BAB 5
SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini digunakan untuk meneliti pengaruh intellectual capital terhadap kinerja keuangan perusahaan. VAIC™ digunakan sebagai pengukuran terhadap intellectual capital yang dimiliki perusahaan dan pertumbuhannya diukur dengan Rate Of Growth of Intellectual Capital (ROGIC). Selain itu digunakan juga variabel Leverage dan Size sebagai variabel kontrol atau variabel lain yang juga memiliki pengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Adapun kinerja keuangan perusahaan diukur dengan menggunakan tiga rasio yaitu rasio Return On Assets (ROA), Operating Profit Margin (OPM), dan rasio Asset Turn Over (ATO) untuk mengukur profitabilitas perusahaan. Berdasarkan analisis dan bahasan pada bab 4, simpulan yang dibuat adalah sebagai berikut:
• Statistik deskriptif mengindikasikan 74.5% intellectual capital yang dimiliki
perusahaan tidak direfleksikan dalam laporan keuangan. Hal ini menggambarkan besarnya jarak yang ada antara nilai pasar dengan nilai buku perusahaan yang dinyatakan dalam laporan keuangan, dengan kata lain, nilai suatu perusahaan yang ditentukan oleh intellectual capital yang dimiliki perusahaan yang mungkin banyak mempengaruhi nilai pasar perusahaan justru belum dapat dimasukkan ke dalam nilai buku perusahaan itu sendiri.
• Statistik deskriptif menunjukkan nilai mean terbesar diantara komponen
intellectual capital dimiliki oleh VAHU. Namun uji regresi menunjukkan bahwa VAHU hanya memiliki pengaruh signifikan terhadap OPM saat ini dan di masa yang akan datang. VAHU tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap rasio pengukuran kinerja keuangan perusahaan lainnya yaitu ATO dan ROA baik untuk saat ini maupun untuk di masa yang akan datang. Hal ini dapat diartikan bahwa perusahaan yang terdaftar di bawah sub sektor Restaurant, Hotel and Tourism di Indonesia mungkin menyetujui efisiensi human capital yang diukur dengan VAHU dapat meningkatkan laba perusahaan dari penjualan yang dilakukan perusahaan (OPM) namun belum menyetujui bahwa efisiensi human capital (VAHU) dapat meningkatkan profitabilitas perusahaan dari keseluruhan aset yang dimiliki perusahaan juga meningkatkan produktifitas perusahaan (ATO).
• Berdasarkan analisis korelasi Spearman, VAIC™ memiliki hubungan dengan
ketiga rasio kinerja keuangan perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu ROA, ATO dan OPM. Koefisien korelasi antara VAIC™ dengan OPM, ATO dan ROA secara berturut-turut adalah 0.488, -0.270, dan 0.266.
Sementara komponen VAIC™ memiliki tingkat hubungan yang berbeda- beda dengan masing-masing kinerja keuangan yang diteliti dalam penelitian ini. Hubungan komponen VAIC™ dengan kinerja keuangan perusahaan terkuat ditunjukkan antara komponen VAIC™ yaitu VACA dengan kinerja keuangan yang ditunjukkan dengan ATO dengan koefisien korelasi sebesar 0.695, dapat diartikan sebagai nilai tambah yang diberikan oleh capital employed memiliki hubungan yang cukup ke arah kuat dengan tingkat perputaran aset perusahaan, semakin tinggi nilai tambah tersebut, semakin tinggi pula tingkat perputaran aset perusahaan. Secara keseluruhan, hal ini memberikan implikasi bahwa intellectual capital memiliki korelasi atau hubungan dengan kinerja keuangan.
• Berdasarkan hasil uji regresi yang dilakukan, intellectual capital
mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan baik saat ini maupun kinerja keuangan perusahaan di masa yang akan datang. Simpulan ini diambil dengan sampel data dari 22 perusahaan di sub sektor Restaurant, Hotel and Tourism selama 5 tahun yaitu tahun 2007 – 2011. Sementara tingkat pertumbuhan intellectual capital (ROGIC) tidak mempengaruhi kinerja keuangan yang diukur dengan ROA, ATO, dan OPM di masa yang akan datang.
