Pemetaan Harmonik dan Teori Medan
Miftachul Hadi
1, Hans J. Wospakrik
21
Applied Mathematics for Biophysics Group Physics Research Centre LIPI
Puspiptek, Serpong, Tangerang 15314, Banten, Indonesia E-mail: itpm.indonesia@gmail.com
2
Department of Physics Institute Technology of Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung, Indonesia
Buku-E LIPI
http://www.buku-e.lipi.go.id
2008
Daftar Isi
1 Skyrmion 1
1.1 Apa itu Skyrmion? . . . . 1
1.2 Skyrmion sebagai Hadron . . . . 2
1.3 Bilangan Lilitan sebagai Bilangan Baryon . . . . 3
1.4 Bilangan Baryon dan Hukum Kekekalan . . . . 3
1.5 Dugaan Skyrme . . . . 4
1.6 Model Nukleon Tunggal: Model sine-Gordon . . . . 5
1.7 Energi Skyrmion . . . . 7
2 Soliton 8 2.1 Teori Medan Kuantum dan Fisika Soliton . . . . 8
3 Model Skyrme 10 4 Baryon dan Bilangan Baryon 13 5 Pemetaan Harmonik 14 5.0.1 Koordinat Bola . . . . 14
5.0.2 Model σ O(3) . . . . 15
5.0.3 Pengertian ”Komponen Internal” Medan . . . . 15
5.0.4 Grup Ortogonal, O(n) . . . . 15
6 Solusi Klasik, Integral Lintasan Feynman dan Fisika 22 6.1 Medan . . . . 22
i
7 Persamaan Medan Einstein 23
7.1 Pemetaan . . . . 23
Ringkasan
Draf awal yang masih sangat kasar membahas Skyrmion, Soliton, Baryon, Pemetaan
Harmonik dan Teori Medan. Draf ini masih terus dikembangkan.
Skyrmion
1.1 Apa itu Skyrmion?
Skyrmion adalah kandidat deskripsi soliton untuk nuklir. Jumlah soliton diidenti- fikasi dengan bilangan baryon, dimana bilangan baryon diidentifikasi dengan bilangan lilitan (winding number).
Dalam fisika teoritik, Skyrmion, yang disusun oleh Tony Hilton Royle Skyrme, adalah model matematika yang digunakan untuk memodelkan baryon (partikel sub- atom). Skyrmion adalah solusi klasik non-trivial homotopi model sigma nonlinier den- gan topologi manifold target non-trivial meson dimana manifold target adalah ruang homogen dari
SU (N )
L× SU(N)
R(1.1)
(grup struktur),
µ SU(N)
L× SU(N)
RSU (N )
diag¶
(1.2) dimana SU (N )
Ldan SU (N )
Radalah salinan kiri dan kanan berturut-turut, SU (N )
diagadalah subgroup diagonal.
Jika ruang-waktu memiliki topologi S
3×R (untuk ruang dan waktu berturut-turut), maka konfigurasi klasik diklasifikasi oleh integral bilangan lilitan karena grup homotopi ketiga,
π
3µ SU(N)
L× SU(N)
RSU (N )
diag∼ = SU (N )
¶
= Z (1.3)
1
BAB 1. SKYRMION 2
(tanda kongruen di sini merujuk ke homeomorphisme, bukan isomorhisme).
Adalah mungkin untuk menambah suku topologi ke dalam lagrangian chiral dimana integral hanya gayut pada kelas homotopi. Hasil ini dalam sektor superseleksi dalam model terkuantisasi.
Skyrmion telah digunakan untuk memodelkan baryon. Skyrmion sebagai solusi persamaan nonlinier medan Skyrme, diturunkan dari model sigma (chiral) nonlinier termodifikasi, yang diperoleh dengan komputasi numerik.
1.2 Skyrmion sebagai Hadron
Ide bahwa partikel elementer, khususnya nukleon, merupakan fenomena soliton pertama kali dikemukakan oleh fisikawan-matematikawan Inggris, Tony Hilton Royle Skyrme pada tahun 1962 (saat itu, Skyrme sedang dikontrak untuk mengembangkan Departemen Matematika di Universiti Kebangsaan Malaysia). Pada dasarnya, Skyrme mengemukakan bahwa partikel berinteraksi kuat (hadron) adalah solusi statik terkon- sentrasi secara lokal dari teori medan klasik model sigma (chiral) nonlinier yang diper- luas.
