• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mimpi Seperti Pelangi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Mimpi Seperti Pelangi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Mimpi Seperti Pelangi

“Vidi hogo-hogo jam nemi koi mi mai sekolah hala?”

“Vidi, Vidi bangun sudah jam ni tidak ke sekolah?” Ibu memanggilku, sambil memukul dengan ayaman bambu. Begitulah ibuku, kadang menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan kami di rumah. Sebagai wanita pelosok ibu juga menggunakan salah satu bahasa ras Melanesia. Kami Melanesia, kulit kami sawo matang, rarmbut ikal, jauh dari sentuhan pembangunan. Mungkin itu yang tepat untuk menggambarkan ras Melanesia di negeri ini.

Dengan rasa malas dan mata yang berkedip kedip, tiba-tiba telapak kaki saya sudah dingin karena lidah Rex anjing kesayangan keluarga kami. Dengan rasa malas, saya berjalan ke dapur untuk kumur dan mencicip kuenya mama.

”Bua waha hebo ti langsung sikat gigi, makan sudah dan mandi supaya sikat gigi,” ucapsi bungsu sambil meledek. Situasi dapur waktu itu begitu keruh dengan anggota keluarga yang sibuk dengan HP masing-masing. Saya melangkah mengambil handuk yang dijemur emak di luar namun basah karena hujan. Handuk yang warnanya ungu kini menyatu dengan abu dan lumpur.

”Ema handuk lubakmi go hebo kere aku?”

“Mama handuk jatuh ni sa mandi pake apa.”

Vinda si bungsu pun mengambil sarung untuk saya.

”Ada kaki dan tangan tu lain kali usaha sendiri!”

Niatnya baik namun caranya sedikit membuat saya merasa jengkel. Hendak mandi saya disuruh bapak untuk memberi makan ayam potong jualan kami.

”Sudah jam begini ni suruh ade mereka dulu.”

Saya mempercepat langkah dan mengakali bapak bahwa saya sudah dikamar mandi.

Setelah mandi sayapun mengenakan seragam nasional pada hari senin karena hari ini adalah hari yang penting bagi seorang pelajar. Saya tidak sempat menyeterika baju. Hujan dan listrik padam akibat pohon asam yang tumbang karena angina topan tadi malam, membuat saya harus berangakat sekolah dengan baju kusut. Saya berangkat sekolah dengan Rex lebih awal karena saya merupakan murid teladan di sekolah saya. Suasana sekolah masih sepi. Aku

(2)

menyambar catatanku saat SD dan mulai membaca. Maklum sebagian materi kami di SMP diambil dari materi saat SD. Di sela-sela buku yang sudah kusam dan bayak coretan dan gambar gambar anime naruto, ada tulisan tangan yang tertera tanggal 17-03-2017. Saya tersenyum sendiri dan mengingat kembali tentang peristiwa di tanggal itu. Dulu sekitar jam 11:25 saya berbaring di 3 kursi yang disusun secara siksak. Saya dibangunkan oleh teman perempuan, karena pak guru matematika akan segera masuk les. Mendengar les akan segera dimulai, sontak saya terbangun dari mimpi yang lumayan indah. Di mimpi itu saya masih ingat betul saya mendapat nilai 89 saat mengerjakan soal yang diberikan. Saya mengalami kesusahan di berberapa nomor akhir yang berisi perkalian bilangan bulat dan kurfa pendapatan. Saya kembali terbangun karena salam telah berbisik di kedua telinga.

“Vidi maju ke depan!”

“ Selamat sore pak ujar saya sambil membuka mata setengah sadar!

“Bodoh sekali!”

“saya bodoh maka saya belajar pak!

Tegas saya sambil melangkah ke depan kelas. Suatu segitiga siku- siku memiliki sisi tegak (AB) panjangnya 15 cm ,dan sisi mendatarnya (BC) 8 cm, berapakah cm kah sisi miringnya (AC) ?. Saya melakukan sedikit gerakan menggambarngkan bahwa saya malu di depan teman teman yang berjumlah 37 kepala dengan 14 laki laki dan 23 perempuan. Saya pun kembali mengingat dua hari yang lalu, dimana pak guru memberikan penjelasan tentang rumus Phitogaras. Dan segelintir angka mulai terngiang di kepala namun hilang karena bentakan pak guru.

