• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan kinerja dosen, keaktifan mahasiswa, dan gaya belajar dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II: studi kasus mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan kinerja dosen, keaktifan mahasiswa, dan gaya belajar dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II: studi kasus mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma."

Copied!
186
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

HUBUNGAN KINERJA DOSEN, KEAKTIFAN MAHASISWA, DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

KEUANGAN DASAR II

Studi Kasus: Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Nurulliana Maharsi Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II (AKD II), (2) hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan prestasi belajar AKD II, (3) hubungan positif gaya belajar mahasiswa dengan prestasi belajar AKD II.

Jenis penelitian ini adalah penelitan studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik pengujian hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rank.

(2)

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LECTURER’S PERFORMANCE, STUDENT’S LEARNING ACTIVITY, LEARNING STYLE AND LEARNING ACHIEVEMENT ON ADVANCED ACCOUNTING

PRINCIPLE

A Case Study on Students of 2015 Batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University

Nurulliana Maharsi Sanata Dharma University

2017

The research aims to know: (1) the relation between lecturer’s performance and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (2) the relation between student’s learning activity and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (3) the relation between learning style and learning achievement of Advanced Accounting Principle.

This research is a case study research. This research was carried out in September, 2016. Populations of this research were students of 2015 batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University. Numbers of population of this research were 80 students. The techniques of collecting data were questionnaires and documentation. The technique of hypothesis testing was correlation Spearman Rank.

(3)

i

HUBUNGAN KINERJA DOSEN, KEAKTIFAN MAHASISWA,

DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR

AKUNTANSI KEUANGAN DASAR II

Studi Kasus: Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

Nurulliana Maharsi

NIM : 121334066

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Ku Persembahkan Karya Ini Untuk ;

ALLAH SWT

Kedua Orangtua ku tersayang, Purwanto dan Kozimah

Kakak ku, Novita Sakti Dewanti

Segenap Keluarga ku

Orang-orang yang selalu tulus menyayangi ku, I love you all

(7)

v MOTTO

One smile can start a friendship, one word can end a fight, one look can save a relationship, one person can change your life

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri

(Q.S Ar-ra’d 11)

“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari

sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan

hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Q.S Al-Insyirah, 6-8)

“Siapapun yang memuji agamanya sendiri dengan meremehkan agama

lainnya hanya akan merendahkan martabat agamanya sendiri. Kerukunan antar umat beragama atau kepercayaan patut dihargai. Hendaknya kita mau mendengar dan memahami nilai-nilai kebenaran

(8)
(9)
(10)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN KINERJA DOSEN, KEAKTIFAN MAHASISWA, DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI

KEUANGAN DASAR II

Studi Kasus: Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma

Nurulliana Maharsi Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II (AKD II), (2) hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan prestasi belajar AKD II, (3) hubungan positif gaya belajar mahasiswa dengan prestasi belajar AKD II.

Jenis penelitian ini adalah penelitan studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik pengujian hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rank.

(11)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN LECTURER’S PERFORMANCE,

STUDENT’S LEARNING ACTIVITY, LEARNING STYLE AND

LEARNING ACHIEVEMENT ON ADVANCED ACCOUNTING PRINCIPLE

A Case Study on Students of 2015 Batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University

Nurulliana Maharsi Sanata Dharma University

2017

The research aims to know: (1) the relation between lecturer’s performance and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (2) the relation between student’s learning activity and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (3) the relation between learning style and learning achievement of Advanced Accounting Principle.

This research is a case study research. This research was carried out in September, 2016. Populations of this research were students of 2015 batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University. Numbers of population of this research were 80 students. The techniques of collecting data were questionnaires and documentation. The technique of hypothesis testing was correlation Spearman Rank.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Hubungan Kinerja Dosen, Keaktifan Mahasiswa, dan Gaya Belajar Mahasiswa

dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Dasar II” dengan lancar. Penulisan

skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama

penyusunan dan penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu sehingga

skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma dan Ketua

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen

Pembimbing, yang telah meluangkan waktu dalam membimbing,

mendampingi, membantu, dan memberikan saran dan kritik untuk

kesempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Rita Eny P, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing sebelumnya, yang

telah meluangkan waktu dalam membimbing, dan memberikan saran dan

(13)

xi

5. Segenap staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma, yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama

proses perkulihan

6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku sekretariat Program Studi Pendidikan

Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, yang telah membantu kelancaran

proses administrasi selama perkuliahan dan penelitian.

7. Pemimpin dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan Universitas Sanata

Dharma yang telah melayani peminjaman buku-buku serta menyediakan

fasilitas selama belajar hingga penyusunan skripsi.

8. Seluruh staf BAA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan

pengalaman bekerja yang luar biasa. Terimakasih Pak Kris, Pak Heru, Pak

Joko, Pak Devi, Bu Linda, Mbak Yovi, Mbak Hengki, Mbak Wira.

9. Orangtua saya Purwanto dan Kozimah, yang telah mengantarkan saya menjadi

sarjana, serta telah memberikan materi, doa, kasih sayang dan dukungan yang

sangat luar biasa.

10.Kakak saya, Novita Sakti Dewanti yang telah memberikan dukungan serta

kucuran dana yang senantiasa saya porotin hehe. Terimakasih banyak.

11.Adik-adik saya, Ika Listiyani dan Muhammad Abdul Aziz. Sukses jadi bagian

dari perpajakan STAN dan tetap membanggakan keluarga, serta jangan

lupakan perjuangan semua keluarga yang telah mengantarkan kalian menjadi

(14)

xii

12.Om Tanggang dan Mbak Bulik, terimakasih telah memberikan tempat tinggal

selama di Jogja.

13.Robertus Dani Setiawan, mas pacar yang telah memberikan kasih sayang,

semangat, dan dukungan. Senantiasa membantu ketika sedang kesusahan.

14.Sahabat-sahabatku yang dulu dekat benget, Ayu, Sisil, Yosep, Galing, Tomi.

Kangen kalian banget. Kangen main sama-sama lagi. Ayo main.

15.Okti, Destri, Adis, Eny, Agnes, Oliv, Cimar, Siska Boru. Terimakasih banyak

banget, atas bantuan dan semangatnya untuk penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini.

16.Teman-teman PAK B yang telah berproses bersama selama 4 tahun.

Terimakasih atas bantuan, kerjasama, dan kenangannya.

17.Teman-teman PPL DBZ semuanya. Yang selalu rencana main tapi cuma jadi

wacana aja hehe.

