36
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Tinjuan Perusahaan 4.1.1. Profil Perusahaan
PT. Industri Kereta Api (Persero) atau biasa disingkat dengan sebutan PT.
INKA (Persero). Perusahaan ini merupakan pengembangan dari balai yasa lokomotif uap madiun yang dimiliki oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero).
Perusahaan ini berlokasi di Jalan Yos Sudarso No 71, Madiun, Jawa Timur.
4.1.2. Mesin Hydraulic Shear H-2565
Gambar 4.1 Mesin Hydraulic Shear H-2565
Mesin Hydraulic Shear H-2565 merupakan mesin potong yang berfungsi
untuk memotong plat secara cepat dan akurat. Mesin ini menggunakan sistem
hydraulic sebagai penggeraknya selain itu mesin ini dapat bekerja secara single
continuous dan automatic.
37
4.2. Pengumpulan Data
Pengamatan dan pengumpulan data dilakukan pada bagian mesin Hydaulic Shear H-2565 di PT. INKA (Persero). Adapun data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data kerusakan mesin dan waktu rata – rata perbaikan komponen kritis pada tahun 2019, data ini diperlukan untuk selanjutnya dilakukan proses pengolahan data.
4.2.1. Data Downtime Mesin Hydraulic Shear H-2565
Data downtime mesin Hydraulic Shear H-2565 pada PT. INKA (Persero) selama tahun 2019 dapat dilihat di tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4.1 Data Downtime mesin Hydraulic Shear H-2565
No Bulan Jam Operasi Frekuensi Downtime (Jam)
1 Januari 400 3 8
2 Februari 400 2 5
3 Maret 400 2 6
4 April 400 4 10
5 Mei 400 3 6
6 Juni 400 2 8
7 Juli 400 3 18
8 Agustus 400 2 8
9 September 400 2 9
10 Oktober 400 4 12
11 November 400 1 2
12 Desember 400 3 9
Total
31 101
Sumber : PT. INKA (Persero)
Perhitungan jam kerja = Jam kerja x hari kerja/bulan, Januari = 16 jam x 25 hari =
400 Jam
38
4.2.2. Data Frekuensi Kerusakan Mesin Hydraulic Shear H-2565
Pada tabel 4.2 merupakan data kerusakan komponen mesin Hydaulic Shear H-2565 periode Januari 2019 – Desember 2019.
Tabel 4.2 Data Frekuensi Kerusakan mesin Hydraulic Shear H-2565
No Komponen Frekuensi Kerusakan Downtime (Jam)
1 Blade Shear 8 30
2 Foot Switch 6 21
3 Oli Filter 6 17
4 Hydraulic Cylinder 4 10
5 Electrical Enclosure 3 3
6 Backgauge Motor 2 6
7 Hold Down Clylnder 1 4
8 Hyd Pump 1 10
Total 31 101
Sumber : PT. INKA (Persero)
Berdasarkan table 4.2 diketahui bahwa frekuensi kerusakan komponen tertinggi terdapat pada Blade Shear dengan kerusakan sebanyak 8 kali. Dan frekuensi kerusakan terendah terdapat pada komponen Hydraulic Pump & Hold Down Cylnder yang mengalami kerusakan sebanyak 1 Kali
Adapun interval kerusakan komponen Hydroulic Shear dapat dilihat pada Tabel 4.3 sampai dengan Tabel 4.8 dibawah ini
Tabel 4.3 Interval Waktu Kerusakan Komponen Blade Shear Blade Shear
No. Tanggal Interval (Hari)
1 17/01/19
2 22/02/19 36
3 18/03/19 24
4 24/04/19 37
5 17/05/19 23
6 05/07/19 49
7 16/09/19 73
8 18/12/19 93
Sumber : PT. INKA (Persero)
39 Tabel 4.4 Interval Waktu Kerusakan Foot Switch
Foot Switch
No. Tanggal Interval (Hari)
1 12/01/19
2 22/03/19 69
3 20/06/19 90
4 27/08/19 68
5 24/10/19 58
6 20/12/19 57
Sumber : PT. INKA (Persero)
Tabel 4.5 Interval Waktu Kerusakan Komponen Hydraulic Cylinder Hydraulic Cylinder
No. Tanggal Interval (Hari)
1 04/01/19
2 06/04/19 92
3 04/07/19 89
4 06/10/19 94
Sumber : PT. INKA (Persero)
Tabel 4.6 Interval Waktu Kerusakan Komponen Oli Filter Oli Filter
No. Tanggal Interval (Hari)
1 01/02/19
2 15/04/19 73
3 13/06/19 59
4 20/08/19 68
5 17/10/19 58
6 10/12/19 54
Sumber : PT. INKA (Persero)
40 Tabel 4.7 Interval Waktu Kerusakan Komponen Electrical Enclosure
Electrical Enclosure
No. Tanggal Interval (Hari)
1 07/05/19
2 17/09/19 133
3 13/11/19 57
Sumber : PT. INKA (Persero)
Tabel 4.8 Interval Waktu Kerusakan Komponen Backgauge Motor Backgauge Motor
No. Tanggal Interval (Hari)
1 24/04/19
2 16/10/19 175
Sumber : PT. INKA (Persero)
Dari tabel 4.4 sampai dengan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa komponen Blade Shear paling sering dan lama mengalami downtime dengan total 8 kali kerusakan, dibandingkan dengan komponen - komponen yang lain.
4.2.3. Waktu Rata – Rata Perbaikan Komponen
Adapun waktu yang dibutuhkan untuk setiap komponen dalam melakukan pernaikan dapat dilihat pada tabel 4.9 dibawah ini :
Tabel 4.9 lama waktu penggantian komponen mesin
No Komponen Lama Penggantian
Tf (Jam) Tp (Jam)
1 Blade Shear 4 3
2 Foot Switch 3 2,5
3 Hydraulic Cylinder 4 3
4 Oli Filter 2 1,5
5 Electrical Enclosure 2 1,5
6 Backgauge Motor 4 3,5
7 Hold Down Clylnder 3 2
8 Hyd Pump 5 4
Sumber : PT. INKA (Persero)
41
Tf = Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena terjadi
kerusakan.
Tp = Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen berdasarkan tindakan preventif (komponen belum rusak).
