• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI JAJAR GENJANG MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI JAJAR GENJANG MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS TEORI VAN HIELE."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI JAJAR GENJANG MELALUI PEMBELAJARAN

BERBASIS TEORI VAN HIELE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh

TIARA PENTA YURLITA 1004119

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA 2014

(2)

PENINGKATAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIKA PADA MATERI JAJAR GENJANG MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS

TEORI VAN HIELE

Oleh

Tiara Penta Yurlita

Sebuah skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Tiara Penta Yurlita 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

PENINGKATAN KEMAPUAN KONEKSI MATEMATIKA SISWA PADA MATERI JAJAR GENJANG MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS

TEORI VAN HIELE

ABSTRAK

(5)
(6)

THE ENHANCEMENT STUDENTS' ABILITY OF MATHEMATIC CONNECTION

IN THE PARALELLOGRAM MATERAL THROUGH VAN HIELE THEORY BASED LEARNING

ABSTRAK

(7)

quality is quite effective.; (4) Results of Wilcoxon test gave values ? of 0.000, which is smaller than 0.05, so there is a significant difference between the value of the mathematical connection capability.

(8)

i DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

ABSTRAK ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. Kajian Pustaka ... 9

1. Koneksi Matematika ... 9

2. Jajar Genjang ... 12

a. Pengertian ... 12

b. Sifat-sifat ... 13

3. Teori Van Hiele ... 13

(9)

ii

b. Karakteristik Teori Van Hiele ... 17

c. Kelebihan dan Kelemahan Teori Van Hiele ... 18

B. Kerangka Pemikiran ... 18

C. Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN ... 21

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 21

1. Lokasi Penelitian... 21

2. Populasi Penelitian ... 21

3. Sampel Penelitian ... 21

B. Desain Penelitian ... 22

C. Metode Penelitian ... 23

D. Definisi Operasional Variabel... 24

E. Instrumen Penelitian ... 25

F. Proses Pengembangan Instrumen ... 29

1. Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 29

2. Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 31

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 32

4. Tingkat Kesukaran Butir Soal... 34

G. Teknik Pengumpulan Data ... 36

H. Analisis Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 45

(10)

iii

a. Keterlaksanaan Pembelajaran dengan Berbasis Teori Van

Hiele ... 46

b. Deskripsi Kamampuan Koneksi Matematika Siswa ... 48

c. Deskripsi Hasil Pretest dan post test Kemampuan Koneksi Matematika ... 49

d. Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa... 55

1) Uji Statistik Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa ... 55

a) Membuat tabel nilai pre test dan nilai post test ... 55

b) Melakukan uji normalitas dan homogenitas ... 55

c) Melakukan uji perbedaan antara pre test dan post test ... 58

B. Pembahasan………... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 64

A. Simpulan ... 64

B. Saran ... 65

DAFTAR PUSTAKA ... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 68

(11)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Data Siswa Kelas V SDN 1 Cibatuireng ... 22

3.2 Kisi-kisi Instrumen Data Kemampuan Koneksi MatematikaSiswa ... 26

3.3 Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Kemampuan Koneksi Matematika ... 33

3.4 Hasil Perhitungan Pengujian Reliabilitas ... 33

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Kemampuan Koneksi Matematika ... 34

3.6 Interpretasi Indeks Kesukaran ... 35

3.7 Indeks kesukaran tiap butir soal ... 35

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 37

3.9 Rambu-Rambu Interval Kategori Kemampaun Koneksi Matematika ... 39

3.10 Kategori Interpretasi Normal Gain ... 40

4.1 Rambu-Rambu Interval Kategori Kemampuan Koneksi Matematika ... 49

4.2 Interval Kategori Kemampuan Koneksi Matematika ... 52

4.3 Kategori Interpretasi Normal Gain ... 52

4.4 Hasil Perhitungan Uji N-Gain untuk Seluruh Siswa ... 53

4.5 Rekapitulasi Tingkat Kemampuan Koneksi Matematika ... 54

4.6 Hasil Uji Deskriptif Pre Test dan Post Test ... 56

(12)

v

Tabel Halaman

4. 8 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Varians Data Pre Test dan

Post Test ... 58

(13)

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1 Skema Pre-Eksperimen ... 23

3.2 Rumus kolerasi Person Product Moment ... 30

3.3 Rumus reliabilitas ... 31

3.4 Rumus Tingkat Kesukaran ... 35

3.5 Rumus Normal Gain ... 39

(14)

vii

DAFTAR BAGAN

Diagram Halaman

(15)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A Instrumen Penelitian ... 69

A.1 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele pada Pembelajaran 1 ... 70

A.2 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele pada Pembelajaran 2. ... 73

A.3 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele pada Pembelajaran 3 ... 77

A.4 Kisi-Kisi Instrumen Soal ... 80

A.5 Instrumen Soal ... 83

B Hasil Uji Instrumen ... 88

B.1 Tabulasi Skor Uji Coba Instrumen ... 89

B.2 Hasil Uji Validitas Instrumen ... 90

B.3 Output Uji Reliabilitas Instrumen ... 91

B.4 Hasil Uji Tingkat Kesukaran ... 92

C Perangkat Pembelejaran ... 93

C.1 RPP pada Pembelejaran 1 ... 94

D.3 Rekapitulasi Kemampuan Koneksi Matematika ... 126

E Dokumentasi ... 127

E.1 Profil SDN 1 Cibatuireng ... 129

E.2 Surat Keputusan Direktur UPI Kampus Tasikmalaya ... 131

E.3 Surat Permohonan Izin Penelitian dari UPI Kampus Tasikmalaya ... 132

E.4 Surat Izin Penelitian dari Badan Kesbang, Politik, dan Linmas ... 133

(16)

ix

Lampiran Halaman

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (BNSP, 2006).

Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan manusia. Manusia tanpa pendidikan akan sulit untuk berkembang bahkan akan terbelakang. Oleh karena itu, setiap orang harus selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas pendidikannya. Kualitas pendidikan sangatlah didukung oleh proses pembelajaran. Jika proses pembelajarannya baik maka akan baik pula kualitas pendidikannya.

Matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat menunjang keberhasilan pendidikan suatu bangsa. Matematika memiliki peranan penting dalam kehidupan sehari-hari. Banyak permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang penyelesaiannya menggunakan matematika. Contoh sederhananya seperti seorang Ibu yang akan membagikan kue kepada ke empat orang anaknya. Cara untuk menyelesaikan permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan proses perhitungan dengan matematika. Dengan mengetahui pentingnya matematika maka matematika perlu dipahami dan dikuasi dengan baik oleh semua lapisan masyarakat terutama siswa sekolah.