18.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah

memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak

kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik atau saran dari

pembaca dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 25 Januari 2017

Penulis,

(15)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xx

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 7

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 8

(16)

xiv

1. Pengertian Kinerja ... 9

2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 10

3. Penilaian Kinerja ... 12

4. Fungsi Penilaian Kinerja ... 16

5. Dosen ... 18

B. Kinerja Dosen ... 21

1. Mengajar yang Efisien ... 22

2. Sasaran Evaluasi Kinerja Dosen ... 23

3. Cara Evaluasi ... 25

C. Keaktifan Belajar ... 26

1. Pengertian Keaktifan Belajar ... 26

2. Klasifikasi Keaktifan ... 28

3. Asas Keaktifan ... 29

D. Gaya Belajar ... 30

1. Pengertian Gaya Belajar ... 30

2. Jenis-Jenis Gaya Belajar ... 31

3. Indikator Gaya Belajar ... 36

E. Prestasi Belajar ... 40

1. Pengertian ... 40

2. Faktor yang Mempegaruhi Prestasi Belajar ... 41

F. Akuntansi Keuangan Dasar II ... 46

G. Penelitian yang Relevan ... 46

(17)

xv

I. Paradigma Penelitian ... 50

J. Perumusan Hipotesis ... 51

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 52

D. Populasi ... 53

E. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel ... 54

1. Operasionalisasi Variabel ... 54

2. Pengukuran Variabel ... 58

F. Teknik Pengumpulan Data ... 59

G. Teknik Pengujian Instrumen ... 59

1. Uji Validitas ... 60

2. Uji Reliabilitas ... 70

H. Teknik Analisis Data ... 72

1. Pengujian Statistik Deskriptif ... 72

2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 73

I. Pengujian Hipotesis ... 73

BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 76

B. Arti logo, Visi, dan Misi Universitas Sanata Dharma ... 80

C. Sejarah Program Studi Pendidikan Ekonomi ... 81

(18)

xvi

E. Kurikulum ... 86

F. Proses Pembelajaran ... 86

G. Sumber Daya Manusia ... 86

H. Kemahasiswaan ... 87

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 89

1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 89

2. Deskripsi Variabel Responden ... 91

B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 96

C. Pengujian Hipotesis ... 98

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104

BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 113

B. Saran ... 114

C. Keterbatasan ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 119

(19)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Konversi Nilai Akhir... 46

Tabel 2.2 Nilai Akhir Keberhasilan Belajar Mahasiswa ... 46

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 54

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Kinerja Dosen ... 55

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Keaktifan Belajar ... 56

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar ... 57

Tabel 3.5 Nilai Akhir Keberhasilan Belajar Mahasiswa ... 58

Tabel 3.6 Skala Pengukuran Likert ... 59

Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Dosen ... 61

Tabel 3.8 Hasil Pengujian Ulang I Validitas Variabel Kinerja Dosen ... 62

Tabel 3.9 Hasil Pengujian Ulang II Validitas Variabel Kinerja Dosen ... 63

Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Keaktifan Mahasiswa ... 64

Tabel 3.11 Hasil Pengujian Ulang I Validitas Variabel Keaktifan Mahasiswa ... 65

Tabel 3.12 Hasil Pengujian Validitas Variabel Gaya Belajar ... 67

Tabel 3.13 Hasil Pengujian Ulang I Validitas Variabel Gaya Belajar ... 68

Tabel 3.14 Hasil Pengujian Ulang II Validitas Variabel Gaya Belajar ... 69

Tabel 3.15 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 71

Tabel 3.16 Panduan Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 72

Tabel 3.17 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi Spearman ... 75

(20)

xviii

Tabel 4.2 Dosen dan Tenaga Administrasi Prodi Pendidikan Akuntansi ... 87

Tabel 4.3 Kegiatan Program Studi Pendidikan Ekonomi ... 88

Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 90

Tabel 5.2 Kategori IPK ... 90

Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan IPK ... 91

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen ... 92

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran .. 93

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar ... 94

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar AKD II ... 95

Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Bivariat Kinerja Dosen dan Prestasi Belajar AKD II ... 96

Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Bivariat Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran dan Prestasi Belajar AKD II ... 97

Tabel 5.10 Hasil Uji Normalitas Bivariat Gaya Belajar dan Prestasi Belajar AKD II ... 98

Tabel 5.11 Hasil Hipotesis Hubungan Kinerja Dosen dengan Prestasi Belajar AKD II ... 99

Tabel 5.12 Hasil Hipotesis Hubungan Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran dengan Prestasi Belajar AKD II ... 100

Tabel 5.13 Hasil Hipotesis Hubungan Gaya Belajar Visual dengan Prestasi Belajar AKD II ... 102

(21)

xix

Tabel 5.15 Hasil Hipotesis Hubungan Gaya Belajar Kinestetik

(22)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran I Surat Ijin Penelitian ... 122

Lampiran II Kuesioner Penelitian ... 124

Lampiran III Data Penelitian ... 132

Lampiran IV Hasil Uji Validitas ... 142

Lampiran V Hasil Uji Reliabilitas ... 152

Lampiran VI R tabel ... 154

Lampiran VII Hasil Penghitungan PAP ... 156

Lampiran VIII Hasil Uji Normalitas ... 158

(23)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah salah satu sarana untuk menjawab berbagai tantangan

yang berkaitan dengan perkembangan informasi, globalisasi, pasar bebas,

bahkan masalah kerukunan berbangsa dan bernegara. Dalam membangun

manusia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu

wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena

keberhasilan dunia pendidikan adalah sebagai faktor penentu tercapainya

tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan yaitu mencerdaskan

kehidupan bangsa. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang – Undang Sisdiknas yang bertumpu pada keyakinan pemerintah akan pentingnya

pendidikan dalam kehidupan manusia, bahwa pendidikan merupakan usaha

agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses

pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Pendidikan merupakan proses pendewasaan diri seseorang. Melalui

pendidikan akan tercipta perubahan tingkah laku dari seseorang yaitu dari

yang sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tentang sesuatu hal. Menurut

Undang – Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa :

(24)

mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Hal tersebut menunjukan bahwa pendidikan merupakan upaya yang

terencana, yang menggunakan berbagai proses dan metode tertentu dengan

tujuan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik agar

terjadi perubahan pengetahuan, tingkah laku dan keterampilan. Dengan

demikian, pendidikan merupakan sarana utama dalam upaya meningkatkan

kualitas sumber daya manusia sehingga negara menjadi maju dan tidak

menjadi negara yang terbelakang daripada negara lain dalam berbagai aspek,

baik ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Oleh karena itu, tanggung jawab

terhadap pendidikan tidak hanya oleh satu pihak saja melainkan semua pihak

turut andil dalam tanggung jawab pendidikan.

Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan

yang penting. Inti dari kegiatan pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar.

Keberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan di sekolah dilihat

berdasarkan prestasi belajarnya. Menurut Slameto (2003:32), salah satu

indikator untuk melihat kualitas pendidikan diantaranya dengan melihat

prestasi belajar siswa. Realisasinya adalah peningkatan prestasi belajar, baik di

tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas

maupun di perguruan tinggi. Prestasi belajar merupakan bagian akhir dari

proses belajar itu sendiri. Prestasi belajar merupakan tolok ukur maksimal

yang telah dicapai seorang siswa setelah melakukan proses belajar. Banyak

faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor-faktor itu dapat berasal dari

(25)

gaya belajar anak itu sendiri, sedangkan dari luar diri anak (eksternal)

misalnya dari guru/dosen, kampus, atau media pengajaran yang digunakan.

Dalam proses pembelajaran di universitas, kegiatan interaksi antara

dosen dan mahasiswa merupakan kegiatan yang dominan. Dosen merupakan

kelompok yang paling penting dalam lembaga pendidikan perguruan tinggi,

karena dosenlah yang melaksanakan fungsi utama program studi yaitu

melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi: pengajaran, penelitian dan

pengabdian. Dalam perkembangan yang kompetitif dan mengglobal, setiap

lembaga termasuk lembaga pendidikan membutuhkan personil, terutama

tenaga dosen yang berprestasi tinggi. Kinerja dosen yang berkualitas

diperlukan dalam rangka peningkatan mutu institusi pendidikan yang dapat

menghasilkan lulusan yang memiliki mutu tinggi dan berprestasi yang bisa

bersaing di era sekarang ini. Seorang dosen memiliki tanggung jawab yang

besar, mereka tidak hanya bertanggung jawab dalam transfering knowledge

tetapi lebih dari itu mereka juga berperan sebagai guru dan pendidik, karena

dosen adalah orang yang secara langsung bertemu dengan mahasiswa untuk

memberikan ilmu, baik ilmu mata kuliah maupun ilmu tentang kehidupan.

Prestasi belajar mahasiswa akan tercapai secara optimal jika hal-hal

yang terkait dengan kinerja dosen di dalam pengajaran baik, seperti

penguasaan materi oleh dosen, keterampilan mengajar dosen, strategi

mengajar dosen, penggunaan bahasa yang digunakan dalam menyampaikan

materi, evaluasi oleh dosen, interaksi dosen dengan mahasiswa, dan

(26)

dosen juga dituntut untuk bisa menciptakan suasana yang bermakna,

menyenangkan, kreatif dan dinamis untuk meningkatkan prestasi belajar

mahasiswa. Hal ini menempatkan dosen pada posisi yang sangat penting

karena dosen adalah bagian dari perguruan tinggi yang bertugas

menyampaikan jasa pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi berkaitan langsung

dengan mahasiswa dan dosen sebagai pendidik. Keberhasilan pendidikan di

perguruan tinggi dapat diketahui dari prestasi mahasiswa dalam proses

pembelajaran. Keaktifan mahasiswa merupakan hal yang perlu diperhatikan

dosen sehingga proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh

hasil yang optimal. Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran juga akan

mendorong pencapaian prestasi belajar yang semakin baik. Mahasiswa

berperan aktif dalam setiap kegiatan perkuliahan, disiplin mengikuti

perkuliahan, dan mandiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

dosen. Seorang mahasiswa dapat mencapai prestasi yang baik manakala ia

merasa senang dan tertarik untuk terlibat aktif dalam setiap perkuliahan

maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen.

Hal yang harus mendapat perhatian pada saat peningkatan mutu

pendidikan yaitu masalah gaya belajar, mengingat keberhasilan pencapaian

tujuan belajar sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan pendidikan. Gaya

belajar atau learning style merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan

mengenai bagaimana individu belajar seperti memahami dan mengingat

(27)

bagi mahasiswa untuk belajar maupun pengajar untuk mengajar dalam proses

pembelajaran. Mahasiswa akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya

baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan

mahasiswa dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat.

Meningkatkan kemampuan intelegensinya yang sangat mempengaruhi hasil

belajar.

Setiap mahasiswa pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda yang

dipakai dalam usaha mencapai tujuan belajarnya. Dengan mengenal gaya

belajar masing-masing maka pembelajaran dapat dilakukan dengan mudah dan

tepat. Keberhasilan dalam menggunakan gaya belajar akan membawa dampak

yang positif dalam meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu untuk

membantu meningkatkan prestasi belajar mahasiswa agar dapat menjadi lebih

optimal, maka faktor-faktor tersebut hendaknya dapat difungsikan secara

maksimal sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang diraih akan menjadi

lebih baik

Prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang

Keahlian Khusus (BKK) Pendidikan Akuntansi pada mata kuliah Akuntansi

Keuangan Dasar II (AKD II) secara umum kurang memuaskan. Pencapaian

nilai A dan B masih di bawah rata-rata dan sebagian besar mendapat nilai C

dan D. AKD II merupakan mata kuliah pokok dalam kurikulum Program Studi

(Prodi) Pendidikan Akuntansi. Mata kuliah AKD II dibagi menjadi dua yaitu

teori AKD II dan praktik AKD II. Dalam buku Pedoman Program Studi

(28)

kuliah yang mendiskusikan teknik-teknik pencatatan dan prosedur-prosedur

akuntansi untuk penyusunan neraca, akuntansi untuk perusahaan, investasi

dalam saham dan obligasi, hutang jangka panjang laporan sumber dan

penggunaan dana, dan pengenalan pada akuntansi biaya (cost accounting).

Meskipun sebagai mata kuliah pokok yang bisa menjadi dasar pengalaman

sebelum terjun ke dunia kerja, prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan

Akuntansi pada mata kuliah AKD II saat ini belum menunjukkan hasil yang

memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya nilai mata kuliah AKD

II yang diperoleh serta masih banyak mahasiswa yang mengulang mata kuliah

tersebut pada kelas angkatan di bawahnya.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik

untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kinerja Dosen, Keaktifan Mahasiswa, dan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Dasar II : Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan

Akuntansi Universitas Sanata Dharma.