4.3. Pengolahan Data
4.3.1. Penentuan Komponen Kritis
Pemilihan sistem ini bertujuan untuk memilih komponen kritis pada suatu mesin. Penentuan komponen kritis ini melihat komponen mana saja yang memiliki data kerusakan yang tinggi. Penentuan komponen kritis ini bertujuan untuk mengetahui dan menentukan komponen mana yang menjadi prioritas untuk diberikan perawatan terlebih dahulu. Penentuan komponen kritis ini menggunakan diagram pareto dengan didasarkan pada downtime kerusakan mesin Hydaulic Gap Shear H-2565. Berikut hasil diagram pareto untuk komponen kritis mesin Hydaulic Gap Shear H-2565 dapat dilihat pada gambar 4.10
Tabel 4.10 Diagram Pareto Downtime Kerusakan Mesin Hydaulic Gap Shear H-2565
No Komponen Downtime
Downtime Kerusakan Kumulatif
Persentase Persentase Kumulatif
1 Blade Shear 30 30 30% 30%
2 Foot Switch 21 51 21% 50%
3 Oli Filter 17 68 17% 67%
4 Hydraulic Cylinder 10 78 10% 77%
5 Electrical Enclosure 10 88 10% 87%
6 Backgauge Motor 3 91 3% 90%
7 Hold Down Clylnder 6 97 6% 96%
8 Hyd Pump 4 101 4% 100%
Total 101
Sumber : Pengolahan Data
Adapun hasil yang ditunjukkan pada tabel 4.9 akan dibuat diagram pareto
untuk mengetahui komponen yang mempunyai frekuensi kerusakan tertinggi
hingga terendah.
42 Gambar 4.2 Diagram Pareto
Dari hasil diagram pareto pada gambar 4.2 Downtime Hydaulic Shear H- 2565 dengan presentase kumulatif kurang dari 80% terdapat 4 komponen kritis, meliputi : Blade Shear, Foot Switch, Oli Filter, dan Hydraulic Shear Komponen kritis tersebut yang nantinya akan dilakukan pengujian menggunakan Software Minitab 19
4.3.2. Reliability Centered Maintenance (RCM)
4.3.2.1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi
Berdasarkan pengumpulan informasi yang diperoleh dari
data mesin Hydaulic Shear H-2565, maka dapat dijelaskan fungsi –
fungsi komponen pada mesin tersebut seperti pada tabel dibawah
ini.
43 Tabel 4.11 Fungsi Utama Mesin Hydraulic Shear H-2565
No Komponen Fungsi Utama
1 Blade Shear Memotong plat sheet dengan tekanan tenaga hydraulic.
2 Foot Switch Pedal atau switch yang ditekan lalu akan menjalankan hydraulic system
3 Oil Filter Menyaring kotoran berupa bram logam agar tidak tercampur pada sistem recervoar (hydraulic cylinder)
4 Hydraulic cylinder Sistem aktuator mekanik yang menghasilkan gaya searah melalui gerakan stroke.
Sumber : PT. INKA (Persero)
Berikut gambar dari komponen – komponen kritis : 1. Blade Shear
Gambar 4.3 Komponen Blade Shear
2. Foot Switch
Gambar 4.4 Komponen Foot Switch
44
3. Oli Filter
Gambar 4.4 Komponen Oli Filter
4. Hydraulic Cylinder
Gambar 4.5 Komponen Hydraulic Cylinder
4.3.2.2. Pendefinisian Batasan Sistem
Batasan sistem digunakan untuk mengetahui apa yang termasuk
ke dalam sistem yang diamati dan fokus terhadap masalah. Dalam
Batasan sistem ini bertujuan agar membatasi ruang lingkup yang
akan diteliti. Batasan sistem pada penelitian ini yaitu membahas
terkait mesin Hydraulic Shear H-2565.
45
4.3.2.3. Deskripsi Sistem dan Diagram Blok Fungsi
Deskripsi sistem dan blok diagram fungsi ialah mengetetahui spesifikasi sistem dan fungsi sitem yang dipresentasikan ke dalam suatu blok diagram
1. Deskripsi system mesin Hydraulic Shear
Tabel 4.12 Spesifikasi Hydaulic Shear H-2565
Item Amada H-2565
Max. Worksheet thickness by tensile strenght
45kg/mm2 mm 6,5
60kg/mm2 mm 5
25kg/mm2 mm 9
Max. Cutting length With side gauge mm 2550
without side gauge mm 2560
Blade length mm 2650 Gap depth mm 500
Rake Angle
Standard 55' - 1"30'
Minimum 0"
Maximum 2"
Adjustment Motor
Strokes per minutez (50Hz s.p.m) 23 - 50
Number of holdown units 12
Main Motor kW 15
HP 20
Backgauge
Movement range mm 10 - 1000
Speed mm 730 (50Hz) - 870 (60Hz) Motor mm 0,4 Position indication mm-inch digital readout
Light Beam (No. of Bulbs) 8
Machine Weight kg 8900 Sumber : PT. INKA (Persero)
46 2
. Blok Diagram fungsi digunakan untuk mengetahui prinsip pada mesin Hydraulic Shear
Gambar 4.7 Functional Block Diagram
Prinsip kerja pada mesin Hydraulic Shear H-2565 ditenagai oleh energi listrik yang akan diubah menjadi gerak utama yaitu sistem hydraulic.
Sebelum melakukan pemotongan akan dilakukan adjustment blade untuk mendapatkan posisi blade yang akurat sehingga mendapatkan hasil plate yang baik. Plate akan diletakkan diatas machine frame, dan melakukan adjustment sistem pemotongan.
