mendo’akanku disetiap sujudnya, mencintaiku, dan selalu mengharapkan keberhasilanku.
♥ kakak-kakakku tercinta (Kak Sam, Kak Totok dan Kak Pus), Istri-Istri kakakku
(Mba Ratna, Mba Yeyen dan Mba Indah ) dan seluruh keluarga besar ku yang selalu mendo’akanku untuk keberhasilan yang ku raih.
♥ Seseorang yang paling dekat denganku yang tak pernah bosan menyemangatiku,
menasehatiku serta senantiasa memberikan motivasi dan do’a demi keberhasilanku (Aris Munandar)
♥ Saudara –saudaraku, (Neng Lisda, A Lena, Adindin, Nora Dwi Purwanti, Meri,
Mar, Deti, Lina, dll) dan Anak-anak BK kelas A 2011 (Dita, Aryani, Rika Leniati dkk) yang berjuang bersama dalam menggapai impian ini, I Love U all
♥ Sahabat Kesayanganku Definta Dwi Yuninda, S.Kep terimakasih telah bersedia
membantu, memberi suport dan mendo’akanku.
♥ Bapak dan ibu Guru SDN 3 Makarti Jaya, SMP Negeri 1 Makarti Jaya, SMA
Negeri 1 Makarti Jaya dan Bapak Ibu Dosen di Prodi BK, terimakasih atas Ilmu yang telah kalian berikan selama ini sehingga aku bisa menjadi seperti sekarang.
♥ Bapak Dr.Edi Harapan,M.Pd dan Bapak Drs. H.Moch.Edwar Romlie,SE.,M.M,
yang selalu memberikan nasehat, masukan dan bimbingan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
♥ Dan semua orang yang tidak dapat ku sebutkan satu persatu, terima kasih telah
memberikan dukungan, Semangat, dan Motivasi kepadaku dan seluruh pencinta Ilmu.
♥ Almamater Biru ku yang sangat aku banggakan.
Motto
:
“
...
jadilah orang yang tetap sejuk di tempat panas, tetap manis di
tempat yang begitu pahit, tetap merasa kecil meskipun telah menjadi besar dan
tetap tenang di tengah badai yang paling hebat
... ".
v Assalamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Setia Darma Palembang”, yang bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas dan syarat yang harus ditempuh dalam rangka mencapai gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Persatuan Guru Republik Indonesia (UNIV – PGRI Palembang).
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak mungkin dapat diselesaikan oleh penulis sendiri tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Sehubungan dengan itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs. H. Syarwani Ahmad, M.M., Rektor Universitas PGRI Palembang yang telah memberikan fasilitas selama perkuliahan.
2. Ibu Drs. Andinasari, M.M., Dekan FKIP Universitas PGRI Palembang yang telah membantu dalam proses administrasi pengajaran.
3. Ibu Dra.Hj.Susun Nayati Nasution,M.Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Bimbingan dan Konseling Universitas PGRI Palembang
4. Bapak Drs. H. Moch. Edwar Romli, SE., M.M., Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Universitas PGRI Palembang sekaligus sebagai dosen pendamping yang telah memberikan masukan, kritik dan saran yang sangat berarti dalam skripsi ini.
5. Bapak Dr.Edi Harapan,M,Pd., Dosen pembimbing Utama yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing dan mengarahkan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala sekolah dan dewan guru serta pengelola SMP Setia Darma Palembang yang telah banyak membantu memberikan data dan informasi kepada penulis
7. Rekan – rekan mahasiswa pendidikan bimbingan konseling FKIP Universitas PGRI Palembang
vi
Semoga kita semua mendapatkan rahmat dari Allah SWT,...amin yarabbal’alamin.
Palembang, September 2015 Penulis,
viii
2.1.3 Dampak Penerapan Pola Asuh yang Salah dalam Keluarga ... 14
2.2 Prestasi Belajar ... 15
2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar ... 15
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 17
2.2.3 Batas Minimal Prestasi Belajar ... 23
2.2.4 Prestasi Belajar sebagai Hasil Penilaian dan Alat Motivasi ... 24
2.2.4.1Prestasi Belajar sebagai Hasil Penilaian ... 24
2.2.4.2Prestasi Belajar sebagai Alat Motivasi ... 24
2.3 Hubungan Pola Asuh Orang Terhadap Prestasi Belajar Siswa ... 25
2.4 Kajian Terdahulu yang Relevan ... 26
2.5 Anggapan Dasar ... 28
2.6 Hipotesis Penelitian ... 28
2.7 Kriteria Pengujian Hipotesis ... 28
ix
3.5 Teknik Pengumpulan Data ... 32
3.5.1 Angket Atau Kuisioner ... 32
3.5.2 Dokumentasi ... 33
3.6 Hasil Uji Coba Instrumen ... 34
3.6.1 Uji Validitas ... 34
3.6.2 Uji Reliabilitas ... 38
3.6.2.1 Uji Reliabilitas Variabel Pola Asuh Orang Tua ... 38
3.7 Teknik Analisis Data ... 41
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42
4.1 Hasil Penelitian ... 42
4.1.1 Data yang diperoleh melalui Angket ... 43
4.1.2 Data yang diperoleh dari Prestasi Belajar Siswa ... 46
4.1.3 Analisis Data ... 49
4.1.4 Analisis Hasil Pengolahan Data... 51
4.2 Pembahasan ... 51
BAB V : SIMPULAN DAN SARAN ... 56
5.1 Simpulan ... 56
5.2 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 57
LAMPIRAN ... 59
x
DAFTAR TABEL
Tabel :
1. Populasi Penelitian ... 30
2. Sampel Penelitian ... 31
3. Kisi- Kisi Angket ... 33
4. Perhitungan Korelasi ... 35
5. Analisis Validitas ... 36
6. Korelasi Item Ganjil dan Genap ... 39
7. Pedoman Interprestasi Koefisien Korelasi ... 41
8. Daftar Nilai Hasil Penyebaran Angket Variabel X ... 43
9. Deskripsi Pencapaian Skor Variabel Pola Asuh Orangtua ... 45
10.Interprestasi Presentase Skor... 46
11.Daftar Nilai Prestasi Belajar... 46
12.Deskripsi Pencapaian Skor Variabel Prestasi Belajar ... 48
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran :
1. Kisi-kisi Angket Penelitian 2. Angket Penelitian
3. Tabulasi Uji Coba Nilai Angket Variabel X 4. Korelasi Uji Coba Butir Instrumen
5. Tabulasi Item Angket Genap dan Ganjil 6. Tabulasi Nilai Angket Penelitian Variabel X 7. Korelasi Butir Instrumen Penelitian
8. Usul judul skripsi 9. Surat izin penelitian
10.Surat keterangan telah melakukan penelitian skripsi 11.Kartu Bimbingan Proposal
xii ABSTRAK
Nurastuti, 2015 “Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas VIII SMP Setia Darma Palembang”. Masalah dalam penelitian ini adalah sebagian besar orang tua siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang cenderung kurang memperhatikan pola asuh yang diterapkan dalam keluarga. Mereka belum menyadari bahwa pola asuh dalam keluarga dapat memberikan dampak bagi prestasi belajar siswa baik dampak yang positif maupun negatif. Hal ini akan terlihat pada pola asuh apa yang diterapkan orang tua terhadap anak dalam keluarga dan berdampak pada prestasi belajar yang diperoleh anak.Untuk mencapai prestasi belajar yang baik, orang tua juga dituntut untuk mempunyai peranan yang baik pula karena, antara orang tua dan anak merupakan satu kesatuan yang masing-masing saling mempunyai ikatan dan berhubungan sebab akibat, khususnya pada orang tua yang memiliki pandangan mengenai pola asuh dalam keluarga. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yakni pola asuh orang tua yang merupakan variabel bebas, dan prestasi belajar siswa yang merupakan variabel terikat. Sumber data penelitian ini angket tertutup berjumlah 25 butir untuk variabel pola asuh dan nilai rata-rata raport semester ganjil untuk variabel prestasi belajar. Untuk sampel penelitian ini adalah sebanyak 32 orang.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan pendekatan korelasi. Dari analisis data diperoleh rxy = 0,670 untuk n= 32, nilai r product
moment taraf signifikan 5% = 0,349 dan taraf signifikan 1% = 0,449 dengan demikian, taraf signifikansi 5% = 0,670>0,349 dan taraf signifikansi 1% = 0,670>0,449 dengan demikian r yang diperoleh ternyata lebih besar dari r yang terdapat dalam tabel, baik pada taraf signifikan 5% maupun taraf signifikan 1%. berarti hipotesis yang berbunyi ada hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang dapat diterima.
Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa dalam kaitannya dengan prestasi belajar siswa, pola asuh ini mendorong orang tua untuk melakukan upaya dengan berbagai cara yang akan membuat siswa menjadi mengerti dan mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru disekolah, dengan memperhatikan penerapan pola asuh orang tua yang baik dalam keluarga, maka diharapkan prestasi belajar siswa pun akan semakin baik pula.
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, pendidikan hendaknya dikelola, baik secara kualitas maupun kuantitas. Sehingga semua komponen yang terkait di dalam pendidikan tersebut dapat berperan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang mampu mengimbangi perkembangan IPTEK. Kemudian, pendidikan merupakan proses individu untuk menumbuh kembangkan kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik yang dimilikinya. Dalam rangka menumbuh kembangkan hal tersebut individu dituntut memasuki sekolah, karena sekolah merupakan lembaga yang bertanggung jawab mengelola pembelajaran.
Tujuan kegiatan belajar yang dilaksanakan pada hakikatnya diarahkan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang terlihat melalui keberhasilan dalam proses pembelajaran dari prestasi belajar yang dicapai oleh individu. Individu yang memperoleh hasil belajar yang tinggi, akan mampu menjadi anak yang berprestasi, baik prestasi dalam bidang akademik maupun prestasi dalam bidang non akademik. Untuk menjadikan anak yang berprestasi ini ada beberapa komponen yang bertanggung jawab dan berperan sehingga menjadikan individu mencapai prestasi belajar yang maksimal dalam pendidikannya.
“Adapun komponen yang memiliki tanggung jawab dalam pendidikan yaitu keluarga, masyarakat dan pemerintah secara bersama. Pada hakikatnya, pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak dari dalam keluarga. Bagi seorang anak, keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangannya”, (Muslich, 2011:98)
2
bertingkah laku. Intensitas kebersamaan anak bersama keluarganya lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan lainnya. Keluarga khususnya orangtua memegang peranan penting dalam membentuk sikap dan perilaku anak selanjutnya.
Keluarga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi belajar seorang siswa di sekolah sehingga peranan orang tua sebagai orang yang terdekat dengan anak hendaknya perlu mendapat perhatian. Peranan orangtua bagi pendidikan anak adalah memberikan dasar pendidikan, sikap, dan keterampilan dasar seperti pendidikan agama, budi pekerti, sopan santun, estetika, kasih sayang, rasa aman, dasar-dasar untuk mematuhi peraturan-peraturan, dan menanamkan kebiasaan-kebiasaan. Selain itu peranan keluarga adalah mengajarkan nilai-nilai dan tingkah laku yang sesuai dengan yang diajarkan di sekolah.
Tugas orang tua ialah membantu anak dalam menyiapkan masa depannya. Waktu pendidikan di sekolah yang relatif singkat tidak banyak membantu menyelesaikan masalah dalam membentuk pribadi anak. Begitu juga dalam menerapkan pola pengasuhan pada anak, pola pengasuhan orang tua yang baik akan berpengaruh pada pendidikan anak, dan sebaliknya apabila pola pengasuhan orang tua yang diterapkan pada anak tidak baik maka akan berpengaruh buruk pula pada pendidikan anak.
“Pola asuh merupakan suatu hubungan interaksi antara orang tua yaitu ayah dan ibu dengan anaknya yang melibatkan segala bentuk dan prosesnya sebagai bentuk dari upaya pengasuhan tertentu dalam keluarga guna membentuk kepribadian anak”,
3
orang tua adalah upaya orang tua yang konsisten dan persisten dalam menjaga dan membimbing anak dari sejak dilahirkan hingga remaja. Pada penerapannya, pola asuh orangtua bersifat relative konsisten, yang dilakukan dari waktu ke waktu”, (Djamarah, 2014:51).
Kemudian sudah tentu pada masing-masing keluarga memiliki pola asuh yang berbeda-beda, tiap orang tua memiliki pola asuh sendiri yang akan digunakan untuk mendidik anaknya. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai macam faktor di antaranya adalah latar belakang pendidikan orangtua, informasi yang didapat oleh orangtua tentang cara mengasuh anak, kultur budaya, kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan lain-lain. Faktor-faktor inilah yang akan menciptakan perbedaan gaya pola asuh tiap masing-masing orang tua sehingga nantinya akan tercermin pada kepribadian, sikap dan prestasi belajar anak disekolah.
4
Berdasarkan dari uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang.
1.2Masalah Penelitian
Dari latar belakang yang telah diajukan maka peneliti dapat mengidentifikasi masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah hubungan pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa.
Pola asuh orang tua dapat memberikan dampak bagi prestasi belajar siswa baik dampak yang positif maupun negatif. Hal ini akan terlihat pada pola asuh apa yang diterapkan orang tua terhadap anak dalam keluarga dan berdampak pada prestasi belajar yang diperoleh anak. Jika pola asuh orang tua yang diterapkan dalam keluarga baik maka akan memberikan dampak yang baik pula terhadap pendidikan anak terutama dalam hal prestasi belajarnya di sekolah. Sebaliknya jika pola asuh yang diterapkan orang tua tidak tepat maka akan memberi dampak juga terhadap pendidikan anak misalnya prestasi belajar anak disekolah yang kurang maksimal dan tidak memuaskan.
Dalam penelitian ini pola asuh orang tua mempunyai kedudukan sebagai “variabel
independen yakni variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen”, (Sugiyono, 2014:39). Seperti dalam penelitian
5
adalah sebesar 0,840. Dari besarnya korelasi diketahui bahwa secara bersama-sama tingkat hubungan yang dimiliki adalah sangat kuat dengan kontribusi pola asuh orang tua dan kebiasaan belajar secara bersama-sama adalah 70,56%. Selanjutnya, Penelitian dilakukan oleh Safitri dan Hidayati (2013) didapatkan nilai sebesar 33,318. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antar pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK. Serta penelitian lainnya dilakukan oleh Suharsono, Aris dan Upoyo (2009). Hasil analisis diketahui ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah di TK.
Kemudian, dari hasil wawancara dengan guru Bimbingan dan Konseling (BK) di SMP Setia Darma Palembang pada bulan Oktober 2014 diperoleh informasi bahwa, orang tua siswa di SMP Setia Darma Palembang cenderung kurang memperhatikan gaya pola asuh yang diterapkan terhadap anak dalam keluarga, mereka tidak menyadari bahwa hal tersebut mempunyai dampak bagi prestasi belajar anaknya disekolah. Sebagian orang tua siswa menganggap bahwa prestasi belajar yang diperoleh anaknya semata-mata karena tingkat kecerdasan yang dimiliki anak memang telah sampai pada batas yang maksimal. Pada hakikatnya, prestasi belajar yang diperoleh anak selain karena dari tingkat kecerdasan yang dimiliki anak tersebut, pola asuh orang tua juga ikut berperan didalamnya.
1.2.1 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari berkembangnya masalah dalam penelitian ini, maka perlu diberi batasan masalah yaitu sebagai berikut:
6
2. Prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang yang dilihat dari nilai raport semester ganjil
3. Populasi dan Sampel Penelitian adalah kelas VIII SMP Setia Darma Palembang
1.2.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Adakah hubungan pola asuh
orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang?
1.3Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai oleh peneliti adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang.