B. Batasan Masalah

Pada penelitian ini penulis perlu membatasi permasalahan dengan tujuan

agar pembahasan tidak terlalu meluas. Terdapat berbagai faktor yang

berhubungan dengan prestasi belajar mata kuliah AKD II. Pembatasan

(29)

1. Peneliti membatasi faktor yang akan diteliti adalah kinerja dosen dalam

pengajaran pada mata kuliah AKD II

2. Keaktifan mahasiswa dalam kegiatan belajarnya pada mata kuliah AKD II

3. Variabel gaya belajar mahasiswa yang diteliti hanya gaya belajar visual,

auditorial dan kinestetik pada mata kuliah AKD II.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar AKD

II?

2. Apakah ada hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran

dengan prestasi belajar AKD II?

3. Apakah ada hubungan positif gaya belajar dengan prestasi belajar AKD II?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu

penelitian dapat lebih terarah dan ada batasan–batasannya tentang objek yang diteliti. Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif kinerja dosen dengan

prestasi belajar AKD II.

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif keaktifan mahasiswa

(30)

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif gaya belajar dengan

prestasi belajar AKD II.

E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dosen

Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan, saran

maupun kritik setelah proses pembelajaran berlangsung sehingga dosen

dapat mengevaluasi pembelajarannya dengan cermat dan membuat

pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik lagi.

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan refleksi

untuk mahasiswa.

3. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah literatur dan dapat

menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian

(31)

9

BAB II

KAJIAN TEORETIK

Bab ini akan mengulas beberapa teori yang menjadi landasan perumusan

hipotesis. Teori berikut disajikan sebagai pegangan dalam menentukan perumusan

hipotesis. Teori yang disajikan merupakan teori yang berhubungan dengan kinerja

dosen, keaktifan mahasiswa, gaya belajar, dan prestasi belajar.

A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang

padanyanya dalam bahasa inggris adalah performance yang dalam bahasa

Indonesia diartikan sebagai performa. Menurut Wirawan (2008:5) kinerja

adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau

indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.

Pekerjaan adalah aktivitas menyelasaikan sesuatu atau membuat sesuatu

yang hanya memerlukan tenaga dan keterampilan tertentu seperti yang

dilakukan pekerja kasar. Contoh pekerjaan, yaitu sopir bus, pembantu

rumah tangga, tukang cukur, dan tukang kayu. Sementara itu, profesi

adalah pekerjaan yang untuk menyelesaikannya memerlukan penguasaan

dan penerapan teori ilmu pengetahuan yang dipelajari dari lembaga

pendidikan tinggi seperti yang dilakukan oleh profesional. Contoh profesi

(32)

Prawirosentono (1992:2) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja

yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu

organisasi dalam rangka upaya mencapai tujuan secara legal. Sementara

Indra Bastian (Irham Fahmi, 2010:3) menyatakan bahwa kinerja adalah

gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu

kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,

dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis

(strategic planning) suatu organisasi.

Dari beberapa pengertian kinerja yang telah disampaikan oleh para

ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah keluaran atau hasil kerja dari

suatu kegiatan atau program yang dilakukan oleh seseorang atau

sekelompok orang dalam rangka mencapai tujuan organisasi.

2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Menurut Wirawan (2008:6) kinerja pegawai merupakan hasil sinergi

dari sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Faktor internal pegawai, terdiri dari faktor bawaan dari lahir dan faktor

yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor bawaan misalnya bakat,

sifat pribadi, keadaan fisik dan kejiwaan, sementara faktor yang

diperoleh misalnya, pengetahuan, keterampilan, etos kerja,

pengalaman kerja, dan motivasi kerja.

b. Faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya,

(33)

Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya pegawai.

Misalnya strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan

untuk melaksanakan pekerjaan serta sistem manajemen dan

kompensasi.

c. Faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor eksternal

organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di

lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan.

Misalnya krisis ekonomi dan keuangan.

Kinerja mempunyai hubungan kausal dengan kompetensi. Kinerja

merupakan fungsi dari kompetensi, sikap, dan tindakan. Kompetensi

melukiskan karakteristik pengetahuan, keterampilan, perilaku dan

pengalaman untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu secara

efektif. Pengetahuan melukiskan apa yang terdapat dalam kepala

seseorang seperti pemahaman mengenai sesuatu. Keterampilan melukiskan

kemampuan yang dapat diukur yang telah dikembangkan melalui praktik

atau pelatihan. Sikap melukiskan perasaan mengenai sesuatu, melukiskan

senang atau tidak senang mengenai objek tertentu. Dalam sikap

terkandung perasaan, kepercayaan, nilai-nilai, dan cenderung berperilaku

dengan cara tertentu. Sikap mempunyai tiga komponen yaitu (Wirawan:

2008:10) :

a. Komponen afektif dari sikap adalah aspek perasaan emosional

terhadap objek, orang, atau situasi. Komponen ini terkondisi melalui

(34)

b. Komponen kognitif adalah kepercayaan, nilai-nilai yang dimiliki

seseorang mengenai suatu objek. Kepercayaan atau nilai-nilai ini dapat

berasal dari observasi personal, apa yang dilihat, didengar, atau dirasa

mengenai fakta, spekulatif, atau sesuatu yang fiktif.

c. Komponen behavioral. Sikap seseorang terhadap suatu objek

mempengaruhi perilakunya terhadap objek tersebut. Dengan demikian,

kita dapat memprediksi perilaku seseorang terhadap suatu objek

dengan mengetahui sikapnya terhadap objek tersebut.

d. Tindakan. Kompetensi dan sikap tidak akan menghasilkan kinerja

tanpa dioperasikan dalam tindakan. Banyak orang yang pandai atau

berkompeten dan bersikap positif terhadap sesuatu, namun ia

NATO−no action, talk only, maka ia tidak akan menghasilkan kinerja.

3. Penilaian Kinerja

a. Pengertian Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna

mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena

adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya

manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat

bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan,

melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya

(35)

Simamora (2004:338) mengemukakan bahwa penilaian kinerja

adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi

pelaksanaan kerja individu karyawan. Menurut Mathis dan Jackson

(2006:382) penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses

mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka

jika dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian

mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan. Penilaian

kinerja juga disebut pemeringkatan karyawan, evaluasi karyawan,

tinjauan kerja, evaluasi kinerja, dan penilaian hasil. Sedangkan

menurut Handoko (1994:11) penilaian kinerja merupakan cara

pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu dalam organisasi. Nilai

penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat

kontribusi individu atas kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian

tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.