Ide Skyrme menggabungkan fermion (partikel materi) dan boson (partikel interak- si) dalam suatu model medan fundamental yang hanya terdiri dari partikel pi-meson (pion) yakni salah satu anggota keluarga boson. Fermion dalam hal ini nukleon diper- oleh, sebagai bentuk konfigurasi klasik tertentu dari medan pion. Konfigurasi istimewa ini membentuk objek soliton topologi, yang kemudian diberi nama Skyrmion untuk menghargai jasa Tony H.R. Skyrme.
Dalam paper-paper awal di akhir tahun 1950-an, Tony Skyrme mengajukan mod-
el fluida meson, untuk menjelaskan data pengukuran jari-jari nuklir. Sejauh yang
diketahui dari paper-papernya, Skyrme tidak pernah meyakini validitas deskripsi par-
tikel dalam kerangka kerja teori medan linier dengan pola renormalisasi. Oleh karena
itu sebagai konsekuensinya, ia mencari teori medan nonlinier yang memperkenankan
deskripsi partikel sebagai objek diperluas.
Ide Skyrme memperoleh dukungan dari paper-paper lama Kelvin yang mendeskrip- sikan struktur atom sebagai atom vorteks. Kelvin mengajukan hipotesa bahwa selu- ruh benda tersusun dari atom-atom vorteks dalam fluida homogen. Konsep topologi, pertama-tama diperkenalkan oleh Kelvin dalam teori atom vorteksnya dengan meny- atakan bahwa jenis-jenis atom berbeda satu sama lain bersesuaian dengan jumlah per- simpangan cincin-cincin vorteks. Model Skyrme, yang saat ini dikenal sebagai model hadron, mendeskripsikan partikel diperluas sebagai jenis nuklir vorteks. Untuk mem- peroleh kestabilan dinamis, ia memperkenalkan ke dalam Lagrangian (3+1 dimensi) model sigma (chiral) sebuah suku orde keempat dalam turunan medan meson, yang kemudian dikenal sebagai suku Skyrme.
1.3 Bilangan Lilitan sebagai Bilangan Baryon
Bayangkan sebuah titik, katakanlah titik x dan kurva C. Secara intuitif, bilangan lilitan dari kurva k berkaitan dengan titik x adalah jumlah berapa kali kurva k men- gelilingi titik x dalam arah berlawanan jarum jam.
Dalam makna matematika, bilangan lilitan adalah invariansi topologi, yakni sifat ruang topologi yang invarian dalam homeomorphisme. Secara kasar dikatakan, ruang topologi adalah objek geometri dan homeomorphisme adalah peregangan kontinu atau pelenturan suatu objek menjadi bentuk baru.
Sebagai ilustrasi invariansi topologi, kue donat dan cangkir bertangkai satu adalah identik. Yakni, bentuk kue donat tersebut dapat ”dibuat sedemikian sehingga” menjadi bentuk cangkir bertangkai satu dengan cara menarik, mengulur tanpa memotong atau merobek.
1.4 Bilangan Baryon dan Hukum Kekekalan
Dalam fisika, khususnya dalam peristiwa tumbukan partikel, selalu dicari ”sesu-
atu yang kekal” yakni memenuhi hukum kekekalan. Bilangan baryon adalah bilangan
kuantum kekal aproksimasi, yakni hampir kekal dalam seluruh interaksi. Kekal berar-
BAB 1. SKYRMION 4
ti, jumlah bilangan baryon dari seluruh partikel datang sama dengan jumlah bilangan baryon dari seluruh partikel hasil dalam suatu reaksi. Kuantitas kekal demikian adalah ciri umum untuk membatasi tipe-tipe reaksi yang mungkin antara baryon.
Bilangan baryon sistem dapat didefinisikan sebagai sepertiga dari jumlah kuark dikurangi jumlah antikuark sistem. Baryon dinyatakan dengan bilangan +1, antibary- on dinyatakan dengan bilangan -1, sedangkan partikel selain keduanya dinyatakan den- gan bilangan 0.
Dalam fisika, sebagian besar kuantitas invarian (yakni kuantitas kekal) biasanya diturunkan dari simetri aksi (teorema Noether). Akan tetapi, terdapat sekelompok kuantitas kekal yang tidak dapat diturunkan dengan cara demikian. Sebagai ganti, kuantitas kekal diperoleh dari tinjauan topologi. Bilangan lilitan termasuk kategori kuantitas kekal jenis ini.
