JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 10 No. 1, April 2010 : 1 - 8
ANALISIS PURCHASE METHOD DAN POOLING OF INTEREST METHOD PADA PENGGABUNGAN USAHA DAN
PENGARUHNYA PADA PAJAK PENGHASILAN
Oleh
* Hastoni dan Tika Adyati
* Dosen Tetap Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesatuan Bogor
ABSTRACT
Business combination occurs if there are two or more separated companies join together to become one economic entity. There are some reasons why merger is carried out. Those reasons are: cost advantage, lower risk, fewer operating delays, prevention of takeovers, acquisition of intangible asset, etc.
There are two methods applied in merging companies. They are: purchase method and pooling of interest method. Purchase method is based on the assumption that business merger is a transaction which enables an entity to get net asset from other companies that merge. Pooling of interest method is based on the assumption that the ownership of the companies merged relatively the same as before. The assets and liabilities of the companies merged are included in new entity and the value is the total of the book value of the companies merged.
The purpose of this research is to find out whether the tax related to the application of purchase method and pooling of interest method is as a method for recording transactions in merging business. The writer conducted a literature study to find out which taxable income is applied to both methods. The type of the observation carried out is content analysis. The data is collected by doing observation and analyzing the content and the message of a document. Literature study is carried out manually by visiting a library and searching internet to get some books which are relevant to the subject.
The results of the research show that when the business combination is done using the purchase method, thus the difference between the fair value and the book value of assets is the income, and this income will be charged taxable income. Besides, deferred tax will rise as a result of temporary difference in tax calculation based on accounting principles and taxation regulations. But, if the business merger is carried out using the pooling of interest method, there is no taxable income since this method uses book value to appraise the company, but the companies that choose this method have to fulfill several terms and condition in accordance with the law.
Keywords: business combination, purchase method, pooling of interest method, taxable income
PENDAHULUAN
Di Indonesia terdapat 2 (dua) prosedur pencatatan akuntansi transaksi penggabungan usaha yaitu purchase method (metode pembelian) dan pooling of interest method (metode penyatuan kepemilikan). Penggabungan usaha dikatakan atas dasar pembelian bila penggabungan usaha
tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang bergabung tidak ikut berpartisipasi secara substansial di dalam perusahaan tunggal yang dibentuk.. Selanjutnya, apabila penggabungan usaha dianggap suatu “pembelian”, maka harta kekayaan yang diperoleh oleh suatu badan usaha yang melakukan pengambilan tersebut dicatat dan diakui sebesar nilai pasarnya.
2
Sedangkan apabila penggabungan badan usaha dianggap penyatuan kepemilikan, maka jumlah harta, hutang dan hak para pemegang saham yang dilaporkan perusahaan-perusahaan yang menggabungkan diri dicatat dan diakui sesuai dengan nilai bukunya.
Dengan adanya kedua metode pencatatan ini, timbul berbagai pertanyaan. Hal ini dikarenakan terdapat perbedaan penggunaan dasar nilai pencatatan dari masing-masing metode. Salah satu pertanyaan yang sering dibicarakan adalah bagaimana penggunaan masing-masing metode pencatatan transaksi penggabungan usaha mempengaruhi perlakuan pajaknya, terutama pajak penghasilan. Segi perpajakan selalu menjadi sorotan karena mempengaruhi jumlah laba yang diterima oleh pelaku bisnis. Pada akhirnya, pelaku bisnis yang melakukan penggabungan usaha akan memilih metode yang menguntungkan baik dari segi akuntansi maupun segi perpajakan, terutama pajak penghasilan agar menghasilkan keputusan investasi yang tepat.