Jadi secara umum dapat didefinisikan bahwa penilaian kinerja

adalah sebagai penilaian hasil kerja nyata dengan standar kualitas

maupun kuantitas yang dihasilkan oleh setiap pegawai. Penilaian

kinerja pegawai mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi

yang dapat dicapai setiap pegawai. Apakah prestasi yang dicapai setiap

pegawai baik, sedang, atau kurang. Penilaian prestasi penting bagi

setiap pegawai dan berguna bagi organisasi untuk mengambil

(36)

b. Unsur-Unsur Penilaian Kinerja

Menurut Wirawan (2008:143) unsur-unsur penilaian kerja

meliputi hal-hal dibawah ini:

1) Kesetiaan

Dalam arti sempit kesetiaan adalah ketaatan, dan pengabdian

kepada Pancasila, UUD 1945, Negara, dan pemerintah. Sedangkan

dalam arti luas yang dimaksud dengan kesetiaan adalah tekad dan

kesanggupan menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu

disertai dengan kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan

kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah

laku sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas.

2) Prestasi Kerja

Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang

tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang

dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi seorang pegawai

dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan

kesungguhan pegawai yang bersangkutan.

3) Tanggung jawab

Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja

dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan

kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani

mengambil risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan

(37)

4) Ketaatan

Ketaatan adalah kesanggupan seorang tenaga kerja untuk

menaati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan

peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah yang diberikan

oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak

melanggar larangan yang ditentukan.

5) Kejujuran

Kejujuran adalah ketulusan hati tenaga kerja dalam

melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak

menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.

6) Kerja sama

Kerja sama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk

bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan

suatu tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil

guna yang sebesar-besarnya sesuai dengan target yang ditentukan.

7) Prakarsa

Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk

mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu

tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa

(38)

8) Kepemimpinan

Kepemimpinan adalah kemampuan seorang tenaga kerja

untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut memiliki

kemauan dan semangat kerja dalam melaksanakan tugasnya.

4. Fungsi Penilaian Kinerja

Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur

yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat

yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil. Dengan demikian,

penilaian prestasi adalah merupakan hasil kerja personil dalam lingkup

tanggung jawabnya. Fungsi penilaian kinerja menurut Wirawan (2004:24):

a. Memberikan balikan (feedback) kepada ternilai mengenai kinerjanya.

Ketika merekrut pegawai, organisasi atau institusi mengharapkan

ia memenuhi ketentuan atau ekspektasi organisasi. Ia harus

melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya sesuai dengan

uraian tugas, prosedur operasi, dan memenuhi standar kinerjanya.

Dengan diberitahukannya kinerja seorang tenaga kerja atau pegawai, ia

mengetahui hasil upayanya, kelemahan dan kekuatan kinerjanya, serta

apa yang harus ia lakukan dimasa yang akan datang untuk

mempertahankan jika kinerjanya baik dan sangat baik.

b. Alat memotivasi ternilai.

Kinerja ternilai yang memenuhi standar kinerja sangat baik atau

(39)

kinerjanya. Ternilai mengetahui tentang kinerja yang dinilai sangat

baik dan merupakan kebanggaan untuk mencapainya.

c. Penentuan dan pengukuran tujuan kinerja.

Dalam sistem evaluasi kinerja yang menggunakan manajemen by

objectivies, evaluasi kinerja dimulai dengan menentukan tujuan atau sasaran kerja pegawai ternilai pada awal tahun.

d. Konseling kinerja buruk.

Dalam penilaian kinerja, tidak semua pegawai mampu memenuhi

standar kinerjanya atau kinerjanya buruk. Bagi pegawai seperti ini,

penilai akan memberikan konseling mengenai penyebab rendahnya

kinerja ternilai dan mengupayakan peningkatan kinerja di tahun

mendatang.

e. Mendukung perencanaan sumber daya manusia.

Organisasi atau institusi yang mapan mempunyai perencanaan

sumber daya manusia yang sitematis untuk masa mendatang. Organisai

ini mampu memprediksi berapa jumlah pegawai yang bermutu pada

waktu tertentu.

f. Menentukan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia (SDM).

Kinerja organisasi ditentukan oleh dua faktor: faktor kinerja

pegawai dan faktor nonpegawai. Jika kinerja pegawai rendah,

pemecahannya berupa penyelenggaraan pengembangan SDM yang

berupa, pelatihan, pendidikan, dan pengembangan pegawai.

(40)

g. Alat manajemen kinerja organisasi.

Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh kinerja pegawai. Jika

kinerja setiap pegawai memenuhi harapan organisasi, maka

kemungkinan kinerja organisasi tercapai juga tinggi.

h. Pemberdayaan pegawai.

Penilaian kinerja merupakan alat memberdayakan pegawai agar

mampu menaiki jenjang karir. Penilaian kinerja menentukan apakah

kinerja pegawai dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk

meningkatkan karirnya.

5. Dosen

Sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang No. 14 tahun 2005

mengenai Guru dan Dosen.

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.

Pengertian dosen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen digolongkan dalam 3 jenis

yaitu, dosen tetap, dosen luar biasa atau dosen tidak tetap dan dosen tamu.

a. Kualifikasi Dosen

Dalam UU No.14 Tahun 2005 Mengenai Guru dan Dosen, dosen

wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,

sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang

(41)

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kualifikasi akademik dosen sebagaimana yang dimaksud diperoleh

melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi

sesuai dengan bidang keahlian. Dosen memiliki kualifikasi akademik

minimum:

1) lulusan program magister untuk program diploma atau program

sarjana; dan

2) lulusan program doktor untuk program pascasarjana

Selain kualifikasi akademik, setiap orang yang memiliki keahlian

dengan prestasi luar biasa juga dapat diangkat menjadi dosen, tentunya

berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh masing-masing senat

akademik satuan pendidikan tinggi.

b. Profil Pengajar

Hamalik (Rimang, 2011:34) mengemukakan bahwa tugas

seorang pengajar adalah mengajar dan perannya terdapat di dalam

kelas, peran yang harus dimiliki adalah sebagai berikut:

1) Sebagai pengajar, mampu menyampaikan ilmu pengetahuan,

sehingga memiliki keterampilan menyampaikan informasi kepada

peserta didik dengan menggunakan bahasa yang santun.

2) Sebagai pemimpin kelas, memiliki keterampilan dalam memimpin

(42)

3) Sebagai pembimbing, memiliki keterampilan dalam mengarahkan

dan mendorong kegiatan belajar peserta didik.

