• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA DERADIKALISASI PADA NARAPIDANA TERORISME

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA DERADIKALISASI PADA NARAPIDANA TERORISME"

Copied!
140
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA

DALAM UPAYA DERADIKALISASI PADA

NARAPIDANA TERORISME

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.)

Oleh :

SITI NURHASANAH NIM : 11140520000042

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU

KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA DERADIKALISASI PADA NARAPIDANA

TERORISME Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Sosial (S.Sos.) Oleh : Siti Nurhasanah NIM : 11140520000042 Dibawah Bimbingan Tasman, M.Si NIP: 19730201 20411 1 003

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA TAHUN 1442 H/ 2021 M

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul STRATEGI KOMUNIKASI PENYULUH AGAMA DALAM UPAYA DERADIKALISASI PADA NARAPIDANA TERORISME (NAPITER) telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada Kamis, 01 Juli 2021 skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial pada Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam.

Jakarta, 19 Juli 2021 Sidang Munaqasyah

Ketua Sidang Sekertaris Sidang

Ir. Noor Bekti Negoro, M.Si Muhtar Mochamad Solihin, M.Si NIP. 19650301 199903 1 001 NIP. 198903032020121012

Anggota

Penguji I Penguji II

M. Jufri Halim, M.Si Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si NIP. 197307262014111002 NIP. 196906071995032003

Di Bawah Bimbingan

Tasman, M,Si NIP. 19730201 20411 1 003

(5)

LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasl karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata I di Fakulas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah

saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 23 Juli 2021

Siti Nurhasanah NIM : 11140520000042

(6)
(7)

ABSTRAK

Siti Nurhasanah/11140520000042, Strategi Komunikasi Penyuluh Agama Dalam Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme (Napiter) di bawah bimbingan Tasman, M.Si

Islam sebagai agama rahmatan lil alamin bermakna Islam dengan penuh kedamaian, keamanan, kenyamanan, dan perlindungan bagi seluruh umat manusia. Radikalisme merupakan paham kekerasan yang muncul sebagai akar dari tindak teror yang terjadi di masyarakat, hal itu telah memberikan dampak buruk bagi kondisi ekonomi, maupun psikologis mereka para korban, akibat dari tindak teror yang dilakukan oleh mereka penganut paham radikalsme. Menariknya strategi penanggulangan yang dijalankan pemerintah melalui Densus 88 membuat para pelaku semakin radikal karena Densus 88 menempuh jalan kekerasan. Maka dari itulah dalam menanggani permasalahan tersebut pemerintah melakukan strategi lain yakni soft approach pendekatan lebih kepada kelembutan, dan kasih sayang.

Program deradikalisasi bertujuan untuk menetralisir paham radikal sehingga mereka menjadi seseorang yang moderat, serta mau menerima, dan mengakui pancasila sebagai ideologi bangsa. Dengan demikian program deradikalisasi juga melibatkan beberapa penyuluh agama, salah satunya penyuluh agama dari Kementrian Agama guna membantu BNPT dalam melakukan program deradikalisasi yang dilakukan dalam bentuk penyuluhan. Adapun penelitian ini menggunakan beberapa teori yaitu teori komunikasi, radikalisme agama, serta strategi penyuluhan.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yang dalam mengetahui keabsahan datanya menggunakan teknik trigulasi data, dengan mengambil informasi dari dua responden penyuluh agama di lapas khusus BNPT Citeureup Bogor. Kemudian data dianalisis sesuai dengan teori komunikasi, radikalisme agama, dan strategi penyuluhan.

Hasil observasi dan wawancara penulis menunjukan bahwa ditemukan adanya strategi komunikasi yang digunakan saat melakukan penyuluhan seperti komunikasi antarpribadi antara penyuluh dengan narapidana terorisme, komunikasi kelompok, komunikasi persuasif serta bagaimana para penyuluh melakukan penyuluhan dengan strategi ceramah, diskusi, serta wawancara sehingga para napiter tidak merasa benar atas apa dengan yang mereka

(8)

bawa dan pahami dan strategi penyuluhan deradikalisasi yang diterapkan di lapas khusus BNPT yaitu proses identifikasi, rehabilitasi, reedukasi, resosialisasi dan reintegrasi, serta pengembangan masyarakat.

Keynote: Strategi Penyuluhan, Penyuluh Agama dan

(9)

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala Puji Bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis bisa menyelesaikan tulisan ini dengan seksama, terperinci, sedikit menggelitik dan terarah. Dengan semangat dan tanpa lelah terhenti diiringi rasa syukur dalam setiap nafas, dengan dasar keimaan yang kuat, ketegaran hati yang kokoh, mengantarkan penulis mampu menyelesaikan penulisan ini.

Dengan semangat Keindonesian, kemoderenan, dan kesetiaan antara Lembaga Pemerintah dan Perguruan Tinggi Islam Negeri Di Indonesia menjadikan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta patut menjadi pusat peradaban pendidikan yang berbasis ke-Islaman dan Ke-Indonesiaan dalam menghadapi tantangan global.

Dengan semangat Keindonesiaan dan Keislaman yang terbentuk dalam diri, itulah yang menjadi pilar terpenting dalam berdemokrasi bagi setiap insan cita, didorong keberanian dalam berpendapat, tanpa mengindahkan kelemahan dalam berpikir, kelemahan menjadi tantangan bagi setiap insan akademis melalui hal itu organisasi kepemudaan menjadi garda terdepan sebagai ruang aktualisasi diri dalam mengoptimalkan komoditas primer yang dibutuhkan.

Hal itulah yang menjadi pengantar penulis agar bisa ikut andil dalam menangkis dan memberikan kontribusi dalam menjawab tantangan dan isu nasional maupun regional dalam tubuh Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI.

(10)

Pancasila sebagai ideologi bangsa begitupula NKRI sebagai marwah setiap manusia berjiwa pengabdi melalui bingkai keadilan sosial haruslahh tertanam dalam qalbu agar persoalan Keislaman dan keindonesiaan tentu kiranya mampu menjadi wadah kemajuan, dan perbaikan konsep dan dedikasi. Maka dari situlah muncul keresahan untuk meneliti persoalan melalui pendidikan karakter dalam menghadapi tantangan generasi milenial dalam menghadapi tantangan globalisasi, dan westernisasi.

Dalam wujud kekaryaan nyata yang dimiliki diharapkan penelitian ini menjadi sumbangsih dalam keilmuan dakwah terkhusus ilmu kepenyuluhan untuk generasi mendatang, kekaryaan menjadi modal utama dalam marwah Ciputat sebagai keunggulan dalam menuang, dan menyajikan pemberitaan dan penerangan bagi semua kalangan masyarakat tanpa membedakan latarbelakang agama, ras, suku dan budaya.

Begitu lama proses penulis dalam melakukan penelitian ini hingga penulis bisa menyelesaikan tulisan ini tanpa rekayasa. Namun dengan semangat penulis sampaikan. Selain itu tentu penulis juga sangat berterima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu penulis dalam penelitian ini diantaranya kepada:

1. Suparto, M.Ed, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Dr Siti Napsiyah,S.Ag, BSW,MSW sebagai Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, serta Cecep Castrawijaya, MA selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan, Alumni, dan Kerjasama.

(11)

2. Ir. Noor Bekti Negoro, SE, M.Si. sebagai Ketua Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang senantiasa mengayomi, dan mencurahkan waktu, tenaga, serta pikirannya untuk memberikan arahan dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. Artiarini Puspita Arwan, M.Psi sebagai sekretaris Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang senantiasa mengerti, dan memahami penulis.

4. Musfiroh Nurlaili H., M.A. selaku Pembimbing Akademik Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam angkatan 2014 yang selalu memberikan bimbingan, waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, waktu, dan curahan pikiran serta saran kepada penulis.

5. Tasman, M.Si selaku dosen pembimbing yang senantiasa meluangkan waktu, tenaga, serta curahan pemikiran dalam memberikan arahan, bimbingan serta saran dalam penyusunan penelitian ini.

6. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan memberikan ilmu bermanfaat kepada penulis selama menempuh pendidikan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kepada segenap pimpinan dan karyawan perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dan Perustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membantu memfasilitasi penulis untuk pencarian sumber.

