• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA NEGERI 1 SUGGAL.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X SMA NEGERI 1 SUGGAL."

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG DIAJAR DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN

PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA POKOK BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X

SMA NEGERI 1 SUNGGAL

Oleh:

Risda Trisnawati Turnip NIM 4112111014

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan banyak terima kasih kepada Ibu Dra. N. Manurung, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan bimbingan berupa ilmu dan kasih sayang sejak awal sampai selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, Bapak Dr. W. Rajagukguk, M.Pd, Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, dan Bapak Drs. Togi Panjaitan, M.Pd selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan dan saran– saran mulai perencanaan penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Terima kasih juga kepada Bapak Drs. W. L. Sihombing, M.Pd, selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan saran–saran dalam perkuliahan, Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si selaku Rektor Unimed, Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc, Ph.D selaku Dekan FMIPA Unimed, Bapak Dr. Edi Surya, M.Si selaku ketua jurusan Matematika FMIPA Unimed dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si, selaku sekretaris jurusan Matematika FMIPA Unimed serta Bapak Drs. Zul Amry selaku ketua Prodi Pendidikan Matematika FMIPA Unimed dan seluruh Bapak, Ibu dosen beserta staf pegawai jurusan matematika FMIPA Unimed yang sudah membantu dan memberikan kelancaran selama penyusunan skripsi ini.

Terima kasih juga kepada Kepala SMA Negeri 1 Sunggal, Bapak Drs. Ramli Siregar M.Si, yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian, guru bidang studi Matematika Bapak J. Simbolon, S.Pd dan para guru SMA Negeri 1 Sunggal beserta siswa – siswi kelas X-1 dan X-3 yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian.

(4)

v

begitu banyak memberikan doa dan motivasi, semangat serta dukungan moral kepada penulis dalam menyelesaikan studi di Unimed serta seluruh keluarga yang tak hentinya memberikan doa, dukungan, semangat dan kasih sayangnya kepada penulis dalam menyelesaikan studi.

Ucapan terima kasih juga kepada sahabat-sahabat seperjuangan yang selalu memberi semangat, dukungan, dan senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka, dalam tawa maupun tangis yaitu Mairani Sinaga, Jessica Saragih, Putri Readora, Stepany Tarigan, Silva Sagala, Mery Hutabarat, Nonce Situmorang, Grestica Sianipar, Chrisna Sinaga, Martha Napitupulu, Lenra Malau dan teman-teman Matematika Reguler Dik C’11 dan juga teman-teman satu kelompok kecil Invokavit, Eko Banjarnahor, Jessica Saragih, Mery Hutabarat, Silva Sagala, Putri Readora, dan Chrisna Sinaga dan yang belum tersebutkan namanya. Begitu juga dengan sahabat-sahabat saya di IKBKM dan Vibus yaitu, Enny Sitompul, Lucia Marbun, Thesa Surbakti, Velly Siregar, Estaria Sihombing, beserta para sahabat saya di PNB Ekklesia yaitu, Adiana Sinaga, Dede Manurung, Maryati Simamora, Susi Simamora, Dos Simbolon, Mardo Aritonang dan terkhusus Ondion Aritonang dan semua anggota PNB Ekklesia dan jugan sahabat saya di IKBKM yang tidak dapat saya sebutkan namanya satu persatu yang selalu memberi dukungan dan berbagi pengalaman bersama penulis serta yang senantiasa mendukung dan menemani penulis dalam suka maupun duka, dalam tawa maupun tangis. Penulis menyadari masih banyak terdapat kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa, karenanya penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini dapat bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan kita.

Medan, Juni 2015 Penulis,

(5)

iii

PERBEDAAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA YANG DIAJAR

DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DAN

PEMBELAJARAN LANGSUNG PADA POKOK

BAHASAN DIMENSI TIGA DI KELAS X

SMA NEGERI 1 SUNGGAL

Risda Trisnawati Turnip (NIM 4112111014) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada pembelajaran Langsung terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Dimensi Tiga Di Kelas X SMA Negeri 1 Sunggal. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Eksperimen Semu. Sampel dalam penelitian adalah siswa kelas X-1 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 31 orang dan siswa kelas X-3 sebagai siswa kelas kontrol yang berjumlah 37 orang. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Sunggal tahun ajaran 2014/ 2015, yang terdiri dari 8 kelas paralel.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Tes Kemampuan Berpikir Kritis. Tes yang diberikan berbentuk uraian yang terlebih dahulu sudah divalidasi oleh bantuan dua validator, yaitu dua orang dosen matematika Unimed.

Untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam berpikir kritis maka diberikan pretes kemampuan berpikir kritis siswa dan diperoleh rata-rata kelas eksperimen untuk nilai pretes sebesar 46,73 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai pretes sebesar 40,04. Setelah diberikan tindakan pada kelas eksperimen dengan pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) oleh peneliti dan kelas kontrol dengan pembelajaran langsung oleh guru bidang studi matematika disekolah tersebut, maka diberikan postest kemampuan berpikir kritis siswa. Dari hasil postest kemampuan berpikir kritis siswa diperoleh skor rata-rata siswa kelas eksperimen 81,95 sedangkan untuk kelas kontrol diperoleh rata-rata nilai postest sebesar 76,3.

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Lampiran xi

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Batasan Masalah 8

1.4. Rumusan Masalah 8

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

1.7. Definisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11

2.1. Kajian Teoritis 11

(7)

vii

2.13.5. Kerangka Rancangan Model Pembelajaran Kooperatif 29 2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share

(TPS) 31

2.1.4.1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think

Pair Share (TPS) 31

2.1.4.2. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think

Pair Share (TPS) 34

2.1.4.3. Kaitan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

(TPS) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa 35 2.1.5. Model Pembelajaran Langsung 37 2.1.6. Materi Pembelajaran: Dimensi Tiga 41 2.1.6.1. Kedudukan titik, Garis, dan Bidang dalam Ruang 41

2.1.6.2. Menggambar Bangun Ruang 41

2.1.6.3. Jarak Pada Bangun Ruang 42

2.1.6.4. Besar Sudut Pada Bangun Ruang 44 2.2. Hasil Penelitian yang Relevan 45

2.3. Kerangka Konseptual 48

2.4. Hipotesis Penelitian 49

BAB III METODE PENELITIAN 50

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 50

3.1.1. Lokasi Penelitian 50

3.1.2. Waktu Penelitian 50

3.2. Populasi dan Sampel 50

3.2.1. Populasi 50

3.2.2. Sampel 50

3.3. Variabel Penelitian 50

3.3.1. Variabel Bebas 50

3.3.2. Variabel Terikat 51

3.3.3. Variabel Kontrol 51

(8)

viii

3.5. Prosedur Penelitian 52

3.6. Instrumen Pengumpul Data 53

3.7. Teknik Analisis Data 54

3.7.1. Menghitung Nilai Rata-rata 54 3.7.2. Menghitung Standar Deviasi 54 3.8. Uji Prasyarat Pengujian Hipotesis 54

3.8.1. Uji Normalitas 54

3.8.2. Uji Homogenitas Varians 55

3.8.3. Pengujian Hipotesis 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 58

4.1. Deskripsi Data 58

4.1.1. Nilai Pretes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 58 4.1.2. Nilai Postes Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 60

4.2. Analisis Data 63

4.2.1. Uji Normalitas 63

4.2.2. Uji Homogenitas 64

4.2.3. Uji Hipotesis 65

4.3. Diskusi Hasil Penelitian 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 70

5.1. Kesimpulan 70

5.2. Saran 70

(9)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 29 Tabel 2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Langsung 38 Tabel 2.3 Rangkuman hasil tes evaluasi Pemahaman konsep

matematika pada siklus I dan siklus II 46 Tabel 2.4 Rangkuman hasil tes evaluasi Kemampuan kreativitas

matematika pada siklus I dan siklus II 46

Tabel 3.1. Rancangan Penelitian 51

(10)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Contoh Pengelompokan Heterogenitas-Akademis Dalam

Pembelajaran Kooperatif) 28

Gambar 2.2. Garis tegak lurus bidang 42 Gambar 2.3. Jarak titik dan garis 42 Gambar 2.4. Jarak titik dan bidang 43 Gambar 2.5. Jarak antara dua garis sejajar 43 Gambar 2.6. Jarak garis dan bidang yang sejajar 44 Gambar 2.7. Jarak antara titik sudut pada kubus 44 Gambar 2.8. Sudut antar garis dan bidang 45 Gambar 2.9. Sudut antara dua bidang 45