1.5 Dugaan Skyrme
Skyrme mengidentifikasi bilangan lilitan invarian topologi sebagai bilangan baryon.
Apa alasan Skyrme mengidentifikasi bilangan lilitan invarian topologi sebagai bilangan baryon? Pada awalnya, Skyrme hanya menyatakan hal tersebut namun pekerjaan Witten menunjukkan bahwa identifikasi Skyrme adalah interpretasi yang benar dengan meninjau arus baryon tergandeng dalam teori medan untuk kasus bilangan warna yang besar.
Dalam pekerjaan awal Skyrme, tidak begitu jelas terlihat bahwa muatan topolo- gi dapat diidentifikasi sebagai bilangan baryon. Namun, terdapat kekekalan muatan topologi dan model Skyrme mendeskripsikan partikel berinteraksi kuat, sehingga iden- tifikasi muatan topologi dengan bilangan baryon adalah harapan alami yang memandu pada konsekuensi kesesuaian yang dekat secara wajar dengan eksperimen.
Pada waktu belakangan, melalui pekerjaan Witten dan koleganya dalam model
Skyrme untuk tiga ”cita rasa”, flavor (flavor adalah salah satu ciri kuark, partikel
penyusun nukleon) terdapat formula untuk muatan listrik dari Skyrmion terkuantisasi
yang nilainya merupakan kontribusi dari komponen isospin ketiga dan muatan topologi.
Dalam fisika partikel, diketahui bahwa partikel berinteraksi kuat mematuhi relasi tersebut, dimana muatan topologi diidentifikasi sebagai bilangan baryon. Alasan lain ditunjukkan dalam teorema indeks Atiyah-Singer yang menghubungkan bilangan lilitan sebagai kuantitas topologi dari medan pion.
1.6 Model Nukleon Tunggal: Model sine-Gordon
Model sine-Gordon dalam dua dimensi diperlukan sebagai bentuk analogi sederhana dari model nukleon tunggal, yakni ”twist” dalam fluida. Persamaan ini dijumpai, seba- gai misal, dalam teori dislokasi logam, teori simpangan Josephson dan juga digunakan dalam interpretasi proses biologi tertentu seperti dinamika DNA.
Skyrme tertarik dengan persamaan nonlinier sine-Gordon yang melibatkan variabel medan. Solusi persamaan nonlinier sine-Gordon tersebut memunculkan ide adanya
”kink” (kusutan) atau singularitas yakni berupa ”loop” yang meliliti katakanlah, suatu lingkaran.
Model Skyrme Dua Flavor untuk Hadron:
Model Skyrme dua flavor adalah model hadron (baryon plus meson) yakni Skyrmion yang masih sangat sederhana, karena hanya melibatkan dua flavor. Dinamika Skyrmion ditunjukkan oleh persamaan Euler-Lagrange atau persamaan Skyrme. Energi model ini diturunkan dari tensor energi-momentum terkait.
Sifat soliton dari energi statik model Skyrme dua flavor dipelajari dengan cara menskala koordinat ruang, kemudian menguji kestabilan skala dengan cara mentrans- formasi skala. Syarat kestabilan mengimplikasikan bahwa energi statik adalah stabil terhadap perturbasi skala.
Energi-massa nukleon dan delta merupakan kontribusi dari energi-massa statik dan
energi-massa rotasinya. Adanya selisih energi-massa dari hasil eksperimen dan model,
antara lain, dikarenakan Skyrmion sebagai hadron dalam model Skyrme dua flavor
hanya melibatkan dua flavor, ketimbang tiga flavour yang lebih natural. Juga dalam
BAB 1. SKYRMION 6
model ini belum dimasukkan misalnya, efek perusakan simetri chiral dan simetri flavor yang dapat berkontribusi terhadap energi-massa hadron. Orde koreksi bilangan warna terhadap massa nukleon dalam teori medan belum dimasukkan.
Model Skyrme dapat diperluas untuk tiga flavor, empat flavor hingga N flavor:
konsekuensi apa yang terjadi? [1, 2, 3].
(1) Apakah dari energi total skyrmion selalu dapat dicari massa partikel? Bagaimana jika massa partikel sama dengan nol?
Formulasi skyrmion untuk hadron, skyrmion untuk partikel lain (misal: elektron, neutrino) belum dikerjakan.
(2) Apakah energi total skyrmion hanya terdiri dari energi statik ditambah energi rotasi?
Tidak. Misal ditambah energi sebagai kontribusi dari efek Coriolis.
(3) Apakah skyrmion juga bergerak translasi?
Ya.
(4) Apakah massa nukleon diukur dalam kondisi nukleon statik dan berotasi saja?
Nukleon spinnya
12, jadi sudah dalam keadaan rotasi ”di tempat”.
(5) Dalam tinjauan ”point particle”, L menunjukkan interaksi antar partikel, apakah Lagrangian dalam model Skyrme menunjukkan interaksi antar soliton?
Lagrangian model Skyrme:
L = Tr
·
− F
216 L
µL
µ+ 1
32a
2[L
µ, L
ν] [L
µ, L
ν] + F
216 M
π2¡
U
−1+ U − 2I ¢ ¸ Suku pertama adalah ”suku kinetik”, suku kedua adalah ”suku potensial”, sedan- gkan suku ketiga adalah suku massa ”pion”.
Teori Medan Kuantum (QFT):
L = (∂
0φ∂
0φ)
| {z }
suku kinetik
+ suku potensial
(6) Apakah Lagrangian model Skyrme juga memenuhi prinsip-prinsip simetri?
Ya. Misal: simetri ruang-waktu Lorentz, simetri internal SU(2) global (simetri chiral).
(7) Apakah massa skyrmion (misal: nukleon, delta) terbedakan hanya karena efek rotasi?
Ya! Selain itu ada juga yang dikarenakan perbedaan hypercharge, Y , yang dikon- struksi dari grup SU(3).
(8) Apakah massa nukleon sama dengan massa (proton = neutron)?
Massa nukleon adalah massa neutron atau massa proton.
1.7 Energi Skyrmion
• Energi statik baryon (nuklelon, ∆, ...) dalam interaksi kuat adalah sama.
• Energi baryon dalam interaksi medium (karena rotasi) terbedakan dalam urutan menurun, partikel ∆ (spin, J =
32), nukleon (spin, J =
12).
• Energi partikel ∆ dalam interaksi elektromagnetik terbedakan dalam urutan menurun ∆
++, ∆
+, ∆
0, ∆
−, karena beda muatan (mereka memiliki spin yang sama, isospin, I
3yang dikonstruksi dalam grup SU(2)).
• Energi nukleon dalam interaksi elektromagnetik terbedakan dalam urutan menu-
run, proton, neutron, karena beda muatan (proton bermuatan positip, neutron
tidak bermuatan).
Bab 2 Soliton
Solusi persamaan medan nonlinier dan partikel yang muncul:
• Solusi persamaan medan Skyrme untuk baryon dalam interaksi kuat adalah skyrmion.
• Solusi persamaan medan Einstein dalam interaksi gravitasi adalah black holes.
• Solusi persamaan medan Yang-Mills (self dual Yang-Mills) adalah instanton, dikonstruksi secara teoritik dalam QCD.
• Solusi persamaan medan Higgs adalah monopol, bagaimana dengan hasil eksper- imen?
• Solusi persamaan medan yang memunculkan elektron, neutrino, ...?
Syarat terjadinya soliton:
• Gelombang laut dangkal.
• Gangguan tertentu.
2.1 Teori Medan Kuantum dan Fisika Soliton
• Dalam tinjauan Teori Medan Kuantum, baryon tersusun dari tiga kuark, misal uud, dan interaksi (potensial) diantara mereka.
8
• Dalam tinjauan Fisika Soliton, baryon dimodelkan sebagai fluida skyrmion, di-
mana skyrmion ditunjukkan oleh vorteks-vorteks (”seperti pusaran air”). Dari
model fluida skyrmion dapat diturunkan potensial (interaksi) antara quark dalam
Teori Medan Kuantum.
Bab 3
Model Skyrme
• Dalam model Skyrme, partikel adalah solusi persamaan fisika nonlinier.
• Dalam Teori Medan Kuantum, partikel adalah solusi persamaan medan linier.
• Jika ”number of colour” dari QCD yakni N
C→ ∞ maka diperoleh solusi soliton.
• Model Skyrme untuk dua flavour, misalnya neutron, baryon ∆ terbedakan mas- sanya karena rotasi (bilangan kuantum momentum anguler, j, beda).
• Dalam model Skyrme untuk tiga flavour terdapat suku Wess-Zumino, dimana rotasi dikuantisasi.
• Model Skyrme meninjau pion sebagai partikel skalar.
• Model Skyrme SU(n), untuk n=2,3,4... , dicoba satu-satu!
• Stabil→ekstrim minimum.
• Tak stabil→ekstrim maksimum.
• Solusi stabil→topologi.
• Muatan topologi→bilangan baryon (dalam setiap reaksi ”conserved”).
• Setiap kuantitas fisis yang kekal (tak berubah) terhadap waktu adalah ”charge”
(momentum, ...)
10
• Self Dual Yang-Mills, medan listrik, E = B, medan magnet, E
1= B
1, E
2= B
2, E
3= B
3.
• Dalam model Skyrme, massa nukleon, ∆, dikonstruksi dari teori. Dalam Teori Medan Kuantum, massa nukleon, ∆, diberikan begitu saja!
• Model Skyrme dapat menerangkan pentakuark, dikuark, sedangkan QCD tidak bisa.
• Model Chiral tanpa suku Skyrme adalah model linier.
• Soliton nontopologi: chaos, energi tak memusat tetapi menyebar, fenomena angin topan.
• Kontributor massa skyrmion dalam model Skyrme: interaksi flavour, interaksi colour, muatan, energi statik, energi rotasi, energi dari efek Coriolis, ....
• Teori Yang-Mills adalah teori nonabelian (nonkomutatif), [T
a, T
b] = if
abcT
c. Jika T
a= T
b, maka [T
a, T
a] = 0 (komut). Jika terdapat minimum satu relasi tak komut, maka suatu teori adalah nonabelian! f
abcbisa bernilai =3.
• SU(N
f), N
fjumlah flavour, flavour → interaksi lemah. Untuk N
f= 2, SU(2), maka terdapat 2
2− 1 parameter, yakni 3 partikel medan (misal, W+, W-, Z).
N
f= 2, misal kuark up, down → proton (uud), neutron (udd), ∆
++(uuu), kombinasi bisa dari up-down, up-up, down-down.
• Energi berhingga → soliton stabil. Bilangan kuantum, j, kecil → soliton stabil.
Untuk bilangan kuantum, j, besar (kecepatan sudut besar) → energi besar → soliton tak stabil.
• Jari-jari muatan nukleon → muatan listrik terdistribusi di seluruh volume bola skyrmion, hr
Bi = R
d
3rJ
0B(r)r, dimana hr
Bi adalah ukuran soliton/skyrmion,
J
0Badalah arus baryon.
BAB 3. MODEL SKYRME 12
• Dalam tinjauan elektromagnetik, jari-jari muatan nukleon adalah:
hri = R
d
3rJ
0EM(r)r, dimana J
0EMadalah arus elektromagnetik.
• Mengapa perlu persamaan Euler-Lagrange, jika soliton dalam keadaan statik (ditunjukkan oleh energi statik)?
Persamaan Euler-Lagrange tak perlu harus melibatkan parameter waktu dan tak perlu menunjukkan dinamika partikel.
• Solusi statik model Skyrme untuk energi terendah (minimum). Jika untuk energi statik (berlaku), maka solusi untuk energi tereksitasi (energi rotasi + energi mu- atan + energi efek Coriolis + energi kontribusi warna + energi suku Wess-Zumino + ...) juga berlaku.
• Rapat energi adalah fungsi, energi adalah angka.
• Dapat dibilang soliton adalah fungsi profil, dimana dari fungsi profil diperoleh energi soliton.
• Solusi soliton bersifat non singular, ”smooth solution”, misal seperti bentuk fungsi profil.
• Fungsi singular, misal
R1, untuk R = 0 maka
10→ ∞.
• Vortices berotasi → skyrmion terkuantisasi (momentum sudut).
• Soliton sebagai partikel → solusi medan (bukan aproksimasi).
• Energi skyrmion → kuantisasi untuk energi eksitasi.
• Soliton → solusi stabil dengan nilai energi terbatas yang minimum (rapat energi- massa tersebar dalam daerah terbatas).
• Fluida skyrmion → 3 dimensi.
• Kuantisasi momentum sudut soliton → kuantisasi momentum sudut vortex.
Baryon dan Bilangan Baryon
• Bilangan baryon menunjukkan jumlah partikel.
• Nukleon tunggal memiliki bilangan baryon, B = 1.
• Deuteron terdiri dari 1 proton dan 1 neutron, yakni terdiri dari 2 vorteks, memi- liki bilangan baryon, B = 2.
• Triton terdiri dari 1 proton dan 2 neutron memiliki bilangan baryon, B = 3.