Hydraulic Sistem terdiri dari Hydraulic pump, Hydraulic Cylnder, Hold Down Cylinder, hydraulic pump mengontrol tekanan oli yang akan diberikan ke sistem hydraulic lainnya. Dan menggerakkan sistem Hold Down cylinder untuk menekan plate agar material tidak bergerak saat proses Cutting, Gerakan Cutting pada Blade Holder yang digerakkan oleh sistem Hydraulic akan bergerak secara vertikal kebawah maka akan terjadi gesekan antara Blade atas dan bawah sehingga proses pemotongan berhasil menghasilkan potongan plate
4.3.2.4. Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi
Pada tahap ini menjelaskan fungsi sistem yang merupakan
kemampuan yang diharapkan suatu sistem agar beroperasi sedangkan
kegagalan fungsi yaitu suatu sistem yang tidak mampu untuk memenuhi
standart operasional yang diharapkan. Berikut ini
47
Tabel 4.13 Fungsi sistem dan Kegagalan fungsi
No Komponen Deskripsi Fungsi Kegagalan Fungsi
1 Blade Shear Memotong plat sheet dengan tekanan tenaga hidrolik.
Pisau tumpul sehingga material gagal terpotong secara sempurna 2 Foot Switch Pedal atau switch yang ditekan
lalu akan menarik stroke
Stroke (pushpull solenoid) tidak tertarik dan kembali
3 Hydraulic cylinder
Sistem aktuator mekanik yang menghasilkan gaya searah melalui gerakan stroke.
Piston stroke tidak bisa aktif secara normal
4 Oil Filter
Menyaring kotoran berupa bram logam agar tidak tercampur pada sistem recervoar (hydraulic cylinder)
Terjadi penyumbatan pada sistem hydraulic cylinder, sehingga tenaga hydraulic gagal terpompakan dengan sempurna.
(Sumber : Operator Maintenace PT. INKA)
4.3.2.5. Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) bertujuan untuk melihat dan memprediksi tingkat keseringan terjadi kerusakan dan keparahan pada mesin Hydraulic Shear Pada FMEA, tingkat deteksi kerusakan dapat dinyatakan dengan nilai Risk Priority Number (RPN) yang merupakan sebuah pengukuran dari resiko yang bersifat relatif.
Hal utama dalam FMEA adalah Risk Priority Number (RPN). RPN merupakan produk matematis dari keseriusan effect (severity), kemungkinan terjadinya cause akan menimbulkan kegagalan yang berhubungan dengan effect (occurrence), dan kemampuan untuk mendeteksi kegagalan sebelum terjadi (detection). RPN dapat ditunjukkan dengan persamaan sebagai berikut :
𝑹𝑷𝑵 = 𝑺𝒆𝒗𝒆𝒓𝒊𝒕𝒚 𝑿 𝑶𝒄𝒄𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒄𝒆 𝑿 𝑫𝒆𝒕𝒆𝒄𝒕𝒊𝒐𝒏
Hasil dari RPN menunjukkan tingkatan prioritas peralatan yang
dianggap beresiko tinggi, sebagai penunjuk ke arah tindakan perbaikan. Ada
48
tiga komponen yang membentuk nilai RPN tersebut. Ketiga komponen tersebut adalah:
1. Severity
Severity adalah tingkat keparahan atau efek yang ditimbulkan oleh mode kegagalan terhadap keseluruhan mesin. Nilai rating Severity antara 1 sampai 10. Nilai 10 diberikan jika kegagalan yang terjadi memiliki dampak yang sangat besar terhadap sistem. Tingkst severity secara umum dapat dilihat pada Tabel 4.14
Tabel 4.14 Tabel Tingkatan Severity
Rating Criteria effect
10 Tidak berfungsi sama sekali
9 Kehilangan fungsi utama dan menimbulkan peringatan 8 Kehilangan fungsi utama
7 Pengurangan fungsi utama
6 Kehilangan kenyaman fungsi penggunaan 5 Mengurangi kenyaman fungsi penggunaan
4 Perubahan Fungsi dan banyak pekerja menyadari adanya masalah
3 Tidak terdapat efek dan pekerja menyadari adanya masalah 2 Tidak terdapat efek dan pekerja tidak menyadari adanya
masalah 1 Tidak ada efek
(Sumber : Harpco System)
49
2. Occurane
Occurrence adalah sebuah penilaian dengan tingkatan tertentu dimana adanya sebuah sebab kerusakan secara mekanis yang terjadi pada peralatan tersebut. Dari angka/tingkatan occurrence ini dapat diketahui kemungkinan terdapatnya kerusakan dan tingkat keseringan terjadinya kerusakan peralatan. Tingkat Occurrence secara umum dapat dilihat pada Tabel 4.15
Tabel 4.15 Tabel Tingkatan Occurance Rating Probability of Occurance
10 Lebih besar dari 50 per 7200 jam penggunaan 9 35 – 50 per 7200 jam penggunaan
8 31 – 35 per 7200 jam penggunaan 7 26 – 30 per 7200 jam penggunaan 6 21 – 25 per 7200 jam penggunaan 5 16 – 20 per 7200 jam penggunaan 4 11 – 15 per 7200 jam penggunaan 3 5 – 10 per 7200 jam penggunaan
2 Lebih kecil dari 5 per 7200 jam penggunaan 1 Tidak pernah sama sekali
(Sumber : Harpco System)
3. Detection
Detection adalah pengukuran terhadap kemampuan mengendalikan atau mengontrol kegagalan yang dapat terjadi. Nilai detection dapat dilihat Tabel 4.16.
Tabel 4.16 Tabel Tingkatan Detection
Rating Detection Design Control
10 Tidak mampu terdeteksi
9 Kesempatan yang sangat rendah dan sangat sulit untuk terdeteksi
8 Kesempatan yang sangat rendah dan sulit untuk terdeteksi 7 Kesempatan yang sangat rendah untuk terdeteksi
6 Kesempatan yang rendah untuk terdeteksi
50 5 Kesempatan yang sedang untuk terdeteksi
4 Kesempatan yang cukup tinggi untuk terdeteksi 3 Kesempatan yang tinggi untuk terdeteksi 2 Kesempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi 1 Pasti terdeteksi
(Sumber : Harpco System)
Berikut hasil penilaian Severity, Occurance, dan Detection dari hasil wawancara dengan operator
Tabel 4.17 Failure Modes and Effect Analysis mesin Hydraulic Shear H-2565
No Komponen Failure Mode
Failure
Cause Failure Effect Detection
Method S O D RPN
1 Blade Shear
Pisau Tumpul
Usia pemakaian Blade Shear
Pisau tumpul sehingga material gagal
terpotong secara sempurna
Kualitas potongan plate tidak
normal
8 3 2 48
2 Foot Switch
Pedal tidak berfungsi
Kumparan atau lilitan
kawat terbakar
Stroke (pushpull solenoid) tidak
tertarik dan kembali
Pedal Foot Switch
tidak kembali keposisi semula saat
di tekan
5 3 2 30
3 Oil Filter
Skat Filter Kotor
Skat filter sudah terlalu
tua , kawat rusak, skat
sobek.