4) Sebagai pengatur lingkungan, memiliki keterampilan

mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. Atau

dalam definisi lain pengajar harus mempunyai keahlian sebagai

„ahli lingkungan‟ dalam arti bila di lingkungan dimana pengajar

tersebut bekerja dirasakan terjadi situasi yang kurang

menyenangkan, atau bila di kelas dimana ia mengajar terjadi situasi

yang kurang mendukung proses belajar mengajar, maka pengajar

harus pula mampu mengubahnya.

5) Sebagai partisipan, memiliki keterampilan untuk memberikan

saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberikan penjelasan.

6) Sebagai ekspeditur, memiliki keterampilan menyelidiki

sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.

7) Sebagai perencana, terampil dalam memilih dan meramu bahan

ajar secara profesional.

8) Sebagai penanya, terampil dalam bertanya yang dapat merangsang

berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah.

9) Sebagai supervisor, terampil dalam mengawasi kegiatan peserta

didik dan ketertiban kelas.

10)Sebagai motivator, terampil dalam mendorong semangat peserta

(43)

11)Sebagai evaluator, terampil dalam menilai peserta didik secara

objektif, kontinyu dan secara komprehensif.

12)Sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan dalam membantu

peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.

13)Sebagai pelebur suasana, mampu memberikan humor atau candaan

agar peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti

pembelajaran. Dengan humor mungkin dapat menciptakan suasana

hangat atau akrab.

14)Sebagai penerima kritik, mau menerima umpan balik (feedback)

dari peserta didik atau dari teman sejawatnya dengan maksud agar

proses belajar mengajar dapat terus ditingkatkan secara

keseluruhan.

B. Kinerja Dosen

Proses pendidikan formal di perguruan tinggi mencakup kegiatan

pembelajaran yang dilakukan antara pendidik/pengajar (dosen) dengan peserta

didik (mahasiswa). Dalam hal ini dosen dituntut untuk memiliki kemampuan

melakukan perancangan berbagai hal berkaitan dengan kegiatan pembelajaran

mata kuliah yang diampunya. Kinerja dosen pada suatu perguruan tinggi

merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap dosen sebagai prestasi kerja

(44)

1. Mengajar yang Efisien

Melakukan persiapan atau perencanaan pengajaran adalah tahapan

yang sangat penting, karena pada kegiatan persiapan dan perencanaan

inilah pelaksanaan pengajaran akan berjalan dengan baik. Terdapat

sepuluh tahapan persiapan atau perencanaan yang perlu dilakukan menurut

Soekartawi (1995:40), yaitu :

a. Mempelajari silabus. Di tiap lembaga pendidikan terkadang dijumpai

adanya perbedaan dalam pembuatan silabus, namum pada dasarnya

dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu silabus yang telah

disiapkan oleh jurusan, fakultas, universitas, atau lembaga pendidikan

yang bersangkutan; silabus yang disiapkan sendiri oleh pengajar.

b. Menetapkan tujuan dan kelompok sasaran. Walaupun tujuan ini telah

ditetapkan di silabus, sebaiknya perlu ditetapkan apa tujuan

instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan

instruksional umum biasanya merupakan goals dari bahan ajar yang

diberikan, yaitu tujuan relatif yang ingin dicapai, sedangkan tujuan

instruksional khusus berisi tujuan yang sifatnya operasional yang harus

dikuasai oleh mahasiswa.

c. Membuat satuan acara pengajaran (SAP). SAP adalah penjabaran yang

lebih terperinci dari bahan ajar yang diberikan untuk tujuan mencapai

tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Dengan

(45)

bahan ajar yang akan diberikan pada waktu pembelajaran tersebut

berlangsung.

d. Memilih model instruksi yang relevan. Tiap pengajar mempunyai

keahlian atau kesenangan dalam memilih model instruksi yang dipakai

sehari-hari di kelas. Model instruksi yang digunakan sebaiknya sesuai

dengan bahan ajar atau ilmu pengetahuan yang diberikan.

e. Membuat cara evaluasi. Cara evaluasi dapat berupa ujian lisan, tertulis,

mengumpulkan tugas, kuis atau lainnya.

f. Menetapkan tempat dan waktu. Biasanya memang bukan tugas

pengajar. Namun demikian, pengajar dapat saja mengusulkan tempat

dan waktu yang lebih sesuai dengan waktu yang ia miliki.

g. Menetapkan buku wajib dan pilihan.

h. Membagikan hand out.

i. Melakukan pengajaran yang baik.

j. Melaksanakan evaluasi diri sendiri. Evaluasi yang dimaksudkan disini

adalah evaluasi terhadap diri sendiri mengenai cara mengajar yang

sudah dilakukan atau kemampuan berkomunikasi, sebagai bahan

evaluasi untuk bisa lebih baik lagi.

2. Sasaran Evaluasi Kinerja Dosen

Salah satu tugas dan tanggung jawab dosen, sebagaimana

diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2010, adalah

(46)

seorang dosen yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena

sebagai realisasi dari tugas utama suatu perguruan tinggi, yaitu

melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dalam upaya mendidik

mahasiswa.

Sebagai pendidik, dosen mengemban tugas dan tanggung jawab

untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa, baik segi

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan tujuan yang telah

ditetapkan. Sesuai dengan tugas utama dosen sebagai pendidik dan

pengajar, maka yang menjadi sasaran evaluasi kinerja dosen meliputi

(LPM USD, 2008:35) (Pedoman Penilaian Kinerja Dosen, 2009:17) :

a. Persiapan atau perencanaan pembelajaran yang dilakukan dosen,

seperti: penyusunan dan pengembangan SAP, silabus, handout

perkuliahan.

b. Pelaksanaan pembelajaran, antara lain kemampuan dalam

penyampaian materi pelajaran, penguasaan materi, penggunaan alat

bantu pendidikan, manajemen kelas, pemberian tugas-tugas

perkuliahan, penggunaan metoda pembelajaran.

c. Evaluasi hasil belajar meliputi: antara lain penetapan alat atau jenis

evaluasi yang digunakan, kesesuaian penggunaan jenis evaluasi

dengan tujuan pembelajaran, relevansi antara soal dengan materi

(47)

d. Kemampuan dosen dalam menjalin atau berinteraksi dengan

mahasiswa, memotivasi mahasiswa, membantu mahasiswa yang

mengalami masalah dalam belajar.

3. Cara Evaluasi

Dalam melaksanakan tugasnya, dosen haruslah melakukan evaluasi

dari tugas yang ia berikan selama perkuliahan. Evaluasi dapat dilakukan

pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kehendak pengajar (tes

mingguan atau kuis) dan dapat pula mengikuti waktu yang telah ditetapkan

fakultas atau universitas (ujian tengah semester/ujian akhir semester).

