• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEGIATAN MENULIS EKSPRESIF TERHADAP PENURUNAN STRES AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DI MASA PANDEMI COVID-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH KEGIATAN MENULIS EKSPRESIF TERHADAP PENURUNAN STRES AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DI MASA PANDEMI COVID-19"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

“PENGARUH KEGIATAN MENULIS EKSPRESIF TERHADAP PENURUNAN

STRES AKADEMIK MAHASISWA FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA DI MASA PANDEMI COVID-19”

Diajukan untuk memenuhi persyaratan Ujian Sarjana Psikologi

SKRIPSI

DISUSUN OLEH:

KARIN ALMIRA KUSNANDAR

171301207

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2021

(2)

i

(3)
(4)

iii

Pengaruh Kegiatan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Stres Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara Di Masa Pandemi Covid-19

Karin Almira Kusnandar, Suri Mutia Siregar

ABSTRAK

Stres yang dialami mahasiswa umumnya disebabkan oleh beban perkuliahan dan tugas yang harus dikerjakan mahasiswa, stres yang terjadi akibat lingkungan pendidikan adalah stress akademik. Stres yang dialami mahasiswa dapat berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Mengurangi dampak stres mahasiswa dalam perkuliahan daring dilakukan dengan menulis. Katarsis dalam menulis ekspresif memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap stress akademik pada mahasiswa. Saat individu mulai menulis maka akan merasa rileks, otak akan mengeluarkan hormon endorfin yang diproduksi dari kelenjar pituari dan sistem saraf pusat manusia, yang berguna untuk mengontrol rasa sakit dan menimbulkan rasa senang yang dapat mengurangi stres akademik. Hasil penelitian ini menujukkan tidak terdapat pengaruh kegiatan menulis ekspresif terhadap penurunan stres akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara di masa pandemic Covid-19. Implikasi dari penelitian ini ialah meningkatkan pemahaman mengenai pengaruh kegiatan menulis ekspresif terhadap stres akademik pada mahasiswa.

Kata kunci : Stres akademik, kegiatan menulis ekspresif, mahasiswa

(5)

The Effect of Expressive Writing Activities on Reducing Academic Stress for Students of the Faculty of Psychology, University of North Sumatra during the Covid-19 Pandemic

Karin Almira Kusnandar, Suri Mutia Siregar

ABSTRACT

Stress experienced by students is generally caused by the burden of lectures and tasks that must be done by students, stress that occurs due to the educational environment is academic stress. The stress experienced by students can affect learning outcomes. Reducing the impact of student stress in online lectures is done by writing. Catharsis in expressive writing has a very significant effect on academic stress on students. When individuals begin to write, they will feel relaxed, the brain will release endorphins produced from the pituitary gland and the human central nervous system, which are useful for controlling pain and causing pleasure which can reduce academic stress. The results of this study show that there is no effect of expressive writing activities on reducing academic stress for students of the Faculty of Psychology, University of North Sumatra during the Covid-19 pandemic. The implication of this research is to increase understanding of the effect of expressive writing activities on academic stress in students.

Key word : Academic stress, expresive writing therapy, students.

(6)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji dan syukur kehadirat Allah SWT. karena kuasaNya saya dapat menyelesaikan penulisan skripsi saya yang berjudul “Pengaruh Kegiatan Menulis Ekspresif Terhadap Penurunan Stres Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera di Masa Pandemi Covid-19”.

Skripsi ini diajukan sebagai syarat kelulusan untuk meraih gelar sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Usaha dalam menyelesaikan skripsi ini tidak dapat saya lakukan seorang diri. Dalam menyelesaikan skripsi ini membutuhkan dukungan, bimbingan, dan arahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, izinkan saya mengucapkan terima kasih dari lubuk hati saya yang terdalam kepada;

1. Kepada orang tua saya, Papa, Mama, dan Om Nanda yang sangat saya cintai dan sayangi, yang selalu mendukung, mendo’akan dan selalu memberikan motivasi serta nasihat yang baik kepada saya.

2. Kepada Dekan Fakultas Psikologi Bapak Zulkarnain, Ph.D, Psikolog, Wakil Dekan I Bapak Eka Danta Jaya Ginting, MA, Psikolog, Wakil Dekan II Bapak Ferry Novliadi, M.Si, dan Wakil Dekan III Ibu Hasnida, Ph.D., Psikolog yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada saya.

3. Kepada Ibu Suri Mutia Siregar, M.Psi., Psikolog selaku dosen pembimbing saya yang telah membimbing, memberi arahan, dukungan, dan juga saran yang sangat bermanfaat, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.

4. Kepada Ibu Rodiatul Hasanah Siregar, M.Si, Psikolog, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan kepada saya selama masa perkuliahan.

5. Kepada Dosen Penguji II saya Kak Dina Nazriani, M.A dan Dosen Penguji III saya

(7)

Ibu Ika Sari Dewi, S.Psi, M,Pd, Psikolog yang sudah bersedia menguji saya dan memberikan masukan pada penelitian saya.

6. Kepada seluruh dosen psikologi yang telah memberikan ilmu selama masa perkuliahan di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terimakasih atas ilmu yang telah diberikan.

7. Seluruh pegawai Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam mengurus administrasi selama perkuliahan hingga sidang.

8. Seluruh keluarga besar saya yang telah mendukung dan mendoakan saya.

9. Sahabat-sahabat saya, Farhanaz Safira, Putri Hilwa, Silvia Fauziah, VaurindaAisha, Nisrina Nadila, dan Aya Sofya. Terima kasih telah menjadi teman dan sahabat selama perkuliahan, mewarnai cerita semasa perkuliahan, terima kasih telah menjadi tempat bertukar pikiran, teman belajar semasa perkuliahan, dan selalu mendukung, memotivasi serta membantu saya dari masa perkuliahan hingga menyelesaikan penelitian ini.

10. Teman saya, Fadila Miranda terima kasih banyak karena sudah menjadi teman belajar, teman cerita selama perkuliahan yang sangat baik, serta terima kasih telah bersedia menjadi eksperimenter yang membantu saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

11. Sahabat-sahabat saya, Fayza Nabila, Annisa Ridha, Aldha Rianza, Nisya Istifani, dan Intania Ayu Putri. Terima kasih telah menjadi sahabat terbaik saya selama ini, terima kasih telah menjadi tempat bercerita, tempat bersenang-senang, tempat bersedih, dan terima kasih selalu mendukung dan memotivasi saya sehingga saya mampu menyelesaikan penelitian ini.

12. Kepada seluruh teman-teman seperjuangan, Celine Maudi, Nurul Alisha, Nani Melinda, M. Fathan Farizi, Bang Anthony Suyapmo dan teman-teman yang lainnya seluruh anak bimbingan Ibu Suri Mutia Siregar M.Psi., Psikolog. Serta kepada

(8)

vii

seluruh teman-teman di Departemen Umum dan Eksperimen saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan, bimbingan, saran, dan motivasinya kepada saya sehingga saya mampu menyelesaikan penelitian ini.

13. Kepada seluruh teman-teman angkatan 2017 Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara. Terima kasih atas kenangan yang akan selalu saya ingat dalam hidup saya.

14. Seluruh subjek penelitian yang telah bersedia dan meluangkan waktunya dalam mengisi skala penelitian ini dan seluruh partisipan yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan materinya untuk mengikuti penelitian ini sampai selesai.

15. Kepada Kak Yuli Sundari S.Psi yang sudah mengizinkan saya untuk menggunakan modul Kegiatan Menulis Ekspersif, terima kasih banyak saya ucapkan.

16. Kepada Karin Almira Kusnandar, diri saya sendiri. Terima kasih telah berjuang, berusaha, bersabar, dan percaya kepada dirimu sendiri kalau kamu mampu dan tidak pernah menyerah, terima kasih banyak saya ucapkan.

