Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN
TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA
BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus Di SMP Pasundan 3 Bandung Kelas VIII Kota Bandung)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada
Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Oleh:
Gina Nurtya Lestari
1001392
JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN
TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA
BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH (Studi Kasus Di SMP Pasundan 3 Bandung Kelas VIII Kota Bandung)
Oleh:
GINA NURTYA LESTARI
1001392
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana pada Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
© Gina Nurtya Lestari 2014
Universitas Pendidikan Indonesia
2014
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya maupun sebagian, dengan
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
LEMBAR PENGESAHAN
GINA NURTYA LESTARI 1001392
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN
TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA
BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
(Studi Kasus Di SMP Pasundan 3 Bandung Kelas VIII Kota Bandung)
Disetujui dan disahkan oleh:
Pembimbing II
Dra. Hj. Dartim Nan Sati NIP 13051477600
Mengetahui
Ketua Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan
Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed. NIP 19630820 198803 1 001
Pembimbing I
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
GINA NURTYA LESTARI (1001392). SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER
SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH. (Studi Kasus Di SMP Pasundan 3 Bandung Kelas VIII Kota Bandung).
Keluarga Broken Home adalah keluarga yang tidak mampu menjalankan fungsi dan perannya sebagai suatu keluarga yang baik dan harmonis. Dampak dari kondisi keluarga seperti itu akan membentuk dan menumbuh kembangkan karakter anak yang cenderung kurang baik. Kasus keluarga Broken Home ini sering ditemui disekolah dengan penyesuaian diri yang kurang baik, seperti malas belajar, menyendiri, agresif, membolos, dan suka menentang guru. Maka dari itu untuk meminimalisir perilaku salahsuai dan mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa dari kalangan keluarga Broken Home harus diberikan pendidikan karakter sikap hormat dan tanggung jawab. Karakter sikap hormat dan tanggung jawab merupakan dua aspek yang utama dalam perkembangan karakter anak. Penelitian ini didasarkan pada empat permasalahan, yaitu: Apakah siswa yang berasal dari keluarga Broken Home memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah; faktor apa saja yang dapat membentuk kedua karakter tersebut;bagaimana pengamalannya dalam interkasi sosial di sekolah; serta, Bagaimana upaya yang dilakukan sekolah dalam membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui teknik observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Subjek dalam penelitian ini diantaranya: Koordinator guru BK, guru PKn, wali kelas, siswa Broken Home yang dipilih secara acak, serta orang tua siswa Broken Home.
Hasil penelitian menemukan bahwa: 1. Siswa Broken Home memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab. 2. Faktor yang dapat membentuk dan mempengaruhi perkembangan karakter sikap hormat dan tanggung jawab adalah faktor lingkungan dan pendidikan. 3. Siswa Broken Home belum mampu mengamalkan kedua karakter utama tersebut dengan baik dan benar. Seperti halnya, mereka mampu mengamalkan karakter sikap hormat, akan tetapi belum mampu mengamalkan karakter sikap tanggung jawab,begitu pula sebaliknya. 4. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam hal membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah adalah dengan mengadakan pembinaan dan bimbingan secara rutin. Selain itu, pihak sekolah mengadakan kerjasama dengan pihak orangtua. Pihak sekolah dan orang tua harus secara bersama-sama dalam hal mendidik, membimbing, membina, memperhatikan, mengawasi, serta menumbuh kembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab.
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kepribadian baik lainnya. Dengan pendidikan dan pemenuhan peran yang baik, maka tindak perilaku salahsuai maupun perilaku menyimpang pada anak bisa diminimalisir.
ABSTRACT
In the opinion of Willis (2009, page 66) from a broken home will be born children who experienced a personality crisis, so any custom behavior. They are susceptible to interference. The case of a broken home is often found in schools with poor adjustment, such as lazy learning, aggressive, ditching, and love against the teacher. Therefore to minimize misconduct and develop custom character comity and responsibility among students despite the family conflict (broken home) Students should be given particular character education comity character and responsibility. The study was based on four issues, namely: Are students who come from a broken home has character and attitude of responsibility in respect of social interaction in school; What factors can shape both the character; how its practice in social interactions at school; as well as, how the efforts of the school in fostering character Attitude of respect and responsibility of students who come from a broken home.
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR BAGAN ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Sistematika Penulisan ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 8
A. . Tinjauan Tentang Keluarga ... 12
1. Pengertian Keluarga ... 12
2. Ciri-ciri dan Bentuk Keluarga ... 14
3. Peran Keluarga ... 16
4. Pendidikan Dalam Keluarga ... 19
B. . Tinjauan Tentang Keluarga Broken Home ... 23
1. Pengertian Keluarga Broken Home ... 23
2. Ciri-ciri Keluarga Broken Home... 27
3. Faktor-faktor Penyebab Keluarga Broken Home... 29
C. . Tinjauan Tentang Karakter ... 32
1. Pengertian Karakter ... 32
2. Macam-macam Karakter ... 34
3. Bentuk Karakter ... 35
4. Fase Perkembangan Karakter Anak ... 38
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
D. . Tinjauan Tentang Karakter Sikap Hormat
dan Tanggung Jawab ... 42
1. Pengertian Karakter Sikap Hormat dan Tanggung Jawab ... 42
2. Peran Keluarga dalam Membentuk Karakter Sikap Hormat dan Tanggung Jawab ... 45
3. Peran Sekolah dalam Mengembangkan Karakter Sikap Hormat dan Tanggung Jawab Anak ... 50
4. Sekolah dan Orang Tua sebagai Patner dalam Pendidikan Karakter ... 55
E. Tinjauan Tentang Interaksi Sosial ... 57
1. Pengertian Interaksi Sosial ... 57
2. Latar Belakang Interaksi Sosial ... 59
3. Bentuk Interaksi Sosial ... 59
4. Bentuk Interaksi Sosial di Sekolah ... 60
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 62
A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 62
1. Lokasi penelitian ... 62
2. Subjek penelitian ... 62
B. Pendekatan Penelitian ... 63
C. Metode Penelitian ... 63
D. Definisi Operasional ... 64
E. Instrumen Penelitian ... 65
F. Teknik Pengumpulan Data ... 66
1. Observasi ... 66
2. Wawancara ... 67
3. Studi Pustaka ... 69
4. Studi dokumentasi ... 70
G. Tahap Penelitian ... 71
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tahap Pelaksanaan penelitian ... 71
3. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data ... 72
a. Teknik Pengolahan Data ... 72
b. Teknik Analisis Data ... 75
1). Reduksi Data ... 76
2). Penyajian Data ... 76
3). Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi ... 77
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 78
A. Deskripsi Objek Penelitian ... 78
1. Profil SMP Pasundan 3 Bandung ... 78
2. Visi dan Misi SMP Pasundan 3 Bandung ... 78
3. Jumlah Siswa SMP Pasundan 3 Bandung ... 79
4. Sarana dan prasarana SMP Pasundan 3 Bandung ... 80
5. Data Guru dan Karyawan TU SMP Pasundan 3 Bandung ... 80
B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 80
1. Observasi ... 81
a. Apakah siswa yang berasal dari keluarga Broken Home memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah ... 82
b. Faktor yang dapat membentuk karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah ... 84
c. Pengamalan sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah... 86
d. Upaya yang dilakukan sekolah dalam membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home... 88
2. Wawancara ... 90
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu memiliki karakter sikap hormat dan tanggung
jawab dalam interaksi sosial di sekolah ... 91
b. Faktor yang dapat membentuk karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah ... 98
c. Pengamalan sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah... 103
d. Upaya yang dilakukan sekolah dalam membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home... 108
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 114
1. Apakah siswa yang berasal dari keluarga Broken Home memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah ... 115
2. Faktor yang dapat membentuk karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah ... 123
3. Pengamalan sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah ... 128
4. Upaya yang dilakukan sekolah dalam membina karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home ... 131
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 138
A. Kesimpulan ... 138
1. Kesimpulan Umum ... 138
2. Kesimpulan Khusus ... 141
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
1. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial ... 57
DAFTAR TABEL 1. Jumlah Siswa ... 79
2. Sarana dan Prasarana ... 80
3. Daftar Guru dan Karyawan ... 80
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang diambil oleh peneliti adalah SMP Pasundan 3
Bandung yang beralamat di jalan Bapa Husen Blk. No. 4, Kelurahan Cipaganti,
Kota Bandung.
2. Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan sampel purposive sehingga jumlah subjek
penelitian ditentukan oleh adanya pertimbangan informasi. Penentuan subjek
penelitian/ Sample dianggap telah memadai apabila telah sampai pada titik jenuh.
Dalam penelitian kualitatif, yang dijadikan subjek penelitian hanyalah sumber
yang dapat memberikan informasi. Adapun yang menjadi subjek dalam penelitian
ini adalah:
1) Koordinator Guru Bimbingan Konseling SMP Pasundan 3 Bandung
2) Guru Pendidikan Kewarganegaraan
3) Wali kelas siswa, yang secara tertulis siswa dikelas tersebut mendominasi
kedalam siswa yang latar belakang keluarganya Broken Home
4) Siswa SMP Pasundan 3 Bandung yang berasal dari keluarga Broken Home
yang dipilih sepuluh orang secara acak.
5) Orang tua dari siswa Broken Home.
Pemilihan subjek dilakukan untuk memperoleh keterangan-keterangan yang
sesungguhnya mengenai perkembangan karakter sikap hormat dan tanggung
jawab anak yang berasal dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di
sekolah. Hal tersebut sejalan dengan karakteristik penelitian kualitatif seperti yang
dikemukakan Nasution (2001, hlm. 32-33), “untuk memperoleh informasi
tertentu, sampling dapat diteruskan sampai dicapai tarap „redudency’ ketentuan
63
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti.”
Berdasarkan pandangan yang dikemukakan Nasution dapat disimpulkan bahwa
penentuan responden sebagai subjek penelitian sangat dibutuhkan, agar mendapat
informasi yang diharapkan. Subjek tersebut merupakan narasumber yang saling
memiliki keterkaitan, sehingga informasi yang didapatkan pun tidak akan berbeda
jauh dengan pertanyaan yang peneliti ajukan, kendatipun pertanyaan untuk setiap
narasumbernya berbeda.
B. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan
Taylor (dalam Moleong, 2012, hlm. 4) penelitian kualitatif adalah “prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan
dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Penjelasan Bogdan dan Taylor
tentang penelitian kualitatif dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini diarahkan
pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak
boleh mengisolasikan individu atau organisasi kedalam variabel atau hipotesis,
tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari sesuatu keutuhan.
Kirk dan Miller (dalam Moleong, 2012, hlm. 4) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia baik dalam kawasanya maupun dalam peristilahannya”. Berdasarkan penjelasan Kirk dan Miller tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan penelitian kualitatif ini peneliti
bisa mendapatkan data berdasarkan hasil temuan dilapangan dengan pengamatan
yang dilakukan terhadap subjek penelitian tersebut. Data yang didapatkan
berdasarkan pengamatan tersebut bisa berupa perilaku, karakteristik, latar
belakang, dan lain sebagainnya.
C. Metode Penelitian
Menurut Danial (2009, hlm. 63) bahwa “metode studi kasus merupakan
metode yang intensif dan teliti tentang pengungkapan latar belakang, status, dan
64
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masyarakat tertentu”. Penjelasan Danial tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan
menggunakan metode studi kasus, peneliti bisa menguak lebih dalam atau
mengungkap lebih banyak tentang latar belakang, perilaku, maupun karakter
setiap individu yang dijadikan sample atau narasumber. Metode ini pun akan
melahirkan karakteristik tertentu yang khas dari kajiannya.
Lebih lanjut Danial (2009, hlm. 64) mengungkapkan bahwa:
Studi ini tidak mengambil generalisasi, sebab kesimpulan yang diambil adalah kekhasan temuan kajian individu „tertentu karakteristiknya‟ secara utuh menyeluruh yang menyangkut seluruh kehidupannya, mulai dari persepsi, gagasan, harapan, sikap, gaya hidup, dan lingkungan masyarakat.
Berdasarkan Pendapat yang dikemukakan Danial di atas dapat disimpulkan
sesuai dengan metode penelitiannya,maka penelitian ini berusaha untuk
mendapatkan gambaran nyata mengenai prilaku sebagai akibat dari perkembangan
karakteristik sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari keluarga
Broken Home dalam interaksi sosialnya di sekolah. Selain itu, penelitian ini lebih
banyak menggunakan pendekatan antar personal, artinya selama proses penelitian
peneliti akan lebih banyak mengadakan kontak atau berhubungan dengan
orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan demikian diharapkan peneliti dapat
lebih leluasa mencari informasi dan mendapatkan data yang lebih terperinci
tentang berbagai hal yang diperlukan untuk kepentingan penelitian.
D. Definisi Operasional
1. Keluarga merupakan lingkungan yang tedekat untuk membesarkan,
mendewasakan dan didalamnya anak mendapatkan pendidikan yang
pertama kali. Keluarga merupakan kelompok masyarakat terkecil, akan
tetapi merupakan lingkungan paling kuat dalam membesarkan anak dan
terutama bagi anak yang belum sekolah. Oleh karena itu keluarga memiliki
peranan yang penting dalam perkembangan anak, keluarga yang baik akan
berpengaruh positif bagi perkembangan anak, sedangkan keluarga yang
tidak mampu memerankan fungsinya dengan baik akan memberikan
65
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Broken Home atau dengan arti kata lain perpecahan dalam keluarga
merupakan salah satu masalah yang kerap terjadi dalam kehidupan
berumah tangga yang terjadi karena kurangnya perhatian keluarga atau
kurangnya kasih sayang orangtua akibat kesibukan, serta pertengkaran
yang menghasilkan perceraian. Aspek tersebut dapat membuat mental atau
emosional diri seorang anak menjadi terganggu dan akhirnya melakukan
penyimpangan.
3. Karakter sikap hormat merupakan karakater yang baik. Karena sikap
hormat ini merupakan apresiasi dari diri sesorang terhadap dirinya sendiri
maupun orang lain. Segala penghormatan mengharuskan peneliti untuk
memperlakukan apa yang ada dalam hidup peneliti maupun semua orang
sebagai manusia yang memiliki nilai secara alami, memiliki nilai tinggi,
dan memiliki hak yang sama dengan peneliti sebagai individu
4. Karakter tanggung jawab merupakan suatu bentuk lanjutan dari rasa
hormat. Jika peneliti menghormati orang lain, berarti peneliti menghargai
mereka. Jika peneliti menghargai mereka, berarti peneliti merasakan
sebuah ukuran dari rasa tanggung jawab peneliti untuk menghormati
kesejahteraan hidup mereka. Tanggung jawab itu sendiri merupakan sikap
saling membutuhkan, tidak mengabaikan orang lain yang sedang dalam
keadaan sulit.
5. Interaksi sosial merupakan hubungan saling mempengaruhi antara sesama
manusia dalam proses kehidupan. Proses interaksi ini berjalan disebabkan
manusia merupakan makhluk sosial. Interaksi sosial akan terjadi jika
terdapat dua orang atau lebih yang saling berkomunikasi, baik secara
langsung seperti melalui kegiatan berbincang-bincang dan berdiskusi,
maupun secara tidak langsung dengan bantuan alat komunikasi. Interaksi
sosial dapat juga terjadi hanya dengan sekadar bertemu atau bertatap muka tanpa
ada proses berkomunikasi yang lama. Dengan bertemu biasanya akan terjadi
66
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
E. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis merupakan instrumen penting yang berusaha
mengungkapkan data secara mendalam dengan dibantu oleh beberapa teknik
pengumpulan data lainnya. Moleong (2012, hlm. 168) mengemukakan bahwa “bagi penelitian kualitatif, manusia adalah instrumen utama karena ia menjadi segala dari keseluruhan penelitian. Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana,
pengumpul data, analisis, penafsir pada akhirnya ia menjadi pelapor
penelitiannya”. Dari pandangan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa
instrumen atau alat penelitian disini tepat karena menjadi hal yang sangat penting
dari keseluruhan proses penelitian. Namun, instrumen penelitian disini dimaksud sebagai „alat pengumpul data‟ seperti tes pada penelitian kuantitatif.
Penelitian ini lebih banyak menggunakan pendekatan antar personal, yang
mana selama proses penelitian penulis akan lebih banyak mengadakan kontak atau
berhubungan dengan orang-orang di lingkungan lokasi penelitian, dengan
demikian diharapkan peneliti dapat lebih leluasa mencari informasi dan
mendapatkan data yang lebih terperinci tentang berbagai hal yang diperlukan
untuk kepentingan penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan
cara observasi, wawancara, studi pustaka, dan studi dokumentasi. Teknik
pengumpulan data sebagai salah satu bagian penelitian merupakan salah satu
unsur yang sangat penting. Menurut Lofland (dalam Moleong, 2012, hlm. 157) “sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain”. Pendapat
Lofland tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil wawancara yang berupa data
lisan ataupun kata-kata merupakan salah satu informasi yang peneliti peroleh yang
kemudian peneliti olah kembali sehingga informasi tersebut menjadi suatu data
yang bisa diolah sesuai dengan apa yang diharapkan dalam penelitian tersebut.
Sama halnya dengan penjelasan yang di kemukakan oleh Lofland,
67
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pustaka, dan studi dokumentasi. Teknik tersebut selanjutnya diuraikan sebagai
berikut:
1. Observasi
Menurut Moleong (2011, hlm. 184) bahwa:
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa observasi yang
berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah,
sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat pembuktian terhadap
informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.
Hadi (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 203) mengemukakan bahwa:
Observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis, dua diantara yang terpenting adalah proses-proses ingatan dan pengamatan. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Pandangan Hadi yang berkenaan dengan observasi di atas dapat
disimpulkan bahwa observasi tersebut merupakan suatu pengamatan yang
dilakukan oleh peneliti terhadap subjek atau narasumber, baik itu berupa
perilaku, interaksi, komunikasi maupun hal-hal lainnya yang dianggap
relevan dan dapat memberikan tambahan data terhadap hasil penelitian
khususnya dalam hasil wawancara. Jadi bukan hanya sekedar perkataan yang
didapatkan dari hasil wawancara saja yang dijadikan data, namun
pengamatanpun bisa memberikan tambahan dari hasil penelitian tersebut.
2. Wawancara
Menurut Moleong (2012, hlm. 186) bahwa:
68
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Penjelasan Moleong tentang pengertian wawancara di atas dapat
disimpulkan bahwa wawancara merupakan bagian dari interaksi yang berupa
percakapan antara peneliti dengan subjek penelitian atau narasumber, dimana
peneliti mengajukan pertanyaan dan subjek peneliti sebagai informan
menjawab pertanyaan tersebut. Sehingga dengan interkasi yang dilakukan itu,
mampu menghasilkan suatu data yang bisa diperoleh dan diolah oleh peneliti.
Menurut Arikunto (1997, hlm. 145) wawancara adalah “sebuah dialog
yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari responden”. Sedangkan Estenberg (dalam Sugiyono, 2008, hlm. 317) menjelaskan bahwa “wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksi
makna dalam suatu topik tertentu”. Berdasarkan pandangan kedua ahli
tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu interaksi yang
dituangkan dalam bentuk percakapan maupun dialog, yang tujuan utamanya
adalah untuk bertukar informasi dan pengetahuan maupun ide melalui tanya
jawab, yang pada akhirnya penanya atau peneliti bisa mengambil intisari
maupun data dari hasil tanya jawab tersebut yang kemudian peneliti olah
sebagai data penelitian.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pedoman wawancara bentuk “semi structured”. Dalam hal ini maka mula- mula penanya atau peneliti menanyakan serentetan pertanyaan yang sudah terstruktur, kemudian satu per
satu diperdalam dalam mengorek keterangan lebih lanjut. Dengan demikian
jawaban yang diperoleh bisa meliputi semua indikator, dengan keterangan
yang lengkap dan mendalam.
Nasution (2002, hlm. 73) menjelaskan bahwa tujuan dari wawancara adalah “untuk mengetahui apa yang terkandung dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat
Peneliti ketahui melalui observasi”. Menurut tujuan yang dikemukakan oleh
Nasution tersebut dapat disimpulkan bahwa wawancara merupakan salah satu
cara pengumpulan data yang lebih efektif setelah peneliti melakukan
69
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
melakukan wawancara untuk melengkapi data tersebut agar lebih sempurna.
Karena, dengan wawancara apa yang belum didapatkan dari hasil
pengamatan, akan diperoleh selain itu data dapat didapatkan secara lisan dari
subjek penelitian tersebut.
Di dalam wawancara tentunya peneliti harus memiliki suatu acuan atau
pedoman wawancara yang mana didalamnya termuat pertanyaan-pertanyaan
yang akan diajukan. Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan
penanya atau peneliti mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga
menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut
telah dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian penanya atau
peneliti harus memikirkan bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan
secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan
dengan kontekstual saat wawancara berlangsung.
Pengumpulan data dengan cara berinteraksi atau berkomunikasi secara
langsung dengan pimpinan instansi dan bagian-bagian yang berkaitan dan
menangani masalah yang diteliti. Peneliti melakukan wawancara dengan
narasumber, yaitu pihak-pihak yang dijadikan instrument pengambilan data
yaitu narasumber yang berada di lembaga atau SMP Pasundan 3 Bandung;
anak yang bersangkutan, wali kelas siswa, guru Bimbingan dan Konseling,
guru PKn, serta orangtua dari anak/siswa tersebut.
3. Studi Pustaka
Studi pustaka biasanya berupa suatu dokumen, buku, maupun suatu karya
yang dibukukan. Dokumen itu sendiri ialah setiap bahan tertulis ataupun film,
lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang
penyidik. Dokumen sebagai studi pustaka tersebut dapat disimpulkan bahwa
dokumen disini diarahkan pada dokumen dalam arti jika peneliti menemukan
rekaman atau sejenis catatan, tentu saja perlu dimanfaatkan. Dokumen dalam
bentuk catatan atau buku sudah lama digunakan dalam penelitian yang
70
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
sumber data yang dimanfaatkan untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk
meramalkan.
Dokumen yang berbentuk catatan atau buku-buku bisa dikatakan sebagai
studi pustaka. Studi pustaka (litertur) menurut Danial (2009, hlm. 80) “merupakan proses mengumpulkan sejumlah buku-buku, majalah, liflet yang berkenaan dengan masalah dan tujuan penelitian. Buku tersebut dianggap sebagai sumber data yang akan di olah ahli sejarah, sastra dan bahasa”. Berdasarkan penjelasan Danial dapat disimpulkan bahwa penelitian yang
dilakukan dengan cara menelaah dan membandingkan sumber kepustakaan
untuk memperoleh data yang bersifat teoritis. Disamping itu, dengan
menggunakan studi pustaka untuk memperoleh informasi tentang
teknik-teknik penelitian yang diharapkan, sehingga pekerjaan peneliti tidak
merupakan duplikasi.
Berdasarkan penjelasan yang telah dikemukakan para ahli di atas maka
dapat diartikan bahwa Studi pustaka atau studi kepustakaan adalah segala
usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang
relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti.
Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber
tertulis baik cetak maupun elektronik lain.
4. Studi Dokumentasi
Tidak kalah penting dari metode yang lain adalah metode dokumentasi
atau studi dokumentasi, yaitu mencari data mengenai hal-hal atau indikator
yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agendan dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain,
maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan
sumber datanya masih tetap, belum berubah. Metode dokumentasi yang
71
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Moleong (2012, hlm. 217) mengemukakan bahwa “pengumpulan
dokumen ialah untuk memperoleh kejadian nyata tentang situasi sosial dan arti berbagai faktor di sekitar subjek penelitian”. Pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pencarian dan pengumpulan data melalui metode-metode
dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan buku, buku, media elektronik, media cetak dan sebagainya. Metode
ini dimaksudkan untuk mempelajari dan mengkaji secara mendalam data-data
mengenai karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari
keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah.
G. Tahap Penelitian
Usaha mempelajari penelitian kualitatif tidak terlepas dari usaha mengenal
tahap-tahap penelitan. Tahap-tahap penelitian kualitatif dengan salah satu ciri
pokoknya peneliti menjadi sebagai alat penelitian. Khususnya analisis data ciri
khasnya sudah mulai sejak awal pengumpulan data.
1. Tahap Pra Lapangan
Sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu dilakukan studi
pendahuluan, yang merupakan kegiatan dimana seorang peneliti melihat atau
mengadakan pemantauan secara langsung terhadap tempat atau lokasi yang
akan di jadikan sebagai tempat penelitian, serta mengumpulkan data-data
awal secukupnya untuk dijadikan acuan dalam penyusunan usulan penelitian.
Menurut Moleong (2011, hlm. 127) ada enam tahap kegiatan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam tahapan ini, diantaranya: “menyusun rencana penelitian,; memilih lapangan penelitian; mengurus perizinan; menilai lapangan; memilih informan; serta, menyiapkan perlengkapan penelitian”. Berdasarkan tahapan-tahapan menurut Moleong tersebut dapat disimpulkan
bahwa pada dasarnya untuk melakukan suatu penelitian dibutuhkan
tahapan-tahapan yang harus dilalui demi terpenuhinya maksud dan tujuan dari
penelitian tersebut. Hal tersebut dilakukan agar penelitian tersebut bisa
72
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pada tahapan ini peneliti melakukan apa yang sudah direncanakan dalam
suatu proposal penelitian dan setelah melakukan pendahuluan penelitian yaitu
mengumpulkan data-data dari subjek penelitian dan mencatat segala sesuatu
yang menjadi fenomena melalui pengamatan langsung penelitian. Di uraikan
pula oleh Moleong (2011, hlm. 137) uraian tentang tahap pelaksana penelitian
ini dibagi atas tiga bagian, yaitu: “memahami latar penelitian, dan persiapan
diri; memasuki lapangan, dan; berperan serta sambil mengumpulkan data”.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat dipahami bahwa tahapan ini
merupakan hal yang sangat penting bagi peneliti guna mendapatkan data-data
sebagai penunjang mendapatkan hasil penelitian yang sesuai dengan tujuan
awal penelitian.
3. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data
a. Teknik Pengolahan Data
Menurut Moleong (2012, hlm. 326) “Pengolahan data merupakan suatu
langkah penting dalam penelitian, karena dapat memberikan makna
terhadap data yang dikumpulkan oleh peneliti”. Berdasarkan penjelasan
Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa pengolahan data akan
dilakukan melalui suatu proes yang menyusun, mengkategorikan data,
mencari kaitan isi dari berbagai data yang diperoleh dengan maksud untuk
mendapatkan maknanya.
Setelah selesai mengadakan wawancara dengan subjek penelitian,
menuliskan kembali data-data yang terkumpul kedalam catatan lapangan
dengan tujuan agar dapat mengungkapkan data dan informasi secara
mendetail. Data yang diperoleh dari wawancara disusun dalam bentuk
catatan lengkap setelah didukung oleh hasil wawancara, observasi, studi
dokumentasi, dan catatan lapangan, setelah itu melakukan prosedur
pengolahan data analisis dari hasil pengumpulan data. Dimana proses
73
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersedia dan berbagai sumber yaitu, wawancara, pengamatan,
dokumentasi, dan catatan lapangan.
Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik
kredibilitas atau memeriksa derajat kepercayaan, maka langkah-langkah
yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1) Memperpanjang Masa Observasi
Menurut Moleong (2012, hlm. 327) “keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan data. Keikutsertaan tersebut tidak
hanya dilakukan dalam waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan masa observasi pada latar penelitian.” Berdasarkan pandangan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk memeriksa absah tidaknya
suatu data penelitian, perpanjang keikutsertaan peneliti di lapang akan
mengurangi kemelencengan (bias) suatu data karena dengan waktu
yang lebih lama di lapangan peneliti akan mengetahui keadaan secara
lebih mendalam dan dapat menguji ketidakbenaran data baik yang
disebabkan oleh diri peneliti itu sendiri ataupun oleh sebab subjek
penelitian.
2) Pengamatan Secara Seksama
Menurut Moleong (2012, hlm. 329) “pengamatan secara seksama berarti mencari secara konsisten interprestasi dengan berbagai cara
dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan atau tentatif”.
Pandangan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa pengamatan
secara seksama dilakukan secara terus menerus untuk memperoleh
gambaran nyata tentang permasalahan yang akan diteliti untuk mencari
suatu usaha membatasi pengaruh, mencari apa yang dapat
diperhitungkan dan apa yang tidak dapat diperhitungkan.
Peneliti mengadakan pengamatan dengan teliti dan rinci secara
berkesinambungan terhadap faktor-faktor yang menonjol. Kemudian ia
menelaahnya secara rinci sampai pada suatu titik sehingga pada
74
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ditelaah sudah dipahami dengan cara yang biasa. Teknik ini menuntut
agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses
penemuan secara tentatif dan penelaahan secara rinci tersebut dapat
dilakukan.
3) Triangulasi
Moleong (2012, hlm. 330) mengemukakan bahwa “tringulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu lain. Di
luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding data itu.” Penjelasan Moleong tentang triangulasi tersebut dapat disimpulkan bahwa triangulasi merupakan suatu teknik pemeriksaan data dengan
membandingkan data yang diperoleh dari suatu sumber ke sumber
lainnya pada saat yang berbeda atau membandingkan data yang
diperoleh dari satu sumber ke sumber lainnya dengan pendekatan yang
berbeda untuk mengecek atau membandingkan data yang dikumpulkan.
Adapun untuk menguji keabsahan data, maka dalam pengolahan data
penulis menggunakan metode tringulasi,yaitu:
a) Triangulasi Sumber
Patton (dalam Moleong, 2012, hlm. 330) mengungkapkan bahwa: “Tringulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian
kualitatif”. Berdasarkan pendapat Patton tersebut dapat
disimpulkan bahwa triangulasi sumber lebih menekankan kepada
membandingkan data yang didapat dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh peneliti lainnya.
b) Triangulasi Metode
Moleong (2012, hlm. 331) mengemukakan bahwa “triangulasi metode ini dilakukan dengan memanfaatkan peneliti atau pengamat
75
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menguji keabsahan data
dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama
dengan metode yang berbeda. Dalam melakukan triangulasi metode
ini, data diperoleh dengan wawancara, lalu di cek dengan
observasi, dokumentasi atau kuesioner.
c) Triangulasi Teori
Menurut Lincoln dan Guba (dalam Moleong, 2012, hlm. 331) bahwa “triangulasi ini dilakukan berdasarkan anggapan bahwa fakta tidak dapat diperiksa derajat kepercayaannya dengan satu atau lebih teori”. Berdasarkan penjelasan Lincoln dan Guba tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam triangulasi teori ini jika
peneliti menganalisis kemudian menguraikan pola, hubungan,
dan menyertakan penjelasan yang muncul dari analisis, maka
penting sekali untuk mencari tema atau penjelasan pembanding
atau penyaring. Hal tersebut dapat dilakukan dengan
menyertakan usaha pencarian cara lainnya untuk
mengorganisasikan data yang barangkali mengarahkan pada
upaya penemuan penelitian lainnya.
4) Pemeriksaan Sejawat Melalui Diskusi
Moleong (2012, hlm. 332) mengemukakan bahwa “teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir
yang diperoleh dalam bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat yang bermaksud untuk memeriksa keabsahan data”. Berdasarkan penjelasan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam melaksanakan
penelitian, peneliti selalu melakukan diskusi dengan orang lain untuk
bertukar pikiran atau pendapat. Hal tersebut dilakukan guna
mendapatkan kritik atau saran mengenai masalah yang sedang diteliti.
Selain itu, dengan melakukan diskusi peneliti dapat mengetahui
76
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
b. Teknik Analisis Data
Bogdan dan Biklen (dalam Moleong, 2012, hlm. 248) mengemukakan
bahwa analisis data adalah:
Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceritakan kepada orang lain.
Berdasarkan penjelasan Bogdan dan Biklen tersebut dapat disimpulkan
bahwa teknik analisis data tersebut merupakan suatu proses yang
didalamnya memuat tentang komponen-komponen yang perlu ada dalam
sesuatu analisis data. Dalam teknik analisis data diperlukan
tahapan-tahapan sebagai berikut:
1) Reduksi Data
Moleong (2012, hlm. 288) mengemukakan bahwa “sebelum mereduksi data pada mulanya diidentifikasi adanya satuan yaitu bagian
terkecil yang ditemukan dalam data yang memiliki makna bila
dikaitkan dengan fokus dan masalah penelitian”. Berdasarkan
penjelasan Moleong tersebut dapat disimpulkan bahwa reduksi data
merupakan proses pengumpulan data penelitian, seorang peneliti dapat
menemukan kapan saja waktu untuk mendapatkan data yang banyak,
apabila peneliti mampu menerapkan metode observasi, wawancara,
penyebaran angket atau berbagai dokumen yang berhubungan dengan
subjek yang diteliti.
Menurut Nasution (2001, hlm. 129) bahwa:
Laporan-laporan itu perlu direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema atau polanya jadi laporan lapangan sebagai bahan mentah disingkatkan, reduksi, disusun lebih sistematis ditonjolkan pokok-pokok penting diberi susunan yang lebih sistematis sehingga lebih mudah dikendalikan.
Pandangan Nasution di atas dapat disimpulkan bahwa setelah
77
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kemudian dirangkum kembali dan ditambah dengan sumber data
lainnya, agar data yang diterima tersebut benar-benar sempurna dan
sesuai dengan tujuan dari penelitian tersebut.
2) Melaksanakan Penyajian Data
Moleong (2012, hlm. 294) mengemukakan bahwa:
Hubungan-hubungan diantara kategori-kategori dari data kita sering menjadi rumit dan kompleks. Untuk mengatasi hal itu, peneliti menggunakan diagram berupa matriks dan diagram yang digunakan untuk melaksanakan penyajian data.
Penjelasan Moleong berkenaan dengan penyajian data di atas dapat
disimpulkan bahwa penyajian data yang telah diperoleh dan dituangkan
kedalam sejumlah matriks atau daftar kategori setiap data yang didapat,
penyajian data biasanya digunakan berbentuk teks naratif. Biasanya
dalam penelitian, Peneliti mendapat data yang banyak. Data yang
didapat tidak mungkin dipaparkan secara keseluruhan, maka dari itu
dalam penyajian data peneliti dapat menjelaskan atau menjawab
masalah yang di teliti.
3) Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi
Menurut Moleong (2012, hlm. 296) bahwa:
Pada akhir bagian ini, peneliti akan menemukan isu „generalisasi‟. Ada dua aspek „generalisasi‟ yaitu: „inferensi dan aplikasi‟. Yang mana dengan hal itu peneliti lebih baik menyimpulkan generalisasi inferensi dari pada mengaplikasikannya.
Dalam mengambil kesimpulan menurut penjelasan Moleong di atas
dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan analisis
lanjutan dari reduksi data, dan display data sehingga data dapat
disimpulkan, dan peneliti masih berpeluang untuk menerima masukan.
Penarikan kesimpulan sementara, masih dapat diuji kembali dengan
data lapangan, dengan merefleksikan kembali, peneliti dapat bertukar
pikiran dengan teman sejawat, tringulasi,sehingga kebenaran ilmiah
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Kesimpulan Umum
Berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan baik berdasarkan hasil
observasi maupun wawancara secara langsung kepada narasumber, maka dapat
disimpulkan bahwasanya siswa dari kalangan keluarga Broken Home pada
dasarnya memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab yang mana telah
mereka dapatkan dalam pendidikan karakter di lingkungan keluarga dan
lingkungan sekolah. Siswa dari kalangan keluarga Broken Home sebagian besar
mengerti dan memahami pentingnya memiliki dan mengamalkan kedua karakter
utama tersebut, meskipun pada kenyataan yang terjadi di tempat penelitian dari
sepuluh siswa yang menjadi narasumber masih ada sebagian siswa yang belum
memahami pentingnya mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab
dalam interaksi sosial di sekolah.
Dalam mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab tentu
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, dua diantaranya adalah faktor
lingkungan dan pendidikan. Faktor lingkungan yang paling berpengaruh adalah
lingkungan keluarga. Sebagai lingkungan pertama dan utama untuk anak dalam
mendapatkan pendidikan, bimbingan, arahan, perhatian, sebagai tempat pertama
berkomunikasi, berinteraksi, serta bersosialisasi. Untuk mengembangkan karakter
sikap hormat dan tanggung jawab dalam lingkungan keluarga diperlukan pola
asuh dari yang baik, orang tua yang mampu menjalankan fungsi dan perannya
dengan baik pula, sehingga tidak hanya mampu memberikan pendidikan serta
arahan akan tetapi mampu membina, mendidik, serta mengawasi setiap tumbuh
kembang anak-anaknya.
Apabila dalam lingkungan keluarga orang tua mampu mengembangkan
karakter sikap hormat dan tanggung jawab pada diri anak, terlepas apakah
139
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dimana pun anak berada akan mampu mengamalkan karakter sikap hormat dan
tanggung jawab tersebut dengan baik. Dalam interaksi sosial disekolah, anak pun
akan bisa dengan mudah mengamalkan kedua karakter tersebut, sehingga pihak
sekolah tidak perlu bersusah payah lagi dalam mendidik dan membina agar anak
memiliki karakter sikap hormat dan tanggung jawab. Sekolah akan lebih
membimbing dan mengawasi segala bentuk tingkah laku siswa dalam
mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi
sosialnya di sekolah.
Tidak kalah pentingnya dengan faktor lingkungan, faktor yang berpengaruh
dalam pembentukan serta pengembangan karakter sikap hormat dan tanggung
jawab siswa yang berasal dari keluarga Broken Home adalah faktor pendidikan.
Pendidikan yang paling berpengaruh adalah pendidikan pertama yang diberikan
orang tua dalam lingkungan keluarga pada saat anak masih dini. Idealnya
pendidikan tersebut harus secara terus menerus diberikan sampai anak menginjak
usia dewasa. Orang tua tidak hanya memberikan pendidikan pertama, namun
harus mampu juga dalam membimbing, memperhatikan, serta mengawasi segala
pertumbuhan dan perkembangan fase kehidupan anak-anaknya, agar anak tidak
salah dalam bergaul serta bisa menyaring perilaku yang dapat menjerumuskan
dirinya pada perilaku yang tidak baik.
Selain pendidikan dalam lingkungan keluarga, pendidikan formal yang
diberkan pihak sekolah tidak kalah pentingnya. Sebagai lembaga formal sekolah
bisa dijadikan Partner dalam mendidik, membimbing, mengawasi, serta
menumbuh kembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab. Apalagi
dengan kondisi keluarga Broken Home yang mengakibatkan anak kurang
mendapatkan pengawasan serta bimbingan dari orang tua akibat kesibukan
terhadap pekerjaan, karena keluarga yang tidak utuh, maupun akibat komunikasi
yang tidak berjalan dengan baik dalam keluarga.
Siswa dari kalangan keluarga Broken Home memang berbeda dengan siswa
lain pada umumnya.dengan status keluarga Broken Home sudah barang tentu ada
konflik yang terjadi dalam lingkungan keluarganya. Akibat dari konflik yang
140
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
diri anak. Akibatnya, karena kurang perhatian, bimbingan, serta pengawasan anak
akan mudah terjerumus kedalam perilaku yang tidak baik. Hal tersebut membuat
siswa yang berasal dari keluarga Broken Home cenderung selalu melakukan
tindak kenakalan remaja atau menunjukan perilaku yang tidak baik. Maka dari itu
sangat perlu adanya pengawasan dari pihak sekolah sebagai partner orang tua
dalam hal mendidik dan mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung
jawab.
Menurut hasil penelitian pada dasarnya siswa dari kalangan keluarga Broken
Home mengerti akan pentingnya mengamalkan karakter sikap hormat dan
tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah, akan tetapi untuk mengamalkan
kedua karakter itu mereka belum mampu mengamalkan keduanya dengan baik.
Sepertihalnya;Dari rumah mereka izin pergi ke sekolah akan tetapi mereka malah
membolos dan bermain bersama teman-temannya;Selalu menyapa dan mengucap
salam apabila bertemu dengan guru akan tetapi masih acuh dalam mengerjakan
tugas; Mengikuti upacara bendera akan tetapi tidak menggunakan atribut
sebagaimana mestinya;serta, diberi amanat oleh orang tua untuk membayar SPP
akan tetapi tidak dibayarkan.
Hal tersebut menjadi renungan yang harus dipikirkan bersama, baik itu oleh
orang tua maupun pihak sekolah. Pihak sekolah dengan segala upaya mengadakan
bimbingan dan pembinaan yang dilakukan rutin setiap minggunya guna mampu
memonitoring segala perkembangan para siswanya baik dalam hal perkembangan
motivasi belajar dan pengembangan karakter. Pembinaan yang dimaksudkan tidak
akan berjalan maksimal apabila otang tua tidak dilibatkan. Maka dari itu sebagai
salah satu upaya dalam pengembangan karakter sikap hormat dan tanggung jawab
siswa yang berasal dari keluarga Broken Home, pihak sekolah harus menjalin
kerjasama yang baik dengan pihak orang tua. Kejasama dalam hal mendidik,
membina, membimbing, memperhatikan, serta mengawasi setiap tumbuh
kembang anak-anaknya.
Apabila pihak sekolah dan orang tua mampu menjalankan komunikasi yang
baik dan lancar, interaksi yang baik, serta pemenuhan fungsi dan peran
141
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
meskipun siswa tersebut berasal dari kalangan keluarga Broken Home,tidak hanya
untuk memiliki kedua karakter utama tersebut, siswa pun akan mampu
mengamalkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab baik dalam interaksi
sosial di keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat. Tidak hanya
itu,yang paling penting sekolah harus mampu memberi masukan kepada para
orang tua siswa khususnya dari kalangan keluarga Broken Home, agar mampu
menjalankan fungsi dan perannya dengan baik sebagai orang tua, terlepas apakah
kondisi keluarga mereka sedang berkonflik maupun tidak. Karena pada dasarnya,
anak akan tumbuh dan berkembang dengan baik apabila orang tua mampu
menjalankan fungsi dan perannya dengan baik dan memberikan pola asuh yang
baik pula.
2. Kesimpulan Khusus
Dari pembahasan penelitian sebagaimana yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a. Pada dasarnya siswa yang berasal dari keluarga Broken Home memiliki
karakter sikap hormat dan tanggung jawab. Pendidikan pertama yang
diberikan di lingkungan keluarga berkenaan dengan pendidikan karakter,
membuat setiap siswa mengerti dan memahami pentingnya mengamalkan
karakter sikap hormat dan tanggung jawab dalam interaksi sosial di
lingkungan sekolah. Akan tetapi kondisi keluarga yang berkonflik membuat
mereka terkadang melupakan pentingnya mengamalkan kedua karakter utama
tersebut, karena pada kenyataanya dengan konflik yang terjadi membuat
orang tua kurang memberikan bimbingan dan pengawasan dalam setiap
tumbuh kembang anak-anaknya.
b. Faktor yang dapat membentuk dan mempengaruhi perkembangan karakter
sikap hormat dan tanggung jawab adalah faktor lingkungan dan pendidikan.
Lingkungan keluarga merupakan faktor penting dalam pengembangan kedua
karakter utama tersebut. Apabila orang tua mampu menciptakan kondisi
keluarga yang baik dan harmonis, mampu memberikan pendidikan yang baik
142
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
maka perkembangan karakter sikap hormat dan tanggung jawab anak pun
akan cenderung baik. Selain faktor lingkungan, faktor yang tidak kalah
penting adalah pendidikan. Keluarga menjadi tempat pertama dan utama
dalam memberikan arahan, bimbingan serta pendidikan yang menjadi dasar
dalam kehidupan anak. Sedangkan sekolah merupakan lingkungan kedua
yang berperan mencerdaskan kehidupan anak agar mampu memahami dan
mengetahui berbagai macam ilmu pengetahuan. Anak akan cenderung
berperilaku baik apabilaorang tua selalu menciptkan kondisi keluarga yang
baik, mampu memberikan pendidikan yang baik dan benar, selalu
memberikan bimbingan, serta pengawasan yang baik pula.
c. Pengamalan karakter sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal
dari keluarga Broken Home dalam interaksi sosial di sekolah, para siswa
belum mampu mengamalkan kedua karakter utama tersebut dengan baik dan
benar. Seperti halnya, mereka mampu mengamalkan karakter sikap hormat,
akan tetapi belum mampu mengamalkan karakter sikap tanggung
jawab,begitu pula sebaliknya. Dalam mengamalkan sikap hormat pun perlu
adanya arahan dan bimbingan, baik dari pihak sekolah maupun orang tua.