”Vidi jawab! Menghayal lagi!”

Dengan nada keras dan mulai jengkel Saya pun kembali ke tempat duduk teman perempuan saya bernama Ranty. “Ran,pinjam catatan matematika yang dua hari lalu tu.”

“Nih halaman ke 3 tu paling Kiri yang ada bintang,” tegas ranti sambil melihat ke pak guru.

Saya pun maju ke depan dan dengan penuh percaya diri mulai mengambil spidol di mejanya guru dan mulai mengerjakan sesuai dengan catatan Ranti tadi. Ekspresi guru dan teman teman begitu bingung sambil tertawa kecil. “Hahahaha...Vidi buka itu salah tu yang di paling kiri bukan kanan, makanya jangan bayak menghayal dan pesiar ingat belajar supaya jangan kesasar!”

(3)

Saya pun terkejut dan mengundang teman teman kembali tertawa.

“Katanya buah jatuh tidak jauh dari pohonya, tapi kenapa begini hahaha…hahahah buat malu”

Saya pun di suruh duduk dan Ranty mengganti posisi saya dan mengerjakan soal dengan benar. Saya menaruh harapan dengan ranti karena dia begitu cantik dan pintar. Namun,karna masih ada hubungan darah rasa ini pun harus dikubur. Saya terus berimajinasi membayangkan wajahnya.

Diketahui : AB = 15 BC = 8 Ditanya : Panjang AC? Jawab : AC2 = AB2 + BC2 AC2 = 152 + 82 AC2 = 225 + 64 AC2 = 289 AC = √289 AC = 17.

Tepukan tangan pun menggema di ruangan kelas kami, ejekan pun tak bisa saya hindarkan.

Ranty kembali sambil tersenyum bangga dan di situ saya sedikit tertawa namun dalam konteks menahan luka dan air mata. Saya merenung menghilangkah rasa ragu dan rapuh mencoba untuk menanamkan komitmen dalam diri bahwa saya harus berubah agar jangan lagi ada luka dan ludah. Bapak guru pun memberikan penjelasan singkat tentang materi yang sudah ia ajarkan dua hari lalu namun, saya kembali jatuh dalam kemalasan menyangkut kepala Pak guru yang botak dengan minyak melani yang basah membuat saya jengkel dan malas. Pak Guru memberikan tugas 5 nomor untuk dia ambil nilai latihan. Beliau membagi kami dalam 6 kelompok dengan setiap kelompok beranggotakan 6 orang dan kelompok yang satu lebih 7 orang. Saya tak diterima oleh teman teman saya karna kejadian yang baru saja saya lakukan. Mereka menjaga nama baik mereka masing-masing. Saya akhirnya membuat pendekatan kepada pak guru untuk melobi supaya dapat diterima oleh teman-teman. Namun jawaban bapak membuat saya kecewa. Saya disarankan membentuk 1 kelompok yang beranggotakan saya sendiri. Setelah dari ruang guru saya pulang dengan kekecewaan, hingga akhirnya uang hasil jualan kue donat saya hilang.

“Sudah jatuh tertimpa tangga itulah peribahasa yg cocok untuk saya.”

Sesampainya di rumah ocehan dari bahasa Indonesia sampai daerah dan sejumlah analogi singkat pun dilontarkan oleh Mama karena saya menghilangkan uang dan tak mengerjakan soal dengan baik.

“Moke me miak halal ah mo bai breu aho,makanya sekolah bali me tulu buku bapa noe atau kaka noe aya aya me guti ti baca, moke nele pete moe di bleha-belete heno ko ake kepu bapa miak wala!

(4)

“ Kamu itu tidak malu kah dengan teman-teman sekelas lainya, makanya pulang sekolah itu ambil buku Bapa punya atau kaka mereka punya yang terbuang-buang ni untuk baca bukan urus pesiar, kau jangan buat Bapa malu”

Mama mendapat laporan dari ayah saya karena bapak guru yang mengajar kami adalah bapak saya sendiri. Hal ini yang membuat saya merasa malas karena berasumsi bahwa soal yang di berikan Akan mudah dikerjakan karena ada bapak. Saya dimarahi habis-habisan dan diberi sangsi memotong makanan kambing dan memberimakan kambing makan pada sore hari. Namun, tempat kambing lumayan jauh dari rumah. Dengan penuh keputusasaan saya membawa parang berjalan menanggapi sangsi yang diberikan bersama Rex. Dengan kecepatan, saya dan Rex berlomba. Tujuanya agar bisa memberi makan Kambing dengan cepat dan bisa pulang agar bermain Kote(gasing daerah) di halaman sekolah bersama teman teman di kompleks tinggal.