Peneliti,

Karin Almira Kusnandar 171301207

(9)

DAFTAR ISI

ABSTRACT ... 4

KATA PENGANTAR... 5

DAFTAR ISI ... 8

DAFTAR TABEL... 10

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

A. Rumusan Masalah ... 10

B. Tujuan Penelitian ... 10

C. Manfaat Penelitian ... 10

D. Sistematika Penulisan ... 11

BAB II ... 13

LANDASAN TEORI ... 13

2.1 Stres Akademik ... 13

2.1.2 Dimensi Stres Akademik ... 13

2.1.2 Reaksi Terhadap Stressor Akademik ... 14

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Akademik ... 15

2.2 Katarsis ... 16

2.3 Menulis Ekspresif ... 18

2.3.1 Definisi Menulis Ekspresif ... 18

2.3.2 Efek dari Menulis ekspresif ... 18

2.3.3 Manfaat menulis ekspresif ... 20

2.3.4 Prosedur Pelaksanaan Menulis ekspresif ... 21

2.4 Pengaruh Menulis Ekspresif terhadap Stres Akademik Mahasiswa Psikologi USU di masa pandemi ... 25

2.5 Hipotesis ... 28

BAB III ... 29

Metode Penelitian ... 29

3.1 Identifikasi Variabel penelitian ... 29

3.1.1 Variabel Bebas ... 29

3.1.2 Variabel Tergantung ... 29

(10)

ix

3.1.3 Definisi Operasional ... 29

3.1.4 Teknik Pengontrolan ... 31

3.2 Desain Penelitian... 31

3.3 Subyek Penelitian ... 32

3.3.1 Populasi Penelitian ... 32

3.3.2 Sampel Penelitian ... 32

3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 33

3.4 Instrumen Alat Ukur ... 33

3.5 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 40

3.6 Tahapan Penelitian ... 44

3.6.1 Tahapan Perencanaan ... 44

3.6.2 Tahapan Pelaksanaan ... 45

3.6.3 Tahapan Evaluasi ... 45

BAB IV ... 46

HASIL ANALISIS DAN PEMABAHASAN ... 46

4.1 GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN ... 46

4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

4.2 HASIL PENELITIAN ... 47

4.2.1 Hasil Analisa Data Skor Seluruh Subjek Penelitian ... 47

4.2.2 Hasil Analisa Data Kelompok ... 49

4.3 LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN ... 51

4.4 PEMBAHASAN ... 53

BAB V... 57

KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 KESIMPULAN ... 57

5.2 SARAN... 57

5.2.1 Saran Metodologis ... 58

5.2.2 Saran Praktis ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 59

LAMPIRAN ... 65

(11)

DAFTAR TABEL

Table 1 Blueprint Skala Stres Akademik ... 32

Table 2 Blueprint Skala Uji Coba Stres Akademik ... 39

Table 3 Blueprint Skala Stres Akademik setelah uji coba ... 40

Table 4 Blueprint Skala Stres Akademik ... 42

Table 5 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 45

Table 6 Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Angkatan... 45

Table 7 Skor Stres Akademik Pre-Test dan Post-Test... 46

Table 8 Uji Signifikan Kelompok Pre Test ... 47

Table 9 Uji Signifikan Kelompok Post Test ... 48

Table 10 Hasil uji wilcoxon pada kelompok eksperimen ... 48

Table 11 Hasil Uji wilcoxon pada kelompok kontrol ... 48

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada saat ini dunia dihebohkan dengan pandemi Covid -19. Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2) (Setiawan, 2020). Penularan virus corona termasuk cepat sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan virus corona sebagai pandemi pada 11 Maret 2020 (Mona, 2020). Penambahan jumlah kasus Covid-19 berlangsung cukup cepat dan sudah terjadi penyebaran antar negara. Pada beberapa kasus, sejumlah petugas kesehatan juga dilaporkan terinfeksi (Kemenkes RI, 2020). Jumlah kasus di Indonesia terus meningkat dengan pesat, hingga Juni 2020 sebanyak 31.186 kasus terkonfirmasi dan 1851 kasus meninggal (PHEOC Kemenkes RI, 2020).

Wabah ini telah ditetapkan sebagai darurat kesehatan global. Virus ini sempat membuat semua kegiatan sehari-hari manusia terhambat. Karantina saja mungkin tidak cukup untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 ini, dan dampak global dari infeksi virus ini adalah salah satu yang semakin memprihatinkan (Sohrabi et al., 2020). Pemerintah Indonesia telah melakukan banyak langkah-langkah dan kebijakan untukmengatasi permasalahan pandemi ini. Salah satu langkah awal yang dilakukan oleh pemerintah yaitu mensosialisasikan gerakan Social Distancing untuk masyarakat.Langkah ini bertujuan untuk memutus mata rantai penularan pandemi Covid-19 ini karena langkah tersebut mengharuskan masyarakat menjaga jarak aman dengan manusia lainnya minimal 2 meter, tidak melakukan kontak langsung dengan orang lain sertamenghindari pertemuan massal (Buana D.R, 2020).

(13)

Pemerintah membuat keputusan yang diharapkan menjadi solusi untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19, seperti menerapkan Work From Home (WFH), Social Distancing, dan lain-lain untuk memutus rantai penyebaran virus ini (TURSINA, 2020).

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengeluarkan surat keputusan nomor 13 A terkait penetapan masa darurat akibat virus corona. Berdasarkan penetapan tersebut, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mengeluarkan Surat Edaran dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor: 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret 2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).

Pembelajaran secara daring dan bekerja dari rumah bagi para tenaga pendidik merupakan perubahan yang harus dilakukan oleh dosen untuk tetap mengajar mahasiswa.

Pembelajaran daring adalah kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan jaringan internet, local area network sebagai metode berinteraksi dalam pembelajaran seperti penyampaian materi (Mustofa dkk., 2019). Pembelajaran daring dapat dilakukan dengan fasilitas komputer, laptop maupun smartphone yang dihubungkan dengan jaringan internet.

Melalui fasilitas tersebut dosen dan mahasiswa dapat melakukan pembelajaran bersama di waktu yang sama menggunakan platform seperti whatsApp, telegram, zoom, meets, google classroom (Fitriah, 2020).

Pembelajaran daring pada awalnya ditanggapi positif oleh beberapa mahasiswa tetapi dengan berjalannya proses pembelajaran, mahasiswa mengalami beberapa kesulitan.

Kesulitan tersebut antara lain sinyal yang kurang mendukung, sebagian mahasiswa kekurangan kuota, banyak gangguan ketika belajar di rumah, mahasiswa merasa kurang fokus belajar tanpa adanya interaksi langsung dengan dosen maupun mahasiswa lain, materi yang disampaikan sulit dipahami, kurangnya kesiapan dosen dalam menyiapkan materi (Gunadha & Rahmayunita, 2020; Utami et al., 2020). Kuliah daring tentunya

(14)

3

memberikan dampak positif dan negatif terhadap mahasiswa. Akan tetapi, tidak sedikit mahasiswa yang merasakan bahwa kuliah daring memberi lebih banyak dampak negatif daripada dampak positif. Banyak mahasiswa yang mengeluh dan merasakan bahwa kesehatan mental yang ada pada dirinya semakin memburuk selama pelaksaan kuliah daring. Salah satu pemicu dampak negatif tersebut yaitu keluarga, terutama orangtua Setidaknya, sikap penerimaan dari orangtua dapat mengatasi atau mengurangi efek negatif dari kesulitan-kesulitan saat menghadapi tugas akademis dan dapat meningkatkan keterlibatan mahasiswa dalam aktivitas di kampus. Akan tetapi, terkadang ada orangtua yang tidak dapat mengerti kesulitan anaknya ketika masa kuliah daring seperti ini, sehingga hal tersebut menyebabkan anak dapat merasa depresi dan stres. Hal-hal yang memicu dampak negatif dari kuliah daring tersebut dapat membuat mahasiswa menjadi stres. Hal ini dapat menyebabkan mahasiswa tidak mampu untuk fokus dan tidak mampu untuk mengerjakan tugas-tugasnya dengan baik (Rochimah. F, A, 2020)

