• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKEMBANAGN INDUSTRI MENENGAH SARUNG TENUN BALIGE KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR 1950-2000 (ANALISA SEJARAH PEREKONOMIAN).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERKEMBANAGN INDUSTRI MENENGAH SARUNG TENUN BALIGE KECAMATAN BALIGE KABUPATEN TOBA SAMOSIR 1950-2000 (ANALISA SEJARAH PEREKONOMIAN)."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Industri Menengah Sarung Tenun Balige

Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 1950-2000

(Analisa Sejarah Perekonomian)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Lylys Tiopanta Banjarnahor Nim: 308121096

PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

LYLYS TIOPANTA BANJARNAHOR. NIM 308121096. PERKEMBANGAN INDUSTRI MENENGAH SARUNG TENUN BALIGE KECAMATAN BALIGE

KABUPATEN TOBA SAMOSIR 1950-2000 (ANALISIS SEJARAH

PEREKONOMIAN). Sikripsi S1. Jurusan Pendidikan Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan 2012. Dibawah bimbingan Dr. Hidayat, M.Si.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Latar belakang berdirinya industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige, 2. faktor-faktor produksi yang mendorong kemajuan industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige, 3. Proses produksi industri sarung tenun Balige, 4. Perkembangan industri menengah Sarung Tenunan Balige di Kecamatan Balige 1950-2000, 5. untuk mengetahui jalur pemasaran industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige.

Penelitian ini dilaksanakan di 5 kelurahan yang terdapat di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir. Informan penelitian ini adalah ke 9 pengusaha industri sarung tenun Balige dan tenaga kerja yang diharapkan mampun memberikan informasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi (peneliti terjun langsung ke tempat penelitian), dan studi dokumen, dan analisis data dengan menggunakan data primer (informasi yang diperoleh melalui wawancara dari para informan) dan data sekunder (data yang diperoleh dari instansi dan buku-buku atau literatur yang mendukung). teknik analisis data yang digunakan adalah metode pendekatan deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa latar belakang berdirinya sarung tenun Balige adalah di prakarsai oleh 4 orang pengusaha dan pada tahun-tahun selanjutnya diikuti oleh masyarakat setempat yang umumnya pernah menjadi karyawan di pabrik tenun sebelumnya dan mendirikan usahanya sendiri, industri menengah sarung tenun ini awalnya di kerjakan dengan menggunkan Alat Tenun Bukan Mesin dan masuknya mesin ke indonesia industri sarung tenun ini pun lambat laun menggunakan ATM. Dalam perjalanan panjang industri ini banyak menghadapi berbagai tantangan, dimana dalam perkembangannya akhir-akhir ini terus mengalami penurunan, terbukti pada tahun 1950-1970 industri ini merupakan industri terbesar ke-2 di Indonesia setelah Bandung, tetapi pada tahun 1980-an sampai 2000 pasca orde baru industri ini semakin menurun tidak adanya regenerasi yang mampu mengolah serta kurangnya modal ketika krisis terjadi pasca orde baru menjadi alasan utama penurunan jumlah industri.

(5)

ii

KATA PENGANTAR

Dengan kerendahan hati penulis menghaturkan segala hormat dan syukur

kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan rahmat-Nya sehingga penulis

mampu menyelesaikan skripsi ini, sebab tanpa ridho-Nya semua ini tidaklah

terlaksana. Tujuan dari penulisan Skripsi ini adalah menjadi salah satu syarat yang

harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa untuk menyusun skripsi guna

menyelesaikan perkuliahan dan mendapatkan gelar sarjana. Untuk memenuhi

syarat tersebut diatas penulis mengangkat sebuah permasalahan yang ditulis

menjadi sebuah skripsi, yang berjudul “Industri Menengah Sarung Tenun Balige

di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir 1950-2000 (Analisis Sejarah

Perekonomian).”

