• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Pelaksanaan Tindakan

4.1.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Purworejo yang beralamatkan di Desa Purworejo, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SD Negeri Purworejo semester II Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang dengan jumlah siswa 29 orang terdiri dari 9 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki dan dilakukan pada mata pelajaran IPA materi “Hubungan Antara Keadaan Awan dan Cuaca”. Siswa SD Negeri Purworejo berasal dari latar belakang keluarga yang berbeda dengan mata pencaharian orang tua siswa bekerja sebagai petani dan buruh. Asal daerah tempat tinggal siswa dari daerah sekitar sekolah (desa Purworejo). Perbedaan karakteristik ini membuat perbedaan kesadaran belajar siswa. Terdapat siswa yang sudah mempunyai kesadaran belajar yang tinggi, tetapi masih banyak siswa yang belum mempunyai kesadaran belajar yang tinggi. Kalau dalam proses pembelajaran biasanya siswa kurang memperhatikan penjelasan dari guru. Kurangnya alat peraga yang digunakan guru dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran membuat siswa bosan dalam proses pembelajaran.

4.1.2 Deskripsi Pra Siklus

Sebelum dilakukan siklus I dan siklus II peneliti terlebih dahulu melakukan observasi aktivitas pembelajaran di kelas III SD Negeri Purworejo Kecamatan Suruh Kabupaten Semarang semester II Tahun Ajaran 2014/2015 pada mata pelajaran IPA. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil ulangan harian IPA kelas III, menunjukkan hasil yang kurang memuaskan. Dari 29 siswa yang mendapat nilai memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM >70) sebanyak 12 siswa dan 17 siswa mendapatkan nilai di bawah KKM.

(2)

Berikut ini adalah hasil analisis nilai evaluasi sebelum dilakukan tindakn (Pra Siklus) pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam yang disajikan dalam tabel 4.1 sebagai berikut:

Tabel 4.1

Analisis Nilai Tes Formatif Pra Siklus

Tabel 4.1 dapat dihasilkan bahwa ulangan harian IPA, siswa yang belum tuntas sebanyak 17 siswa, sedangkan siswa yang sudah tuntas sebanyak 12 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 80 dan nilai terendah adalah 40. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.1 dapat dilihat pada diagram 4.1.

No Interval Nilai Banyaknya Siswa

1 40 – 49 4 2 50 – 59 6 3 60 – 69 7 4 70 – 79 10 5 80 – 89 2 Jumlah Siswa 29 KKM 70 Rata – Rata 60 Nilai Terendah 40 Nilai Tertinggi 80

(3)

Diagram 4.1 Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus

Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) data hasil perolehan nilai pada Pra Siklus/ sebelum tindakan dapat dilihat dari tabel 4.2 berikut ini:

Tabel 4.2

Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Presentase (%)

1 Tuntas 12 41,4%

2 Belum Tuntas 17 58,6%

Jumlah 29 100%

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM = 70) dari data hasil perolehan Pra Siklus/ sebelum tindakan diketahui bahwa nilai kurang dari KKM sejumlah 17 siswa atau 58,6%, sedangkan yang sudah mencapai KKM sejumlah 12 siswa dengan presentase 41,4% dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut ini:

4 6 7 10 2 0 2 4 6 8 10 12 40 - 49 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 Distribusi Nilai Hasil Belajar IPA

Pra Siklus B an yak S isw a Interval Nilai

(4)

Diagram 4.2 Ketuntasan Nilai IPA pada Pra Siklus

Data nilai sebelum dilakukan tindakan pada mata pelajaran IPA, menunjukkan bahwa hasil belajar siswa kelas III SD Negeri Purworejo kurang memuaskan. Metode ceramah yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar membuat suasana belajar kurang menarik dan membosankan, sehingga mengakibatkan tingkat pemahaman siswa rendah dan siswa terlihat pasif bahkan ada siswa yang terlihat mengantuk terutama siswa yang duduk di bangku paling belakang. Pada saat proses pembelajaran berlangsung masih banyak siswa yang bermain dan berbincang-bincang dengan teman sebangkunya tanpa memperhatikan penjelasan dari guru. Hal ini dikarenakan siswa jenuh dengan pembelajaran yang dilakukan guru, karena guru masih kurang menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan. Hal itulah yang menyebabkan hasil belajar siswa kurang maksimal.