Evaluasi ini sebaliknya berjalan pada dua arah, yaitu evaluasi pengajar

yang berasal dari mahasiswa dan evaluasi mahasiswa yang berasal dari

pengajar.

Menurut Soekartawi (1995:25) bentuk-bentuk evaluasi terhadap

mahasiswa biasanya dapat berupa, antara lain:

a. Evaluasi bahwa mahasiswa telah menyelesaikan seperangkat program

yang diberikan. Biasanya dilakukan pada lembaga pelatihan atau

dalam bentuk kursus yang memerlukan waktu yang singkat.

b. Ujian tertulis. Ujian dalam bentuk uraian, bentuk ujian yang paling

populer dilaksanakan. Biasanya cara ujian ini dilakukan pada ujian

tengah semester atau pada akhir semester.

c. Ujian lisan. Ujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh

(48)

ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara

pengajar dengan mahasiswa.

d. Ujian memilih alternatif. Tersedia dalam berbagai kemungkinan

seperti ujian pilihan ganda atau ujian memilih benar salah.

e. Ujian penampilan. Misalnya mengikuti pelatihan perancangan media

pengajaran, atau pada saat mengikuti program pengalaman lapangan.

C. Keaktifan Belajar

1. Pengertian Keaktifan Belajar

Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan

aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan

pengalaman belajar. Keaktifan belajar mahasiswa merupakan unsur dasar

yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah

kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir

sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98).

Sedangkan menurut Usman (2000:24) keaktifan adalah keterlibatan

intelektual emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang

bersangkutan, asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian

pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikannya

(feedback) dalam pembentukan sikap.

Dari pengertian tersebut dapat diartikan keaktifan mahasiswa adalah

suatu kegiatan atau kesibukan fisik maupun nonfisik yang dilakukan oleh

(49)

belajar yang dilakukan mahasiswa dan merupakan suatu interaksi antara

mahasiswa dan dosen dalam rangka mencapai tujuan belajar. Keaktifan

mahasiswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi

pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas

persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses

pembelajaran. Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran merupakan hal

yang perlu diperhatikan dalam upaya mencapai prestasi belajar yang

optimal. Mahasiswa yang belajarnya aktif dan memiliki motivasi yang

tinggi akan mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi akan mampu

mencapai prestasi belajar yang tinggi.

Menurut Sudjana (2004:61) mengemukakan keaktifan siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:

a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.

b. Terlibat dalam pemecahan masalah.

c. Bertanya pada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan

yang dihadapinya.

d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk

memecahkan masalah.

e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.

f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.

g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.

h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh

(50)

2. Klasifikasi Keaktifan

Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh mahasiswa di

kampus. Aktivitas mahasiswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat

seperti yang lazim dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa. Jenis-jenis

aktivitas siswa dalam belajar adalah sebagai berikut (Sardiman, 1988: 99):

a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.

b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.

c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi, musik, pidato.

d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.

e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

f. Motor activities, antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain.

g. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

(51)

3. Asas Keaktifan

Asas keaktifan dari berbagai segi antara lain (Wahyudi, 2012:15) :

a. Segi pendidikan. Keaktifan anak dalam mencoba atau mengerjakan

sesuatu dengan minat besar, artinya dalam pendidikan dan pengajaran

percobaan-percobaan yang dilakukan akan memantapkan hasil

studinya. Lebih dari itu akan menjadikannya rajin, tekun, tahan uji dan

percaya pada diri sendiri. Ia mempunyai rasa optimis dalam

menghadapi hidup. Sebagai contoh seorang murid yang berhasil dalam

menulis atau mengarang, ia akan lebih tekun, rajin dan mempunyai

pandangan luas.

b. Segi pengamatan. Diantaranya alat indera yang paling penting untuk

memperoleh pengetahuan adalah pendengaran dan penglihatan, akan

tetapi bukan berarti alat yang lain kurang atau tidak baik.

c. Segi berpikir. Telah dimaklumi bahwa seluruh tugas dan kegiatan di

sekolah memerlukan pikiran, pendengaran, penglihatan dan akan selalu

diusahakan aktif.

d. Segi kejiwaan. Gerakan-gerakan yang dilakukan anak adalah sesuai

dengan keadaan dan nalurinya. Dengan demikian ia dapat

menggunakan alat inderanya dengan baik. Dalam situasi belajar, ia

akan lebih menerima dan menguasai bahan pelajaran jika dia aktif

jasmani maupun rohani. Jadi seorang guru harus menjadikan siswa

(52)

D. Gaya Belajar

1. Pengertian Gaya Belajar

Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan

mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh

masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai

informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda. Gaya bersifat

individual bagi setiap orang, dan untuk membedakan orang yang satu

dengan orang lain. Dengan demikian, secara umum gaya belajar

diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian,

kepercayaan-kepercayaan, pilihan-pilihan, dan perilaku-perilaku yang digunakan oleh

individu untuk membantu dalam belajar mereka dalam suatu situasi yang

telah dikondisikan. Gaya belajar dapat secara mudah digambarkan sebagai

bagaimana orang-orang memahami dan mengingat informasi.

Secara teori menurut Susilo (2006:15) gaya belajar merupakan suatu

proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seseorang pelajar

mempelajari atau memperoleh suatu ilmu dengan cara yang tersendiri.

Gaya belajar cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari

lingkungan dan memproses informasi tersebut. Sementara menurut

Nasution (2009:94) yang dinamakan gaya belajar adalah cara yang

konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus

(53)

2. Jenis-jenis Gaya Belajar

DePorter dan Hernacki (2015: 113) mengemukakan tiga jenis gaya

belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses

informasi. Ketiga gaya belajar itu adalah sebagai berikut:

a. Gaya Belajar Visual

Individu memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih

senang dengan melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar atau

simbol akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual

untuk lebih memahami ide informasi yang disajikan dalam bentuk

penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang

memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan

menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang

tersebut. Ciri-ciri gaya belajar visual adalah sebagai berikut (DePorter

dan Hernacki, 2015:116):

1) Rapi dan teratur.

2) Berbicara dengan cepat.

3) Berencana dan mengatur jangka waktu yang baik. 4) Teliti dan detail.

5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi.

6) Pengeja yang baik dan dapat mengeja kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka.

7) Mengingat apa yang dilihat daripada didengar. 8) Mengingat dengan asosiasi visual.

9) Biasanya tidak terganggu dengan keributan.