Di dalam penulisan ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak

kekurangan baik dari tata bahas dan penyajian. Hal tersebut disebabkan karena

penulis masih dalam tahap belajar. Maka dengan ini penulis dengan hati terbuka

menerima kritik yang bersifat konstruktif terhadap kesempurnaan skripsi. Penulis

juga menyadari betapa besar bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, sehingga

masalah yang dihadapi penulis sejak awal penelitian dapat teratasi. Tanpa

dorongan berbagai pihak,kiranya penulis tidak akan dapat menyelesaikan

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang tak

terhingga kepada:

1. Teristimewa kepada kedua Orang Tua penulis, Ayahanda St. J. Banjarnahor

dan Ibunda M. Br Simaremare yang sangat saya cintai dan kagumi yang telah

memberikan doa, semangat dan kesabaran selama penulis menjalani studi

hingga menyelesaikan skripsi. Semoga Tuhan memberikan kesehatan dan

mengabulkan segala harapan Mama dan Bapak. Tiada anugerah terindah

selain menjadi buah hati kalian.

2. Bapak Dr Hidayat,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak

memberikan bimbingan, arahan serta pelajara-pelajaran baru kepada penulis

(6)

iii

3. Bapak Rektor UNIMED Prof. Dr. Ibnu Hajar sebagai pimpinan di Universitas

Negeri Medan

4. Bapak Dekan beserta staf sebagai pimpinan fakultas

5. Ibu Dra. Lukitaningsih selaku dosen pembimbing akademik dan ketua jurusan

Pendidikan Sejarah

6. Ibu Hafnita selaku sekretaris jurusan Pendidikan Sejarah, beserta seluruh

dosen bapak/ibu dan staf yang ada di Jurusan Pendidikan Sejarah UNIMED

7. Spesial juga kepada Bapak Tua Drs. A. Banjarnahor dan Mamak Tua B. Br

Lubis sebagai wali penulis yang selalu memberikan dukungan moril serta

materi bagi penulis selama ini.

8. Buat abang, kakak, dan adik-adik penulis (B’Dedy, K’Idar, d’ Lestari, d’Cici, d’ Gusti, d’Sanjaya, d’Acung,d’ Suryadi, d’Mei, d’daniel) untuk doa dan dukungannya selama ini.

9. Terimakasih kepada Bappeda Toba Samosir, BPS Balige, Tulang Hotma

sebagai infoman penulis dan informan-informan peneliti lainnya.

10.Buat teman-temanku teristimewa 5 sekawan (Jusniana, Safitri, Yuliarza, dan

Nirmawana) untuk doa dan dukungannya juga kelas B-Reg’08 yang tidak bisa

penulis sebutkan satu per satu sukses selalu sukses slalu.

11.Tak lupa juga buat teman-teman seperjuangan ku Era, Rasita, Edella, Saut,

Betti, dan teman –teman baikku to’Donal, Jonathan, Humala, Danyart, Pinkan,

Ros, Sanny, Sansri, Hera, Masri, Dosriani, d’Herlin’10 serta semua stambuk

08 pendidikan sejarah yang tidak bisa saya sebut satu per satu thanks untuk dukungan dan doa’a dan kebersamaanya selama ini.

12. Teman-teman skuad PPL SMK N2 P.Siantar yang merupakan keluarga

kecilku (Wiwie, Auldra, Tiur, Vheo, Afni, Yuni, Sanny, Afnee, Wulan,

Dongjan, Taufik, Nico, Kang Amin, Sahat, Albert, Macruli,Tajib, faisal)

semoga sukses.

13.Teman-teman satu angkatan. Terima kasih karena kalian telah menjadi bagian

hidup saya. Tidak ada kata yang lebih baik selain ucapan terima kasih banyak

kepada yang tersebut namanya di atas semoga Tuhan Yang Maha Esa

memberikan balasan atas kebaikan yang lebih bagi mereka.Harapan penulis

(7)

iv

14.Trimakasih juga bwt K’jenny, sahabat ku Mazdawani, kel. Safitri Simangunsong (Tulang, Nantulang& adek2) untuk bantuan’a dan doa’a selama ini.

