• Tidak ada hasil yang ditemukan

SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M 2 (Z) ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M 2 (Z) ABSTRACT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M2(Z)

Miftakhul Rohmah1, Sri Gemawati2, Asli Sirait2

1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika

2 Dosen Jurusan Matematika

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau Kampus Binawidya Pekanbaru (28293), Indonesia

MiftaQyc8@gmail.com

ABSTRACT

An n× n matrix over a commutative ring with identity is clean if it is the sum of an idempotent matrix and unit. This paper discusses necessary and sufficient criteria for 2× 2 matrix A =

[ a b c d

]

, where a, b, c, d are integer numbers, to be clean.

Keywords: Clean matrix, idempotent matrix, unit matrix, Diophantine equation.

ABSTRAK

Sebuah matriks berukuran n× n atas ring komutatif dengan identitas, dikatakan clean jika matriks tersebut merupakan penjumlahan dari matriks idempoten dan matriks unit. Artikel ini membahas syarat perlu dan syarat cukup suatu matriks berukuran 2× 2, A =

[ a b c d

]

dengan a, b, c, d adalah bilangan bulat, untuk men- jadi clean.

Kata kunci: Matriks clean, matriks idempoten, matriks unit, persamaan Diophan- tine.

1. PENDAHULUAN

Salah satu teori yang dipelajari dalam ilmu Aljabar adalah matriks. Matriks banyak digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah persamaan linear. Matriks merupakan susunan segi empat siku-siku dari bilangan-bilangan. Bilangan-bilangan dalam susunan tersebut dinamakan entri dalam matriks [1, h.22]. Selain matriks, teori lain yang dipelajari dalam ilmu Aljabar yaitu ring. Ring merupakan suatu himpunan tak kosong dengan dua operasi, yaitu operasi penjumlahan dan operasi perkalian [2, h.174]. Suatu ring yang terhadap operasi perkalian bersifat komu- tatif dinamakan ring komutatif, dan suatu ring yang mempunyai elemen identitas terhadap operasi perkalian disebut ring dengan elemen satuan [2, h.178].

(2)

Sebuah matriks n× n atas ring komutatif dengan identitas dikatakan clean jika matriks tersebut merupakan penjumlahan matriks idempoten E dan matriks unit U . Matriks clean terbagi menjadi 2 bagian, yaitu 0-clean dan 1-clean. Nilai 0 dan 1 diperoleh berdasarkan nilai determinan dari matriks E.

Di dalam artikel ini dibuktikan mengenai syarat perlu dan cukup untuk matriks 2× 2, matriks A =

[ a b c d

]

dengan a, b, c, d adalah bilangan bulat, untuk menjadi clean. Artikel ini merupakan penjabaran dari jurnal yang berjudul ”A Note on Clean Matrices in M2(Z)”[5].

2. SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP UNTUK MATRIKS CLEAN DI M2(Z)

Pada bagian ini, dibahas mengenai syarat perlu dan syarat cukup pada matriks clean 2× 2 dengan entri-entrinya adalah bilangan bulat (M2(Z)).

2.1 Matriks Idempoten

Definisi 1 (Matriks Idempoten) [3, h. 76] Sebuah matriks En×ndisebut matriks idempoten jika memenuhi En2×n= En×n.

Lema 2 (Matriks Idempoten) [5] Misalkan E =

[ x y w z

]

∈ M2(Z) merupakan matriks idempoten jika dan hanya jika merupakan salah satu dari bentuk matriks berikut

[ 0 0 0 0

] ,

[ 1 0 0 0

] ,

[ 0 0 0 1

] ,

[ 1 0 0 1

] ,

[ x y

x(1−x)

y 1− x

] y̸= 0,

[ x x(1y−x) y 1− x

] y̸= 0.