Terjadi penyumbatan
pada sistem hydraulic
cylinder, sehingga tenaga hydraulic
gagal terpompakan
dengan sempurna.
Kinerja pompa hydraulic
Tidak bekerja normal
4 3 4 48
4 Hydraulic
cylinder Seal Pecah
Valve gagal menahan tekanan aliran
oli pada cylinder
Piston stroke tidak bisa aktif
secara normal
Oli di Hydraulic
Cylnder bocor akibat seal
pecah
4 2 3 32
(Sumber : Operator Maintenace PT. INKA)
51
Berdasarkan tabel 4.14 Hasil wawancara dengan bagian operator mesin dan bagian mekanik maka dapat dijelaskan nilai severity, occurrence dan detection sebagai berikut :
1. Blade Shear diberikan nilai severity 8 karena komponen mengalami kerusakan tidak berfungsi sama sekali. Nilai occurrence 3 berdasarkan jumlah kerusakan dalam 1 tahun yaitu 8 kali kerusakan. Nilai detection 2 karena memiliki ksempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi
2. Foot Switch diberikan nilai severity 5 karena kerusakan komponen mengurangi kenyaman fungsi penggunaan. Nilai occurrence 3 berdasarkan jumlah kerusakan dalam 1 tahun yaitu 6 kali kerusakan. Nilai detection 2 karena memiliki ksempatan yang sangat tinggi untuk terdeteksi
3. Oli Filter diberikan nilai severity 4 karena kerusakan komponen menyebabkan perubahan fungsi dan banyak bekerja menyadari adanya masalah, Nilai occurrence 3 berdasarkan jumlah kerusakan dalam 1 tahun yaitu 6 kali kerusakan. Nilai detection 4 karena kesempatan yang cukup tinggi untuk terdeteksi
4. Hydraulic Cylinder diberikan nilai severity 4 karena kerusakan komponen
menyebabkan perubahan fungsi dan banyak bekerja menyadari adanya
masalah, Nilai occurrence 2 berdasarkan jumlah kerusakan dalam 1 tahun
yaitu 4 kali kerusakan. Nilai detection 3 karena Kesempatan yang tinggi
untuk terdeteksi.
52
4.3.2.6. Logic Tree Analysis (LTA)
Penyusunan Logic Tree Analysis (LTA) memiliki tujuan untuk memberikan prioritas pada tiap mode kerusakan. melakukan tinjauan fungsi dan kegagalan fungsi sehingga status mode kerusakan tidak sama. Proses LTA menggunakan pertanyaan logika yang sederhana atau struktur keputusan kedalam empat kategori, setiap pertanyaan akan dijawab “Ya”
atau “Tidak”. Hal yang penting dalam analisis kekritisan yaitu sebagai berikut:
• Evident yakni apakah operator mengetahui dalam kondisi normal atau telah terjadi gangguan sistem?
• Safety yakni apakah mode kerusakan ini menyebabkan masalah keselamatan?
• Outage yakni apakah mode kerusakan ini mengakibatkan seluruh atau sebagian mesin berhenti?
• Category yakni pengkategorian yang diperoleh setelah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Pada bagian ini komponen terbagi menjadi 4 kategori antara lain:
Kategori A (Safety problem) : Jika failure mode mempunyai konsekuensi safety terhadap personal maupun lingkungan
Kategori B (Outage problem) : Jika failure mode mempunyai kensekuensi terhadap operasional plant sehingga dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan
Kategori C (Economic problem) : Jika failure mode tidak berdampak pada safety maupun operasional plant dan hanya menyebabkan kerugian ekonomi yang relatif kecil untuk perbaikan
Kategori D (Hidden failure) : Jika failure mode tergolong sebagai
hidden failure, yang kemudian digolongkan lagi kedalam kategori
D/A, kategori D/B dan kategori D/C.
53
Berikut di bawah ini adalah salah satu contoh LTA (Logic Tree Analysis) dari kerusakan komponen Blade Shear dari mesin Hydraulic Shear H-2565 :
Gambar 4.8 Logic Tree Analysis dari Blade Shear
Contoh pengisian tabel Logic Tree Analysis adalah sebagai berikut : Mode Kerusakan : Pisau tumpul sehingga material gagal terpotong secara sempurna
1. Komponen yang mungkin menimbulkan kerusakan adalah Blade Shear
2. Mode kerusakan (Failure Mode) adalah pisau tumpul a. Evident : Y
b. Safety : T
c. Outage : Y
d. Category : B
54
Berikut ini hasil dari wawancara dengan pekerja bagian maintenance yang menangani mesin Hydraulic Shear apabila terjadi kerusakan maka ditunjukkan pada logic tree analysis (LTA) dari setiap komponen dan dapat dilihat pada tabel 4.18
Tabel 4.18 Logic Tree Analysis Mesin Hydraulic Shear H-2565
No Komponen Failure Mode Evident Safety Outage Category
1 Blade Shear Pisau Tumpul Y T Y B
2 Foot Switch Pedal tidak berfungsi Y T T C
3 Oil Filter Skat Filter Kotor Y T T C
4 Hydraulic cylinder Seal Pecah Y T Y B
(Sumber : Operator Maintenace PT. INKA)
4.3.2.7. Pemilihan Tindakan Perawatan
Pemilihan tindakan ialah tahap terakhir dalam proses RCM. Proses ini akan menentukan tindakan yang tepat untuk jenis keruskan tertentu.
Pemilihan tindakan didasari dengan menjawab pertanyaan penuntun yang sesuai dengan roadmap. Penyusunan pemilihan tindakan untuk komponen mesin Hydraulic Shear dapat dilihat pada gambar 2.4 .Tindakan perawatan terbagi menjadi 4 jenis yaitu:
1. Time Directed (TD)
Suatu tindakan yang bertujuan melakukan pencegahan langsung terhadap sumber kerusakan peralatan yang didasarkan pada waktu atau umur komponen. Tindakan yang diambil yang lebih berfokus pada aktivitas pergantian yang dilakukan secara berkala dengan berdasarkan perhitungan reliability.