Data hasil belajar yang rendah dari siswa kelas III SD Negeri Purworejo Kecamatan Suruh, maka penulis melakukan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan Model Make A Match dengan Media Gambar dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas III.

12 17

Ketuntasan Nilai IPA Pra Siklus

Tuntas Belum Tuntas

(5)

4.1.3 Siklus I

4.1.3.1 Perencanaan

Sebelum melakukan tindakan pada siklus I persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Mengidentifikasi masalah dan perumusan masalah.

Dalam hal ini peneliti meminta bantuan teman sejawat untuk mengugkapkan dan menjelaskan masalah yang timbul untuk mencari jalan pemecahan yang tepat, sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.

b. Merancang rencana pembelajaran siklus I, menetapkan standar kompetensi dan kompetensi dasar, memilih bahan pelajaran yang sesuai yaitu (kenampakan permukaan bumi, cuaca dan pengaruhnya bagi manusia), menyusun Rencana Peleksanaan Pembelajaran (RPP), mempersiapkan sumber, bahan dan alat bantu yang dibutuhkan yaitu berupa media gambar, kartu soal dan kartu jawaban.

c. Menyusun lembar soal tes formatif.

4.1.3.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan pembelajaran dilakukan oleh teman sejawat (guru kelas) dan peneliti bertindak sebagai observer di dampingi oleh guru yang berkompeten (teman sejawat). Pelaksanaan tindakan siklus I dalam bentuk penerapan model Make a Match dengan media gambar dilaksanakan 2 kali pertemuan sesuai jadwal pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas III. Materi pelajaran siklus I adalah pokok bahasan Hubungan antara keadaan awan dengan cuaca. Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran model Make a Match dengan media gambar adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan Pertama

Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Senin tanggal 23 Maret 2015 jam pelajaran ke 5-6. Pada pertemuan ini guru menyampaikan materi pelajaran IPA mengenai hubungan antara keadaan langit dan cuaca. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung guru membimbing dan memotivasi siswa untuk masuk ke dalam materi yanag akan diajarkan, kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

(6)

Guru menunjukkan kepada siswa gambar berbagai macam cuaca dan gambar proses terjadinya hujan. Kemudian guru menjelaskan tentang materi hubungan antara keadaan langit dan cuaca serta proses terjadinya hujan. Guru memberikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Siswa diminta untuk mencari jawaban dari kartu soal yang mereka dapat. Setelah semua menemukan pasangan dari kartu yang mereka dapat, guru bersama siswa mencocokkan apakah jawaban yang dipilih sudah benar.

Kegiatan inti dalam pembelajaran menerapkan langkah-langkah model Make A Match, yaitu:

a) Guru menyiapkan kartu berisi soal-soal yang berhubungan dengan materi hubungan antara keadaan langit dan cuaca serta proses terjadinya hujan. Selain kartu soal guru juga menyediakan kartu jawaban.

b) Setiap siswa mendapatkan satu kartu (kartu soal/ kartu jawaban). c) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

d) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

f) Setelah semua siswa mendapatkan jawaban dari kartunya, guru bersama siswa mencocokkan apakah jawaban yang dipilih sudah benar.

2) Pertemuan Kedua

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 24 Maret 2015 pada jam pelajaran ke 1-2. Pada pertemuan ini guru menyampaikan materi mengenai Kondisi cuaca dan macam kondisi cuaca.

