• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEJARAH UPACARA RITUAL ULAON MANGOKAL HOLI DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN SORKAM KABUPATEN TAPANULI TENGAH.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEJARAH UPACARA RITUAL ULAON MANGOKAL HOLI DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN SORKAM KABUPATEN TAPANULI TENGAH."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

SEJARAH UPACARA RITUAL ULAON MANGOKKAL HOLI DALAM MASYARAKAT BATAK TOBA DI KECAMATAN

SORKAM KABUPATEN TAPANULI TENGAH

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan: Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

JUNITA SITUMORANG NIM. 3103121038

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Junita Situmorang. NIM. 3103121038. Sejarah Upacara Ritual Ulaon Mangokal Holi Dalam Masyarakat Batak Toba di Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejarah, tahap–tahap dan untuk mengetahui simbol dan makna dari peralatan yang digunakan dalam upacara ritual ulaon mangokkal holi di kecamatan Sorkam. Untuk memperoleh data-data yang diperlukan, maka peneliti menggunakan metode penelitian lapangan (field research). Kemudian teknik untuk mengumpulkan data dilakukan dengan cara observasi ke lokasi penelitian, wawancara kepada tokoh masyarakat dan penduduk sekitar lokasi penelitian.

Dari hasil penelitian yang dilakukan dan informasi yang diberikan oleh informan diketahuilah bahwa Sejarah upacara ritual ulaon mangokkal holi di kecamatan Sorkam sudah berlangsung sekitar 28 tahun. Yang pertama kali melaksanakan upacara ritual ulaon mangokkal holi di desa Pearaja yaitu keluarga marga Situmeang. Dalam pelaksanaan upacara ritual ulaon mangokkal holi ini ada beberapa tahap-tahap yang perlu diperhatikan supaya upacara dapat berlangsung dengan baik yaitu; penetapan waktu, tempat, dan persiapan menjelang upacara berdasarkan hasil musyawarah keluarga (martonggo raja). Pelaksanaan upacara ritual ulaon mangokkal holi meliputi kegiatan: 1) Pergi ke kuburan, 2) pencucian tulang belulang, 3) memasukkan tulang belulang ke tambak atau saring-saring, 4) orang yang ikut melaksanakan upacara, 5) acara makan siang bersama, 6) permintaan maaf boru, dan 7) puncak upacara. Peralatan yang digunakan masing-masing memiliki makna yang berbeda-beda. Ada beberapa peralatan memiliki simbol dan makna dipercaya sebagai penangkal dari hal-hal yang buruk bagi keluarga yang melaksanakan upacara yakni daun silinjuang dan ulos pangiring. Daun silinjuang mampu melawan musuh dan ulos pangiring akan mengiringi setiap keturunan yang melaksanakan upacara.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan

jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

Dengan pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “Sejarah Upacara Ritual Ulaon

Mangokkal Holi di Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli Tengah”.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, mengenai

isi maupun dalam pemakaian bahasa, sehingga penulis memohon saran dan

kritikan yang membangun untuk perbaikannya. Mudah-mudahan penulisan skripsi

ini bermanfaat dan menambah pengetahuan bagi para pembaca.

Skripsi ini juga terselesaikan berkat bantuan dari beberapa pihak. Untuk

itu penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Bapak Prof.Dr.H.Ibnu Hajar Damanik,M.Si, sebagai Rektor Universitas

Negeri Medan

2. Ibu Dra.Nurmala Berutu,M.Pd. sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial

3. Ibu Dra. Lukitaningsih,M.Hum, sebagai Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan

4. Ibu Dra.Hafnita SD Lubis,M.Si, sebagai Sekretaris Jurusan Pendidikan

(7)

5. Bapak Pristi Suhendro, S.Hum,M.Si, sebagai Kepala Laboratorium

Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Medan

6. Bapak Dr.Hidayat,M.S, sebagai Dosen Pembimbing Skripsi yang telah

membimbing serta memberi masukan dalam menyelesaikan skripsi ini

7. Ibu Dra.Lukitaningsing,M.Hum, sebagai Pembimbing Akademik dan

sebagia Dosen Penguji

8. Bapak Dr.Phil.Ichwan Azhari,M.S, sebagai Dosen Penguji

9. Ibu Dra.Hafnita SD Lubis,M.Si, sebagai Dosen Penguji

10.Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Medan yang telah banyak memberi bekal ilmu dan

etika berperilaku serta membantu penulis

11.Ibu Mina sebagai Pegawai Administrasi yang telah banyak berjasa

membantu penulis

12.Bapak Rais Kari,AP,M.M, sebagai Camat Sorkam

13.Buat orang tua yang tercinta dan tersayang dalam hidup penulis Bapak

L.Situmorang dan Ibu T.Habeahan yang telah membesarkan penulis dan

memberikan segala bekal ilmu kehidupan yang sangat bermanfaat dan

berharga bagi penulis. Dan kakanda Ners.Lisma Situmorang,S.Kep dan

abangda Kepler Situmorang yang telah mendukung penulis baik secara

moril dan mendoakan penulis setiap saat. Serta adik-adik penulis

(8)