(18)

2

banyak. Baik itu sebagai ilmu pengetahuan, sebagai alat, maupun sebagai pembentukan sikap yang diharapkan

Dalam National Council of Teachers of Mathematics (NCTM) 2000, disebutkan bahwa terdapat lima kemampuan dasar matematika merupakan standar yakni pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (representation). Dengan mengacu pada lima standar kemampuan NCTM di atas, maka dalam tujuan pembelajaran matematika yang ditetapkan dalam Kurikulum 2006 pada hakekatnya meliputi (1) koneksi antar konsep dalam matematika dan penggunaannya dalam memecahkan masalah, (2) penalaran, (3) pemecahan masalah, (4) komunikasi dan representasi, dan (5) faktor afektif.

Dalam matematika kemampuan menghubungkan suatu materi dengan materi lain atau dengan kehidupan sehari-hari berperan penting. Salah satu kemampuan yang ada dalam matematika adalah kemampuan koneksi matematika.

(19)

3

Menurut Suherman (2001, hlm 3),

Kemampuan koneksi dalam matematika adalah kemampuan untuk mengkaitkan konsep atau aturan matematika yang satu dengan yang lainnya, dengan bidang studi lain, atau dengan aplikasi pada kehidupan nyata.

Matematika merupakan ilmu yang terstruktur dan saling berkaitan antar satu topik dengan topik lainnya. Materi yang satu mungkin merupakan prasyarat bagi yang lainnya, atau konsep tertentu diperlukan untuk menjelaskan konsep lainnya. Hal ini sejalan dengan pendapat Suherman, dkk (2003, hlm 22) yang menyatakan bahwa “dalam matematika terdapat topik atau konsep prasyarat sebagai dasar untuk memahami topik atau konsep selanjutnya”.

Gagasan koneksi matematika bukan merupakan hal baru dalam pendidikan matematika, karena Gagasan koneksi matematika telah diteliti sejak lama oleh W.A. Brownell tahun 1930-an. Namun pada saat itu ide koneksi matematika hanya terbatas pada koneksi pada aritmetik (Bergeson, dalam Sugiman 2000, hlm 37).

Ada kemampuan koneksi matematika disebabkan karena adanya pemikiran bahwa ilmu matematika merupakan ilmu yang saling menyatu satu sama lainnya, artinya satu konsep matematika dengan konsep lain adalah saling terkait dan saling berhubungan. Selain itu, matematika juga tidak hanya terkait dengan konsep dalam matematika itu sendiri, tetapi juga terkait dengan konsep lain dalam ilmu selain matematika dan juga memiliki keterkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Tanpa koneksi matematika maka siswa harus belajar dan mengingat terlalu banyak konsep dan prosedur matematika yang saling terpisah (NCTM, 2000, hlm 275). Dengan kemampuan koneksi matematika siswa diharapkan mampu berpikir logis dan luas dalam menghadapi suatu permasalahan. Selain itu koneksi matematika dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa seperti mengingat kembali, memahami, menerapkan suatu konsep terhadap lingkungan dan sebagainya. Jika dalam menerapkan konsep matematika tidak dikoneksikan dengan pengalaman siswa, maka siswa akan kesulitan mengingat materi karena terlalu banyak konsep dan prinsip-prinsip dalam matematika.

(20)

4

menumbuhkan kemampuan memecahkan masalah dan pemberian alasan serta dapat mendukung banyak topik lain dalam matematika (Kennedy dalam Nuraeni, 2010, hlm 2).

Ada beberapa alasan kenapa geometri perlu diajarkan , menurut Usiskin (Kahfi dalam Nuraeni, 2010, hlm 2). Pertama, geometri merupakan satu-satunya ilmu yang dapat mengkaitkan matematika dengan bentuk fisik dunia nyata. Kedua , Geometri satu-satunya yang memungkinkan ide-ide dari bidang matematika yang lain untuk digambar. Ketiga, Geometri dapat memberikan contoh yang tidak tunggal tentang sistem matematika. Dari pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peranan geometri dalam mata pelajaran matematika memang sangat kuat. Jadi sudah menjadi suatu keharusan bagi siswa Sekolah Dasar (SD) untuk mampu memahami geometri dengan benar.

Bahasan yang dipelajari dalam geometri salah satunya adalah bangun datar. Bangun datar segi empat diantaranya jajar genjang. Jajar genjang adalah segi empat yang memiliki dua pasang sisi, yang masing-masing pasang sisi sejajar dan sama panjang, sudut yang berhadapan sama besar.

Ketika peneliti melakukan observasi awal mengenai pengetahuan terhadap konsep bangun datar, ternyata siswa belum bisa mengkoneksikan bangun datar meskipun siswa sebagian besar telah mengetahui sifat-sifat dari masing-masing bangun datar. Dalam Lukman, (2013, hlm 5) banyak siswa yang kurang mengerti jajar genjang karena kesulitan dalam memberiakn contoh konkret yang di temui di lapangan.

Pada kenyataannya banyak siswa yang belum mempunyai kemampuan Koneksi Matematika yang diharapkan. Rendahnya kemampuan matematika siswa yang menjadi kendala dalam proses pembelajaran matematika, sehingga siswa banyak yang beranggapkan sulit dalam mempelajari matematika karena banyaknya prinsi-prinsip yang harus di pelajari. Apalagi dalam materi jajar genjang siswa kesulitan untuk mengkaitkan konsep dengan konsep bangun datar yang lain dan dengan kehidupan sehari-hari.

(21)

5

karena faktor lain yang mempengaruhi proses belajar mengajar matematika, seperti siswa yang kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran, pengajar yang kurang mampu memberikan pengarahan dan tuntunan untuk siswa mengkoneksikan materi dalam matematika, pra sarana, sarana dan penilaian juga teori belajar yang digunakan (Hudoyo, dalam Nuraeni, 2010, hlm 2). Selain kesulitan di atas berdasarkan hasil observasi peneliti dimungkinkan faktor siswa hanya sebatas tahu tetapi tidak paham sifat-sifat bangun datar, sehingga siswa tidak terpikirkan terdapat koneksi.