Medan, Juli 2012

Penulis,

(8)

v

2.2. Pengertian Perkembangan... 10

2.3. Pemasaran... 11

2.4. Kerangka Berfikir... 12

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 14

3.1. Metode Penelitian... 14

3.2. Lokasi Penelitian... 14

3.3. Informan Penelitian... 14

3.4. Teknik Pengumpulan Data... 15

(9)

vi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 17

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian... 17

4.1.1. Kondisi Geografis dan Demografis... 17

4.1.1.1. Kondisi Geografis... 17

4.1.2. Kondisi Demografi... 19

4.1.2.1. Keadaan Kependudukan Kecamatan Balige... 19

4.1.2.2. Klasifikasi Penduduk Kecamatan Balige Berdasarkan Agama... 21

4.2. Sejarah Singkat Balige... 27

4.2.1. Masa Kolonial dan Jepang... 27

4.2.2. Masa Pemerintahan Republik Indonesia sampai Sekarang... 29

4.3. Latar Belakang Berdirinya Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir... 31

4.4. Faktor-Faktor Produksi Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige Kabupaten Toba Samosir... 36

4.4.1. Modal... 36

4.4.2. Bahan Baku Sarung Tenun... 39

4.4.3. Tenaga Kerja... 42

4.5. Proses Produksi Industri Sarung Tenun Balige... 44

4.6. Perkembangan Industri Sarung Tenun Balige... 56

4.7. Pemasaran Sarung Tenun... 69

(10)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tenaga Kerja Yang Sedang Bekerja... 42

2. Wawancara Peneliti Dengan Salah Seorang Tenaga Kerja yang Bekerja Di Industri Sarung Tenun Balige... 46

(11)

ix

DAFTAR BAGAN

Bagan Hal

(12)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Peta Balige

Pedoman Wawancara

Daftar Kegiatan Selama Penelitian

Daftar Pengusaha Sarung Tenun Balige

Surat Penugasan Dosen Pembimbing

Surat Pengajuan Judul Skripsi

Surat Ijin Penelitian Dari Jurusan

Surat Ijin Penelitian Dari Fakultas

Surat Ijin Dari Tempat Penelitian

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Di berbagai daerah di Indonesia industri yang tergolong dalam industri

rumah tangga sudah dikenal sejak lama bahkan ketika Indonesia masih dalam

tangan penjajahan Belanda, dan kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal

menenun dan merajut pakaiannya sendiri sudah dimulai sejak adanya

kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dalam bentuk kerajinan, yaitu tenun-menenun dan

membatik yang hanya berkembang disekitar lingkungan istana dan juga ditujukan

hanya untuk kepentingan seni dan budaya sertadigunakan sendiri.

Sejarah pertekstilan Indonesia berawal dari industri rumahan tahun 1929

dimulai dari sub-sektor pertenunan (weaving) dan perajutan (knitting) dengan

menggunakan alat Textile Inrichting Bandung (TIB) Gethouw atau yang dikenal

dengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diciptakan oleh

Daalennoord pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil tradisional seperti

sarung, kain panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang. Penggunaan ATBM

mulai tergeser oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama kali digunakan pada

tahun 1939 di Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah tersebut mendapat pasokan

listrik pada tahun 1935. Sejak itu industri TPT Indonesia mulai memasuki era

teknologi dengan menggunakan ATM. Tahun 1960-an, sesuai dengan iklim

ekonomi terpimpin, pemerintah Indonesia membentuk Organisasi Perusahaan

(14)

2

Perajutan; OPS Batik; dan lain sebagainya yang dikoordinir oleh Gabungan

Perusahaan Sejenis (GPS) Tekstil.