Jonel Situmorang yang telah mendoakan dan memberi semangat yang luar

biasa kepada penulis

14.Buat sahabat terkasih Rio Sinubulan,S.P, yang telah banyak mendukung

dan memberi semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

15.Buat sahabat-sahabat tercinta penulis yakni Sartika Sianipar,Amd, Misi

Magdalena Magdalena Manalu,S.Pd, Rina Simanjuntak, Putri Novita

Rajagukguk,Amd, Deniyanti Sitinjak, Melva Situmorang, Indri Prima

Dewi, Deli Manurung dan Susi Simanjuntak yang telah mendukung, dan

mendoakan serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini

16.Buat teman-teman kos 109B yakni Kak Rosni, Kak Delima, Meliana,

Flora, Lasti, dan Tina, teman sekelas A Reg 2010 serta

teman-teman PPL SMA Negeri 5 Pematang Siantar yang telah banyak

mendukung dalam doa dan memberikan semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini, dan atas kenangan indah yang tak akan

terlupakan bersama kalian dan akan selalu penulis kenang dalam hidup.

17.Dan semua pihak yang telah membantu penulis sehingga dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Maret 2014

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HAL

KATA PENGANTAR……….. i

ABSTRAK………...……… iv

DAFTAR ISI ………..….. v

DAFTAR TABEL ………..……….. viii

DAFTAR GRAFIK……….……… ix

BAB I PENDAHULUAN……….... 1

1.1.LATAR BELAKANG……….……….. 1

1.2.IDENTIFIKASI MASALAH……….…… 3

1.3.PEMBATASAN MASALAH……….………... 3

1.4.PERUMUSAN MASALAH……….. 4

1.5.TUJUAN PENELITIAN……….……….. 4

1.6.MANFAAT PENELITIAN……… 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………. 6

2.1. KERANGKA TEORI……… 6

2.1.1. Upacara Ritual………... 6

2.1.2. Kosmologi Batak Toba Tentang Dunia Alam Kematian………... 9

2.1.3. Upacara Ulaon Mangokkal Holi……….. 14

2.2.KERANGKA BERPIKIR……..………..……… 19

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN………..……….. 22

(10)

1.2.LOKASI PENELITIAN……….... 22

1.3.RESPONDEN ATAU INFORMAN……… 23

1.4.TEKNIK PENGUMPULAN DATA……… 24

1.5.TEKNIK ANALISIS DATA KUALITATIF……….. 24

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANAN……... 27

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………….……….. 27

4.1.1 Kondisi Geografis………... 27

4.1.2 Kondisi Demografis……… 27

4.1.3 Kondisi Sosial………. 28

4.1.3.1. Suku Adat Agama………. 28

4.1.3.2. Mata Pencaharian……….. 30

4.1.3.3. Pendidikan………. 30

4.2. Kosmologi Batak Toba tentang Dunia Alam Kematian…………... 31

4.3. Sejarah Upacara Ritual Ulaon Mangokkal Holi di Kecamatan Sorkam 34 4.4. Upacara Ritual Ulaon Mangokkal Holi di Kecamatan Sorkam……….. 41

4.5. Tahap-Tahap Pelaksanaan Upacara Ulaon Mangokkal Holi…………. 50

4.5.1. Waktu Pelaksanaan Upacara Ritual………. 52

4.5.2. Tempat Pelaksanaan Upacara Ritual……… 53

4.5.3. Persiapan Menjelang Upacara Ritual………... 54

4.5.4. Jalannya Upacara Ulaon Mangokkal Holi………... 55

4.5.4.1. Pergi ke Kuburan……… 55

(11)

