• Tidak ada hasil yang ditemukan

SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M 2 (Z) ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M 2 (Z) ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M2(Z)

Miftakhul Rohmah1, Sri Gemawati2, Asli Sirait2

1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

2 Dosen Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia

[email protected]

ABSTRACT

An n× n matrix over a commutative ring with identity is clean if it is the sum of an idempotent matrix and unit. This paper discusses necessary and sufficient criteria for 2× 2 matrix A =

[ a b c d

]

, where a, b, c, d are integer numbers, to be clean.

Keywords: Clean matrix, idempotent matrix, unit matrix, Diophantine equation.

ABSTRAK

Sebuah matriks berukuran n× n atas ring komutatif dengan identitas, dikatakan clean jika matriks tersebut merupakan penjumlahan dari matriks idempoten dan matriks unit. Artikel ini membahas syarat perlu dan syarat cukup suatu matriks berukuran 2× 2, A =

[ a b c d

]

dengan a, b, c, d adalah bilangan bulat, untuk men- jadi clean.

Kata kunci: Matriks clean, matriks idempoten, matriks unit, persamaan Diophan- tine.

1. PENDAHULUAN

Salah satu teori yang dipelajari dalam ilmu Aljabar adalah matriks. Matriks banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah persamaan linear. Matriks merupakan susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks [1, h.22]. Selain matriks, teori lain yang dipelajari dalam ilmu Aljabar yaitu ring. Ring merupakan suatu himpunan tak kosong dengan dua operasi, yaitu operasi penjumlahan dan operasi perkalian [2, h.174]. Suatu ring yang terhadap operasi perkalian bersifat komu- tatif dinamakan ring komutatif, dan suatu ring yang mempunyai elemen identitas terhadap operasi perkalian disebut ring dengan elemen satuan [2, h.178].

(2)

Sebuah matriks n× n atas ring komutatif dengan identitas dikatakan clean jika matriks tersebut merupakan penjumlahan matriks idempoten E dan matriks unit U . Matriks clean terbagi menjadi 2 bagian, yaitu 0-clean dan 1-clean. Nilai 0 dan 1 diperoleh berdasarkan nilai determinan dari matriks E.

Di dalam artikel ini dibuktikan mengenai syarat perlu dan cukup untuk matriks 2× 2, matriks A =

[ a b c d

]

dengan a, b, c, d adalah bilangan bulat, untuk menjadi clean. Artikel ini merupakan penjabaran dari jurnal yang berjudul ”A Note on Clean Matrices in M2(Z)”[5].

2. SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP UNTUK MATRIKS CLEAN DI M2(Z)

Pada bagian ini, dibahas mengenai syarat perlu dan syarat cukup pada matriks clean 2× 2 dengan entri-entrinya adalah bilangan bulat (M2(Z)).

2.1 Matriks Idempoten

Definisi 1 (Matriks Idempoten) [3, h. 76] Sebuah matriks En×ndisebut matriks idempoten jika memenuhi En2×n= En×n.

Lema 2 (Matriks Idempoten) [5] Misalkan E =

[ x y w z

]

∈ M2(Z) merupakan matriks idempoten jika dan hanya jika merupakan salah satu dari bentuk matriks berikut

[ 0 0 0 0

] ,

[ 1 0 0 0

] ,

[ 0 0 0 1

] ,

[ 1 0 0 1

] ,

[ x y

x(1−x)

y 1− x

] y̸= 0,

[ x x(1y−x) y 1− x

] y̸= 0.