Jika Bandung merupakan pusat Industri tenun di Indonesia atau secara

khusus di pulau Jawa maka di Sumatra pusat atau titik awal industri tenun adalah

Balige yang memproduksi sarung (mandar). Lahirnya industri Sarung Tenun

Balige di Balige dimulai sejak tahun 1942 yaitu industri KARLSITEX dan di ikuti

industri-industri lainnya. Industri ini pada awalnya dikerjakan dengan alat-alat

tradisional yang dikenal dengan ATBM dan pada tahun 1948 industri-industri

sarung tenun yang ada di daerah tersebut mulai dikerjakan dengan mesin (ATM).

Dan mengalami fase kejayaannya pada tahun 1950-an sampai dengan 1970-an

dengan jumlah industri berkisar 82 unit yang sebagian masih menggunakan

ATBM.

Jenis industri yang terdapat di Balige masih tergolong dalam kategori

industri menengah hal ini dilihat dari jumlah tenaga kerjanya berkisar 25-20

orang, menurut data BPS (2008) bahwa industri dibedakan atas 4 golongan, yaitu

(1) industri besar adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 100 orang atau

lebih, (2) industri sedang adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 20-99

orang, (3) indusrti kecil adalah perusahaan yang mempunyai pekerja 5-19 orang,

(4) industri rumah tangga adalah usaha kerajinan rumah tangga yang mempunyai

pekerja 1-4 orang (BPS : 2008). Disamping itu, pada umumnya kepemilikan

industri menengah biasanya dipegang oleh kaum pribumi yang tenaga kerjanya

diserap dari masyarakat sekitar sedangkan industri besar yang terdapat di

Indonesia sejauh ini masih dipegang atau dikelolah oleh bangsa asing seperti

(15)

3

Pada tahun 1966 oleh pemerintah Orde Baru mengadakan program

pembangunan ekonomi, memberiangin segar pada laju pertumbuhan dan

perkembangan industrii, terutama sejak tahun 1970-an. Berbagai sektor industri

sejak 1977 menunjukkan laju pertumbuhan yang sangat tinggi jika dibanding

dengan tahun-tahun sebelum 1968, misalnya industri tekstil, industri logam dan

mesin, industri kimia dan lainnya. Pertumbuhan sektor industri selama tahun

1970-an, hampir seluruhnya industri modern. (Kartodirajo :1981). Tetapi sejak

masalah krisis ekonomi pada bulan Juli 1997 sampai sekarang sangat berpengaruh

terhadap perekonomian Indonesia, termasuk seluruh kegiatan industri mengalami

penurunan dan jumlah pengangguran di Indonesia melonjak secara drastis.

Keadaan tersebut cukup berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan

industri-industri besar dan menengah di Indonesia. Pada tahun 1998 banyak

industri-industri di Balige yang tutup sebelum mengalami kerugian yang lebih

fatal, hingga pada tahun 2000 industri yang masih bertahan berkisar 9 unit usaha.

Diprediksi berbargai faktor yang mendasari penurunan industri Sarung Tenun

Balige ini adalah kurangnya permodalan, naiknya harga bahan baku, rendahnya

tingkat pendidikan SDM, dan kurangnya perhatian pemerintah setempat.

Dengan melihat kondisi ini sudah seharusnya penggalakan kelanjutan

industri tekstil seperti Sarung Tenun Balige ditingkatkan kembali, disamping

sebagai penopang perekonomian dan mengurangi angka pengangguran industri

Sarung Tenun Balige atau lebih dikenal dengan Tonunan Mandar Balige juga

memiliki nilai historis tersendiri yaitu sebagai sarung tenunan khas Balige yang

hanya di temukan di daerah ini saja yang tidak hanya diminati oleh masyarakat

(16)

4

Melalui uraian diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh tentang

Perkembangan Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige

Kabupaten Toba Samosir 1950-2000 (Analisis Sejarah Perekonomian).

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi

identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimana proses produksi Industri Menengah Sarung Tenun Balige di

Kecamatan Balige 1950-2000?

2. Bagaimana keadaan ekonomi tenaga kerja yang bekerja pada Industri

Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige ?

3. Bagaimana faktor-faktor produksi pendukung dan faktor penghambat majunya

Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige ?