METODE PENELITIAN
Jenis dan sumber data yang digunakan yaitu menggunakan sumber data sekunder dalam bentuk data dokumenter. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari berbagai literatur. Dalam hal ini, sumber data yang digunakan antara lain:
1. abstrak hasil penelitian 2. indeks
3. jurnal 4. buku referensi
Dalam penyusunan artikel ini, metode analisis yang digunakan adalah metode perbandingan untuk setiap sumber data yang diperoleh yaitu membandingkan penggunaan metode pembelian (purchase method) dan (pooling of interest method) sebagai metode pencatatan penggabungan usaha, dan dilihat pengaruhnya
pada pajak penghasilan atas penggunaan kedua metode tersebut.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep Akuntansi Purchase Method dan Pooling of Interest Method sebagai Metode Pencatatan Transaksi Penggabungan Usaha
Metode Pembelian (purchase method) a. Sebelum Penggabungan
Revaluasi Aktiva Tetap
Nilai tercatat aktiva per 31 Desember 2007 adalah sebesar Rp 4.500.000.000,00 setelah dilakukan penilaian kembali menjadi Rp 4.595.000.000,00 sehingga terdapat selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap sebesar Rp 95.000.000,00.
Menurut Direktur Jendral Pajak, selisih lebih dari penilaian kembali aktiva tetap yang dilakukan PT Duta tahun 2008 untuk aktiva tetap per 31 Desember 2008 sebesar Rp 106.000.000, jumlah aktiva tersebut dibawa ke dalam PT Duta hasil penggabungan sebelum dihitung berapa pajak yang terhutang dari transaksi tersebut. Sehingga dari transaksi penilaian kembali aktiva tetap per 31 Desember 2008 yang dilakukan pada tahun 2008 , PT Duta membayar pajak penghasilan bersifat final atas revaluasi aktiva tetap sebesar Rp 106.000.000,00 x 10% = Rp 10.600.000,00.
b. Saat Penggabungan
Berdasarkan hasil penelitian terakhir oleh Tristan Capital, selaku pihak independen yang ditunjuk oleh peserta penggabungan usaha atas pendapat kewajaran dari revaluasi aktiva bersih yang dimiliki oleh PT Kencana adalah sebagai berikut.
Tabel 1
NERACA PT Kencana (Setelah Revaluasi) Per 31 Agustus 20x8
(dalam juta rupiah)
PT Kencana PT Kencana
3 Nilai Buku
(Rp)
Nilai Wajar (Rp) AKTIVA
Kas 12 12
Piutang Usaha 550 450
Tanah 500 650
Bangunan 400 500
Mesin dan peralatan 350 400
TOTAL AKTIVA 1.812 2.012
KEWAJIBAN
Hutang Usaha 455 455
Hutang Jangka Panjang 175 175
Hutang Kontijensi - 25
TOTAL KEWAJIBAN 630 655
Aktiva Bersih 1.182
Nilai wajar Aktiva bersih yang
Teridentifikasi 1.357
Dari data tersebut dapat diketahui bahwa PT Kencana memiliki nilai wajar aktiva bersih yang teridentifikasi sebesar Rp 1.357.000.000,00, sedangkan nilai buku aktiva bersih PT Kencana saat penggabungan adalah Rp 1.182.000.000,00. Dengan demikian terdapat selisih lebih nilai pengalihan atas penggabungan usaha, yang merupakan keuntungan untuk surviving company, karena nilai wajar aktiva bersih yang teridentifikasi lebih besar dibanding nilai buku yang diterima.
Selisih nilai wajar dan nilai buku PT Kencana Nilai Wajar : Rp 1.357.000.000,00
Nilai Buku : Rp 1.182.000.000,00 Rp 175.000.000,00
Besarnya pajak terutang atas selisih nilai wajar dengan nilai buku PT Kencana adalah sebagai berikut.
10 % x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000,00 15 % x Rp 25.000.000 = Rp 3.750.000,00 30 % x Rp 125.000.000 = Rp 37.500.000,00 Jumlah PPh Terutang Rp 43.750.000,00 Metode Penyatuan Kepemilikan (Pooling of Interest Method)
Penggabungan usaha dapat dilakukan dengan menggunakan nilai buku seperti tercantum pada Keputusan Menteri Keuangan No. 422/KMK.04/1998 pasal 2 disebutkan bahwa “Wajib pajak dapat menggunakan nilai buku dalam rangka penggabungan atau peleburan usaha”.
