PENGARUH PELATIHAN SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PECAHAN PADA
SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR Sonia Chandrikinnanti
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan senam otak terhadap kemampuan matematika pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian adalah non-randomized pretest-posttest control group design. Subjek penelitian adalah 72 orang siswa kelas 5 SD Negeri 18 Muara Enim. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu siswa kelas VB sebagai kelompok eksperimen (n=36) dan siswa kelas VC sebagai kelompok kontrol (n=36). Kelompok eksperimen mendapatkan pelatihan senam otak selama 10 hari berturut-turut, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan. Kemampuan matematika siswa diukur dengan tes matematika. Tes matematika berisi 40 soal dengan materi operasi hitung pecahan yang dilaksanakan selama 70 menit. Penelitian ini menggunakan teknik analisis independent sample t-test. Hasil analisis data menunjukkan uji t pada data gain score memiliki nilai t sebesar 11,053 dengan p=0,00 (p<0,05). Hasil perhitungan menunjukkan gain score pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan. Pelatihan senam otak berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan matematika tentang operasi hitung pecahan pada siswa kelas V sekolah dasar.
THE EFFECT OF BRAIN GYM TRAINING ON MATHEMATICS ABILITY OF FRACTION COMPUTATION IN FIFTH GRADE
ELEMENTARY SCHOOL Sonia Chandrikinnanti
Faculty of Psychology Sanata Dharma University
ABSTRACT
This experimental study aimed to determine the effect of brain gym training on the ability of mathematics in elementary school students. The study design was non-randomized pretest-posttest control group design. The subjects were 72 students in fifth grade students of SD Negeri 18 Muara Enim. They were divided into two groups, namely VB graders as experimental group (n = 36) and VC grades as a control group (n = 36). The experimental group received brain gym training for 10 consecutive days, while the control group did not receive any treatment. Student's math ability was measured by math test. Math test contains 40 problems fractional arithmetic operations. The test was performed in 70 minutes. This study used analysis techniques of independent sample t-test. The result showed a value of t score is 11.053 with p = 0.00 (p <0.05). This shows that gain score in the experimental group and the control group differing significantly. Brain gym training has significant effect to improve mathematics ability in fifth grade elementary school students.
PENGARUH PELATIHAN SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PECAHAN
PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh : Sonia Chandrikinnanti
NIM : 129114152
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO
“The only way to have the greatest work in your life is love what you do first.”
-Anonymous
“How you climb a mountain is more important than reaching the top.”
-Yvon Chouinard
“Nothing is impossible. The word itself says, I’M POSSIBLE.”
-Audrey Hepburn
“Don’t ever stop trying, learning, fighting, experimenting, doing, until the miracle happens.”
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan ini saya persembahkan karya ini untuk :
- Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas izin dan karunia-Nya maka
skripsi dapat berjalan dengan lancar hingga selesai. Puji syukur yang
tak terhingga atas segala nikmat, karunia dan berkah yang berlimpah
yang telah diberikan selama hidup ini.
- Orangtua ku tercinta, Bapak Arie Purnama dan Ibu Dewi Sri Rahayu
yang senantiasa mendoakan untuk kesuksesan saya. Yang tidak pernah
lelah mendengarkan keluh kesah dan mimpi-mimpi dari sejak kecil.
Yang selalu memberikan dukungan terbesar disetiap langkah hidup
yang saya pilih. My truly happiness is based on your happiness dear
vi
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 Juli 2016 Penulis
vii
PENGARUH PELATIHAN SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
Sonia Chandrikinnanti Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
ABSTRAK
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan senam otak terhadap kemampuan matematika pada siswa sekolah dasar. Desain penelitian adalah non-randomized pretest-posttest control group design. Subjek penelitian adalah 72 orang siswa kelas 5 SD Negeri 18 Muara Enim. Subjek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu siswa kelas VB sebagai kelompok eksperimen (n=36) dan siswa kelas VC sebagai kelompok kontrol (n=36). Kelompok eksperimen mendapatkan pelatihan senam otak selama 10 hari berturut-turut, sedangkan kelompok kontrol tidak mendapat perlakuan. Kemampuan matematika siswa diukur dengan tes matematika. Tes matematika berisi 40 soal dengan materi operasi hitung pecahan yang dilaksanakan selama 70 menit. Penelitian ini menggunakan teknik analisis independent sample t-test. Hasil analisis data menunjukkan uji t pada data gain score memiliki nilai t sebesar 11,053 dengan p=0,00 (p<0,05). Hasil perhitungan menunjukkan gain score pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan. Pelatihan senam otak berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan matematika tentang operasi hitung pecahan pada siswa kelas V sekolah dasar.
viii
THE EFFECT OF BRAIN GYM TRAINING ON MATHEMATICS ABILITY OF FRACTION COMPUTATION IN FIFTH GRADE
ELEMENTARY SCHOOL Sonia Chandrikinnanti
Faculty of Psychology Sanata Dharma University
ABSTRACT
This experimental study aimed to determine the effect of brain gym training on the ability of mathematics in elementary school students. The study design was non-randomized pretest-posttest control group design. The subjects were 72 students in fifth grade students of SD Negeri 18 Muara Enim. They were divided into two groups, namely VB graders as experimental group (n = 36) and VC grades as a control group (n = 36). The experimental group received brain gym training for 10 consecutive days, while the control group did not receive any treatment. Student's math ability was measured by math test. Math test contains 40 problems fractional arithmetic operations. The test was performed in 70 minutes. This study used analysis techniques of independent sample t-test. The result showed a value of t score is 11.053 with p = 0.00 (p <0.05). This shows that gain score in the experimental group and the control group differing significantly. Brain gym training has significant effect to improve mathematics ability in fifth grade elementary school students.
ix
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Sonia Chandrikinnanti
Nomor Mahasiswa : 129114152
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada
Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PENGARUH PELATIHAN SENAM OTAK TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN MATEMATIKA OPERASI HITUNG PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 20 Juli 2016
Yang menyatakan,
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas penyertaan-Nya, skripsi yang berjudul “Efektivitas Pelatihan Senam Otak Terhadap Peningkatan Kemampuan Matematika Pada Siswa Sekolah Dasar.” dapat diselesaikan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S.Psi) di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. Keberhasilan dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari dukungan dari berbagai pihak. Dengan kerendahan hati peneliti mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si., Dekan dan dosen penguji skripsi yang telah memberikan banyak bantuan dan saran yang sangat bermanfaat.
2. Romo Dr. A. Priyono Marwan, SJ., dosen pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikiran serta memberikan doa, dukungan, dan masukan dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.
3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si., Kaprodi beserta semua jajaran staf dosen dan administrasi serta seluruh karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan pendidikan, ilmu yang bermanfaat dan bantuan selama perkuliahan hingga penyusunan skripsi diselesaikan. 4. Ibu Ratri Sunar Astuti, M. Si., dosen penguji skripsi yang telah memberikan
saran dan masukan yang sangat berguna.
xi
6. Ibu Chandra Yunia Linarti S. Pd, SD., Kepala Sekolah SD Negeri 18 Muara Enim yang telah memberikan izin dan keluasan waktu kepada penulis untuk melakukan penelitian.
7. Siswa-siswi kelas VB dan VC SD Negeri 18 Muara Enim yang telah bersedia meluangkan waktu untuk berpastisipasi menjadi subjek penelitian.
8. Terima kasih untuk Bapak Arie Purnama, Ibu Dewi Sri Rahayu, Siti Nurshaliha Mahardika, Shabrina Maharani Putri dan seluruh keluarga besar
penulis yang selalu memberikan do’a, dukungan dan semangat selama
penulisan skripsi ini.
9. Zomy Denianto, yang selalu membantu, menemani dan mendukung selama proses pengerjaan skripsi ini.
10.Teman-teman se-angkatan Psikologi Universitas Sanata Dharma 2012 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu untuk dukungan dan bantuannya.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima kasih.
Yogyakarta, 20 Juli 2016 Penulis ,
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
xiii
1. Pengertian Matematika... 7
2. Kemampuan Matematika ... 7
3. Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Matematika... 8
4. Matematika di Sekolah Dasar ... 12
C. Pengaruh Senam Otak Terhadap Kemampuan Matematika ... 24
D. Siswa Sekolah Dasar ... 25
E. Hipotesis Penelitian ... 26
BAB III. METODE PENELITIAN ... 27
A. Jenis Penelitian ... 27
B. Identifikasi Variabel ... 27
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 27
1. Variabel Bebas ... 28
2. Variabel Terikat ... 28
3. Pengendalian Eksperimen ... 28
a. Waktu Pelaksanaan Pelatihan ... 28
b. Tempat Pelaksanaan Pelatihan ... 28
c. Pemilihan Instruktur ... 28
xiv
C. Subjek Penelitian ... 29
E. Desain Eksperimen ... 30
F. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data ... 31
G. Prosedur Penelitian ... 35
H. Metode Analisis Data ... 36
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 38
A. Pilot Study ... 39
1. Data Deskriptif Penelitian ... 41
2. Proses Analisis Data ... 41
xv
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50
A. Kesimpulan ... 50
B. Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Blue Print Tes Kemampuan Matematika kelas V SD ... 32
Tabel 2. Tabel Data Deskriptif Penelitian ... 41
Tabel 3. Tabel Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov one sample ... 43
Tabel 4. Tabel Uji Homogenitas Levene test ... 44
xvii
DAFTAR GAMBAR
xviii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Petunjuk Pelaksanaan Pre-test dan Post-test ... 55
Lampiran B. Instrumen Pengukuran Kemampuan Matematika ... 57
Lampiran C. Petunjuk Gerakan Senam Otak ... 62
Lampiran D. Pelaksanaan Pelatihan Senam Otak ... 72
Lampiran E. Daftar Hadir Subjek ... 78
Lampiran F. Skor Pre-test dan Post-test Kelompok Eksperimen ... 84
Lampiran G. Skor Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol ... 87
Lampiran H. Perhitungan Statistik ... 90
Lampiran I. Surat Keterangan Penelitian ... 96
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan suatu unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Manusia mengalami proses pendidikan yang didapatkan dari orang tua, masyarakat dan lingkungannya. Menurut Undang-undang Nomor 20 tahun 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Pendidikan dan pembelajaran dapat dicapai dengan prosedur perencanaan dan penentuan tujuan kegiatan pembelajaran yang tepat (Wilmes et all, 2008). Pengelolaan pembelajaran dan evaluasi yang terarah juga menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan (Ansari, 2008). Metode pembelajaran yang tepat diharapkan mampu menjadikan siswa menjadi pribadi yang inovatif, aktif, kreatif, menarik, dan dapat diterapkan dalam kehidupan siswa sehari-hari (Willis, 2007).
proses pembelajaran. Kejenuhan yang dialami siswa dapat disebabkan oleh faktor guru, siswa, metode pembelajaran dan faktor-faktor lain. Faktor beban tugas, latihan dan banyaknya materi yang harus dipelajari dalam satu semester menyebabkan siswa jenuh. Kejenuhan menyebabkan kurangnya minat dan motivasi belajar siswa. Siswa akan mampu belajar secara efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan (Coe et all, 2006).
Mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa di sekolah sungguh beragam. Salah satu mata pelajaran yang memerlukan model dan metode yang inovatif dan kreatif adalah matematika. Pelajaran matematika dianggap oleh kebanyakan siswa sebagai pelajaran yang sulit dibandingkan dengan yang pelajaran lain. Siswa juga mengatakan bahwa matematika adalah pelajaran yang menjenuhkan dan melelahkan. Siswa mengalami kesulitan untuk memahami matematika karena materi pelajaran yang cukup rumit. Hal ini menyebabkan hasil yang diperoleh dari pembelajaran matematika kurang maksimal (Pratt, 2010).
Keberhasilan dari proses belajar seseorang dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri seseorang. Perubahan dapat dilihat dari pengetahuan, pemahaman sikap dan perilaku, keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu dari hasil proses belajar (Stephenson, 2009).
dan menerima materi pelajaran (Willis, 2007). Dalam pelajaran matematika, guru diharapkan dapat menumbuhkan minat siswa agar dapat belajar matematika dengan baik. Guru perlu membantu untuk memaksimalkan kinerja otak siswa, dan metode pembelajaran saat ini harus diarahkan kepada proses belajar siswa yang bersifat pengoptimalan fungsi otak (Leepo, 2000).
Metode pengajaran saat ini masih bersifat konvensional. Menurut Johnson (2002), metode konvensional adalah metode yang bersifat ceramah dan belajar dengan menghafal. Metode ini cukup baik untuk dilakukan agar siswa lebih paham dan mengerti materi yang diajarkan oleh guru. Disisi lain, metode ini memiliki kekurangan yaitu menimbulkan kebosanan dan dianggap hanya mengembangkan kemampuan otak kiri saja sehingga kemampuan otak lain tidak dikembangkan dengan baik (Carpenter, 2005). Untuk mengoptimalkan fungsi otak dan menyeimbangkan fungsi otak kiri dan otak kanan diperlukan suatu metode pembelajaran yang dapat membantu kerja otak siswa secara keseluruhan (Awolola, 2011).
proses pembelajaran atau sebelum kegiatan belajar mengajar dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk menyegarkan fisik dan pikiran siswa sebelum menjalani proses pembelajaran yang membutuhkan konsentrasi tinggi.
Senam otak adalah serangkaian latihan gerak yang sederhana untuk memudahkan kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Dennison, 2009). Senam otak merupakan gagasan mengenai pemolaan ulang neurologis untuk meningkatkan fungsi otak (Hyatt, 2007). Gerakan senam otak dibuat untuk menstimulasi (Dimensi lateralitas), meringankan (Dimensi Pemfokusan), atau merelaksasi (Dimensi Pemusatan) untuk memaksimalkan kemampuan belajar siswa (Dennison, 2008).
Senam otak digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar dengan menggunakan keseluruhan otak seperti yang dilakukan oleh siswa-siswa Paul E. Denisson Ph.D. di Educational Kinesiology (Edu-K). Sehingga senam otak dapat dijadikan solusi untuk menangani siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar matematika. Senam otak menjadi suatu alat bantu pembelajaran yang sangat efektif (Dennison, 2009).
Penelitian dari Watson (2014), latihan senam otak dapat memberikan pengaruh positif pada peningkatan daya ingat, peningkatan kemampuan matematika, atensi, kewaspadaan dan kemampuan fungsi otak untuk melakukan perencaaan, respon dan membuat keputusan. Para siswa di Educational Kinesiology Foundation, California, USA melakukan
2011).
Penelitian yang dilakukan oleh Nussabaum (2010) menyatakan bahwa pelatihan senam otak memudahkan kegiatan belajar, memperbaiki konsentrasi belajar dan menguatkan motivasi belajar pada siswa. Senam otak juga meningkatkan rasa percaya diri, membangun harga diri, rasa kebersamaan, dan membuat siswa lebih mampu mengendalikan diri (Shamberg, 2009).
Berdasarkan latar belakang permasalahan dan teori yang telah dikemukakan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang efektivitas pelatihan senam otak untuk meningkatkan kemampuan matematika pada siswa sekolah dasar. Pelatihan senam otak diberikan kepada siswa kelas lima sekolah dasar sebagai subjek. Penelitian ini menggunakan gerakan senam otak yang terdiri dari gerakan pendahuluan atau PACE dan 6 kombinasi gerakan senam otak yang disesuaikan untuk meningkatkan kemampuan matematika.
B. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu psikologi terutama dalam bidang psikologi perkembangan dan pendidikan, khususnya mengenai manfaat pelatihan senam otak terhadap kemampuan matematika.
2. Manfaat Praktis
7 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kemampuan Matematika 1. Pengertian Matematika
Matematika berasal dari kata Yunani “mathein” atau manthenein, yang artinya mempelajari. Owens (2008) menjelaskan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran, dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan lainnya dengan jumlah yang banyak yang terbagi ke dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika juga salah satu disiplin ilmu untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan lain dan teknologi (Sousa, 2008).
Pendapat-pendapat di atas memberi kesimpulan bahwa pengertian matematika merupakan ilmu tentang logika dan konsep-konsep yang berguna dalam kehidupan sehari-hari dan sangat penting dipelajari karena dapat membantu meningkatkan siswa dalam mempelajari ilmu lain. 2. Kemampuan Matematika
definisi kemampuan matematika adalah kemampuan untuk mengeksplorasi, menduga dan berpikir secara logis untuk memecahkan masalah matematika. Kemampuan matematika juga tentang berkomunikasi melalui matematika dan menghubungkan ide-ide dalam matematika dengan ilmu lainnya. Menurut Anthony & Walshaw (2009), kemampuan matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam menghitung, mengukur, dan menyelesaikan hal-hal yang bersifat matematika. Berbagai komponen kemampuan matematika adalah berfikir logis, pemecahan masalah, ketajaman dalam melihat pola, pengenalan konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat (Nelson, 2002).
Pendapat-pendapat di atas memberi kesimpulan bahwa kemampuan matematika seseorang dilihat dari berfikir secara logis, mampu berkomunikasi melalu matematika, memahami dan menganalisis pola angka-angka serta memecahkan masalah matematika dan menerapkan ilmu matematika ke berbagai ilmu lainnya.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemampuan Matematika
A. Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor yang bersumber dari diri pribadi manusia yang membawa pengaruh terhadap hasil belajar matematika. Faktor internal terbagi dua yaitu psikologi dan fisiologis.
1. Faktor Psikologis
a) Bakat dan Intelegensi
Faktor yang dapat menentukan tinggi rendahnya kemampuan matematika seseorang adalah bakat dan minat. Bakat adalah kemampuan tertentu yang dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Intelegensi dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan pada diri seseorang (Slameto, 2010).
b) Minat
Minat adalah ketertarikan seseorang pada suatu hal. Minat yang tinggi akan menghasilkan kemampuan belajar yang tinggi pula, artinya bila siswa belajar dengan penuh minat akan membantu pemusatan pikiran dan kegembiraan dalam belajar (Slameto, 2010).
c) Motivasi
d) Emosional
Faktor emosi seperti rasa takut, benci atau bosan terhadap bahan atau mata pelajaran mempengaruhi kemampuan siswa dalam belajar. Sifat mudah putus asa didalam melakukan tugas, kecemasan yang terus menerus dan sebagainya akan sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa (Slameto, 2010).
e) Ambisi dan Tekad
Ambisi dan tekad adalah tenaga yang sangat besar potensialnya dalam diri seseorang. Biasanya seseorang yang sangat berambisi dan mempunyai tekad yang kuat akan lebih mudah bila dibandingkan dengan orang yang tidak berambisi (Slameto, 2010).
2. Faktor Fisiologi a) Kesehatan
Kesehatan jasmani berupa kesehatan badan fit, tubuh sehat dan normal sedangkan kesehatan rohani berupa pikiran yang sehat dan tenang (Slameto, 2010).
b) Keadaan Panca Indera
B. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah hal-hal atau situasi dari luar diri seseorang yang dapat mempengaruhi kemampuan.
1. Faktor Keluarga
Faktor keluarga mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Orang tua dan keluarga mempunyai pengaruh yang sangat besar dan dominan seperti halnya pengaruh orang tua terhadap anak-anaknya, cara orang tua mendidik, relasi antar anggota-anggota keluarga, suasana keluarga dan keadaan ekonomi keluarga (Slameto, 2010).
2. Faktor Sekolah dan Lembaga Pendidikan a) Guru
Guru yang efektif adalah guru yang berhasil mencapai kemampuan berdasarkan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dimiliki dalam proses belajar mengajar. Peran guru diharapkan dapat mendukung kemampuan anak didik, sikap dan penampilan serta memotivasi siswa, membangkitkan minat siswa dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar (Slameto, 2010).
b) Metode Mengajar
c) Kurikulum Sekolah
Kurikulum adalah sejumlah kegiatan yang diberikan kepada siswa. Pelajaran yang telah tersusun dengan baik tentu proses belajar mengajar akan dapat terlaksana dengan baik pula. Kegiatan pembelajaran berupa penyajian bahan pelajaran agar siswa menerima, menguasai dan mengembangkan bahan pelajaran (Slameto, 2010).
d) Fasilitas Belajar
Fasilitas belajar sekolah memadai ikut mempengaruhi proses belajar mengajar. Perlengkapan belajar tidak boleh diabaikan karena dalam proses belajar mengajar membutuhkan peralatan atau fasilitas pendidikan yang mencukupi yang dapat menunjang proses belajar mengajar (Slameto, 2010).
4. Matematika di Sekolah Dasar
pembelajaran matematika di sekolah dasar bertujuan untuk melatih dan menumbuhkan cara berpikir siswa secara terampil dalam memahami konsep matematika dan mampu menyelesaikan masalah matematika dalam kehidupan sehari-hari.
5. Hasil Belajar Matematika
Duman (2006) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Hasil belajar dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Anderson & Krrathwohl (2001) menyatakan bahwa hasil belajar dalam perilaku intelektual dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif, psikomotor. Hasil belajar matematika dapat diukur dengan suatu tes yang digunakan sebagai alat untuk evaluasi pembelajaran dan mengukur kemampuan matematika siswa.
B. Senam Otak (Brain Gym)
1. Pengertian Senam Otak (Brain Gym)
Senam otak (Brain Gym) merupakan latihan gerak sederhana yang melibatkan beberapa titik penting yang berkaitan langsung dengan saraf-saraf otak yang berfungsi untuk memudahkan pernafasan, memperlancar peredaran darah, menyegarkan dan melemaskan otak (Dennison, 2006). Senam otak (Brain Gym) dikenal sebagai pendekatan unik dalam
bidang pendidikan yang pertama kali diciptakan oleh Paul E. Dennison, Ph. D. Senam otak (Brain Gym) adalah serangkaian gerak sederhana yang menyenangkan dan digunakan oleh para siswa di educational kinesiologi (Edu-K) untuk meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan otak (Dennison, 2006).
2. Dimensi Otak
a. Dimensi Lateralitas
Dimensi lateralitas mengintegrasikan belahan otak kiri dan otak kanan. Dimensi lateralitas akan menjelaskan kegiatan yang berhubungan dengan komunikasi. Mengingat otak sebagai pusat kegiatan tubuh yang akan mengaktifkan seluruh organ dan sistem tubuh melalui pesan-pesan yang disampaikan melewati serabut syaraf secara sadar maupun tidak sadar. Hal ini menyebabkan belahan otak kiri akan aktif jika sisi kanan tubuh digerakkan dan belahan otak kanan akan aktif jika sisi kiri tubuh digerakkan. Sifat ini memungkinkan munculnya dominasi salah satu sisi otak, maka diperlukan upaya untuk mengintegrasikan kedua sisi tubuh (bilateral integration) agar kedua belahan otak bisa bekerjasama dengan baik. Program Brain Gym memperkenalkan keterampilan yang berupa gerakan-gerakan yang dapat menstimulasi koordinasi kedua belahan otak dan mengintegrasikan dua sisi tubuh agar bekerja sama dengan baik.
Serangkaian gerakan tersebut dikenal sebagai gerakan “menyeberangi garis tengah”. Keterampilan melakukan gerakan-gerakan ini merupakan kemampuan dasar kesuksesan akademik dan sebaliknya ketidakmampuan menyeberangi garis tengah mengakibatkan apa yang disebut
“ketidakmampuan belajar” atau “Disleksia” (Dennison, 2006). b. Dimensi pemfokusan
pemahaman. Hambatan yang terjadi pada bagian ini akan menyebabkan seseorang mengalami ketidakmampuan mengekspresikan diri dengan mudah dan ketidakmampuan ikut aktif dalam proses pembelajaran. Anak yang mengalami kurang fokus (Underfocused) akan mengalami kesulitan
pemfokusan seperti “kurang perhatian”, “kurang pengertian”, dan “telambat berbicara”. Anak yang mengalami fokus berlebih
(Overfocused) akan berusaha terlalu keras untuk fokus. Gerakan-gerakan
yang melepaskan hambatan fokus dikenal sebagai gerakan “meregangkan otot” (Dennison, 2006)..
c. Dimensi pemusatan
Dimensi pemusatan mengintegrasikan sistem limbis (Midbrain) dan otak besar (Cerebral Cortex). Dimensi Pemusatan menjelaskan kegiatan yang terkait dengan pengorganisasian dan pengaturan. Jika
terjadi hambatan pada dimensi ini, orang akan mengalami “kurang konsentrasi, kurang percaya diri, penakut, dan mengabaikan perasaan”.
Gerakan yang dapat membantu mengatasi hambatan ini adalah
3. Jenis-jenis Gerakan Senam Otak
Gerakan senam otak diciptakan oleh Paul E. Dennison. Jumlah gerakannya ada 26 jenis gerakan. Gerakan tersebut dikelompokkan menjadi 3 bagian berdasarkan dimensi-dimensi yang dimiliki otak yaitu gerakan menyeberangi garis tengah untuk merangsang dimensi lateralitas, gerakan meregangkan otot untuk merangsang dimensi pemfokusan, dan gerakan meningkatkan energi untuk merangsang dimensi pemusatan (Dennison, 2006).
Adapun pembagian jenis-jenis gerakan senam otak dapat dijabarkan sebagai berikut:
a) Gerakan Menyeberangi Garis Tengah/ The Midline Movement 1. Gerakan Silang/ Cross Crawl
2. Gerakan 8 tidur/ Lazy 8s 3. Coretan ganda/ Double Doodle 4. Abjad 8/ Alphabet 8’s
5. Gajah/ The Elephant 6. Putaran leher/ Neck Rolls 7. Olengan pinggul/ The Rocker 8. Pernafasan perut/ Belly Breathing
9. Gerakan silang berbaring/ Cross Crawl Sit-Ups 10.Mengisi energi/ The Energizer
b) Gerakan Meregangkan Otot/ Lengthening Activities 1. Burung Hantu/ The Owl
2. Mengaktifkan Tangan/ Arm Activation 3. Lambaian Kaki / The Footflex
4. Pompa Betis/ The Calf Pump
5. Luncuran Gravitasi/ The Gravity Glider 6. Pasang Kuda-kuda/ Grounder
c) Gerakan Meningkatkan Energi/ Energy Exercises 1. Air/ Water
2. Saklar Otak/ Brain Buttons 3. Tombol Bumi/ Earth Buttons 4. Tombol Imbang/ Balance Buttons 5. Tombol Angkasa/ Space Buttons 6. Menguap Berenergi/ The Energy Yawn 7. Pasang Telinga/ The Thinking Cap 8. Kait Relaks/ Hook-ups
9. Titik Positif/ Positive Points
kemampuan berhitung/matematika, kemampuan menulis, kemampuan kesadaran diri (Koester, 2000).
Gerakan senam otak yang digunakan untuk merangsang kemampuan matematika yaitu :
a. Gerakan pembukaan
Berdasarkan pada pemikiran bahwa dalam melakukan aktivitas belajar, perlu adanya suatu persiapan, menurut Dennison (2006) para siswa perlu dipersiapkan dengan PACE. PACE dalam artian kata Positive, Active, Clear dan Energetic, merupakan empat keadaan yang
diperlukan untuk belajar mandiri dengan menggunakan keseluruhan otak agar belajar menjadi optimal. Gerakan PACE adalah sebagai berikut:
1) Positif: Gerakan Kait Rileks/ Hooks-up
Gerakan ini menghubungkan rangkaian listrik yang ada dalam tubuh untuk membuat perhatian dan energi yang tidak beraturan menjadi fokus. Pikiran dan tubuh menjadi rileks saat energi mengaliri daerah tubuh yang tadinya mengalami ketegangan (Dennison, 2006).
2) Aktif: Gerakan Silang/ Cross Crawl
sebelah kiri dan tubuh sebelah kanan. Gerakan ini akan mengaktifkan hubungan antara belahan otak kiri dan belahan otak kanan (Dennison, 2006).
3) Clear: Tombol Otak/ Brain Button
Gerakan ini akan mengaktifkan otak agar mengirimkan sinyal dari belahan otak kanan ke tubuh sebelah kiri dan dari belahan otak kiri ke tubuh sebelah kanan. Gerakan ini juga membuat otak menerima oksigen dalam jumlah yang meningkat dan terjadi peningkatan aliran energi elektromagnetik (Dennison, 2006).
4) Energetis: Air/ Water
Minum air merupakan gerakan untuk mengawali kegiatan belajar. Gerakan ini dilakukan karena air sebagai media penghantar yang meningkatkan potensi listrik melalui membran sel dan yang paling dibutuhkan untuk menjamin fungsi jaringan syaraf. Dengan minum air, para siswa cukup berenergi untuk belajar, mengingat semua aktivitas tubuh memerlukan air (Dennison, 2006).
b. Gerakan inti
dalam media yang multidimensi dan multiarah. Kemampuan matematis lebih mudah diterima siswa yang memiliki pengertian tentang bangun, ruang, massa, jumlah dan hubungan (Dennison, 2006). Fungsi dan praktek masing-masing gerakan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Gerakan Gajah (The Elephant)
Gerakan ini bertujuan untuk mengaktifkan bagian dalam telinga sehingga meningkatkan keseimbangan dan meningkatkan daya ingat (mengingat secara berurutan, seperti dalam matematika). Selain itu, gerakan ini juga untuk mengintegrasikan kemampuan mendengar dengan kedua telinga. Gerakan ini mampu melemaskan otot leher yang kaku, yang sering terjadi akibat reaksi tubuh terhadap suara atau karena gerakan bibir yang berlebihan saat membaca dalam hati. Dalam gerakan gajah, tubuh kepala, lengan dan tangan bekerja sama dalam satu kesatuan dengan fokus mata melewati posisi tangan, dan seluruh tubuh bergerak (Dennison, 2006).
2) Gerakan Burung Hantu (The Owl)
seperti membaca, menulis, berhitung matematika dan tugas komputer (Dennison, 2006).
3) Pompa Betis (The Calf Pump)
Gerakan pompa betis adalah suatu gerakan yang digunakan untuk mengembalikan panjang alamiah dari tendon dan tungkai bawah. Pada saat merasakan bahaya, tendon memendek untuk menyiapkan gerakan lari dengan menekan tumit ke bawah dan memperpanjang tendon betis, refleks rasa takut ini dilepaskan dan otot akan kembali ke ketegangan normal. Gerakan pompa betis mengaktifkan otak belakang dan otak depan untuk membantu siswa lebih semangat dalam belajar dan bergerak, meningkatkan kemampuan berkomunikasi dan memberikan tanggapan serta meningkatkan kemampuan menuntaskan suatu tugas (Dennison, 2006).
4) Putaran Leher (Neck Rolls)
5) Luncuran Gravitasi (The Gravity Glider).
Gerakan luncuran gravitasi merupakan gerakan untuk mengembalikan keadaan alamiah dari pinggul dan sekitarnya (Pelvis). Gerakan ini menggunakan gravitasi untuk melepaskan ketegangan di pinggul dan Pelvis, agar dapat menemukan sikap tubuh duduk dan berdiri yang nyaman. Gerakan luncuran gravitasi mengaktifkan otak untuk meningkatkan keseimbangan, koordinasi dan penglihatan. Gerakan ini juga akan menunjang kemampuan akademik untuk pemikiran abstrak, berhitung dengan mencongak serta memudahkan pemahaman waktu membaca (Dennison, 2006).
6) Coretan Ganda (Double Doodle)
C. Pengaruh Senam Otak Terhadap Kemampuan Matematika
Senam otak merupakan latihan gerak sederhana yang melibatkan beberapa titik penting yang berkaitan langsung dengan saraf-saraf otak yang berfungsi untuk memudahkan pernafasan, memperlancar peredaran darah, menyegarkan dan melemaskan otak serta serangkaian gerakan tubuh yang sederhana yang digunakan untuk memadukan semua bagian otak untuk meningkatkan kemampuan belajar, membangun harga diri dan rasa kebersamaan (Dennison, 2009). Senam otak ditujukan untuk menyeimbangkan kinerja otak kiri dan kanan secara bersama-sama sehingga memunculkan dan mengoptimalkan output dari perlakuan yang diberikan.
Kemampuan matematika dapat dilihat dari kemampuan seseorang dalam menghitung, mengukur, dan menyelesaikan hal-hal yang bersifat matematika (Anthony & Walshaw, 2009). Berbagai komponen kemampuan matematika adalah berfikir logis, pemecahan masalah, ketajaman dalam melihat pola, pengenalan konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan sebab akibat (Nelson, 2002).
D. Siswa Sekolah Dasar
1. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Siswa merupakan anak yang sedang mengalami masa perkembangan. Dalam setiap tahap perkembangan usianya, anak memiliki karakteristik yang berbeda-beda (Hurlock, 2006). Dengan menyesuaikan karakteristik siswa, maka pembelajaran akan lebih bermakna dan dapat meningkatkan kecerdasan sesuai dengan potensi yang ada pada diri siswa. Piaget (2010) berpendapat bahwa perkembangan anak terbagi menjadi empat tahap yaitu: (1) tahap Sensorimotor (0-2 tahun), (2) tahap Preoperational (2-7 tahun), (3) tahap Concrete Operational (7-11 tahun),
dan (4) tahap Formal Operational (11-15 tahun). Usia anak SD termasuk dalam tahap Concrete Operational atau operasional konkret (7-11 tahun). Tahap operasional konkret menurut Piaget (2010) memiliki beberapa proses penting sebagai berikut :
a. Pengurutan yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.
b. Klasifikasi yaitu kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain.
c. Decentering yaitu anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa memecahkannya.
e. Konservasi yaitu memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.
f. Penghilangan sifat Egosentrisme yaitu kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang tersebut berpikir dengan cara yang salah).
Yusuf (2012) menyatakan bahwa karakteristik siswa kelas V SD yang berusia antara 10-11 tahun yaitu: (1) berada pada tahap operasional konkret yang berarti proses belajar terbentuk dari hal-hal yang dapat dilihat, didengar, diraba, dan diotak-atik, serta memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar sehingga siswa mampu berpikir secara logis dan objektif, (2) memiliki rasa ingin tahu serta keinginan belajar yang tinggi, (3) mampu berpendapat dan memberikan penilaian, (4) memandang segala yang dipelajari secara utuh dan terpadu, (5) berkembang secara bertahap dari hal sederhana ke hal yang lebih kompleks.
E. Hipotesis Penelitian
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh perlakuan tertentu pada kelompok eksperimental dan menyediakan kontrol untuk perbandingan (Creswell, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan kuasi eksperimen yang merupakan model eksperimen semu yang melakukan controlling terhadap variabel-variabel eksperimental. Desain kuasi eksperimen telah banyak digunakan dalam penelitian psikologi karena desain ini direkomendasikan dalam melakukan penelitian terhadap manusia (Marliani, 2013).
B. Identifikasi Variabel
Variabel Bebas : Pelatihan Senam Otak Varabel Tergantung : Kemampuan Matematika
C. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas
memudahkan dan membantu kegiatan belajar, hambatan berpikir, membangun harga diri, mengurangi stres, rasa kebersamaan dan sebagainya. Dalam pelatihan ini, perlakuan senam otak diberikan sesuai dengan gerakan-gerakan khusus untuk meningkatkan kemampuan matematika (Saklar Otak, Kait Rileks, Gerakan Silang, Minum air, Coretan Ganda, Pompa Betis, Gajah, Putaran Leher, Luncuran Gravitasi dan Burung Hantu).
2. Variabel Terikat
Kemampuan Matematika adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk memahami ide-ide dan menyelesaikan persoalan matematis yang meliputi penjumlahan, pengurangan, pengukuran serta hal-hal tentang matematika (Anthony & Walshaw, 2009). Dalam penelitian ini, tes kemampuan matematika disesuaikan dengan materi pembelajaran matematika yang telah diterima siswa kelas V (lima) saat di sekolah.
3. Pengendalian Eksperimen
a. Waktu Pelaksanaan Pelatihan
b. Tempat Pelaksanaan Pelatihan
Pelaksanaan senam otak dilakukan di ruang kelas tempat siswa melakukan proses belajar mengajar.
c. Pemilihan Instruktur
Instuktur pelatihan senam otak adalah peneliti sendiri. Hal ini dilakukan agar peneliti dapat melakukan observasi secara langsung terhadap subjek dan memberikan arahan yang tepat sesuai dengan tujuan penelitian tersebut.
d. Jenis Instrumen Eksperimen
Instrumen eksperimen yang digunakan untuk mengukur kemampuan matematika adalah tes matematika. Instrumen ini dibuat dengan bantuan guru matematika yang mengajar subjek dan disesuaikan dengan tingkat kemampuan pembelajaran subjek yang telah diterima selama belajar matematika di sekolah. Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan pengujian materi matematika bagi subjek. Tes matematika ini telah disesuaikan dengan materi pelajaran matematika yang telah dipelajari oleh subjek.
D. Subjek Penelitian
sebagai kelompok kontrol.
Pemilihan subjek penelitian yang merupakan siswa kelas V (lima) yang berusia 10-11 tahun dikarenakan pada usia tersebut siswa akan lebih mudah memahami instruksi dan gerakan senam otak.
Subjek penelitian dipilih melalui metode purposive sampling. Sesuai dengan metode ini, maka sampel subjek yang digunakan harus memenuhi kriteria yaitu siswa yang duduk di kelas V (lima) SD dengan rentang usia 10-11 tahun.
E. Desain Eksperimen
Desain penelitian kuasi eksperimen ini adalah “Non-Randomized Pre-Test and Post-Pre-Test Control Group Design”. Desain ini merupakan desain eksperimen yang dilakukan dengan pre-test sebelum perlakuan dan kemudian dilakukan post-test sesudah perlakuan diberikan. Desain ini memiliki kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, namun penentuan sampelnya tidak dilakukan secara random (Latipun, 2008).
(KE) O1 X O2
(KK) O1 -X O2
Gambar 1. Rancangan Penelitian Keterangan:
KE : Kelompok Eksperimen KK : Kelompok Kontrol
O2 : tes sesudah perlakuan (post-test)
X : Treatment (perlakuan) -X : Tidak ada Treatment
F. Instrumen Penelitian dan Metode Pengumpulan Data
Instrumen penelitian ini adalah tes kemampuan matematika yang terdiri dari 40 soal dengan materi soal operasi hitung pecahan. Instrumen tes ini berbentuk tes isian singkat. Tes kemampuan matematika dibuat oleh peneliti berdasarkan materi yang telah dipelajari oleh subjek. Namun, tes matematika ini belum mengalami uji coba berkali-kali. Peneliti melakukan try out untuk menentukan validitas dan realibilitas tes tersebut sebelum
diterapkan kepada subjek penelitian.
Instrumen eksperimen yang diberikan berupa tes kemampuan matematika ini akan diberikan kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebagai pre-test dan post-test. Tes matematika yang diberikan akan memiliki soal yang sama pada saat pre-test dan post-test sehingga hasilnya dapat dibandingkan. Pre-test digunakan sebagai informasi kemampuan awal subjek sebelum diberi perlakuan senam otak sedangkan post-test digunakan untuk mengukur kemampuan subjek setelah diberikan perlakuan. Hasil dari pre-test dan post-test ini untuk melihat apakah pelatihan senam otak ini
Tabel 1.
Blue Print Tes Kemampuan Matematika Siswa kelas V Sekolah Dasar
E. Prosedur Penelitian
Prosedur dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Persiapan Penelitian
a. Mengadakan observasi ke sekolah tempat subjek penelitian.
b. Meminta surat permohonan izin kepada pihak Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma untuk melakukan penelitian.
c. Mengajukan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala Sekolah. d. Setelah disetujui untuk melakukan penelitian, peneliti berkonsultasi dengan guru matematika yang mengajar subjek penelitian. Hal ini dilakukan untuk membantu peneliti dalam pembuatan soal tes kemampuan matematika.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Peneliti melakukan rapport kepada subjek penelitian.
b. Peneliti melakukan kesepakatan jadwal pelaksanaan pelatihan senam otak dengan kelompok eksperimen.
c. Peneliti memberikan tes kemampuan matematika sebagai pre-test kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
d. Peneliti memberikan pelatihan senam otak 10 hari berturut-turut kepada kelompok eksperimen yang terdiri dari :
1. Gerakan PACE yaitu Positif (kait relaks), Aktif (gerakan silang), Clear (saklar otak) dan Energetis (minum air).
4. Gerakan Pompa Betis (The Calf Pump) 5. Gerakan Putaran Leher (Neck Rolls)
6. Gerakan Luncuran Gravitasi (The Gravity Glider) 7. Gerakan Coretan Ganda (Double Doodle)
3. Akhir Penelitian
a. Peneliti memberikan tes kemampuan matematika sebagai post-test kepada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
F. Metode Analisis Data
Metode analisis data adalah suatu metode atau cara yang ditempuh untuk mengolah data yang sudah terkumpul sehingga memperoleh suatu kesimpulan dalam penelitian. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode uji hipotesis secara analisis statistik independent sample/uncorrelated data t-test untuk gain score. Analisis
dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistic Program for Social Science) versi 22 for windows.
Analisis data penelitian ini dengan menggunakan data subjek yang sesuai dengan kriteria penelitian yaitu subjek merupakan siswa kelas V (lima) SD dan berusia 10-11 tahun yang selalu hadir mengikuti pelatihan senam otak, dan subjek telah mengikuti pre-test dan post-test.
Data gain score adalah skor hasil post-test dikurangi dengan hasil pre-test setiap subjek. Skor yang diperoleh merupakan peningkatan atau
38 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pilot Study
Pilot study merupakan uji coba penelitian dalam skala kecil yang
dilakukan sebelum penelitian sebenarnya dilaksanakan. Pilot study dilaksanakan di SD Negeri Minomartani I karena jumlah siswa-siswi kelas lima di SD tersebut lebih kecil daripada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu berjumlah 21 orang. Pilot study dilaksanakan untuk mengidentifikasi kesalahan atau gangguan yang terjadi dalam pelaksanaan penelitian serta agar rencana penelitian berjalan dengan baik dan lancar. Pilot study ini meliputi pengujian terhadap prosedur penelitian, perlakuan, dan
pengukuran variabel tergantung (Seniati et al, 2005).
Pilot study dilaksanakan pada tanggal 25 April – 4 Mei 2016 selama 10 hari berturut-turut. Berdasarkan pilot study, terdapat perbedaan yang signifikan dari hasil pre-test dan post-test subjek. Dari perhitungan statistik, diperoleh nilai t untuk pre-test dan post-test kelompok pilot study sebesar 5,227 dengan p = 0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa pelatihan senam otak berpengaruh pada peningkatan kemampuan matematika subjek kelompok pilot study.
Peneliti melakukan uji coba instrumen penelitian pada kelompok pilot study. Proses diskriminasi item tes dilakukan untuk menentukan soal tes
item soal yang tidak baik. Peneliti memperbaiki beberapa item soal yang tidak baik dan diganti dengan bentuk soal yang baik berdasarkan data dari hasil diskriminasi item tes. Peneliti juga mempersiapkan beberapa materi ice breaking karena hasil observasi selama pilot study beberapa siswa terlihat
bosan mengikuti gerakan senam otak yang terus berulang-ulang.
B. Persiapan Penelitian 1. Perizinan Penelitian
Peneliti memohon izin kepada kepala sekolah SD Negeri 18 Muara Enim untuk melakukan penelitian dengan subjek siswa kelas VB dan VC.
2. Persiapan Subjek
Subjek yang dipilih adalah siswa kelas V (lima) dan berusia 10 - 11 tahun. Pemilihan ini dilakukan berdasarkan pertimbangan perkembangan kognitif, kemampuan memahami instruksi, dan kemampuan siswa untuk dapat diajak bekerjasama.
C. Pelaksanaan Penelitian
1. Pre-Test
Pre-test pada kelompok eksperimen dan kontrol berlangsung pada
kelompok ekperimen dan kontrol masing-masing diikuti oleh 36 siswa. Waktu pengerjaan pre-test adalah 70 menit.
2. Pelatihan Senam Otak
Pelatihan senam otak berlangsung selama 10 hari berturut-turut pada pagi hari. Latihan berlangsung dari tanggal 19 Mei 2016 dan berakhir pada 28 Mei 2016. Instruktur pelatihan senam otak adalah peneliti itu sendiri. Pelatihan senam otak meliputi 10 gerakan yang terdiri dari 4 gerakan PACE dan 6 gerakan yang telah dipilih untuk meningkatkan kemampuan matematika (lihat lampiran C).
Pelatihan senam otak dilakukan pada kelompok eksperimen secara terus-menerus di ruang kelas VB dan dilaksanakan setiap pagi hari pukul 07.30 – 08.00 WIB termasuk hari minggu.
Secara umum, senam otak dapat diikuti oleh anak dengan serius. Pada awal latihan, waktu pelatihan cukup panjang karena siswa masih mengenal dan menyesuaikan diri dnegan gerakan-gerakan senam otak dan teknik pernapasan yang relaks. Beberapa anak mengalami kesulitan untuk melakukan gerakan tertentu. Siswa dapat mengikuti pelatihan dengan lancar mulai hari ketiga. Beberapa anak menunjukkan kebosanan dalam melakukan gerakan senam otak ketika memasuki hari keempat, tetapi mereka berusaha untuk tetap mengikuti pelatihan dengan serius.
3. Post-Test
Post-test diikuti oleh 36 siswa kelompok eksperimen dan 36 siswa
18 Muara Enim pada hari Sabtu tanggal 28 Mei 2016 pukul 07.30 - 08.40 WIB. Waktu pengerjaan post-test adalah 70 menit. Post-test berlangsung setelah para siswa kelompok eksperimen mengikuti pelatihan senam otak selama 20 menit dan beristirahat selama 10 menit.
D. Hasil Penelitian
1. Data Deskriptif Penelitian
Nilai rerata (mean) dan jumlah subjek (N) pada masing-masing kelompok penelitian ditunjukkan dengan table berikut ini :
Tabel 2.
Tabel Data Deskriptif Penelitian
No Keterangan Kelompok Subjek N Mean Standard Deviasi
Hasil dari proses analisis data (lihat lampiran H) adalah sebagai berikut : a. Skor hasil pre-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol
b. Skor hasil pre-test dan post-test kelompok kontrol tidak berbeda. Dari perhitungan statistik, diperoleh nilai t untuk pre-test dan post-test kelompok kontrol sebesar 0,247 dengan p=0,807 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa hasil pre-test dan post-test dari kelompok kontrol sama tidak ada perbedaan signifikan.
c. Skor hasil pre-test dan post-test kelompok eksperimen berbeda secara signifikan. Dari perhitungan statistik, diperoleh nilai t untuk pre-test dan post-test kelompok eksperimen sebesar 12,212 dengan p=0,000 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa pelatihan senam otak berpengaruh pada peningkatan kemampuan matematika.
d. Skor hasil post-test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berbeda secara signifikan. Dari perhitungan statistik, diperoleh nilai t untuk post-test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 4,585 dengan p=0,00 (p<0,05). Hasil ini menunjukan bahwa adanya perbedaan secara signifikan antara kelompok eksperimen yang menerima perlakuan berupa pelatihan senam otak dengan kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuaan.
3. Uji Asumsi a. Uji Normalitas
ini dilakukan pada kelompok eksperimen maupun kontrol menggunakan
Kolmogorov-Smirnov Z 1.000 1.323
Asymp. Sig. (2-tailed) .270 .060
a. Test distribution is Normal.
b. Uji Homogenitas
Tabel 4.
Tabel Uji Homogenitas
Levene's Test for Equality of Variances
F Sig.
21.298 .000
4. Uji Hipotesis
Tabel 5. Tabel Uji Hipotesis
Independent Samples Test t-test for Equality of Means
t df untuk data dari seluruh subjek. Uji t pada gain score menghasilkan nilai t sebesar 11,053 dengan p=0,00 (p<0,05).
1. H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan matematika siswa yang mendapat pelatihan senam otak dengan kemampuan matematika siswa yang tidak diberi pelatihan senam otak. 2. Ho : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kemampuan matematika siswa yang mendapat pelatihan senam otak dengan kemampuan matematika siswa yang tidak diberi pelatihan senam otak.
E. Pembahasan
Hasil uji t terhadap nilai gain score antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol menunjukkan hasil yang signifikan (p=0,00). Hasil ini menegaskan bahwa senam otak berpengaruh untuk meningkatkan kemampuan matematika siswa sekolah dasar.
Gerakan-gerakan senam otak mampu mengaktifkan dan menyeimbangkan ketiga dimensi otak sebagai fungsi kognitif manusia sehingga siswa lebih mudah menerima proses belajar terutama pada pelajaran matematika (Dennison, 2006). Dalam penelitian ini menggunakan gerakan PACE dan 6 gerakan untuk meningkatkan kemampuan matematika (lihat lampiran C).
matematika siswa. Pada siswa kelompok kontrol yang tidak menerima pelatihan senam otak tidak memiliki peningkatan kemampuan matematika.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kristian (2012) memiliki hasil yang sama dengan penelitian ini. Namun, peneliti sebelumnya menggunakan senam otak untuk meningkatkan ingatan jangka pendek. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa senam otak berpengaruh terhadap peningkatan muatan ingatan jangka pendek pada anak akhir. Peneliti tersebut memberikan pelatihan senam otak selama 10 hari berturut-turut pada kelompok eksperimen. Kombinasi gerakan yang digunakan adalah langkah pembukaan (PACE) dan gerakan untuk meningkatkan ingatan jangka pendek yaitu olengan pinggul, pengisi energi, menguap energi, luncuran gravitasi, tombol imbang dan tombol bumi.
Kedua, instruktur pelatihan senam otak dalam penelitian ini adalah peneliti itu sendiri. Peneliti awalnya membangun rapport kepada siswa saat dilakukan observasi penelitian. Carpenter (2005) menjelaskan bahwa hal ini penting dilakukan untuk melihat kondisi seluruh siswa dan beradaptasi dengan lingkungan kelas. Dalam penelitian ini, ruangan tempat pelatihan senam otak selalu dilaksanakan di ruang kelas kelompok eksperimen. Instruktur telah mempelajari dan berlatih gerakan senam otak sesuai dengan panduan pelatihan senam otak yang telah terstandarisasi (Dennison, 2009). Hal ini dilakukan untuk menghindari kesalahan pemberian instruksi saat penelitian.
dilakukan untuk menghindari kebingungan yang terjadi pada siswa dalam pengerjaan tes matematika. Petunjuk pelaksanaan tersebut dibuat secara tertulis (lihat lampiran A). Tidak ada perbedaan pemberian petunjuk pelaksanaan yang diberikan saat pre-test maupun post-test.
Kelima, instrument yang digunakan adalah tes soal matematika sebanyak 40 soal. Soal-soal ini merupakan materi yang sudah dipelajari oleh siswa kelas lima SD. Tes soal matematika ini sudah terstandarisasi dan disesuaikan dengan buku yang digunakan oleh para siswa. Soal-soal berupa materi tentang operasi hitung pecahan terdiri dari penjumlahan pecahan, pengurangan pecahan, perkalian pecahan dan pembagian pecahan (lihat lampiran B).
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelatihan senam otak meningkatkan kemampuan matematika siswa sekolah dasar secara signifikan.
F. Kelebihan dan Kekurangan Penelitian
50 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa pelatihan senam otak efektif untuk meningkatkan kemampuan matematika pada siswa sekolah dasar. Uji t pada gain score menghasilkan nilai t sebesar 11,053 dengan p=0,00 (p<0,05). Hasil tersebut menjelaskan bahwa ada perbedaan signifikan antara peningkatan kemampuan matematika kelompok eksperimen yang mendapatkan pelatihan senam otak dengan kelompok kontrol yang tidak mendapatkan pelatihan senam otak.
B. Saran
1. Untuk peneliti selanjutnya
a. Peneliti selanjutnya diharapkan mampu menemukan metode-metode ice breaking yang menarik untuk menghindari adanya rasa bosan siswa
ketika mengikuti pelatihan senam otak. 2. Untuk para siswa dan guru
a. Para siswa diharapkan mampu melakukan gerakan senam otak secara rutin untuk mengoptimalkan otak kanan dan kiri agar mempermudah siswa dalam menerima pelajaran.
51
DAFTAR PUSTAKA
Ansari, D. (2008). The Brain Goes To School: Strengthening The Education-Neuroscience Connection. Education Canada, 48(4), 6-10.
Anderson, L.W., & Krrathwohl, D. R. (2001). A Taxonomy for Learning Teaching, and Assessing : A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York : Addison Wesley Longman, Inc.
Anthony, G. & Walshaw, M. (2009). Characteristics of Effective Teaching of Mathematics: A View from The West. Journal of Mathematics Education, Vol. 2, No.2, 147-164.
Arcavi, A. (2003). The Role of Visual Representations in The Learning of Mathematics. Journal of mathematicsal education in science and technology, Vol. 29, No.3, 401-420.
Awolola, S., A. (2010). Effect of brain-based learning strategy on students’ achievement in senior secondary school mathematics in Oyo State, Nigeria. Journal of Educational Sciences. Vol.2, 91-106
Badan Standar Nasional Pendidikan (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Depdiknas.
Bengtson, V., & Perry, P. (2005). Effectiveness of the Brain Gym for improving the handwriting of first grade students. (Masters Thesis, The College of St. Scholastica, Duluth, MN).
Brain Gym® International. (2011). The Official Brain Gym Website. Diunduh tanggal 3 maret 2016 dari http://www.braingym.org.
Bodovski, K., & Farkas, G. (2007). Mathematics Growth in Early Elementary School: The Roles of Beginning Knowledge, Student Engagement, and Instruction. The Elementary School Journal, Vol. 108, No.2, 115-130
Carpenter, C. (2005). Planting brain gym seeds. Brain Gym Journal, Vol.19, 83-92.
Creswell, J. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research, 3rd Edition. New Jersey : Person Education Inc.
Cohen, I. and Goldsmith, M. (2003). Hands On: How to Use Brain Gym in the Classroom (3rd ed.). Ventura: Edu-Kinesthetics, Inc.
Dennison, P.E & G. E. (2006). Brain Gym : Buku Panduan Lengkap. Jakarta : PT. Grasindo.
Dennison, P.E., Dennison, G.E. (2008). Brain Gym® 101: Balance for Daily Life. Ventura, CA : Edu-Kinesthetics, Inc.
Dennison, P. (2009). Research now validates movement-based learning. Brain Gym Journal, Vol. 23 (1-2), 3. Ventura, CA : Edu-Kinesthetics, Inc.
Departemen Pendidikan Nasional, (2003). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, Tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas.
Duman, B. (2006). The effect of Brain Base Instruction to Improve on Students' Academic Achievement in Social Studies Instruction. International Conference on Engineering Education. Turkey: Mugla University.
Donczik, J., & Bocker, I. (2009). Using Dennison Laterality Repatterning To Increase Mental Speed. Brain Gym Journal, Vol. 23(1-2), 4–5.
Emilda. (2015). Teaching Mathematics through Integrated Brain Gym in Pair Checks of Cooperative Learning. Journal Of Humanities And Social Science (IOSR-JHSS) Vol. 20, Issue 11, Ver. III, 27-31.
Gozuyesil, E. & Dikici, A. (2014). The Effect of Brain Based Learning on Academic Achievement: A Meta-analytical Study. Journal of Educational Science, vol. 14,. 642-648.
Hurlock, E.B. (2006). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Hyatt, K. J. (2007). Brain Gym: Building stronger brains or wishful thinking?. Journal Remedial and Special Education, Vol. 28, h.117-124.
Irwandy, E. L. (2007). Efektifitas Pelatihan Senam Otak Dalam Usaha Meningkaytkan Kapasitas Muatan STM Anak Kelas IV SD. Skripsi Fakultas Psikologi (tidak dipublikasikan). Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Johnson, D.W., & Roger T. J. (2002). Cooperative learning method: A meta-Analysis. Journal of Research Education. Vol.1, 165-189.
Kristian, A. D. (2012). Efektifitas Pelatihan Senam Otak Terhadap Peningkatan Ingatan Jangka Pendek Pada Akhir. Skripsi Fakultas Psikologi (tidak dipublikasikan). Yogyakarta : Universitas Sanata Dharma.
Koester, C. (2000). A summary of a Brain Gym research project on reading. Brain Gym Journal December. Diunduh tanggal 12 Maret 2016 dari
Latipun. (2008). Psikologi Eksperimen. Malang : UMM Press.
Leepo, M., David, D. & Crim, B. (2000). The Basics of Exercising The Mind and Body. Childhood Education, Vol. 76, No.3, 142-147.
Lithner, J. (2006). A Framework For Analysing Creative And Imitative Mathematical Reasoning, Research Reports In Mathematics Education. Swedan: Department Of Mathematics And Mathematical Statistics. Umea University.
Muliati, Deasny. (2009). Pengaruh Brain Gym Terhadap Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas VII di SMP Negeri 3 Batu Tahun Ajaran 2009/2010. Tesis (tidak dipublikasikan). Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Marliani, R. (2013). Psikologi Eksperimen. Bandung : Pustaka Setia.
NCTM. (1999). Curriculum and Evaluation Standards for School Mathematics. Reston, VA : NCTM.
Nelson, T. (2002). Mathematics Education: A Summary of Research, Theories, and Practice [E-book]. Diunduh tanggal 15 Maret 2016 dari
http://www.math4.nelson.com/pdf/tc_pr_summary.pdf.
Nussabaum, S. S. (2010). The Effects Of 'Brain Gym' As A General Education Intervention: Improving Academic Performance And Behaviors (Doctoral Dissertation, Northcentral University).
Owens, K. (2008). Identity as a Mathematical Thinker. Journal Mathematics Teacher Education and Development, Vol. 9, 36-30.
Pape, S. (2003). Developing Mathematical Thingking and Self-Regulated Learning: A Teaching Experiment in a Seventh-Grade Mathematics Classroom. Journal of Education Psychology, Vol. 90, 682-697.
Piaget, Jean, & Barbel Inhelder. (2010). Psikologi Anak, Terj. Miftahul Jannah. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Pratt, S. (2010). At The Intersection Of The Embodiment And Emergence For A Mathematics Teacher Educator. Journal of Curriculum Theorizing,Vol 26, No. 1.
Rentschler, M. (2007). The Basics Of Educational Kinesiology. Journal of Behavioral, Vol.16, No. 4, 95.
Saifuddin, Azwar. (2007). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Shamberg, S. (2009). Early childhood development and Brain Gym sensorimotor exercises. Brain Gym Journal, Vol. 23(1-2), 10–11.
Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.
Sousa, D.A. (2008). How the brain learns mathematics. California: Corwin Press: A Sage Publications Company Thousand Oaks.
Stephenson, J. (2009). Best practice? Advice provided to teachers about the use of Brain Gym® in Australian schools. Jurnal Education, Vol. 11, 12-15. Twomey, L.J. (2002). A Study on Brain Gym and Its Effects on Mathematics:
“Creating a Win-Win Situation in a Canadian Grade School”. Brain Gym Journal, Vol. XVI, No.3.
Watson, A., & Kelso, G. L. (2014). The Effect Of Brain Gym® On Academic Engagement For Children With Developmental Disabilities. International Journal Of Special Education, Vol.29, No.2, 1
Willis, J. (2007). Brain-Based Teaching Strategies For Improving Students' Memory, Learning, And Test-Taking Scores. Childhood Education, Vol.83, 310-317.
Wilmes, B., Harrington, L., Kohler-Evans, P., & Sumpter, D. (2008). Coming To Our Senses: Incorporating Brain Research Findings Into Classroom Instruction. Education, Vol. 28, 659-666.
55