Bukti: =⇒ Asumsikan bahwa matriks E =

[ x y w z

]

∈ M2(Z) adalah idempoten, menurut Definisi 1, maka ditunjukkan bahwa matriks E memenuhi bentuk sebagai berikut

[ x y w z

] [ x y w z

]

=

[ x y w z

]

, (1)

dari persamaan (1) diperoleh

x2 + yw = x (2)

xy + yz = y (3)

wx + zw = w (4)

wy + z2 = z. (5)

(3)

Pandang persamaan (2)-(5), jika salah satu dari y ̸= 0 atau w ̸= 0, maka persamaan (3) dan persamaan (4) menjadi

wx + zw = w =⇒ x + z = 1. (6)

Selanjutnya dari persamaan (2) dan (6) diperoleh x2+ yw = x

yw = xz. (7)

Jika y ̸= 0 pada persamaan (7), diperoleh w = x(1y−x). Jadi diperoleh matriks E

dengan bentuk [

x y

x(1−x)

y 1− x

] .

Selanjutnya untuk w ̸= 0 pada persamaan (7), diperoleh y = x(1w−x), yang mengaki- batkan matriks E berbentuk [

x x(1w−x) w 1− x

] .

Perhatikan jika koefisien dari y ̸= 0 dan w ̸= 0, maka matriks

[ x x(1w−x) w 1− x

]

berbentuk

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

dan begitu juga sebaliknya.

Andaikan koefisien y = 0 dan w = 0, maka peroleh [ x 0

0 z

] [ x 0 0 z

]

=

[ x 0 0 z

]

, (8)

dari hasil perkalian (8) diperoleh

x2 = x dan z2 = z,

memenuhi syarat idempoten yaitu E2 = E. Untuk itu E bisa mengikuti salah satu bentuk berikut

[ 0 0 0 0

] ,

[ 1 0 0 0

] ,

[ 0 0 0 1

] ,

[ 1 0 0 1

] .

⇐= Selanjutnya dibuktikan jika bentuk matriks E mengikuti salah satu bentuk yang diberikan pada Lema 2, maka matriks E adalah idempoten.

• Untuk E =

[ 0 0 0 0

]

, maka [ 0 0

0 0

] [ 0 0 0 0

]

=

[ 0 0 0 0

] .

(4)

• Untuk E =

[ 1 0 0 0

]

, maka [ 1 0

0 0

] [ 1 0 0 0

]

=

[ 1 0 0 0

] .

• Untuk E =

[ 0 0 0 1

]

, maka [ 0 0

0 1

] [ 0 0 0 1

]

=

[ 0 0 0 1

] .

• Untuk E =

[ 1 0 0 1

]

, maka [ 1 0

0 1

] [ 1 0 0 1

]

=

[ 1 0 0 1

] .

• Untuk E =

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

y̸= 0, maka

[ x y

x(1−x)

y 1− x

] [ x y

x(1−x)

y 1− x

]

=

[ x y

x(1−x)

y 1− x

] .

• Untuk E =

[ x x(1y−x) y 1− x

]

y̸= 0, maka [ x x(1−x)y

y 1− x

] [ x x(1−x)y y 1− x

]

=

[ x x(1−x)y y 1− x

] .

Bentuk matriks yang diberikan pada Lema 2 terbukti memenuhi E2 = E maka matriks-matriks pada Lema 2 adalah matriks idempoten. 

Lema 3 [5] Untuk p̸= 0, matriks-matriks idempoten [ 1 p

0 0 ]

,

[ 1 0 p 0

] ,

[ 0 0 p 1

] ,

[ 0 p 0 1

] ,

mengikuti bentuk matriks

[ x y

x(1−x)

y 1− x

] atau

[ x x(1y−x) y 1− x

]

dengan y ̸= 0.

Bukti: Untuk matriks E =

[ 1 p 0 0

]

mengikuti bentuk matriks

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

dengan x = 1 dan y = p, maka matriksnya adalah sebagai berikut

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

=

[ 1 p

1(1−1)

y 1− 1

]

=

[ 1 p 0 0

] .

(5)

Untuk matriks E =

[ 1 0 p 0

]

mengikuti bentuk matriks

[ x x(1y−x) y 1− x

]

, maka matriksnya adalah sebagai berikut

[ x x(1y−x) y 1− x

]

=

[ 1 1(1y−1) p 1− 1

]

=

[ 1 0 p 0

] .