4.5.4.3. Memasukkan Tulang Belulang ke Tambak (Rumah Kecil

Menyerupai Adat Batak Toba ………….………... 58

4.5.4.4. Orang Yang Ikut Melaksanakan Upacara Ritual Ulaon Mangokkal Holi………... 60

4.5.4.5. Acara Makan Bersama……..……….. 62

4.5.4.6. Permintaan Maaf Boru atau Anak Boru………. 63

4.5.4.7. Puncak Upacara Ritual Ulaon Mangokkal Holi………. 64

4.6. Makna dan Simbol dari Peralatan Upacara……….……… 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 70

5.1. Kesimpulan………. 70

5.2. Saran……… 72

(12)
(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1: Jumlah Penduduk Kecamatan Sorkam tahun 2012……… 27

Tabel 2: Jumlah bangunan ibadah di Kecamatan Sorkam………... 29

Tabel 3. Banyaknya Sekolah di Kecaman Sorkam……….. 30

Tabel 4: Perbedaan ulaon mangokkal holi antara yang golongan menengah

ke bawah dengan golongan atas………. 46

Tabel 5. Perbedaan pelaksanaan ulaon mangokkal holi antara agama Kristen

Khatolik dengan Kristen Protestan………. 47

Tabel 6. Perbedaan pelaksanaan ulaon mangokkal holi ditinjau dari

(14)

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1: Kerangka Berpikir……… 19

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk, karena memiliki

beraneka ragam suku bangsa dan masing-masing suku bangsa memiliki budaya

yang berbeda-beda dan salah satu suku bangsa tersebut adalah Suku Batak Toba

mayoritasnya terdapat di Sumatera Utara, seperti yang dikemukakan Payung

Bangun dalam Koentjaraningrat (1970 : 94) yaitu “Orang Batak dewasa ini, untuk

bagian terbesar mendiami daerah pegunungan Sumatera Utara, mulai dari

perbatasan dengan Riau dan Sumatera Barat di sebelah selatan. Selain daripada

itu, orang Batak juga mendiami tanah datar yang berada di antara daerah

pegunungan dengan pantai Timur Sumatera Utara dan pantai Barat Sumatera

Utara. Dengan demikian, maka orang Batak ini mendiami: Dataran Tinggi Karo,

Langkat Hulu, Deli Hulu, Serdang Hulu, Simalungun, Dairi, Toba, Humbang,

Silindung, Angkola, Mandailing dan Kabupaten Tapanuli Tengah.

Masing-masing sub etnik mempunyai persamaan-persamaan dan

perbedaan antara Batak Toba dengan Sub etnik Batak lainnya, karena setiap suku

bangsa tidak terlepas daripada unsur-unsur atau bagian dari suatu kebudayaan,

salah satu unsur tersebut adalah sistem religi atau kepercayaan.

Dimana kepercayaan yang mereka anut atau mereka yakini diawali dari

(16)

laksanakan, seperti upacara ritual mengangkat Tulang Belulang (Ulaon

Mangokkal Holi) dalam masyarakat Batak Toba.

Karena dalam keyakinan suku Batak Toba apabila Upacara Ritual

Mengangkat Tulang Belulang (Ulaon Mangokkal Holi) telah dilaksanakan maka

arwah nenek moyang yang diambil tulang belulangnya akan memberikan rejeki

kepada keturunannya, walaupun Upacara Ritual Mengangkat Tulang Belulang

memerlukan biaya yang sangat besar namun upacara ritual tersebut tetap

dilaksanakan dalam Adat Batak Toba apabila ada kekurangan biaya maka akan

diadakan adat mangurupi yang mana kekurangan biaya dibagi dengan banyak

anak laki-laki yang ada dalam keluarga tersebut, maka dengan adat Mangurupi

kekurangan biaya akan teratasi.

Setiap upacara ritual memiliki rangkaian simbol/peralatan dan makna yang

terkandung dalam setiap jenisnya, demikian juga dengan upacara ritual

mengangkat tulang belulang, dalam upacara ritual ini masyarakat Batak Toba

mempunyai ciri khas tersendiri dalam pelaksanaannya dan setiap kegiatan

memiliki makna mengapa hal tersebut dilakukan.

Melihat begitu kompleksnya latar belakang diatas peneliti sebagai

mahasiswa sejarah merasa tertarik mengangkat masalah ini sebagai judul skripsi

yaitu ; Sejarah Upacara Ritual Ulaon Mangokkal Holi dalam masyarakat

(17)

1.2. IDENTIFIKASI MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, permasalahan yang perlu di

identifikasi adalah;

1. Bagaimana sejarah pelaksanaan upacara ritual ulaon mangokkal holi

dalam masyarakat Batak Toba?

2. Mengapa upacara ritual Ulaon Mangokkal Holi masih bertahan dan

dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba di Kecamatan Sorkam

Kabupaten Tapanuli Tengah?