Berdasarkan paparan diatas, penulis berkeinginan untuk melakukan penelitian langsung kepada siswa SD guna mengetahui keadaan yang sebenarnya dalam melakukan kegiatan pembelajaran matematika. Untuk itu penulis akan melakukan penelitian Pre Eksperimen di SDN Cibatuireng 1 kelas V.

Salah satu metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan koneksi matematika adalah model pembelajaran berbasis teori Van Hiele . Oleh karena itu penulis bermaksud untuk menerapkan model pembelajaran berbasis teori Van Hiele dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematika bangun datar jajar genjang pada siswa kelas V di SDN Cibatuireng1. Dengan judul: “Peningkatan Kemampuan Koneksi Matematika Siswa Pada Materi Jajar Genjang Melalui Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele”.

B. Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Masalah yang teridentifikasi dari latar belakang di atas antara lain : 1. Siswa yang kurang fokus dalam mengikuti pembelajaran.

2. Pengajar yang kurang mampu memberikan pengarahan dan tuntunan untuk siswa mengkoneksikan materi dalam matematika.

3. Pra sarana, sarana yang kurang mendukung dan penilaian 4. Teori belajar yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi siswa

(22)

6

7. Siswa menganggap materi dalam matematika terpisah-pisah tidak ada koneksinya.

8. Siswa tidak di fasilitasi untuk berpikir mengkoneksikan konsep-konsep bangun datar

2. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang muncul berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan tersebut sebagai berikut :

a. Bagaimana proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematika materi jajar genjang dengan model pembelajaran berbasis teori Van Hiele di kelas V SDN 1 Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya ?

b. Apakah terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele dibandingkan dengan pembelajaran konvensional di kelas V SDN 1 Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematika materi jajar genjang dengan model pembelajran berbasis teori Van Hiele di kelas V SDN 1 Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.

2. Untuk menguji peningkatan pembelajaran berbasis teori Van Hiele dibandingkan dengan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi jajar genjang di kelas V SDN 1 Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya.

D. Manfaat Penelitian

(23)

7

1. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan teori belajar Van Hiele digunakan dalam pembelajaran matematika khusunya tentang peningkatan koneksi matematika pada konsep jajar genjang.

2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa, dengan diberikannya bahan ajar koneksi matematika diharapkan siswa menjadi termotivasi untuk terus belajar khususnya dalam pelajaran matematika.

b. Bagi guru, dengan penelitian ini diharapkan dapat memacu terus motivasi para guru untuk meningkatkan pengetahuan mengenai teori-teori belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

c. Bagi sekolah, sebagai sumbangan pikiran mengenai teori belajar Van Hiele dalam koneksi matematika pada jajar genjang.

d. Bagi peneliti, dapat memperoleh pengalaman langsung dalam menyusun sebuah penelitian mengenai penggunaan teori Van Hiele dalam peningkatan koneksi matematika pada konsep jajar genjang.

D. Struktur Organisasi Skripsi

Gambaran lebih jelasnya tentang isi keseluruhan skripsi disampaikan dalam

sistematika penulisan yang pembahasannya disusun sebagai berikut:

1. Bab I pendahuluan. Pendahuluan terdiri dari latar belakang penelitian,

identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,

dan struktur organisasi skripsi.

2. Bab II kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis. Bab ini

menjelaskan tentang kajian pustaka, kerangka pemikiran, dan hipotesis.

3. Bab III metode penelitian. Terdiri atas lokasi dan subjek populasi/ sampel

penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional variabel,

instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan

(24)

8

4. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini mengemukakan tentang

hasil penelitian yang dicapai dan pembahasannya.

5. Bab V kesimpulan dan saran. Bab kesimpulan dan saran menyajikan

(25)

212 2

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian, Populasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Cibatuireng 1.Sekolah Dasar Negeri 1 Cibatuireng berdiri pada tahun 1922 yang berada di wilayah Desa Cibatuireng. SD Negeri 1 Cibatuireng dari mulai berdiri dan sampai sekarang tidak pernah mengalami perpidahan tempat, tetapi masih bertempat di Kampung. Cibatuireng RT/TW 01/01 , Desa Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal KabupatenTasikmalaya. Jarak dari sekolah ke ke kecamatan ± 7 km.

2. Populasi Penelitian

Menurut Arikunto (2010, hlm 173) “Populasi adalah keseluruhan subjek

penelitian”. Sedangkan menurut Sugiyono (2009, hlm 80) “Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulanya”.

Populasi dalam penelitian ini adalah kelas V se kecamatan Karangnunggal, kabupaten Tasikmalaya.

3. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010, hlm 118) “Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut”. Sedangkan menurut Darmadi

(26)

222 2

relatif kecil kurang dari 30 orang, atau membuat generalisasi dengan kesalahan relatif kecil maka digunakan sampel jenuh”.

Pengambilan sampel tidak dilakukan secara random serta tidak dilakukan uji normalitas dan uji kesamaan rata-rata, karena hanya satu kelas yang dijadikan sebagai objek penelitian, sehingga pada penelitian ini tidak terdapat kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 1 Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya yang berjumlah 20 orang siswa pada tabel berikut.

Tabel 3.1

Data Siswa Kelas V SDN 1 Cibatuireng

No. Nama Sekolah

Banyaknya Siswa

Jumlah Laki-laki Perempuan

1. SDN 1 Cibatuireng Kelas V 4 16 20

Dalam tabel data yang dijadikan penelitian adalah siswa kelas V berjumlah 20 orang yang terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 16 orang siswa perempuan. Dalam peneltian ini siswa kelas V SDN 1 Cibatuireng ditetapkan sebagi kelas eksperimen.

B. Design Penelitian

Penelitian ini berbentuk penelitian Pre-experimental design. Desain ini merupakan eksperimen yang belum sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen. Hal ini dapat terjadi karena tidak adanya variabel kontrol, dan sample tidak dipilih secara random (Sugiyono. 2010, hlm 74).

(27)

232 2

Design yang di gambarkan seperti berikut :

Gambar 3.1 Skema Pre-Eksperimen Keterangan:

O1 = nilai pretest O2 = nilai posttest

X = perlakuan (Sugiyono, 2010, hlm 75)

Penelitian ini dilakukan pada satu kelas, yaitu hanya kelompok eksperimen saja. Adanya pengaruh dapat dilihat dari hasil perbandingan pretest (sebelum diberikan perlakuan)dan postest(setelah diberikan perlakuan).

C. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono (2010, hlm 9) bahwa “Metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu”. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif

dengan metode eksperimen. “Penelitian eksperimen adalah penelitian yang

dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya

kontrol” (Hatimah dalam Dina Herawati , 2013, hlm 35). Tujuan penelitian

eksperimen adalah untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat dan

seberapa besar hubungan sebab akibat tersebut. Untuk mengetahui seberapa besar

hubungan sebab akibat tersebut dilakukan dengan cara memberikan

perlakuan-perlakuan tertentu.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian Pre-Eksperiment. Prosedur penelitiannya hanaya terdapat satu kelompok saja yang dijadikan objek penelitina, sehingga dalam penelitian ini bisa dikatakan belum sungguh-sungguh, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel dependen.

(28)

242 2

Penelitian eksperimen adalah penelitian yang benar-benar untuk melihat hubungan sebab-akibat. Penelitian ini untuk mengetahui ada tidaknya perubahan pembelajaran matematika terhadap kemampuan koneksi matematika siswa setelah menerapkan pembelajaran berbasis teori Van Hiele. Hasil pretest dan postest dibandingkan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pembelajaran berbasis teori Van Hiele.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

“Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya” (Sugiyono, 2009, hlm 61). Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu varibel bebas dan variabel terikat. “Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)” (Sugiyono, 2010, hlm 61). Sedangkan menurut Darmadi (2011, hlm 176) bahwa “variabel bebas biasanya merupakan variabel yang dimanipulasi secara sistematis”. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele. Sedangkan “Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010, hlm 61). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan koneksi matematika. Definisi operasional untuk kedua variabel tersebut adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran Berbasis Teori Van Hiele

(29)

252 2

terarah/terpandu (Guided orientation), Eksplisitasi (Explicitation), Orientasi bebas (Free orientation), dan Integrasi(Integration).

2. Koneksi Matematika

Koneksi matematika adalah kemampuan matematika yang dimiliki setiap manusia untuk menghubungkan antar konsep matematika itu sendiri, dengan disiplin ilmu lain maupun dengan kehidupan sehari-hari. Koneksi matematika inilah yang akan memudahkan seseorang untuk memahami suatu konsep-konsep dan mengembangkan ilmunya dengan menghubungkan konsep sebelumnya dengan konsep yang akan dipelajari. Menurut NCTM (2000) Koneksi matematika di bagi menjadi tiga klasifikasi, yaitu :

a. Koneksi antar topik matematika b. Konkesi dengan disiplin ilmu lain c. Koneksi dengan masalah ilmu-ilmu lain.

E. Instrumen Penelitian

Menurut Arikunto (2006, hlm 160), “Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik”. Instrumen penelitian digunakan untuk mengumpulkan data yang diperoleh dari lapangan, selain instrumen pengembangan bahan ajar (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), dalam penelitian ini peneliti menggunkan instrumen tes yaitu berupa soal tes objektif (essay).

1. Instrumen Tes Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

(30)

262 2

Tabel 3.2

Kisi-kisi Instrumen Data Kemampuan Koneksi Matematika Siswa

Standar Kompetesi : 6. Memahami sifat-sifat bangun dan hubungan antar bangun.

Kompetensi Dasar : 6.1 Mengidentifikasi sifat-sifat bangun dasar. Materi : Sifat-sifat Bangun Datar Segi Empat

No Indikator Kompetensi

Indikator Soal Tingkat

Kesukaran Kognitif Dimensi

(31)
(32)

282 2

2. Intrumen Pengembangan Bahan Ajar dan Format Observasi

Instrumen penelitian selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

pengembangan bahan ajar (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). RPP digunakan

sebagai acuan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. RPP

pembelajaran terdapat pada lampiran C tentang perangkat pembelajaran.

Instrumen pembelajaran lainnya adalah guru pengajar dan observer kegiatan

pemeblajaran. Peneliti berperan sebagai guru pengajar dan observernya adalah

(33)

292 2

mengetahui efektifitas penggunaan pembelejaran berbasis teori Van Hiele.

Lembar observasi digunakan untuk memperoleh informasi mengenai

keterlaksanaan pembelejaran berbasis teori Van Hiele. Dalam lember observasi

terdapat indikator tahapan pembelajran yang di isi oleh observer. Format

observasi mengenai keterlaksanaan pembelajaran berbasis teori Van Hiele dapat

di liohat di lampiran A1-A3.

F. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Setelah pembuatan instrumen selesai, langkah selanjutnya adalah pengujian

instrumen penelitian. Pengujian instrumen ini bertujuan untuk mendapatkan

instrumen yang valid dan reliabel sehingga layak digunakan dalam penelitian.

“Suatu alat penilaian dikatakan mempunyai kualitas yang baik apabila alat tersebut memiliki atau memenuhi dua hal, yakni ketepatannya atau validitasnya dan ketetapan atau keajegannya atau reliabilitasnya” (Sudjana dalam Dina Herawati, 2013, hlm 41).

Uji instrumen penelitian dilaksanakan terhadap kelas V Sekolah Dasar yang sampelnya berbeda dengan sampel penelitian, tetapi diasumsikan kualitas sekolah yang dimiliki sama. Pada penelitian ini, uji instrumen dilakukan terhadap siswa kelas V SDN Sukarame Wilayah Tengah Kota Tasikmalaya dengan jumlah siswa

semuanya adalah 23 orang siswa.

1. Uji Validitas Instrumen

(34)

302 2

item ditunjukan dengan adanya korelasi atau dukungan terhadap item total (skor

total), perhitungan dilakukan dengan cara mengkorelasikan antara skor item

dengan skor total item. Dari hasil penghitungan korelasi akan didapat suatu

koefisien korelasi yang digunakan untuk mengukur tingkat validitas suatu item

dan untuk menentukan apakah suatu item layak digunakan atau tidak.

Penelitian ini menggunakan pengujian validitas dengan cara validitas internal. Untuk menguji validitas internal, sebelumnya instrumen diujicobakan pada siswa-siswa SDN Sukarame. Kemudian datanya ditabulasikan dengan bantuan program Microsoft Excel 2007. Kemudian dilakukan pengujian analisis item. Sedangkan untuk mengetahui validitas empiris bisa menggunakan uji statistik, yakni tekhnik kolerasi Person Product Moment, yaitu :

rhitung =

(

)( )

Gambar 3.2 Rumus kolerasi Person Product Moment Ket :

r hitung = Koefisien Korelasi

∑Xi = Jumlah skor item

∑Yi = Jumah skor total

N = Jumlah responden. (Riduwan, 2009, hlm 98) Selanjutnya dihitung dengan Uji-t dengan rumus : t hitung = r √

Ket :

t = Nilai thitung

r = Koefisien Korelasi hasil rhitung n = Jumlah responden.