Untuk matriks

[ 0 0 p 1

]

mengikuti bentuk matriks

[ x x(1y−x) y 1− x

]

dan matriks [ 0 p

0 1 ]

mengikuti bentuk matriks

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

. 

Selanjutnya untuk matriks

[ 1 0 w z

]

merupakan idempoten jika z = 0 dan w sebarang, dan jika z = 1 dan w = 0 maka matriks

[ 1 0 w z

]

mempunyai bentuk

sebagai berikut [

1 0 w 0

] ,

[ 1 0 0 1

] .

Demikian pula untuk matriks

[ 0 0 w z

]

merupakan idempoten jika z = 0 dan w = 0, dan jika z = 1 dan w sebarang, maka matriks

[ 0 0 w z

]

mempunyai bentuk

sebagai berikut [

0 0 w 1

] ,

[ 0 0 0 0

] .

Maka himpunan matriks idempoten mengikuti bentuk sebagai berikut X =

{[ 1 0 w 0

] ,

[ 1 0 0 1

] ,

[ 0 0 w 1

] ,

[ 0 0 0 0

]}

. (9)

2.2 Persamaan Diophantine

Persamaaan Diophantine terdiri dari persamaan Diophantine linear dan persamaan Diophantine nonlinear. Persamaan ini pertama kali ditulis oleh ”Diophantus”

(250 M). Persamaan Diophantine adalah persamaan polinomial yang penyelesaian- nya berupa bilangan bulat dan penyelesaiannya mempunyai solusi yang banyak.

Bentuk umum dari persamaan Diophantine yaitu

Ax2+ Bxy + Cy2+ Dx + Ey + F = 0, (10) dengan A, B, C, D, E, F adalah konstanta. Ada beberapa kasus yang mungkin dalam mencari penyelesaian persamaan Diophantine (10), antara lain yaitu

• Kasus Linear A = B = C = 0.

• Kasus Simpel Hyperbolik A = C = 0, B ̸= 0.

(6)

• Kasus Elips B′2− 4AC < 0.

• Kasus Parabolik B′2− 4AC = 0.

• Kasus Hyperbolik B′2− 4AC > 0.

Persamaan Diophantine yang akan dibahas pada tulisan ini adalah persamaan Diophantine berderajat dua dengan dua variabel sebagai berikut

(−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a − 1)y = 0 (11) (−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a + 1)y = 0. (12) Persamaan Diophantine pada (11) dan (12) memiliki solusi penyelesaian trivial dengan nilai x = 1, y = 0 dan x = 0, y = 0. Selain solusi trivial, persamaan Diophantine pada (11) dan (12) juga memiliki solusi penyelesaian nontrivial jika y ̸= 0 dan y|x(1 − x) (y habis membagi (1 − x)).

2.3 Syarat Perlu dan Syarat Cukup untuk Matriks Clean

Sebuah matriks n × n atas ring komutatif dengan identitas dikatakan matriks clean jika matriks tersebut merupakan jumlah dari matriks idempoten E dan sebuah unit U .

Definisi 4 [4] Misalkan e merupakan elemen idempoten di K. Suatu matriks M Mn(K) dapat ditulis sebagai E + U , untuk suatu E = E2 dengan det(E) = e dan suatu U ∈ GLn(K), dikatakan M adalah e-clean. Dalam bentuk khusus, untuk n = 1, element e-clean dari K = M1(K) hanya bentuk e + u dimana u∈ U(K).

Definisikan terdapat sebuah matriks A2×2 =

[ x y w z

]

dengan x, y, w, z adalah bilangan bulat dan asumsikan bahwa matriks A adalah matriks clean. Berdasarkan Definisi 4, jika matriks clean maka dapat dibentuk menjadi E + U dengan E adalah matriks idempoten. Jika det(E) = 1, maka matriks clean disebut dengan matriks 1−clean. Jika det(E) = 0, maka matriks clean disebut dengan matriks 0−clean.