(12)

8. Kepada pihak BNPT pak Anugrah, pak Toto, mas Tutur dan ibu Rose penulis menghaturkan terima kasih atas bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepada para informan yang telah bersedia meluangkan waktunya dan membantu penulis untuk melakukan penelitian ini. 10. Teruntuk Ibu, serta bapakku tercinta yang senantiasa

mencurahkan seluruh kasih sayang, tenaga, serta isi hati dalam mendidik, dan merawat sendari kecil sampai saat ini, di salah satu puncak kebahagian penulis.

11. Seluruh kader dan keluarga besar komisariat HMI komfakda terkhusus angkatan 2014 yang telah memberikan ruang bagi penulis untuk berproses bersama di himpunan tercinta.

12. Seluruh Keluarga Besar Lapmi HMI Cabang Ciputat yaitu ka Akmal, ka Tanto, ka Nuna, Ka Erfan Ma’ruf, ka Moh. Syauqi, ka Deni Hidayat, ka Rahma Sari, ka Agita Surya, ka Agustina, Moch Daniel Halim Badran, Tafrichul Fuady Absa, Sa’dullah, Ilka Sawidri, Ratu Aisyah, Agung Apriliani, Ika Wahyuni, Helen Sagita dll.

Semoga segala bentuk bantuan dan masukan yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT, selain itu semoga segala yang diharapkan dan dicita-citakan kita semua dapat terwujud dan terealisasikan serta mendapatkan ridha dari Allah SWT. amin

Penulis menyadari dalam penelitian ini masih banyak kekurangan dalam proses penulisannya, dengan adanya kekurangan tersebut penulis berharap masukan, kritikan dan saran

(13)

agar dapat menjadi acuan dalam pembelajaran baik bagi penulis maupun para pembaca yang budiman.

Terakhir semoga skripsi dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya, dalam mengerjakan tugas akhir mahasiswa serta terkhusus adik-adik dari program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam

Jakarta, 28 Mei 2021

.

(14)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... …… i

KATA PENGANTAR ... ….. iii

DAFTAR ISI ... …. viii

BAB I : PENDAHULUAN ………... 1

A. Latar Belakang ... … 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah ... …. 7

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... …. 8

D. Metodelogi Penelitian ... …. 9

E. Tinjauan Pustaka ... …..14

F. Sistematika Penulisan ... …..20

BAB II : LANDASAN TEORI ……….. 24

A. Strategi Komunikasi ……….. 24

a. Pengertian Strategi dan komunikasi ……… 26

b. Pengertian Strategi Komunikasi ……….. 31

c. Elemen-elemen Komunikasi ……… 31

B. Penyuluhan ………... …..33

a. Pengertian Penyuluhan ………..33

b. Pengertian Penyuluh Agama ……… 36

C. Radikalisme, Radikalisasi Deradikalisasi ………. 41

a. Pengertian Radikalisme dan Radikalisme Agama… 43 b. Pengertian Radikalisasi dan Deradikalisasi ………. 49

D. Terorisme dan Narapidana Terorisme ... ….. 52

a. Pengertian Narapidana ………. 52

(15)

c. Anarkisme Sosial ……….. 58

d. Hak-hak Narapidana ………. 59

BAB III : GAMBARAN UMUM TENTANG BNPT ….... 68

A. Profil BNPT ………... 68

B. Sejarah BNPT ……… 69

C. Tugas Pokok dan Fungsi BNPT ……… 70

D. Visi, dan Misi BNPT ……… 71

E. Struktur Organisasi Kelembagaan BNPT …………. 72

F. Tugas Pokok dan Fungsi Unit Kerja ………. 73

BAB IV : HASIL DAN TEMUAN LAPANGAN ………. 87

A. Program Deradikalisasi BNPT ……….. 96

B. Kegiatan Penyuluhan di Lapas Khusus ………. 100

BAB V: ANALISIS DAN PEMBAHASAN ………. 101

A. Analisis Strategi Komunikasi ………. 101

B. Media komunikasi ……….. 105

C. Analisis Pelaksanaan Deradikalisasi ……… 105

BAB VI : PENUTUP ……….. 107 A. Kesimpulan ………... 107 B. Implikasi ………... 108 C. Saran ………. 108 DAFTAR PUSTAKA ……… 110 LAMPIRAN ... 115

(16)
(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Semboyan “Bhineka Tunggal Ika” yang berarti berbeda-beda namun tetap satu tujuan menunjukan bahwa jelas nyata tentang kondisi Indonesia sebagai negara yang plurar yang bermakna beragam. Dengan demikian, menurut Harold J. Laski, Negara adalah suatu masyarakat yang diintegrasikan karena mempunyai wewenang yang bersifat memaksa dan secara yang lebih sah lebih berkuasa daripada individu atau kelompok yang merupakan bagian dari masyarakat.

Hal itu dilihat dari karakteristik bangsa Indonesia yang demokratis, moderat, toleran menjadikan Indonesia memilih menyatukan agama ke dalam negara, begitupun sebaliknya negara ke dalam agama tergantung bagaimana situasi, dan kondisi realitas sosial yang sedang terjadi di kehidupan bermasyarakat.

Dengan demikian, perlu kiranya diantara keduanya saling bergantung antara kebijakan mana yang lebih bisa di nilai

rasional, dan mampu dipertanggungjawabkan keabsahan

argumentasinya serta mau menerima pendapat dari pelbagai pihak.

Melihat fenomena di era digital inilah yang pada akhirnya terjadi konflik baru di kalangan masyarakat akibat dari

(18)

adanya globalisasi, dan kemajuan teknologi.1 Mengingat hal

tersebut mengakibatkan terjadinya kemunduran finansial,

sehingga mereka memilih radikalisme sebagai alternatif, dan melakukan berbagai aksi radikal di masyarakat sehingga terjadilah masalah terorisme.2

Terorisme sebagai salah satu aksi radikal di Indonesia menjadi bentuk ancaman bagi keberlangsungan suatu bangsa. Ancaman kejahatan terorisme saat ini masih berkembang di Indonesia. Menurut pusat pengkajian PPIM Islam dan Masyarakat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (PPIM) (2004) keberadaan terorisme bermula dari adanya ideologi radikal.

Terorisme adalah musuh bersama bagi bangsa, dan kemanusiaan. Oleh sebab itu pemberantasan harus dikaji secara komprehensif, berdasarkan hukum yang adil tanpa rekayasa, serta tetap menghormati prinsip dasar hak asasi manusia.3

Penanggulangan terorisme pada mulanya dilakukan melalui pendekatan kekerasan atau hard approach, di mana strategi ini dijalankan oleh Densus 88. Namun hal itu dinilai bertentangan dengan hak asasi manusia dengan adanya kelemahan tersebut pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan

1 Dr. Fayakhun Andriadi, M.Kom, Kebijakan Di Tangan Netizen (tantangan dan prospek demokrasi digital, (Jakarta: Rm Books, 2016).

2 http://nasional.tempo.co/read/1062388/. Lipi ungkap 4 alasan mengapa radikalisme berkembang di Indonesia, diakses pada 30 Agustus 2019.

3 Frassminggi Kamasa, Terorisme Kebijakan Kontra Terorisme Indonesia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2015) h. 138.

(19)

Terorisme (BNPT) melakukan strategi lain melalui soft approach yaitu melalui program deradikalisasi.4

Dalam beberapa kasus dari tayangan televisi, pemberitaan media baik cetak, elektronik serta internet terkait aksi teror setelah ledakan bom Bali I, dan II antara lain tragedi penyerangan, dan bom bunuh diri di Sarinah Jakarta Pusat, pembakaran, dan penyerangan kepada aparat kepolisian, aksi radikal penembakan di Mako Brimob Kebayoran Lama Jakarta Selatan, terakhir aksi bom bunuh diri di halte transjakarta Kampung Melayu Jakarta Timur.

Dengan melihat hal-hal diatas maka deradikalisasi merupakan program BNPT sebagai upaya untuk menetralisir paham-paham radikal melalui pendekatan intredisipliner. Seperti hukum, psikologi, agama, dan sosial budaya bagi mereka yang dipengaruhi paham radikal atau pro kekerasan.