• Inti atom = Σ
Nn=1nukleon memiliki bilangan baryon, B = N , sebagai nomor massa.
13
Bab 5
Pemetaan Harmonik
5.0.1 Koordinat Bola
Tinjau koordinat bola sebagai berikut
x = R sin θ cos φ y = R sin θ sin φ z = R cos φ
dx = ∂x
∂θ dθ + ∂x
∂φ dφ dy = ....
dz = ∂z
∂φ dφ Buktikan
ds
2= dx
2+ dy
2+ dz
2ds
2= R
2¡
dθ
2+ sin
2θdφ
2¢
= g
θθdθ
2+ 2g
θφdθdφ + g
φφdφ
2dimana untuk komponen g
θφ= 0, yakni ortogonal.
14
5.0.2 Model σ O(3)
Grup O(3) adalah grup ortogonal dengan tiga buah ”komponen internal” medan
”skalar”, yakni (Φ
1, Φ
2, Φ
3). Medan didefinisikan sebagai fungsi titik dalam ruang.
Contoh medan skalar adalah suhu.
Model σ dicirikan oleh
• Terdapat ”kendala” antara Φ
1, Φ
2, Φ
3, yang dalam hal ini adalah
(Φ
1)
2+ (Φ
2)
2+ (Φ
3)
2= 1.
• Medan plus konstrain: (Φ
1, Φ
2, Φ
3), (Φ
1)
2+ (Φ
2)
2+ (Φ
3)
2= 1.
5.0.3 Pengertian ”Komponen Internal” Medan
Tinjau medan listrik, E
E = (E
x, E
y, E
z)
| {z }
komponen eksternal
.
Jika dinyatakan dalam bentuk matriks, diperoleh
E
x(1)E
y(1)E
z(1)E
x(2)E
y(2)E
z(2)E
x(3)E
y(3)E
z(3)
= ¡
E
x(a), E
y(a), E
z(a)¢
= ¡ E
µ(a)¢
dimana arah vertikal adalah medan internal, sedangkan arah horisontal adalah medan eksternal.
5.0.4 Grup Ortogonal, O(n)
Grup O(n) berordo n × n dan memiliki
12n(n − 1) parameter. Grup O(n) memenuhi sifat berikut
O
TO = I =
1 0 0 0 1 0 0 0 1
BAB 5. PEMETAAN HARMONIK 16
dimana
O = e
α(a)T(a)dan transposenya adalah
O
T= e
α(a)(T(a))Tα adalah parameter yang menentukan matriks basis, T
(a)adalah generator yang bersi- fat antisimetrik, T
(a)T= −T
(a). Sehingga diperoleh
O
TO = e
α(a)(T(a)T+T(a))
.
Jika sifat antisimetrik dimasukkan, maka diperoleh O
TO = e
α(a)(−T(a)+T(a))= e
α(a)(0)= e
0= 1.
Grup ortogonal dan sifat dapat juga dinyatakan dalam bentuk O = e
Xdimana X = α
(a)T
(a). Sehingga
O
TO = I, e
XTe
X= I, e
XT+X= I.
dimana X
T+ X = O
n×n. Definisi deret
e
c= 1 + c + c
22! + ... . Matriks berikut dapat diuraikan dalam bentuk
0 a
12a
13−a
120 a
23−a
13−a
230
= a
12|{z}
α1
0 1 0
−1 0 0 0 0 0
| {z }
T1
+ a
13|{z}
α2
0 0 1 0 0 0
−1 0 0
| {z }
T2
+ a
23|{z}
α3
0 0 0
0 0 1
0 −1 0
| {z }
T3
.
Dalam matematika, representasi dapat dinyatakan dalam bentuk matriks, operator diferensial dan integral, fungsi.