3. Bagaimana Proses pelaksanaan upacara ritual Ulaon Mangokkal Holi

dalam masyarakat Batak Toba di Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli

Tengah?

4. Apa makna Upacara Ritual Ulaon Mangokkal Holi bagi masyarakat Batak

Toba Sekarang?

5. Apa saja makna simbol/peralatan yang digunakan dalam upacara ritual

Ulaon Mangokkal Holi?

1.3. PEMBATASAN MASALAH

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yaitu “Sejarah Upacara

Ritual Ulaon Mangokkal Holi Dalam Masyarakat Batak Toba”. Adapun lingkup

wilayah penelitian terletak di Provinsi Sumatra Utara, Kabupaten Tapanuli

(18)

1.4. PERUMUSAN MASALAH

Adapun yang menjadi Perumusan Masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana sejarah upacara ritual Ulaon Mangokkal Holi bagi masyarakat

Batak Toba?

2. Mengapa upacara ritual Ulaon Mangokkal Holi masih bertahan dan

dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba di Kecamatan Sorkam Tapanuli

Tengah?

3. Bagaimana tahap-tahap pelaksanaan upacara ritual Ulaon Mangokkal Holi

dalam masyarakat Batak Toba di Kecamatan Sorkam Kabupaten Tapanuli

Tengah?

4. Apa makna simbol/peralatan upacara ritual Ulaon Mangokkal Holi bagi

masyarakat Batak Toba?

1.5. TUJUAN PENELITIAN

Yang menjadi tujuan Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui sejarah upacara ritual ulaon mangokkal holi di

Kecamatan Sorkam.

2. Untuk mengetahui upacara ritual ulaon mangokkal holi di Kecamatan

Sorkam.

3. Untuk mengetahui tahap-tahap pelaksanaan upacara ritual ulaon

mangokkal holi dalam masyarakat Batak Toba.

4. Untuk mengetahui makna dan simbol/peralatan yang digunakan dalam

(19)

1.6. MANFAAT PENELITIAN

Dengan terlaksananya penelitian diharapkan hasil penelitian ini memiliki

beberapa manfaat sebagai berikut:

1. Menjelaskan pengetahuan dan wawasan pada peneliti dan pembaca

mengenai Upacara Ritual Ulaon Mangokkal Holi dalam Masyarakat

Batak Toba.

2. Dengan penelitian ini diharapkan menggugah semua pihak agar dapat

melestarikan dan tidak melupakan Proses Pelaksanaan Upacara Ritual

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Harahap, Basyral & Hotman Siahaan. 1987. Orientasi Nilai-Nilai Budaya Batak.

Jakarta: Sanggar William Iskandar.

Haviland, William. 1985.Antropologi, Edisi Keempat Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Ihromi, T.O. 2006. Pokok-Pokok Antropologi Budaya. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia.

Keesing, Roger. 1981. Antropologi Budaya, Edisi Kedua Jilid 2. Jakarta:

Erlangga.

Koentjaraningrat. 1983. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia.Jakarta:

Djambatan

Koentjaraningrat. 1983. Metode-Metode Penelitian Masyarakat. Jakarta:

Gramedia

Koentjaraningrat. 2000. Pengantar Antropologi, Edisi Baru. Jakarta:

RinekaCipta

Nainggolan, Togar. 2012. Batak Toba Sejarah dan Transformasi Religi. Medan:

Bina Media Perintis.

Sihombing, T.M. 1989. Jambar Hata Dongan Tu Ulaon. Jakarta: C.V. Tulus Jaya.

(21)

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang

Batak Toba. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2012. Konsepku Membangun Bangso Batak.

Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Situmorang, Sitor. 2004. Toba Na Sae. Jakarta: Komunitas Bambu.

Subagyo, Joko. 2006. Metode Penelitian Dalam Teori & Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

1.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai

berikut:

1. Sejarah upacara ritual ulaon mangokkal holi di kecamatan Sorka1m sudah

berlangsung sekitar 28 tahun. Yang pertama kali yang melaksanakan

upacara ritual ulaon mangokkal holi di desa Pearaja yaitu keluarga marga

Situmeang. Keluarga marga Situmeang ini merupakan marga yang paling

banyak di kecamatan Sorkam, setelah marga Situmeang adalah marga

Limbong juga merupakan marga yang banyak di berbagai desa kecamatan

Sorkam dan marga Situmorang yang paling sedikit karena merupakan

marga perantau di kecamatan Sorkam.