Distribusi (Tabel t) untuk α = 0,05 dan derajad kebebasan (dk = n - 2) Kaidah keputusan : Jika t hitung > t tabel berarti valid sebaliknya

Jika t hitung < t tabel berarti tidak valid.

(35)

312 2

korelasi Pearson Product Moment dengan penghitungan yang dilakukan dengan bantuan program Microsoft excel 2010. Hasil uji validitas terlampir di lampiran B.2 .

Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung validitas adalah : a. Buka program Microsoft Exel 2010.

b. Memasukan tabulasi skor siswa yang ada pada lampiran B.1. c. Menghitung koefisien korelasi rxy.

d. Menghitung t hitung. e. Menghitung t tabel.

f. Jika t hitung > t tabel berarti valid, jika t hitung < t tabel berarti tidak valid.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Uji Reliabilitas digunakan untuk mengetahui adanya konsistensi alat ukur dalam penggunaannya, atau dengan kata lain alat ukur tersebut mempunyai hasil yang konsisten apabila digunakan bekali-kali pada waktu yang berbeda. Sugiyono (2010, hlm 172) menyatakan bahwa ”instrumen yang reliabel adalah instrumen yang apabila digunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama”. Jadi uji reliabilitas digunakan untuk menetapkan dan mengetahui apakah instrumen yang digunakan sebagai alat ukur akan menghasilkan data yang konsisten sehingga suatu pengukuran itu dapat dipercaya. Rumus yang digunakan untuk mengetahui reliabilitas yaitu :

Gambar 3.3 Rumus reliabilitas

Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi Product Moment antara belahan (ganjil-genap) atau (awal-akhir) (Riduwan, 2009 hlm102)

=

.

(36)

322 2

Untuk memudahkan proses perhitungan dalam pengujian analisis pada penelitian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan metode Cronbach’s Alpha dengan penghitungan yang dibantu komputer program SPSS 16.0.

Langkah-langkah uji reliabilitas pada program SPSS adalah sebagai berikut:

a. Buka program SPSS16.0

b. Buka halaman Data View

c. Masukan tabulasi skor siswa yang terdapat pada lampiran B.1.

d. Klik Variabel View. Pada kolom Name ketik nomor 1 sampai nomor 35 tanpa

spasi (banyak butir soal). Untuk Type pilih Numeric. Kolom desimal diubah

menjadi 0. Kolom label diisi nomor 1 sampai nomor 35. Kolom Values diisi 1

“benar”, 0 “salah”. Pada kolom Measure pilih nominal untuk semua nomor.

e. Klik Analyze >> Scale >> Reliability Analysis.

f. Klik semua item (kecuali skor total), pindahkan variabel ke kotak items,

kemudian klik Statistics.

g. Pada kotak dialog Descriptives for, klik Scale of item deleted.

h. Klik Continue

i. Kemudian OK.

3. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Perhitungan uji validitas dan uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menganalisis data skor jawaban dari 23 siswa terhadap 10 butir soal uji coba instrumen soal tersebut. Kriteria pengujian validitas adalah dengan membandingkan antara koefisien korelasi (rhitung) dengan nilai tabel korelasi Pearson Product Moment (rtabel). Kriterianya: “jika rhitung> rtabel maka instrumen valid, sebaliknya jika rhitung< rtabel maka instrumen tidak valid” (Riduwan, 2010 hlm 98).

(37)

332 2

validitas ditunjukkan pada tabel 3.3 berikut.

Tabel 3.3

Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Kemampuan Koneksi Matematika

Berdasarkan tabel 3.3, diketahui bahwa dari 10 soal semuanya valid karena semua nilai rhitung lebih besar dari pada nilai rtabel. Berarti ini menunjukkan bahwa intrumen yang di buat setiap butis soalnya sudah shahih dan dapat mengukur apa yang seharunya diukur.

Setelah melakukan uji validitas, item-item soal yang valid di uji reliabilitasnya. Uji reliabilitas ini bertujuan untuk mengetahui konsistensi instrumen penelitian. Hasil uji reliabiltas menggunakan program SPSS 16.0 ditunjukkan sebagai berikut.

Dari tabel 3.4, diperoleh alpha cronbach sebesar 0,870. Pengujian dilakukan dengan membandingkan nilai Alpha Cronbach, apabila alpha cronbach lebih kecil maka item tersebut reliabel, begitupun sebaliknya. Rekapitulasi hasil uji

Item Soal rhitung rtabel Keterangan

(38)

342 2

reliabilitas instrumen butir soal kemampuan koneksi siswa menggunakan program SPSS 16.0 ditunjukkan pada tabel berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Kemampuan Koneksi Matematika Item

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas, dengan menggunakan

program SPSS 16.0 diperoleh nilai Alpha Cronbach keseluruhan sebesar 0,870. Dengan demikian terdapat 10 item pertanyaan yang reliabel. Dengan kata lain

bahwa intrumen yang telah di buat semuanya sudah reliabel berarti sudah

konsisten atau ajeg.

Dari hasil uji coba instrumen dan sudah dilakukan, didapatkan instrumen penelitian untuk soal kemampuan koneksi dengan materi (kisi-kisi) sebagaimana ditunjukkan pada lampiran A.4 , dan instrumen soal kemampuan koneksi matematika ditunjukkan pada lampiran A.5. Pemilihan didasarkan pada pertimbangan: (1) hasil uji validitas dan reliabilitas, (2) keterkaitan dengan indikator kompetensi kemampuan koneksi matematika tentang materi jajar genjang, dan (3) kualitas soal. Kualitas soal yang diolah dalam penelitian ini adalah tingkat kesukaran soal.

4. Tingkat Kesukaran Butir Soal

(39)

352 2

bahwa untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus :

Gambar 3.4 Rumus Tingkat Kesukaran Keterangan :

P = indeks kesukaran

B = banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar JS = jumlah seluruh siswa.

Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal (Gunardi 2013 : 36) digunakan kriteria sebagai berikut :

Tabel 3.6

Indeks kesukaran tiap butir soal

No. Soal Indeks kesukaran Kategori

(40)

362

Berdasarkan hasil keseluruhan uji validitas, reliabilitas, dan kualias butir sola maka dapat disimpulkan bahwa ada 10 butir soal untuk digunakan sebagai instrumen penelitian yang valid dan reliabel untuk mengukur kemampuan koneksi matematika siswa pada materi jajar genjang.

G. Tekhnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Langkah pengumpulan data sangat penting dilakukan untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April 2014 di kelas V SDN 1 Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kabupaten Tasikmalaya sebagai objek yang diteliti. Prosedur yang ditempuh dalam tahapan pengumpulan data ini adalah melakukan penelitian secara langsung ke objeknya melalui pembelajaran langsung di kelas eksperimen. Selanjutnya tekhnik yang digunakan untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan dan pokok masalah dalam penelitian ini adalah melalui tes kemampuan koneksi matematika dalam

bentuk tes objektif untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran berbasis teori

Van Hiele.

1. Tes

Menurut Riduwan (2010, hlm 76) “Tes sebagai instrumen pengumpul data adalah serangkaian pertanyaan yang digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, intelegensi atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok”.

(41)

372 2

Tes yang peneliti gunakan sebagai alat untuk mengumpulkan data berupa pre test dan post test. Pre Test disebrikan sebelum melakukan proses pembelajaran, hal tersebut untuk mengetahui pengetahuan awal siswa. Sedangkan post test diberikan setelah siswa melakukan pembelajaran, hal tersebut untuk mngetahui sejauh mana siswa memahami terhadap materi pelajaran yang telah diberikan oleh guru.

2. Lembar Observasi

”Observasi yaitu melakukan pengamatan secara langsung pada objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan” (Riduwan, 2010, hlm 76). Observasi terhadap guru yang dilakukan oleh observer bertujuan untuk menilai kesesuaian antara rencana pelaksanaan pembelajaran dengan pelaksanaan di kelas. Observasi dilaksanakan guru kelas V SDN 1 Cibatuireng yang bertindak sebagai observer. Sedangkan peneliti bertindak sebagai guru pengajar. Instrumen observasi berbentuk rating scale, dimana observer hanya memberikan tanda ceklish (√) pada kolom yang sesuai dengan aktivitas yang diobservasi.

Tabel 3.8

Matematika Siswa Tes Primer Siswa kelas

kelas V

2

Keterlaksanaan pembelajaran berbasis

Teori Van Hiele

Observasi Sekunder Peneliti sebagai guru

H. Analisis Data

Kegiatan analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data telah terkumpul. Selanjutnya data yang dihasilkan dari pengumpulan data diolah melalui beberapa tahap sebagai berikut:

1. Persiapan mencakup mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi, mengecek kelengkapan data, dan mengecek macam isian data.

2. Tabulasi

(42)

382 2

penelitian ini berbentuk essay, maka pemberian skor tiap soal, jika memberi jawaban benar dan lengkap diberi skor empat (4), jika memberi jawaban benar dan hampir lengkap diberi skor tiga (3), jika memberi jawaban benar tetapi kurang lengkap diberi skor dua (2), jika memberi jawaban tetapi sebagian besar salah diberi skor satu (1), jika tidak memberi jawaban atau jawab salah diberi skor nol (0). Setelah perhitungan skor baik pada pretest maupun posttest selesai maka dilanjutkan dengan menghitung normal gain. Hasil untuk skor pretest, posttest dan skor tiap indikator yang diperoleh siswa terdapat pada lampiran D.

3. Analisi Statistik a. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum dari masing-masing variabel. Hal yang dilakukan dalam analisis deskriptif ini adalah mengolah data setiap variabel tersebut. Pengolahan data secara statistik deskriptif berkaitan dengan upaya menjawab atau menjelaskan permasalahan yang berhubungan dengan:

1) Bagaimana proses pembelajaran dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematika materi jajar genjang dengan model pembelajaran berbasis teori Van Hiele di kelas V SDN 1 Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kapupaten Tasikmalaya ?

2) Apakah terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele dibandingkan dengan pembelajaran konvensional di kelas V SDN 1 Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kapupaten Tasikmalaya?

Untuk menjawab permasalah diatas (tentang kemampuan koneksi matematika siswa), prosedur penglahan data meliputi:

a. Pemberian skor dan nilai terhadap jawaban pre test dan post test siswa.

b. Melakukan olah data statistik deskriptif terhadap nilai pre test dan post test siswa.

(43)

392 2

d. Untuk informasi ada tidaknya peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa dilakukan perhitungan normal gain antara nilai pre test dengan nilai post test.

Kategori pencapaian kemampuan koneksi matematika didasarkan pada interval kategori hasil belajar menurut Cece Rahmat dan Solehudin (2006:65) dengan ketentuan sebagai berikut.

Tabel 3.9

Rambu-Rambu Interval Kategori Kemampaun Koneksi Matematika

No. Rambu-rambu Interval Nilai Kategori

1. X ≥ ideal + 1,5 Sideal Sangat Tinggi

2. ideal + 0,5 Sideal ≤ X < ideal + 1,5 Sideal Tinggi 3. − 0,5 ≤

< + 0,5 Sedang 4. − 1,5 ≤

< − 0,5 Rendah

5. < − 1,5 Sangat

Rendah Penjelasan interval kategori kemampuan koneksi matematika diuraikan sebagai berikut.

!ideal = Xideal, Sideal =

" ideal, Xideal (Nilai ideal)

Untuk keperluan analisis kualitas peningkatan hasil belajar dilakukan perhitungan normal gain terhadap perbedaan antara nilai post test dan nilai pre test. Rumus normal gain (Ngain) menurut Meltzer (2002) adalah:

Normal Gain = #$ %$&' ()&' #$ % ) ()&'

#$ *+),- #$ % ) ()&'

(44)

402 pre test dan selisih nilai ideal dengan nilai pre test. Normal gain digunakan untuk mengetahui peningkatan pemahaman atau kemampuan koneksi matematika siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.

b. Uji Hipotesis

Pengolahan data untuk uji hipotesis berhubungan dengan keperluan uji signifikansi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa, serta untuk menjawab rumusan masalah bagian 2 Dalam penelitian ini, seluruh teknik pengolahan data untuk keperluan uji stastik (uji hipotesis) sepenuhnya menggunakan program aplikasi software SPSS 16.0 for Windows. Rambu-rambu uji hipotesis tersebut adalah sebagai berikut:

1) Uji Asumsi

Uji asumsi dilakukan untuk menentukan jenis statistik pengolahan data, apakah menggunakan statistik parametrik atau non parametrik. Hal yang dilakukan dalam uji asumsi adalah uji normalitas dan uji homogenitas.

a) Uji Normalitas

(45)

412 2

Adapun pada uji normalitas data yang peneliti gunakan adalah uji lilliefors (Kolmogorov-smirnov) dengan cara penghitungan melalui program SPSS 16.0. Kriterianya adalah signifikansi untuk uji dua sisi. Jika hasil perhitungan lebih besar (P-value) dari >α = 0,05 berarti berdistribusi normal.