Teorema 5 [5] A merupakan 1− clean jika dan hanya jika det(A)-T r(A) = 0 atau det(A)-T r(A) =−2.

Bukti: =⇒ Asumsikan jika matriks A adalah 1 − clean, maka det(A) - T r(A) = 0 atau det(A)-T r(A) =−2. Berdasarkan Definisi 4, pilih matriks E =

[ 1 0 0 1

] pada Lema 2 yang memiliki det(E) = 1, karena matriks E adalah matriks identitas, maka dapat ditulis sebagai berikut

A = I + U, dapat dijabarkan sebagai berikut

[ x y w z

]

[ 1 0 0 1

] = ±1 det(A)− T r(A) = 0 atau − 2,

(7)

terbukti jika A adalah 1− clean, maka det(A)-T r(A) = 0 atau det(A)-T r(A) = −2.

=⇒ Selanjutnya dibuktikan bahwa det(A)-T r(A) = 0 atau −2 adalah 1 − clean, sebagai berikut

det(A)− T r(A) = 0 atau − 2, dapat dijabarkan menjadi

(xz− yw) − (x + z) + 1 = 0 atau − 2 [

x y w z

]

[ 1 0 0 1

] = ±1, dapat disederhanakan menjadi

A− E = U.

Karena A memenuhi bentuk A = E + U maka A adalah clean, dan det(E) = 1 maka terbukti A adalah 1− clean. 

Berikut diberikan beberapa matriks E yang bisa menjadi unit.

Lema 6 [5] Misalkan matriks A =

[ a b c d

]

dengan a, b, c, d adalah bilangan bulat, maka matriks E sebagai berikut

1. Jika E =

[ 0 0 0 0

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ A adalah unit.

2. Jika E =

[ 1 0 w 0

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ det(A) − d + bw = ±1.

3. Jika E =

[ 0 0 w 1

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ det(A) − a + bw = ±1.

4. Jika E =

[ 1 w 0 0

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ det(A) − d + cw = ±1.

5. Jika E =

[ 0 w 0 1

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ det(A) − a + cw = ±1.

Bukti:

1. Untuk matriks E =

[ 0 0 0 0

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka dibuktikan A adalah unit.

A− E =

[ a b c d

]

[ 0 0 0 0

]

= A, karena A− E adalah unit, maka terbukti A adalah unit.

⇐= Jika A adalah unit maka dibuktikan bahwa A − E adalah unit sebagai berikut

A− E =

[ a b c d

]

[ 0 0 0 0

]

= A, karena A diketahui adalah unit, maka A− E adalah unit.

(8)

2. Untuk matriks E =

[ 1 0 w 0

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka membentuk persamaan det(A)− d + bw = ±1

A− E =

[ a− 1 b c− w d

]

det(A− E) = det(A) − d + bw = ±1, terbukti untuk A− E unit diperoleh det(A) − d + bw = ±1.

⇐= Selanjutnya dari persamaan det(A)−d+bw = ±1 dibuktikan bahwa A−E adalah unit.

det(A)− d + bw = ±1 A− E =

[ a b c d

]

[ 1 0 w 0

] .

Dari persamaan det(A)− d + bw = ±1 diperoleh matriks A − E.

3. Untuk matriks E =

[ 0 0 w 1

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka membentuk persamaan det(A)− a + bw = ±1

A− E =

[ a b

c− w d − 1 ]

det(A− E) = det(A) − a + bw = ±1, terbukti untuk A− E unit diperoleh det(A) − d + bw = ±1.

⇐= Selanjutnya dari persamaan det(A)−d+bw = ±1 dibuktikan bahwa A−E adalah unit.

det(A)− a + bw = ±1 A− E =

[ a b c d

]

[ 0 0 w 1

] .