Peneliti melakukan survei terhadap 191 mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dari angkatan 2017, 2018, 2019, dan 2020 untuk mengetahui apakah permasalahan juga dirasakan oleh mereka selama mengikuti perkuliahan daring. Hasilnya sebagian besar dari mereka mengalami permasalahan seperti hilangnya semangat untuk mengikuti perkuliahan sebesar 69.1%, sulit mengikuti pelajaran yang diberikan oleh dosen 49.7%, menunda-nunda pengerjaan tugas 53.4 %, kebingungan dalam pengerjaan tugas dan peraturan akademik 56.5 %, banyaknya kendala dalam mengerjakan tugas 47.6%, dan tugas yang terlalu monoton

2.2 %. Para mahasiswa juga mengalami gangguan seperti kelelahan sebesar 67.5 %, sulit tidur 47.6 %, sakit kepala 49.2 %, nyeri otot 30.9 %, mudah cemas 49.7 %, mudah lupa 42.9 %, kebingungan 52.9 %, emosi yang tidak stabil 55.5%, perasaan tidak berdaya 20.4

%, malas bersosialisasi 35.6 %, dan malas beraktifitas 58.6 %.

(15)

Selain itu, peneliti juga memberikan pertanyaan terbuka untuk mendalami hal-hal lain yang dirasakan oleh mahasiswa. Hasilnya menunjukkan dari beberapa respon dari pertanyaan terbuka yang mengatakan para mahasiswa mengalami: (1) Merasa kehilangan motivasi untuk ikut kegiatan apapun, merasa kesepian, depresi, kehilangan makna hidup.

(2) Sulit berkonsenterasi karena suasana belajar dirumah yang kurang kondusif. (3) Mengalami sakit fisik seperti mata yang sakit karena terlalu lama menatap layar laptop dan handphone dan sakit pinggang karena terlalu lama duduk. (4) Gangguan jaringan yang mengakibatkan proses belajar daring menjadi terganggu. (5) Mengalami gangguan panik dan cemas. (6) biaya yang bertambah karena membeli paket internet.

Berdasarkan hasil survey, dapat disimpulkan mahasiswa Fakultas Psikologi di ditemukan mengalami: (1) Kesulitan mengikuti pelajaran dari dosen. (2) Mengalami kendala dalam mengerjakan tugas. (3) Kesulitan dalam pengerjaan tugas dan peraturan akademik. (4) Kesulitan berkonsenterasi karena suasana rumah yang tidak kondusif.

(5) Ketidak stabilan emosi dan perasaan tidak berdaya. Jika ditinjau dari literature teori, mahasiswa mengalami stres akademik. Hal ini sesuai dengan pendapat Gadzella yang menyatakan bahwa Gadzella (1991) mengukur stress akademik dalam dua komponen yaitu stressor akademik dan reaksi terhadap stressor akademik. Gadzella dan Masten (2005) menjelaskan stressor akademik merupakan peristiwa atau situasi (stimulus) yang menuntut penyesuaian diri diluar hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Stressor akademik terdiri dari 5 kategori sebagai berikut: (1) Frustrations (frustrasi), yang berkaitan dengan keterlambatan dalam mencapai tujuan, kesulitan sehari-hari, kekurangan sumber daya, kegagalan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan, tidak diterima secara sosial, kekecewaan dalam menjalani hubungan, dan melewatkan kesempatan. (2) Conflicts (konflik), berkaitan dengan pemilihan dua atau lebih alternatif yang diinginkan, dua atau lebih alternatif yang tidak diinginkan, dan antara alternatif yang diinginkan dan tidak diinginkan. (3) Pressures (tekanan), berkaitan dengan kompetisi,

(16)

5

deadline, beban kerja yang berlebihan. (4) Changes (perubahan), berkaitan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, banyaknya perubahan dalam waktu yang bersamaan, serta kehidupan dan tujuan yang terganggu. (5) Self-imposed (pemaksaan diri), berkaitan dengan keinginan seseorang untul berkompetisi, disukai oleh semua orang, mengkhawatirkan segala hal, prokrastinasi, mempuyai solusi terhadap masalah, dan kecemasan dalam menghadapi ujian.

Reaksi terhadap stress akademik juga ditemukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi yakni: (1) Sakit kepala, sakit mata, dan sakit pinggang. (2) Merasa kehilangan motivasi untuk melakukan kegiatan apapun dan cemas. (3) Malas bersosialisasi. (4) Mudah cemas dan kebingungan. Hal ini senada dengan reaksi terhadap stressor akademik menurut Gadzella (1991) yaitu: (1) Physiological (reaksi fisik) diantaranya keluarnya keringat secara berlebihan, berbicara dengan gagap, bergemetar, pergerakan yang cepat, kelelahan, sakit perut, sesak napas, nyeri punggung, masalah kulit, sakit kepala, radang sendi, pengurangan atau penambahan berat badan secara drastis. (2) Emotional (reaksi emosi) diantaranya rasa takut, marah, bersalah, dan sedih. (3) Behavioral (reaksi perilaku) diantaranya menangis, menyakiti orang lain, menyakiti diri sendiri, merokok secara berlebihan, mudah marah, mencoba bunuh diri, menggunakan defense mechanism, dan memisahkan diri dari orang lain (4) Cognitive Appraisal (penilaian kognitif) diantaranya bagaimana seseorang menilai situasi yang dapat menyebabkan stress dan bagiamana seseorang dapat menggunakan strategi yang tepat untuk mengatasi situasi yang menekan.

Wilks (2008) menjelaskan bahwa stres akademik merupakan hasil kombinasi dari tuntutan akademik yang melebihi sumber daya individu yang tersedia untuk menghadapi tuntutan tersebut. Berdasarkan berbagai definisi diatas mengenai stres akademik, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stres akademik adalah persepsi seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tuntutan atau tugas yang harus dikerjakan dan bagaimana reaksi fisik, emosi, perilaku dan kognitif terhadap stressor tersebut. Secara

(17)

umum, stres akademik dapat dikatakan stres yang bersumber pada kegiatan akademik.

Termasuk di dalamnya penugasan yang terlalu banyak, kompetisi dengan teman sekelas, kegagalan proses belajar, ujian, penilaian, prestasi akademik, dan kurangnya waktu luang (Rakhmawati, Farida, dan Nurhalimah, 2014), belajar, mengerjakan PR, tes, praktikum, membaca literatur, kuis, dan mengatur waktu antara kuliah dan kegiatan ekstra kurikuler (Prabu, 2015).

Mahasiswa perguruan tinggi memiliki resiko tinggi terjadi stres dan terpapar dengan berbagai stresor. Stres yang dialami mahasiswa yang terjadi di sekolah/perguruan tinggi disebut dengan stress akademik (Barseli & Ifdil, 2017). Perubahan kurikulum, perubahan kondisi lingkungan, iklim pembelajaran yang baru menyebabkan timbulkan stres akademik. Pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19 merupakan iklim pembelajaran yang baru yang dirasakan oleh mahasiswa. Perubahan yang terlalu singkat inimenyebabkan kebingungan pada mahasiswa dan ditambahkan dengan kendala kendala yang ditemui mahasiswa saat proses pembelajaran daring menyebabkan mahasiswa menjadi stress.

Watyana (2020), Agus menjelaskan dengan diterapkan sistem pembelajaran daring ditemukan mahasiswa yang terganggu kejiwaannya, stres dan tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik dan benar. Cao et al (2020) menjelaskan bahwa pandemi covid- 19 menimbulkan gangguan psikologis pada mahasiswa, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 0,9% mahasiswaa mengalami kecemasan berat, 2,7% kecemasan sedang dan 21,3%

kecemasan ringan.

Publido et al (2012) menyatakan stress yang dialami mahasiswa berasal darituntutan eksternal maupun internal. Tuntutan eksternal berasal dari tugas-tugas kuliah, beban pelajaran, meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang semakin berkembang.

Tuntutan internal bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti perkuliahan (Agustiningsih, 2019). Tuntutan internal dan eksternal yang dialami mahasiswa dapat

(18)

7

menjadi sumber tekanan yang melampaui batas kemampuan mahasiswa (overload) sehingga timbul distres, dalam bentuk kelelahan fisik atau mental, daya tahan tubuh menurun, dan emosi yang labil.

Stres akademik pada mahasiwa dapat menimbulkan beberapa dampak seperti: (1) Menurut Goff A.M (2011), peningkatan jumlah stress akademik akan menurunkan kemampuan akademik yang berpengaruh terhadap indeks prestasi. Beban stress yang dirasa berat dapat memicu seseorang untuk berperilaku negatif seperti merokok, konsumsi alkohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007). (2) Berdasarkan analisis Utami pada tahun 2011 menunjukkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang melakukan konsultasi psikologi di Gadjah Mada Medical Center (GMC) memiliki masalah terkait perasaan tidak bersemangat, tertekan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, bingung, putus asa, dorongan untuk mengakhiri hidup, dan bahkan ada beberapa yang telah melakukan percobaan bunuh diri. Fenomena bunuh diri di kalangan mahasiswa menjadi permasalah serius dalam beberapa tahun terakhir (CPMH, 2012).(3) Tekanan akademik besar dapat membuat mahasiswa melakukan mekanisme koping dengan cara mengalihkan perhatian pada smartphone yang kemudian menjadi kecanduan. Stres akademik berpengaruh positif signifikan terhadap kecanduan smartphone, semakain tinggi stres akademik yang dialami maka kecenderungankecanduan smartphone akan semakin besar (Karuniawan & Cahyanti, 2013; Samaha & Hawi, 2016).(4) Winkleman (1994, dalam Misra & Castillo, 2004) menyebutkan bahwa distress secara fisik akan mengakibatkan kurangnya energi dari tubuh secara persisten, kurangnya nafsu makan, sakit kepala dan lambung. Penelitian lain menyebutkan bahwa tingginya tingkat distress, khususnya pada mahasiswa, berpengaruh terhadap kecemasan dan depresi, keinginan untuk bunuh diri, pola hidup yang buruk, gangguan pola tidur, sakit kepala, dan perasaan tidak berdaya (Oman, Shapiro, Thoresen, & Plante, 2008).

Mahasiswa yang mengalami kebingungan dan kesulitan menentukan prioritas dalam

(19)

mengerjakan tugas dan kegiatan sehari-hari dimasa pandemi dengan metode pembelajaran daring mengacu pada faktor internal yang dimiliki individu. Pola pikir yang negatif terhadap permasalahan yang terjadi menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam mengerjakan tugas bahkan cenderung menunda ataupun menghindar dari pengerjaan tugas.

Faktor internal seperti pola pikir atau kognitif individu adalah faktor yang mempengaruhi keseluruhan hidup seseorang. Proses belajar, mengerjakan tugas, menghadapi tekanan, dan memutuskan pilihan atau memilih prioritas bersumber dari pola pikir. Kemampuan seseorang dalam mengelola pikiran atau kognisinya akan mempengaruhi perilaku dan keadaannya. Untuk meminimalisir stres, dibutuhkan pikiran yang rasional dalam menanggapi tekanan yang dihadapi yang disebabkan oleh lingkungan dan perubahan. Oleh sebab itu, pola pikir atau proses kognitif merupakan hal yang dapat menjadi fokus koping stres untuk meminimalisir stres yang dimiliki seseorang, khususnya stres akademik.

Divasari (Rahmawati, 2014) menyebutkan bahwa salah satu cara mereduksi stres adalah dengan menulis. Pennebaker (2004) menemukan bahwa menulis selama 15-20 menit mengenai suatu hal yang sangat emosional tanpa mempedulikan tata bahasa atau diksi mempunyai banyak manfaat. Metode ini dikenal sebagai menulis ekspresif.

Menulis ekspresif adalah metode yang membantu individu untuk mengungkapkan pergolakan batin yang dialaminya sehingga individu tersebut dapat melepaskan permasalahan yang dialami, memikirkan dan merasakan kembali masalah tersebut sehingga aspek kognitif dan afeksi individu tersebut terstimulasi kembali ke arah yang lebih positif (Pennebaker & Chung, 2007).

Beberapa penjelasan dan kesimpulan tentang bagaimana menulis ekspresif bekerja pada kondisi fisik dan psikologis (Pennebaker & Chung, 2007) ada delapan yaitu faktor penghambat individual dan sosial, emosi dan ekspresi emosional, pembiasaan menstimuli

(20)

9

emosional, bahasa dan emosi, penggunaan kalimat emosi dalam tulisan, konstruksi cerita, analisis kata kognitif dan menulis sebagai cara mengubah perspektif. Berdasarkan pemaparan diatas, siswa perlu mengubah persepsi terhadap stresor dari negatif menjadi positif.

Beberapa penelitian sebelumnya telah mempelajari kegunaan menulis mengenai pengalaman emosional. Penelitian Qonitatin dkk (2011) menunjukkan katarsis dalam menulis ekspresif memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap depresi ringan pada mahasiswa. Penelitian Fikri (2012) menunjukkan adanya penurunan emosi marah partisipan setelah terapi menulis, lalu penelitian Rahmawati (2014) juga menggambarkan bahwa terjadi perubahan tingkat stres antara sebelum dan sesudah terjadi perlakuan berupa menulis ekspresif.

Menurut Wright (dalam Retnoningtyas, Atmaja, Pratiwi, Rahayu, 2017) kegiatan menulis adalah suatu aktivitas menulis yang mencerminkan refleksi dan ekspresi karena inisiatif sendiri maupun sugesti dari seorang kegiatan atau peneliti. Ada beberapa teknik dalam kegiatanmenulis yaitu journal therapy, therapeutic writing, chatartic writing, refelective writing dan expressive writing. Journal therapy lebih bersifat curahan perasaan yang terdalam lebih fokus dan lebih reflektif. Therapeutic writing lebih mengobservasi perjalanan hidup yang telah dialami, trauma, hikmah, pertanyaan, kekecewaan, rasa senang untuk mendorong timbulnya pemahaman, insight, penerimaan dan pertumbuhan diri. Chatartic writing berfokus pada ekspresi kesadaran afeksi dan eksternalisasi perasaan. Reflective writing berfokus pada peningkatan pengamatan diri, adanya ketidaksinambungan pikiran dengan perasaan atau harapan dengan hasil.

Menulis ekspresif adalah sebuah kegiatan atau suatu proses yang memerlukan integrasi dari pikiran, afeksi, dan motorik seseorang. Ketika seseorang menulis secara ekspresif mengenai perasaannya terhadap suatu kejadian, maka hal yang akan dirasakannya kembali adalah perasaan yang dirasakannya saat itu, penilaiannya terhadap kejadian itu,

(21)

serta pikiran yang mengarahkannya pada persepsi baru (Money, Espie, & Brommfield, 2009).

Secara umum kegiatan menulis ekspresif bertujuan untuk meningkatkan pemahaman bagi diri sendiri maupun orang lain, meningkatkan kreatifitas, ekspresi diri dan harga diri, memperkuat kemampuan komunikasi dan interpersonal; mengekspresikan emosi yang berlebihan (katarsis) dan menurunkan ketegangan, serta meningkatkan kemampuan dalam mengatasi masalah dan fungsi adaptif individu (Gorelick, dalam Malchiodi, 2007). Bolton (2011) juga menyarakan bahwa kegiatan menulis ekspresif membantu individu untuk memahami dirinya dengan lebih baik, dan menghadapi depresi, distress, kecemasan,adiksi, ketakutan terhadap penyakit, kehilangan dan perubahan dalam kehidupannya (Bolton, 2011).