Guru menunjukkan kepada siswa gambar berbagai macam kondisi cuaca (gambar ditempel di papan tulis). Kemudian guru menjelaskan tentang materi mengenai Kondisi cuaca dan macam kondisi cuaca. Guru memberikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa. Siswa diminta untuk mencari jawaban dari kartu soal yang mereka dapat. Setelah semua menemukan pasangan dari kartu yang

(7)

mereka dapat, guru bersama siswa mencocokkan apakah jawaban yang dipilih sudah benar.

Kegiatan inti dalam pembelajaran menerapkan langkah-langkah model Make A Match, yaitu:

a) Guru menyiapkan kartu berisi soal-soal yang berhubungan dengan materi Kondisi cuaca dan macam kondisi cuaca. Selain kartu soal guru juga menyediakan kartu jawaban.

b) Setiap siswa mendapatkan satu kartu (kartu soal/ kartu jawaban). c) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

d) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

f) Setelah semua siswa mendapatkan jawaban dari kartunya, guru bersama siswa mencocokkan apakah jawaban yang dipilih sudah benar.

g) Diakhir pembelajaran, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa. 4.1.3.3 Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Kegiatan yang dilakukan adah mengamati aktivitas guru, aktivitas siswa, dan aktivitas pembelajaran menggunakan model Make a Match dengan media gambar. Rangkuman hasil observasi siklus I adalah sebagai berikut:

1) Hasil observasi siklus I pertemuan pertama adalah aktivitas guru dalam melaksanakan pembelajaran model Make A Match dengan media gambar menunjukkan bahwa: penjelasan yang disampaiakan guru masih terlalu cepat sehingga pemahaman siswa tentang materi pelajaran kurang maksimal. Guru kurang memberikan rangsangan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Pengelolaan waktu yang digunakan masih relatif lama. Aktivitas siswa masih terlhat kurang aktif, masih terlihat adanya siswa yang diam dan mengantuk terutama siswa yang duduk di bangku paling belakang. Masih ada siswa yang pasif dan bingung dalam kegiatan mencari pasangan, karena mereka belum memahami proses pembelajaran dengan model Make A Match.

(8)

2) Hasil observasi pada siklus I pertemuan ke-2 adalah aktivitas guru dalam pelaksanaan pembelajaran model Make A Match dengan media gambar menunjukkan bahwa aktivitas guru lebih baik dari sebelumnya. Guru sudah mencoba memberikan rangsangan kepada siswa untuk bertanya dan mengemukakan pendapat. Aktivitas siswa sudah terlihat bersemangat dalam pembelajaran. Siswa terlihat lebih aktif ketika mencari pasangan kartunya. Masih ada siswa perempuan yang malu ketika mencocokkan kartunya dengan siswa laki-laki. Suasana kelas terasa gaduh dan siswa saling berebut untuk dapat lebih dulu mendapatkan pasangan kartunya. Pembagian kartu secara acak mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk mencocokkan kartu pasangan relatif lama.

3) Hasil Belajar IPA

Setelah melakukan pembelajaran siklus I nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model Make a Match dengan Media Gambar dapat meningkat. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes formatif yang dikerjakan siswa pada akhir pembelajaran siklus I pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Analisis Nilai Tes Formatif Siklus I No Interval Nilai Banyaknya Siswa

1 50 – 59 3 2 60 – 69 6 3 70 – 79 9 4 80 – 89 8 5 90 – 100 3 Jumlah Siswa 29 KKM 70 Rata – rata 70,6 Nilai Terendah 50 Nilai Tertinggi 90

(9)

Dari tabel 4.2 dapat dilihat hasil belajar IPA pada siklus I dari 29 siswa yang belum tuntas sebanyak 9 siswa, sedangkan siswa yang sudah tuntas sebanyak 20 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 90 dan nilai terendah adalah 50. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.3 dapat dilihat pada diagram 4.3 berikut ini:

Diagram 4.3

Hasil Belajar Pada Siklus I

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai pada siklus I dapat dilihat dari tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4

Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus I

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Presentase (%)

1 Tuntas 20 68,97%

2 Belum Tuntas 9 31,03%

Jumlah 29 100%

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus I, siswa yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) atau yang belum tuntas adalah 9 siswa dengan presentase 31,03%, sedangkan siswa yang sudah yang mencapai KKM atau sudah tuntas adalah 20 siswa dengan

3 6 9 8 3 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 50 – 59 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100 1 2 3 4 5

Distribusi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus I

B anyak Sis w a Interval Nilai

(10)

presentase 68,9%. Ketuntasan belajar siswa dapat dilihat pada diagram 4.2 berikut:

Diagram 4.4

Ketuntasan Nilai IPA pada Siklus I

Berdasarkan diagram 4.4 menunjukkan bahwa masih terdapat 31,03% siswa yang belum mencapai KKM. Maka dari itu, peneliti akan mengadakan perbaikan dan pemantapan pada siklus II.

4.1.3.4 Refleksi

Dari pelaksanaan pembelajaran siklus I melalui penerapan model Make a Match dengan media gambar, diperoleh beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk siklus berikutnya, yaitu:

a) Pembagian kartu soal dan kartu jawaban secara acak mengakibatkan siswa bingung dan kesulitan mencari pasangannya,karena siswa masih kurang memahami model Make a Match, hal itu mengakibatkan waktu yang digunakan relatif lama atau pengelolaan waktu kurang optimal. Sebaiknya guru juga harus memperhatikan alokasi waktu dalam proses pembelajaran agar waktu yang digunakan tidak terlalu lama

b) Guru kurang memberikan rangsangan kepada siswa agar lebih berani bertanya atau menjawab pertanyaan mengenai materi yang diajarkannya. Hal itu

20 9

Ketuntasan Nilai IPA Siklus I

Tuntas Belum Tuntas

(11)

dikarenakan kurang aktifnya siswa di dalam proses pembelajaran, serta siswa kurang berani untuk mengungkapkan pendapatnya di dalam proses pembelajaran berlangsung. Sebaiknya guru mendorong siswa untuk mampu bertanya ataupun mengungkapkan pendapatnya di saat proses pembelajaran berlangsung, sehingga keaktifan siswa bisa berkembang dengan baik.

c) Siswa masih terlihat malu dan canggung ketika mempresentasikan hasil mencocokkan kartu mereka di depan kelas. Hal ini dikarenakan siswa belum terbiasa untuk mempresentasikan hasil diskusi, karena dalam proses pembelajaran sebelumnya guru belum pernah merapkan model pembelajaran dengan cara mempresentasikan hasil mencocokkan kartu di depan kelas. Sebaiknya guru harus mengajarkan siswa agar mampu mempresesntasikan hasil kerja kelompoknya di depan kelas, serta melatih keberanian siswa dalam mengungkapkan pendapatnya di dalam proses pembelajaran.

Dari hasil refleksi siklus I perlu diadakan perbaikan pada siklus II. Hasil refleksi siklus I sebagai acuan untuk merencanakan pelaksanaan tindakan siklus II.

4.1.4 Siklus II

4.1.4.1 Perencanaan

Perencanaan pada siklus II adalah memperbaki kekurangan yang ada pada siklus I dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan dalam siklus II. Sebelum melakukan tindakan pada siklus II persiapan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1) Peneliti menyiapkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) siklus II dengan materi Hubungan keadaan awan dengan cuaca. Peneliti berdiskusi dengan teman sejawat, hal ini dilakukan agar guru kelas sebagai pelaksana pembelajaran dapat melaksanakan rencana yang telah disusun peneliti dengan baik.