Konsep deradikalisasi untuk menanggulangi terorisme ini dilakukan, dan disampaikan melalui proses penyuluhan di mana pendekatan yang digunakan pun mengutamakan dialog secara komprehensif, persuasif, penuh kelembutan dan kasih sayang.5

Secara umum penyuluhan bisa diartikan sebagai kegiatan pemberian penerangan kepada masyarakat, kemudian penyuluhan

4 Mochamad N. Febriyansah, Lailatul Khodriah, Raka K. Wardana, Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri Semarang: Upaya Deradikalisasi Narapidana

Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Keung Pane Semarang, vol 3

Nomor 1 Tahun 2017, 91-108.

5 Siti Nurmalita, “Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT)

Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan

(20)

dimaksudkan untuk mengajak, dan mengayomi orang lain atau orang yang disuluhi sadar, mau serta mampu untuk melakukan hal-hal baru serta perubahan pada dirinya, dan orang yang melakukan penyuluhan disebut penyuluh.6

Penyuluhan deradikalisasi ini dimaksudkan sebagai bentuk

pencegahan, dan penanggulangan terhadap permasalahan

terorisme, adapun pelaksanaan atau penerapannya BNPT melakukan strategi penyuluhan program deradikalisasi di dua tempat yaitu di dalam dan luar lapas.

Dalam upaya pencegahan, dan penanggulangan

permasalahan terorisme, sampai dengan saat ini BNPT telah melaksanakan pendekatan soft approach yang di mulai sejak tahun 2010, dan sampai saat ini BNPT sudah banyak melaksanakan penyuluhan program deradikalisasi baik di luar maupun di dalam Lapas.

Pelaksanaan penyuluhan program deradikalisasi di masyarakat merupakan salah satu bentuk pencegahan pemerintah terhadap paham radikalisme, di mana dalam pencegahan ini dilakukan kepada masyarakat umum, dan pelajar di luar lapas sebagai sasaran .

Penyuluhan program deradikalisasi yang dilakukan bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang penyimpangan paham tersebut, sehingga mereka bisa mendeteksi secara dini, dan

6

Zulkarnain Nasution, Prinsip-Prinsip Komunikasi Untuk Penyuluhan (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990), h. 6.

(21)

menangkal sejak awal agar bisa terhindar dari bahaya paham tersebut.7

Selanjutnya, dalam upaya penanggulangan terorisme BNPT melaksanakan penyuluhan program deradikalisasi di dalam lapas, penyuluhan ini merupakan strategi penyuluhan bagi mereka yang sudah terpapar paham radikalisme. Penyuluhan program deradikalisasi bertujuan agar mereka yang sudah terpapar mau meninggalkan, dan menghilangkan pemahaman radikalnya, sehingga pada saat kembali ke masyarakat mereka tidak lagi menganut paham radikalisme, dan melakukan tindakan kejahatan (aksi teror).

Dengan demikian narapidana terorisme yang telah menyelesaikan masa tahanannya, dan terintegrasi dengan masyarakat, mereka menjadi moderat, mau menerima dan mengakui pancasila sebagai ideologi NKRI. Kendati demikian, seiring berjalannya waktu ada hal menarik yang penulis lihat selama pelaksanaan penyuluhan program deradikalisasi, di mana penyuluhan program deradikalisasi dinilai kurang efektif, sehingga deradikalisasi belum berjalan dengan optimal.

Hal itu terjadi terutama dalam upaya penanggulangan terorisme di dalam lapas, di mana menurut penelitian-penelitian sebelumnya baik dari observasi lapangan, jurnal, skripsi, dan tesis mengatakan bahwa, seseorang yang sudah terpapar paham radikal,

7Josefhin Mareta, Rehabilitasi Dalam Upaya Deradikalisasi Narapidana

(22)

dirinya sukar untuk menerima pancasila, dan cenderung belum sepenuhnya dipercaya oleh masyarakat sekitar.

Kurang efektif, dan belum berjalan optimal dari program ini yaitu karena masih adanya kekerasan senjata dalam mengungkap aksi terorisme, hal ini menimbulkan rasa solidaritas, dan balas dendam pada jaringan radikalisme, pembiaran pengajaran paham radikal, sehingga hal itu membuat dorongan perlawanan melalui aksi teror terhadap negara semakin radikal, serta biaya untuk penyuluhan deradikalisasi yang terbatas padahal program deradikalisasi hadir sebagai solusi penanggulangan terorisme dengan pendekatan persuasive, penuh kelembutan dan kasih sayang.

Selain itu, BNPT sebagai lembaga negara yang berbentuk badan khusus dalam hal menangani permasalahan terorisme di Indonesia, dan langsung bertanggung jawab kepada Presiden yang akhirnya BNPT tidak bisa keluar dari koridor administrasi kenegaraan.

Dengan mempertimbangkan hal tersebut, dalam

pelaksanaan penyuluhan program deradikalisasi sendiri pemerintah harus lebih intensif, dan BNPT melalui programnya tidak bisa bergantung dengan hal itu karena penyuluhan program deradikalisasi harus berjalan terus menerus, serta konsisten agar penanggulangan terorisme di Indonesia bisa berjalan efektif, serta mendapatkan hasil optimal.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan program deradikasisasi, yaitu strategi komunikasi penyuluh,

(23)

kejelasan standar operasional program, koordinasi kewenangan yang baik, dan ketersediaan sumber daya.Kendati dengan kondisi seperti itu BNPT berhasil membuat narapidana terorisme bersedia untuk mengikuti program deradikalisasi, bekerjasma dengan pemerintah untuk memberi informasi jaringan, dan kepatuhan terhadap Pancasila.8

Maka dari itu sehubung dengan masih banyaknya kekurangan dengan alasan tersebut, inilah yang menarik perhatian penulis untuk meneliti, menelaah, dan memperhati proses pelaksanaan penyuluhan program deradikalisasi, sejauh ini meskipun dengan kondisi biaya yang terbatas, Oleh karena itulah penulis tertarik untuk mengambil tema, “Strategi Komunikasi Penyuluh Agama Pada Program Deradikalisasi Narapidana Terorisme (Napiter),”

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Agar penelitian terarah dan terperinci, maka penulis memfokuskan penelitian dengan membatasi masalah yang akan dibahas tentang bagaimana strategi komunikasi penyuluhan penyuluh.

2. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut:

8 Muh. Hamdan, Deradikalisasi Pelaku Tindak Pidana Terorisme Di Indonesia, (Tesis S2 Kajian Agama dan Studi Perdamaian, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).

(24)

1. Bagaimana Strategi Komunikasi Penyuluh Agama dalam pelaksanaan program Deradikalisasi Narapidana Terorisme (Napiter) ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Sebagai bentuk evaluasi Badan Nasional

Penanggulangan Terorisme (BNPT) sebagai lembaga khusus, serta pelayanan publik dengan lebih mengutamakan hak-hak narapidana sesuai dengan UU terorisme.

2. Manfaat Penelitian a. Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan keilmuan dalam ranah akademisi dan profesi penyuluh, baik penyuluh agama maupun sosial, meliputi Ilmu Dakwah, Ilmu Komunikasi, terkhusus Bimbingan dan Penyuluhan Agama, tempat penelitian ini dapat dijadikan sebagai rekomendasi untuk praktikum mahasiswa BPI dikemudian hari sehingga dapat terwujud kerja sama antara Program studi Bimbingan Penyuluhan Islam dengan Lembaga Pemasyarakatan, baik yang dijalankan secara sukarela, kelompok, maupun massa.

b. Teoritis

Diharapkan dalam penelitian ini dapat memberikan penguatan, dan dukungan, sebagai bentuk evaluasi kepada pemerintah Repulik Indonesia, atas segala permasalahan

(25)

sosial, finansial, keagamaan, dan kebudayaan. Maka dari itu perlu kiranya peran, serta penyuluh agama layak

dikatakan sebagai profesi yang profesional, dan

berintegritas.