2. Dalam pelaksanaan upacara ritual ulaon mangokkal holi ini ada beberapa

tahap-tahap yang perlu diperhatikan supaya upacara dapat berlangsung

dengan baik yaitu; penetapan waktu, tempat, dan persiapan menjelang

upacara berdasarkan hasil musyawarah keluarga (martonggo raja).

Pelaksanaan upacara ritual ulaon mangokkal holi meliputi kegiatan:

1). Pergi ke kuburan, 2) pencucian tulang belulang, 3) memasukkan tulang

(23)

upacara, 5) acara makan siang bersama, 6) permintaan maaf boru, dan

7) puncak upacara.

3. Peralatan yang digunakan dalam upacara ritual mengangkat tulang

belulang nenek moyang (ulaon mangokkal holi) masing-masing memiliki

simbol dan makna yang berbeda-beda. Ada beberapa peralatan memiliki

makna dapat dipercaya sebagai penangkal dari hal-hal yang buruk bagi

keluarga yang melaksanakan upacara yakni daun silinjuang dan ulos

pangiring. Daun silinjuang mampu melawan musuh dan ulos pangiring akan mengiringi setiap keturunan yang melaksanakan upacara. Sedangkan

peralatan yang memiliki makna dapat dipercaya sebagai doa dan harapan

yang melaksanakan upacara yakni darah kerbau yang disembelih sengaja

ditumpahkan di atas tanah supaya pemilik tanah memiliki rejeki atau

berkat. Karena dari tanahlah semua tumbuh. Dan juga tiang borotan

kerbau dibuat dari kayu sarimaniak supaya rejeki dari tanah akan naik,

(24)

1.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti

menyarankan beberapa hal sebagai berikut:

1. Bagi generasi muda khususnya generasi muda yang ada di Kecamatan

Sorkam harus menyadari bahwa kebudayaan yang ada di daerah mereka

masih perlu untuk dilestarikan, walaupun adanya perubahan yang masuk

seiring berkembangnya teknologi hendaknya upacara ini tetap

dilaksanakan walaupun pelaksanaanya sangat sederhana.

2. Untuk pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah diharapkan untuk

mengembangkan potensi kebudayaan yang ada dan akan menjadi devisa

daerah, sehingga pemerintah tudak hanya mengembangkan dalam bidang

pembangunan materi saja.

3. Nilai-nilai adat yang terkandung dalam upacara ritual mengangkat tulang

belulang nenek moyang (ulaon mangokkal holi) harus kita tanamkan

dalam diri kita, karena nilai-nilai yang terkandung dalam adat-istiadat

masyarakat Batak Toba juga merupakan bentuk dari sebuah persatuan dan

Gambar

Tabel 1: Jumlah Penduduk Kecamatan Sorkam tahun 2012……………………  27
Grafik 1: Kerangka Berpikir……………………………………………………  19

Referensi

Dokumen terkait

Oafam upacara Saur Mattia dan mangongkal HoH yang wajib dilaksanakan adalah pembagian jambar sebagai tanda kekerabatan yang memiliki berbagai fungsi dan makna. Untuk

Dalam pelaksanaan upacara tradisi Tewah sebaiknya setiap upacara dibacakan sejarah singkat diadakannya upacara Tewah agar semua peserta khususnya remaja supaya

Keberadaan Alat Musik Keyboard Dan Sulim Pada Upacara Adat Perkawinan Batak Toba Di Kecamatan Sosorgadong Kabupaten Tapanuli Tengah (Tinjauan Terhadap Bentuk,

Keberadaan lembaga Perbato diharapkan sebagai wadah dimana masyarakat Kelurahan Talang Mandi dapat melaksanakan semua kegiatan budaya Batak Tobanya. Keberadaan lembaga

Ada beberapa saran sehubungan dengan penelitian yang telah penulis lakukan terhadap tari Tor-Tor pada upacara kematian Saur Matua diantaranya yaitu dalam mengembangkan serta

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam upacara ritual Reba pada masyarakat Luba Desa Tiworiwu Kecamatan Jerebuu mempunyai tata cara atau pelaksanaan yang

Hasil penelitian menunjukan bahwa pada tuturan ritual be’eula dalam upacara kematian yang terjadi pada masyarakat Desa Oetutulu, Kecamatan Rote Barat Laut,

Kensep yang ada pada buku ini memiliki kaitan yang dapat membantu mengupas beberapa hal yang ada dalam upacara ritual Belian serta tari atau seninya, dari segi fungsi