Dari persamaan det(A)− a + bw = ±1 diperoleh matriks A − E.

4. Untuk matriks E =

[ 1 w 0 0

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka membentuk persamaan det(A)− d + cw = ±1

A− E =

[ a− 1 b − w

c d

]

det(A− E) = det(A) − d + cw = ±1,

(9)

terbukti untuk A− E unit diperoleh det(A) − d + cw = ±1.

⇐= Selanjutnya dari persamaan det(A) − d + cw = ±1 dibuktikan bahwa A− E adalah unit.

det(A)− d + cw = ±1 A− E =

[ a b c d

]

[ 1 w 0 0

] .

Dari persamaan det(A)− d + cw = ±1 diperoleh matriks A − E.

5. Untuk matriks E =

[ 0 w 0 1

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka membentuk persamaan det(A)− a + cw = ±1

A− E =

[ a b− w c d− 1

]

det(A− E) = det(A) − a + cw = ±1, terbukti untuk A− E unit diperoleh det(A) − a + cw = ±1.

⇐= Selanjutnya dari persamaan det(A) − a + cw = ±1 dibuktikan bahwa A− E adalah unit.

det(A)− a + cw = ±1 A− E =

[ a b c d

]

[ 0 w 0 1

] .

Dari persamaan det(A)− a + cw = ±1 diperoleh matriks A − E. 

Matriks E yang diberikan adalah unit jika dilakukan operasi A− E. Pemilihan bentuk matriks E merupakan hal yang penting karena E merupakan syarat perlu untuk matriks clean. Begitu juga untuk A − E haruslah unit karena merupakan syarat cukup untuk matriks clean.

Teorema 7 [5] Diberikan E merupakan sebuah matriks idempoten dengan det(E) = 0 dan E /∈ X, dimana X merupakan himpunan matriks pada persamaan (9). Maka A− E merupakan unit jika dan hanya jika mengikuti salah satu bentuk persamaan Diophantine berikut

(−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a − 1)y = 0 (13) (−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a + 1)y = 0, (14) mempunyai solusi (x, y) dengan x ̸= 0, 1 , y ̸= 0 dan y|x(1 − x).

Bukti: Diketahui matriks A =

[ a b c d

]

. X merupakan himpunan matriks seperti pada persamaan (9). Jika E /∈ X, maka berdasarkan Lema 2 Et = E. Ambil

(10)

E =

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

dari Lema 2.

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit, maka membentuk persamaan Diophantine.

A− E =

[ a b c d

]

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

det(A− E) =

a− x b− y c− x(1y−x) d− 1 + x

= ±1

det(A− E) =(a − x)(d − 1 + x) − (b − y)(c −x(1− x)

y ) =±1, (15) dari persamaan (15), diperoleh persamaan diophantine sebagai berikut

det(A− E) = (−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a ± 1)y = 0. (16)

⇐= Selanjutnya jika terdapat persamaan Diophantine, maka dibuktikan bahwa A− E adalah unit.

(−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a ± 1)y = 0 (a− x)(d − 1 + x) − (b − y)(c − x(1− x)

y ) = ±1 a− x b− y

c− x(1y−x) d− 1 + x

= ±1

det(A− E) = ±1.

Dari persamaan Diophantine terbentuk matriks det(A − E) = ±1, dimana ±1 merupakan nilai unit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persamaan Diophantine adalah unit.

Teorema 8 [5] Diberikan matriks A =

[ a b c d

]

merupakan 0−clean jika dan hanya jika memenuhi salah satu syarat berikut

1. A merupakan unit.

2. det(A)− d + bw = ±1 untuk setiap w.

3. det(A)− a + bw = ±1 untuk setiap w.