D. Metodologi Penelitian

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif

deskriptif, yaitu penelitian yang bertujuan untuk

menggambarkan keadaan status fenomena secara sistematik dan rasional. Menurut M. Nazir dalam buku metodologi penelitian menyatakan, bahwa metode penelitian deskriptif merupakan proses pencarian fakta, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang teliti.9

Untuk melengkapi data yang sudah ada, penulis menggunakan cara sebagai berikut:

a. Data Primer (Primary Data), merupakan data utama yang diperoleh langsung dari responden berupa catatan tertulis dari hasil wawancara, serta dokumentasi.

b. Data Sekunder, merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan dengan masalah

(26)

dalam penulisan skripsi ini, seperti buku-buku, diktat dan literatur terkait.

2. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa metode sebagai berikut:

a. Metode Wawancara

Metode ini adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu.10

Wawancara yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu

penulis mengadakan komunikasi, langsung dan

mengajukan beberapa pertanyaan ke beberapa pihak yang bersangkutan baik lisan maupun tulisan, dan mendengarkan langsung keterangan-keterangan atau informasi dari tenaga ahli BNPT selaku penyuluh program deradikalisasi.11

b. Metode Observasi

Metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan, pencatatan secara sistematis dan kendala-kendala yang dihadapi tentang yang diteliti.12 Dalam penelitian penulis menggunakan metode observasi atau pengamatan yang

10Lexy Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Remaja Rosdakarya, 2000), h. 148

11 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Analisis

Statistik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), Cet 11, h. 24.

(27)

dilakukan dengan partisipasi. Dengan adanya sebuah pengamatan sambil berpartisipasi dapat menghasilkan data yang lebih banyak, lebih mendalam dan lebih terici. c. Metode Dokumentasi

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode

dokumentasi yang berhubungan dengan kegiatan

penyuluhan program deradikalisasi, dan para narapidana terorisme di lembaga pemasyarakatan (LP), foto-foto yang berhubungan dengan kegiatan, dan strategi penyuluhan yang dilakukan kepada para narapidana terorisme

3. Teknik Pengelolaan Data

Setelah terkumpul, selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah dengan mengelola data dengan cara editing, yaitu kegiatan mempelajari berkas-berkas data yang telah terkumpul, sehingga keseluruhan berkas itu dapat diketahui dan dapat dinyatakan baik.

4. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Teknik keabsaan data, data yang digali, dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian. Untuk menjaga keabsahan data dalam penelitian ini diperlukan teknik pemeriksaan. Adapun teknik pemeriksaan yang digunakan untuk menjaga keabsahan data adalah sebagai berikut:

a. Kriterium Kredibilitas/kepercayaan

Fungsinya adalah untuk melaksanakan inkuiri sedemikian rupa sehingga tingkat kepercayaan

(28)

mempertunjukan derajat kepercayaan hasil-hasil penemuan dengan jalan pembuktian oleh peneliti pada kenyataan ganda yang sedang diteliti.

kriterium kredibilitas ini menggunakan dua teknik pemeriksaan.

1. Ketekunan pengamatan

Dimaksudkan untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu dalam penelitian ini dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Dengan kata lain, penelitian mengadakan

pengamatan kepada subyek penelitian yaitu, 2. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Salah satu teknik triangulasi yang digunakan untuk penelitian ini adalah teknik triangulasi dengan sumber, triangulasi

dengan sumber akan digunakan untuk

membandingkan dengan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda. Hal ini dilakukan dengan cara:

(29)

a) Membandingkan data hasil wawancara dengan pengematan di lapangan,

b) Membandingkan keadaan dan perspektif

seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang lain,

c) Membandingkan hasil wawancara dengan hasil dokumen yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti. Wawancara tersebut untuk keperluan engecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.13

b. Kriterium Kepastian

Ada beberapa unsur kualitas yang melekat pada konsep objektif, dalam hal ini daap digali dari pengertian bahwa sesuatu objektifitas berarti dapat dipercaya, factual, dan dapat dipastikan. Dari sisi peneliti dapat membuktikan bahwa data-data ini terpercaya. Kepercayaan ini didasarkan pada hasil data-data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi terhadap subjek penelitian.14

5. Lokasi dan waktu penelitian

13 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidatullah Jakarta (Jakarta: UIN Press), h. 7

14

Farida Yusuf Taybnafis, Evaluasi Program (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), h. 166

(30)

Adapun waktu yang ditentukan dalam penelitian ini dimulai pada hari Rabu, 19 September 2019. Penelitian ini

dilaksanakan di Badan Nasional Penanggulangan

Terorisme (BNPT), Citeureup Bogor Jawa Barat 16810, Jalan Anyar 1221, Sukaharti, Kec. Citeureup, Bogor Jawa Barat.

6. Analisis Data

Dalam hal ini penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu penulis berusaha menggambarkan objek penelitian (Strategi Komunikasi Penyuluh Agama Dalam Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme) Citeurep Bogor dengan apa adanya, yaitu dengan kenyataan.

Adapun pedoman yang digunakan dalam teknik penulisan skripsi ini adalah mengacu pada buku “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis dan Disertasi)” yang diterbitkan oleh Center For Quality Development and Assurance (CeQDA) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2007 cetakan pertama.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam pengamatan penulis ada beberpa penelitian yang relevan dengan pembahasan skripsi ini. Diantaranya skripsi, tesis, disertasi dan jurnal yang berjudul sebagai berikut:

1. Josefhin Mareta, Jurnal Masalah-Masalah Hukum, judul jurnal, “Rehabilitasi Dalam Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme”. Jurnal ini membahas bagaimana

(31)

proses rehabilitasi pada narapidana terorisme. Hasil dari penelitian ini adalah terorisme sebagai permasalahan individual yang membutuhkan pembinaan khusus sesuai prinsip individual pembinaan, dan rehabilitasi yang efektif diperlukan partisipasi narapidana dan fasilitator, ketersediaan prosedur dan modul pembinaan, serta evaluasi keberhasilan rehabilitasi narapidana terorisme. Kelebihan dari penelitian ini yaitu dengan membahas secara rinci atas bagaimana urgensi proses rehabilitasi pada narapidana terorisme. Kekurangan penelitian ini belum maksimalnya belum efektifnya partisipasi narapidana dan ketersediaan prosedur serta modul pembinaan. Bedanya dengan penelitian ini

2. Farid Septian, Jurnal Kriminolog Indonesia, judul jurnal “Pelaksanaan Deradikalisasi Narapidana Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang”. Jurnal ini membahas bentuk pelaksanaan kegiatan deradikalisasi narapidana terorisme di dalam LP Cipinang. Dalam penelitian ini menyimpulkan bahwa bentuk pelaksanaan kegiatan deradikalisasi narapidana terorisme di dalam LP Cipinang Kelas I belum berjalan optimal, hal itu berdasarkan pelaksanaan pembinaan tidak jauh berbeda dengan narapidana lainya. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan penelitian ini

3. Irvan Roberto, Tahir Kasnawi, andi Alimuddin Unde, Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik, judul jurnal, “Strategi

(32)

Komunikasi Penyuluhan Program KB Vasektomi Masyarakat Miskin Perkotaan di Makassar”. Jurnal ini membahas tentang strategi komunikasi penyuluhan program KB dengan perencanaan komunikasi yang cukup baik yang melibatkan elemen-elemen penting dari strategi komunikasi seperti, tujuan pesan komunikasi, mengenal khalayak, menentukan komunikator, menyusun pesan, memilih saluran serta monitoring, dan evaluasi. Hasilnya, bahwa strategi komunikasi penyuluhan telah dilakukan dengan perencanaan komunikasi yang cukup baik

mengingat hal tersebut dilaksanakan dengan

memperhatikan elemen-elemen penting dari sebuah strategi komunikasi. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan penelitian ini

4. Gondo Utomo, Jurnal Komunikasi Islam, judul jurnal, “Merancang Strategi Komunikasi Melawan Radikalisme Agama”. Jurnal ini membahas tentang kampanye informasi dalam melawan radikalisme, di mana kampanye tersebut merupakan strategi perencanaan komunikasi dalam melawan radikalisme agama yang memiliki keterkaitan dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pelaksananya. Hasilnya

5. Saella Fitriana, Jurnal Departemen Hubungan

Internasional, judul jurnal “Upaya BNPT Dalam Melaksanakan Program Deradikalisasi di Indonesia”. jurnal ini membahas tentang program deradikalisasi sebagai