1.4Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat antara lain:
a. Sebagai bahan masukan bagi guru untuk melakukan bimbingan kepada siswa b. Untuk menambah dan mengembangkan ilmu pendidikan terutama Pendidikan
Bimbingan dan Konseling
7 BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pola Asuh Orang Tua
2.1.1 Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Dalam keluarga pola asuh orang tua adalah hal utama yang hendaknya diperhatikan dengan baik. Melalui pola asuh orang tua inilah anak akan mengartikan penting tidaknya kehadirannya dalam keluarga tersebut. Anak akan mengartikan segala bentuk arahan, perhatian dan kasih sayang yang diberikan oleh orang tuanya.
“Pola asuh orang tua adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Dengan demikian, seiring berjalannya waktu sikap dan sifat anak akan terbentuk sesuai dengan pola asuh yang orang tua terapkan dalam keluarganya. Adapun, pola asuh orang tua merupakan gambaran sikap dan perilaku orang tua dan anak dalam berinteraksi, berkomunikasi selama mengadakan kegiatan pengasuhan”, (Djamarah, 2014 : 51).
Kemudian menurut Muslich (2011:100), “pola asuh orang tua dapat didefinisikan sebagai pola interaksi antara anak dengan orangtua yang meliputi pemenuhan kebutuhan fisik (seprti makan, minum dan lain-lain) dan kebutuhan psikologis (seperti rasa aman, kasih sayang dan lain-lain), serta sosialisasi norma-norma yang berlaku di masyarakat agar anak dapat hidup selaras dengan lingkungannya”.
8
“Dalam kegiatan memberikan pengasuhan ini, orang tua akan memberikan perhatian, peraturan, disiplin, hadiah dan hukuman serta tanggapan terhadap keinginan anaknya”, (Djamarah, 2014:52)
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh orang tua merupakan hubungan interaksi orang tua dengan anaknya yang melibatkan aspek sikap, nilai dan kepercayaan orang tua dengan anaknya sebagai upaya bentuk pengasuhan dan pemeliharaan.
2.1.2 Jenis Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh orang tua yang diterapkan kepada setiap anaknya sangatlah beragam, hal ini tergantung dengan latar pendidikan, latar ekonomi masing-masing keluarga. “Jenis pola asuh menurut Hurlock, juga Hardy & Heyes yaitu: 1) Pola asuh otoriter, 2) Pola asuh demokratis, dan 3) Pola asuh permissive”, (Muslich, 2011:100). Adapun penjelasan mengenai ketiga jenis pola asuh tersebut adalah berikut ini.
2.1.2.1 Pola Asuh Otoriter
9
“Pola asuh otoriter adalah gaya pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua yang selalu berusaha membentuk, mengontrol, mengevaluasi prilaku dan tindakan anak agar sesuai dengan aturan standar. Aturan tersebut biasanya bersifat mutlak yang dimotivasi oleh semangat teologis dan diberlakukan dengan otoritas yang tinggi. Kepatuhan anak merupakan nilai yang diutamakan, dengan memberlakukan hukuman manakala terjadi pelanggaran. Orang tua menganggap bahwa anak merupakan tanggung jawabnya, sehingga segala yang dikehendaki orang tua yang diyakini demi kebaikan anak merupakan kebenaran. Anak-anak kurang mendapat penjelasan yang rasional dan memadai atas segala aturan, kurang dihargai pendapatnya, dan orang tua kurang sensitif terhadap kebutuhan dan persepsi anak”, (Lestari, 2012:48-49).
“Pola asuh otoriter mempunyai ciri kekuasaan orang tua dominan, anak tidak diakui sebagai pribadi, kontrol terhadap tingkah laku anak sangat ketat, orang tua menghukum anak jika anak tidak patuh”, (Muslich, 2011:101). Pola asuh otoriter
biasanya merupakan cerminan dari orang tua yang terlalu menyayangi anaknya sehingga orang tua selalu menginginkan hal terbaik untuk anaknya namun hal terbaik dari sudut pandang dari orang tua. “Dalam pola asuh otoriter anak harus memenuhi keinginan dan kehendak orang tuanya. Pola asuh yang otoriter akan membentuk perilaku anak yang tertekan, pendiam, cemas dan menarik diri”, (Aqib, 2011:66).
Kemudian menurut Adek (2008) (dalam Suharsono, Aris dan Upoyo, 2009:115), mengemukakan bahwa “Pola asuh otoriter akan menghasilkan anak yang penakut,
pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri”. Jika anak merupakan anak yang selalu
10
menjelaskan bahwa, “Di sisi lain anak yang diasuh dengan pola asuh otorier cenderung
memiliki kompetensi dan tanggung jawab seperti orang dewasa”.
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pola asuh otoriter mempunyai kelebihan dan kekurangan. Dimana, kelebihan dari pola asuh otoriter ini akan menghasilkan anak yang mempunyai kemampuan dan tanggung jawab, kemudian kekurangan dari pola asuh otoriter ini akan menjadikan anak yang pendiam, menarik diri dan tidak berinisiatif dalam segala hal karena telah terbiasa mengikuti kehendak orang tuanya.
2.1.2.2 Pola Asuh Demokratis
Umumnya pola asuh demokratis diterapkan oleh orang tua yang pada hakikatnya menerima kehadiran anak dengan sepenuh hati dan memiliki sudut pandang atau wawasan kehidupan masa depan dengan jelas. Orang tua tidak hanya memikirkan masa sekarang, namun juga memahami bahwa masa depan harus dilandasi oleh tindakan-tindakan masa kini. Orang tua menghargai setiap pendapat yang di berikan anaknya. Dalam keluarga yang menerapkan pola asuh demokratis anak akan cenderung menghormati orang tua meskipun orang tua telah memberikan tanggung jawab padanya.
11
Pola asuh demokratis merupakan pola asuh alternatif yang bisa diterapkan dalam mengembangkan kreativitas anak. Di samping orang tua memberikan kebebasan anak untuk berkreativitas, tetapi orang tua selalu memberikan pengawasan. Mereka mengarahkan perilaku anak sesuai dengan kebutuhan anak agar memiliki sikap, pengetahuan dan keterampilan-keterampilan yang akan mendasari anak untuk mengarungi hidup dan kehidupan di masa mendatang.
Pola asuh demokratis ini mendorong anak untuk mandiri namun masih menerapkan batas dan kendali pada tindakan mereka. Pada pola asuh ini terjalin komunikasi yang baik antara anak dan orang tua, dimana orang tua melibatkan diri dan berdiskusi tentang masalah yang dialami anak. Orang tua biasa memberikan pujian apabila anak melakukan hal yang baik dan mengajarkan anak agar melakukan segala sesuatu secara mandiri dengan rasa tanggung jawab dan mencerminkan rasa kasih sayang.
“Pola asuh demokratis mempunyai ciri ada kerjasama antara orang tua dan anak, anak diakui sebagai pribadi, ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua, ada kontrol dari orang tua yang tidak kaku”, (Muslich, 2011:101). Komunikasi orang tua dengan
anak yang terjalin dengan baik akan membuat anak merasa nyaman, terbuka, percaya diri dan dihargai dalam setiap pengambilan keputusan suatu masalah. Sehingga, “pola asuh orang tua yang demokratis akan menghasilkan anak-anak yang dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan baik dengan teman dan terbuka pada orang tua”, (Aqib,
2011:66).
12
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang efektif dibandingkan dengan pola asuh otoriter dan pola asuh
permisive karena dalam pola asuh demokratis anak diakui keberadaannya dalam keluarga semua keputusan dalam menyelesaikan masalah keluarga anak selalu diikutsertakan sehingga komunikasi dalam pola asuh demokratis ini berjalan dengan baik dan tidak kaku. Namun, tidak menutup kemungkinan anak dengan pola asuh demokratis akan menjadi anak yang tidak mampu menyesuaikan diri jika berada pada lingkungan keluarga yang permisive atau otoriter karena dalam keluarga anak terbiasa dengan keadaan keluarga yang harmonis dan komunikasi yang baik.