4. Bagaimana tingkat pendapatan pengusaha Industri Menengah Sarung Tenun

Balige di Kecamatan Balige ?

5. Usaha-usaha apa yang dilakukan oleh pemerintah dalam mengembangkan atau

mempertahankan Industri Menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan

Balige ?

6. Upaya-upaya apa yang dilakukan pengusaha Industri Menengah Sarung Tenun

(17)

5 1.3. Pembatasan Masalah

Agar masalah yang diteliti lebih spesifik dan terfokus, dalam penulisan ini

peneliti ingin mengkaji sejak tahun 1950 yang mana tahun ini merupakan fase

kejayaan industri tersebut sampai dengan tahun 2000 pasca Orde Baru yang

berpengaruh besar terhadap perkembangan industri dan perkembangan yang

dimaksud ditinjau dari faktor-faktor industi yang mencakup modal, tenaga kerja,

bahan baku dan pemasaran dengan aspek kajian Analisis Sejarah Perekonomian.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah

adalah :

1. Bagaimana latar belakang berdirinya industri menengah Sarung Tenun Balige

di Kecamatan Balige?

2. Apa faktor-faktor produksi yang mendorong kemajuan Industri Menengah

Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige?

3. Bagaimana proses produksi Industri Menengah Sarung Tenun Balige di

Kecamatan Balige?

4. Bagaimana perkembangan Industri Menengah Sarung Tenun Balige di

Kecamatan Balige 1950-2000?

5. Bagaimana jalur pemasaran industri Menengah Sarung Tenun Balige di

(18)

6 1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui latar belakang berdirinya industri menengah Sarung

Tenun Balige di Kecamatan Balige

2. Untuk mengetahui faktor-faktor produksi yang mendorong kemajuan

industri menengah Sarung Tenun Balige di Kecamatan Balige

3. Untuk mengetahui perkembangan industri menengah Sarung Tenunan

Balige di Kecamatan Balige 1950-2000

4. Untuk mengetahui jalur pemasaran industri menengah Sarung Tenun

Balige di Kecamatan Balige

1.6. Manfaat Penelitian

Sebagai bahan atau informasi mengenai industri menengah Sarung Tenun

Balige di kecamatan Balige :

1. Sebagai bahan perbandingan bagi peneliti selanjutnya dalam meneliti

masalah yang sama di daerah lain

2. Bagi pembaca, untuk menambah pengetahuan pembaca dan

memperkenalkan sebuah industri Sarung Tenunan Balige yang berada di

ibu kota Kabupaten Toba Samosir

3. Sebagai bahan penambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam

(19)

73 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Industri sarung tenun Balige berdiri pada pertengahan tahun 1930, dimana

pendiri pertama industri ini ada empat orang yaitu Karl Sianipar, Eli

Simanjuntak, Baginda P. Siahaan, dan H.O Timbang Siahaan selanjutnya

tahun 1950 muncul pengusaha-pengusaha tenun yang baru hingga tahun 1970

diantara pengusaha-pengusaha baru tersebut adalah para pekerja-pekerja yang

pernah bekerja di industri. Industri menengah sarung tenun balige awalnya

sebuah home dan masih menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin. Adapun

pengusaha-pengusaha yang muncul diawal tahun 1950 pada umumnya adalah

karyawan-karyawan yang pernah bekerja di pabrik sebelumnya yaitu

karlsitek, eli company dan 2 pengusaha lainnya, pengetahuan yang mereka

peroleh dan keinginan mereka untuk mendirikan usaha sendiri disamping itu

juga termasuk masyarakat dari golongan petani yang beralih menjadi

pengusaha tenun sarung sehingga antara tahun 1950 sampai 1970-an telah

berdiri 82 industri sarung tenu Balige 34 diantaranya telah menggunakan

Alat Tenun Mesin dan 48 pabrik masih menggunakan Alat Tenun Bukan

Mesin. Melihat usaha ini oleh pemerintah Sukarno mulai melihat dan

mendukung industri ini melalui pemberian modal kerja berupa benang secara

bertahap .