10)Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang lain untuk mengulanginya.

11)Pembaca cepat dan tekun.

(54)

13)Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh serta bersikap waspada sebelum secara mental, merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.

14)Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat.

15)Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.

16)Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya atau tidak".

17)Lebih suka mekukan demontrasi daripada pidato. 18)Lebih suka seni daripada musik.

19)Seringkah mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilik kata-kata.

20)Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

b. Gaya Belajar Auditoral

Individu memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial

kemungkinan akan belajar lebih baik dengan cara mendengarkan.

Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan oleh

orang lain. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar

menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi

atau pengetahuan. Hal ini berarti bahwa langkah awal dalam belajar

siswa harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami

informasi yang diterima. Ciri-ciri gaya belajar auditorial adalah

sebagai berikut (DePorter dan Hernacki, 2015:118):

1) Mudah terganggu oleh keributan.

2) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.

3) Senang membaca keras dan mendengarkan.

4) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama dan warna suara.

5) Berbicara dalam irama yang berpola. 6) Biasanya pembicara yang fasih. 7) Lebih suka musik daripada seni.

(55)

9) Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan tentang sesuatu panjang lebar.

10)Mempunyai masalah-masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi seperti memotong-motong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.

11)Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. 12)Lebih suka gurauan daripada membaca komik.

c. Gaya Belajar Kinestetik

Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik

akan lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung.

Mereka akan belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk

memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru. Ciri-ciri gaya

belajar kinestetik adalah sebagai berikut (DePorter dan Hernacki,

2015:118):

1) Berbicara dengan pelan. 2) Menanggapi perhatian fisik.

3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka. 4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain.

5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. 6) Mempunyai perkembangan awal otot yang benar. 7) Belajar melalui manipulasi dan praktek

8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.

9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. 10)Banyak menggunakan isyarat tubuh.

11)Tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu lama.

12)Tidak dapat mengingat geografis kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu.

13)Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.

14)Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.

15)Kemungkinan tulisannya jelek. 16)Ingin melakukan sesuatu.

(56)

Suyono dan Haryanto (2011:148) mengacu pada gaya belajar

menurut DePorter dan Hernacki mengidentifikasikan tiga gaya belajar

yakni sebagai berikut :

a. Gaya Belajar Visual (Belajar dengan Cara Melihat)

Gaya belajar tipe ini menjelaskan bahwa kita harus melihat

dahulu buktinya dan kemudian baru mempercayainya. Ada beberapa

karakteristik yang khas bagi mahasiswa dengan gaya belajar ini yaitu:

lirikan ke atas bila berbicara, berbicara dengan tempo cepat. Bagi

mahasiswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan

penting adalah mata/penglihatan (visual), dalam hal ini metode

pengajaran yang digunakan dosen sebaiknya lebih banyak atau

menitikberatkan pada peragaan/media, ajak mereka ke obyek-obyek

yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara

menunjukkan alat peraganya langsung pada mahasiswa atau

menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya

belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya

untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di

depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan

gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan

menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku

pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka

(57)

b. Gaya Belajar Auditorial (Belajar dengan Cara Mendengar)

Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan

pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Ada

beberapa karakteristik yang khas bagi mahasiswa dengan gaya belajar

ini yaitu: lirikan ke kiri atau ke kanan mendatar bila berbicara,

berbicara dengan tempo sedang. Mahasiswa yang bertipe auditori

mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat

pendengarannya), untuk itu maka dosen sebaiknya mengunakan suara

yang lantang dan jelas agar tipe auditori mampu menerima materi.

Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih

cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa

yang pengajar katakan. Mahasiswa auditori dapat mencerna makna

yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya),

kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis

terkadang mempunyai makna yang minim bagi mahasiswa auditori

mendengarkannya. Mahasiswa seperti ini biasanya dapat menghafal

lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan

kaset.

c. Gaya Belajar Kinestetik (Belajar dengan Cara Bergerak, Bekerja dan

Menyentuh)

Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar

melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Orang seperti ini sulit

(58)

keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.

Mahasiswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan

sentuhan.

3. Indikator Gaya Belajar

Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar menurut DePorter &

Hernacki (2015:116) seperti yang diuraikan di atas maka diketahui

indikator-indikator dari masing-masing gaya belajar sebagai berikut :

a. Visual

Gaya belajar visual adalah belajar dengan cara melihat. Indikator

siswa yang kecenderungan belajar visual adalah:

1) Belajar dengan cara visual

Mata/penglihatan mempunyai peranan yang penting dalam

aktivitas belajar. Lebih mudah memahami pelajaran dengan

melihat bahasa tubuh/ekspresi wajah dosen, membaca, menulis.

2) Memperhatikan penampilan.

Seorang visual mementingkan penampilan, baik dalam hal

pakaian maupun kondisi lingkungan di sekitarnya. Biasanya

penampilan maupun tulisannya rapi dan teratur, kamarnya tertata,

senang mengamati objek-objek yang ada di sekitarnya secara

detail.

Gambar

Tabel 2.1 Konversi Nilai Akhir
Tabel 3.1 Populasi Penelitian
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar
Tabel 3.5 Nilai Akhir Keberhasilan Belajar Mahasiswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

NILAI TUXAR Pf,IIDAGANC{N (TERMS OI TRADX) TERII,{DAP Pf, RTUMSTJEAN EKONOMI..

penggunaan teknik Sebar Gambar telah digunakan oleh Ratu Arini Martika Ditayanti Jurusan Kajian bahasa Jepang (2007) dalam skripsinya untuk pembelajaran kosakata

Penelitian ini menggunakan 30 ekor cacing Ascaris suum untuk setiap kelompok dan direndam dalam larutan kontrol NaCl 0.9%, larutan piperazine sitrat 20%, serta infusa akar

Berdasarkan hasil paparan di atas, penulis sebagai mahasiswa Pendidikan Tata Boga dan sebagai calon guru tertarik untuk melakukan penelitian sesuai dengan bidang keahlian,

disusun berdasarkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Standar Isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Lembar jawaban UN yang selanjutnya disebut LJUN

Proses penyesuaian badan hukum Yayasan serta akibat yang ditimbulkan bagi yayasan yang belum menyesuaikan dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2001 sebagai mana diubah

Yang dapat menentukan cepat atau lambatnya kesembuhan sifat pendendam adalah dari sendiri melalui perenungan akibat negatif dari sifat pendendam, baik dari orang lain maupun dari

A Needs Analysis For Designing An Esp-Based Syllabus In An Islamic Studies Education Program.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |