MODUL PERKULIAHAN
Perekonomian Indonesia
Transformasi Struktural Perekonomian Indonesia
Fakultas Program Studi Pertemuan Kode MK Disusun Oleh
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Akuntansi
08
84041 Edi TamtomoAbstraksi Kompetensi
Modul ini membahas konsep transformasi struktural, proses yang menyertai transformasi struktural, bagaimana transformasi struktural di Indonesia.serta dampak positif dan negatif dari transformasi struktural perekonomian.
Mampu menjelaskan tentang:
1. Konsep Transformasi Struktural Perekonomian (Pengertian dan Teori yang mendasarinya) 2. Proses yang mengiringi Transformasi Struktural 3. Transformasi Struktural di Indonesia
4. Dampak positif dan negatif transformasi struktural
Pendahuluan
Pada awal modul akan dibahas tentang konsep perubahan struktur ekonomi menurut beberapa teori tentang perubahan struktural perekonomian. Berdasarkan teori-teori tersebut akan dibahas lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan struktur perekonomian tersebut. Selanjutnya akan dibahas bagaimana perubahan struktur perekonomian yang terjadi di Indonesia.
Modul ini juga membahas beberapa hal yang terkait dengan konsep teori mikro ekonomi, misalnya marginal product (MP) dan istilah-istilah dalam makro ekonomi seperti Pendapatan Domestik Bruto (PDB) dan koefisien Gini. Mahasiswa bisa membaca lagi materi-materi tersebut baik di mata kuliah terkait atau referensi lain, untuk memudahkan memahami materi ini.
Sebelum membahas bagaimana perubahan struktur perekonomian, kita perlu membahas struktur perekonomian terlebih dahulu. Dumairy (1999) menjelaskan bahwa struktur ekonomi negara setidaknya dapat dilihat dari empat sudut tinjauan yaitu:
1. Tinjauan makro-sektoral
Berdasarkan tinjauan makro sektoral, struktur perekonomian dapat terdiri dari sektor agraris (pertanian), sektor industri dan sektor perdagangan.
2. Tinjauan keruangan
Berdasarkan tinjauan keruangan, suatu perekonomian ditinjau dari sektor tradisional (wilayah pedesaan) dan sektor perkotaan (sektor modern) dan dilihat bagaimana peran masing-masing sektor tersebut terhadap perekonomian secara keseluruhan
3. Tinjauan penyelenggaraan negara
Perekonomian dilihat dari siapa yang memegang peran penting di dalamnya. Apakah pemerintah, rakyat pada umumnya, ataukah para pemodal. Dari hal tersebut dapat terlihat apakah perekonomian berstruktur etatis, egaliter atau borjuis.
4. Tinjauan birokrasi pengambilan keputusan
Dari tinjauan ini, perekonomian terlihat sentralistis atau desentralisitis (terpusat atau daerah diberi kewenangan untuk mengatur perekonomian).
Pada pembahasan selanjutnya, struktur perekonomian akan ditinjau dari makro sektoral dan keruangan terkait dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada perekonomian tersebut.
Konsep Transformasi Struktural
Apa itu Transformasi Struktural Perekonomian?
Sebagaimana dibahas sebelumnya bahwa suatu perekonomian mempunyai struktur yang di dalamnya terdiri beberapa unsur tergantung dari mana kita melihat struktur suatu perekonomian. Struktur perekonomian tersebut bisa berubah komposisinya apabila dilakukan pembangunan dan perubahan tersebut pada umumnya akan terlihat dalam jangka panjang.
Pembangunan ekonomi jangka panjang dengan pertumbuhan ekonomi akan membawa suatu perubahan mendasar dalam struktur ekonomi, dari ekonomi tradisional dengan pertanian sebagai sektor utama ke ekonomi modern yang didominasi oleh sektor-sektor non-primer khususnya industri manufaktur. Terdapat kecenderungan bahwa semakin tinggi laju pertumbuhan ekonomi yang membuat semakin tinggi pendapatan per kapita, maka semakin cepat perubahan struktur ekonomi, dengan asumsi faktor-faktor penentu lain yang mendukung proses tersebut, seperti tenaga kerja, bahan baku dan teknologi tersedia.
Pada dasarnya pembangunan ekonomi mempunyai empat dimensi pokok yaitu: (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau transformasi ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Transformasi struktural dianggap menjadi prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan serta penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi keberlanjutan pembangunan itu sendiri (Todaro, 2006).
Dengan demikian suatu pembangunan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari adanya suatu perubahan struktur dalam perekonomian. Perubahan struktur perekonomian sendiri dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perubahan yang saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi permintaan agregat, perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), penawaran agregat (produksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang diperlukan guna mendukung proses pembangunan dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.1. Perubahan struktur ekonomi lazim disebut transformasi struktural.
Teori tentang Transformasi Struktural
Terdapat dua tokoh utama pengusung teori ini yaitu Arthur Lewis dan Hollis Chenery.
Arthur Lewis
1 Tambunan (2012) dalam Perekonomian Indonesia
Arthur Lewis membahas perekonomian dari tinjauan keruangan dimana proses pembangunan ekonomi terjadi di pedesaan dan perkotaan. Lewis mengasumsikam bahwa perekonomian suatu negara terdiri dari dua unsur, perekonomian tradisional di pedesaan dengan sektor pertanian yang mendominasi dan perekonomian modern di perkotaan yang didominasi oleh sektor industri. Di pedesaan jumlah penduduk tinggi, sehingga tenaga kerja melimpah dan mengalami surplus tenaga kerja sehingga Marginal Productivity (MP)=0.
Artinya perekonomian mencapai suatu titik dimana setiap tambahan satu pekerja tidak akan menambah output dengan kata lain tidak menambah produktivitas. Dengan demikian tingkat produktivitas tenaga kerja menurun. Produktivitas menurun membuat tingkat upah menjadi rendah.
Sementara itu di perkotaan terjadi sebaliknya. Perkotaan yang dominan dengan sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Dalam kondisi pasar tenaga kerja tersebut dan produktivitas yang tinggi menunjukkan bahwa fungsi produksi belumm mencapai tingkat optimal. Tingginya produktivitas dan kekurangan tenaga kerja membuat tingkat upah di perkotaan menjadi lebih tinggi. (mengenai fungsi produksi, Anda bisa membaca lagi di buku- buku tentang mikro ekonomi).
Perbedaan kondisi tenaga kerja, tingkat upah dan tingkat produktivitas ini, menyebabkan adanya perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor industri di perkotaan di mana tingkat upah bisa mencapai lebih tinggi sekitar 30 persen. Perpindahan tersebut tidak akan mengurangi produktivitas di sektor pertanian karena tenaga kerja di sektor pertanian surplus. Perpindahan tersebut justru membuat tenaga kerja mendapatkan upah yang lebih tinggi di sektor industri. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan pendapatan negara. Peningkatan pendapatan akan meningkatkan peningkatan permintaan bahan makanan, hal ini mnejadi pendorong utama pertumbuhan output di sektor bahan makanan dan dalam jangka panjang pertumbuhan di sektor pertanian akan meningkat. Di lain sisi, masyarakat perkotaan mulai mengalami perubahan pola konsumsi dimana mereka mulai menyisihkan sebagian pendapatan untuk membeli produk industrial dan produk jasa.
Permintaan ini juga menjadi pendorong naiknya prtumbuhan output.
Dengan demikian perpindahan tenaga kerja dari sektor pertanian di pedesaan ke sektor industri di perkotaan menyebabkan pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kapabilitas untuk melakukan investasi (peningkatan akumulasi modal). Sebagaimana telah dibahas di modul sebelumnya bahwa akumulasi modal adalah aspek yang sangat penting dalam suatu pembangunan ekonomi. Indikator yang tampak dari teori ini adalah meningkatnya porsi output sektor industri terhadap output perekonomian secara total dan menurunnya porsi output sektor pertanian terhadap output perekonomian.secara total. Selain dari sisi output, juga terlihat dari sisi tenaga keja dimana terjadi peningkatan porsi tenaga kerja sektor
industri terhadap total tenaga kerja dan terjadi penurunan porsi tenaga kerja sektor pertanian terhadap total tenaga kerja.
Teori Arthur Lewis dapat terlihat pada gambar 8.1 berikut ini
Gambar 8.1
Hollis Chenery
Kerangka pemikiran Chenery mirip dengan Lewis dan berusaha membuktikan secara empiris teori yang diajukan Lewis. Chenery bersama Syrquin (1975) melakukan pengujian secara empiris ke banyak negara (kurang lebih 101 negara selama tahun 1950 s.d 1970) terkait dengan perubahan struktural yang terjadi di negara tersebut. Hasil penelitian
SEKTOR PERTANIAN/TRADISIONAL DI PEDESAAN
Jumlah penduduk tinggi
Surplus tenaga kerja
MP=0
Produktivitas rendah
Upah rendah
SEKTOR INDUSTRI/MANUFAKTUR/MODERN DI PERKOTAAN
Membutuhkan tenaga kerja lebih banyak
Produktivitas tinggi
Upah tinggi
Perbedaan kondisi timbul perpindahan tenaga kerja dari pedesaan ke perkotaan
Tenaga kerja perkotaan meningkat, produktivitas meningkat, pendapatan meningkat
Permintaan pangan meningkat sektor pertanian meningkat
Permintaan secara umum meningkat produktivitas barang/jasa (PDB) meningkat pertumbuhan ekonomi meningkat.
menunjukkan bahwa sejalan dengan peningkatan pendapatan per kapita masyarakat maka akan terjadi pergeseran atau perubahan struktur perekonomian. Perubahan tersebut meliputi:
1. Terjadi pergeseran dari barang produksi pertanian ke produksi barang industri, peranan industri meningkat dan peranan sektor pertanian menurun. Hal ini ditunjukkan dengan persentase output sektor-sektor tersebut terhadap output perekonomian secara total 2. Tingkat tabungan dan akumulasi modal, baik modal fisik maupun modal manusia
(pendidikan) semakin meningkat.
3. Terjadi perubahan dalam komposisi permintaan dalam negeri di mana pengeluaran masyarakat untuk pangan relatif menurun, pengeluaran untuk bukan pangan meningkat, pengeluaran untuk investasi dan untuk sektor pemerintah meningkat. Pada umumnya ekspor dan impor meningkat dan komposisi ekspor bergeser dari bahan mentah menjadi barang industri
4. Terjadi pergeseran penggunaan faktor produksi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor industri dan jasa, sementara produktivitas sektor pertanian juga meningkat.
5. Perubahan sosial: terjadinya urbanisasi, tingkat kelahiran dan tingkat kematian menurun, sekaligus distribusi pendapatan makin timpang.
Jadi pada dasarnya, Chenery menjelaskan sekaligus mnedukung teori Lewis dengan membuktikannya melalui penelitian empiris dan memang terbukti terdapat perubahan struktur ekonomi seiring dengan kenaikan pendapatan per kapita.
Proses dalam Transformasi Struktural
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa seiring dengan peningkatan pendapatan per kapita terjadi perubahan struktur perekonomian atau biasa disebut transformasi struktural. Transformasi struktural terjadi melalui suatu proses. Proses tersebut meliputi akumulasi, alokasi dan distribusi (Djojohadikusumo:1994).
1. Proses Akumulasi
Proses akumulasi adalah proses pemanfaatan sumber daya untuk meningkatkan kapasitas produksi seiring dengan kenaikan pendapatan perkapita suatu negara.
Variabel yang dapat merefleksikan akumulasi sumber daya yang meningkatkan kapasitas perekonomian adalah investasi (akumulasi modal fisik), pendidikan (akumulasi modal manusia), serta penerimaan pemerintah (akumulasi kemampuan pemerintah untuk membiayai pembagunan).
Investasi dapat diukur dari persentase tabungan dan investasi domestik terhadap PDB yang makin meningkat dan menurunnya persentase modal asing terhadap PDB.