(33)

upaya BNPT dalam menanggulangi terorisme. Hasil dari penelitian ini yaitu, program deradikalisasi yang dikoordinasikan oleh BNPT disusun komprehensif, bersifat inklusif dan netral, dengan melibatkan berbagai lembaga pemerintah maupun non pemerintah, lapisan masyarakat, serta stakeholder terkait. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan penelitian ini

6. Try Prasetyo Aprianto, NIM: 108052000004, Program studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul “Strategi Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan Mu’alaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat”. Skripsi ini membahas strategi komunikasi penyuluhan yang terjadi di Yayasan An-naba’ Center antara pembina kepada para muallaf. Hasilnya, dalam proses komunikasi pada pembinaan muallaf secara garis besar terbangun dengan baik antara pembina kepada para muallaf ataupun sebaliknya, hal itu karena pembina memiliki terapan keilmuan komunikasi seputar komunikasi Antarpribadi, komunikasi Kelompok dan komunikasi massa, sehingga itu menyebabkan hubungan keakraban antara keduanya. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan penelitian ini 7. Siti Nurmalita Sari, NIM: 1111053000022, Konsentrasi

Manajemen Ziswaf Jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, dengan judul “Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Dalam

(34)

Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang”, skripsi ini membahas strategi BNPT dalam menanggulangi terorisme di Indonesia dengan menekankan soft approach dalam konsep deradikalisasi di Lembaga Pemasyarakatan

Cipinang. Hasilnya, melalui kebijakannya BNPT

menekankan strategi soft approach dalam konsep deradikalisasi untuk menanggulangi terorisme di Indonesia. yaitu pendekatan yang mengutamakan dialog secara komprehensif, persuasive, penuh kelembutan serta kasih sayang. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan penelitian ini

8. Muh. Khamdan, NIM: 10.2.00.1.24.08.0027, Kajian Agama dan Studi Perdamaian Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan judul “Deradikalisasi Pelaku Tindak Pidana Terorisme di Indonesia”, tesis ini membahas proses deradikalisasi bagi narapidana terorisme sebagai kebijakan pemerintah dalam strategi penanggulangan dan penanganan aksi terorisme di dalam Lembaga Pemasyarakatan maupun di luar Lembaga Pemasyarakatan. Hasilnya, bahwa pelibatan mantan narapidana terorisme memberi dampak positif terhadap perubahan sikap moderat narapidana terorisme. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan penelitian ini

(35)

9. Mochamad Nurhuda Febriyansyah, Lailatul Khodriah, Raka Kusuma Wardana, Jurnal hukum Universitas Negeri Semarang, judul jurnal “Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kedung Pane Semarang”, jurnal ini membahas tentang upaya deradikalisasi di Lembaga Pemasyarakatan Kedung Pane Semarang sebagai program pembinaan kepada marapidana terorisme dengan melakukan program antara lain pembinaan kepribadian dan pembinaan kemandirian. Hasilnya, LP Kadung Pane Semarang dalam upaya deradikalisasi narapidana terorisme telah berupaya secara maksimal melakukan pembinaan, meskipun mengalami beberapa kendala. Faktor sarana dan prasarana, jumlah petugas yang minim, kurangnya kerjasama dengan lembaga-lembaga lain serta sifatbyang tidak ingin dirubah dari narapidana menjadi kendala upaya deradikalisasi, sifat tidak ingin berubah dari narapidana teroris sebagai kendala

terbesar dalam upaya deradikalisasi. Kelebihan.

Kekurangan bedanya dengan penelitian ini

10. Sihabudin Noor, Penyuluh Untuk Harmoni Antar Umat Beragama Di Indonesia, (Jakarta : Jurnal Suluh Bimbingan Dan Penyuluhan Islam, 2016). Jurnal ini menjelaskan

tentang istilah kepenyuluhan (extension) yang

dikembangkan pertama kali di Universitas Oxford dan Universitas Cambrigde pada tahun 1850, dalam istilah terminologi bahasa Belanda disebut woorlichiting (obor,

(36)

ina) bermakna menerangi. Kelebihan. Kekurangan bedanya dengan penelitian ini

Berbeda dengan sepuluh penelitian sebelumnya, penulis lebih memfokuskan pada penggunaan strategi penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh agama dalam upaya deradikalisasi pada narapidana terorisme, sehingga penelitian yang akan penulis teliti berjudul, “Strategi Komunikasi Penyuluh Agama Dalam Upaya Deradikalisasi Pada Narapidana Terorisme (Napiter).”

F. Sistematika Penulisan

Penyusunan skripsi ini terdiri dari 6 bab, dan masing-masing bab dibagi menjadi beberapa sub-sub bab. Sistematika tersebut dirumuskan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan yang akan membahas tentang garis besar penelitian ini, meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metodologi penelitian yang didalamnya memuat jenis dan pendekatan penelitian, sumber data, metode dan pengumpulan data, analisis data, dan terakhir sistematika penulisan skripsi. BAB II: Landasan Teori yang membahas tentang ruang

lingkup radikalisme, radikalisme agama,

deradikalisasi, penyuluhan, strategi penyuluhan, narapidana, dan terorisme.

BAB III: Tinjauan Umum Tentang Lembaga BNPT dan Lapas Sentul Bogor, kegiatan penyuluhan program

(37)

deradikalisasi, strategi penyuluhan yang digunakan, struktur pengurus rutin yang diadakan oleh Penyuluh Agama.

BAB IV: Temuan Lapangan Umum di bab ini akan diuraikan tentang peran serta fungsi penyuluh secara

luas, serta sumbangsih dalam menangkal

radikalisme agama.

BAB V: Analisis Data dan Pembahasaan yang terbagi menjadi beberapa sub bab. Analisis terkait strategi komunikasi penyuluhan, dan analisis pelaksanaan kegiatan penyuluhan sebagai upaya deradikalisasi pada napiter.

BAB VI: Penutup meliputi kesimpulan dari penulis mengenai hal-hal yang telah dibahas oleh penulis dalam penelitian ini serta saran-saran kemudian diakhiri dengan daftar kepustakaan, dan lampiran-lampiran baik berupa foto maupun hasil wawancara.

(38)

DAFTAR PUSTAKA

Djelantik, Sukawarsini. 2010, Terorisme Tinjauan Psiko-politis, Peran Media, Kemiskinan, dan Keamanan Nasiona, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Efendi, Onong Uchjana. 1992, Dinamika Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Febriyansah, Mochamad N, Lailatul Khodriah, Raka K. Wardana, Upaya Deradikalisasi Narapidana Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Keung Pane Semarang, Seminar Nasional Hukum Universitas Negeri, Vol. 3 Nomor 1 Tahun 2017.

Fitriana, Saella. Upaya BNPT Dalam Melaksanakan Program Deradikalisasi di Indonesia, Jurnal Internasional, Vol 2, Nomor 3 Tahun 2016.

Hamdan, Muh. Deradikalisasi Pelaku Tindak Pidana Terorisme Di Indonesia, Tesis, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015. Handayani. Yeni, Peranan BNPT Dalam Penanggulangan Terorisme,

Media Pembinaan Hukum Nasional, 2016.

Hendro priyono, A.M. 2009, Terorisme Fundamentalis Kristen, Yahudi, Islam, Jakarta: Kompas Media Nusantara.

Kamasa, Frassminggi . 2015, Terorisme Kebijakan Kontra Terorisme Indonesia, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Moleong, Lexy. 2000, Metodelogi Penelitian Kualitatif, Bandung: CV Remaja Rosdakarya.

Nasution, Zulkarimein. 1990, Prinsip-prinsip Komunikasi Penyuluhan, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Nurmalita, Siti. Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Rokmad, Abu. Pandangan Kiai Tentang Deradikalisasi Paham Islam

Radikal di Kota Semarang, Jurnal Analisa Vol 21 Nomor 01 Juni 2014.

Septian, Farid. Pelaksanaan Deradikalisasi Narapidana Terotisme di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Cipinang, Jurnal Kriminolog Indonesia, Vol. 7 No.I Mei 2010.