4. Persamaan Diopantine (−b)x2+ (a−d)xy +(c)y2+ (b)x + (det(A)−a−1)y = 0 memiliki solusi non-trivial.

5. Persamaan Diopantine (−b)x2+ (a−d)xy +(c)y2+ (b)x + (det(A)−a+1)y = 0 memiliki solusi non-trivial.

(11)

3. CONTOH Diberikan matriks A =

[ 7 11 1 3

]

tunjukkan bahwa A adalah clean dan memenuhi 0-clean dan 1-clean.

Penyelesaian:

Menurut Definisi 4 matriks dikatakan clean jika memenuhi A = E + U . Matriks E diperoleh dengan menggunakan Teorema 7, dengan mensubstitusikan nilai A ke persamaan Diophantine (16) dan (14), diperoleh persamaan sebagai berikut

(−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a ± 1)y = 0

− 11x2+ (7− 3)xy + (1)y2+ (11)x + (7· 3 − 11 · 1 − 7 ± 1)y = 0

− 11x2+ 4xy + y2+ 11x + (3± 1)y = 0. (17) Diperoleh nilai A = −11, B = 4, C = 1, D = 11, E = 3 ± 1, dan F = 0, kemudian substitusikan sebagai berikut

B′2− 4AC = 16− 4 · (−11)11 = 500 > 0,

karena nilai B′2−4AC > 0 menurut (16), ini merupakan kasus Hiperbolik. Dengan menggunakan kasus Hiperbolik dengan x = 0 dan y = −2, dan merupakan solusi nontrivial dengan y ̸= 0.

Selanjutnya dengan mensubstitusikan nilai x dan y, diperoleh matriks E sebagai

berikut [

x y

x(1−x)

y 1− x

]

=

[ 0 −2 0 1

]

. (18)

Selanjutnya dibuktikan bahwa matriks (18) adalah idempoten, sebagai berikut [ 0 −2

0 1 ]

×

[ 0 −2 0 1

]

=

[ 0 −2 0 1

] [ 0 −2

0 1 ]

=

[ 0 −2 0 1

] .

Bentuk matriks pada (18) adalah bentuk matriks seperti pada Lema 6 di bagian [5].

Pada Lema 6 sudah di buktikan bahwa A− E adalah unit. Maka nilai unit adalah sebagai berikut [

7 11 1 3

]

[ 0 −2 0 1

]

=

[ 7 13 1 2

] .

Karena matriks A dapat dibentuk menjadi E + U , maka matriks A adalah matriks clean.

Selanjutnya untuk mencari 0-clean, maka det(E) = 0 sebagai berikut [ 0 −2

0 1 ]

= 0− 0 = 0,

(12)

karena det(E) = 0, maka matriks A adalah 0-clean dengan bentuk matriks sebagai

berikut [

7 11 1 3

]

=

[ 0 −2 0 1

] +

[ 7 13 1 2

] .

Selanjutnya akan diperiksa apakah matriks A memiliki bentuk 1-clean. Berdasarkan Teorema 5, dikatakan 1-clean jika A = I + U atau A− I = U sebagai berikut

[ 7 11 1 3

]

[ 1 0 0 1

]

=

[ 6 11 1 2

] .

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anton, H. 1987. Aljabar Linear Elementer, Edisi Kelima. Terj. dari Elementary Linear Agebra, Fifth Edition, oleh Silaban, Ph. D. & Susila, I . N. Erlangga, Jakarta.

[2] Gilbert, J. & L. Gilbert. 1991. Elements of Modern Algebra, Third Edition.

PWS-KENT Publishing Company, Boston.

[3] Jacob, B. 1989. Linear Algebra. W.H. Freeman and Company, New York.

[4] Khurana, D. & T.Y. Lam. 2004. Clean Matrices and Unit Regular Matrices.

Journal of Algebra, 280 (2004). h. 683–698.

[5] Rajeswari, K.N. & R. Aziz. 2009. A Note On Clean Matrices in M2(Z). Inter- national Journal of Algebra, 3, 2009. no. 5, h. 241–248.

Referensi

Dokumen terkait