ABSTRAK
HUBUNGAN KINERJA DOSEN, KEAKTIFAN MAHASISWA, DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
KEUANGAN DASAR II
Studi Kasus: Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
Nurulliana Maharsi Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II (AKD II), (2) hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan prestasi belajar AKD II, (3) hubungan positif gaya belajar mahasiswa dengan prestasi belajar AKD II.
Jenis penelitian ini adalah penelitan studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik pengujian hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rank.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN LECTURER’S PERFORMANCE, STUDENT’S LEARNING ACTIVITY, LEARNING STYLE AND LEARNING ACHIEVEMENT ON ADVANCED ACCOUNTING
PRINCIPLE
A Case Study on Students of 2015 Batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University
Nurulliana Maharsi Sanata Dharma University
2017
The research aims to know: (1) the relation between lecturer’s performance and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (2) the relation between student’s learning activity and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (3) the relation between learning style and learning achievement of Advanced Accounting Principle.
This research is a case study research. This research was carried out in September, 2016. Populations of this research were students of 2015 batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University. Numbers of population of this research were 80 students. The techniques of collecting data were questionnaires and documentation. The technique of hypothesis testing was correlation Spearman Rank.
i
HUBUNGAN KINERJA DOSEN, KEAKTIFAN MAHASISWA,
DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR
AKUNTANSI KEUANGAN DASAR II
Studi Kasus: Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Nurulliana Maharsi
NIM : 121334066
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
PERSEMBAHAN
Ku Persembahkan Karya Ini Untuk ;
ALLAH SWT
Kedua Orangtua ku tersayang, Purwanto dan Kozimah
Kakak ku, Novita Sakti Dewanti
Segenap Keluarga ku
Orang-orang yang selalu tulus menyayangi ku, I love you all
v MOTTO
One smile can start a friendship, one word can end a fight, one look can save a relationship, one person can change your life
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri”
(Q.S Ar-ra’d 11)
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari
sesuatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan
hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (Q.S Al-Insyirah, 6-8)
“Siapapun yang memuji agamanya sendiri dengan meremehkan agama
lainnya hanya akan merendahkan martabat agamanya sendiri. Kerukunan antar umat beragama atau kepercayaan patut dihargai. Hendaknya kita mau mendengar dan memahami nilai-nilai kebenaran
viii ABSTRAK
HUBUNGAN KINERJA DOSEN, KEAKTIFAN MAHASISWA, DAN GAYA BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
KEUANGAN DASAR II
Studi Kasus: Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma
Nurulliana Maharsi Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar Akuntansi Keuangan Dasar II (AKD II), (2) hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran dengan prestasi belajar AKD II, (3) hubungan positif gaya belajar mahasiswa dengan prestasi belajar AKD II.
Jenis penelitian ini adalah penelitan studi kasus. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2016. Populasi penelitian ini adalah mahasiswa angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi. Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 80 orang mahasiswa. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Teknik pengujian hipotesis menggunakan korelasi Spearman Rank.
ix ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN LECTURER’S PERFORMANCE,
STUDENT’S LEARNING ACTIVITY, LEARNING STYLE AND
LEARNING ACHIEVEMENT ON ADVANCED ACCOUNTING PRINCIPLE
A Case Study on Students of 2015 Batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University
Nurulliana Maharsi Sanata Dharma University
2017
The research aims to know: (1) the relation between lecturer’s performance and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (2) the relation between student’s learning activity and learning achievement of Advanced Accounting Principle, (3) the relation between learning style and learning achievement of Advanced Accounting Principle.
This research is a case study research. This research was carried out in September, 2016. Populations of this research were students of 2015 batch of Economic Study Program, Expertise in Accounting Education, Sanata Dharma University. Numbers of population of this research were 80 students. The techniques of collecting data were questionnaires and documentation. The technique of hypothesis testing was correlation Spearman Rank.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat
kasih dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Hubungan Kinerja Dosen, Keaktifan Mahasiswa, dan Gaya Belajar Mahasiswa
dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Dasar II” dengan lancar. Penulisan
skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi. Selama
penyusunan dan penulisan skripsi ini banyak pihak yang telah membantu sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan
Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma dan Ketua
Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi, Universitas Sanata Dharma.
3. Ibu Natalina Premastuti Brataningrum, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen
Pembimbing, yang telah meluangkan waktu dalam membimbing,
mendampingi, membantu, dan memberikan saran dan kritik untuk
kesempurnaan skripsi ini.
4. Ibu Rita Eny P, S.Pd., M.Si selaku Dosen Pembimbing sebelumnya, yang
telah meluangkan waktu dalam membimbing, dan memberikan saran dan
xi
5. Segenap staf dosen pengajar Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, yang telah memberikan pengetahuan dan bantuan selama
proses perkulihan
6. Ibu Theresia Aris Sudarsilah, selaku sekretariat Program Studi Pendidikan
Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, yang telah membantu kelancaran
proses administrasi selama perkuliahan dan penelitian.
7. Pemimpin dan seluruh staf beserta karyawan perpustakaan Universitas Sanata
Dharma yang telah melayani peminjaman buku-buku serta menyediakan
fasilitas selama belajar hingga penyusunan skripsi.
8. Seluruh staf BAA Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan
pengalaman bekerja yang luar biasa. Terimakasih Pak Kris, Pak Heru, Pak
Joko, Pak Devi, Bu Linda, Mbak Yovi, Mbak Hengki, Mbak Wira.
9. Orangtua saya Purwanto dan Kozimah, yang telah mengantarkan saya menjadi
sarjana, serta telah memberikan materi, doa, kasih sayang dan dukungan yang
sangat luar biasa.
10.Kakak saya, Novita Sakti Dewanti yang telah memberikan dukungan serta
kucuran dana yang senantiasa saya porotin hehe. Terimakasih banyak.
11.Adik-adik saya, Ika Listiyani dan Muhammad Abdul Aziz. Sukses jadi bagian
dari perpajakan STAN dan tetap membanggakan keluarga, serta jangan
lupakan perjuangan semua keluarga yang telah mengantarkan kalian menjadi
xii
12.Om Tanggang dan Mbak Bulik, terimakasih telah memberikan tempat tinggal
selama di Jogja.
13.Robertus Dani Setiawan, mas pacar yang telah memberikan kasih sayang,
semangat, dan dukungan. Senantiasa membantu ketika sedang kesusahan.
14.Sahabat-sahabatku yang dulu dekat benget, Ayu, Sisil, Yosep, Galing, Tomi.
Kangen kalian banget. Kangen main sama-sama lagi. Ayo main.
15.Okti, Destri, Adis, Eny, Agnes, Oliv, Cimar, Siska Boru. Terimakasih banyak
banget, atas bantuan dan semangatnya untuk penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini.
16.Teman-teman PAK B yang telah berproses bersama selama 4 tahun.
Terimakasih atas bantuan, kerjasama, dan kenangannya.
17.Teman-teman PPL DBZ semuanya. Yang selalu rencana main tapi cuma jadi
wacana aja hehe.
18.Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu penulis mengharapkan adanya kritik atau saran dari
pembaca dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Yogyakarta, 25 Januari 2017
Penulis,
xiii DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACK ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xx
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Batasan Masalah ... 6
C. Rumusan Masalah ... 7
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 8
xiv
1. Pengertian Kinerja ... 9
2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 10
3. Penilaian Kinerja ... 12
4. Fungsi Penilaian Kinerja ... 16
5. Dosen ... 18
B. Kinerja Dosen ... 21
1. Mengajar yang Efisien ... 22
2. Sasaran Evaluasi Kinerja Dosen ... 23
3. Cara Evaluasi ... 25
C. Keaktifan Belajar ... 26
1. Pengertian Keaktifan Belajar ... 26
2. Klasifikasi Keaktifan ... 28
3. Asas Keaktifan ... 29
D. Gaya Belajar ... 30
1. Pengertian Gaya Belajar ... 30
2. Jenis-Jenis Gaya Belajar ... 31
3. Indikator Gaya Belajar ... 36
E. Prestasi Belajar ... 40
1. Pengertian ... 40
2. Faktor yang Mempegaruhi Prestasi Belajar ... 41
F. Akuntansi Keuangan Dasar II ... 46
G. Penelitian yang Relevan ... 46
xv
I. Paradigma Penelitian ... 50
J. Perumusan Hipotesis ... 51
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 52
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 52
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 52
D. Populasi ... 53
E. Operasionalisasi dan Pengukuran Variabel ... 54
1. Operasionalisasi Variabel ... 54
2. Pengukuran Variabel ... 58
F. Teknik Pengumpulan Data ... 59
G. Teknik Pengujian Instrumen ... 59
1. Uji Validitas ... 60
2. Uji Reliabilitas ... 70
H. Teknik Analisis Data ... 72
1. Pengujian Statistik Deskriptif ... 72
2. Pengujian Prasyarat Analisis ... 73
I. Pengujian Hipotesis ... 73
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas Sanata Dharma ... 76
B. Arti logo, Visi, dan Misi Universitas Sanata Dharma ... 80
C. Sejarah Program Studi Pendidikan Ekonomi ... 81
xvi
E. Kurikulum ... 86
F. Proses Pembelajaran ... 86
G. Sumber Daya Manusia ... 86
H. Kemahasiswaan ... 87
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 89
1. Deskripsi Karakteristik Responden ... 89
2. Deskripsi Variabel Responden ... 91
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 96
C. Pengujian Hipotesis ... 98
D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 104
BAB VI KESIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN A. Kesimpulan ... 113
B. Saran ... 114
C. Keterbatasan ... 117
DAFTAR PUSTAKA ... 119
xvii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Konversi Nilai Akhir... 46
Tabel 2.2 Nilai Akhir Keberhasilan Belajar Mahasiswa ... 46
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ... 54
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Kuesioner Kinerja Dosen ... 55
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Kuesioner Keaktifan Belajar ... 56
Tabel 3.4 Kisi-Kisi Kuesioner Gaya Belajar ... 57
Tabel 3.5 Nilai Akhir Keberhasilan Belajar Mahasiswa ... 58
Tabel 3.6 Skala Pengukuran Likert ... 59
Tabel 3.7 Hasil Pengujian Validitas Variabel Kinerja Dosen ... 61
Tabel 3.8 Hasil Pengujian Ulang I Validitas Variabel Kinerja Dosen ... 62
Tabel 3.9 Hasil Pengujian Ulang II Validitas Variabel Kinerja Dosen ... 63
Tabel 3.10 Hasil Pengujian Validitas Variabel Keaktifan Mahasiswa ... 64
Tabel 3.11 Hasil Pengujian Ulang I Validitas Variabel Keaktifan Mahasiswa ... 65
Tabel 3.12 Hasil Pengujian Validitas Variabel Gaya Belajar ... 67
Tabel 3.13 Hasil Pengujian Ulang I Validitas Variabel Gaya Belajar ... 68
Tabel 3.14 Hasil Pengujian Ulang II Validitas Variabel Gaya Belajar ... 69
Tabel 3.15 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 71
Tabel 3.16 Panduan Acuan Patokan (PAP) Tipe II ... 72
Tabel 3.17 Interpretasi Nilai Koefisien Korelasi Spearman ... 75
xviii
Tabel 4.2 Dosen dan Tenaga Administrasi Prodi Pendidikan Akuntansi ... 87
Tabel 4.3 Kegiatan Program Studi Pendidikan Ekonomi ... 88
Tabel 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 90
Tabel 5.2 Kategori IPK ... 90
Tabel 5.3 Karakteristik Responden Berdasarkan IPK ... 91
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Kinerja Dosen ... 92
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran .. 93
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Gaya Belajar ... 94
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar AKD II ... 95
Tabel 5.8 Hasil Uji Normalitas Bivariat Kinerja Dosen dan Prestasi Belajar AKD II ... 96
Tabel 5.9 Hasil Uji Normalitas Bivariat Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran dan Prestasi Belajar AKD II ... 97
Tabel 5.10 Hasil Uji Normalitas Bivariat Gaya Belajar dan Prestasi Belajar AKD II ... 98
Tabel 5.11 Hasil Hipotesis Hubungan Kinerja Dosen dengan Prestasi Belajar AKD II ... 99
Tabel 5.12 Hasil Hipotesis Hubungan Keaktifan Mahasiswa dalam Pembelajaran dengan Prestasi Belajar AKD II ... 100
Tabel 5.13 Hasil Hipotesis Hubungan Gaya Belajar Visual dengan Prestasi Belajar AKD II ... 102
xix
Tabel 5.15 Hasil Hipotesis Hubungan Gaya Belajar Kinestetik
xx
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Surat Ijin Penelitian ... 122
Lampiran II Kuesioner Penelitian ... 124
Lampiran III Data Penelitian ... 132
Lampiran IV Hasil Uji Validitas ... 142
Lampiran V Hasil Uji Reliabilitas ... 152
Lampiran VI R tabel ... 154
Lampiran VII Hasil Penghitungan PAP ... 156
Lampiran VIII Hasil Uji Normalitas ... 158
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu sarana untuk menjawab berbagai tantangan
yang berkaitan dengan perkembangan informasi, globalisasi, pasar bebas,
bahkan masalah kerukunan berbangsa dan bernegara. Dalam membangun
manusia seutuhnya, pembangunan di bidang pendidikan merupakan salah satu
wahana untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, karena
keberhasilan dunia pendidikan adalah sebagai faktor penentu tercapainya
tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan yaitu mencerdaskan
kehidupan bangsa. Sebagaimana yang tercantum dalam Undang – Undang Sisdiknas yang bertumpu pada keyakinan pemerintah akan pentingnya
pendidikan dalam kehidupan manusia, bahwa pendidikan merupakan usaha
agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses
pembelajaran dan atau cara lain yang dikenal dan diakui oleh masyarakat.
Pendidikan merupakan proses pendewasaan diri seseorang. Melalui
pendidikan akan tercipta perubahan tingkah laku dari seseorang yaitu dari
yang sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tentang sesuatu hal. Menurut
Undang – Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (1) menegaskan bahwa :
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Hal tersebut menunjukan bahwa pendidikan merupakan upaya yang
terencana, yang menggunakan berbagai proses dan metode tertentu dengan
tujuan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam diri peserta didik agar
terjadi perubahan pengetahuan, tingkah laku dan keterampilan. Dengan
demikian, pendidikan merupakan sarana utama dalam upaya meningkatkan
kualitas sumber daya manusia sehingga negara menjadi maju dan tidak
menjadi negara yang terbelakang daripada negara lain dalam berbagai aspek,
baik ekonomi, sosial, politik dan sebagainya. Oleh karena itu, tanggung jawab
terhadap pendidikan tidak hanya oleh satu pihak saja melainkan semua pihak
turut andil dalam tanggung jawab pendidikan.
Dalam proses pembelajaran, unsur proses belajar memegang peranan
yang penting. Inti dari kegiatan pendidikan adalah kegiatan belajar mengajar.
Keberhasilan siswa dalam mengikuti program pendidikan di sekolah dilihat
berdasarkan prestasi belajarnya. Menurut Slameto (2003:32), salah satu
indikator untuk melihat kualitas pendidikan diantaranya dengan melihat
prestasi belajar siswa. Realisasinya adalah peningkatan prestasi belajar, baik di
tingkat sekolah dasar, sekolah menengah pertama, sekolah menengah atas
maupun di perguruan tinggi. Prestasi belajar merupakan bagian akhir dari
proses belajar itu sendiri. Prestasi belajar merupakan tolok ukur maksimal
yang telah dicapai seorang siswa setelah melakukan proses belajar. Banyak
faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, faktor-faktor itu dapat berasal dari
gaya belajar anak itu sendiri, sedangkan dari luar diri anak (eksternal)
misalnya dari guru/dosen, kampus, atau media pengajaran yang digunakan.
Dalam proses pembelajaran di universitas, kegiatan interaksi antara
dosen dan mahasiswa merupakan kegiatan yang dominan. Dosen merupakan
kelompok yang paling penting dalam lembaga pendidikan perguruan tinggi,
karena dosenlah yang melaksanakan fungsi utama program studi yaitu
melaksanakan Tri Dharma perguruan tinggi: pengajaran, penelitian dan
pengabdian. Dalam perkembangan yang kompetitif dan mengglobal, setiap
lembaga termasuk lembaga pendidikan membutuhkan personil, terutama
tenaga dosen yang berprestasi tinggi. Kinerja dosen yang berkualitas
diperlukan dalam rangka peningkatan mutu institusi pendidikan yang dapat
menghasilkan lulusan yang memiliki mutu tinggi dan berprestasi yang bisa
bersaing di era sekarang ini. Seorang dosen memiliki tanggung jawab yang
besar, mereka tidak hanya bertanggung jawab dalam transfering knowledge
tetapi lebih dari itu mereka juga berperan sebagai guru dan pendidik, karena
dosen adalah orang yang secara langsung bertemu dengan mahasiswa untuk
memberikan ilmu, baik ilmu mata kuliah maupun ilmu tentang kehidupan.
Prestasi belajar mahasiswa akan tercapai secara optimal jika hal-hal
yang terkait dengan kinerja dosen di dalam pengajaran baik, seperti
penguasaan materi oleh dosen, keterampilan mengajar dosen, strategi
mengajar dosen, penggunaan bahasa yang digunakan dalam menyampaikan
materi, evaluasi oleh dosen, interaksi dosen dengan mahasiswa, dan
dosen juga dituntut untuk bisa menciptakan suasana yang bermakna,
menyenangkan, kreatif dan dinamis untuk meningkatkan prestasi belajar
mahasiswa. Hal ini menempatkan dosen pada posisi yang sangat penting
karena dosen adalah bagian dari perguruan tinggi yang bertugas
menyampaikan jasa pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan di perguruan tinggi berkaitan langsung
dengan mahasiswa dan dosen sebagai pendidik. Keberhasilan pendidikan di
perguruan tinggi dapat diketahui dari prestasi mahasiswa dalam proses
pembelajaran. Keaktifan mahasiswa merupakan hal yang perlu diperhatikan
dosen sehingga proses pembelajaran yang ditempuh benar-benar memperoleh
hasil yang optimal. Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran juga akan
mendorong pencapaian prestasi belajar yang semakin baik. Mahasiswa
berperan aktif dalam setiap kegiatan perkuliahan, disiplin mengikuti
perkuliahan, dan mandiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh
dosen. Seorang mahasiswa dapat mencapai prestasi yang baik manakala ia
merasa senang dan tertarik untuk terlibat aktif dalam setiap perkuliahan
maupun dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh dosen.
Hal yang harus mendapat perhatian pada saat peningkatan mutu
pendidikan yaitu masalah gaya belajar, mengingat keberhasilan pencapaian
tujuan belajar sangat menentukan berhasil tidaknya kegiatan pendidikan. Gaya
belajar atau learning style merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan
mengenai bagaimana individu belajar seperti memahami dan mengingat
bagi mahasiswa untuk belajar maupun pengajar untuk mengajar dalam proses
pembelajaran. Mahasiswa akan dapat belajar dengan baik dan hasil belajarnya
baik, apabila ia mengerti gaya belajarnya. Hal tersebut memudahkan
mahasiswa dapat menerapkan pembelajaran dengan mudah dan tepat.
Meningkatkan kemampuan intelegensinya yang sangat mempengaruhi hasil
belajar.
Setiap mahasiswa pasti memiliki gaya belajar yang berbeda-beda yang
dipakai dalam usaha mencapai tujuan belajarnya. Dengan mengenal gaya
belajar masing-masing maka pembelajaran dapat dilakukan dengan mudah dan
tepat. Keberhasilan dalam menggunakan gaya belajar akan membawa dampak
yang positif dalam meningkatkan prestasi belajar. Oleh karena itu untuk
membantu meningkatkan prestasi belajar mahasiswa agar dapat menjadi lebih
optimal, maka faktor-faktor tersebut hendaknya dapat difungsikan secara
maksimal sehingga pada akhirnya prestasi belajar yang diraih akan menjadi
lebih baik
Prestasi belajar mahasiswa Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang
Keahlian Khusus (BKK) Pendidikan Akuntansi pada mata kuliah Akuntansi
Keuangan Dasar II (AKD II) secara umum kurang memuaskan. Pencapaian
nilai A dan B masih di bawah rata-rata dan sebagian besar mendapat nilai C
dan D. AKD II merupakan mata kuliah pokok dalam kurikulum Program Studi
(Prodi) Pendidikan Akuntansi. Mata kuliah AKD II dibagi menjadi dua yaitu
teori AKD II dan praktik AKD II. Dalam buku Pedoman Program Studi
kuliah yang mendiskusikan teknik-teknik pencatatan dan prosedur-prosedur
akuntansi untuk penyusunan neraca, akuntansi untuk perusahaan, investasi
dalam saham dan obligasi, hutang jangka panjang laporan sumber dan
penggunaan dana, dan pengenalan pada akuntansi biaya (cost accounting).
Meskipun sebagai mata kuliah pokok yang bisa menjadi dasar pengalaman
sebelum terjun ke dunia kerja, prestasi belajar mahasiswa Prodi Pendidikan
Akuntansi pada mata kuliah AKD II saat ini belum menunjukkan hasil yang
memuaskan. Hal ini dapat dilihat dari masih rendahnya nilai mata kuliah AKD
II yang diperoleh serta masih banyak mahasiswa yang mengulang mata kuliah
tersebut pada kelas angkatan di bawahnya.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka penulis tertarik
untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan Kinerja Dosen, Keaktifan Mahasiswa, dan Gaya Belajar dengan Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Dasar II : Studi Kasus Mahasiswa Angkatan 2015 Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi Universitas Sanata Dharma.
B. Batasan Masalah
Pada penelitian ini penulis perlu membatasi permasalahan dengan tujuan
agar pembahasan tidak terlalu meluas. Terdapat berbagai faktor yang
berhubungan dengan prestasi belajar mata kuliah AKD II. Pembatasan
1. Peneliti membatasi faktor yang akan diteliti adalah kinerja dosen dalam
pengajaran pada mata kuliah AKD II
2. Keaktifan mahasiswa dalam kegiatan belajarnya pada mata kuliah AKD II
3. Variabel gaya belajar mahasiswa yang diteliti hanya gaya belajar visual,
auditorial dan kinestetik pada mata kuliah AKD II.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada hubungan positif kinerja dosen dengan prestasi belajar AKD
II?
2. Apakah ada hubungan positif keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran
dengan prestasi belajar AKD II?
3. Apakah ada hubungan positif gaya belajar dengan prestasi belajar AKD II?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan jawaban dari rumusan masalah agar suatu
penelitian dapat lebih terarah dan ada batasan–batasannya tentang objek yang diteliti. Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif kinerja dosen dengan
prestasi belajar AKD II.
2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif keaktifan mahasiswa
3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan positif gaya belajar dengan
prestasi belajar AKD II.
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Dosen
Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memberikan masukan, saran
maupun kritik setelah proses pembelajaran berlangsung sehingga dosen
dapat mengevaluasi pembelajarannya dengan cermat dan membuat
pembelajaran selanjutnya menjadi lebih baik lagi.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bahan evaluasi dan refleksi
untuk mahasiswa.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah literatur dan dapat
menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang akan melakukan penelitian
9
BAB II
KAJIAN TEORETIK
Bab ini akan mengulas beberapa teori yang menjadi landasan perumusan
hipotesis. Teori berikut disajikan sebagai pegangan dalam menentukan perumusan
hipotesis. Teori yang disajikan merupakan teori yang berhubungan dengan kinerja
dosen, keaktifan mahasiswa, gaya belajar, dan prestasi belajar.
A. Kinerja
1. Pengertian Kinerja
Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kerja yang
padanyanya dalam bahasa inggris adalah performance yang dalam bahasa
Indonesia diartikan sebagai performa. Menurut Wirawan (2008:5) kinerja
adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau
indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu.
Pekerjaan adalah aktivitas menyelasaikan sesuatu atau membuat sesuatu
yang hanya memerlukan tenaga dan keterampilan tertentu seperti yang
dilakukan pekerja kasar. Contoh pekerjaan, yaitu sopir bus, pembantu
rumah tangga, tukang cukur, dan tukang kayu. Sementara itu, profesi
adalah pekerjaan yang untuk menyelesaikannya memerlukan penguasaan
dan penerapan teori ilmu pengetahuan yang dipelajari dari lembaga
pendidikan tinggi seperti yang dilakukan oleh profesional. Contoh profesi
Prawirosentono (1992:2) mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja
yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu
organisasi dalam rangka upaya mencapai tujuan secara legal. Sementara
Indra Bastian (Irham Fahmi, 2010:3) menyatakan bahwa kinerja adalah
gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu
kegiatan/program/kebijaksanaan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,
dan visi organisasi yang tertuang dalam perumusan skema strategis
(strategic planning) suatu organisasi.
Dari beberapa pengertian kinerja yang telah disampaikan oleh para
ahli, dapat disimpulkan bahwa kinerja adalah keluaran atau hasil kerja dari
suatu kegiatan atau program yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dalam rangka mencapai tujuan organisasi.
2. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Menurut Wirawan (2008:6) kinerja pegawai merupakan hasil sinergi
dari sejumlah faktor. Faktor-faktor tersebut adalah :
a. Faktor internal pegawai, terdiri dari faktor bawaan dari lahir dan faktor
yang diperoleh ketika ia berkembang. Faktor bawaan misalnya bakat,
sifat pribadi, keadaan fisik dan kejiwaan, sementara faktor yang
diperoleh misalnya, pengetahuan, keterampilan, etos kerja,
pengalaman kerja, dan motivasi kerja.
b. Faktor lingkungan internal organisasi. Dalam melaksanakan tugasnya,
Dukungan tersebut sangat mempengaruhi tinggi rendahnya pegawai.
Misalnya strategi organisasi, dukungan sumber daya yang diperlukan
untuk melaksanakan pekerjaan serta sistem manajemen dan
kompensasi.
c. Faktor lingkungan eksternal organisasi. Faktor-faktor eksternal
organisasi adalah keadaan, kejadian, atau situasi yang terjadi di
lingkungan eksternal organisasi yang mempengaruhi kinerja karyawan.
Misalnya krisis ekonomi dan keuangan.
Kinerja mempunyai hubungan kausal dengan kompetensi. Kinerja
merupakan fungsi dari kompetensi, sikap, dan tindakan. Kompetensi
melukiskan karakteristik pengetahuan, keterampilan, perilaku dan
pengalaman untuk melakukan suatu pekerjaan atau peran tertentu secara
efektif. Pengetahuan melukiskan apa yang terdapat dalam kepala
seseorang seperti pemahaman mengenai sesuatu. Keterampilan melukiskan
kemampuan yang dapat diukur yang telah dikembangkan melalui praktik
atau pelatihan. Sikap melukiskan perasaan mengenai sesuatu, melukiskan
senang atau tidak senang mengenai objek tertentu. Dalam sikap
terkandung perasaan, kepercayaan, nilai-nilai, dan cenderung berperilaku
dengan cara tertentu. Sikap mempunyai tiga komponen yaitu (Wirawan:
2008:10) :
a. Komponen afektif dari sikap adalah aspek perasaan emosional
terhadap objek, orang, atau situasi. Komponen ini terkondisi melalui
b. Komponen kognitif adalah kepercayaan, nilai-nilai yang dimiliki
seseorang mengenai suatu objek. Kepercayaan atau nilai-nilai ini dapat
berasal dari observasi personal, apa yang dilihat, didengar, atau dirasa
mengenai fakta, spekulatif, atau sesuatu yang fiktif.
c. Komponen behavioral. Sikap seseorang terhadap suatu objek
mempengaruhi perilakunya terhadap objek tersebut. Dengan demikian,
kita dapat memprediksi perilaku seseorang terhadap suatu objek
dengan mengetahui sikapnya terhadap objek tersebut.
d. Tindakan. Kompetensi dan sikap tidak akan menghasilkan kinerja
tanpa dioperasikan dalam tindakan. Banyak orang yang pandai atau
berkompeten dan bersikap positif terhadap sesuatu, namun ia
NATO−no action, talk only, maka ia tidak akan menghasilkan kinerja.
3. Penilaian Kinerja
a. Pengertian Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja pada dasarnya merupakan faktor kunci guna
mengembangkan suatu organisasi secara efektif dan efisien, karena
adanya kebijakan atau program yang lebih baik atas sumber daya
manusia yang ada dalam organisasi. Penilaian kinerja individu sangat
bermanfaat bagi dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan,
melalui penilaian tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya
Simamora (2004:338) mengemukakan bahwa penilaian kinerja
adalah proses yang dipakai oleh organisasi untuk mengevaluasi
pelaksanaan kerja individu karyawan. Menurut Mathis dan Jackson
(2006:382) penilaian kinerja (performance appraisal) adalah proses
mengevaluasi seberapa baik karyawan melakukan pekerjaan mereka
jika dibandingkan dengan seperangkat standar, dan kemudian
mengkomunikasikan informasi tersebut kepada karyawan. Penilaian
kinerja juga disebut pemeringkatan karyawan, evaluasi karyawan,
tinjauan kerja, evaluasi kinerja, dan penilaian hasil. Sedangkan
menurut Handoko (1994:11) penilaian kinerja merupakan cara
pengukuran kontribusi-kontribusi dari individu dalam organisasi. Nilai
penting dari penilaian kinerja adalah menyangkut penentuan tingkat
kontribusi individu atas kinerja yang diekspresikan dalam penyelesaian
tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Jadi secara umum dapat didefinisikan bahwa penilaian kinerja
adalah sebagai penilaian hasil kerja nyata dengan standar kualitas
maupun kuantitas yang dihasilkan oleh setiap pegawai. Penilaian
kinerja pegawai mutlak harus dilakukan untuk mengetahui prestasi
yang dapat dicapai setiap pegawai. Apakah prestasi yang dicapai setiap
pegawai baik, sedang, atau kurang. Penilaian prestasi penting bagi
setiap pegawai dan berguna bagi organisasi untuk mengambil
b. Unsur-Unsur Penilaian Kinerja
Menurut Wirawan (2008:143) unsur-unsur penilaian kerja
meliputi hal-hal dibawah ini:
1) Kesetiaan
Dalam arti sempit kesetiaan adalah ketaatan, dan pengabdian
kepada Pancasila, UUD 1945, Negara, dan pemerintah. Sedangkan
dalam arti luas yang dimaksud dengan kesetiaan adalah tekad dan
kesanggupan menaati, melaksanakan dan mengamalkan sesuatu
disertai dengan kesadaran dan tanggung jawab. Tekad dan
kesanggupan tersebut harus dibuktikan dalam sikap dan tingkah
laku sehari-hari serta dalam melaksanakan tugas.
2) Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seorang
tenaga kerja dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan yang
dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi seorang pegawai
dipengaruhi oleh kecakapan, keterampilan, pengalaman, dan
kesungguhan pegawai yang bersangkutan.
3) Tanggung jawab
Tanggung jawab adalah kesanggupan seorang tenaga kerja
dalam menyelesaikan tugas dan pekerjaan yang diserahkan
kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu serta berani
mengambil risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan
4) Ketaatan
Ketaatan adalah kesanggupan seorang tenaga kerja untuk
menaati segala ketetapan, peraturan perundang-undangan dan
peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah yang diberikan
oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak
melanggar larangan yang ditentukan.
5) Kejujuran
Kejujuran adalah ketulusan hati tenaga kerja dalam
melaksanakan tugas dan pekerjaan serta kemampuan untuk tidak
menyalahgunakan wewenang yang telah diberikan kepadanya.
6) Kerja sama
Kerja sama adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk
bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan
suatu tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil
guna yang sebesar-besarnya sesuai dengan target yang ditentukan.
7) Prakarsa
Prakarsa adalah kemampuan seorang tenaga kerja untuk
mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan suatu
tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa
8) Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemampuan seorang tenaga kerja
untuk mempengaruhi orang lain sehingga orang tersebut memiliki
kemauan dan semangat kerja dalam melaksanakan tugasnya.
4. Fungsi Penilaian Kinerja
Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur
yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat
yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil. Dengan demikian,
penilaian prestasi adalah merupakan hasil kerja personil dalam lingkup
tanggung jawabnya. Fungsi penilaian kinerja menurut Wirawan (2004:24):
a. Memberikan balikan (feedback) kepada ternilai mengenai kinerjanya.
Ketika merekrut pegawai, organisasi atau institusi mengharapkan
ia memenuhi ketentuan atau ekspektasi organisasi. Ia harus
melaksanakan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya sesuai dengan
uraian tugas, prosedur operasi, dan memenuhi standar kinerjanya.
Dengan diberitahukannya kinerja seorang tenaga kerja atau pegawai, ia
mengetahui hasil upayanya, kelemahan dan kekuatan kinerjanya, serta
apa yang harus ia lakukan dimasa yang akan datang untuk
mempertahankan jika kinerjanya baik dan sangat baik.
b. Alat memotivasi ternilai.
Kinerja ternilai yang memenuhi standar kinerja sangat baik atau
kinerjanya. Ternilai mengetahui tentang kinerja yang dinilai sangat
baik dan merupakan kebanggaan untuk mencapainya.
c. Penentuan dan pengukuran tujuan kinerja.
Dalam sistem evaluasi kinerja yang menggunakan manajemen by
objectivies, evaluasi kinerja dimulai dengan menentukan tujuan atau sasaran kerja pegawai ternilai pada awal tahun.
d. Konseling kinerja buruk.
Dalam penilaian kinerja, tidak semua pegawai mampu memenuhi
standar kinerjanya atau kinerjanya buruk. Bagi pegawai seperti ini,
penilai akan memberikan konseling mengenai penyebab rendahnya
kinerja ternilai dan mengupayakan peningkatan kinerja di tahun
mendatang.
e. Mendukung perencanaan sumber daya manusia.
Organisasi atau institusi yang mapan mempunyai perencanaan
sumber daya manusia yang sitematis untuk masa mendatang. Organisai
ini mampu memprediksi berapa jumlah pegawai yang bermutu pada
waktu tertentu.
f. Menentukan kebutuhan pengembangan sumber daya manusia (SDM).
Kinerja organisasi ditentukan oleh dua faktor: faktor kinerja
pegawai dan faktor nonpegawai. Jika kinerja pegawai rendah,
pemecahannya berupa penyelenggaraan pengembangan SDM yang
berupa, pelatihan, pendidikan, dan pengembangan pegawai.
g. Alat manajemen kinerja organisasi.
Kinerja organisasi sangat ditentukan oleh kinerja pegawai. Jika
kinerja setiap pegawai memenuhi harapan organisasi, maka
kemungkinan kinerja organisasi tercapai juga tinggi.
h. Pemberdayaan pegawai.
Penilaian kinerja merupakan alat memberdayakan pegawai agar
mampu menaiki jenjang karir. Penilaian kinerja menentukan apakah
kinerja pegawai dapat dipergunakan sebagai ukuran untuk
meningkatkan karirnya.
5. Dosen
Sesuai dengan Pasal 1 Undang-Undang No. 14 tahun 2005
mengenai Guru dan Dosen.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Pengertian dosen menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
tenaga pengajar pada perguruan tinggi. Dosen digolongkan dalam 3 jenis
yaitu, dosen tetap, dosen luar biasa atau dosen tidak tetap dan dosen tamu.
a. Kualifikasi Dosen
Dalam UU No.14 Tahun 2005 Mengenai Guru dan Dosen, dosen
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik,
sehat jasmani dan rohani, dan memenuhi kualifikasi lain yang
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Kualifikasi akademik dosen sebagaimana yang dimaksud diperoleh
melalui pendidikan tinggi program pascasarjana yang terakreditasi
sesuai dengan bidang keahlian. Dosen memiliki kualifikasi akademik
minimum:
1) lulusan program magister untuk program diploma atau program
sarjana; dan
2) lulusan program doktor untuk program pascasarjana
Selain kualifikasi akademik, setiap orang yang memiliki keahlian
dengan prestasi luar biasa juga dapat diangkat menjadi dosen, tentunya
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh masing-masing senat
akademik satuan pendidikan tinggi.
b. Profil Pengajar
Hamalik (Rimang, 2011:34) mengemukakan bahwa tugas
seorang pengajar adalah mengajar dan perannya terdapat di dalam
kelas, peran yang harus dimiliki adalah sebagai berikut:
1) Sebagai pengajar, mampu menyampaikan ilmu pengetahuan,
sehingga memiliki keterampilan menyampaikan informasi kepada
peserta didik dengan menggunakan bahasa yang santun.
2) Sebagai pemimpin kelas, memiliki keterampilan dalam memimpin
3) Sebagai pembimbing, memiliki keterampilan dalam mengarahkan
dan mendorong kegiatan belajar peserta didik.
4) Sebagai pengatur lingkungan, memiliki keterampilan
mempersiapkan dan menyediakan alat dan bahan pelajaran. Atau
dalam definisi lain pengajar harus mempunyai keahlian sebagai
„ahli lingkungan‟ dalam arti bila di lingkungan dimana pengajar
tersebut bekerja dirasakan terjadi situasi yang kurang
menyenangkan, atau bila di kelas dimana ia mengajar terjadi situasi
yang kurang mendukung proses belajar mengajar, maka pengajar
harus pula mampu mengubahnya.
5) Sebagai partisipan, memiliki keterampilan untuk memberikan
saran, mengarahkan pemikiran kelas dan memberikan penjelasan.
6) Sebagai ekspeditur, memiliki keterampilan menyelidiki
sumber-sumber masyarakat yang akan digunakan.
7) Sebagai perencana, terampil dalam memilih dan meramu bahan
ajar secara profesional.
8) Sebagai penanya, terampil dalam bertanya yang dapat merangsang
berpikir peserta didik dalam memecahkan masalah.
9) Sebagai supervisor, terampil dalam mengawasi kegiatan peserta
didik dan ketertiban kelas.
10)Sebagai motivator, terampil dalam mendorong semangat peserta
11)Sebagai evaluator, terampil dalam menilai peserta didik secara
objektif, kontinyu dan secara komprehensif.
12)Sebagai konselor, perlu memiliki keterampilan dalam membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan tertentu.
13)Sebagai pelebur suasana, mampu memberikan humor atau candaan
agar peserta didik tidak merasa bosan dalam mengikuti
pembelajaran. Dengan humor mungkin dapat menciptakan suasana
hangat atau akrab.
14)Sebagai penerima kritik, mau menerima umpan balik (feedback)
dari peserta didik atau dari teman sejawatnya dengan maksud agar
proses belajar mengajar dapat terus ditingkatkan secara
keseluruhan.
B. Kinerja Dosen
Proses pendidikan formal di perguruan tinggi mencakup kegiatan
pembelajaran yang dilakukan antara pendidik/pengajar (dosen) dengan peserta
didik (mahasiswa). Dalam hal ini dosen dituntut untuk memiliki kemampuan
melakukan perancangan berbagai hal berkaitan dengan kegiatan pembelajaran
mata kuliah yang diampunya. Kinerja dosen pada suatu perguruan tinggi
merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap dosen sebagai prestasi kerja
1. Mengajar yang Efisien
Melakukan persiapan atau perencanaan pengajaran adalah tahapan
yang sangat penting, karena pada kegiatan persiapan dan perencanaan
inilah pelaksanaan pengajaran akan berjalan dengan baik. Terdapat
sepuluh tahapan persiapan atau perencanaan yang perlu dilakukan menurut
Soekartawi (1995:40), yaitu :
a. Mempelajari silabus. Di tiap lembaga pendidikan terkadang dijumpai
adanya perbedaan dalam pembuatan silabus, namum pada dasarnya
dapat dikategorikan menjadi dua bagian yaitu silabus yang telah
disiapkan oleh jurusan, fakultas, universitas, atau lembaga pendidikan
yang bersangkutan; silabus yang disiapkan sendiri oleh pengajar.
b. Menetapkan tujuan dan kelompok sasaran. Walaupun tujuan ini telah
ditetapkan di silabus, sebaiknya perlu ditetapkan apa tujuan
instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan
instruksional umum biasanya merupakan goals dari bahan ajar yang
diberikan, yaitu tujuan relatif yang ingin dicapai, sedangkan tujuan
instruksional khusus berisi tujuan yang sifatnya operasional yang harus
dikuasai oleh mahasiswa.
c. Membuat satuan acara pengajaran (SAP). SAP adalah penjabaran yang
lebih terperinci dari bahan ajar yang diberikan untuk tujuan mencapai
tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Dengan
bahan ajar yang akan diberikan pada waktu pembelajaran tersebut
berlangsung.
d. Memilih model instruksi yang relevan. Tiap pengajar mempunyai
keahlian atau kesenangan dalam memilih model instruksi yang dipakai
sehari-hari di kelas. Model instruksi yang digunakan sebaiknya sesuai
dengan bahan ajar atau ilmu pengetahuan yang diberikan.
e. Membuat cara evaluasi. Cara evaluasi dapat berupa ujian lisan, tertulis,
mengumpulkan tugas, kuis atau lainnya.
f. Menetapkan tempat dan waktu. Biasanya memang bukan tugas
pengajar. Namun demikian, pengajar dapat saja mengusulkan tempat
dan waktu yang lebih sesuai dengan waktu yang ia miliki.
g. Menetapkan buku wajib dan pilihan.
h. Membagikan hand out.
i. Melakukan pengajaran yang baik.
j. Melaksanakan evaluasi diri sendiri. Evaluasi yang dimaksudkan disini
adalah evaluasi terhadap diri sendiri mengenai cara mengajar yang
sudah dilakukan atau kemampuan berkomunikasi, sebagai bahan
evaluasi untuk bisa lebih baik lagi.
2. Sasaran Evaluasi Kinerja Dosen
Salah satu tugas dan tanggung jawab dosen, sebagaimana
diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2010, adalah
seorang dosen yang harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh karena
sebagai realisasi dari tugas utama suatu perguruan tinggi, yaitu
melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar dalam upaya mendidik
mahasiswa.
Sebagai pendidik, dosen mengemban tugas dan tanggung jawab
untuk mengembangkan potensi yang dimiliki mahasiswa, baik segi
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan. Sesuai dengan tugas utama dosen sebagai pendidik dan
pengajar, maka yang menjadi sasaran evaluasi kinerja dosen meliputi
(LPM USD, 2008:35) (Pedoman Penilaian Kinerja Dosen, 2009:17) :
a. Persiapan atau perencanaan pembelajaran yang dilakukan dosen,
seperti: penyusunan dan pengembangan SAP, silabus, handout
perkuliahan.
b. Pelaksanaan pembelajaran, antara lain kemampuan dalam
penyampaian materi pelajaran, penguasaan materi, penggunaan alat
bantu pendidikan, manajemen kelas, pemberian tugas-tugas
perkuliahan, penggunaan metoda pembelajaran.
c. Evaluasi hasil belajar meliputi: antara lain penetapan alat atau jenis
evaluasi yang digunakan, kesesuaian penggunaan jenis evaluasi
dengan tujuan pembelajaran, relevansi antara soal dengan materi
d. Kemampuan dosen dalam menjalin atau berinteraksi dengan
mahasiswa, memotivasi mahasiswa, membantu mahasiswa yang
mengalami masalah dalam belajar.
3. Cara Evaluasi
Dalam melaksanakan tugasnya, dosen haruslah melakukan evaluasi
dari tugas yang ia berikan selama perkuliahan. Evaluasi dapat dilakukan
pada waktu-waktu tertentu sesuai dengan kehendak pengajar (tes
mingguan atau kuis) dan dapat pula mengikuti waktu yang telah ditetapkan
fakultas atau universitas (ujian tengah semester/ujian akhir semester).
Evaluasi ini sebaliknya berjalan pada dua arah, yaitu evaluasi pengajar
yang berasal dari mahasiswa dan evaluasi mahasiswa yang berasal dari
pengajar.
Menurut Soekartawi (1995:25) bentuk-bentuk evaluasi terhadap
mahasiswa biasanya dapat berupa, antara lain:
a. Evaluasi bahwa mahasiswa telah menyelesaikan seperangkat program
yang diberikan. Biasanya dilakukan pada lembaga pelatihan atau
dalam bentuk kursus yang memerlukan waktu yang singkat.
b. Ujian tertulis. Ujian dalam bentuk uraian, bentuk ujian yang paling
populer dilaksanakan. Biasanya cara ujian ini dilakukan pada ujian
tengah semester atau pada akhir semester.
c. Ujian lisan. Ujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh
ini dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara
pengajar dengan mahasiswa.
d. Ujian memilih alternatif. Tersedia dalam berbagai kemungkinan
seperti ujian pilihan ganda atau ujian memilih benar salah.
e. Ujian penampilan. Misalnya mengikuti pelatihan perancangan media
pengajaran, atau pada saat mengikuti program pengalaman lapangan.
C. Keaktifan Belajar
1. Pengertian Keaktifan Belajar
Proses pembelajaran pada hakekatnya untuk mengembangkan
aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan
pengalaman belajar. Keaktifan belajar mahasiswa merupakan unsur dasar
yang penting bagi keberhasilan proses pembelajaran. Keaktifan adalah
kegiatan yang bersifat fisik maupun mental, yaitu berbuat dan berpikir
sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan (Sardiman, 2001: 98).
Sedangkan menurut Usman (2000:24) keaktifan adalah keterlibatan
intelektual emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang
bersangkutan, asimilasi dan akomodasi kognitif dalam pencapaian
pengetahuan, perbuatan serta pengalaman langsung terhadap balikannya
(feedback) dalam pembentukan sikap.
Dari pengertian tersebut dapat diartikan keaktifan mahasiswa adalah
suatu kegiatan atau kesibukan fisik maupun nonfisik yang dilakukan oleh
belajar yang dilakukan mahasiswa dan merupakan suatu interaksi antara
mahasiswa dan dosen dalam rangka mencapai tujuan belajar. Keaktifan
mahasiswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri. Mereka aktif membangun pemahaman atas
persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses
pembelajaran. Keaktifan mahasiswa dalam pembelajaran merupakan hal
yang perlu diperhatikan dalam upaya mencapai prestasi belajar yang
optimal. Mahasiswa yang belajarnya aktif dan memiliki motivasi yang
tinggi akan mampu mencapai prestasi belajar yang tinggi akan mampu
mencapai prestasi belajar yang tinggi.
Menurut Sudjana (2004:61) mengemukakan keaktifan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar dapat dilihat dalam:
a. Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.
b. Terlibat dalam pemecahan masalah.
c. Bertanya pada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya.
d. Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
memecahkan masalah.
e. Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
f. Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya.
g. Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
h. Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperoleh
2. Klasifikasi Keaktifan
Banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh mahasiswa di
kampus. Aktivitas mahasiswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat
seperti yang lazim dilakukan oleh kebanyakan mahasiswa. Jenis-jenis
aktivitas siswa dalam belajar adalah sebagai berikut (Sardiman, 1988: 99):
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya membaca, memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
b. Oral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
c. Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan, diskusi, musik, pidato.
d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin.
e. Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta, diagram.
f. Motor activities, antara lain melakukan percobaan, membuat konstruksi, bermain.
g. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.
3. Asas Keaktifan
Asas keaktifan dari berbagai segi antara lain (Wahyudi, 2012:15) :
a. Segi pendidikan. Keaktifan anak dalam mencoba atau mengerjakan
sesuatu dengan minat besar, artinya dalam pendidikan dan pengajaran
percobaan-percobaan yang dilakukan akan memantapkan hasil
studinya. Lebih dari itu akan menjadikannya rajin, tekun, tahan uji dan
percaya pada diri sendiri. Ia mempunyai rasa optimis dalam
menghadapi hidup. Sebagai contoh seorang murid yang berhasil dalam
menulis atau mengarang, ia akan lebih tekun, rajin dan mempunyai
pandangan luas.
b. Segi pengamatan. Diantaranya alat indera yang paling penting untuk
memperoleh pengetahuan adalah pendengaran dan penglihatan, akan
tetapi bukan berarti alat yang lain kurang atau tidak baik.
c. Segi berpikir. Telah dimaklumi bahwa seluruh tugas dan kegiatan di
sekolah memerlukan pikiran, pendengaran, penglihatan dan akan selalu
diusahakan aktif.
d. Segi kejiwaan. Gerakan-gerakan yang dilakukan anak adalah sesuai
dengan keadaan dan nalurinya. Dengan demikian ia dapat
menggunakan alat inderanya dengan baik. Dalam situasi belajar, ia
akan lebih menerima dan menguasai bahan pelajaran jika dia aktif
jasmani maupun rohani. Jadi seorang guru harus menjadikan siswa
D. Gaya Belajar
1. Pengertian Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan sebuah pendekatan yang menjelaskan
mengenai bagaimana individu belajar atau cara yang ditempuh oleh
masing-masing orang untuk berkonsentrasi pada proses, dan menguasai
informasi yang sulit dan baru melalui persepsi yang berbeda. Gaya bersifat
individual bagi setiap orang, dan untuk membedakan orang yang satu
dengan orang lain. Dengan demikian, secara umum gaya belajar
diasumsikan mengacu pada kepribadian-kepribadian,
kepercayaan-kepercayaan, pilihan-pilihan, dan perilaku-perilaku yang digunakan oleh
individu untuk membantu dalam belajar mereka dalam suatu situasi yang
telah dikondisikan. Gaya belajar dapat secara mudah digambarkan sebagai
bagaimana orang-orang memahami dan mengingat informasi.
Secara teori menurut Susilo (2006:15) gaya belajar merupakan suatu
proses gerak laku, penghayatan, serta kecenderungan seseorang pelajar
mempelajari atau memperoleh suatu ilmu dengan cara yang tersendiri.
Gaya belajar cenderung dipilih seseorang untuk menerima informasi dari
lingkungan dan memproses informasi tersebut. Sementara menurut
Nasution (2009:94) yang dinamakan gaya belajar adalah cara yang
konsisten yang dilakukan oleh seorang siswa dalam menangkap stimulus
2. Jenis-jenis Gaya Belajar
DePorter dan Hernacki (2015: 113) mengemukakan tiga jenis gaya
belajar berdasarkan modalitas yang digunakan individu dalam memproses
informasi. Ketiga gaya belajar itu adalah sebagai berikut:
a. Gaya Belajar Visual
Individu memiliki kecenderungan gaya belajar visual lebih
senang dengan melihat apa yang sedang dipelajari. Gambar atau
simbol akan membantu mereka yang memiliki gaya belajar visual
untuk lebih memahami ide informasi yang disajikan dalam bentuk
penjelasan. Apabila seseorang menjelaskan sesuatu kepada orang yang
memiliki kecenderungan gaya belajar visual, mereka akan
menciptakan gambaran mental tentang apa yang dijelaskan oleh orang
tersebut. Ciri-ciri gaya belajar visual adalah sebagai berikut (DePorter
dan Hernacki, 2015:116):
1) Rapi dan teratur.
2) Berbicara dengan cepat.
3) Berencana dan mengatur jangka waktu yang baik. 4) Teliti dan detail.
5) Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi.
6) Pengeja yang baik dan dapat mengeja kata-kata yang sebenarnya dalam pikiran mereka.
7) Mengingat apa yang dilihat daripada didengar. 8) Mengingat dengan asosiasi visual.
9) Biasanya tidak terganggu dengan keributan.
10)Mempunyai masalah untuk mengingat instruksi verbal kecuali jika ditulis dan seringkali minta bantuan orang lain untuk mengulanginya.
11)Pembaca cepat dan tekun.
13)Membutuhkan pandangan dan tujuan yang menyeluruh serta bersikap waspada sebelum secara mental, merasa pasti tentang suatu masalah atau proyek.
14)Mencoret-coret tanpa arti selama berbicara di telepon dan dalam rapat.
15)Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain.
16)Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat "ya atau tidak".
17)Lebih suka mekukan demontrasi daripada pidato. 18)Lebih suka seni daripada musik.
19)Seringkah mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilik kata-kata.
20)Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.
b. Gaya Belajar Auditoral
Individu memiliki kecenderungan gaya belajar auditorial
kemungkinan akan belajar lebih baik dengan cara mendengarkan.
Mereka menikmati saat-saat mendengarkan apa yang disampaikan oleh
orang lain. Karakteristik model belajar seperti ini benar-benar
menempatkan pendengaran sebagai alat utama menyerap informasi
atau pengetahuan. Hal ini berarti bahwa langkah awal dalam belajar
siswa harus mendengar, baru kemudian bisa mengingat dan memahami
informasi yang diterima. Ciri-ciri gaya belajar auditorial adalah
sebagai berikut (DePorter dan Hernacki, 2015:118):
1) Mudah terganggu oleh keributan.
2) Menggerakkan bibir mereka dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca.
3) Senang membaca keras dan mendengarkan.
4) Dapat mengulangi kembali dan menirukan nada, irama dan warna suara.
5) Berbicara dalam irama yang berpola. 6) Biasanya pembicara yang fasih. 7) Lebih suka musik daripada seni.
9) Suka berbicara, berdiskusi dan menjelaskan tentang sesuatu panjang lebar.
10)Mempunyai masalah-masalah dengan pekerjaan yang melibatkan visualisasi seperti memotong-motong bagian-bagian hingga sesuai satu sama lain.
11)Lebih pandai mengeja dengan keras daripada menuliskannya. 12)Lebih suka gurauan daripada membaca komik.
c. Gaya Belajar Kinestetik
Individu yang memiliki kecenderungan gaya belajar kinestetik
akan lebih baik apabila terlibat secara fisik dalam kegiatan langsung.
Mereka akan belajar apabila mereka mendapat kesempatan untuk
memanipulasi media untuk mempelajari informasi baru. Ciri-ciri gaya
belajar kinestetik adalah sebagai berikut (DePorter dan Hernacki,
2015:118):
1) Berbicara dengan pelan. 2) Menanggapi perhatian fisik.
3) Menyentuh orang untuk mendapatkan perhatian mereka. 4) Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain.
5) Selalu berorientasi pada fisik dan banyak bergerak. 6) Mempunyai perkembangan awal otot yang benar. 7) Belajar melalui manipulasi dan praktek
8) Menghafal dengan cara berjalan dan melihat.
9) Menggunakan jari sebagai penunjuk ketika membaca. 10)Banyak menggunakan isyarat tubuh.
11)Tidak dapat duduk diam dalam jangka waktu lama.
12)Tidak dapat mengingat geografis kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu.
13)Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi.
14)Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot, mereka mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca.
15)Kemungkinan tulisannya jelek. 16)Ingin melakukan sesuatu.
Suyono dan Haryanto (2011:148) mengacu pada gaya belajar
menurut DePorter dan Hernacki mengidentifikasikan tiga gaya belajar
yakni sebagai berikut :
a. Gaya Belajar Visual (Belajar dengan Cara Melihat)
Gaya belajar tipe ini menjelaskan bahwa kita harus melihat
dahulu buktinya dan kemudian baru mempercayainya. Ada beberapa
karakteristik yang khas bagi mahasiswa dengan gaya belajar ini yaitu:
lirikan ke atas bila berbicara, berbicara dengan tempo cepat. Bagi
mahasiswa yang bergaya belajar visual, yang memegang peranan
penting adalah mata/penglihatan (visual), dalam hal ini metode
pengajaran yang digunakan dosen sebaiknya lebih banyak atau
menitikberatkan pada peragaan/media, ajak mereka ke obyek-obyek
yang berkaitan dengan pelajaran tersebut, atau dengan cara
menunjukkan alat peraganya langsung pada mahasiswa atau
menggambarkannya di papan tulis. Anak yang mempunyai gaya
belajar visual harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya
untuk mengerti materi pelajaran. Mereka cenderung untuk duduk di
depan agar dapat melihat dengan jelas. Mereka berpikir menggunakan
gambar-gambar di otak mereka dan belajar lebih cepat dengan
menggunakan tampilan-tampilan visual, seperti diagram, buku
pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas, anak visual lebih suka
b. Gaya Belajar Auditorial (Belajar dengan Cara Mendengar)
Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang mengandalkan
pada pendengaran untuk bisa memahami dan mengingatnya. Ada
beberapa karakteristik yang khas bagi mahasiswa dengan gaya belajar
ini yaitu: lirikan ke kiri atau ke kanan mendatar bila berbicara,
berbicara dengan tempo sedang. Mahasiswa yang bertipe auditori
mengandalkan kesuksesan belajarnya melalui telinga (alat
pendengarannya), untuk itu maka dosen sebaiknya mengunakan suara
yang lantang dan jelas agar tipe auditori mampu menerima materi.
Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar lebih
cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa
yang pengajar katakan. Mahasiswa auditori dapat mencerna makna
yang disampaikan melalui tone suara, pitch (tinggi rendahnya),
kecepatan berbicara dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis
terkadang mempunyai makna yang minim bagi mahasiswa auditori
mendengarkannya. Mahasiswa seperti ini biasanya dapat menghafal
lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan
kaset.
c. Gaya Belajar Kinestetik (Belajar dengan Cara Bergerak, Bekerja dan
Menyentuh)
Mahasiswa yang mempunyai gaya belajar kinestetik belajar
melalui bergerak, menyentuh, dan melakukan. Orang seperti ini sulit
keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat.
Mahasiswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan
sentuhan.
3. Indikator Gaya Belajar
Mengacu pada teori dan ciri-ciri gaya belajar menurut DePorter &
Hernacki (2015:116) seperti yang diuraikan di atas maka diketahui
indikator-indikator dari masing-masing gaya belajar sebagai berikut :
a. Visual
Gaya belajar visual adalah belajar dengan cara melihat. Indikator
siswa yang kecenderungan belajar visual adalah:
1) Belajar dengan cara visual
Mata/penglihatan mempunyai peranan yang penting dalam
aktivitas belajar. Lebih mudah memahami pelajaran dengan
melihat bahasa tubuh/ekspresi wajah dosen, membaca, menulis.
2) Memperhatikan penampilan.
Seorang visual mementingkan penampilan, baik dalam hal
pakaian maupun kondisi lingkungan di sekitarnya. Biasanya
penampilan maupun tulisannya rapi dan teratur, kamarnya tertata,
senang mengamati objek-objek yang ada di sekitarnya secara
detail.