Saya tertimpa musibah karena berlari terlalu kencang, kaki saya terbentur di batu yang menyebabkan ibu jari tangan kiri hampir putus di tebas parang. Darah saya dijilati Rex dan saya melihat ada bungkusan mie sejati. Melapnya di baju dan membaluti lukanya.

Saya berlari dengan ketakutan karna tau bahwa pulang saya akan dimarahi. Di dalam hati saya menyalahkan Yesus karena selalu datangkan kesialan bagi saya. Sesampainya di rumah bambu kecil pun menari di sekujur tubuh ini, sudah jatuh ketimpa tangga dan jatuh lagi tertimpa tangga lagi. Begitu lah nasib saya.

Dengan raut ketakutan saya terbaring lemas di atas tempat tidur yang terbuat dari bambu di pojok kanan ruang tamu. Baju yang putih kini berubah nodah karena darah.

Dengan jeritan yang panjang saya pun menagis karena luka ditekan dengan kunyit yang dipanaskan di api. Karena terlalu sakit saya pun memberontak dan menendang bapak saya yang menahan kaki saya. Bapak pun terjatuh dan pergi ke dapur karena emosi. Dengan nada yang semakin rendah air mata mama pun tak bisa terbendung karena saya adalah anak laki laki tungal dari 4 saudari. Mama mulai menasehati saya sambil membuatkan teh panas dan meniup luka di tangan. Karena sudah berbuat salah sayapun hanya bisa pasrah dan mendengarkan nasehat Mama. Terdengar teriakan bapak dari luar,

”Vidi witi pira koi yang kasi pau?”

“Vidi sudah berapa kambing yang engkau kasi makan?” Tanya bapa denga nada keras.

“ Mari bapa mari witi pau wati amu ,dela go deka me ie tobi bele paere.”

(5)

“Sampaikan di bapa bilang tadi saya belum sempat memberi makan karena saya jatuh di pohon asam besar.”

Saya dan mama pun bercererita hingga rasa sakit tidak terasakan lagi dan saya terlelap dalam dinginya malam dibaluti tenunan mama yang rapih.

Saya terbangun karena dibangunkan oleh Ranty untuk segera mengikuti ujian akhir Semester hari ini. Jam pertama les matematika oleh ibu Irma. Saya di SMP sudah semangat dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan oleh bapak ibu guru, karena saya sudah menamkan rasa percaya diri komitmen dan kosisten dalam melakukan sebuah perubahan. Dan dalam melakukan satu perubahan membutuhkan pengorbana baik tenaga, luka, air mata dan batin. Ibu Irma mulai membagikan kertas ujian dan saya melihat bekas luka saya dan tersenyum sambil mengharapkan bias mengerjakan soal dengan baik dan benar.

Di kelas teman-teman yang dulu membenci saya dan menjauhkan diri, kini menjadi teman baik saya dan menjadi guru saya dakam kehidupan sehari hari. Dulunya yang biasa nyontek dan ngantuk ketika les, sekarang sudah berbenah dan berbeda dengan yang dulu. 9 menit lagi waktu ujian akan berakhir an pekerjaan saya sudah selesai. Saya kembali menggecek hasil pekerjaan, Padahal saya yang dulu sangat-sangat cepat bosan, bolosan, gondrong, melawan dan hal-hal buruk lainya. Lonceng pun berbunyi dan saya berdoa kepada tuhan.

“ Yah Allah terimakasih untuk pemberian dan pemeliharaanmu terlebih atas nafas kehidupan yang masih engkaau berikan kepada saya. Terimakasih juga untuk perubahan pada diri saya ini, saya merasa bangga juga kepada semua orang yang mendukung dan mendorong saya agar bias menjadi pribadi yang lebih baik.terlebih kepada ketua orang tua 2 kaka sya dan 2 adik saya, berikanlah mereka rahmat kebijaksanaan dan kesehatan agar bisa menjalani hari hari hidup mereka sesuai dengan kehendakMu saja amin.”