2. Condition Directed (CD)
Suatu tindakan yang bertujuan untuk mendeteksi kerusakan dengan cara memeriksa alat. Apabila dalam pemeriksaan ditemukan gejala-gejala kerusakan peralatan maka dilanjutkan dengan perbaikan atau penggantian komponen.
3. Finding Failure (FF)
55
Suatu tindakan yang bertujuan untuk menemukan kerusakan peralatan yang tersembunyi dengan pemeriksaan yang berkala.
4. Run to Failure (RTF)
Suatu tindakan yang menggunakan peralatan sampai rusak, karena tidak ada tindakan ekonomis yang dapat dilakukan untuk pencegahan kerusakan.
Berikut di bawah ini adalah salah satu contoh penyusunan pemilihan tindakan untuk komponen Blade Shear pada mesin Hydraulic Shear H- 2565 dapat dilihat gambar 4..5
Gambar 4.9 Road Map Pemilihan Tindakan dari Blade Shear
Contoh pengisian tabel pemilihan tindakan adalah sebagai berikut :
56
Mode Kerusakan : Pisau tumpul sehingga material gagal terpotong secara sempurna
1. Komponen yang mungkin menimbulkan kerusakan adalah Blade Shear 2. Mode kerusakan (Failure Mode) adalah pisau tumpul
Petunjuk pemilihan tindakan (Selection Guide), yaitu : 1. Apakah umur keandalan bisa diketahui Jawab : Y
2. Apakah tindakan TD bisa digunakan ? Jawab : Y
3. Apakah tindakan CD dapat digunakan ? Jawab : T
4. Apakah termasuk ke dalam mode kerusakan D ? Jawab : T
5. Pertanyaan 5 dilewati
6. Apakah tindakan yang dipilih efektif ? Jawab : Y
7. Pemilihan tindakan (Selection Guide) Jawab : TD (Time Directed)
Berikut Hasil dari pemilihan tindakan dari semua komponen kritis Hydraulic Shear H-2565
Tabel 4.19 Pemilihan Tindakan Komponen pada Mesin Hydraulic Shear
No Komponen Failure Mode Selection Guide Task
Selection
1 2 3 4 5 6 7
1 Blade Shear Pisau Tumpul Y Y T T - Y - TD
2 Foot Switch Pedal tidak
berfungsi Y Y T T - Y - TD
3 Hydraulic cylinder Seal pecah Y T Y T - Y - CD
4 Oil Filter Skat Filter Kotor Y Y T T - Y - TD
(Sumber : Operator Maintenace PT. INKA)
57
Adapun pemilihan tindakan untuk setiap komponen ditentukan dalam Condition Directed (CD) dan Time Directed. Pemilihan tindakan untuk komponen mesin Hydraulic Shear adalah sebagai berikut :
1. Condition Directed (CD)
Komponen yang termasuk dalam pemilihan tindakan ini adalah:
Hydraulic Cylinder 2. Time Directed (TD)
Komponen yang termasuk dalam pemilihan tindakan ini adalah: Blade Shear, Foot Switch dan Oli Filter
4.3.3. Pengujian Pola Distribusi
Uji distribusi dilakukan pada komponen – komponen kritis terpilih untuk tindakan Time Directed (TD) pada tabel 4.19
Interval kerusakan komponen mesin Hydraulic Shear akan diuji menggunakan 4 pola distribusi, yaitu distribusi weibull, distribusi normal, distribusi lognormal, dan distribusi exponensial. Dalam pengujiannya, peneliti akan menggunakan Software Minitab 19. Uji ini digunakan untuk melihat kesesuaian atau kecocokan antara distribusi dalam reliability dan distribusi dari data yang diamati. Pengujian dilakukan dengan mengunakan sofware minitab 19 sebagai berikut :
4.3.3.1. Uji Distribusi Komponen Kritis Terpilih Mesin Hydraulic Shear 1. Komponen Blade Shear
Goodness-of-Fit
Distribution
Anderson-Darling (adj)
Correlation Coefficient
Weibull 2,105 0,932
Lognormal 1,705 0,967
Exponential 2,867 *
Normal 1,931 0,926
58
Parameter Estimates
Standard Error
95,0% Normal CI Parameter Estimate Lower Upper Location 3,72580 0,162956 3,40641 4,04519 Scale 0,460910 0,115227 0,282368 0,752343
Hasil uji distribusi didapatkan bahwa waktu antar kerusakan dari komponen Blade Shear adalah lognormal dengan nilai correlation coeficient tertinggi dari tiga distribusi lain yaitu sebesar 0.967. Selanjutnya dari uji parameter estimate lognormal didapatkan μ = 3,72580 dan σ
=0.460910.
2. Komponen Foot Switch
Goodness-of-Fit
Distribution
Anderson-Darling (adj)
Correlation Coefficient
Weibull 2,824 0,900
Lognormal 2,447 0,940
Exponential 4,200 *
Normal 2,500 0,923
Parameter Estimates
Standard Error
95,0% Normal CI Parameter Estimate Lower Upper Location 4,21138 0,0734550 4,06741 4,35535 Scale 0,164250 0,0519405 0,0883756 0,305267
Hasil uji distribusi didapatkan bahwa waktu antar kerusakan dari komponen Foot Switch adalah lognormal dengan nilai correlation coeficient tertinggi dari tiga distribusi lain yaitu sebesar 0.940. Selanjutnya dari uji parameter estimate lognormal didapatkan μ = 4,211138 dan σ
=0.164250.
59
3. Komponen Oli Filter
Goodness-of-Fit
Distribution
Anderson-Darling (adj)
Correlation Coefficient
Weibull 2,510 0,948
Lognormal 2,381 0,971
Exponential 4,529 *
Normal 2,392 0,966
Parameter Estimates
Standard Error
95,0% Normal CI Parameter Estimate Lower Upper Location 4,12739 0,0494775 4,03041 4,22436 Scale 0,110635 0,0349859 0,0595278 0,205621
Pada tabel 4.20 menunjukkan hasil rekapitulasi uji distribusi menggunakan software Minitab 19. Dalam perhitungan ini dapat dilihat di lampiran 1.