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakan bantuan program SPSS 16.0. dengan Uji Deskriptives Statistics.

Langkah-langkah penggunaan program SPSS 16.0 untuk menguji normalitas adalah sebagai berikut:

• Buka program SPSS, kemudian masukkan data pada sheet variable view • Pilih menu Analyze >> Deskriptives Statistics >> Explore

• Masukkan nilai pada Dependent List, dan kelas pada Factor List. • Klik Plots, pilih Normality plots with tests, klik Continue, lalu OK.

Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji normalitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada Asymp. Sig (2-tailed). Untuk menentukan kenormalan, kriteria yang berlaku adalah sebagai berikut:

1. Menetapkan hipotesis.

2. Tetapkan tarap signifikansi uji misalnya a = 0,05. 3. Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

4. Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

5. Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi data adalah sama atau tidak (Priyatno dalam Herawati, 2013, hlm 76). Pada penelitian ini, uji homogenitas data dilakukan dengan bantuan program SPSS

16.0, langkah-langkahnya sebagai berikut:

• Buka program SPSS, kemudian masukkan data pada sheet variable view • Pilih menu Analyze >> Deskriptives Statistics >> Explore

(46)

422 2

• Klik Plots, pilih Levense Test untuk Untransormed, klik Continue, lalu OK. Cara mengetahui signifikan atau tidak signifikan hasil uji homogenitas adalah dengan memperhatikan bilangan pada (Sig.) Based on Mean. Untuk menetapkan homogenitas digunakan pedoman sebagai berikut:

1. Menentukan hipotesis.

2. Tetapkan tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05. 3. Bandingkan p dengan taraf signifikansi yang diperoleh.

4. Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka variansi setiap sampel sama (homogen).

5. Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka variansi setiap sampel tidak sama (tidak homogen).

2) Uji Hipotesis Statistik

Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas data, kemudian dilakukan

Uji hipotesis statistik terdiri dari uji komparasi dan uji hipotesis statistik penelitian. Uji komparasi dan uji hipotesis statistik ini dilakukan untuk mendapatkan informasi mengenai perbedaan kemampuan koneksi matematika antara pre test dan post test.

a) Uji Komparasi

Uji komparasi ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan

penguasaan kemampuan koneksi matematika setelaha pembelajaran berbasis teori

Van Hiele. Uji perbedaan dua rata-rata ini dilakukan dengan menggunakan SPSS

16.0. Ketentuan pengujiannya adalah sebagai berikut.

(a) Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen maka pengujiannya dilakukan menggunakan uji t (independent sample t-test).

(b) Jika data berdistribusi normal dan memiliki varians yang tidak homogen maka pengujiannya dilakukan menggunakan uji t’(independent sample t-test).

(c) Jika data data tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non-parametrik Rank sum test (wilcoxon).

(47)

432 2

1. Menentukan hipotesis.

2. Tetapkan tarap signifikansi uji, misalnya a = 0,05.

3. Jika signifikansi yang diperoleh > a, maka tidak ada perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pre test dengan rerata nilai post test.

4. Jika signifikansi yang diperoleh < a, maka ada perbedaan yang signifikan antara rerata nilai pre test dengan rerata nilai post test.

b) Uji Hipotesis Statistik Penelitian

Hipotesis pada penelitian ini tentang peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa pada materi jajar genjang melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele. Terlebih dahulu dirumuskan hipotesis H0 dan Ha. Hipotesis kerja pada penelitian ini adalah sebagai berikut sebagai berikut:

Hipotesis nol (H0)

Tidak ada perbedaan antara pemahaman koneksi matematika siswa pada materi jajar genjang setelah pembelajaran berbasis Van Hiele dengan pemahamana pemahaman koneksi matematika siswa pada materi jajar genjang sebelum pembelajaran Van Hiele.

Hipotesis alternatif (Ha)

Ada perbedaan antara pemahaman koneksi matematika siswa pada materi jajar genjang setelah pembelajaran berbasis Van Hiele dengan pemahamana pemahaman koneksi matematika siswa pada materi jajar genjang sebelum pembelajaran Van Hiele.

Jika pada hasil analisis data siswa diperoleh rata skor gain > 0, dan rata-rata skor n-gain > 0,3 maka Ha diterima dan H0 ditolak. Jika pada hasil analisis data siswa diperoleh rata-rata skor gain < 0, dan rata-rata skor n-gain < 0,3 maka Ha ditolak dan H0 diterima.

Sedangkan hipotesis statistik penelitian adalah: H0 : µ1 = µ2

(48)

442 2

Keterangan

µ1 :kemampuan koneksi matematika siswa setelah menggunakan

pembelajaran berbasis teori Van Hiele.

µ2 :kemampuan koneksi matematika siswa sebelum menggunakan

pembelajaran berbasis teori Van Hiele.

Ketentuan yang digunakan adalah jika µ1 = µ2, maka H0 diterima, dan jika µ1

≠ µ2, maka H0 ditolak dan Ha diterima.

Setelah mengetahui ada tidaknya perbedaan dari kedua sampel tersebut, maka

dapat disimpulkan mengenai ada tidaknya peningkatan kemampuan konkesi

matematika siswa pada materi jajar genjang melalui pembelajaran berbasis teori

Van Hiele di kelas V SDN 1 Cibatuireng Kecamatan Karangnunggal Kabupaten

(49)

64

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada BAB IV, maka dapat

ditarik kesimpulan, sebagai berikut: Keterlaksanaan pembelajaran berbasisi teori

Van Hiele berjalan lancar sesuai dengan tahapannya dan mendapatkan tanggapan

yang positif dari siswanya.