Bukti: =⇒ Asumsikan bahwa matriks E =

[ x y w z

]

∈ M2(Z) adalah idempoten, menurut Definisi 1, maka ditunjukkan bahwa matriks E memenuhi bentuk sebagai berikut

[ x y w z

] [ x y w z

]

=

[ x y w z

]

, (1)

dari persamaan (1) diperoleh

x2 + yw = x (2)

xy + yz = y (3)

wx + zw = w (4)

wy + z2 = z. (5)

(3)

Pandang persamaan (2)-(5), jika salah satu dari y ̸= 0 atau w ̸= 0, maka persamaan (3) dan persamaan (4) menjadi

wx + zw = w =⇒ x + z = 1. (6)

Selanjutnya dari persamaan (2) dan (6) diperoleh x2+ yw = x

yw = xz. (7)

Jika y ̸= 0 pada persamaan (7), diperoleh w = x(1y−x). Jadi diperoleh matriks E

dengan bentuk [

x y

x(1−x)

y 1− x

] .

Selanjutnya untuk w ̸= 0 pada persamaan (7), diperoleh y = x(1w−x), yang mengaki- batkan matriks E berbentuk [

x x(1w−x) w 1− x

] .

Perhatikan jika koefisien dari y ̸= 0 dan w ̸= 0, maka matriks

[ x x(1w−x) w 1− x

]

berbentuk

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

dan begitu juga sebaliknya.

Andaikan koefisien y = 0 dan w = 0, maka peroleh [ x 0

0 z

] [ x 0 0 z

]

=

[ x 0 0 z

]

, (8)

dari hasil perkalian (8) diperoleh

x2 = x dan z2 = z,

memenuhi syarat idempoten yaitu E2 = E. Untuk itu E bisa mengikuti salah satu bentuk berikut

[ 0 0 0 0

] ,

[ 1 0 0 0

] ,

[ 0 0 0 1

] ,

[ 1 0 0 1

] .

⇐= Selanjutnya dibuktikan jika bentuk matriks E mengikuti salah satu bentuk yang diberikan pada Lema 2, maka matriks E adalah idempoten.

• Untuk E =

[ 0 0 0 0

]

, maka [ 0 0

0 0

] [ 0 0 0 0

]

=

[ 0 0 0 0

] .

(4)

• Untuk E =

[ 1 0 0 0

]

, maka [ 1 0

0 0

] [ 1 0 0 0

]

=

[ 1 0 0 0

] .

• Untuk E =

[ 0 0 0 1

]

, maka [ 0 0

0 1

] [ 0 0 0 1

]

=

[ 0 0 0 1

] .

• Untuk E =

[ 1 0 0 1

]

, maka [ 1 0

0 1

] [ 1 0 0 1

]

=

[ 1 0 0 1

] .

• Untuk E =

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

y̸= 0, maka

[ x y

x(1−x)

y 1− x

] [ x y

x(1−x)

y 1− x

]

=

[ x y

x(1−x)

y 1− x

] .

• Untuk E =

[ x x(1y−x) y 1− x

]

y̸= 0, maka [ x x(1−x)y

y 1− x

] [ x x(1−x)y y 1− x

]

=

[ x x(1−x)y y 1− x

] .

Bentuk matriks yang diberikan pada Lema 2 terbukti memenuhi E2 = E maka matriks-matriks pada Lema 2 adalah matriks idempoten. 

Lema 3 [5] Untuk p̸= 0, matriks-matriks idempoten [ 1 p

0 0 ]

,

[ 1 0 p 0

] ,

[ 0 0 p 1

] ,

[ 0 p 0 1

] ,

mengikuti bentuk matriks

[ x y

x(1−x)

y 1− x

] atau

[ x x(1y−x) y 1− x

]

dengan y ̸= 0.

Bukti: Untuk matriks E =

[ 1 p 0 0

]

mengikuti bentuk matriks

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

dengan x = 1 dan y = p, maka matriksnya adalah sebagai berikut

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

=

[ 1 p

1(1−1)

y 1− 1

]

=

[ 1 p 0 0

] .

(5)

Untuk matriks E =

[ 1 0 p 0

]

mengikuti bentuk matriks

[ x x(1y−x) y 1− x

]

, maka matriksnya adalah sebagai berikut

[ x x(1y−x) y 1− x

]

=

[ 1 1(1y−1) p 1− 1

]

=

[ 1 0 p 0

] .

Untuk matriks

[ 0 0 p 1

]

mengikuti bentuk matriks

[ x x(1y−x) y 1− x

]

dan matriks [ 0 p

0 1 ]

mengikuti bentuk matriks

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

. 

Selanjutnya untuk matriks

[ 1 0 w z

]

merupakan idempoten jika z = 0 dan w sebarang, dan jika z = 1 dan w = 0 maka matriks

[ 1 0 w z

]

mempunyai bentuk

sebagai berikut [

1 0 w 0

] ,

[ 1 0 0 1

] .

Demikian pula untuk matriks

[ 0 0 w z

]

merupakan idempoten jika z = 0 dan w = 0, dan jika z = 1 dan w sebarang, maka matriks

[ 0 0 w z

]

mempunyai bentuk

sebagai berikut [

0 0 w 1

] ,

[ 0 0 0 0

] .

Maka himpunan matriks idempoten mengikuti bentuk sebagai berikut X =

{[ 1 0 w 0

] ,

[ 1 0 0 1

] ,

[ 0 0 w 1

] ,

[ 0 0 0 0

]}

. (9)

2.2 Persamaan Diophantine

Persamaaan Diophantine terdiri dari persamaan Diophantine linear dan persamaan Diophantine nonlinear. Persamaan ini pertama kali ditulis oleh ”Diophantus”

(250 M). Persamaan Diophantine adalah persamaan polinomial yang penyelesaian- nya berupa bilangan bulat dan penyelesaiannya mempunyai solusi yang banyak.

Bentuk umum dari persamaan Diophantine yaitu

Ax2+ Bxy + Cy2+ Dx + Ey + F = 0, (10) dengan A, B, C, D, E, F adalah konstanta. Ada beberapa kasus yang mungkin dalam mencari penyelesaian persamaan Diophantine (10), antara lain yaitu

• Kasus Linear A = B = C = 0.

• Kasus Simpel Hyperbolik A = C = 0, B ̸= 0.

(6)

• Kasus Elips B′2− 4AC < 0.

• Kasus Parabolik B′2− 4AC = 0.

• Kasus Hyperbolik B′2− 4AC > 0.

Persamaan Diophantine yang akan dibahas pada tulisan ini adalah persamaan Diophantine berderajat dua dengan dua variabel sebagai berikut

(−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a − 1)y = 0 (11) (−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a + 1)y = 0. (12) Persamaan Diophantine pada (11) dan (12) memiliki solusi penyelesaian trivial dengan nilai x = 1, y = 0 dan x = 0, y = 0. Selain solusi trivial, persamaan Diophantine pada (11) dan (12) juga memiliki solusi penyelesaian nontrivial jika y ̸= 0 dan y|x(1 − x) (y habis membagi (1 − x)).

2.3 Syarat Perlu dan Syarat Cukup untuk Matriks Clean

Sebuah matriks n × n atas ring komutatif dengan identitas dikatakan matriks clean jika matriks tersebut merupakan jumlah dari matriks idempoten E dan sebuah unit U .

Definisi 4 [4] Misalkan e merupakan elemen idempoten di K. Suatu matriks M Mn(K) dapat ditulis sebagai E + U , untuk suatu E = E2 dengan det(E) = e dan suatu U ∈ GLn(K), dikatakan M adalah e-clean. Dalam bentuk khusus, untuk n = 1, element e-clean dari K = M1(K) hanya bentuk e + u dimana u∈ U(K).

Definisikan terdapat sebuah matriks A2×2 =

[ x y w z

]

dengan x, y, w, z adalah bilangan bulat dan asumsikan bahwa matriks A adalah matriks clean. Berdasarkan Definisi 4, jika matriks clean maka dapat dibentuk menjadi E + U dengan E adalah matriks idempoten. Jika det(E) = 1, maka matriks clean disebut dengan matriks 1−clean. Jika det(E) = 0, maka matriks clean disebut dengan matriks 0−clean.

Teorema 5 [5] A merupakan 1− clean jika dan hanya jika det(A)-T r(A) = 0 atau det(A)-T r(A) =−2.

Bukti: =⇒ Asumsikan jika matriks A adalah 1 − clean, maka det(A) - T r(A) = 0 atau det(A)-T r(A) =−2. Berdasarkan Definisi 4, pilih matriks E =

[ 1 0 0 1

] pada Lema 2 yang memiliki det(E) = 1, karena matriks E adalah matriks identitas, maka dapat ditulis sebagai berikut

A = I + U, dapat dijabarkan sebagai berikut

[ x y w z

]

[ 1 0 0 1

] = ±1 det(A)− T r(A) = 0 atau − 2,

(7)

terbukti jika A adalah 1− clean, maka det(A)-T r(A) = 0 atau det(A)-T r(A) = −2.

=⇒ Selanjutnya dibuktikan bahwa det(A)-T r(A) = 0 atau −2 adalah 1 − clean, sebagai berikut

det(A)− T r(A) = 0 atau − 2, dapat dijabarkan menjadi

(xz− yw) − (x + z) + 1 = 0 atau − 2 [

x y w z

]

[ 1 0 0 1

] = ±1, dapat disederhanakan menjadi

A− E = U.

Karena A memenuhi bentuk A = E + U maka A adalah clean, dan det(E) = 1 maka terbukti A adalah 1− clean. 

Berikut diberikan beberapa matriks E yang bisa menjadi unit.

Lema 6 [5] Misalkan matriks A =

[ a b c d

]

dengan a, b, c, d adalah bilangan bulat, maka matriks E sebagai berikut

1. Jika E =

[ 0 0 0 0

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ A adalah unit.

2. Jika E =

[ 1 0 w 0

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ det(A) − d + bw = ±1.

3. Jika E =

[ 0 0 w 1

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ det(A) − a + bw = ±1.

4. Jika E =

[ 1 w 0 0

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ det(A) − d + cw = ±1.

5. Jika E =

[ 0 w 0 1

]

maka A− E adalah unit ⇐⇒ det(A) − a + cw = ±1.

Bukti:

1. Untuk matriks E =

[ 0 0 0 0

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka dibuktikan A adalah unit.

A− E =

[ a b c d

]

[ 0 0 0 0

]

= A, karena A− E adalah unit, maka terbukti A adalah unit.

⇐= Jika A adalah unit maka dibuktikan bahwa A − E adalah unit sebagai berikut

A− E =

[ a b c d

]

[ 0 0 0 0

]

= A, karena A diketahui adalah unit, maka A− E adalah unit.

(8)

2. Untuk matriks E =

[ 1 0 w 0

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka membentuk persamaan det(A)− d + bw = ±1

A− E =

[ a− 1 b c− w d

]

det(A− E) = det(A) − d + bw = ±1, terbukti untuk A− E unit diperoleh det(A) − d + bw = ±1.

⇐= Selanjutnya dari persamaan det(A)−d+bw = ±1 dibuktikan bahwa A−E adalah unit.

det(A)− d + bw = ±1 A− E =

[ a b c d

]

[ 1 0 w 0

] .

Dari persamaan det(A)− d + bw = ±1 diperoleh matriks A − E.

3. Untuk matriks E =

[ 0 0 w 1

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka membentuk persamaan det(A)− a + bw = ±1

A− E =

[ a b

c− w d − 1 ]

det(A− E) = det(A) − a + bw = ±1, terbukti untuk A− E unit diperoleh det(A) − d + bw = ±1.

⇐= Selanjutnya dari persamaan det(A)−d+bw = ±1 dibuktikan bahwa A−E adalah unit.

det(A)− a + bw = ±1 A− E =

[ a b c d

]

[ 0 0 w 1

] .

Dari persamaan det(A)− a + bw = ±1 diperoleh matriks A − E.

4. Untuk matriks E =

[ 1 w 0 0

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka membentuk persamaan det(A)− d + cw = ±1

A− E =

[ a− 1 b − w

c d

]

det(A− E) = det(A) − d + cw = ±1,

(9)

terbukti untuk A− E unit diperoleh det(A) − d + cw = ±1.

⇐= Selanjutnya dari persamaan det(A) − d + cw = ±1 dibuktikan bahwa A− E adalah unit.

det(A)− d + cw = ±1 A− E =

[ a b c d

]

[ 1 w 0 0

] .

Dari persamaan det(A)− d + cw = ±1 diperoleh matriks A − E.

5. Untuk matriks E =

[ 0 w 0 1

] .

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit maka membentuk persamaan det(A)− a + cw = ±1

A− E =

[ a b− w c d− 1

]

det(A− E) = det(A) − a + cw = ±1, terbukti untuk A− E unit diperoleh det(A) − a + cw = ±1.

⇐= Selanjutnya dari persamaan det(A) − a + cw = ±1 dibuktikan bahwa A− E adalah unit.

det(A)− a + cw = ±1 A− E =

[ a b c d

]

[ 0 w 0 1

] .

Dari persamaan det(A)− a + cw = ±1 diperoleh matriks A − E. 

Matriks E yang diberikan adalah unit jika dilakukan operasi A− E. Pemilihan bentuk matriks E merupakan hal yang penting karena E merupakan syarat perlu untuk matriks clean. Begitu juga untuk A − E haruslah unit karena merupakan syarat cukup untuk matriks clean.

Teorema 7 [5] Diberikan E merupakan sebuah matriks idempoten dengan det(E) = 0 dan E /∈ X, dimana X merupakan himpunan matriks pada persamaan (9). Maka A− E merupakan unit jika dan hanya jika mengikuti salah satu bentuk persamaan Diophantine berikut

(−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a − 1)y = 0 (13) (−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a + 1)y = 0, (14) mempunyai solusi (x, y) dengan x ̸= 0, 1 , y ̸= 0 dan y|x(1 − x).

Bukti: Diketahui matriks A =

[ a b c d

]

. X merupakan himpunan matriks seperti pada persamaan (9). Jika E /∈ X, maka berdasarkan Lema 2 Et = E. Ambil

(10)

E =

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

dari Lema 2.

=⇒ Asumsikan jika A − E adalah unit, maka membentuk persamaan Diophantine.

A− E =

[ a b c d

]

[ x y

x(1−x)

y 1− x

]

det(A− E) =

a− x b− y c− x(1y−x) d− 1 + x

= ±1

det(A− E) =(a − x)(d − 1 + x) − (b − y)(c −x(1− x)

y ) =±1, (15) dari persamaan (15), diperoleh persamaan diophantine sebagai berikut

det(A− E) = (−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a ± 1)y = 0. (16)

⇐= Selanjutnya jika terdapat persamaan Diophantine, maka dibuktikan bahwa A− E adalah unit.

(−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a ± 1)y = 0 (a− x)(d − 1 + x) − (b − y)(c − x(1− x)

y ) = ±1 a− x b− y

c− x(1y−x) d− 1 + x

= ±1

det(A− E) = ±1.

Dari persamaan Diophantine terbentuk matriks det(A − E) = ±1, dimana ±1 merupakan nilai unit. Jadi, dapat disimpulkan bahwa persamaan Diophantine adalah unit.

Teorema 8 [5] Diberikan matriks A =

[ a b c d

]

merupakan 0−clean jika dan hanya jika memenuhi salah satu syarat berikut

1. A merupakan unit.

2. det(A)− d + bw = ±1 untuk setiap w.

3. det(A)− a + bw = ±1 untuk setiap w.

4. Persamaan Diopantine (−b)x2+ (a−d)xy +(c)y2+ (b)x + (det(A)−a−1)y = 0 memiliki solusi non-trivial.

5. Persamaan Diopantine (−b)x2+ (a−d)xy +(c)y2+ (b)x + (det(A)−a+1)y = 0 memiliki solusi non-trivial.

(11)

3. CONTOH Diberikan matriks A =

[ 7 11 1 3

]

tunjukkan bahwa A adalah clean dan memenuhi 0-clean dan 1-clean.

Penyelesaian:

Menurut Definisi 4 matriks dikatakan clean jika memenuhi A = E + U . Matriks E diperoleh dengan menggunakan Teorema 7, dengan mensubstitusikan nilai A ke persamaan Diophantine (16) dan (14), diperoleh persamaan sebagai berikut

(−b)x2+ (a− d)xy + (c)y2+ (b)x + (det(A)− a ± 1)y = 0

− 11x2+ (7− 3)xy + (1)y2+ (11)x + (7· 3 − 11 · 1 − 7 ± 1)y = 0

− 11x2+ 4xy + y2+ 11x + (3± 1)y = 0. (17) Diperoleh nilai A = −11, B = 4, C = 1, D = 11, E = 3 ± 1, dan F = 0, kemudian substitusikan sebagai berikut

B′2− 4AC = 16− 4 · (−11)11 = 500 > 0,

karena nilai B′2−4AC > 0 menurut (16), ini merupakan kasus Hiperbolik. Dengan menggunakan kasus Hiperbolik dengan x = 0 dan y = −2, dan merupakan solusi nontrivial dengan y ̸= 0.

Selanjutnya dengan mensubstitusikan nilai x dan y, diperoleh matriks E sebagai

berikut [

x y

x(1−x)

y 1− x

]

=

[ 0 −2 0 1

]

. (18)

Selanjutnya dibuktikan bahwa matriks (18) adalah idempoten, sebagai berikut [ 0 −2

0 1 ]

×

[ 0 −2 0 1

]

=

[ 0 −2 0 1

] [ 0 −2

0 1 ]

=

[ 0 −2 0 1

] .

Bentuk matriks pada (18) adalah bentuk matriks seperti pada Lema 6 di bagian [5].

Pada Lema 6 sudah di buktikan bahwa A− E adalah unit. Maka nilai unit adalah sebagai berikut [

7 11 1 3

]

[ 0 −2 0 1

]

=

[ 7 13 1 2

] .

Karena matriks A dapat dibentuk menjadi E + U , maka matriks A adalah matriks clean.

Selanjutnya untuk mencari 0-clean, maka det(E) = 0 sebagai berikut [ 0 −2

0 1 ]

= 0− 0 = 0,

(12)

karena det(E) = 0, maka matriks A adalah 0-clean dengan bentuk matriks sebagai

berikut [

7 11 1 3

]

=

[ 0 −2 0 1

] +

[ 7 13 1 2

] .

Selanjutnya akan diperiksa apakah matriks A memiliki bentuk 1-clean. Berdasarkan Teorema 5, dikatakan 1-clean jika A = I + U atau A− I = U sebagai berikut

[ 7 11 1 3

]

[ 1 0 0 1

]

=

[ 6 11 1 2

] .

DAFTAR PUSTAKA

[1] Anton, H. 1987. Aljabar Linear Elementer, Edisi Kelima. Terj. dari Elementary Linear Agebra, Fifth Edition, oleh Silaban, Ph. D. & Susila, I . N. Erlangga, Jakarta.

[2] Gilbert, J. & L. Gilbert. 1991. Elements of Modern Algebra, Third Edition.

PWS-KENT Publishing Company, Boston.

[3] Jacob, B. 1989. Linear Algebra. W.H. Freeman and Company, New York.

[4] Khurana, D. & T.Y. Lam. 2004. Clean Matrices and Unit Regular Matrices.

Journal of Algebra, 280 (2004). h. 683–698.

[5] Rajeswari, K.N. & R. Aziz. 2009. A Note On Clean Matrices in M2(Z). Inter- national Journal of Algebra, 3, 2009. no. 5, h. 241–248.

Referensi

Dokumen terkait

Dengan pemahaman terhadap permainan bola basket yang baik, seorang pelatih juga dapat lebih mudah untuk mengatur strategi pada saat pertandingan berlangsung. Kesimpulan dan

Laporan keuangan koperasi merupakan bagian dari pertanggungjawaban pengurus kepada anggotanya di dalam rapat anggota tahunan (RAT). Laporan keuangan koperasi biasanya meliputi

Terdapat konsekuensi logis, tingkat kemampuan usahatani sebagai bagian dari kompetensi khusus yaitu kompetensi vokasional, diduga hampir sama atau malah lebih rendah

Praktikum pengukuran beban kerja dibutuhkan agar mahasisa memahami cara mengukur beban kerja baik secara (isik berdasarkan tingkat kebutuhan kalori menurut pengeluaran energi&amp;

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rasio CAMELS berpengaruh terhadap penilaian kesehatan bank dilihat dari skor atau

Deskripsi tersebut lahir dari berbagai fenomena yang cukup dilematis, dapat dilihat, dicermati dan dianalisis dalam dinamika kehidupan masyarakat, khususnya yang

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024) 8508081,

Bahan baku utama yang digunakan dalam proses pengolahan besi dan baja adalah scrap (besi tua atau besi bekas) karbon rendah medium yang terdiri atas 3