Variabel pendidikan dapat dihitung dari persentase pengeluaran pemerintah untuk pendidikan terhadap PDB dan besarnya angka kelulusan untuk pendidikan dasar.
Sementara itu variabel penerimaan pemerintah dapat diukur dari besarnya persentase penerimaan pajak dan penerimaan total pemerintah terhadap PDB.
2. Proses Alokasi
Proses alokasi adalah proses yang merupakan interaksi antara proses akumulasi dan pergeseran pola konsumsi masyarakat seiring dengan meningkatkan pendapatan perkapita. Variabel yang mencerminkan proses alokasi terdiri dari struktur permintaan domestik, struktur perdagangan internasional, dan struktur produksi.
Struktur permintaan domestik dapat diukur dari persentase dari hal-hal sebagai berikut terhadap PDB, yaitu investasi domestik, konsumsi swasta, konsumsi pemerintah, konsumsi makanan dan non-makanan. Secara teori, hanya konsumsi makanan yang mengalami penurunan sementara konsumsi yang lain mengalami peningkatan.
Struktur perdagangan internasional dapat diukur dari persentase terhadap PDB dari ekspor, ekspor barang primer, Ekspor barang manufaktur, ekspor jasa dan impor.
Secara teori yang mengalami penurunan persentase adalah ekspor barang primer sedangkan yang lain mengalami peningkatan.
Struktur produksi dapat dilihat dari persentase produksi sektor primer, manufaktur, dan sektor jasa terhadap PDB. Secara teori, semua indikator mengalami peningkatan keculai sektor primer.
3. Proses Distribusi Pendapatan dan Demografi
Proses Distribusi demografi dan pendapatan adalah proses sosial/non ekonomi yang terjadi seiring dengan meningkatnya pendapatan perkapita. Variabel yang merefleksikan proses ini adalah: alokasi tenaga kerja, urbanisasi, dan distribusi pendapatan.
Alokasi tenaga kerja dapat dilihat pada persentase tenaga kerja pada sektor primer, sektor manufaktur dan sektor jasa terhadap total tenaga kerja. Secara teori, persentase tenaga kerja sektor primer akan mengalami penurunan. Indikator selanjutnya adalah urbanisasi dimana urbanisasi biasanya akan meningkat. Indikator yang terakhir adalah ketimpangan semakin besar hal ini terlihat pada koefisien Gini.
Proses Variabel Indikator Keterangan Akumulasi Investasi (akumulasi
modal fisik
tabungan domestik/PDB (%)
investasi domestik/PDB (%)
modal asing/PDB (%)
Modal asing/PDB seharusnya menurun dan indikator lain meningkat
Pendidikan (akumulasi modal manusia)
Belanja pemerintah untuk pendidikan/PDB (%)
Angka kelulusan pendidikan dasar dan menengah
Porsi belanja pendidikan pemerintah dan angka kelulusan seharusnya meningkat
Penerimaan pemerintah
Penerimaan pajak/PDB (%) Seiring peningkatan pendapatan masyarakat, penerimaan pajak seharusnya juga meningkat Alokasi Struktur permintaan
domestik
Investasi domestik/PDB (%)
Konsumsi swasta/PDB (%)
Konsumsi Pemerintah/PDB (%)
Konsumsi makanan/PDB (%)
Konsumsi non-makanan/PDB(%)
Persentase konsumsi makanan thd PDB seharusnya mengalami penurunan sementara indikator yang lain meningkat
Struktur perdagangan internasional
Ekspor/PDB (%)
Ekspor barang primer/PDB (%)
Eksor barang manufaktur/PDB (%)
Ekspor jasa/PDB (%)
Impor/PDB (%)
Persentase ekspor barang primer thd PDB seharusnya mengalami penurunan, sementara indikator- indikator yang lain mengalami peningkatan
Struktur produksi Produksi sektor primer/PDB (%)
Produksi sektor manufaktur/PDB (%)
Produksi sektor jasa/PDB (%)
Persentase produksi sektor primer seharusnya mengalami penurunan sementara indikator lain mengalami peningkatan Distribusi
pendapatan dan Penduduk
Alokasi tenaga kerja Tenaga kerja sektor primer/total tenaga kerja (%)
Tenaga kerja sektor
manufaktur/total tenaga kerja (%)
Tenaga kerja sektor jasa/total tenaga kerja (%)
Persentase tenaga kerja sektor primer thd total tenaga kerja seharusnya mengalami penurunan sedangkan indikator yang lain mengalami peningkatan
Urbanisasi Persentase penduduk perkotaan
terhadap total penduduk Persentase penduduk perkotaan thdp total penduduk akan meningkat
Distribusi Pendapatan Koefisien Gini
Kurva Kuznets
Terjadi ketimpangan
Transformasi Struktural di Indonesia
Pada pembahasan ini akan ditunjukkan beberapa data perekonomian di Indonesia terkait dengan transformasi struktural. Data-data tersebut menjadi indikator-indikator dalam proses transformasi struktural yaitu proses akumulasi, proses alokasidan proses distribusi. Tidak semua data dapat ditampilkan karena keterbatasan dalam pencarian data.
1. Proses Akumulasi
a. Porsi Investasi Domestik terhadap PDB
Berikut ini adalah grafik perkembangan persentase investasi domestik terhadap total PDB di Indonesia sejak tahun 1969 s.d 2007
Gambar 4.1 grafik share investasi domestik terhadap PDB
Seiring dengan peningkatan pendapatan masyarakat, secara teori seharusnya porsi investasi domestik terhadap PDB semakin meningkat. Jika dilihat dari grafik 4.1, secara trend, porsi investasi domestik terhadap PDB masih fluktuatif dan banyak dipengaruhi oleh kondisi fundamental ekonomi.
b. Porsi penerimaan Pajak terhadap PDB
Indikator selanjutnya adalah persentase penerimaan pajak terhadap PDB, yang perkembangannya ditunjukkan gambar 4.2 berikut.
- 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00
Gambar 4.2.Grafik Share penerimaan pajak terhadap PDB
Peningkatan pendapatan seiring dengan terjadinya transformasi struktural akan meningkatkan penerimaan pajak, terutama pajak penghasilan. Dilihat dari grafik, secara trend terjadi peningkatan dari tahun 1969, kemudian mengalami penurunan tahun 1984.
Hal ini diduga karena resesi ekonomi dunia, sehingga pemerintah menerapkan keringanan pajak untuk meningkatkan perekonomian lagi sehingga mulai trend meningkat lagi setelah itu.
2. Proses Alokasi
a. Persentase konsumsi pemerintah dan konsumsi swasta terhadap PDB
Gambar 4.3 menggambarkan perkembangan persentase konsumsi pemerintah dan konsumsi swasta terhadap PDB.
Gambar 4.3 grafik konsumsi pemerintah dan konsumsi swasta -
5,00 10,00 15,00 20,00 25,00
% Penerimaan pajak/…
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00
konsumsi swasta konsumsi pemerintah
b. Persentase Ekspor dan Impor terhadap PDB
Gambar 4.4 menunjukkan perkembangan persentase ekspor dan impor terhadap PDB.
Gambar 4.4 Grafik share ekspor dan impor terhadap PDB
c. Persentase PDB sektor pertanian dan sektor manufaktur terhadap total PDB
Gambar 4.5.Grafik Share PDB sektor pertanian dan manufaktur terhadap PDB
Grafik 4.5 menjelaskan bahwa persentase tenaga kerja di sektor pertanian terhadap PDB mengalami trend menurun. Hal ini berlawanan dengan trend persentase tenaga kerja sektor industri manufaktur yang mengalami peningkatan. Bahkan di awal 1969, nilainya lebih tinggi sektor pertanian, sekarang menjadi sektor industr manufaktur yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan telah terjadi transformasi struktural.
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00
1968 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 *2006 ***2008
ekspor impor
0 10 20 30 40 50 60
1968 1970 1972 1974 1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 *2006 ***2008
PDB sektor pertanian PDB sektor manufaktur
3. Proses Distribusi
a. Persentase tenaga kerja sektor pertanian dan sektor tenaga kerja terhadap total tenaga kerja
Gambar 4.6. Grafik share tenaga kerja pertanian&manufaktur terhadap total tenaga kerja Grafik 4.6 ini menunjukkan bahwa terjadi transformasi struktural di Indonesia dari sektor pertanian ke sektor industri manufaktur. Porsi sektor pertanian terhadap PDB menurun cukup drastis dan porsi sektor industri manufaktur mengalami peningkatan.
b. Persentase jumlah penduduk perkotaan terhadap jumlah penduduk total
Gambar 4.7. Grafik share penduduk perkotaan terhadap jumlah penduduk total Grafik 4.7 menggambarkan proses transformasi struktural dari sisi kependudukan. Hal ini dilihat dari perkembangan persentase penduduk yang tinggal di perkotaan. Trend
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00
1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 **2007
t.k. sektor pertanian t.k. sektor manufaktur
0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 45,00 50,00
1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003
penduduk perkotaan
yang meningkat menunjukkan bahwa pelaku ekonomi lebih banyak berada di sektor modern dengan tinggal di perkotaan.
c. Koefisien Gini
Koefisien Gini menggambarkan tingkat ketimpangan distribusi pendapatan suatu perekonomian. Semakin tinggi koefisien Gini (mendekati angka 1) berarti semakin timpang. Menurut teori pertumbuhan, pada proses pembangunan, akan terjadi kertimpangan, tetapi dalam jangka waktu yang panjang, ketimpangan akan berkurang dan perekonomian menjadi konvergen pada titik pendapatan tertentu.
0 0,05 0,1 0,15 0,2 0,25 0,3 0,35 0,4
1976 1978 1980 1982 1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 *2006 ***2008
koefisien Gini
Dampak Positif dan Negatif Transformasi Struktural Perekonomian
2Transformasi Struktural adalah sebuah proses yang terjadi dalam pembangunan ekonomi dalam jangka panjang. Transformasi struktural memiliki dampak positif dan itu yang diharapkan. Namun demikian, transformasi struktural juga memiliki dampak negatif. Bagi pengambil kebijakan perlu diambil strategi bagaimana mengoptimalkan dampak positif dan meminimalkan dampak negatif yang timbul.
Dampak Positif
1. Peningkatan produksi pertanian yang dirangsang oleh perubahan sistem pertanian subsistence ke pertanian modern (agroindustri).
2. Penyerapan tenaga kerja (pengangguran) di perkotaan pada industri-industri baru.
3. Percepatan arus uang dan barang yang merangsang percepatan pendapatan perkapita masyarakat, yang pada gilirannya memperbaiki tingkat kesejahteraannya.
Dampak Negatif
1. Hilangnya lahan pertanian (sawah dan non sawah), yang mengakibatkan para petani dan buruh penggarap kehilangan mata pencaharian.
2. Munculnya pengangguran struktural yang tidak mungkin tertampung seluruhnya pada sektor industri dan jasa.
3. Tingginya laju urbanisasi yang menjadikan beban kota semakin berat serta menimbulkan masalah-masalah sosial lainnya.
2http://www.geocities.ws/mas_tri/TransformasiStruktural.pdf
Daftar Pustaka
Djojohadikusumo, Sumitro. Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan.
Jakarta:LP3ES. 1994
Dumairy. Perekonomian Indonesia. Jakarta: Erlangga. 1999
Gilarso,T. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro . Yogyakarta: Kanisius. 2002.
Pannenungi, Maddaremeng. Slide Bahan Ajar Kebijakan Ekonomi Indonesia- MPKP FEUI.
Transformasi Struktural.2009.
Tambunan, Tulus. Perekonomian Indonesia. Kajian teoritis dan Analisis Empiris. Jakarta: Ghalia.2012.
Todaro, Michael&Stephen C.Smith. Pembangunan Ekonomi Edisi ke sembilan. alih bahasa oleh Haris Munandar. Jakarta :Erlangga. 2006
www.bps.go.id
http://www.geocities.ws/mas_tri/TransformasiStruktural.pdf