Tabel 4.20 Pola Distribusi
No Komponen Pola Distribusi Parameter
1 Blade Shear Lognormal µ = 3,7258 σ = 0,46091 2 Foot Switch Lognormal µ = 4,21138 σ = 0,16425 3 Oli Filter Lognormal µ = 4,12739 σ = 0,110635
(Sumber : Pengolahan Data Software Minitab 19)
4.3.4. Perhitungan Optimal Penggantian Komponen 4.3.4.1. Komponen Blade Shear
1. Perhitungan fungsi distribusi kumulatif komponen Blade Shear Jenis distribusi : Lognormal
Parameter : µ = 3,7258 σ = 0,46091
Fungsi distribusi kumulatif untuk Lognormal adalah : F (t) = φ(
"#(%)'()
)
60
F (1) = φ(
"#(*)'+,-./01,2314*
) = 3,14479 X 10
-16F (t) = φ(
"#(%)'()
) F (2) = φ(
"#(.)'+,-./01,2314*
) = 2,35688 X 10
-11Dengan cara perhitungan yang sama nilai F(3), F(4),... F(t) dengan menggunakan software microsoft excel.
2. Menghitung interval kerusakan tiap waktu H(tp) = : [1 + H(tp − 1 − i] A F(t)
56*5
dt
78'*
791
= 0
H(1) = [1 + H(0)] 𝑥 A 𝐹(0)
*
1
= 0
H(2) = [1 + H(1)] 𝑥 ∫ 𝐹(0)
1*+ [1 + H(0)] 𝑥 ∫ 𝐹(1)
*.= 0
Dengan cara perhitungan yang sama nilai H(3), H(4),...H(t) dengan menggunakan software microsoft excel.
3. Perhitungan interval penggantian yang optimal berdasarkan Total Minimasi Downtime (TMD).
𝐷(𝑡) = 𝐻(𝑡)𝑇𝑓 + 𝑇𝑝 𝑡𝑝 + 𝑇𝑝 Dimana :
H(tp) = Banyaknya kerusakan (kegagalan) dalam interval waktu (0,tp) Tf = Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena kerusakan
= Tf / Jam Kerja
= 4 Jam / 16 Jam
= 0,25 Hari
61
Tp = Waktu yang diperlukan untuk pergantian komponen karena
tindakan preventive komponen sebelum rusak Tp = Tp / Jam Kerja
= 3 Jam / 16 Jam
= 0,1875 Hari 𝐷(0) = 0 𝑥 0,25 + 0,1875
0 + 0,1875
= 1
𝐷(1) = 0 𝑥 0,25 + 0,1875 1 + 0,1875
= 0,2
𝐷(2) = 0 𝑥 0,25 + 0,1875 2 + 0,1875
= 0,111111111
Dengan cara perhitungan yang sama nilai D(3), D(4),...D(t) dengan menggunakan software microsoft excel.
4. Hasil
Berdasarkan perhitungan optimal penggantian komponen Blade Shear
yang memiliki downtime paling minimum pada hari ke-46 dengan nilai
sebesar 0,00961099.
62
4.3.4.2. Komponen Foot Switch
1. Perhitungan fungsi distribusi kumulatif komponen Foot Switch Jenis distribusi : Lognormal
Parameter : µ = 4,12739 σ = 0,110635
Fungsi distribusi kumulatif untuk Lognormal adalah : F (t) = φ(
"#(%)'()
) F (1) = φ(
"#(*)'2,.**+01,*32./
) = 2,7288 X 10
-145F (t) = φ(
"#(%)'()
) F (2) = φ(
"#(.)'2,.**+01,*32./
) = 4,3507 X 10
-102Dengan cara perhitungan yang sama nilai F(3), F(4),...F(t) dengan menggunakan software microsoft excel.
2. Menghitung interval kerusakan tiap waktu H(tp) = : [1 + H(tp − 1 − i] A F(t)
56*5
dt
78'*
791
= 0
H(1) = [1 + H(0)] 𝑥 A 𝐹(0)
*1
= 0
H(2) = [1 + H(1)] 𝑥 ∫ 𝐹(0)
1*+ [1 + H(0)] 𝑥 ∫ 𝐹(1)
*.= 0
Dengan cara perhitungan yang sama nilai H(3), H(4),...H(t) dengan menggunakan software microsoft excel.
3. Perhitungan interval penggantian yang optimal berdasarkan Total Minimasi Downtime (TMD).
𝐷(𝑡) = 𝐻(𝑡)𝑇𝑓 + 𝑇𝑝 𝑡𝑝 + 𝑇𝑝 Dimana :
H(tp) = Banyaknya kerusakan (kegagalan) dalam interval waktu (0,tp)
63
Tf = Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena kerusakan
= Tf / Jam Kerja
= 3 Jam / 16 Jam
= 0,1875 Hari
Tp = Waktu yang diperlukan untuk pergantian komponen karena tindakan preventive komponen sebelum rusak
Tp = Tp / Jam Kerja
= 2,5 Jam / 16 Jam
= 0,15625 Hari
𝐷(0) = 0 𝑥 0,1875 + 0,15625 0 + 0,15625
= 1
𝐷(1) = 0 𝑥 0,1875 + 0,15625 1 + 0,15625
= 0,157894737
𝐷(2) = 0 𝑥 0,1875 + 0,15625 2 + 0,15625
= 0,085714286
Dengan cara perhitungan yang sama nilai D(3), D(4),...D(t) dengan menggunakan software microsoft excel.
4. Hasil
Berdasarkan perhitungan optimal penggantian komponen Foot
Switch yang memiliki downtime paling minimum pada hari ke-56 dengan
nilai sebesar 0,003662902.
64
4.3.4.3. Komponen Oli Filter
1. Perhitungan fungsi distribusi kumulatif komponen Oli Filter Jenis distribusi : Lognormal
Parameter : µ = 4,12739 σ = 0,110635
Fungsi distribusi kumulatif untuk Lognormal adalah : F (t) = φ(
"#(%)'()
) F (1) = φ(
"#(*)'+,-./01,2314*
) = 6,4695 X 10
-305F (t) = φ(
"#(%)'()
) F (2) = φ(
"#(.)'+,-./01,2314*
) = 7,4992 X 10
-212Dengan cara perhitungan yang sama nilai F(3), F(4),...F(t) dengan menggunakan software microsoft excel.
2. Menghitung interval kerusakan tiap waktu H(tp) = : [1 + H(tp − 1 − i] A F(t)
56*5
dt
78'*
791
= 0
H(1) = [1 + H(0)] 𝑥 A 𝐹(0)
*1
= 0
H(2) = [1 + H(1)] 𝑥 ∫ 𝐹(0)
1*+ [1 + H(0)] 𝑥 ∫ 𝐹(1)
*.= 0
Dengan cara perhitungan yang sama nilai H(3), H(4),...H(t) dengan menggunakan software microsoft excel.
3. Perhitungan interval penggantian yang optimal berdasarkan Total Minimasi Downtime (TMD).
𝐷(𝑡) = 𝐻(𝑡)𝑇𝑓 + 𝑇𝑝
𝑡𝑝 + 𝑇𝑝
Dimana :
65
H(tp) = Banyaknya kerusakan (kegagalan) dalam interval waktu (0,tp) Tf = Waktu yang diperlukan untuk penggantian komponen karena kerusakan
= Tf / Jam Kerja
= 2 Jam / 16 Jam
= 0,125 Hari
Tp = Waktu yang diperlukan untuk pergantian komponen karena tindakan preventive komponen sebelum rusak
Tp = Tp / Jam Kerja
= 1,5 Jam / 16 Jam
= 0,09375 Hari
𝐷(0) = 0 𝑥 0,125 + 0,09375 0 + 0,09375
= 1
𝐷(1) = 0 𝑥 0,125 + 0,09375 0 + 0,09375
= 0,111111111
𝐷(2) = 0 𝑥 0,125 + 0,09375 0 + 0,09375
= 0,058823529
Dengan cara perhitungan yang sama nilai D(3), D(4),...D(t) dengan menggunakan software microsoft excel.
4. Hasil
Berdasarkan perhitungan optimal penggantian komponen Oli Filter
yang memiliki downtime paling minimum pada hari ke-54 dengan nilai
sebesar 0,002452042
66
4.3.5. Biaya Pergantian Komponen
Perhitungan biaya penggantian komponen dapat diperoleh berdasarkan data harga komponen kritis, biaya tenaga kerja, dan biaya kehilangan produksi Plate.
1. Daftar Harga Komponen Kritis
Pada tabel 4.21 berikut merupakan harga komponen kritis pada mesin Hydraulic Shear yang didapatkan dari PT. INKA (Persero).
Tabel 4.21 Data Harga Komponen
No Komponen Harga Komponen
1 Blade Shear Rp. 3.500.000
2 Foot Switch Rp. 600.000
3 Hydraulic Rp. 550.000
4 Oli Filter Rp. 820.000
Sumber : PT. INKA (Persero)
2. Data Biaya Tenaga Kerja
Jumlah tenaga kerja produksi pada mesin Hydraulic Shear per satu shift berjumlah sebanyak 4 orang, dan tenaga kerja mekanik pada proses maintenance per satu shift atau pada kasus kerusakan komponen berjumlah sebanyak 2 orang. Untuk memperbaiki maupun mengganti komponen. Gaji mekanik tersebut adalah Rp. 2.750.000 / bulan dan gaji operator Rp. 2.350.000 / bulan.
3. Data Kehilangan Produksi
Biaya kerugian produksi merupakan biaya yang timbul akibat
terjadinya downtime. Perusahaan akan mengalami kerugian yang
disebabkan oleh proses produksi yang terhenti (loss production)
dikarenakan mesin mengalami kegagalan fungsi. Biaya kehilangan
dihitung berdasarkan kapasitas produksi terhenti selama dilakukan
proses penggantian komponen adalah sebagai berikut :
67 Tabel 4.22 Biaya Kehilangan Keuntungan
Produksi Kapasitas
Produksi Harga Plate Kehilangan Keuntungan/ Hari
Kehilangan Keuntungan/ Jam Plate 640/ Plate Rp. 90.000 Rp. 57.600.000 Rp. 3.600.000
Sumber : Pengolahan Data
Biaya Kehilangan Keuntungan / Hari :
= Kapasitas Produksi / Hari x Harga Plate / Pcs
= 640 Plate / hari x Rp. 90.000 / Plate
= Rp. 57.600.000 / hari
Biaya Kehilangan Keuntungan / Jam :
= 𝐾𝑒ℎ𝑖𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐾𝑒𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛/𝐻𝑎𝑟𝑖 𝐽𝑎𝑚 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎
= Rp. 57.600.000
16 = 𝑅𝑝. 3.600.000/𝐽𝑎𝑚
Berikut ini data total biaya kehilangan per hari komponen kritis mesin Hydraulic Shear pada tabel 4.23
Tabel 4.23 Data Biaya Kehilangan Produksi
Komponen Downtime (jam)
Total JamKerja/ Tahun (Jam)
Total Biaya Kehilangan Komponen/
Jam Blade
Shear 30
4800
Rp. 22.500
Foot Switch 21 Rp. 15.750
Oli Filter 17 Rp. 12.750
Total Biaya Kehilangan Rp. 51.000
Sumber : Pengolahan Data
Biaya Kehilangan/ Komponen/Jam
=
(:5;<; =>?5@;AB;A =>CA7CAB;A/ E;F G HIJA75F>(E;F) ECF@;? E;F K>LM;/7;?CAKomponen Blade Shear =
(N8.+.311.111G +1)2011
= Rp. 22.500
Berdasarkan interval penggantian optimum, maka dapat
68
dihitung biaya penggantian komponen. Contoh perhitungan biaya penggantian untuk komponen Blade Shear mesin sesudah penjadwalan sebagai berikut :
1. Biaya operator menganggur di mesin Hydraulic Shear dengan sebanyak 4 orang operator :
Tabel 4.24 Data Biaya Operator Menganggur
Komponen Downtime (Jam)
Jumlah Operator
Gaji Operator/
Orang/ Bulan
Gaji Operator/
Orang/Jam
Biaya Operator Menganggur Blade Shear 30
4 Rp. 2.350.000 Rp. 23.500
Rp. 705.000
Foot Switch 21 Rp. 493.500
Oli Filter 17 Rp. 399.500
Sumber : Pengolahan Data
4 × 𝑅𝑝. 2.350.000
25 ℎ𝑎𝑟𝑖 = 𝑅𝑝. 376.000/ℎ𝑎𝑟𝑖
16 𝐽𝑎𝑚 = Rp. 23.500/Jam Biaya operator menganggur di mesin Hydraulic Shear komponen Blade Shear:
Gaji operator / jam x Downtime Kerusakan Komponen
= Rp. 23.500 X 30
= Rp. 705.000
2. Interval Penggantian Berdasarkan Minimasi Downtime (D(t))
Usulan interval penggantian komponen ditentukan dari nilai D(t) paling minimum. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 2 Tabel 4.23 merupakan rekapitulasi interval penggantian setiap komponen.
Tabel 4.25 Rekapitulasi Interval Penggantian Komponen
No. Komponen D(t) Sesudah Usulan
Interval Hari (tp)
Jumlah Penggantian
1 Blade Shear 0,00961099 46 7
2 Foot Switch 0,003662902 56 5
3 Oli Filter 0,002452042 54 6
(Sumber : Pengolahan Data)
69
3. Total Minimum Downtime (TMD) Sebelum Usulan
Berikut merupakan perhitungan tp sistem perawatan sebelum usulan:
tp sebelum usulan = Total Interval Hari Downtime N
Komponen Blade Shear Tp Sebelum usulan komponen
Blade Shear =
(+36.26+-6.+6246-+64+)0
= 42
Hasil D(tp) pada tp 42 dapat dilihat pada lampiran tabel penggantian yang optimal yaitu 0,00987384
Tabel 4.26 Total Minimize Downtime No. Komponen Total Hari
Kerja/ Tahun
D(t) Sebelum Usulan
D(t) Sesudah Usulan
TMD Sebelum
Usulan
TMD Sesudah
Usulan
1 Blade
300
0,00987384 0,00961099 2,9622 2,8833
2 Foot Switch 0,003671511 0,003662902 1,1015 1,0989
3 Oli Filter 0,002469251 0,002452042 0,7408 0,7356
Sumber : Pengolahan Data
Untuk perhitungan nilai TMD pada tabel 4.24 yaitu menggunakan persamaan sebagai berikut :
TMD = D(t) x Total Hari Kerja
= 0,00987384 x 300
= 2,9622 Hari
4. Maka, biaya penggantian komponen Blade Shear / tahun adalah :
= (Biaya Kehilangan Produksi + Biaya Operator Mengganggur) x (Total Minimum Downtime)) + (Harga Komponen x Jumlah Penggantian Komponen)
= (Rp. 51.000 + Rp. 705.000) x (2,8833) + (Rp.3.500.000 x 7)
= Rp. 27.199.808
70 Tabel 4.27 Biaya Penggantian Sesudah Penjadwalan
Komponen
Biaya Kehilangan
Mesin
Biaya Operator Menganggur
TMD
Jumlah Penggantian
Komponen
Harga Komponen
Total Penggantian Komponen
Blade
Rp. 51.000
Rp. 705.000 2,8833 7 Rp. 3.500.000 Rp. 25.005.859
Foot Switch Rp. 238.000 1,0989 5 Rp. 600.000 Rp. 3.812.621
Oli Filter Rp. 399.500 0,7356 6 Rp. 820.000 Rp. 4.886.949
Total Rp . 33.705.429
Sumber : Pengolahan Data
Dari tabel 4.27 diketahui total biaya penggantian komponen Blade Shear adalah Rp. 25.005.859, Foot Switch adalah Rp 3.812.621, dan Oli Filter adalah Rp 4.886.949 , maka total biaya penggantian komponen setelah usulan adalah Rp. 33.705.429
Tabel 4.28 Biaya Penggantian Sebelum Penjadwalan Komponen Biaya
Kehilangan
Biaya Operator Menganggur
TMD Jumlah
Penggantian Komponen
Harga Komponen
Total Penggantian Komponen Blade
Rp. 51.000
Rp. 705.000 2,9622 8 Rp. 3.500.000 Rp. 30.239.387
Foot Switch Rp. 238.000 1,1015 6 Rp. 600.000 Rp. 4.199.741
Oli Filter Rp. 399.500 0,7408 6 Rp. 820.000 Rp. 5.253.719
Total Rp. 39.692.847
Sumber : Pengolahan Data
Dari tabel 4.25 diketahui total biaya penggantian komponen Blade Shear adalah
Rp. 30.230.994 , Foot Switch adalah Rp 4.196.620, dan Oli Filter adalah Rp 5.251.620,
maka total biaya penggantian komponen sebelum usulan adalah Rp. 39.679.235.
71
4.3.6. Simulasi Perhitungan diluar Jam Operasional
Tabel 4.29 Biaya Penggantian Perhitungan diluar Jam Operasional
Komponen
Biaya Tenaga Mekanik
Lembur
Biaya Kehilangan
Produksi/
Hari
Biaya Operator Menganggur
TMD
Jumlah Penggantian
Komponen
Harga Komponen
Total Penggantian
Komponen Blade Rp. 227.250 Rp. 51.000 Rp. 705.000 2,8833 7 Rp.3.500.000 Rp. 25.661.089 Foot Switch Rp. 227.250 Rp. 51.000 Rp. 493.500 1,0989 5 Rp.600.000 Rp. 4.062.339
Oli Filter Rp. 227.250 Rp. 51.000 Rp. 399.500 0,7356 6 Rp.820.000 Rp. 5.054.117
Total Rp. 34.777.545
Dari tabel 4.29 diketahui total biaya penggantian komponen Blade Shear adalah Rp. 25.661.089, Foot Switch adalah Rp 4.062.339, dan Oli Filter adalah Rp 5.054.117, maka total biaya penggantian komponen diluar Jam Operasional adalah Rp. 34.777.545.
4.3.7. Simulasi Perhitungan Biaya Melakukan Pergantian 50 Hari
Tabel 4.30 Biaya Penggantian Pergantian 50 Hari di semua komponen
Komponen Biaya Kehilangan Produksi/ Hari
Biaya Operator Menganggur
TMD
Jumlah Penggantian
Komponen
Harga Komponen
Total Penggantian Komponen
Blade Rp. 51.000 Rp. 705.000 3,0849 6 Rp.3.500.000 Rp. 23.323.478
Foot Switch Rp. 51.000 Rp. 493.500 0,7575 6 Rp.600.000 Rp. 4.010.339 Oli Filter Rp. 51.000 Rp. 399.500 1,1454 6 Rp.820.000 Rp. 5.432.763
Total Rp. 32.766.581