(39)

Sihabuddin Noor, Penyuluh Untuk Umat Beragama Di Indonesia, (Jakarta: Jurnal Suluh Bimbingan dan Penyuluhan Islam, 2016). Jurnal ini menjelaskan tentang istilah kepenyuluhan (extension) yang dikembangkan pertama kali di Universitas Oxport dan Universitas Cambrigde pada tahun 1850, dalam istilah terminology bahasa Belanda disebut woorlichiting (obor, ina) bermakna menerangi.

Sutrisno, Hadi. 2000, Metodologi Research, Yogyakarta: Andi.

Umam, Khairul. 1998, Bimbingan dan Penyuluhan, Bandung: Pustaka Setia.

Wawancara Penyuluh, dan Observasi Pusat Pengamanan BNPT Lapas Bogor, Jawa Barat

http://nasional.tempo.co/read/1062388/lipi-ungkap-4-alasan

--mengapa-radikalisme-berkembang-di-indonesia. diakses

pada 30 Agustus 2019 pukul 16:00.

https://beritabaru.co/mahfud-md-sampaikan-indonesia-adalah-laboratorium-pluralisme/ diakses Rabu, 19 Febuari 2020.

https://kumparan.com/erucakra-garuda-nusantara/pergeseran-orientasi-terorisme-di-indonesia-2000-2018 diakses pada 30

September 2019.

https://www.ilmudasar.com/2017/08Pengertian/radikalisme, diunduh 10 September 2019.

Jalaludin Rahmat, Islam Dan Pluralisme : Akhlak Quran Menyikapi Perbedaan, (Jakarta Serambi,2006), Cet Ke-2, h.126.

(40)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Landasan Teori Strategi Komunikasi Penyuluhan, Radikalisme Agama, dan Deradikalisasi

1. Pengertian Strategi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia bahwa strategi adalah seni atau ilmu yang menggunakan sumber daya untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Secara bahasa strategi berasal dari bahasa yunani, yaitu “Strattegeia” atau sering disebut stratos yang berarti militer. Pada awalnya strategi diartikan sebagai generalsshift atau suatu yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan perang.15

Strategi menurut istilah adalah proses penentuan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan.16

Sedangkan menurut para ahli pengertian strategi dapat didefinisikan sebagai berikut:

15 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional RI, Kamus Besar Bahasa

Indonesia edisi ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2005), h. 100

16 Siti Nurmalita, “Strategi Badan Nasional Penanggulangan Terorisme

(BNPT) Dalam Upaya Deradikalisasi Pemahaman Agama Narapidana Terorisme di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Cipinang, (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016),h. 18.

(41)

a. Menurut Sondang Siagan, Strategi adalah cara yang terbaik untuk mempergunakan dana, daya, dan tenaga yang bersedia sesuai tuntunan perubahan lingkungan.17

b. Menurut Chaldler yang dikutip Supriyono, strategi adalah penentuan dasar goals jangka panjang dan tujuan perusahaan serta pemakaian cara-cara bertindak dan alokasi sumber-sumber yang di perlukan.18

c. Menurut Prof. Dr. Onong Uchyana Efendi, MA. Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (planning), dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak hanya berfungsi sebagai peta jalan yang hanya memberi arah saja, melainkan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.19 d. Menurut Prof. Dr. A.M. Kardiman, Strategi adalah penentuan

tujuan utama yang berjangka panjang, dan sasaran dari suatu perusahaan atau organisasi serta pemilihan cara-cara bertindak dan mengalokasikan sumber daya yang diperlukan untuk tujuan tersebut. Jadi startegi menyaut soal pengaturan berbagai sumber daya yang dimiliki perusahaan agar dalam jangka panjang tidak kalah bersaing.20

Berdasarkan beberapa definisi diatas, penulis

menyimpulkan bahwa strategi yaitu cara, atau taktik yang

17

Sondang Siagian, Analisa Serta Kebijaksanaan dan Strategi Organisasi. (Jakarta: PT Gunung Agung , 1986), cet ke-2, h.17.

18 Supriyono, Manajemen Strategi dan Kebijakan Bisnis (Yogyakarta: BPFE, 1986) h. 9

19 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktik, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), cet Ke-4, h.32

20 A.M. Kardima, Pengantar Ilmu Managemen, (Jakarta: PT. Pronhalindo), h. 58

(42)

digunakan untuk mencapai tujuan dengan menggabungkan antara konsep, gagasan, visi, dan misi.

2. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi secara etimologi berasal dari kata latin cum, yaitu kata depan yang berarti dengan dan bersama dengan, dan unus, yaitu kata bilangan yang berarti satu. Dari kata itu terbentuk kata benda communio yang dalam bahasa Inggris menjadi communion dan berarti kebersamaan, persatuan, persekutuan, gabungan, pergaulan, hubungan.21

Selain itu menurut Onong Uchjana Effendy

mendefinisikan komunikasi secara etimologi berasal dari bahasa latin communication, yang bersumber dari kata Communis yang berarti “sama” dalam artian sama makna.22 Menurut Bitter yang dikutip dari Wiryanto menerangkan bahwa komunikasi adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerima pesan orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya, dan berbagai peluang untuk memberikan umpan balik.23

Pengertian komunikasi secara terminologi, Onong Uchjana mendefinisikan dalam bukunya bahwa komunikasi merupakan sarana sebagai proses penyampaian suatu pertanyaan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahukan atau merubah sikap, mendapat, atau prilaku,

21 Khairul Umam, Bimbingan dan Penyuluhan, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), h. 17.

22 Onong Uchjana Effendy, Komunikasi: Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), hal. 9.

(43)

baik langsung, secara lisan maupun secara tidak langsung dengan media sebagai sarananya.24

Secara sederhana dapat dikatakan proses komunikasi akan terjadi apabila ada pengirim menyampaikan informasi berupa verbal maupun non verbal kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia, maupun dengan medium tulisan. Selain pengertian diatas, beberapa pakar komunikasi mendefinisikan komunikasi dengan artian lain yaitu:

a. Menurut Breslon dan Steiner mengatakan bahwa, “Komunikasi sebagai penyampai informasi, ide, gagasan, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui penggunaan simbol, kata, gambar, grafik, dan lain-lain. Kemudian Shannon dan Weaver mengartikan komunikasi sebagai mencakup prosedur melalui nama pikiran seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain”.25

b. Wibram Scrahmm mengatakan bahwa komunikasi didasarkan atas hubungan (intune) antara satu dengan yang lain, fokus pada informasi yang sama, sangkut paut tersebut berada dalam komunikasi tatap muka (face to face communication).26

Kata atau istilah “komunikasi” diambil dari

terjemahan bahasa Inggris ‘Communication’ yang

24

Onong Uchjana Effendy, Komunikasi:Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1997), h. 9.

25 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: Rajawali Press, 2005).

26 Onong Uchjana Effendy, Kepemimpinan dan Komunikasi, (Bandung: CV Mandar Maju, 1998), hal. 59.

(44)

dikembangkan di Amerika Serikat, dan komunikasi pun berasal dari unsur persuratkabaran, yaitu journalism. Dalam arti kata lain menurut buku Dr. Hj. Roudhonah, M.A komunikasi berasal dari perkataan Latin, yaitu:27

1. Communicare, yang berarti berpartisipasi ataupun memberi tahukan.

2. Communis, yang berarti milik bersama ataupun berlaku di mana-mana.

3. Communis Opinion, yang berarti pendapat umum ataupun pendapat mayoritas.

4. Communico, yang berarti membuat sama.

5. Communicatio yang bersumber dari kata Comunis yang berarti sama, maksud disini yaitu sama makna.

Adapun pengertian komunikasi secara etimologi ini memberi pengertian bahwa komunikasi yang dilakukan hendaknya dengan lambang-lambang, atau bahasa yang mempunyai kesamaan arti antara orang yang memberi pesan dengan orang yang menerima pesan.

Menurut pandangan ahli Carl I. Hovland, mengatakan bahwa komunikasi adalah “The process by which an individuals (the Comunikator) transmits stimuli (usually Verbal Symbols) to modify the behavior of other individuals (Communicant) ”proses di mana seseorang (Komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang untuk mengubah tingkah laku orang-orang lain. (komunikan). Jadi bagaimana

27

Dr. Hj. Roudhonah, Ilmu Komunikasi, (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 21-22.