Perbandingan antara basis komersial dan basis fiskal PT Kencana per 31 Maret 20x8 adalah sebagai berikut:
Tabel 2. Perbandingan antara Basis Komersial dan Basis Fiskal PT Kencana (dalam ribu rupiah)
Harga Perolehan Akuisisi
Basis
Fiskal Selisih
Kas 12.000 12.000 -
Piutang Usaha 450.000 500.000 (50.000)
Tanah 650.000 650.000 -
Bangunan 500.000 400.000 100.000
4
Mesin dan peralatan 400.000 350.000 50.000
Hutang Usaha (455.000) (455.000) -
Hutang jangka panjang (175.000) (175.000) -
Kewajiban kontijensi (25.000) - (25.000)
Nilai wajar aktiva dan kewajiban yang teridentifikasi
1.357.000 1.282.000 75.000
Ayat jurnal untuk mencatat penggabungan usaha pada buku PT Duta adalah sebagai berikut : Tabel 3. Jurnal
No. Uraian Debit Credit
1 Investasi pada PT Kencana Rp 2.300.000.000
Modal saham Rp 1.950.000.000
Tambahan modal disetor Rp 350.000.000
Ayat jurnal untuk mencatat transaksi pengeluaran biaya dalam rangka penggabungan usaha PT Kencana adalah sebagai berikut :
Tabel 4. Jurnal
No. Uraian Debit Credit
1 Investasi pada PT Kencana Rp 215.000.000
Kas Rp 215.000.000
Tabel 5. Rincian Akun Investasi (dalam ribuan rupiah)
Jumlah Nilai wajar aktiva dan kewajiban yang
teridentifikasi tidak termasuk aktiva dan kewajiban pajak tangguhan.
1.357.000
Kewajiban pajak tangguhan
(30% x 75.000) (22.500)
Nilai wajar aktiva dan kewajiban yang
teridentifikasi dan pajak tangguhan 1.334.500
Goodwill 1.180.500
Nilai investasi 2.515.000
Besarnya goodwill telah disesuaikan dengan kewajiban pajak tangguhan, dimana berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) (2007,46.20) bahwa ”Dalam penggabungan usaha, perusahaan mengakui
aset atau pajak tangguhan, dan, pengakuan ini mempengaruhi jumlah goodwill atau goodwill negatif”.
Besar Goodwill sebelum
Pajak Tangguhan : Rp 1.158.000.000
5 Penyesuaian Pajak
Tangguhan : Rp 22.500.000 Menambah jumlah Goodwill
Besar Goodwill setelah
Pajak Tangguhan : Rp 1.180.500.000
Karena PT Kencana dibubarkan secara legal kemudian dibubarkan, maka PT Duta melakukan perkreditan atas saldo investasi pada PT Kencana dan pencatatan aktiva dan kewajiban PT Kencana pada buku PT Duta dengan jurnal pencatatan sebagai berikut:
Tabel 6. Jurnal
No. Uraian Debit Credit
1 Kas Rp 12.000.000
Piutang Usaha Rp 450.000.000
Aktiva Tetap Rp 1.400.000.000
Goodwill Rp 1.180.500.000
Hutang Usaha Rp 455.000.000
Hutang jangka panjang Rp 175.000.000
Kewajiban kontijensi
Kewajiban Pajak Tangguhan
Rp 25.000.000 Rp 22.500.000
Investasi pada PT Kencana Rp 2.515.000.000
Tabel 7. Neraca PT Duta (Setelah Kombinasi) Neraca PT Duta Setelah Kombinasi
Per 1 April 20x8 (dalam juta rupiah)
Sebelum Penggabungan
Penyesuaian dan
Eliminasi Setelah
penggabungan Debit Credit
AKTIVA
Kas 325 12 ^ 215 b 122
Piutang 250 450 ^ 700