Selanjutnya menurut Arkoff dikutip oleh Badingah dalam Muslich, (2011:102), berpendapat bahwa “anak yang dididik dengan cara demokratis umunya cenderung mengungkapkan agresivitasnya dalam tindakan-tindakan yang konstruktif atau dalam bentuk kebencian yang sifatnya sementara saja”.
2.1.2.3 Pola Asuh Permisive
13
“Pola asuh permisive ialah pola asuh yang biasanya dilakukan oleh orang tua yang terlalu baik, cenderung memberi banyak kebebasan pada anak-anak dengan menerima dan memaklumi segala perilaku, tuntutan dan tindakan anak, namun kurang menuntut sikap tanggung jawab dan keteraturan perilaku anak. Orang tua yang demikian akan menyediakan dirinya sebagai sumber daya bagi pemenuhan segala kebutuhan anak, membiarkan anak untuk mengatur dirinya sendiri dan tidak terlalu mendorongnya untuk mematuhi standar eksternal. Bila pembebasan terhadap anak sudah berlebihan dan sama sekali tanpa ketanggapan dari orang tua menandakan bahwa orang tua tidak peduli terhadap anak”, (Lestari, 2012 : 48).
“Pola asuh permisive mempunyai ciri dominasi anak, sikap longgar atau kebebasan dari orang tua, tidak ada bimbingan dan pengarahan dari orang tua, kontrol dan perhatian orang tua sangat kurang”, (Muslich, 2011:101). Pola asuh permisive
menjadikan anak berprilaku sesuai dengan keinginannya karena orang tua tidak pernah memberikan aturan ataupun arahan kepada anak sehingga anak tidak tahu apakah prilakunya benar atau salah karena sangat minimnya pengaturan dan pengarahan dari orang tua.
14
Selanjutnya Lutvita (2008) (dalam Suharsono, Aris dan Upoyo, 2009:115) mengemukakan bahwa anak yang diasuh secara permisive
mempunyai kecenderungan kurang berorientasi pada prestasi, egois, suka memaksakan keinginannya, kemandirian yang rendah, serta kurang bertanggung jawab. Anak juga akan berprilaku agresif dan antisosial, karena sejak awal tidak diajarkan untuk mematuhi peraturan sosial, tidak pernah diberi hukuman ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan orang tua.
Dari uraian-uraian diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa pola asuh
permisive merupakan pola asuh yang cenderung mengabaikan anak sehingga orang tua dalam keluarga terkesan tidak perduli dengan aktivitas anak baik dirumah maupun diluar rumah. Orang tua terlalu memberi kebebasan kepada anak dan komunikasi dalam keluarga pun berjalan kurang baik.
2.1.3 Dampak Penerapan Pola Asuh yang Salah dalam Keluarga
Penerapan pola asuh pada setiap masing-masing keluarga beragam, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan latar belakang pendidikan orang tua dan latar belakang ekonomi keluarga. Jika Penerapan pola asuh dalam keluarga tidak dipertimbangkan dan tidak disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan serta kepribadian anak maka pola asuh mempunyai dampak yang berarti bagi perkembangan anak baik di lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.
Menurut Megawangi (dalam Muslich, 2011:105) mengemukakan dampak yang ditimbulkan dari salah asuh akan menghasilkan anak-anak yang mempunyai kepribadian bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah. Dampak tersebut dapat diuraikan antara lain:
15
orang disekitarnya. Ia kelihatan sangat mandiri, tetapi tidak hangat dan tidak disenangi oleh orang lain
2. Secara emosional tidak responsif, dimana anak yang ditlak akan tidak mampu memberikan cinta kepada orang lain.
3. Berperilaku agresif, yaitu selalu ingin menyakiti orang baik secara verbal maupun fisik.
4. Menjadi minder, merasa diri tidak berharga dan berguna
5. Selalu berpandangan negatif pada lingkungan sekitarnya, seperti rasa tidak aman, khawatir, minder, curiga dengan orang lain dan merasa orang lain sedang mengkritiknya.
6. Ketidakstabilan emosional, yaitu tidak toleran atau tidak tahan terhadap stress, mudah tersinggung, mudah marah, dan sifat yang tidak dapat diprediksi oleh orang lain.
7. Keseimbangan antara perkembangan emosional dan intelektual. Dampak negatif lainnya dapat berupa mogok belajar dan bahkan dapt memicu kenakalan remaja, tawuran dan lainnya.
8. Orang tua yang tidak memberikan rasa aman dan terlalu menekan anak, akan membuat anak merasa tidak dekat, dan tidak menjadikan orang tuanya sebagai “role model” anak akan lebih percaya kepada “peer group”nya sehingga mudah terpengaruh dengan pergaulan negatif.
2.2Prestasi Belajar
2.2.1 Pengertian Prestasi Belajar
Pada umumnya dalam proses belajar yang ingin siswa capai ialah untuk mendapatkan hasil yang optimal sehingga dalam diri siswa akan timbul rasa bangga dan puas karena telah dapat mencapai prestasi yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan. Prestasi yang telah diperoleh akan menjadi motivasi bagi teman-teman yang lain untuk dapat memperoleh prestasi yang sama.
16
definisi prestasi menurut Djamarah, (2012:19), “prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok”.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan suatu pencapaian hasil yang telah dicapai melalui suatu proses tertentu baik yang berkaitan dengan hal yang dikerjakan secara individu maupun kelompok.
“Adapun pengertian dari belajar itu sendiri adalah suatu proses perubahan dari situasi dan kondisi yang “tidak “ atau “kurang” baik menuju ke situasi dan kondisi yang “lebih” baik”, (Muliawan, 2012 : 13). Skinner, seperti yang dikutip Barlow (1985)
dalam bukunya Educational Psychology: The Teaching-Learching Process, berpendapat bahwa “belajar adalah suatu proses adaptasi (penyesuaian tingkah laku) yang berlangsung secara progresif”, (Syah, 2013:64). Kemudian belajar menurut Djamarah (2012:21) merupakan “suatu aktivitas yang dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah dipelajari”.
Berdasarkan definisi-definisi tersebut maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan perubahan dari dalam individu dari yang belum tahu menjadi tahu melalui materi yang telah dipelajarinya. Winkel (Hamdani, 2011:138), mengemukakan bahwa “prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang. Dengan demikian, prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar”.
17
(2012:23) yaitu “hasil yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas dalam belajar”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat peneliti simpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil maksimal yang telah di capai seseorang dari suatu proses pembelajaran yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu dari yang kurang baik menjadi lebih baik.
2.2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Dalam usaha untuk memperoleh prestasi belajar yang diinginkan terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi baik dari dalam diri anak maupun dari luar diri anak yang hendaknya diperhatikan dengan baik terutama perlu diperhatikan oleh orang tua jika menginginkan anak mendapat prestasi yang baik.
“Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang di harapkan, maka ada beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar yaitu faktor dari dalam (intern) dan faktor dari luar (ekstern)”, (Hamdani, 2011:139). Adapun uraiannya dijelaskan dibawah
ini:
1) Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang terdapat dalam diri siswa. Faktor ini antara lain seperti kecerdasan (intelegensi), faktor jasmaniah atau faktor fisiologis, sikap, minat, bakat dan motivasi.
18
dalam kegiatan belajar mengajar. Kecerdasan yang anak miliki merupakan salah satu hal yang turut menentukan dalam mencapai keberhasilannya dalam proses belajar mengajar sehingga akan memperoleh prestasi yang optimal. Kemudian, Slameto (2013:56) mengatakan bahwa “intelegensi besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar”. Jadi, Tingkat intelegensi sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Semakin tinggi intelegensi seorang siswa, semakin tinggi pula peluang untuk meraih prestasi yang tinggi.
Kondisi jasmaniah atau fisiologis pada umunya sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Slameto (2013:54-55), berpendapat bahwa faktor jasmaniah terdiri dari faktor kesehatan dan cacat tubuh. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Kemudian, keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Selanjutnya, Uzer dan Lilis (dalam Hamdani, 2011:140) mengatakan bahwa “faktor jasmaniah yaitu pancaindra yang tida
berfungsi sebagaimana mestinya seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna, berfungsinya kelenjar yang membawa kelainan tingkah laku”. Jadi, faktor jasmaniah atau faktor fisiologis mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar, sehingga jasmani hendaknya dipelihara dan diperhatikan dengan baik.
19
sesama siswa atau gurunya tidak akan mempunyai kemauan untuk belajar. Jadi dapat disimpulkan bahwa sikap adalah hal yang turut menunjang dalam keberhasilan belajar seseorang jika sikap yang dimiliki seseorang tersebut merupakan sikap yang baik yaitu sikap yang menyadari bahwa belajar adalah kewajibannya sebagai pelajar.
Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap belajar atau kegiatan. Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan slah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila sseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu, akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai, Hamdani (2011:141). Kemudian, menurut Slameto (2013:57) mengemukakan bahwa minat besar pengaruhnya terhadap belajar, karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak sesuai dengan minat siswa, siswa tidak akan belajar dengan sebaik-baiknya, karena tidak ada daya tarik baginya. Dari uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses belajar minat berperan penting untuk menjadikan seseorang tertarik terhadap bahan ajar yang diberikan sehingga prestasi belajar yang diperoleh akan optimal.
20
belajar belajarnya lebih baik. Jadi, dapat disimpulkan bahwa bakat yang ada dalam diri seseorang turut menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar di sekolah. Orang tua hendaknya memperhatikan dan mengembangkan bakat yang telah ada dalam diri anaknya agar bakat yang dimiliki anak terus berkembang sesuai dengan kemampuannya.
Selanjutnya, Menurut Hamdani (2011:142), Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Kuat lemahnya motivasi belajar turut memengaruhi keberhasilan belajar. Oleh karena itu, motivasi belajar perlu diusahakan, terutama yang berasala dari dalam diri dengan cara memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus dihadapi untuk mencapai cita-cita. Motivasi akan berkembang dan tumbuh jika seseorang mempunyai motif tertentu dalam suatu hal misalnya belajar. Motivasi mempunyai kaitan yang erat dengan motif, karena keduanya merupakan hal yang berperan dalam proses belajar untuk mencapai suatu tujuan . Motivasi dalam diri seseorang dapat timbul jika dalam dirinya terdapat motif . Sedangkan Slameto (2013:58), berpendapat bahwa dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan/menunjang belajar. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa motif yang ada pada diri siswa hendaknya diperhatikan dengan baik sehingga motivasi dapat timbul dengan baik.
Faktor intern merupakan faktor yang penting berasal dari dalam diri individu tersebut. Dengan demikian prestasi belajar akan mencapai hasil yang optimal jika faktor
21
mampu mengembangkan atau setidaknya memahami faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.
2) Faktor Ekstern
Faktor Ekstern adalah faktor yang terdapat dari luar diri siswa. Menurut Slameto (2013:60), faktor ekstern yang dapat mempengaruhi belajar adalah faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan, Hamdani (2011:143). Sebagaimana yang dijelaskan Slameto (2013:61), bahwa keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Keluarga merupakan bentuk upaya untuk pendidikan kecil, namun berwala dari pendidikan kecil itulah nantinya akan mempengaruhi pendidikan, yaitu pendidikan bangsa, negara dan dunia. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang terdorong untuk belajar secara aktif karena rasa aman merupakan slah satu kekuatab pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Berdasarkan pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa faktor keluarga adalah faktor yang mempunyai dampak yang besar bagi pendidikan anak di sekolah, jika pendidikan yang diterapkan dalam keluarga baik maka pendidikan sekolah pun akan mengikuti dan anak pun akan memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
22
siswa, alat-alat pelajaran dan kuikulum. Hubungan anatara guru dan siswa yang kurang baik akan mempengaruhi hail-hasil belajarnya. Adapun menurut Slameto (2013:64-69), faktor sekolah terdiri dari metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah. Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa segala hal yang berkaitan dengan sekolah maka hendaknya diperhatikan untuk menciptakan rasa aman pada diri siswa sehingga ia termotivasi untuk belajar dengan baik.
23
dimana ia tinggal, orang tua hendaknya senantiasa melakukan pengawasan yang cukup ketika anak berada dilingkungan masyarakat.
Faktor ekstern merupakan faktor yang juga perlu diperhatikan untuk mencapai prestasi yang optimal, karena faktor ekstern tidak kalah pentingnya dengan faktor
intern. Keadaan keluarga, masyarakat dan sekolah juga perlu diperhatikan oleh orang tua jika menginginkan prestasi belajar yang baik.
2.2.3 Batas Minimal Prestasi Belajar
Batas minimal merupakan patokan prestasi belajar yang diperoleh siswa dari prestasi belajar yang rendah sampai dengan prestasi belajar yang tinggi. Dengan memberikan batasan minimal prestasi belajar maka prestasi belajar dapat diukur dengan baik.
“Guru perlu mengetahui bagaimana kiat menetapkan batas minimal keberhasilan belajar para siswanya. Hal ini penting karena mempertimbangkan batas terendah prestasi siswa yang dianggap berhasil dalam arti luas bukanlah perkara mudah”, (Syah,2013:221). “Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar”, (Hamdani, 2011:146) yaitu:
a. Norma skala angka dari 0-10 b. Norma skala angka dari 0-100
24
setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi terget minimal keberhasilan belajar, (Hamdani, 2011:146)
Jadi, batas minimal prestasi belajar hendaknya perlu ditetapkan dan dimengerti oleh guru sehingga prestasi belajar siswa akan terukur dan akan diketahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran yang di ikuti oleh siswa serta akan diketahui batas terendah prestasi belajar siswa.
2.2.4 Prestasi Belajar Sebagai Hasil Penilaian dan Alat Motivasi
2.2.4.1Prestasi Belajar Sebagai Hasil Penilaian
Prestasi belajar sebagai hasil penilaian berarti dengan penilaian maka prestasi belajar akan terlihat sehingga hal ini berkaitan dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan sebagai tindakan yang dilakukan untuk mengetahui perkembangan-perkembangan yang telah dicapai siswa dalam belajar yang nantinya akan terlihat melalui prestasi belajar belajar yang diperoleh.
Menurut Djamarah (2012:24) mengemukakan bahwa penilaian adalah sebagai aktivitas dalam menentukan tinggi rendahnya prestasi belajar itu sendiri. Sebenarnya bila pembicaraan ini membahas masalah penilaian, maka mau tak mau pembicaraan juga harus membahas masalah evaluasi, sebab masalah evaluasi merupakan suatau tindakan untuk menentukan nilai segala sesuatu dalam pendidikan. Penilaian itu sendiri merupakan terjemahan dari kata evaluasi.
25
guru yang ingin mengetahui dan mengukur sampai dimana penguasaan materi yang telah di siswa dapatkan.
2.2.4.2Prestasi Belajar Belajar sebagai Alat Motivasi
Prestasi belajar juga merupakan alat motivasi karena siswa pada dasarnya terdorong dalam belajar untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Semua siswa menginginkan mendapat prestasi yang baik sehingga keinginan inilah yang dijadikan alat motivasi bagi siswa untuk mencapai keinginannya tersebut.
Motivasi tidak bisa dipisahkan dari aktivitas belajar siswa. Siswa tidak akan mempelajari sesuatu bila hal itu tidak menyentuh kebutuhannya. Kebutuhan dan motivasi adalah dua hal yang saling berhubungan, sebab manusia hidup pada dasarnya tidak lepas dari berbagai kebutuhan. Kebutuhan itulah nantinya mendorong manusia untuk senantiasa berbuat dan mencari sesuatu. Seluruh aktivitas belajar siswa adalah untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Setiap siswa pasti tidak ingin memperoleh prestasi belajar yang jelek. Oleh karena itu, setiap siswa berlomba-lomba untuk mencapainya dengan suatu usaha yang dilakukan seoptimal mungkin. Dalam hal yang demikian, maka prestasi belajar bisa dikatakan sebagai kebutuhan yang memunculkan motivasi dari daam diri siswa untuk selalu belajar, (Djamarah,2012:27).
Jadi, pada dasarnya masing-masing siswa mempunyai motivasi sesuai dengan kemauan yang ada pada diri siswa tersebut. Semakin besar motivasi yang dimiliki maka semakin akan memicu semangatnya untuk belajar dan hal ini akan memberikan dampak pada prestasi yang diperolehnya.
2.3 Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Prestasi Belajar
26
“Orang tua adalah pendidik dalam keluarga. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka. Dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Oleh karena itu, bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga”, (Djamarah,2014:162)
Cara mendidik orang tua dalam keluarga salah satunya tampak pada pola asuh yang diterapkannya dalam keluarga. Pola asuh orang tua akan tercermin pada sikap, kepribadian serta juga tercermin pada prestasi belajar yang dicapai anak dalam pendidikannya di sekolah. Jika pola asuh yang diterapkan dalam keluarga baik maka prestasi yang dicapai akan baik juga begitu pun sebaliknya, jika pola asuh yang diterapkan dalam keluarga kurang baik maka prestasi yang akan dicapai anak pun akan kurang optimal.
27 2.4 Kajian Terdahulu yang Relevan
Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Safitri dan Hidayati yang diakses pada tanggal 25 Februari 2015 dengan judul Hubungan Antara Pola asuh Orang Tua Dengan Tingkat Depresi Remaja Di SMK 10 November Semarang. Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai sebesar 33,318 dengan nilai p sebesar 0,000 < α (0,05).
Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antar pola asuh orang tua dengan tingkat depresi pada remaja di SMK 10 November Semarang.
Penelitian terdahulu yang juga pernah dilakukan oleh Suharsono, Aris dan Upoyo yang diakses pada tanggal 25 Februari 2015 dengan judul Hubungan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Kemampuan Sosialisasi Pada Anak Prasekolah Di TK PERTIWI PURWOKERTO UTARA. Hasil analisis diketahui bahwa nilai p= 0,000, yaitu p < α
(0,05) sehingga dapat dikatakan bahwa, ada hubungan antara pola asuh orang tua terhadap kemampuan sosialisasi pada anak prasekolah di TK Pertiwi Purwokerto Utara.
bersama-28
sama tingkat hubungan yang dimiliki adalah sangat kuat. Oleh karena itu maka diperoleh kontribusi kedua faktor tersebut secara bersama-sama adalah 70,56%.
Perbedaan antara penelitian-penelitian diatas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu pada lokasi penelitian. Sedangkan persamaan antara penelitian-penelitian diatas dengan penelitian yang akan peneliti lakukan yaitu terletak pada variabel X penelitian.
2.5 Anggapan Dasar
Anggapan dasar dari penelitian ini adalah pola asuh orang tua mempunyai hubungan dengan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang.
2.6 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian disusun sebagai berikut :
Ha : Ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas VIII
SMP Setia Darma Palembang.
Ho : Tidak ada hubungan antara pola asuh orangtua dengan prestasi belajar siswa kelas
VIII SMP Setia Darma Palembang.
2.7 Kriteria Pengujian Hipotesis
Kriteria Pengujian Hipotesis penelitian yaitu : Jika rhitung > dari rtabel maka Ha diterima
29 BAB III
PROSEDUR PENELITIAN
3.1 Variabel Penelitian
Penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Adapun variabel bebasnya adalah pola asuh orang tua yang dilambangkan dengan (X) dan variabel terikatnya adalah prestasi belajar yang dilambangkan dengan (Y).
3.2 Defenisi Operasional Variabel
“Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan atas sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati (diobservasi)”, (Suryabrata, 2013:29). Sebelum
melakukan penelitian penulis memberikan batasan berdasarkan tujuannya. Adapun definisi operasional variabel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Pola asuh orang tua adalah suatu hubungan interaksi antara orang tua dengan anaknya yang melibatkan aspek sikap, nilai dan kepercayaan orang tua sebagai bentuk dan upaya pengasuhan dan pemeliharaan. Dalam penelitian ini, variabel pola asuh (X) akan dioperasionalkan melalui angket tertutup dengan lima alternatif jawaban dan masing-masing alternatif jawaban memiliki interval skor dari 5 sampai dengan 1. Kemudian untuk melakukan uji instrumen angket variabel X akan digunakan rumus korelasi product moment.
30
belajar. Dalam penelitian ini, variabel prestasi belajar siswa (Y) akan dioperasionalkan melalui nilai raport siswa semester ganjil. Kemudian data yang diperoleh ditabulasikan dan dihitung dengan menggunakan rumus korelasi product moment.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Sugiyono (2014:80), Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk di pelajari kemudian di tarik kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang atas rekomendasi dari guru Bimbingan dan Konseling SMP Setia Darma Palembang dikarenakan bahwa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang merupakan kelas yang lebih mempunyai prestasi yang bervariatif, adapun populasi dapat dinyatakan dengan tabel sebagai berikut :
TABEL 1 : POPULASI PENELITIAN
Kelas
Jenis kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
VIII.1 17 17 34
VIII.2 16 16 32
VIII.3 17 14 31
Jumlah 50 47 97
31 3.3.2 Sampel Penelitian
Menurut Sugiyono, (2014 : 49), “Sampel adalah sebagian dari populasi
itu”. “Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan
untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul
representatif (mewakili)”, (Sugiyono, 2014:81). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan yaitu teknik cluster sampling, maka untuk mentukan kelas Sampel dalam penelitian ini akan ditentukan dengan cara mengundi kelas VIII yang berjumlah empat kelas. Dari hasil undian tersebut sampel penelitian ini adalah siswa kelas VIII.2 SMP Setia Darma Palembang, dinyatakan dengan tabel sebagai berikut:
TABEL 2 : SAMPEL PENELITIAN
Kelas Jenis kelamin Jumlah
Laki-laki Perempuan
VIII.2 16 16 32
Jumlah 16 16 32
3.4 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif, dengan pendekatan korelasi.
“Metode Kuantitatif adalah metode penelitian yang data penelitiannya berupa angka
-angka dan analisis menggunakan statistik”, (Sugiyono, 2014:7). Dalam penelitian ini
data yang akan diuji merupakan data yang berbentuk interval atau ratio karena untuk
setiap aspek pola asuh peneliti menentukan skor, kemudian skor -skor untuk keseluruhan
aspek dijumlahkan sehingga akan ada pengujian korelasi dengan menggunakan rumus
32
digunakan untuk menguji hipotesis hubungan antara satu variabel independen (X)
dengan satu dependen (Y)”, (Sugiyono, 2014: 153). Sehingga dengan metode ini
peneliti akan membuktikan bahwa ada hubungan antara pola asuh orang tua (Y)
terhadap prestasi belajar siswa (X).
3.5 Teknik Pengumpulan Data
3.5.1 Angket atau Kuesioner
“Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk
memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau
hal-hal yang ia ketahui”, (Arikunto, 2013 : 194).
“Angket ialah daftar pernyataan atau pertanyaan yang dikirimkan kepada
responden, baik secara langsung atau tidak langsung (melalui pos atau perantara)”,
(Usman dan Akbar, 2014:57).
Kemudian menurut Sutoyo, (2012 : 189) “angket atau kuesioner didefinisikan
sebagai sejumlah pertanyaan atau pernyataan tertulis tentang data factual atau opini
yang berkaitan dengan diri responden, yang dianggap fakta atau kebenaran yang
diketahui dan perlu dijawab oleh responden”.
Teknik yang digunakan dengan angket ini yaitu dengan menggunakan pertanyaan –
pertanyaan tertutup yang belum divalidasi berjumlah 37 pertanyaan. Angket yang di
berikan kepada siswa yang termasuk kedalam sampel ini berbentuk pernyataan Skala
33 TABEL 3
Kisi-kisi Angket Pola Asuh Orang Tua
Variabel Indikator Nomer Item Jumlah Item
Pola Asuh
Orang Tua
1. Perhatian Orang tua 1, 2, 3, 4, 5, 31, 32, 35 8
2. Pemberian
kesempatan pada
anak untuk
berkembang
6, 7, 8, 9, 10, 27, 33
7
3. Penetapan aturan keluarga
11, 12, 13, 14, 15, 27, 30, 34, 37
9
4. Penyelesaian dan pengambilan
keputusan
16, 17, 18, 19, 20 5
34
data primer atau data yang langsung didapat dari pihak pertama, (Usman dan Akbar, 2014:69).
Peneliti menggunakan dan menggumpulkan data-data tentang: a. Data atau absensi siswa kelas VIII SMP Setia Darma Palembang b. Nilai raport siswa semester ganjil
c. Dokumentasi atau foto-foto pelaksanaan Penelitian
3.6 Hasil Uji Coba Instrumen
Instrumen dibuat dalam bentuk tes skala likert sebanyak 37 butir (item), dimana setiap butir disiapkan 5 interval jawaban. Jawaban terendah diberi skor 1 dan jawaban tertinggi diberi skor 5. Perangkat instrumen yang telah dibuat, sebelum disebarkan kepada responden (siswa), maka perangkat instrumen tersebut terlebih dahulu di uji cobakan. Perangkat instrumen yang diuji cobakan itu disebut dengan perangkat instrumen sementara, karena kemungkinan besar setelah perangkat tersebut di uji cobakan, masih ada butir-butir instrumen yang perlu diperbaiki atau dibuang bahkan dihilangkan.
3.6.1 Uji Validitas
35
moment untuk validitasnya. Instrumen yang diujikan sebanyak 37 item diujikan kepada 20 orang siswa kelas VIII SMP SETIA DARMA Palembang.
Setelah diketahui skor dari setiap butir instrumen, maka tahap selanjutnya yaitu menentukan koefisien untuk mengetahui validitas dari tiap butir instrumen yang telah dibuat. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas yang tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah, (Arikunto, 2013:211). Berikut cara perhitungan untuk menentukan validitas koefisien korelasi pada butir instrumen nomor 1:
TABEL 4
PERHITUNGAN KORELASI UNTUK BUTIR INSTRUMEN
POLA ASUH ORANG TUA VARIABEL (X)
Pernyataan Butir 1 Variabel X
(Uji Coba Instrumen)
36
7 07 2 95 4 9025 190
8 08 3 117 9 13689 351
9 09 5 149 25 22201 745
10 10 5 165 25 27225 825
11 11 4 150 16 22500 600
12 12 4 128 16 16384 512
13 13 5 171 25 29241 855
14 14 4 147 16 21609 588
15 15 3 117 9 13689 351
16 16 5 164 25 26896 820
17 17 5 163 25 26569 815
18 18 5 137 25 18769 685
19 19 2 103 4 10609 206
20 20 3 150 9 22500 450
JUMLAH 81 2853 347 415853 11910
Keterangan:
X = Skor Instrumen Uji Coba Y = Skor Total
XY = Skor Instrumen dikalikan Skor Total
37 Untuk menentukan koefisien korelasi:
diolah dengan rumus seperti diatas. Perhitungan koefisien korelasi dilakukan sebanyak 37 kali sesuai dengan butir dari angket Dari hasil perhitungan masing-masing skor instrumen variabel X tersebut diperoleh hasil sebagai berikut:
TABEL 5
HASIL PENGUJIAN VALIDITAS INTRUMENT VARIABEL X
POLA ASUH ORANG TUA
38
6 0,495 0,444 rhitung > rtabel Valid
7 0,913 0,444 rhitung > rtabel Valid
8 0,892 0,444 rhitung > rtabel Valid
9 0,804 0,444 rhitung > rtabel Valid
10 0,912 0,444 rhitung > rtabel Valid
11 0,804 0,444 rhitung < rtabel Valid
12 0,890 0,444 rhitung > rtabel Valid
13 0,804 0,444 rhitung > rtabel Valid
14 0,713 0,444 rhitung > rtabel Valid
15 0,754 0,444 rhitung > rtabel Valid
16 0,913 0,444 rhitung > rtabel Valid
17 0,663 0,444 rhitung > rtabel Valid
18 0,424 0,444 rhitung > rtabel Tidak Valid*)
19 0,799 0,444 rhitung > rtabel Valid
20 0,668 0,444 rhitung > rtabel Valid
21 0,169 0,444 rhitung < rtabel Tidak Valid*)
22 0,913 0,444 rhitung > rtabel Valid
23 0,428 0,444 rhitung > rtabel Tidak Valid*)
24 0,799 0,444 rhitung > rtabel Valid
25 0,508 0,444 rhitung < rtabel Valid
26 0,449 0,444 rhitung > rtabel Valid
39
28 0,560 0,444 rhitung > rtabel Valid
29 0,740 0,444 rhitung < rtabel Valid
30 -0,101 0,444 rhitung < rtabel Tidak Valid*)
31 -0,225 0,444 rhitung < rtabel Tidak Valid*)
32 0,291 0,444 rhitung > rtabel Tidak Valid*)
33 0,419 0,444 rhitung < rtabel Tidak Valid*)
34 -0,044 0,444 rhitung > rtabel Tidak Valid*)
35 0,065 0,444 rhitung > rtabel Tidak Valid*)
36 0,786 0,444 rhitung > rtabel Valid
37 0,740 0,444 rhitung > rtabel Valid
*)Dibuang
Dari tabel 5 diatas dapat dibaca bahwa, korelasi butir soal nomor 1 dengan skor total = 0,867 dan seterusnya. Korelasi yang digunakan adalah korelasi Product Moment. Syarat minimum untuk dianggap memenuhi syarat adalah jika rxy sama dengan atau lebih besar (≥) nilai rtabel yaitu 0,444 untuk taraf 5%. Jadi jika korelasi antara butir soal
dengan skor total kurang dari (<) rtabel 0,444 untuk taraf 5%, maka butir dalam
instrumen tersebut dinyatakan tidak valid.
40 3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik, (Arikunto, 2013:221). Suatu tes dikatakan reliabel apabila tes tersebut mempunyai ketepatan hasil, artinya jika dikenakan pada objek yang sama pada lain waktu hasilnya tetap.
3.6.2.1 Uji Reliabilitas Pola Asuh Orang Tua (Variabel X)
Uji reliabilitas dilakukan dengan teknik split half (teknik belah dua) melalui dua belahan yaitu belahan pertama (ganjil) dan belahan kedua (genap). Pada belahan pertama menghitung koefisien korelasi dengan product moment, selanjutnya pada belahan kedua dicari dengan memasukan hasil perhitungan belahan pertama (ganjil) kedalam rumus Spearman Brown. Berikut akan ditampilkan tabel untuk perhitungan uji reliabilitas dengan teknik belah dua ganjil dan genap.
TABEL 6
SKOR HASIL UJI COBA ANGKET
KELOMPOK ITEM GANJIL DAN GENAP VARIABEL X
41
3 03 82 79 6724 6241 6478
4 04 69 65 4761 4225 4485
5 05 85 83 7225 6889 7055
6 06 74 68 5476 4624 5032
7 07 51 44 2601 1936 2244
8 08 57 60 3249 3600 3420
9 09 85 64 7225 4096 5440
10 10 86 79 7396 6241 6794
11 11 79 71 6241 5041 5609
12 12 62 66 3844 4356 4092
13 13 88 83 7744 6889 7304
14 14 75 72 5625 5184 5400
15 15 66 51 4356 2601 3366
16 16 82 82 6724 6724 6724
17 17 81 82 6561 6724 6642
18 18 65 72 4225 5184 4680
19 19 52 51 2704 2601 2652
20 20 75 75 5625 5625 5625
42 Untuk menentukan koefisien korelasi:
2 menunjukan tingkat reabilitasnya. Oleh karena itu untuk mengetahui reabilitas seluruh item di atas, maka dianalisis dengan rumus Spearman Brown sebagai berikut:
Dengan demikian, hasil yang diperoleh adalah reliabel karena dianggap memenuhi syarat yaitu jika rxy sama dengan atau lebih besar (≥) rtabel yaitu 0,450 untuk taraf 5%,
43 3.7 Teknik Analisis Data
Teknik yang di gunakan untuk menganalisis data yang telah diperoleh dalam penelitian ini yaitu menggunakan rumus korelasi product moment. Penelitian ini bersifat kuantitatif untuk mengetahui hubungan pola asuh orangtua (X) terhadap prestasi belajar siswa (Y). Rumus yang digunakan dalam perhitungan korelasi product moment:
2
Adapun tahapan analisis data yang akan dilakukan yaitu:
1. Melakukan analisis terhadap nilai rata-rata variabel pola asuh orang tua (X) 2. Melakukan analisis terhadap nilai rata-rata variabel prestasi nilai belajar siswa (Y) 3. Melakukan analisis korelasi variabel pola asuh orang tua (X) dengan prestasi hasil
belajar siswa (Y)
4. Membuktikan hipotesis penelitian
Untuk mengetahui seberapa besar hubungan antara variabel X dan variabel Y dapat dilihat pada Tabel 7 sebagai berikut:
TABEL 7
PEDOMAN UNTUK MEMBERIKAN INTERPRESTASI KOEFESIEN KORELASI
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199 Sangat Rendah
0,20 – 0,399 Rendah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,800 – 0,1000 Sangat Kuat
44 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
Data variabel X (pola asuh orang tua) yang penulis peroleh melalui instrumen dibuat dalam bentuk tes skala likert sebanyak 25 soal dengan menggunakan alternative jawaban yaitu: SS, S, KS, TS dan STS yang masing-masing mempunyai bobot ketentuan yaitu:
a. Alternatif SS dengan nilai 5 b. Alternatif S dengan nilai 4 c. Alternatif KS dengan nilai 3 d. Alternatif TS dengan nilai 2 e. Alternatif STS dengan nilai 1
Dalam penelitian ini, angket disusun sesuai dengan aspek-aspek dan pembatasan mengenai apa yang hendak diselidiki yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Penyebaran angket ini penulis lakukan pada siswa kelas VIII.2 SMP Setia Darma Palembang yang telah penulis tetapkan sebagai sampel dalam penelitian ini. Setelah semua data dihimpun, data tersebut di olah dengan menggunakan metode korelasi dengan menggunakan rumus product moment sebagai berikut:
45 N = Jumlah subyek penelitian
XY = Jumlah perkalian antara skor X dan skor Y X = Jumlah skor variabel X
4.1.1 Data yang di Peroleh melalui Angket
Data yang di peroleh melalui angket sesuai dengan masing-masing bobot dari nilai angket, untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 8
HASIL PENYEBARAN DAFTAR NILAI ANGKET
No Nama
Jumlah Alternatif yang dipilih dan Nilai Jumlah
46
8 Sonia Hatina 3 15 - - 21 63 1 2 - - 80
9 Sri Juniarti 22 110 1 4 - - 2 4 - - 118
10 Haryani 22 110 - - 3 9 - - - - 119
11 Indah Dwi Lestari 6 30 18 72 1 3 - - - - 105
12 Julia Puspita Sari - - 17 68 1 3 3 6 4 4 81
13 Kalyana Tantri 23 115 2 8 - - - 123
14 Melinda Masha 9 45 10 40 2 6 4 8 - - 99
15 Nova Eranda 1 5 9 36 9 27 1 2 5 5 75
16 Salsabilah 19 95 1 4 5 15 - - - - 114
17 Abdul Rahman 20 100 5 20 - - - 120
18 Alan Refaldi 12 60 1 4 12 36 - - - - 100
19 Arjun Pratama - - 8 32 - - 14 28 3 3 63
20 Indra Saputra 13 65 11 44 - - 1 2 - - 111
21 Octa Rizky Dwi.P 3 15 19 76 3 9 - - - - 100
22 Rahmad Kurnia.T 3 15 21 84 1 3 - - - - 102
23 Rahmad Saputra 16 80 6 24 3 9 - - - - 113
24 Rama Wardana 2 10 18 72 1 3 4 8 - - 93
25 Deny Saputra 16 80 5 20 4 12 - - - - 112
26 Eric Saputra 5 25 19 76 1 3 - - - - 104
27 Farhan Muttaqin 1 5 4 16 2 6 18 36 - - 63
28 Gintar Ramadhan 3 15 2 8 18 54 2 4 - - 81
47
30 Niko Reynaldi.R 22 110 - - 3 9 - - - - 119
31 Nurhadi 6 30 17 68 2 6 - - - - 104
32 Nizbahul ikhwany 1 5 16 64 3 9 3 6 2 2 86
Jumlah 3181
Rata-Rata (Mean) 99,41
48 TABEL 9
DESKRIPSI PENCAPAIAN SKOR
UNTUK VARIABEL POLA ASUH ORANGTUA
No. Uraian Skor
1. Jumlah skor 3181
2. Mean (Skor rata-rata) 99,41 3. Skor tertinggi (maksimum) 123 4. Skor terendah (minimun) 58 5. Skor tengah (Median) 102,5 6. Skor sering muncul (Modus) 100
8. N 32
Berdasarkan tabel di atas terlihat skor terendah 58 sampai dengan skor tertinggi 123, dengan jumlah skor yaitu 3181, rata-rata (M) 99,41, modus (Mo) 100, dan median (Me) 102,5. Adapun untuk menentukan persentase skor rata-rata variabel pola asuh orang tua dapat dicari dengan menggunakan rumus:
P = P =
49
TABEL 10
INTERPRESTASI PRESENTASE SKOR
Interval Kategori
81% - 100% Sangat Tinggi
61% - 80% Tinggi
41% - 60% Cukup
21% - 40% Rendah
0% - 20% Sangat Rendah Sumber:http://akbar_maulana_bab_iii.pdf
Berdasarkan tabel diatas maka 99,41% masuk kedalan kategori sangat baik yaitu dengan interval 81% - 100%.
4.1.2 Data yang di Peroleh dari Prestasi Belajar Siswa
Data yang di peroleh berdasarkan prestasi belajar siswa, untuk lebih jelas dapat di lihat pada tabel di bawah ini:
TABEL 11
PRESTASI BELAJAR SISWA SAMPEL
KELAS VIII.2 SMP SETIA DARMA PALEMBANG
No Nama Siswa L/P Kelas Nilai
1. Ani Riyani P VIII.2 79,69
2. Anisa Putri P VIII.2 73
3. Lili Andri Yani P VIII.2 82,83
50
5. Marsyah Gustiani P VIII.2 81,23
6. Rosi Sasmita P VIII.2 66,56
7. Sindi Antika P VIII.2 72,84
8. Sonia Hatina P VIII.2 77,49
9. Sri Juniarti P VIII.2 82,16
10. Haryani P VIII.2 80,15
11. Indah Dwi Lestari P VIII.2 81,48
12 Julia Puspita Sari P VIII.2 82,53
13. Kalyana Tantri P VIII.2 85,67
14. Melinda Masha P VIII.2 78,23
15. Nova Eranda P VIII.2 75,58
16. Salsabilah P VIII.2 79,22
17. Abdul Rahman L VIII.2 84,12
18. Alan Refaldi L VIII.2 82,69
19. Arjun Pratama L VIII.2 74,75
20. Indra Saputra L VIII.2 76,31
21. Octa Rizky Dwi.P L VIII.2 72,62
22. Rahmad Kurnia.T L VIII.2 80,77
23. Rahmad Saputra L VIII.2 80,23
24. Rama Wardana L VIII.2 82,08
25. Deny Saputra L VIII.2 76