Grup O(3) adalah grup matriks transformasi koordinat yang mempertahankan pan- jang vektor dalam R
3invarian,
(Φ
1)
2+ (Φ
2)
2+ (Φ
3)
2= (Φ
1′)
2+ (Φ
2′)
2+ (Φ
3′)
2. Koordinat dalam R
3interval
(Φ
1, Φ
2, Φ
3) = Φ
(a)Transformasi koordinat
Φ
(a)′= R
a.bΦ
(b)→ Φ
′= RΦ Φ
(a)′Φ
(a)′= Φ
(a)Φ
(a)→ Φ
′TΦ
′= Φ
TΦ Sehingga dapat dinyatakan
Φ
′TΦ
′= Φ
TΦ (RΦ)
T(RΦ) = Φ
TΦ Φ
TR
TRΦ = Φ
TΦ dimana R
TR = I. Representasi medan
Φ =
Φ
1Φ
2Φ
3
→ Φ
T= (Φ
1, Φ
2, Φ
3)
Tinjau pemetaan berikut
t → [Φ
1(t), Φ
2(t), Φ
3(t)] : R
1→ R
3x, y → [Φ
1(x, y), Φ
2(x, y), Φ
3(x, y)] : R
2|{z}
eksternal
→ R |{z}
3internal
ds
2= g
µνdx
µdx
ν→ dσ
2= G
ABdΦ
AdΦ
BDalam pemetaan harmonik, dipenuhi syarat-syarat berikut
(1) Φ = (Φ
1, Φ
2, Φ
3) memenuhi kendala.
BAB 5. PEMETAAN HARMONIK 18
(2) Φ memenuhi persamaan Euler-Lagrange dari aksi S
S = Z
d
nx √ g
| {z }
eksternal
L, dimana g = det(g
µν), L adalah rapat Lagrangian.
Untuk permukaan (dua dimensi) berlaku
s
2(θ, Φ) → ds
2= R
2[dθ
2+ sin
2θ dΦ
2] dimana
g
θθ= R
2, g
ΦΦ= R
2sin
2θ, g
θΦ= 0 = g
Φθ.
g =
g
θθg
θΦg
Φθg
ΦΦ
=
R
20
0 R
2sin
2θ
g = det(g) = R
4sin
2θ
√ g = R
2sin θ
Pemetaan berikut berlaku Z
dr dθ dΦ (r
2sin θ)
| {z }
integral volume koordinat bola
→ Z
dθ dΦ (R
2sin θ)
| {z }
integral permukaan, r = R =konstan
Untuk pemetaan harmonik, Lagrangian dibentuk dari ”metrik ruang internal” sebagai berikut
dσ
2= G
ABdΦ
AdΦ
B= G
ABµ ∂Φ
A∂x
µdx
µ¶ µ ∂Φ
B∂x
νdx
ν¶
= G
AB∂Φ
A∂x
µ∂Φ
B∂x
νdx
µdx
ν. Notasi sumasi Eistein
∂Φ
A∂x
µdx
µ= ∂Φ
A∂x
1dx
1+ ∂Φ
A∂x
2dx
2+ ...
dimana µ = 1, 2, ... . Secara intuisi, dσ
2→ L, diperoleh L = G
AB∂Φ
A∂x
µ∂Φ
B∂x
νg
µν.
Dalam tinjauan model σ O(3), (Φ
1, Φ
2, Φ
3) : (Φ
1)
2+ (Φ
2)
2+ (Φ
3)
2= 1. Parame- terisasi dengan koordinat bola internal (Θ, Φ)
Φ
1= R sin Θ cos Φ Φ
2= R sin Θ sin Φ Φ
3= R cos Θ Dalam hal ini, diperoleh metrik berikut
dσ
2= R
2(dΘ
2+ sin
2Θ dΦ
2) ≡ G
ΘΘdΘ
2+ G
ΦΦdΦ
2Lagrangian diperoleh (secara intuisi) sebagai berikut L = R
2µ ∂Θ
∂x
µ∂Θ
∂x
ν+ sin
2Θ ∂Φ
∂x
µ∂Φ
∂x
ν¶ g
µν= R
2µ ∂Θ
∂x
µ∂Θ
∂x
µ+ sin
2Θ ∂Φ
∂x
µ∂Φ
∂x
µ¶ .
Pilih g
µνdiagonal, sehingga L = R
2¡
∇Θ . ∇Θ + sin
2Θ ∇Φ . ∇Φ ¢
yang bersesuaian dalam paper Misner.
Tinjau aksi berikut S =
Z
d
3x L
= R
2Z
d
3x
"µ
∂Θ
∂x
µ¶
2+ sin
2Θ µ ∂Φ
∂x
µ¶
2# .
Tinjau variasi berikut
Θ → Θ + δΘ, Φ → Φ + δΦ.
Variasi aksi diperoleh
δS = R
2Z
d
nx
"
2 µ ∂Θ
∂x
µ¶
δ µ ∂Θ
∂x
µ¶
+ 2 sin Θ cos ΘδΘ µ ∂Φ
∂x
µ¶
2+ sin
2Θ µ
2 ∂Φ
∂x
µ¶
δ µ ∂Φ
∂x
µ¶#
.