2. Faktor-faktor produksi sarung tenun Balige sama dengan faktor-faktor

(20)

74

memperolehnya. Adapun faktor industri yang dimaksud adalah modal dimana

industri menengah sarung tenun Balige di Kecamatan Balige Kabupaten Toba

Samosir untuk pertama kalinya dalam membuka usaha ini mereka

menggunakan modal sendiri atau pengumpulan modal melalui harta benda

yang dimiliki oleh pengusaha termasuk hasil-hsil pertanian atau pendapatan

yang mereka peroleh dari mata pencaharian sehari-hari mereka jadi untuk

modal awal pembentukan usaha ini tidak bisa di pastikan berapa jumlah

nominalnya karena pada kurun waktu 1930-an hingga 1960-an pengusaha

belum mengenal sistem peminjaman terhadap Bank sebab ditahun tersebut

belum terdapat Bank didaerah ini, bahan baku (bahan baku utama dalam

pembuatan sarung ini adaah benang dan benang tersebut serta bahan baku

pembantu lainnya di datangkan dari Bandung), berdirinya industri ini telah

mampu menyerap ratusan tenaga kerja ketika masa kejayaannya pada tahun

1950-1970 dengan kelompok industri ATBM dan ATM, tenaga kerja pada

awal berdirinya adalah penduduk setempat tetapi sebagian tenaga kerja sudah

mulai di dominasi oleh sejumlah kelompok pendatang antara lain dari daerah

Sibolga, Barus, Pematangsiantar. Faktor produksi yang terakhir adalah

pemasaran, pemsaran sarung tenun ini adalah lokal dan inter lokal.

3. Dalam perkembangannya Industri sarung tenun balige mengalami puncak

kejayaannya pada tahun 1950-1970 hingga muncul istilah baru yang

menyatakan bahwa balige merupakan Majjalaya ke dua atau Bandung kecil

di Sumatera Utara, perhatian pemerintah era demokrasi terpimpin dengan

sistem ekonomi berdikari atau ekonomi kerakyatan mendorong pesatnya

(21)

75

kurang cakap dalam menangani industri ini mulai menjadi suatu

permasalahan menurunnya industri ini dan kebangkrutan total terjadi pasca

orde baru krisis yang melanda Indonesia sangat berdampak terhadap

perjalanan industri-industri besar-menengah termasuk industri sarung tenun

Balige khususnya dalam hal permodalan.

Intinya adalah industri sarung tenun balige dilihat dari jumlah pengusaha dan

tenaga kerjanya mengalami perkembangan secara negatif (penurunan).

1.2.Saran

1. Adanya regenerasi yang kurang mampu mengolah industri/pabrik, jadi untuk

mencegah hilangnya atau menurunnya pabrik sarung tenun sebaiknya di

bentuk suatu organisasi modern atau menjadikan pabrik sarung tenun sebagai

perusahaan swasta.

2. Sarung tenun Balige merupakan produk khas Balige dan tidak ada di produksi

di daerah lain kecuali Balige hal ini menjadi alasan utama perlunya menjaga

dan mempertahankan produk sarung tenun ini selain itu dilihat dari nilai

ekonomisnya sarung tenun Balige memiliki multi fungsi yaitu sebagai

pembungkus bayi karena bahannya yang terbuat dari cotton yang mampu

menyerap air juga hangat untuk dipakai juga keperluan sehari-hari.

3. Perlunya penyuluhan oleh instansi pemerintah kepada pengusaha tentang

pentingnya pengurusan ijin pendirian usaha guna melihat industri sarung

tenun ini sudah termasuk industri menengah. Disamping itu, pemberian

bantuan baik dalam bentuk pinjaman dengan bunga yang rendah sehingga

(22)

76

4. Para pengusaha menuntut agar pemerintah memberi bantuan terhadap

pengusaha sementara sebagian pengusaha tidak terdaftar dalam ijin usaha

industri di kabupaten menjadi kendala pemberian bantuan.