(45)

pesan bisa diterima dengan baik, efektif, dan komunikatif, yaitu dengan menggunakan lambang atau simbol antara pemberi pesan, dan penerima pesan.28

Dari beberapa definisi baik secara bahasa, atau istilah dapat penulis disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses, tergantung bagaimana sudut pandang subjek yang menyajikan, dengan kata lain komunikasi dipahami sebagai “siapa berkata apa, kepada siapa, untuk apa serta bagaimana dampak atau efek yang timbul dari si penerima pesan, (stimulus-respon)”.

A. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi interpersonal atau antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan penerima pesan (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dapat dikatakan terjadi secara langsung apabila pihak-pihak yang terlibat komunikasi dapat saling brbagi informasi tanpa melalui media.29

a. Tujuan Komunikasi Antarpribadi

Tujuan komunikasi antrapribadi menurut Suranto Aw dalam bukunya yang berjudul Komunikasi Interpersonal menyebutkan bahwa tujuan komunikasi antarpribadi ada delapan diantaranya:

1) Mengungkapkan perhatian terhadap orang lain

29

Suranto Aw, Komunikasi Interpersonal, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2011), cet 1, hlm 5

(46)

2) Mengenal diri sendiri dan orang lain 3) Mengetahui dunia luar

4) Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis dan lebih bermakna

5) Mempengaruhi sikap dan prilaku 6) Mencari hiburan

7) Menghindari kerugian akibat salam komunikasi 8) Memberikan bantuan berupa konseling.30 B. Komunikasi Persuasif

Komunikasi persuasif merupakan salah satu cabang komunikasi yang sering sekali kita temukan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam media massa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.dengan demikian komunikasi dapat bermakna pemberitahuan, pembicaraan, percakapan, pertukaran pikiran atau hubungan. Sedangkan persuasif menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti ajakan kepada seseorang dengan cara memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkan. Jadi komunikasi persuasif adalah pengiriman atau penerimaan pesan yang bertujuan untuk mengubah atau mempengaruhi komunikan dengan apa yang dimaksud komunikator.

30 Roudhonah, Ilmu Komunikasi (Jakarta: UIN Jakarta press, 2007) hlm.113-114

(47)

3. Strategi Komunikasi

Adapun pengertian dari strategi Komunikasi yaitu panduan perencanaan komunikasi (communication planning)

dengan manajemen komunikasi (communication

management) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi komunikasi bisa berbeda-beda bergantung pada situasi, dan kondisi.

Strategi komunikasi ini digunakan untuk memastikan bahwa klien atau komunikan mengerti pesan yang diterimanya, jika sudah dapat mengerti, dan menerima maka penerimaannya harus dibina, dan pada akhirnya kegiatan dimotivasikan. Maka dari itu, strategi komunikasi dapat mengubah pendapat, sikap dan aksi seseorang. Strategi komunikasi harus bersifat dinamis, saat terjadi perubahan situasi atau kondisi yang terjadi pada komunikan, komunikator yang harus melakukan perubahan strategi komunikasi yang telah dijalankan.31

4. Elemenen-elemen Komunikasi

Dalam sebuah jurnal tentang komunikasi menyebutkan

elemen-elemen komunikasi yang membentuk proses

komunikasi antara lain yaitu

1) People (komunikator dan komunikan)

Komunikasi melibatkan orang bisa antarpribadi,

kelompok kecil, dan publik berlangsung antara dan diantara

31

Trisnayanti, Strategi Komunikasi Penyuluh Agama Islam Fungsional Dalam

Upaya Pencegahan Perceraian Di Kabupaten Tangerang, (Tesis S2 Program

Magister Komunikasi Penyiaran Islam, Fakultas Ilmy Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2018) hal, 32-33

(48)

semua tipe sender dan receiver (bergantian merupakan individu-individu yang memberikan dan menerima pesan secara serempak).

2) Message (pesan)

Bersifat verbal (menggunakan kata-kata) dan non-verbal antara lain: kedekatan, sentuhan, aroma, waktu, gerakan mata, gerakan tangan dan kepala, teriakan, dll.

3) Channel (saluran)

Saluran yang digunakan dalam berkomunikasi, misalnya

semua indera kita. Manusia adalah multi channel

communicator.

4) Noise

Merupakan distorsi yang berpotensi menggangu aktivitas komunikasi, misal: aroma yang terlalu tajam, suara bising ruangan yang panas, dll.

5) Context

Kita berkomunikasi selalu berada dalam suatu konteks. Misalnya, kadang dalam konteks organisasi, lalu berubah menjadi konteks akrab/keluarga.

6) Feedback

Merupakan respon balik dari pihak lain yang menerima pesan terhadap pesan yang kita sampaikan. Feedback dapat dibedakan menjadi:

(49)

Immediate (langsung), delayed (tertunda), lalu positive atau negative.

7) Effect (dampak)

Komunikasi berdampak atau berpengaruh terhadap orang lain. Dampaknya bisa bermacam-macam misal: pengetahuan, sikap atau perilaku, tindakan, atau campuran.32

5. Pengertian Penyuluhan (konseling)

Secara harfiah, penyuluhan bersumber dari kata “suluh” yang berarti “obor” ataupun alat untuk menerangi kegelapan. Dari situ dapat diartikan bahwa penyuluhan bertujuan untuk memberikan penerangan serta penjelasan kepada yang disuluh. Maksud dari istilah penyuluhan adalah mengandung arti menerangi, menasehati, atau memberi kejelasan kepada orang lain agar memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya.33

Penyuluhan merupakan kegiatan penerangan ataupun penjelasan kepada orang yang disuluhi agar tidak lagi berada dalam posisi yang gelap terhadap suatu masalah tertentu, dan adanya perubahan dalam pengetahuan, sikap, dan prilaku dari penyuluhan yang mampu di serap secara bertahap dan bukan instan.

Istilah Penyuluhan dalam paper yang ditulis oleh penulis sebagai sebuah sentuhan awal tentang ilmu

32 library.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2/2012-1-00374-MC%20Bab%202. pdf halaman 6-9 diunduh pada 16 Juli 2021.

33

Zulkarimein Nasution, Prinsip-prinsip Komunikasi Penyuluhan, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1990) h. 7

(50)

bimbingan, dan penyuluhan yang merajuk pada beberapa buku salah satunya, buku hamdani dan afiffudin tahun 2012 menyebutkan bahwa, penyuluhan adalah suatu pelayanan, atau sistem untuk membantu masyarakat melalui cara pendidikan, dalam memperbaiki metode dan teknik suatu kegiatan, meningkatkan efisiensi produksi dan pendapatan lebih memperbaiki tingkat hidup masyarakat dan mengangkat standar sosial dan pendidikan kurang dari baik.34

Sedangkan menurut M. Arifin dalam bukunya yang berjudul pedoman pelaksanaan bimbingan, dan pelaksanaan penyuluhan agama menuturkan bahwa “penyuluhan” mengandung arti “menerangi, menasehati, atau memberi kejelasan” kepada orang lain agar memahami atau mengerti tentang hal yang sedang dialaminya.35

Menurutnya, penyuluhan tidak hanya proses perubahan perilaku pada diri sendiri, akan tetapi sebuah proses perubahan sosial yang mencakup banyak aspek, termasuk politik dan ekonomi dalam jangka panjang secara bertahap mampu diandalkan serta menciptakan pilihan-pilihan baru untuk memperbaiki kehidupan masyarakatnya.36

Selain itu, penyuluhan merupakan pendidikan non formal untuk masyarakat yang kurang beruntung dimana

34Hamdani dan Affifuddin, Bimbingan dan Penyuluhan. (Bandung: Pustaka Setia, 2012)

35

M, Arifin Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama, (Jakarta: PT Golden Terayon Press, 1994), Cet ke-5, h 1

36Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluhan Agama,(Jakarta: PT. Golden Trayon Press,1982), h. 40

(51)

mereka belajar sambil berbuat untuk menjadi tahu, mau dan bisa menyelesaikan sendiri masalah yang dihadapi dengan baik, menguntungkan dan memuaskan.