2) Peneliti mempersiapkan instrumen penelitian berupa lembar observasi dan alat peraga berupa kartu-kartu soal dan jawaban untuk menerapkan model Make a Match dalam kegiatan inti, serta mempersiapkan gambar mengenai hubungan antara keadaan awan dengan cuaca.

(12)

4.1.4.2 Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II dalam menerapkan model Make a Match dengan media gambar dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan sesuai jadwal pelajaran IPA kelas III pada hari Senin dan Selasa, tanggal 30 dan 31 bulan Maret 2015. Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah Hubungan antara keadaan awan dengan cuaca, serta hubungannya dengan kehidupan sehari-hari. Adapun tahapan pelaksanaan pembelajaran siklus II penerapan model Make a Match dengan media gambar adalah sebagai berikut:

1) Pertemuan I

Pertemuan I dilaksanakan pada hari Senin 30 Maret 2015 jam pelajaran ke 5-6 Pada pertemuan ini guru menyampaikan materi pelajaran IPA mengenai Hubungan antara keadaan awan dan cuaca. Sebelum proses belajar mengajar berlangsung guru membimbing siswa dan memotivasi siswa untuk masuk ke dalam materi yang akan diajarkan. Guru menanyakan materi apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan yang lalu, kemudian guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai.

Guru menunjukkan kepada siswa gambar simbol-simbol kondisi cuaca (gambar ditempel di papan tulis). Guru meminta kepada siswa untuk menyebutkan berbagai kondisi cuaca yang terjadi dilingkungan kita berdasarkan gambar yang ada. Guru membenarkan jawaban siswa terkait dengan gambar simbol kondisi cuaca jika kurang tepat. Guru menjelaskan materi tentang simbol-simbol kondisi cuaca beserta tujuan dari adanya ramalan cuaca.

Kegiatan inti dalam pembelajaran menerapkan langkah-langkah model Make a Match, sebagai berikut:

a) Guru menyiapkan kartu berisi soal-soal yang berhubungan dengan materi simbol-simbol kondisi cuaca serta tujuan ramalan cuaca dan sebagian kartu yang lain adalah kartu jawaban.

b) Guru membagikan kartu tersebut kepada siswa, setiap siswa mendapatkan satu kartu (kartu soal/kartu jawaban).

(13)

c) Tiap siswa memikirkan jawaban atau soal dari kartu yang dipegang.

d) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

f) Masing-masing pasangan soal dan jawaban menunjukkan hasil diskusinya di depan kelas.

g) Setelah semua siswa mendapatkan jawaban dari kartunya, guru bersama siswa mencocokkan apakah jawaban yang dipilih sudah benar.

h) Guru menanyakan kepada siswa tentang materi yang belum jelas. i) Guru bersama siswa membuat kesimpulan tentang materi pembelajaran. j) Guru memberikan motivasi kepada siswa untuk selalu giat belajar.

2) Pertemuan II

Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Selasa, 31 Maret 2015 pada jam 1-2. Pada pertemuan ini guru menyampaikan materi mengenai pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia. Sebelum proses belajar berlangsung guru membimbing siswa dan memberikan motivasi kepada siswa untuk masuk ke dalam materi yang akan diajarkan. Guru bertanya kepada siswa materi apa saja yang sudah dipelajari pada pertemuan sebelumnya. Kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai mengenai pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusia. Kegiatan inti dalam pembelajaran menerapkan langkah-langkah model Make a Match, sebagai berikut:

a) Guru menyiapkan kartu berisi soal-soal yang berhubungan dengan materi pengaruh cuaca terhadap kegiatan manusiadan sebagian kartu yang lain adalah kartu jawaban.

b) Guru membagikan kartu soal dan kartu jawaban kepada siswa, setiap siswa mendapatkan satu buah kartu (kartu soal atau kartu jawaban). Siswa yang mendapat kartu soal diminta maju ke depan kelas.

(14)

d) Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya (soal jawaban).

e) Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu akan diberi poin.

f) Masing-masing pasangan soal dan jawaban menunjukkan hasil diskusinya di depan kelas.

g) Jika siswa tidak dapat mencocokan kartunya dengan benar maka, akan mendapatkan hukuman yang telah disepakati bersama.

h) Dengan bimbingan guru, bersama-sama siswa mencocokan hasil kerja yang telah dilakukan.

i) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang belum dipahami siswa.

j) Memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa agar lebih aktif dalam bekerja sama dan giat belajar.

k) Di akhir pembelajaran, guru memberikan soal evaluasi kepada siswa.

4.1.4.3 Observasi

Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi. Kegiatan yang dilakukan adalah mengamati aktivitas guru, aktivitas siswa dan aktivitas pembelajaran menggunakan model Make a Match dengan media gambar. Rangkuman hasil observasi siklus II adalah sebagai berikut:

1) Hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II pertemuan ke-1 adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan proses pelaksanaan pembelajaran menerapkan model Make a Match dengan media gambar menunjukkan bahwa: guru memberikan rangsangan dan motivasi yang lebih untuk menumbuhkan semangat siswa dalam pembelajaran, menggunakan waktu secara efisien, membagi kelas menjadi dua kelompok (kelompok pemegang kartu soal dan kelompok pemegang kartu jawaban) bertujuan agar kelas tidak terlalu gaduh, siswa terlihat lebih aktif dibandingkan dengan siklus I, siswa lebih berani mengungkapkan pendapat dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, siswa perempuan lebih terbiasa dalam

(15)

berinteraksi dengan siswa laki-laki serta siswa saling bekerja sama dan terlibat aktif dalam pembelajaran.

2) Hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus II pertemuan ke-2 adalah aktivitas guru, aktivitas siswa dan proses pelaksanaan pembelajaran menerapkan model Make a Match dengan media gambar menunjukkan bahwa: rencana yang dirancang sebelum pelaksanaan kegiatan siklus II dilaksanakan guru dengan sangat baik, guru lebih meningkatkan interaksi dengan siswa, baik siswa yang berada di bagku paling belakang, kegiatan pembelajaran dengan model Make a Match membuat siswa terlihat lebih antusisas dalam menerima materi pelajaran, siswa lebih percaya diri dan berani dalam mengungkapkan pendapatnya.

3) Hasil Belajar IPA

Pada siklus II nilai yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPA dengan menerapkan model Make a Match dengan media gambar dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:

Tabel 4.5

Analisis Nilai Tes Formatif Siklus II

No Interval Nilai Banyaknya Siswa

1 60 – 69 2 2 70 – 79 5 3 80 – 89 13 4 90 – 100 9 Jumlah Siswa 29 KKM 70 Rata – rata 80 Nilai Terendah 67 Nilai Tertinggi 100

Dari tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model Make a Match dengan Media Gambar dapat menungkatkan hasil belajar siswa kelas III pada siklus II, dari 29 siswa yang belum tuntas sebanyak 2 siswa, sedangkan

(16)

siswa yang sudah tuntas sebanyak 27 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh adalah 96 dan nilai terendah yang diperoleh adalah 64. Untuk lebih jelasnya data nilai pada tabel 4.5 dapat dilihat pada diagram 4.5 berikut ini:

Diagram 4.5

Hasil Belajar IPA pada Siklus II

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) data hasil perolehan nilai pada siklus II dapat dilihat dari tabel 4.6 berikut ini:

Tabel 4.6

Ketuntasan Hasil Belajar IPA pada Siklus II

No Ketuntasan Belajar Jumlah Siswa Presentase (%)

1 Tuntas 27 93,1%

2 Belum Tuntas 2 6,9%

Jumlah 29 100%

Dari tabel 4.6 dapat diketahui bahwa ketuntasan belajar siswa pada siklus II, siswa yang mendapatkan nilai kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM=70) atau yang belum tuntas adalah 2 siswa atau sebesar 6,9%, sedangkan siswa yang sudah mencapai KKM atau sudah tuntas adalah 27 siswa atau sebesar 93,1%. Presentase ketuntasan belajar siswa sikuls II dapat dilihat pada diagram 4.6 berikut ini: 2 5 13 9 0 2 4 6 8 10 12 14 60 – 69 70 – 79 80 – 89 90 – 100 1 2 3 4

Distribusi Nilai Hasil Belajar IPA Siklus II

B anyak Sis w a Interval Nilai

(17)

Diagram 4.6

Ketuntasan Nilai IPA pada Siklus II

Berdasarkan diagram 4.6 dapat dilihat bahwa dengan menerapkan model Make A Match dengan Media Gambar hasil belajar siswa meningkat secara signifikan, presentase ketuntasan hasil belajar IPA kelas III sebesar 93,1% dan presentase siswa belum tuntas sebesar 6,9%.

4.1.4.4 Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan penelitian dan diskusi dengan teman sejawat pada siklus II yang menerapkan model Make A Match dengan media gambar telah terjadi peningkatan hasil belajar IPA yang baik.

Siswa sudah terlihat lebih aktif, pembagian siswa dalam kelompok terbukti lebih efisien dan efektif, suasana pembelajaran lebih kompetitif namun menyenangkan sehingga meningkatkan pemahaman materi dan hasil belajar. Dari hasil tersebut peneliti tidak melanjutkan pada siklus berikutnya.

Ketuntasan Nilai IPA Siklus II

1 Tuntas 2 Belum Tuntas

(18)

4.2 Hasil Analisis Data Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari hasil belajar IPA kelas III pada pra siklus, siklus I, dan siklus II mengalami peningkatan. Kenaikan data-data dari hasil pembelajaran IPA pada kondisi awal, Siklus I, Siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7 berikut ini:

Tabel 4.7

Perbandingan Ketuntasan Belajar Antara Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II

No Ketuntasan Belajar

Pra Siklus Siklus I Siklus II

F % f % F %

1. Tuntas 12 41,40% 20 68,97% 27 93,10%

2. Belum Tuntas 17 58,60% 9 31,03% 2 6,90%

Jumlah 29 100% 29 100% 29 100%

Dari tabel 4.7 perbandingan ketuntasan siswa dapat dilihat adanya peningkatan jumlah siswa yang tuntas dalam mata pelajaran IPA, sebelum dilakukan tindakan jumlah siswa yang mencapai KKM hanya 12 siswa dan 17 siswa belum mencapai KKM, setelah dilakukan tindakan siklus I jumlah siswa yang mencapai KKM sebanyak 20 siswa dan 9 siswa belum mencapai KKM, pada tindakan siklus II jumlah siswa yang mencapai KKM meningkat menjadi 27 siswa dan 2 siswa belum mencapai KKM. Hal ini menunjukkan bahwa dengan menerapkan model Make a Match dengan Media Gambar dapat meningkatakan hasil belajar siswa. Dari tabel 4.7 dapat dilihat presentase ketuntasan pada pra siklus sebelum dilakukan tindakan sebesar 41,40%, pada siklus I presentase ketuntasan meningkat menjadi 68,97% dan siklus II presentase ketuntasan meningkat menjadi 93,10%. Berdasarkan tabel ketuntasan hasil belajar siswa pada pra siklus, siklus I dan siklus II dapat dijabarkan dalam diagram 4.8.

Berdasarkan tabel 4.7 maka perbandingan antara siswa tuntas dan siswa yang belum tuntas dapat dilihat pada diagram 4.7 sebagai berikut:

(19)

Diagram 4.7 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Diagram 4.8 Presentase Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

17 9 2 12 20 27 0 5 10 15 20 25 30

Pra Siklus Siklus I Siklus II

Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

J

um

la

h

Si

sw

a

Tuntas Belum Tuntas 58.60% 31.03% 6.90% 41.40% 68.97% 93.10% 0.00% 10.00% 20.00% 30.00% 40.00% 50.00% 60.00% 70.00% 80.00% 90.00% 100.00%

Pra Siklus Siklus I Siklus II

1 2 3

Presentase Ketuntasan Hasil Belajar

P re se n tase Tindakan

Tuntas Belum Tuntas

(20)

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian

Peneliti melakukan observasi terhadap siswa yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Ketika proses belajar mengajar berlangsung siswa tersebut terlihat kurang bersemangat mengikuti pembelajaran. Ketika guru mengajukan pertanyaan, siswa tidak menjawab/jawabannya asal-asalan. Siswa jarang mengajukan pertanyaan kepada guru mengenai pelajaran yang telah diajarkan, hal tersebut mengakibatkan guru tidak tahu apakah dia sudah memahami materi yang diajarkan atau belum. Guru kelas mengatakan bahwa siswa tersebut kurang fokus ketika pembelajaran berlangsung sehingga lambat dalam menerima materi pelajaran. Dari keterangan guru dan teman-temannya, orang tua siswa tersebut kurang memberikan perhatian khusus terhadap perkembangan pendidikannya. Selain itu, anak tersebut pernah tinggal kelas sebanyak 2 kali. Selain itu, ke 2 siswa tersebut dari siklus I dan siklus II tidak tuntas. Melihat kondisi yang seperti itu, guru harus memberi perhatian khusus kepada siswa yang belum tuntas dengan menggunakan model Make a Match. Dengan demikian, pembelajaran yang menerapkan model Make a Match dengan media gambar terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

Tujuan penerapan model Make A Match dalam pembelajaran adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran dan dapat mengingat konsep yang sudah di beritahukan untuk dapat memperkuat konsep dari pembelajaran yang diajarkan sehingga ilmu yang didapat menjadi lebih bermakna dan bermanfaat dalam kehidupan anak dikemudian hari. Selain itu, aktivitas, komunikasi dan interaksi antar siswa terjalin dengan baik. Siswa merasa tidak bosan dengan suasana pembelajaran, karena model Make A Match membantu siswa memahami materi pelajaran yang diberikan guru sambil bermain. Siswa dapat membangun konsep sendiri mengenai materi yang mereka pelajari dengan cara berdiskusi dan bekerja sama untuk menemukan soal maupun jawaban yang mereka pegang. Sehingga dari kondisi tersebut hasil belajar siswa dapat meningkat.

Gambar

Diagram 4.1 Hasil Belajar IPA pada Pra Siklus
Diagram 4.2 Ketuntasan Nilai IPA pada Pra Siklus
Diagram 4.7 Perbandingan Ketuntasan Hasil Belajar Siswa pada  Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

Referensi

Dokumen terkait

Dengan diberlakukannya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah serta Peraturan Pemerintah Nomor 25 tahun 2000 tentangKewenangan Pemerintah dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa remediasi pembelajaran Fisika dengan menggunakan model Learning Cycle dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X IPA

Pengurangan beban jalan secara bertahap dengan meningkatkan kapasitas jalan eksisting dan mengembangkan jaringan transportasi multimoda dan logistics center sebagai

Oleh karena semua elemen aktiva lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa memperhatikan kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini disebut modal

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap hubungan antara asimetri informasi dan earnings power dengan earnings

Setelah tahu banyak merek kosmetik maupun kosmedik yang nakal, kita menjadi perlu lebih waspada agar tidak sembarang memilih, terlebih jika sudah nyata-nyata mengandung bahan

Terdapat perbedaan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi antara siswa kelas eksperimen yang proses pembelajarannya menggunakan metode pembelajaran inkuiri dengan siswa

Ekstrak batang pepaya pada konsentrasi 1% memiliki aktivitas antibakteri paling efektif terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan diameter zona hambat sebesar 12 mm