• Diantara komponen intellectual capital (VAIC™) yang mana adalah Value
Added Capital Employed (VACA), Value Added Human Capital (VAHU) dan Structural Capital Value Added (STVA), VACA menjadi komponen yang paling dominan dibanding VAHU dan STVA dalam mempengaruhi kinerja keuangan. Memang VACA tidak secara signifikan mempengaruhi kinerja keuangan saat ini yang diukur dengan OPM, namun pada kinerja keuangan saat ini lainnya yang juga digunakan yakni ATO dan ROA, VACA memiliki pengaruh yang positif dan signifikan bahkan menjadi satu-satunya komponen intellectual capital yang secara signifikan berpengaruh terhadap kedua rasio tersebut untuk kinerja keuangan saat ini. Artinya kemampuan perusahaan terkait pengaruh capital employed terhadap kinerja keuangan telah cukup baik dalam menggunakan aset secara efektif untuk meningkatkan penjualan (yang diwakilkan oleh rasio ATO) namun belum cukup efisien dalam mengendalikan biaya operasional (diwakilkan oleh rasio OPM), namun dalam VACA, nampaknya ATO atau kemampuan perusahaan dalam efisiensi penggunaan aset untuk meningkatkan pendapatan memiliki pengaruh yang lebih kuat kepada ROA dibandingkan OPM atau kemampuan perusahaan dalam efisiensi biaya operasional, berdasarkan pada mekanisme perhitungan
ROA pada Gambar 3.5 oleh Dupont, perhitungan ROA adalah gabungan antara OPM dan ATO. Pada kinerja keuangan di masa yang akan datang, VACA berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap semua kinerja keuangan yang diukur dalam penelitian ini yaitu ROA, ATO dan OPM.
• Hubungan VACA dan kinerja keuangan perusahaan yang selalu positif dalam
penelitian ini memberikan implikasi bahwa semakin tinggi VACA maka akan meningkat pula kinerja keuangan perusahaan. Hal ini berarti perusahaan yang terdaftar di bawah sub sektor Restaurant, Hotel and Tourism di Indonesia masih lebih memfokuskan untuk menginvestasikan dana dan perhatian kepada aset berwujud perusahaan karena nilai VACA mencerminkan value added dari setiap capital employed atau modal yang ditanamkan perusahaan dalam bentuk tangible asset. Ini dapat terlihat melalui pengungkapan aset berwujud dalam laporan keuangan perusahaan yang diteliti dalam penelitian ini.
5.2 Keterbatasan
Ada beberapa keterbatasan yang muncul dalam penelitian ini. Mereka adalah:
• Keterbatasan data yang tersedia membuat penelitian ini berfokus hanya pada
satu sub sektor yaitu sub sektor Restaurant, Hotel and Tourism dengan jumlah perusahaan yang diteliti sebanyak 22 perusahaan. Sementara jumlah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mencapai lebih dari 400 perusahaan yang terbagi ke dalam 9 sektor dan terbagi lagi menjadi 56 sub sektor. Tidak semua listed companies di Indonesia digunakan dalam penelitian ini. Namun, kesimpulan dari penelitian ini dapat menunjukkan hasil yang lebih akurat bagi sub sektor yang diteliti.
• Kesulitan dalam menghitung jumlah yang tepat untuk beberapa data yang
digunakan dalam penelitian ini karena tidak semua perusahaan menyediakan data dan informasi yang lengkap dan mendetail serta secara jelas terpisah- pisah dalam laporan keuangannya.
• Fokus kepada intellectual capital di Indonesia masih berada dalam tahap
berkembang. Selain itu, beberapa biaya yang juga memberikan nilai tambah secara intelektual kepada perusahaan tidak diikut sertakan dalam perhitungan.