Investasi pada PT Kencana 2.300 a 215 b 2.515 ^ -
Tanah 1.850 650 ^ 2.500
Bangunan 1.350 500 ^ 1.850
Mesin dan Peralatan 1.300 400 ^ 1.700
Goodwill - 1.180,5 ^ 1.180,5
TOTAL AKTIVA 5.075 8.052,5
KEWAJIBAN
Hutang usaha 550 455 ^ 1.005
6
Hutang jangka panjang 350 175 ^ 525
Kewajiban kontijensi - 25 ^ 25
Kewajiban pajak tangguhan - 22,5 ^ 22,5
Total Hutang 900 1.577,5
EKUITAS
Modal saham
(2.000.000 lbr @Rp1.950) 3.900
(3.000.000 lbr @Rp1.950) 1.950 a 5.850
Agio - 350 a 350
Laba ditahan 275 - 275
Total ekuitas 4.175 6.475
TOTAL KEWAJIBAN
DAN EKUITAS 5.075 8.052,5
Keterangan :
^ penyesuaian dan eliminasi berasal dari jurnal saat mencatat penerimaan aktiva bersih dari PT Budi.
a penyesuaian dan eliminasi dari jurnal saat menerbitkan saham sebanyak 1.000.000 lembar.
b penyesuaian dan eliminasi dari jurnal pencatatan beban penggabungan usaha, dimana PT Andi mengeluarkan biaya penggabungan sebesar Rp 215.000.000, sehingga kas berkurang sebesar nilai tersebut.
Biaya penggabungan usaha tersebut terdiri dari biaya langsung dan biaya penerbitan saham.
Biaya penerbitan saham dijadikan pengurang tambahan modal disetor.
Kasus diatas hanya berlaku apabila terjadi penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yang menggabungkan diri dibubarkan secara legal, sehingga efek pajak dari perusahaan yang membubarkan diri secara legal dapat dialihkan kepada perusahaan yang tidak dibubarkan secara legal.
Jika penggabungan usaha dilakukan dengan mengakuisisi saham, maka salah satu perusahaan yang menggabungkan diri akan menjadi induk perusahan (parent) dan yang lainnya menjadi anak perusahaan (subsidiary).
Kondisi ini tidak akan menimbulkan efek pajak tangguhan pada transaksi penggbungan usaha.
Pada laporan keuangan konsolidasi akan
muncul hanya aktiva atau kewajiban pajak tangguhan yang berasal dari induk perusahaan dan anak perusahaan yang tidak dapat disajikan bersih.
KESIMPULAN
1. Transaksi penggabungan usaha dapat terjadi dengan berbagai cara, yaitu, dengan mengeluarkan kas dan setara kas, penerbitan saham, dan pertukaran saham.
Ada dua metode dalam pencatatan transaksi penggabungan usaha, yaitu metode pembelian (purchase method) dan metode penyatuan kepemilikan (uniting of interest method). Dalam metode pembelian, diasumsikan bahwa penggabungan usaha merupakan suatu transaksi yang memungkinkan suatu entitas memperoleh aktiva bersih dari perusahaan-perusahaan lain yang bergabung. Berdasarkan metode pembelian, nilai transaksi penggabungan usaha lebih realistis, karena perusahaan yang memperoleh atau membeli, mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajar (fair value).
Penilaian terhadap nilai wajar bersifat fluktuatif sehingga menyebabkan berbagai kondisi, seperti goodwill positif dan goodwill negatif.