Gambar 2.10 Kerangka konseptual 48

Gambar 3.1. Prosedur Penelitian 53

Gambar 4.1. Histogram Data Pretes Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

Kontrol 60

Gambar 4.2. Histogram Data Postes Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Kisi-kisi Pretes Dan Postes 75

Lampiran 2. Pre-Test 81

Lampiran 3. Rencana Pembelajaran kelas Eksperimen 84 Lampiran 4. Lembar Aktivitas Siswa (LAS) 104

Lampiran 5. Post-Test 120

Lampiran 6. Lembar Validasi 127

Lampiran 7. Perhitungan Normalitas Data 131 Lampiran 8. Uji Homogenitas Varians Tes Berpikir Kritis 137

Lampiran 9. Uji Hipotesis 139

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu aspek dalam kehidupan ini yang memegang peranan yang sangat penting. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan pada suatu negara dipengaruhi oleh banyaknya faktor, antara lain dapat berasal dari siswa, pengajar, sarana prasarana, dan bisa juga karena faktor lingkungan. Sebuah negara dapat dikatakan maju dalam teknologinya, jika pendidikan dalam negara itu baik kualitasnya. Untuk mewujudkan suatu teknologi yang maju, maka diperlukan hasil karya yang inovatif dan bersaing dalam bidang teknologinya. Untuk menghasilkan karya-karya yang inovatif dan bersaing tersebut diperlukan sumber daya manusia yang kreatif dan kritis serta mempunyai tingkat imajinasi yang tinggi untuk menciptakan produk yang bersaing. Oleh karenanya, pendidikan sebagai salah satu elemen dalam pembangunan bangsa dan Negara berperan penting untuk membentuk SDM yang dapat menjadi tulang punggung bangsa.

Dalam mengatasi tantangan-tantangan tersebut diatas, Ansari (2009: 1) mengemukakan bahwa:

“perlu adanya SDM yang handal dan mampu bersaing secara global. Untuk itu diperlukan kemampuan tingkat tinggi (high order thinking) yaitu berpikir logis, kritis, kreatif dan kemampuan bekerjasama secara proaktif. Cara berpikir seperti ini dapat dikembangkan melalui belajar matematika. Hal ini memungkinkan karena hakekat pendidikan matematika adalah membantu siswa agar berpikir kritis, bernalar efektif, efisien, bersikap ilmiah, disiplin, bertanggung jawab, dan percaya diri”.

Matematika merupakan dasar dari ilmu pengetahuan yang lain, khususnya bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Ansari (2009: 1) menyatakan bahwa: “Matematika memiliki struktur keterkaitan yang kuat dan

(13)

2

“kendaraan” utama untuk mengembangkan kemampuan berpikir logis dan

keterampilan kognitif yang lebih tinggi pada anak-anak”.Jadi, matematika adalah suatu kumpulan konsep-konsep abstrak yang berhubungan dengan sistem deduktif dimana dasar komunikasinya dimulai dari unsur-unsur yang tidak terdefinisikan. Oleh karena konsep-konsep matematika tersebut bersifat abstrak, sehingga belajar matematika memerlukan kemampuan berpikir yang tinggi.

Menurut Sabandar (2008:1), belajar matematika berkaitan erat dengan aktivitas dan proses belajar serta berpikir karena karakteristik matematika merupakan suatu ilmu dan human activity, yaitu bahwa matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis, yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas, dan akurat.

Pentingnya matematika diajarkan kepada siswa dikemukakan oleh Cockkroft. Cockkroft dalam (Abdurrahman, 2012: 253) menyatakan bahwa matematika perlu diajarkan kepada siswa karena:

(1) selalu digunakan dalam segi kehidupan, (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai, (3) merupakan sarana yang singkat dan jelas, (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran keruangan, (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah menantang.

Berdasarkan kutipan tersebut, dengan belajar matematika diharapkan dapat mengembangkan kemampuan berpikir siswa, bernalar dan mengkomunikasikan gagasannya serta dapat menegembangkan kemampuan aktivitas kreatif. Pola berpikir pada aktivitas matematika ini terbagi dua yaitu berpikir tingkat rendah (low-order mathematical thinking) dan berpikir tingkat tinggi (high-order mathematical thinking). Kemampuan berpikir siswa yang tinggi akan matematika

(14)

3

kemampuan berpikir kritis. Menurut Facione (2010) dalam ( Syahbana 2012: 51) para ahli yakin bahwa berpikir kritis merupakan fenomena dari tujuan hidup manusia. Pemikir kritis yang ideal memiliki ciri-ciri tidak hanya oleh keterampilan kognitif mereka tetapi juga oleh bagaimana mereka memiliki pendekatan hidup.

Scriven & Paul (2007) dalam ( Syahbana 2012: 51) mendefinisikan berpikir kritis sebagai proses disiplin intelektual yang secara aktif dan terampil mengkonseptualisasi, menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan/atau mengevaluasi informasi yang diperoleh dari, atau dihasilkan oleh pengamatan, pengalaman, refleksi, penalaran, atau komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan.

Berpikir kritis dalam matematika memiliki alur tertentu yang khas matematik. Menurut Turmudi (2008) dalam (Syahbana 2012: 52) berpikir kritis memiliki aspek fundamental; mengenal penalaran dan pembuktian), karena kecenderungan objek yang dipikirkan bersifat abstrak, antar objek memiliki hubungan dan keterkaitan, membutuhkan analisis mendalam, dan memerlukan pembuktian yang sahih dan konsisten. Menurut Glaser dalam (Somakim, 2010) dalam (Syahbana 2012: 52) yang dimaksud dengan berpikir kritis dalam matematika adalah kemampuan dan disposisi untuk melibatkan pengetahuan sebelumnya, penalaran matematis, dan strategi kognitif untuk menggeneralisasi, membuktikan, atau mengevaluasi situasi matematis yang kurang dikenal dalam cara yang reflektif.

(15)

4

menyusun dan menguji konjektur; memberikan lawan contoh (counter example); mengikuti aturan inferensi; memeriksa validitas argumen; menyusun argumen yang valid; menyusun pembuktian langsung, pembuktian tak langsung dan menggunakan induksi matematik.

Kemampuan berpikir kritis sangat penting untuk diajarkan dan dikembangkan dalam kegiatan pembelajaran. Kemampuan berpikir kritis juga sangat diperlukan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan dan memecahkan permasalahan yang ada dalam kehidupan di masyarakat. Oleh karena itu, siswa sebagai bagian dari masyarakat harus dibekali dengan kemampuan berpikir kritis yang baik. Kemampuan berpikir terutama yang menyangkut aktivitas matematika perlu mendapatkan perhatian khusus dalam proses pembelajaran matematika. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat beberapa hasil penelitian masih mengidentifikasikan kurangnya tradisi berpikir kritis di sekolah seperti yang diutarakan Jacqueline dan Brooks dalam (Santrock, 2007) dalam (Syahbana 2012: 54).

Pada penerapan proses pembelajaran matematika di kelas, umumnya para guru matematika masih cenderung berkonsentrasi pada latihan penyelesaian soal yang bersifat prosedural dan mengakomodasi pengembangan kemampuan berpikir tingkat rendah dan kurang dalam mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Seperti dinyatakan oleh Silver (Turmudi, 2008) bahwa pada pembelajaran tradisional, aktivitas siswa sehari-hari umumnya menonton gurunya menyelesaikan soal-soal di papan tulis kemudian meminta siswa bekerja sendiri dalam buku teks atau lembar kerja siswa (LKS) yang disediakan.

(16)

5

yang lebih hati-hati”. Peranan guru dalam melibatkan keaktifan siswa dapat membantu memahami materi yang masih dianggap sulit oleh sebagian besar siswa. MenurutHerman (2007: 48) “dalam kegiatan pembelajaran, guru biasanya menjelaskan konsep secara informatif, memberikan contoh soal, dan memberikan soal-soal latihan”. Armanto (2002) dalam Herman (2007: 48) menyatakan tradisi mengajar seperti ini merupakan karakteristik umum bagaimana guru melaksanakan pembelajaran di Indonesia. Selanjutnya Herma juga menambahkan bahwa pembelajaran matematika yang bercirikan: berpusat pada guru, guru menjelaskan matematika melalui metode ceramah (chalk-and-talk), siswa pasif, pertanyaan dari siswa jarang muncul, berorientasi pada satu jawaban yang benar, dan aktivitas kelas yang sering dilakukan hanyalah mencatat atau menyalin. Kegiatan pembelajaran seperti ini tidak mengakomodasi pengembangan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah, penalaran, koneksi, dan komunikasi matematis. Akibatnya, kemampuan kognitif tingkat tinggi siswa san-gat lemah karena kegiatan pembelajaran yang biasa dilakukan hanya mendorong siswa untuk berpikir pada tataran tingkat rendah.

Salah satu materi pelajaran matematika yang dianggap sulit dan sangat lemah diserap oleh siswa di sekolah adalah geometri dimensi tiga. Penelitian yang dilakukan beberapa ahli menunjukkan bahwa siswa pada tingkat SMA pun memiliki pengetahuan atau pengalaman yang sedikit sekali mengenai sifat-sifat bangun ruang dimensi tiga (Jiang, 2008).

(17)

6

Berdasarkan permasalahan diatas, salah satu alternatif dalam mengatasi masalah tersebut adalah penerapan pembelajaran kooperatif. Menurut Ibrahim (2007) dalam Istianah (2013:45), untuk dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam pembelajaran, guru juga perlu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan, serta mengajukan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan. Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa yang dominan, sedangkan peranan guru lebih sebagai fasilitator.

Trianto (2009: 59) juga menyatakan bahwa: “Para ahli telah menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik, unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit, dan membantu siswa menumbuhkan kemampuan berpikir kritis. Siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami kosep yang sulit jika mereka saling berdikusi dengan temannya”.

Dikusi yang terjadi dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan untuk memperkenalkan keterkaitan antara ide-ide yang dimiliki siswa dan mengorganisasikan pengetahuannya kembali. Melalui diskusi, keterkaitan skema siswa akan menjadi lebih kuat sehingga kemampuan siswa dalam berpikir kritis untuk memecahkan masalah matematika menjadi lebih baik. Pentingnya keterampilan berpikir kritis dan kreatif dilatihkan kepada siswa, juga didukung oleh visi pendidikan matematika yang mempunyai dua arah pengembangan, yaitu memenuhi kebutuhan masa kini dan masa yang akan datang (Sumarmo, 2002) dalam Istianah (2013:44)

(18)

7

Menurut Trianto (2009:81) : “Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi interaksi siswa”. Sedangkan menurut Hamdayama (2014: 201): “Think Pair Share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis

pembelajaran Kooperatif yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi siswa”.

Berdasarkan pendapat di atas dapat diambil kesimpulan Think Pair Share (TPS) adalah model pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil dengan tahap thinking ( berpikir), pairing (berpasangan), dan sharing ( berbagi).

Dengan demikian melalui pembelajaran TPS ini mampu mendorong siswa untuk terlibat aktif dalam diskusi, bertanya serta menjawab pertanyaan, berpikir secara kritis, menjelaskan setiap jawaban yang diberikan, serta mengajukan alasan untuk setiap jawaban yang diajukan.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Yang Diajar Dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS Dan Pembelajaran Langsung Pada Pokok Bahasan Dimensi Tiga Di Kelas X SMA Negeri 1 Sunggal T.A 2014/ 2015”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka identifikasi masalah yang perlu diperhatikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa tidak dapat untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika mereka baik secara lisan maupun tulisan dan kurang maksimal untuk menganalisis soal matematika.

2. Siswa cenderung menuliskan langsung hasil akhir dari soal yang diberikan guru tanpa disertai cara yang jelas dan sistematis.

(19)

8

4. Metode ceramah (chalk and talk) yang biasa dipakai kebanyakan guru di Indonesia mengakibatkan kemampuan kognitif tinggi siswa sangat lemah . 5. Kemampuan berpikir kritis siswa masih tergolong kategori sangat rendah.

1.3. Batasan Masalah

Agar permasalahan dalam penelitian ini lebih terarah dan jelas, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada kemampuan berpikir kritis siswa yang diajar dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran langsung pada pokok bahasan dimensi tiga.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

“Apakahmodel pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada pembelajaran Langsung terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Dimensi Tiga Di Kelas X SMA Negeri 1 Sunggal Tahun Ajaran 2014/2015?”.

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

Untuk mengetahui apakah model pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) lebih baik daripada pembelajaran Langsung terhadap kemampuan

berpikir kritis siswa pada materi Dimensi Tiga Di Kelas X SMA Negeri 1 Sunggal Tahun Ajaran 2014/2015.

1.6. Manfaat Penelitian

(20)

9

Sebagai referensi bagi penulis sebagai calon guru di masa yang akan datang dalam menentukan penggunaan model pembelajaran khususnya pada kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Bagi Siswa

a. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi pokok Dimensi Tiga.

b. Hasil belajar matematika siswa lebih baik.

c. Peran aktif siswa dalam kegiatan pembelajaran semakin meningkat. d. Siswa dapat meningkatkan kemampuan bekerja sama, kemampuan

mengemukakan pendapat dan pertanyaan, kemampuan memecahkan masalah, dan kemampuan berkomunikasi meskipun kompetensi-kompetensi tersebut tidak secara langsung diukur dalam penelitian ini. 3. Bagi Guru

Sebagai bahan masukan bagi guru untuk dapat mempertimbangkan model pembelajaran yang lebih baik dalam pembelajaran matematika khususnya pada kemampuan berpikir kritis siswa.

4. Bagi Sekolah

Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam perbaikan pembelajaran matematika di SMA Negeri 1 Sunggal.

1.7. Definisi Operasional

1) Kemampuan berpikir kritis adalah kemampuan untuk berpendapat dengan cara yang terorganisasi. Yang dimaksudkan dengan cara yang terorganisasi adalah kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain yang dilakukan dengan kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji dan mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna dalam menyelesaikan suatu masalah. Indikator- indikator berpikir kritis adalah sebagai berikut:

(21)

10

b. Keterampilan memberikan penjelasan lanjut, dengan indikator: mengidentifikasi asumsi.

c. Keterampilan mengatur strategi dan taktik, dengan indikator: menentukan solusi dari permasalahan dalam soal dan menuliskan jawabam atau solusi dari pemasalahan dalam soal.

d. Keterampilan menyimpulkan dan keterampilan menegevaluasi, dengan indikator: menentukan kesimpulan dari solusi permasalahan yang telah diperoleh dan memeriksa kesimpulan yang ditarik telah sesuai dengan permasalahan yang ada

2)Pembelajaran Cooperative adalah konsep belajar atau cara belajar dalam bentuk kelompok-kelompok kecil berjumlah 4-5 orang yang saling bekerjasama dan diarahkan oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan

(22)

70 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data maka diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) terhadap kemampuan berpikir kritis siswa lebih baik daripada model pembelajaran langsung pada materi dimensi tiga di kelas X SMA Negeri 1 Sunggal. Dari keempat indikator berpikir kritis yaitu keterampilan memberikan penjelasan yang sederhana, keterampilan memberikan penjelasan lanjut, keterampilan mengatur strategi dan taktik, dan keterampilan menyimpulkan dan mengevaluasi pada penelitian ini yang paling baik adalah keterampilan memberikan penjelasan yang sederhana dan keterampilan mengatur strategi dan taktik.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan adalah:

1. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu alternatif dalam memilih model pembelajaran karena dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

2. Kepada guru matematika dapat menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memberikan penjelasan yang sederhana dan keterampilan mengatur strategi dan taktik pada materi dimensi tiga.

(23)

71

(24)

72

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Mulyono, (2012), Anak Berkesulitan Belajar, Teori, Diagnosis, dan Remediasinya, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta

Alma, Buchori,dkk, (2009), Guru Profesional, Alfabeta, Bandung

Ansari, Bansu, (2009), Komunikasi Matematik-Konsep dan Aplikasi, Yayasan Pena, Banda Aceh

Arikunto, S., (2006), Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta

Daniel dan David, (2008), Teknik Mengajar Matematika, PT Bumi Aksara, Jakarta

Fisher, Alec, (2009), Berpikir Kritis: Sebuah Pengantar, Erlangga, Jakarta

Hamdayama, Jumanta, (2014), Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter, Ghalia Indonesia, Jakarta

Haryani, Desti, (2012), Membentuk Siswa Berpikir Kritis Melalui Pembelajran Matematika, Jurnal Prosiding Matematika FMIPA UNY, 10 November 2012, 165-174

Hassoubah, Z.I., (2007), Developing Creative and Critical Thinking Skills, Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis, Nuansa Cendekia, Bandung

Herman, Tatang, (2007), Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah Pertama, Jurnal Educationist, No. I Vol. I Januari 2007, 47-56

Hassan, Abbas, (2013), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) Sebagai Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Dan Kreativitas Matematika Siswa Kelas X SMA AL-AZHAR Medan, T.A. 2012/2013, FMIPA UNIMED, Medan

Isjoni, (2011), Cooperative Learning, Alfabeta, Bandung

Istianah, Euis, (2013), Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Dan Kreatif Matematik Dengan Pendekatan Model Eliciting Activities (MEAs) Pada Siswa, Jurnal STKIP Siliwangi Bandung, Vol 2, No. 01

(25)

73

Jauhar, Mohammad, (2011), Implementasi Paikem dari Behavioristik sampai Konstruktivistik, Prestasi Pustakaraya, Jakarta

Jiang, Z., (2008), Exploration and Reasoning In The Dinamic Geometry Environment

Kompasiana, Edukasi, (2010), Strategi Pendidikan 324843.html, Kompas, Jakarta [diakses tanggal 26 maret 2015]

Lie, Anita, (2008), Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, PT Gramedia, Jakarta

Miftahul, Huda, (2011), Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Suharnan 2005 Psikologi Kognitif, Srikandi, Surabaya

Saurino, (2008), Concept Journaling to Increase Critical Thinking Dispositions and Problem Solving Skills in Adult Education, The Journal of Human Resource and Adult Learning, Vol. 4(1), 170-178

Siregar, Eveline dan Hartini Nara, (2014), Teori Belajar dan Pembelajaran, Ghalia Indonesia, Bogor

Slavin, Robert. E., (2014), Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya, PT. Rineka Cipta, Jakarta

Solihatin, Etin & Raharjo, (2007), Cooperative Learning, PT. Bumi Aksara, Jakarta

Somakim, (2011), Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa Sekolah Menengah Pertama Dengan Penggunaan Pendidikan Matematika Realistik, Universitas Sriwijaya Palembang-Forum MIPA, Vol. 14 No. 1,

42-48

Sudjana, (2001), Metoda Statistika, Tarsito, Bandung

Suprapto, (2008), Menggunakan Ketrampilan Berpikir Untuk Meningkatkan Mutu Pembelajaran, Wordpress, Solo [diakses tanggal 26 maret 2015]

Suprijono, Agus, (2009), Cooperative Learning, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Suyatno, (2009), Menjelajah Pembelajaran Inovatif, Masmedia Buana Pustaka,

Surabya

Syahbana, Ali, (2012), Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa SMP Melalui Pendekatan Contextual Teaching And Learning, Jurnal Universitas Muhammadiyah Bengkulu, Vol 2, No. 01

(26)

74

Turmudi, (2008), Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika Berparadigma Eksploratif dan Inovatif, Leuser Citra Pustaka, Jakarta

Wena, Made, (2011), Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Bumi Aksara, Jakarta

Gambar

Tabel 2.1.Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif

Referensi

Dokumen terkait

semakin tinggi pula persepsi kualitas interaksi social

Ginseng jenis ini umur panennya lebih cepat yaitu hanya 5 – 6 bulan dibanding ginseng dari Korea atau China (jenis Panax spp ) yang dipanen setelah umur 3 - 4 tahun. Kandungan

Perusahaan PT.Roi Surya Prima Farma memproduksi produk – produk kosmetik terdiri dari berbagai merek yang masih berada dalam satu kategori kosmetik, yaitu perawatan

Total accrual dari sebuah perusahaan merupakan proksi dari sebuah kebijakan akuntansi akrual yang mengarah pada tindakan earnings management, hal ini karena kebijakan yang

Penelitian yang telah dilakukan Dina Rosalina (2008:76) dengan judul “Efektivitas Permainan Konstruktif terhadap Peningkatan Kreativitas Anak Usia Prasekolah”

Hal tersebut menunjukkan bahwa kesejahteraan objektif akan semakin meningkat ketika besar keluarga yang dimiliki sedikit dan ayah bekerja sebagai petani pemilik, sedangkan

Untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis pertama, yaitu bahwa diduga secara serempak, variabel kinerja keuangan yang meliputi: EPS, ROA, NPM , dan DER mempunyai pengaruh yang

Sekolah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mempertahankan dan mengembangkan tatanan-tatanan sosial serta kontrol sosial mempergunakan program-program asimilasi dan