Sebagai contoh, biaya iklan. Iklan memberikan nilai tambah kepada perusahaan karena melalui iklan dapat memunculkan daya tarik masyarakat atau konsumen yang membuat konsumen menggunakan produk perusahaan dimana pengaruh ini juga tidak dapat diukur atau dipastikan nilainya.
• Penelitian ini hanya dilakukan terhadap perusahaan di Indonesia. Hasil penelitian untuk topik sejenis dapat berbeda di negara lain.
5.3 Saran
Peneliti memberikan beberapa saran terkait topik penelitian yang sudah dilakukan, dan juga saran untuk penelitian di masa yang akan datang, sebagai berikut:
• Standar pengungkapan akuntansi mengenai intellectual capital harus
ditingkatkan, karena peraturan yang ada di Indonesia saat ini belum memiliki regulasi yang sempurna untuk pengungkapan intellectual capital dimana mengimplikasikan kurang dikenalnya intellectual capital di Indonesia. Maka dari itu, peningkatan peraturan akuntansi mengenai regulasi pengungkapan intellectual capital akan menjadi permulaan yang baik bagi pengenalan intellectual capital di Indonesia. Sebagai contoh, dapat dibuatnya suatu peraturan yang mewajibkan penyertaan intellectual capital statement dalam
laporan tahunan perusahaan misalnya melalui surat keputusan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (BAPEPAM-LK).
• Institusi pendidikan di Indonesia harus juga ikut serta dalam memperkenalkan
intellectual capital kepada pelajar karena belum banyak orang yang mengetahui mengenai intellectual capital. Penelitian mengenai intellectual capital di Indonesia terbilang belum cukup banyak. Adapun penelitian mengenai topik intellectual capital ini di Indonesia berkisar di sektor-sektor tertentu saja. Di Indonesia, sektor yang paling banyak dijadikan objek penelitian mengenai intellectual capitalnya adalah sektor perbankan.
• Perusahaan dan lembaga kepemerintahan di Indonesia harus mulai lebih
banyak mengungkapkan pentingnya intellectual capital dalam bentuk pengungkapan yang lebih lagi. Karena intellectual capital masih sangat jarang diungkapkan atau dibahas secara lengkap dalam laporan perusahaan.
• Perusahaan pada sub sektor yang diteliti yaitu Restaurant, Hotel and Tourism
harus lebih meningkatkan pengembangan intellectual capitalnya dibanding terus berpegang kepada investasi di bidang tangible assetnya. Pengembangan dalam aset tak berwujud seperti intellectual capital dapat memberikan nilai lebih bagi perusahaan dengan menggunakan dana yang mungkin lebih sedikit dibandingkan harus menginvestasikan dana pada tangible asset. Dengan demikian akan tercipta lingkungan ekonomi yang ekonomis, efektif dan efisien.
• Saran bagi peneliti selanjutnya adalah untuk menambah jumlah data atau
sampel data yang digunakan dalam penelitian. Dapat dilakukan dengan menambahkan jangka waktu tahun penelitian, atau menambah variabel penelitiannya seperti variabel kontrolnya, karena dengan menambah variabel
kontrol maka dapat diketahui lebih lengkap lagi apa saja yang memiliki pengaruh terhadap variabel dependen selain variabel independen yang diuji.
Beberapa penelitian memberikan contoh variabel kontrol yang dapat digunakan dalam penelitian sejenis ini misalnya tingkat perkembangan teknologi, sifat multinasionalisme perusahaan (Riahi-Belkaoui, 2003), pertumbuhan penjualan, dan jumlah karyawan. Selain itu juga peneliti dapat menggunakan metode penelitian lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini, sehingga hasil penelitian dapat memberikan kesimpulan metode apa yang terbaik dalam melakukan pengukuran terhadap intellectual capital.