7 Sedangkan ide utama yang mendasari
akuntansi penggabungan usaha metode penyatuan kepemilikan adalah adanya kepemilikan yang berlanjut, dimana kepemilikan perusahaan – perusahaan yang bergabung adalah suatu kesatuan dan secara relative tidak berubah menjadi entitas akuntansi yang baru karena tidak ada pembelian, tidak ada harga beli, sehingga tidak ada dasar baru untuk pencatatan. Pada metode penyatuan kepemilikan jarang ditemukan masalah, karena memiliki implikasi informasi yang dihasilkan sarat dengan nuansa historical cost sehingga tidak perlu dilakukan revaluasi ulang aktiva dan kewajiban yang memakan waktu dan biaya. Selain itu, dengan metode penyatuan kepemilikan tidak diakui goodwill, sehingga tidak ada beban goodwill yang menyebabkan laba bersih lebih kecil. Dengan keadaan seperti itu, metode penyatuan kepemilikan lebih disukai dalam transaksi penggabungan usaha.
2. Pajak penghasilan yang muncul pada transaksi penggabungan usaha berbeda pada masing-masing metode pencatatannya.
a. Pada awal penggabungan usaha Pada masing-masing metode pencatatan transaksi, bila badan usaha lama melakukan revaluasi atas aktiva tetapnya, dikenakan pajak penghasilan bersifat final sebesar sepuluh persen (10%) atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap perusahaan diatas nilai sisa buku fiskal semula.
b. Pada saat penggabungan usaha 1) Pada metode pembelian, muncul
pajak tangguhan yang merupakan timbul sebagai akibat adanya beda temporer yang berasal dari perbedaan perhitungan pajak berdasarkan prinsip akuntansi berlaku umum dan peraturan perpajakan. Selain itu, muncul pajak penghasilan atas keuntungan yang diperoleh dari selisih atas nilai wajar aktiva bersih dengan nilai buku aktiva bersih yang diperoleh, dimana
pajak penghasilan yang dikenai adalah pajak sebagai penghasilan kena pajak biasa.
2) Pada metode penyatuan kepemilikan, tidak terdapat objek pajak pada proses transaksinya, karena pada metode ini jumlah harta, hutang dan hak para pemegang saham dicatat dan diakui sesuai dengan nilai bukunya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Moin. 2003. Merger, Akuisisi, dan Divestasi. Ekonosia. Yogyakarta.
Agnes Sawir. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Baker, Richard E., Valdean C Lembcke., dan Thomas E King. 2005. Akuntansi Keuangan Lanjutan. Edisi 6. Alih bahasa:
Sylvia Veronica. Salemba Empat.
Jakarta.
Beams, Floyd A., Amir Abadi Yusuf. 2004.
Akuntansi Keuangan Lanjutan di Indonesia.
Alih bahasa: Sylvia Veronica. Salemba Empat. Jakarta.
Bragg, Steven M., NetLibrary, Inc. 2002.
Accounting Reference Desktop. John Wiley and Sons, Inc. New York.
Brigham, Eugene F., dan Joel F Houston.
2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan.
Edisi 10. Alih bahasa: Ali Akbar Yulianto. Salemba Empat. Jakarta.
Coyle, Brian. 2000. Merger and Acquisition:
Corporate Finance. Lesson Professional Publishing. London.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2007. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat.
Jakarta.
International Accounting Standards Board.
2007. International Financial Reporting Standards. 30 Cannon Street, London EC4M 6XH, United Kingdom.
Muhammad Mansur dan Teguh Hadi Wardoyo. 2005. Pajak Terapan Brevet A
8
dan B ,Pemahaman dalam Kerangka Hukum Pajak. Tax Specialist. Jakarta.
Purba, Marisi P. 2008. Akuntansi Penggabungan Usaha. Edisi 2. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Keputusan Menteri Keuangan No.
422/KMK.04/1998
Keputusan Menteri Keuangan No.
469/KMK.04/1998
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 43/PMK.03/2008 tanggal 13 Maret 2008
Peraturan Menteri Keuangan nomor 79/PMK.03/2008 tanggal 23 Mei 2008 Undang-Undang Pajak Penghasilan Tahun
2000.