Agar siswa mampu mengamalkan kedua karakter tersebut dengan baik perlu
adanya bimbingan dan pengawasan guna menumbuhkan kesadaran pada diri
mereka dan pada akhirnya siswa mampu mengamalkan karakter sikap hormat
dan tanggung jawab tersebut dengan baik tanpa harus adanya suatu paksaan.
d. Upaya yang dilakukan pihak sekolah dalam hal membina karakter sikap
hormat dan tanggung jawab siswa Broken Home dalam interaksi sosial di
sekolah adalah dengan mengadakan pembinaan dan bimbingan secara rutin.
Selain selalu memberikan pendidikan karakter kepada siswa dalam setiap
mata pelajaran, sekolah pun mengadakan kegiatan pembinaan setiap
minggunya. Pembinaan yang bertujuan untuk memonitoring perkembangan
para siswanya tersebut baik dalam hal motivasi belajar, kendala dalam proses
belajar, perkembangan perilaku, serta tingkat kemajuan prestasi. Dengan
pembinaan ini, pihak sekolah akan mengetahui permasalahan yang sedang
143
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
masalahnya. Akan tetapi, pembinaan tersebut tidak akan berjalan lancar
apabila tidak adanya kerjasama dengan pihak orang tua. Maka dari itu, pihak
sekolah dan orang tua harus secara bersama-sama dalam hal mendidik,
membimbing, membina, memperhatikan, mengawasi, serta menumbuh
kembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab tersebut dalam
interaksi sosial di keluarga dan sekolah. Apabila hal ini tetap dijaga dan
dipertahankan, maka siswa tidak hanya akan memiliki kedua karakter utama
tersebut, tetapi siswa pun akan mampu menjadi anak yang cerdas, berbudi
pekerti luhur, serta menjadi warga negara yang mampu mengamalkan
karakter sikap hormat dan tanggung jawab dengan baik dan benar .
B. Saran
1. Orang Tua Siswa
Ditemukan bahwa masih ada orang tua yang belum mampu memposisikan
dirinya dengan baik dengan lebih mempedulikan pekerjaan daripada tumbuh
kembang karakter anak-anaknya, hal ini terlihat ketika orangtua sering
mengacuhkan undangan dari pihak sekolah berkenaan dengan perkembangan
karakter anak-anaknya. Seharusnya, orang tua mampu menjalankan fungsi
dan perannya dengan baik dengan cara memberikan pola asuh yang baik,
pendidikan yang baik, perhatian yang cukup, curahan kasih sayang,
bimbingan, serta pengawasan kepada anaknya. Hal tersebut sangat penting
dilakukan agar anak tidak merasa kekurangan perhatian maupun bimbingan
dalam hidupnya,supaya anak bisa mengamalkan karakter sikap hormat dan
tanggung jawab dalam interaksi sosial di sekolah dengan baik dan benar.
2. Pihak Sekolah
a. Ditemukan bahwa pihak sekolah belum mampu secara khusus
memberikan pembinaan kepada siswa yang berasal dari keluarga Broken
Home. Sebaiknya, siswa yang berasal dari keluarga Broken Home perlu
144
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dasarnya psikologis siswa tersebut berbeda dengan siswa yang berasal
dari kalangan keluarga yang harmonis.
b. Dalam pembinaan ditemukan bahwa penindakan yang dilakukan sekolah
masih belum mampu memberikan efek jera kepada siswa yang sering
melakukan pelanggaran. Sebaiknya, dalam memberikan efek jera kepada
siswa, tidak harus menggunakan perbuatan yang sifatnya keras atau
mencaci maki, namun lebih baik dengan pendekatan yang dilakukan
secara lembut dan berkesinambungan agar perubahan karakter dalam diri
siswa tersebut, berubah karena kesadaran mereka sendiri.
c. Ditemukan bahwa siswa belum mampu mengamalkan karakter sikap
hormat dan tanggung jawab dengan baik. Sebaiknya, sekolah
mengadakan kerjasama yang baik dengan orang tua dalam memonitoring
tingkat kemampuan belajar serta menumbuh kembangkan pendidikan
karakter agar siswa tidak hanya pintar dalam ilmu pengetahuan saja
namun tumbuh menjadi pribadi yang baik dan berkarakter. Selain itu,
sekolah dan orang tua bisa secara bersama-sama membimbing dan
mengawasi tumbuh kembang kedua karakter dalam diri anaknya tersebut.
3. Siswa
Ditemukan bahwa masih banyak siswa yang tidak mengamalkan karakter
sikap hormat dan tanggung jawab karena pengaruh lingkungan maupun
ajakan teman. Maka dari itu, sebaiknya siswa harus bisa memilih teman
sepermainan yang memiliki karakter baik, yang bisa membuat siswa tetap
mampu mengembangkan karakter sikap hormat dan tanggung jawab, serta
teman yang mampu memberi masukan dan mengajak terhadap segala bentuk
perilaku yang baik. Jangan pernah sungkan untuk selalu meminta nasihat
kepada orang tua maupun kepada pihak sekolah apabila ada permasalahan
yang tidak bisa diselesaikan sendiri.
145
Gina Nurtya Lestari, 2014
SUATU KAJIAN MENGENAI KARAKTER SIKAP HORMAT DAN TANGGUNG JAWAB SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME DALAM INTERAKSI SOSIAL DI SEKOLAH
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Sebagai calon tenaga pendidik penelitian yang berkenaan dengan
perkembangan karakter tentu sangatlah penting untuk di kaji maka dari itu
untuk peneliti selanjutnya, sebaiknya meneliti tentang pembinaan karakter
sikap hormat dan tanggung jawab siswa yang berasal dari kalangan keluarga
Broken Home . Hingga pada akhirnya kelak, siswa yang berasal dari kalangan
keluarga Broken Home mampu bersosialisasi dan berinteraksi sebagaimana