BAB 5. PEMETAAN HARMONIK 20
Gunakan turunan parsial
δS
1= R
2Z
d
nx
"
∂
∂x
µ½
2 µ ∂Θ
∂x
µ¶ δΘ
¾
− 2 ∂
2Θ
∂x
µ2δΘ + 2 sin Θ cos Θ µ ∂Φ
∂x
µ¶
2δΘ
+ ∂
∂x
µ· sin
2Θ
µ 2 ∂Φ
∂x
µ¶ δΦ
¸
− ½ ∂
∂x
µ· sin
2Θ
µ 2 ∂Φ
∂x
µ¶¸¾ δΦ
¸ . Beberapa relasi berguna:
δ µ ∂A
∂x
µ¶
= ∂
∂x
µ(δA) g = (g
µν) g
µν= g
−1g
µνg
νρ= δ
µρgg
−1= I g =
R
20
0 R
2sin
2Θ
g
−1=
a b c d
gg
−1=
aR
2bR
2cR
2sin
2Θ R
2sin
2Θd
aR
2bR
2cR
2sin
2Θ R
2sin
2Θd
=
1 0 0 1
aR
2= 1 → a = 1 R
2R
2sin
2Θd = 1 → d = 1
R
2sin
2Θ Karena
gg
−1=
1 0 0 1
maka
a = 1
R
2, b = 0, c = 0, d = 1
R
2sin
2Θ .
g
Θg
Θ= 1 R
2g
Φg
Φ= 1
R
2sin
2Θ
g
Θag
aΘ= g
ΘΘg
ΘΘ+ g
ΘΦ=0, ortogonal
|{z}
g
ΦΘ= δ
ΘΘ= 1.
Misal
x = u
t , y = v
t , z = w t dimana x adalah tak homogen (”affine”).
u
2+ v
2+ z
2= t
2u
2+ v
2+ z
2− t
2= 0 (homogen) u
2+ v
2+ z
2= (xt)
2+ (yt)
2+ (zt)
2= x
2t
2+ y
2t
2+ z
2t
2= t
2(x
2+ y
2+ z
2)
= t
2Bab 6
Solusi Klasik, Integral Lintasan Feynman dan Fisika
• Solusi Klasik (Eksak)→Integral Lintasan Feynman→Fungsi Green→Fisika (Per- ilaku dan Ciri).
• Solusi Klasik (Eksak)→Fisika (Perilaku dan Ciri).
6.1 Medan
• Vektor meson, spin 1, misal W.
• Persamaan medan Skyrme, ∂
a¡
L
a−
14[...] ¢
= 0, indeks di supercript dan subcript agar bisa dikonstraksi.
• Spin 0 dan paritas -1, medan pseudoskalar.
• Medan skalar, spin 0, paritas +1. Medan vektor, spin 1.
• Φ(−~x) = (−)Φ(~x) → pseudoskalar.
• A
µ(−~x) = (−)A
µ(~x) → pseudovektor.
22
Persamaan Medan Einstein
Solusi persamaan medan Einstein:
• Solusi Schwarchild → bintang statik.
• Solusi Kerr → bintang berotasi (bagaimana jika bentuk bintang agak pipih?).
• Solusi Ernst (?) → bintang bermuatan.
• Solusi Skyrme → bintang dengan muatan topologi.
• Solusi Yang-Mills → bintang dengan flavour, colour.
Untuk N-body (bintang), diasumsikan posisi bintang segaris, bagaimana jika posisinya tidak segaris?
7.1 Pemetaan
Fungsi y = f (x) adalah pemetaan:
x ∈ R
1y ∈ R
1y : R
1→ R
123
BAB 7. PERSAMAAN MEDAN EINSTEIN 24
Misal:
f (x) = x
2U = U (x) U ∈ SU(2)
x ∈ M
4w = f (z)
= u(x, y) + iv(x, y) Tinjau pemetaan berikut:
U (x) : M
4|{z}
ruang basis
→ SU(2)
| {z }
ruang target
Beberapa pengertian:
• Muatan topologi (winding number) = Volume ruang target / Volume ruang basis.
• Solusi statik:
|{z} U
target
( ~r |{z}
basis
) : r ∈ R
3U ∈ SU(2) U : R
3→ SU(2) ≈ S
3di r → ∞, U = I
R
3|{z}
ruang (3 dimensi)
∼ = S
3|{z}
bola (3 dimensi)