Saya berhasil mengerjakan soal dengan baik dan berada di peringkat 1 sebagai murid denga pengerjaan soal tercepat dan terbaik di sekolah. Saya menjadi kebanggaan teman-teman dan panutan di sekolah berkat prestasi yang saya torehkan. Namun,saya tidak pernah berbesar kepala dan sombong kepada teman-teman.

“Vidi selamat eeh! Kata ranti sambil berjabatan tangan.”

“Terimakasih juga Ran,berkat kamu juga saya bias berubah dan membenah.”

Kami berdua pun pergi ke perpustakaan tempat kami berdua berbagi pengelaman dan bercerita. Saya dan ranti pun semakin dekat dan menjadadi sahabat, dan

(6)

orang yang cocok untuk curhat. Hari itupun menjadi hari yang bersejarah dan selalu saya ingat di benak.

Sepulang sekolah saya memanggil mama saya dengan nada suara yang samar dan lesuh, sontak Mama saya langsung bertanya

”Nilai sare tea?”

“Nilanya baik tidak?”

Saya menjawab dengan nada ragu mencoba untuk membuat Mama penasaran.

”Holo hala”

“Kenapa tidak jawab?”

Dan saya pun menjawab dengan bahagia sambil memeluk ibu dan berkata”Saya punya nilai bagus ema saya paling tertinggi dari semua siswa.”

Sontak ibu saya tertawa sambil menangis bahagia karna melihat putra gantengnya mampu membahagiakan mereka. Ayah pun pulang dari mengajar dan mendapati ibu yang sedang menangis dan berkata

”Vidi kau buat Mama emosi lagi?”

Dengan nada yang sedikit keras bapak pun meengayunkan tangannya hendak menampar saya. Mama pun tertawa dan menghalang bapak.

”Ana nile sare me benge meraku”

“Anak punya nilai bagus kenapa engkau marah!

Dengan nada rendah sambil tertawa kecil, Bapak pun tersenyum dan memeluk bangga. Saya pun segera Mengganti pakayan dan memberi minum kambing yang kebetulan baru melahirkan 3 anak. Kebahagiaan pun meyelimuti seisi rumah. Setelah memberi minum kambing saya pun kembali ke kamar dan berbaring sembari membaca buku Teka-teki orang hilang yang terjadi sekitar tahun 1996-1999. Saya pun tertidur pulas diiringi dengan suara pertemuan batu mama yang sedang menitih jagung. Saya dibangunkan oleh meksi anaknya rex yang sedang menangis. Saya bangun, mencuci muka dan bergegas ke kebun untuk meemberi makan kambing. Namun, karena perubahan iklim yang pesat dan musim kemarau yang berkepanjangan membuat tumbuhan-tumbuhan mati karena kekeringan. Hal ini menyebapkan kelangkaan tumbuhan dan membuat ternak-ternak di desa tidak terlalu sehat.

(7)

Saya ditemani Rex yang suda mulai tua, kami berjalan cukup jauh dan akhirnya mendapat sayur yang subur di sekitaran pohon asam yang dulu saya celaka. Saya dan Rex istirahat di tempat dimana saya berbaring. Saya mulai mengingat tentang masa lampau dimana saya merasa malu dengan masa lalu dan berbangga dengan saya yang sekarang. Setelah istirahat yang cukup, saya mulai menebas pohon dengan berati-hati, dan berhasil mengumpulkan sekitar 2 ikat makanan. Rex berburu dan mengejar burung puyuh dan berhasil mendapatkanya karena Rex sudah mahir dalam berburu.

Kami berdua pulang dengan rasa bahgia, dan memberi makan kambing yang jumlahnya cukup banyak dan terkumpul dalam satu kandang besar di bawah pohon Reo.

Makanan ini tentunya belum cukup namun mau bagaimana lagi. Saya pulang dengan membawa burung hasil kejaran Rex, dan memberikan kepada adik sepupu saya.