Maka mengingat hal tersebut, dari berbagai pengertian di atas menyimpulkan bahwa, penyuluhan membutuhkan suatu ketegaran, semangat, stamina yang stabil, realistik ketika menilai pencapaian, memelihara stamina yang stabil, realistik ketika menilai pencapaian, memelihara kontinuitas, serta tidak tergoda oleh desakan tergesa-gesa ingin segera memetik hasil pada prosesi penyuluhan tersebut.

a. Pengertian Penyuluh

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, penyuluh berasal dari kata “suluh” yang artinya barang yang dipakai untuk menerangi (biasa dibuat dari daun kelapa yang kering dan damar) obor. Sedangkan pengertian dalam arti lain yaitu, penerangan, penunjuk jalan.37

Seorang penyuluh bisa dikatakan sebagai tempat berlindung dari segala kesalahan batin. Seorang tokoh agama yang berkharisma, berwawasan luas, menerima perbedaan dapat juga dikatakan serta berfungsi sebagai penyuluh kehidupan beragama dalam masyarakat sekitarnya, karena ia memiliki jiwa yang tenang, stabil, menentramkan orang lain yang berada didekatnya.

Apabila dirinya memberikan petuah-petuah dengan nada ucapan dan gaya yang menyejukkan hati, maka orang yang

37 Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa

(52)

mendengarnya seperti meneguk air sejuk nan menenangkan jiwa, dan batin. Kendati demikian seorang penyuluh bisa memberikan konsekuensi apabila petuah-petuah itu lantas tidak dijalankan,.38

b. Penyuluh Agama

Sejak tahun 1985 istilah Penyuluh Agama mulai disosialisasikan beriringan dengan adanya keputusan Menteri Agama nomor 791 tentang honorium bagi Penyuluh Agama. Istilah penyuluh Agama dipergunakan untuk mengganti istilah Guru Agama Honorer (GAH) yang dipakai sebelum di lingkungan kedinasan Departemen Agama.

Sesuai dengan peraturan pemerintah nomor 16 Tahun 1994 tentang jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil antara lain dinyatakan bahwa untuk meningkatkan mutu profesional, dan pembinaan karir pegawai negeri sipil perlu ditetapkan jabatan fungsional.

Sebagai pelaksanaan dari ketentuan tersebut,

dikeluarkan keputusan Presiden nomor 87 Tahun 1999 tentang rumpun jabatan fungsional pegawai negeri sipil yang antara lain menetapkan bahwa penyuluh agama adalah jabatan fungsional pegawai negeri yang termasuk dalam rumpun jabatan keagamaan.

Mengacu pada kebijakan di atas, pengertian penyuluh Agama adalah pegawai sipil yang diberi tugas, bertanggung jawab, dan wewenang secara penuh oleh jabatan untuk

38 Khairul Umam dan H.A Achyar Aminudin, Bimbingan Dan Penyuluhan, (Bandung: CV Pustaka Setia, 1998), h 76.

(53)

melakukan kegiatan bimbingan keagamaan dan penyuluhan pembangunan melalui bahasa universal, serasas, dan seirama.

Dari pemaparan di atas dapat kita simpulkan bahwa Penyuluh Agama adalah orang yang memberikan bimbingan atau penerangan kepada orang lain untuk meningkatkan pengertian, kemampuan dalam menghadapi dan memecahkan masalah melalui jalan kebenaran, sehingga orang yang tersuluh menjadi tau, mau, dan mampu.39

Berdasarkan dari pemaparan di atas menyimpulkan bahwa, komunikasi pada proses penyuluhan dilakukan melalui dua konsep yaitu melalui komunikasi interpribadi, antarpribadi, kelompok yang bersifat persuasive. Tanpa mengindahkan apresiasi, dan konsekuensi terhadap orang yang disuluh.

Dalam proses komunikasi penyuluhan maka seorang penyuluh harus menguasai pengetahuan tentang:

1. Komunikasi Antarpribadi, hal yang sangat dibutuhkan ketika melakukan komunikasi penyuluhan sebab menurut pengalaman para penyuluh yang menyebarserapkan inovasi, agar bisa menjalin komunikasi antarpribadi dengan masyarakat seperti semestinya, seorang penyuluh di tuntut untuk memperhatikan hal sebagai berikut:

39 M. Adhiya Muzzaki, Peran Penyuluh Agama Dalam Menangkal Paham

Radikalisme Agama Di Kampung Sawah, Kec. Ciputat, Tangerang Selatan,

(Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, UIN Syarif Hidayatullah. 2019) hal, 35.

(54)

a. Kemampuan empati, yaitu kemampuan penyuluh untuk menempatkan dirinya pada posisi warga masyarakat yang dibinanya.

b. Menciptakan suasana homophily dengan khalayak, yaitu membangun suasana dengan penuh keakraban

sehingga khalayak merasa nyaman ketika

mendapatkan penyuluhan.

c. Menyesuaikan dengan program yang dijalankan dengan kebudayaan khalayak setempat.

2. Komunikasi Kelompok, Komunikasi Kelompok

merupakan satu disiplin ilmu yang harus dikuasai oleh seorang penyuluh sebagai komunikan, karena sekalipun kelompok dalam masyarakat terdiri dari pribadi-pribadi yang bersifat individual, kelompok ini bermacam-macam bentuk dan tujuannya, ada kelompok yang mempunyai latar belakang budaya, ideologi atau agama, dalam hal ini ada beberapa prinsp pokok yang perlu di pahami oleh seorang penyuluh yaitu:

a. Komunikasi kelompok merupakan suatu proses sistematik, proses yang terjadi dalam satu sistem, komponen-komponen yang dimaksud adalah: konteks situasional, penyuluh, pesan, penerima, dan perlu interaksi yang muncul ketika suatu kelompok berkomunikasi.

b. Komunikasi kelompok bersifat kompleks, kompleks itu disebabkan dimensi sistemik

(55)

yang mempengaruhi komunikasi kelompok berfungsi secara simultan.40

3. Komunikasi Massa, merupakan suatu proses, yang membedakan dari bentuk komunikasi lainya yaitu bahwa komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan dari satu sumber kepada

khalayak yang berjumlah besar, dengan

menggunakan saluran media massa terdapat lima unsur komunikasi massa yang diungkapkan dalam bukunya Zulkarimein Nasution, adalah

a. Komunikator, dikarenakan komunikasi massa maka komunikator disini adalah pekerja profesional dari suatu organisasi komunikasi seperti, penerbit, stasiun radio, televisi, ataupun stasiun film, yang merupakan suatu lembaga sosial yang memiliki tujuan, aturan-aturan, birokrasi, dan sebagainya.

b. Saluran, untuk keberlangsungan komunikasi

diperlukan saluran yang memungkinkan

disampaikannya pesan kepada khalayak yang dituju. Saluran media massa ini dapat dikelompokan atas:

40 Try Prasetyo Aprianto, “Strategi Komunikasi Penyuluhan Pada Pembinaan

Mu’alaf di Yayasan An-Naba’ Center Sawah Baru Ciputat”, (skripsi S1 Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h. 14-15.

Gambar

Tabel A  Alur runtutan aksi teror

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan ketiga penelitian diatas, yang membedakan dengan penelitian ini adalah penulis lebih memfokuskan pada konsep strategi komunikasi pemasaran yang

Di kawasan ini terdapat kampus Universitas Surakarta (UNSA), ASMI. Beberapa pusat perbelanjaan besar juga banyak terdapat di wilayah ini yaitu Palur Plaza, Mall Luwes Palur

Penelitian sistem pakar identifikasi varietas ikan mas (Crypinus carpio) berdasarkan karakteristik morfologi dan tingkah laku (SPIVIM) menggunakan metode KNN, dikarenakan

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa peramalan adalah proses atau metode dalam meramalkan suatu peristiwa yang akan terjadi pada masa yang akan datang dengan

Menurut pendapat Mari Mulyadi (1999 : 324) bahwa produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standart mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) Kondisi sosial di lingkungan masyarakat Desa Bugel akibat dari terjadinya konflik penambangan pasir besi adalah terpecahnya masyarakat

Secara spesifik tujuan penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi tipe- tipe dan makna eufemisme dalam proses Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu Langkat, (2)

Kemampuan bakteri psikrofilik untuk bertahan pada kondisi temperatur rendah cukup bertolak belakang dengan kelompok bakteri termofilik. Enzim yang disintesis