1. Proses pembelajaran berbasis teori Van Hiele memberikan banyak pengalaman bagi siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan materi geometri yaitu bangun datar segi empat jajar genjang. Selain dituntun berdasarkan tahap-tahap berpikir menurut teori Van Hiele, siswa juga dituntun untuk terus meningkat level berpikir geometrinya sehingga dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika. Level-level perpikir Van Hiele (Visualisasi/Recognition, Analisis, Abstraksi/ Informasi Deduktion/Ordering, Deduksi, Rigor), dan untuk tahap-tahap berpikir Van Hiele ( Informasi, Orientasi terarah, eksplisitasi, orientasi bebas, itegrasi). Secara keseluruhan siswa aktif dalam pembelajaran serta pembelajaran lebih bermakna dikarenakan siswa dilibatkan secara penuh dalam mencari keterkaitan antar bangun datar datar segi empat jajar genjang. Banyaknya manfaat yang dirasakan dari penggunaan pembelajaran berbasis teori Van Hiele, namun masih ada yang dirasa kurang diantaranya siswa tidak mungkin mengusai materi selanjutnya jika belum memahami materi sebelumnya, jadi harus di pastikan dulu siswa mengikuti tahap-tahap yang diberiakn oleh guru, sehingga pembelajaran yang diharapkan berhasil. 2. Telah terjadi peningkatan kemampuan koneksi matematika siswa kelas V

(50)

65

pembelajaran Van Hiele. Didukung dengan hasil N-Gain yang menyatakan bahwa peningkatan rata-rata kemampuan koneksi matematika siswa setelah pembelajaran Van Hiele dengan kualitas peningkatannya cukup efektif. Jadi dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan koneksi matematika siswa pada materi jajar genjang dengan menggunakan pembelajaran berbasis teori Van di kelas V SDN 1 Cibatuireng.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas,

maka saran yang ingin penulis sampaikan adalah sebagai berikut.

1. Pembelajaran berbasis Teori Van Hiele terbukti dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematika pada materi jajar genjang. Maka dari itu masih banyak kemampuan lainnya yang bisa diteliti dengan menerapkan pembelajaran ini. Sehingga pembelajaran berbasis teori Van Hile dapat dijadikan salah satu alternatif dalam pembelajaran geometri di kelas dan

membuat siswa mengembangkan kemampuan koneksi matematikanya.

2. Penggunaan pembelajaran berbasis teori Van Hiele hendaknya disesuaikan dengan situasi, kondisi, dan materi geometri ayng akan disampaikan, karena pembelajarn berbasis teori Van Hiele berlaku untuk materi geometri.

3. Penelitian selanjutnya dapat diarahkan pada penggunaan pembelajaran berbasis teori Van Hiele dalam pembelajaran geometri yang lainnya diantaranya bangun datar segi empat bukan jajar genjang, bangun ruang dan sebagainya, karena pembelajaran berbasis teori Van Hiele telah berhasil meningkatkan kemampuain koneksi matematika sehingga siswa tidak memahami matematiaka sebagai ilmu yang terpisah-pisah.

4. Karena keterbatasan penelitian, maka disarankan untuk dilakukan penelitian

lebih lanjut dan mendalam agar informasi yang diperoleh lebih lengkap dan

(51)

66

DAFTAR PUSTAKA

Abdussakur. (2010). Pembelajaran Geometri Sesuai Teori Van Hiele. Malang: El-Hikmah.

Ariatna, ikhsan. (2013). Desain Didaktis Bahan Ajar Koneksi Matematika Pada Konsep Luas Daerah Trapesium. Tasikmalaya : tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Darmadi, H. (2011). Metode penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Herwati, D. (2013). Pengaruh Pendekatan Brain Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Pada Pembelajaran IPA. Tasikmalaya :

tidak diterbitkan.

NTCM. (2000). Curriculum and Evaluation Standard for School Mathematics. Virginia: The NTCM Inc.

Nur’aeni, Epon. (2008).Pengembangan kemampuan komunikasi geometris siswa sekolah dasar melalui pembelajaran berbasis teori Van Hiele. Jurnal Saung Guru, 1(2), hlm.28-34.

Nur’aeni, Epon. (2013). Hand Out Geometri. Tasikmalaya: tidak diterbitkan. Kusuma, Amor (). Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematika dengan

Menggunakan Pendekatan Kontruktivisme. Makalah.

Nurdin, Lukman (2011). Desain Didaktis Konsep Luas Daerah Jajargenjang pada Pembelajaran Matematika kelas IV Sekolah Dasar. Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Rahmat, C & Solehudin. (2006). Pengukuran Hasil belajar. Bandung : Andira Riduwan. (2011). Belajar Mudah Penelitian untuk Guru-Karyawan dan Peneliti

Pemula. Alfabeta : Bandung.

Rudiatwoko, Sigit. (2011). Karakteristik Teori Van Hiele. [Online]. Tersedia :

http://masesigit.blogspot.com. [8 Mei 2014]

(52)

67

67

Syaban, Mumun. (2009).Menumbuhkembangkan Daya Matematika Siswa. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya.

Sugiman (2008). Koneksi Matematiaka dalamPembelajaran Matetematiak di Sekolah Menengah Pertama. Makalah.

Sugiyono. (2010). Memahami Penelitian Kualitatif dan R & D . Bandung: Alfabeta.

Suherman, Erman. dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA

Gambar

Tabel 3.1
gambar siswa dapat menunjukkan gambar bangun datar segi empat Mudah (Pengetahuan)
Tabel 3.2 (Lanjutan)
Tabel 3.2 (Lanjutan)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc, M.Sc sebagai Sekretaris Program Studi S1 Ilmu Komputer Fakultas Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara

Confidence ) dan level kecemasan State Trait Anxiety pada atlet pencak silat IPSI Kota Bandung 2014, maka dipergunakan standarisasi untuk. menentukan skala, batas

Namun, kenyataannya secara menyeluruh bahwa tidak adanya dicantumkan atau tidak secara rinci menjelaskan ketentuan mengenai pengunduran diri dari organisasi internasional dimana

[r]

“Bagaimana kedudukan negara dalam keanggotaan suatu Organisasi Internasional ?” “Bagaimana pengaturan mengenai pengunduran diri negara anggota dari Organisasi Internasional ?”

Widodo, Rohadi (2010) “Analisis Pengaruh Keamanan Kerja Dan Komitmen Organisasional Terhadap Turnover Intention Serta Dampaknya Pada Kinerja Karyawan Outsourcing” Tesis

Metode merupakan suatu cara utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji hipotesa, dengan mempergunakan tehnik serta alat-alat tertentu. Cara

' (54) Judullnvensi: PROSES MEMPRODUKSI MIE BERBAHAN BAKU TEPUNG JAGUNG DENGAN TEKNOLOGI KALENDERING.. i57)