Sesampainya di rumah, kondisi rumah sangat sepi, saya pun segera mengambil handuk yang sudah baru dan segera mandi. Sesudah mandi saya pun dikejutkan dengan kue ulangtahun karena hari ini adalah hari lahir saya. Ada teman teman kelas, teman kompleks , adik-adik dan semua keluarga berkumpul untuk merayakan hari ulangtahun saya ini. Begitu bahagianya hari itu dan sampai meneteskan air mata bahagia. Segala macam makanan yang saya suka tersedia di meja, mulai dari pisang bakar lawar siput, ubi kukus, dan masih banyak lagi. Saya pun diberi kesempatan untuk memimpin doa makan. Sesudah doa semua mata terpancar rasa cinta dan bahagia. Saya diolesi cream dan diberi kado berupa batu dan didalam kado itu tertera nama Ranty dan ada tulisan yang mengatakan bahwa maaf ia tidak bias hadir karena dia juga ada acara di rumah yang tidak bias ia tinggalkan. Di dalam surat itu tertulis juga

’’Jangan melihat isi melainkan keiklasan, meski hanya batu namun itu adalah satu tantangan untukmu apakah engkau mempu menjaganya dan bisa menunjukan kepada saya ketika saya menanyakan batu itu nanti.”

Saya tersenyum dan langsung mengamankannya di bawa tempat tidur. 1 minggu kemudian diumumkan hasil kejuaraan ahir semester, dan saya menempati peringkat satu kelas dan peringkat satu umum sekolah. Saya tak bisa lagi berkata kata karena sudah sangat bahagia.

Ada banyak luka, peluh, keluh dan jalan yang buntu namun, dengan kerja keras saya bisa merias kembali diri dan memperbaruhi dengan komitmen dan ketekunan.

- TAMAT-

“Pesan dari cerpen ini Adalah berani mengambil resiko ketika membuat suatu keputusan atau tindakan dan lebih mengutamakan kejujuran dalam melakukan suatu pekerjaan.dengan

(8)

berhati hati kita dihindari dari ancaman bahaya yang siap datang dan tak mengenal siapa dan dimana pun kita berada. Jangan lupa berdoa dan bersyukur kepada guru besar kita yaitu ALLAH. Tetap konsisten dan komitmen solidaritas harus ditumbuhkan dari dini, jika rapuh jangan dulu terjatuh mari melangkah maju karena di depan ada mimpi yang panjang. Jangan putus asah tetap cintai proses karena dewasa itu proses bukan pencapayaan.

dan semakin tinggi pohon semakin kencang juga angin yang menerpanya. Maka, kuatkanlah akar sejak dini agar nanti jangan merintih.”

Fredinandus Sili Making/SMAS Bhaktyarsa Maumere

Referensi

Dokumen terkait

 Nakabubuo ng talaan ng uri ng panitikan at mga elemento nito PAGTATAYA SA PANITIKAN  Pagtalakay sa iba’t ibang uri ng panitikan na mayroon tayo  Mga elemento at bahagi

Regionalisasi Rujukan Wilayah I adalah Rumah Sakit Umum Daerah Pariaman menerima rujukan dari RSUD Kabupaten Pasaman Barat, RSUD Lubuk Basung untuk pasien

Tercatat 113 jenis tumbuhan (meliputi 60 marga) yang dimanfaatkan oleh masyarakat Kasepuhan Desa Cisungsang untuk kehidupan sehari-harinya, termasuk sebagai lalab dan sayur (30

Pada metode granulasi kering, granul dibentuk tanpa campuran pelembab bahan pengikat kedalam campuran serbuk obat, tetapi dengan cara memadatkan massa yang jumlahnya

Abstrak:Penelitian ini memiliki maksud untuk untuk mengetahui sejauh mana pengaruh metode pembelajaran pemecahan masalah (problem solving) dan kemampuan berpikir

Masa telah berubah dan sudah saatnya kerja nyata dengan pencitraan itu dipisahkan, dalam tanda arti bila selama ini kita terpaku pada status

PENERAPAN LEAN DENGAN METODE VALUE STREAM MAPPING (VSM) DAN LEAN ASSESMENT PADA PRODUKSI GALVALUME.. (STUDI KASUS PT. INTI PRIMA KENCANA SEMARANG) THE APPLICATION OF LEAN BY VALUE

[r]