5. Perlunya menambah kasanah tenun dalam berbagai corak yang menambah

fungsi tenun seperti pada akhir-akhir ini seorang pengusaha yang juga

menekuni produk sarung tenun balige telah membentuk sarung tenun balige

menjdi lebih menarik dan yang lebih unik lagi dapat di padukan dengan

pakaian tradisional yaitu kebaya. Hal seperti ini yang perlu untuk terus

(23)

77

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku :

Anoraga,Pandji dan Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha

Kecil. Jakarta : PT. Rineka Cipta

Artoyo, A. R. 1986. Tenaga Kerja Perusahaan Menurut Pengertian Dan

Peranannya. Jakarta : Balai Pustaka.

Assauri, Sofjan. 1987. Manajemen Pemasaran Dasar Konsep Dan Strategi.

Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

BPS. Indonesia. 2008. Profil Industri dan Kerajinan Rumah Tangga. Jakarta :

Press.

BPS. Tobasamosir. 2010. Balige Dalam Angka.

Hadiwijaya dan Rivai. 1987. Modal Koperasi. Bandung : Pionir Jaya.

Hasibuan, Melayu S. P. 2005. Manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta : PT

Bumi Aksara.

Jhonson, 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern. Jakarta: PT. Garuda

Kadarijah. 2007. Perkembangan Perindustrian Tekstil di Indonesia. Jakarta : UI

Martono dan Saidiharjo. 1977. Geografi Dan Kependudukan. Solo : Tiga

Serangkai.

Mulyadi. 1992. Akuntasi Biaya. Yogyakarta : YKPN Press

Riyanto, Bambang.1997. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta :

BPFE

Saleh. 1996. Industri Kecil. Jakarta : Depdikbud

Sembiring, Sentosa. 1991. Himpunan Undang-Undang Hak Milik Perindustrian.

(24)

78

Siahaan, Bisuk. 2000. Industrialisasi di Indonesia Sejak Rehabilitasi Sampai Awal

Reformasi. Bandung : ITB

Sofyan. 1993. Manajemen Produksi dan Operasi. Jakarta : UI

Soemaatmadja, Nursid. 1998. Study Geografi : Suatu Pendekatan dan Analisis

Geografi. Bandung: Alumni Bandung.

Subagyo, Ahmad. 2007. Studi Kelayakan Teori Dan Aplikasi. Jakarta : Elex

Media Komputindo.

Suharso dan Retnoningsih, Ana. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang

: Widya karya.

Thee Kian Wie. 1994. Industrialisasi di Indonesia. Jakarta : Pustaka LP3ES.

Tupanno, A.W.J. 1994. Ekonomi dan Koperasi. Jakarta : Erlangga.

Sumber Internet :

http://wikipedia.org.wiki/sarung (diakses pada tanggal 10 Maret 2011 pkl. 20.15)

Gambar

Gambar

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan berdasarkan sub masalah sebagai berikut: (1) Lingkungan belajar di sekolah SMK Mamdiri Pontianak sudah baik untuk pelaksanaan kegiatan pembelajaran hal

Kepuasan  kerja  yang  dirasakan  oleh  auditor  terhadap  pekerjaannya  dapat dipengaruhi  oleh 2  dimensi  komitmen  yaitu komitmen  organisasional  dan 

PeneIitian tahap pertama bertujuan untuk mendapatkan keragaan nunput-leguminosa yang toleran terhadap nrmgan buatan (paranet), dan interval pemotongan terbaik ditinjau dari

[r]

Melalui analisis regresi, dapat disimpulkan bahwa untuk payload berukuran besar dan tanpa associated data, nilai running time proses generation-encryption dan

Dengan semakin meningkatnya kepedulian masyarakat terhadap RTH, maka para perencana dan pengelola harus memiliki suatu metode konseptual untuk mengendalikan kualitas

In designing syllabus for higher education, there are five components that a designer should include in general. In Indonesia, the term syllabus is actually

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif, karena penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data yang lengkap dengan memberikan gambaran yang