Kegiatan menulis ekspresif merupakan jenis kegiatan menulis yang cukup mudah dilakukan dan tidak memerlukan biaya yang besar sehingga dapat dengan mudah diterapkan oleh mahasiswa ketika mereka mengalami stres. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melihat apakah kegiatan menulisekspresif berpengaruh terhadapstress akademikyang dialami mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara di masa pandemi.

A. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kegiatan menulis ekspresif berpengaruh terhadap penurunan stress akademik pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara di masa pandemi?

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana pengaruh kegiatan menulis ekspresif terhadap penurunan stress akademik pada mahasiswa fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara di masa pandemi?

C. Manfaat Penelitian

(22)

11 a. Manfaat Teoritis:

i. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi untuk mengembangkan ilmu di bidang psikologi kognitif yang berkaitan dengan kegiatan menulis ekspresif dan stres akademik

ii. Memperoleh pengetahuan yang lebih mengenai stres akademik.

b. Manfaat Praktis:

i. Bagi Mahasiswa

Manfaat praktis bagi mahasiswa yaitu diharapkan penelitian ini dapat membantu fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara dalam mengatasi stress akademik di masa pandemi.

ii. Bagi Peneliti Selanjutnya

Manfaat praktis bagi peneliti selanjutnya diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dalam penelitian sejenisnya.

D. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II Landasan Teori

Pada bab ini akan diuraikan landasan teori tentang stres akademik, kegiatan menulis ekspresif, koping, mahasiswa, hipotesa, serta dinamika penelitian.

(23)

BAB III Metode Penelitian

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan. Di sini akan dijabarkan mengenai definisi operasional penelitian, variable penelitan, subjek penelitian, metode pengumpulan data, dan instrument alat ukur yang digunakan.

BAB IV Analisa Data dan Pembahasan

Pada bab ini memuat hasil penelitian dan uraian pembahasan mengenai pengaruh kegiatan menulis terhadap penurunan stres akademik pada mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara di masa pandemi.

BAB V Kesimpulan dan Saran

Pada bab ini memuat kesimpulan penelitian meliputi hasil analisa dan interpretasi data serta saran metodologis untuk penelitian selanjutnya dan saran praktis untuk pembaca dan pihak lainnya.

(24)

13 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Stres Akademik

Stres akademik merupakan stres yang dialami oleh individu dan terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan. Gadzella (2005) menggambarkan stress akademik sebagai persepsi seseorang terhadap stressor akademik dan bagaimana reaksi mereka terhadap stressor tersebut yang terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku dan kognitif. Olejnik dan Holschuh (2007) memandang stress akademik merupakan respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa.

Wilks (2008) menjelaskan bahwa stres akademik merupakan hasil kombinasi dari tuntutan akademik yang melebihi sumber daya individu yang tersedia untuk menghadapi tuntutan tersebut. Berdasarkan berbagai definisi diatas mengenai stress akademik, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stress akademik adalah persepsi seseorang terhadap kemampuan yang dimiliki untuk menghadapi tuntutan atau tugas yang harus dikerjakan dan bagaimana reaksi fisik, emosi, perilaku dan kognitif terhadap stressor tersebut.

Berdasarkan definisi diatas, stress akademik merupakan stress yang dialami individu yang diakibatkan oleh beban akademik seperti tugas yang mengakibat individu menimbulkan reaksi fisik, emosi, perilaku dan kognitif.

2.1.1 Dimensi Stres Akademik

Gadzella (1991) mengukur stress akademik dalam dua komponen yaitu stressor akademik dan reaksi terhadap stressor akademik.

(25)

a. Stressor akademik

Gadzella dan Masten (2005) menjelaskan stressor akademik merupakan peristiwa atau situasi (stimulus) yang menuntut penyesuaian diri diluar hal- hal yang biasa terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Stressor akademik terdiri dari 5 kategori sebagai berikut:

a. Frustrations (frustrasi), yang berkaitan dengan keterlambatan dalam mencapai tujuan, kesulitan sehari-hari, kekurangan sumber daya, kegagalan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah direncanakan, tidak diterima secara sosial, kekecewaan dalam menjalani hubungan, dan melewatkan kesempatan.

b. Conflicts (konflik), berkaitan dengan pemilihan dua atau lebih alternatif yang diinginkan, dua atau lebih alternatif yang tidak diinginkan, dan antara alternatif yang diinginkan dan tidak diinginkan.

c. Pressures (tekanan), berkaitan dengan kompetisi, deadline, beban kerja yang berlebihan.

d. Changes (perubahan), berkaitan dengan pengalaman yang tidak menyenangkan, banyaknya perubahan dalam waktu yang bersamaan, serta kehidupan dan tujuan yang terganggu.

e. Self-imposed (pemaksaan diri), berkaitan dengan keinginan seseorang untul berkompetisi, disukai oleh semua orang, mengkhawatirkan segala hal, prokrastinasi, mempuyai solusi terhadap masalah, dan kecemasandalam menghadapi ujian.

2.1.2 Reaksi Terhadap Stressor Akademik

Selain stressor akademik, komponen kedua untuk mengukur stress akademik yaitu reaksi terhadap stressor akademik. Reaksi tehadap stress terdiri dari

(26)

15

reaksi fisik, emosi, perilaku dan kognitif. Reaksi terhadap stressor akademik menurut Gadzella (1991) yaitu:

a. Physiological (reaksi fisik) diantaranya keluarnya keringat secara berlebihan, berbicara dengan gagap, bergemetar, pergerakan yang cepat, kelelahan, sakit perut, sesak napas, nyeri punggung, masalah kulit, sakit kepala, radang sendi, pengurangan atau penambahan berat badan secara drastis.

b. Emotional (reaksi emosi) diantaranya rasa takut, marah, bersalah, dansedih.

c. Behavioral (reaksi perilaku) diantaranya menangis, menyakiti orang lain, menyakiti diri sendiri, merokok secara berlebihan, mudah marah, mencoba bunuh diri, menggunakan defense mechanism, dan memisahkan diri dari orang lain

d. Cognitive Appraisal (penilaian kognitif) diantaranya bagaimana seseorang menilai situasi yang dapat menyebabkan stress dan bagiaman seseorang dapat menggunakan strategi yang tepat untuk mengatasi situasi yang menekan.

2.1.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Akademik

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi stres akademik seperti yang telah dikutip dalam Kai-wen (2009), yakni:

1. Faktor fisik

Sebagian besar remaja sangat memperhatikan penampilan fisik mereka.

Kebanyakan mereka tidak puas dengan penampilan fisik mereka (Siegel dan Lane dalam Kai-Wen, 2009). Remaja yang tidak puas dengan penampilan fisik mereka akan mengalami stress. Stress yang ditimbulkan

(27)

akan mempengaruhi rasa percaya diri mereka dan akan berakibat pada timbulnya perilaku di kehidupan sehari-hari.

2. Faktor keluarga

Keluarga yang penuh dengan konflik ditandai dengan kurangnya komunikasi antara orang tua dengan anak dan tidak saling memahami satu sama lain. Hal ini dapat meningkatkan stres psikologis pada anak mereka (Liu dan Chen dalam Kai-Wen, 2009).

3. Faktor sekolah

Chiang (dalam Kai-Wen, 2009) sebagian stres pada remaja berasal dari lingkungan sekolah yakni terlalu banyak tugas, performansi akademikyang tidak memuaskan, persiapan untuk tes, kurangnya minat terhadap mata pelajaran/mata kuliah, dan hukuman dari guru. Harapan dari orang tua, guru dan diri sendiri biasanya menjadi sumber stress akademik (Cheng dalam KaiWen, 2009).

4. Faktor sosial

Seiring dengan perkembangan zaman dan beragamnya masyarakat, setiap orang memiliki peran ganda. Di rumah, seorang mahasiswa juga berperan sebagai seorang anak, kakak atau adik, suami atau istri. (Feng dalam Kai- Wen, 2009).

2.2 Katarsis

Konsep teori ini berdiri diatas psikoanalisa Sigmund Freud, yaitu emosi yang tertahan bisa menyebabkan ledakan emosi berlebihan, maka dari itu diperlukan sebuah penyaluran atas emosi yang tertahan tersebut. Penyaluran emosi yang konstruktif ini disebut dengan katharsis. Pada masa itu, Freud berpikir bahwa pelepasan emosi yang tertahan dapat menjadi suatu efek terapeutik yang menguntungkan (Corsini & Wedding, 1989).

Penyaluran emosi dan agresi tersebut, terkadang didasari oleh sebuah tragedy atau

(28)

17

peristiwa yang pernah menimpa seseorang dimasa lalu.

Menurut Freud, manusia digerakkan oleh dua naluri eros dan thanatos. Eros adalah naluri konstruktif dan thanatos adalah naluri destruktif. Pada dasarnya, manusia itu agresif –senang merusak, membunuh dan menghancurkan. Dorongan agresif tentu tidak seluruhnya di benarkan masyarakat. Bila mengalami hambatan, dorongan agresif bertumpuk dan menimbulkan ketegangan. Kata Freud, kekuatan agresif yang terhambat sewaktu waktu dapat meledak. Orang harus berusaha menguranginya, menahannya atau bahkan melenyapkannya sama sekali. Melalui sublimasi dan fantasi orang menyalurkan sikap agresi, seperti knalpot mengeluarkan asap mesin yang bertumpuk. Seni, agama dan idiologi adalah knalpot ini. Begitu pula fantasi, mimpi dan lelucon. Menyalurkan dorongan agresif secara konstruktif inilah yang disebut katarsis. Teori katarsis mengemukakan bahwa memberi kesempatan kepada individu yang memiliki kecenderungan pemarah untuk berprilaku keras (aktifitas katarsis), tapi dalam cara yang tidak merugikan akan mengurangi tingkat rangsang emosional dan tendensi untuk melakukan serangan agresi terhadap orang lain.

Teori katarsis juga dikemukakan oleh Scheff (Greenberg, dkk, 1996) yang memberikan pandangan alternatif pada proses-proses yang dapat memberikan keuntungan pada kesehatan melalui penyingkapan emosional. Menurut Scheff, penyingkapan secara verbal tidak terlalu penting dan tidak cukup, sedangkan pelepasan emosional merupakan hal yang penting. Scheff mengusulkan pelepasan emosional meliputi penekanan emosi yang kemudian diekspresikan. Pada suatu keadaan jarak optimum, partisipan dapat secara jelas mengalami emosi namun dalam suatu konteks di masa sekarang yang aman. Mereka dapat mengakhiri episode emosional sebelum menjadi berlebihan. Oleh karena itu proses katarsis tidaklah sesederhana pembenaman ke dalam tekanan emosional, akan tetapi meliputi persepsi untuk dapat mengontrol dan menguasai perasaan-perasaan menekan saat ini.

(29)

2.3 Menulis Ekspresif

2.3.1 Definisi Menulis Ekspresif

Menulis ekspresif adalah kegiatan menuliskan pengalaman yang menggusarkan atau kejadian traumatis megenai emosi yang tersembunyi untuk mendapatkan wawasan dan cara penyelesaian dari trauma (Pennebaker, 1997).

Menulis ekspresif yaitu sebuah teknik sederhana untuk menuliskan perasaan terdalam mengenai suatu kejadian yang melekat, emosional, maupun traumatis dalam hidup, dilakukan 15-30 menit dalah sehari selama 3-5 hari berturut- turut.

Melalui menulis individu diberikan kesempatan untuk bisa menuangkan hal yang bersifat personal dan mendalam tentang hal yang menyedihkan atau membekas di kehidupan. Saat partisipan bebas menuliskan pengalaman serta perasaan yang dialaminya, sebagian dari mereka akan dengan menangis atau sangat marah, meski begitu hal ini pada akhirnya akan memberikan efek yang bermanfaat bagi individu (Pennebaker dan Evans, 2014).

2.3.2 Efek dari Menulis ekspresif

Sejak diterbitkannya penelitian-penelitian mengenai menulis ekspresif, terdapat berbagai efek yang dapat dirasakan secara langsung. Menurut Smyth

& Pennebaker (dalam Pannebaker dan Evans, 2014) efek dari menulis ekspresif terbagi menjadi dua, yaitu secara biologis dan psikologis.

e. Efek Secara Biologis

Hasil penelitian mengenai menulis ekspresif menunjukkan terdapat beberapa manfaat yang didapatkan ketika menulis. Berikut ini beberapa manfaat yang dihasilkan oleh expressive writing yaitu:

1. The Immune System.

Sistem kekebalan tubuh bekerja dengan baik atau tidak tergantung

(30)

19

dengan stres yang dialami. Tidak ditemukan secara jelas bagaimana menulis ekspresif berpengaruh terhadap kesehatan jangka panjang, Namun, setelah dipahami bahwa menulis ekspresif dapat meningkatkan pengaturan emosi, dan dapat memainkan peran kunci dalam otak dan fisiologi imun.

2. Medical Markers of Health.

Para peneliti menemukan hubungan penyakit kronis dengan menulis ekspresif. Pasien asma dan pasien rheumatoid arthritis menunjukkan perbaikan fungsi paru dan mobilitas sendi. Jumlah sel darah putih yang lebih tinggi ditunjukkan pada pasien AIDS. Pasien kankermenunjukkan manfaat yang signifikan dalam kesehatan fisik, pengurangan rasa sakit secara keseluruhan, tidur yang lebih baik, dan aktivitas di siag hari yang lebih baik. Pasien arthritis dan lupus yang melakukan penulisan ekspresif dan diminta untuk menggambarkan sisi positif dari penyakit mereka dan dilaporkan mengurangi kelelahan yang dipertahankan tiga bulan setelah menulis.

3. Physiological Indicators of Stress.

Sedikit mengherankan ketika pasien melakukan menulis ekspresif terdapat penurunan tanda-tanda stres yang terjadi secara fisiologis, seperti tekanan darah, detak jantu dan konduktasi kulit dan ini bertahan hingga empat bulan (Pannebaker, 2014).

f. Efek Secara Psikologis

Efek psikologis dan emosional sedikit lebih rumit. Ditemukan perbedaan antara efek menulis ekspresif secara langsung dan jangka panjang. Adapun efek secara psikologis yang dapat ditimbukan yaitu:

1. Mood Changes Immediately After Writing: Feeling Sad Is Normal.

Ketika selesai melakukan menulis ekspresif terkait hal yang berkaitan

(31)

dengan kejadian traumatis ataupun hal yang menekan, umumnya orang akan merasa lebih buruk atau bahkan sampai menangis. Efekseperti ini sangat umum terjadi dan bertahan dalam jangka pendek seperti satu jam atau dua jam. Jika anda berencana untuk menuliskan hal yang sangat penting di hidup anda, maka beri diri anda waktu setelah menulis untuk sekedar merenung atau menenangkan diri.

2. Long-Term Mood Changes.

Setelah melakukan expressive writing mungkin anda akan merasa sedih dalam jangka waktu yang singkat terkait dengan apa yang anda tuliskan, tetapi setelah itu akan ada dampak positif yang bertahan dalam waktu yang lama. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang telah melakukan expressive writing akan merasa bahagia dari pada orang yang tidak melakukan. Penelitian lain juga menyatakan gejala-gejala seperti depresi, melamun, kecemasan, dan stres cenderung turun dalam beberapa minggu setelah melakukan menulis ekspresif. Ada juga penelitian menyatakan dengan dilakukannya menulis ekspresif dapat meningkatkan fungsi kognitif (Pannebaker danEvans, 2014).

2.3.3 Manfaat menulis ekspresif

Menulis ekspresif tidak hanya aktivitas menulis yang sekedar menulis.

Menurut Pannebaker & Chung (dalam Rahmawati, 2014) menulisekspresif juga memiliki beberapa manfaat yang dapat dirasakan langsung oleh individu.

Adapun manfaat dari menulis ekspresif yaitu:

1. Merubah sikap dan perilaku, meningkatkan kreatifitas, memori, motivasi, dan berbagai hubungan antara kesehatan dan perilaku.

2. Membantu mengurangi penggunaan obat-obatan yang mengandung

(32)

21 bahan kimia.

3. Mengurangi intensitas untuk pergi ke dokter atau tempat kegiatan.

4. Hubungan sosial semakin baik dengan masyarakat.

Menurut Pennebaker & Chung (dalam Muhtadini, 2018) menulis ekspresif dapat membantu individu mengurangi hal-hal yang menekan dan stressor, karena dengan menuliskan hal yang dirasakan dapat membuat respon biologis menjadi kongruen, sehingga dapat menjadi lebih rileks.

Selain itu menuliskan hal yang sangat emosial mampu meningkatkan kesehatan mental dan fisik secara lebih baik. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa dengan menuliskan hal-hal yang membebani sama dengan meluapkan beragam emosi negatif, ketakutan, bahkan kecemasan, sehingga expressive writing menjadi salah satu media untuk melakukan katarsis.

2.3.4 Prosedur Pelaksanaan Menulis ekspresif

Agar dapat terlaksananya menulis ekspresif yang baik, berikut ini panduan yang dapat dilakukan oleh eksperimenter dalam penelitiannya (Pannebaker dan Evans, 2014):

Waktu: tulis selama minimal dua puluh menit per hari selama empat hari berturut-turut.

Topik: pilihlah topik yang bersifat pribadi dan penting bagi anda.

Menulis berkelanjutan: tulislah secara terus-menerus, jangan hiraukan tanda baca, ejaan, dan tata bahasa. Jika anda kehabisan kata-kata untuk dituliskan maka buatlah garis atau ulangi lagi apa yang sudah anda tulis.

The flip-out rule: ketika memulai menulis namun anda merasa tidak dapat menuliskan tentang kejadian tertentu maka hentikan saja.

(33)

Apa yang terjadi: beberapa orang merasa sedikit sedih atau sangat sedih setelah melakukan expressive writing, terutama pada hari pertama atau kedua. Kebanyakan orang menyatakan kesedihan ini sama ketika kita sedang mendengarkan seorang teman yang sedang menceritakan kesedihannya atau ketika menonton film yang sedih. Tetapi biasanya kesedihan itu hanya singkat sekitar satu jam setelah menulis, maka dari itu berikan diri anda waktu setelah menulis.

Proses penulisan: pada hari pertama dan kedua biarkan diri anda setidaknya dua puluh menit untuk menulis. Pada hari ketiga anda akan menggeser tulisan anda dan mempertimbangkan topik tetapi dari sudut pandang yang berbeda. Tulis tentang bagaimana kejadian itu membentuk hidup anda dan siapa kamu dan terus dalami masalah yang terjadi dan mungkin akan membuat anda menjadi rentan. Pada hari keempat, anda akan mundur dan memikirkan peristiwa, masalah dan perasaan yang sudah diungkapkan. Lakukanlah dengan benar-benar jujur pada diri sendiri tentang pergolakan yang ada, dan rangkumlah tulisan anda dengan penuh makna dan bisa anda bawa menuju masa depan.

Instruksi Hari Pertama: ingat bahwasanya ini adalah hari pertama dari empat hari eksperimen kita. Hari ini anda diminta untuk menuliskan pikiran dan perasaan tentang tekanan, masalah, ataupun kesedihan yang sangat penting dan sangat mempengaruhi kehidupan anda sebagai mahasiswa Psikologi USU yang sedang melaksanakan perkuliahan daring di masa pandemi. Bagaimana perasaan anda ketika hal itu terjadi, bagaimana perasaan anda sekarang. Ketika menulis mungkin saja hal tersebut dapat terkait dengan bagian lain dari kehidupan anda. Contohnya, terkait dengan bagaimana hubungan anda dengan keluarga, orang tua,

(34)

23

atau terkait dengan orang yang anda cintai atau takuti. Bagaimana persoalan tersebut terkait dengan kehidupan anda saat ini, dengan teman, keluarga, rutinitas kuliah atau tempat tinggal, dan bagaimana persoalan tersebut terkait dengan siapa saja, siapa aja yang anda inginkan dan bagaimana anda sekarang. Ingatkanlah durasi yang disediakan dalam penulisan (dua puluh menit) dan katakan bahwa tulisan ini hanya untuk anda sendiri.

Diakhir tulisan instruksikanlah mereka untuk membaca dan mengisi kuisioner “post-writing thoughts”. Selamat anda telah menyelesaikan penulisan di hari pertama, silahkan jawab kuesioner berikut.

Masukkan angka 0 samapai 10 pada tiap pernyataan.

--- B. Sejauh mana anda saat ini merasa sedih atau kesal?

--- C. Sejauh mana anda saat ini merasa bahagia?

--- D. Sejauh mana tulisan hari ini berharga dan bermakna bagi anda?

--- E. Jelaskan secara singkat bagaimana tulisan anda hari ini sehingga dapat merujuk anda ke depannya.

Instruksi hari kedua. Hari ini adalah hari kedua dari empat hari proses eksperimen kita. Di sesi terakhir penulisan anda yang lalu,anda diminta untuk menjelajahi pikiran dan perasaan anda tentang hal yang menekan, membuat stres ataupun kesedihan yang sangat mempengaruhi kehidupan anda. Ditulisan hari kedua ini anda bisa menuliskan hal yang serupa seperti kemarin atau yang berbeda. Instruksi hari ini mirip dengan hari pertama, cobalah mengaitkan masalah yang terjadi dengan bagian lain di hidup anda, baik itu hubungan dengan orang tua, keluarga, orang yang dicintai, takuti, ataupun rutinitas selama kuliah. Bagaimana anda berpikir tentang masa lalu. Teruslah menulis selama dua puluh menit dan jelajahilah

(35)

pikiran dan perasaan anda secara mendalam. Ketika sudah selesai maka arahkan mereka untuk mengisi kuesioner.

Instruksi hari ketiga. Selamat anda sudah melewati dua hari penulisan. Instruksi hari ini mirip dengan instruksi sebelumnya. Anda bisa fokus pada topik yang sama atau mengubah fokus anda ke masalah yang lain, namun tujuan utamanya di sini adalah fokus pada emosi dan pikiran anda tentang peristiwa-peristiwa yang paling mempengaruhi hidup anda saat ini.

Penting untuk tidak menuliskan kembali apa yang sudah anda tulis dua hari kemarin. Menuliskan topik yang sama tidak masalah tapi kamu harus menggali dari sudut pandang yang berbeda dan cara yangberbeda. Ketika kamu menuliskan tentang masalah ini, apa yang anda rasakan, bagaimana cara ini membentuk hidup anda, dan siapa anda sekarang ini, biarkan diri anda untuk menggali masalah ini secara mendalam dan waktu yang diberikan dua puluh menit.

Instruksi hari keempat. Ini adalah hari terakhir latihan menulis. Seperti hari-hari sebelumnya, jelajahi emosi dan pikiran terdalam terkait masalah dalam hidup anda. Pikirkan peristiwa, masalah, pemikiran dan parasaan yang anda alami. Pikirkan hal-hal apa yang telah anda pelajari, hilangkan, dan dapatkan dari hasil masalah yang anda dapatkan.

Bagaimana peristiwa ini di masa lalu dapat membantu anda di masa depan.

Jujurlah pada diri sendiri ketika menuliskannya, lakukan yang terbaik untuk menyelesaikan akhir cerita ini agar apapun itu dapat membantu anda di masa depan.

Hari ini merupakan hari terakhir dari proses menulis.

Kebanyakan orang menyatakan hari terakhir merupakan hari yang paling tidak menyenangkan, ini tandanya mereka sudah lelah berurusan dengan

(36)

25

permasalahan atau tekanan-tekanan yang selama ini mereka tuliskan dan membuat mereka jadi ingin melanjutkan kehidupan mereka ke depannya.

2.4 Pengaruh Menulis Ekspresif terhadap Stres Akademik Mahasiswa Psikologi USU di masa pandemi

Sarwono (1978) mengemukakan bahwa mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun. Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Mahasiswa juga merupakan calon intelektual atau cendikiawan muda dalam suatu lapisan masyarakat yang sering kali syarat dengan berbagai predikat. Mahasiswa berbeda dengan siswa.

Mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih besar sebab mahasiswa dituntut untuk dapat bisa berguna bukan hanya untuk dirinya sendiri melainkan untuk orang lain. Tuntutan besar pada mahasiswa dapat menyebabkan timbulnya stress. Holmes dan Rahe (dalam Gadzella & Masten, 2005) mendefinisikan stress sebagai sebuah stimulus. Menurut teori Holmes dan Rahe, perubahan yang terjadi didalam hubungan pribadi, pekerjaan, keuangan dapat menyebabkan stress walaupun mereka adalah peristiwa yang menyenangkan.

Menurut Lazarus dan Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai memiliki potensi membahayakan dan tidak terkendali.

Stres yang dialami mahasiswa umumnya disebabkan oleh beban perkuliahan dan tugas yang harus dikerjakan mahasiswa, stress yang terjadi akibat lingkungan pendidikan adalah stress akademik. Stres akademik merupakan stres yang dialami oleh individu dan terjadi di lingkungan sekolah atau pendidikan. Gadzella (2005) menggambarkan stress akademik sebagai

(37)

persepsi seseorang terhadap stressor akademik dan bagaimana reaksi mereka terhadap stressor tersebut yang terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku dan kognitif.

Olejnik dan Holschuh (2007) memandang stress akademik merupakan respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Wilks (2008) menjelaskan bahwa stress akademik merupakan hasil kombinasi dari tuntutan akademik yang melebihi sumberdaya individu yang tersedia untuk menghadapi tuntutan tersebut. Terlebih lagi mahasiswa dituntut untuk terus siap mengalami perubahan, perubahan yang dimaksud adalah perubahan dari perkuliahan tatap muka menjadi perkuliahan daring karena adanya virus Covid-19.

Mahasiswa mengalami beberapa kesulitan dalam proses perkuliahan daring diantaranya koneksi internet yang tidak stabil, kesulitan memahami materi yang diberikan oleh dosen, dan kesulitan untuk berkonsenterasi karena suasana rumah yang tidak kondusif. Sehingga mahasiswa mengalami permasalahan seperti hilangnya semangat untuk belajar, sulit mengikuti pembelajaran dari dosen, menunda-nunda pengerjaan tugas, dan kebingungan dalam mengerjakan tugas.

Permasalahan yang dialami mahasiswa tersebut menjadi pemicu mereka mengalami stres. Mahasiswa mengalami gejala – gejalas stres sepereti sulit tidur, sakit kepala, nyeri otot, mudah cemas, mudah lupa, kebingungan, emosi yang tidak stabil, malas beraktivitas, malas bersosialisasi, dan perasaan tidak berdaya. Gejala tersebut diambil dari pengklasifikasikan dampak stress ke dalam empat aspek yaitu fisik, kognitif, emosi, dan perilaku menurut Bressert.

Divasari (Rahmawati, 2014) menyebutkan bahwa salah satu cara mereduksi stres adalah dengan menulis. Pennebaker (2004) menemukan

(38)

27

bahwa menulis selama 15-20 menit mengenai suatu hal yang sangat emosional tanpa mempedulikan tata bahasa atau diksi mempunyai banyak manfaat.

Metode ini dikenal sebagai menulis ekspresif.

Katarsis dalam menulis ekspresif memiliki pengaruh yang sangat signifikan terhadap depresi ringan pada mahasiswa. Penelitian Fikri (2012) menunjukkan adanya penurunan emosi marah partisipan setelah terapi menulis, lalu penelitian Rahmawati (2014) juga menggambarkan bahwa terjadi perubahan tingkat stres antara sebelum dan sesudah terjadi perlakuan berupa menulis ekspresif.

Menulis bisa dilakukan dengan cara membuat buku harian setiap harinya dengan menyalurkan emosi-emosi yang dirasakan pada hari tersebut.

Sebuah penelitian menunjukkan bahwa menulis buku harian dapat membawa dampakdampak positif dan tentunya dengan kita menulis kita juga melatih konsistensi manajemen diri . Namun, sayangnya tidak semua gemar menulis atau pandai dalam merangkai kata-kata. Padahal menurut Abbas, E. W. (2020) menulis itu sangat mudah karena sejatinya kita semua adalah penulis; semua yang dapat dilihat menggunakan panca indra yaitu melihat, mendengar, mencium, merasakan, dan meraba, informasi yang kita dapat tersebut kita tuliskan ke dalam otak dan kemudian informasi-informasi dari otak tersebut kita tuangkan ke dalam rangkaian tulisan— itulah yang disebut tulisan atau kegiatan menulis.

Menurut Poerwadarminta (1976), menulis adalah suatu aktivitas melahirkan pikiran dan perasaan dengan tulisan. Menulis memiliki suatu kekuatan tersendiri karena menulis adalah suatu bentuk eksplorasi dan ekspresi area pemikiran, emosi dan spiritual yang dapat dijadikan sebagai suatu sarana untuk berkomunikasi dengan diri sendiri dan mengembangkan

(39)

suatu pemikiran serta kesadaran akan suatu peristiwa (Bolton, 2004).

Kegiatan Menulis adalah suatu aktivitas menulis yang mencerminkan refleksi dan ekspresi klien baik itu karena inisiatif sendiri atau sugesti dari seorang kegiatan atau peneliti (Wright, 2004). Inti dari kegiatan menulis ada pada proses selama menulis daripada hasil dari menulis itu sendiri sehingga penting bahwa menulis adalah suatu aktivitas yang personal, bebas kritik, dan bebas dari aturan bahasa seperti tata bahasa, sintaksis, dan bentuk (Bolton, 2004).

Seseorang yang mengalami stres akademik dapat memanfaatkan menulis sebagai salah satu cara menurunkan stres akademik, saat ia mulai menulis maka akan merasa rileks, otak akan mengeluarkan hormon endorfin yang diproduksi dari kelenjar pituari dan sistem saraf pusat manusia. Hormon endorfin berguna untuk mengontrol rasa sakit dan menimbulkan rasa senang. Saat endorfindalam tubuhmeningkat maka hormon tersebut dapat mengurangi stres akademik, rasa sakit, dan meningkatkan kekebalan tubuh (Wade dan Tavris, 2007). Oleh karena itu, menulis dapat disebut sebagai bentuk kegiatan yang menggunakan teknik sederhana, murah, dan tidak membutuhkan umpan balik (Pennebaker, 1997; Pennebaker & Chung, 2007).

2.5 Hipotesis

Berdasarkan uraian diatas, hipotesa yang dibangun dalam penelitian ini yaitu terdapat pengaruh positif kegiatan menulis ekspresif terhadap penurunan stres akademik mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara di masa pandemi.

(40)

29 BAB III Metode Penelitian

3.1 Identifikasi Variabel penelitian

Variabel adalah suatu konsep mengenai atribut atau sifat atau nilai baik dari orang, objek atau suatu kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang dibuat oleh peneliti untuk dipelajari dan data yang didapatkan ditarik kesimpulan (Sugiono, 2011). Variabel dalam penelitian ini, yaitu:

3.1.1 Variabel Bebas

Variabel bebas merupakan variabel yang menyababkan, mempengaruhi, atau berefek pada outcome (Creswell, 2012). Variable bebas dalam penelitian ini merupakan kegiatan menulis ekspresif.

3.1.2 Variabel Tergantung

Variabel tergantung merupakan variable yang bergantung pada variable bebas, dimana variable tergantung merupakan outcome atau hasil pengaruh variable bebas (Creswell, 2012). Variable tergantung dalam penelitian ini adalah stress akademik.

3.1.3 Definisi Operasional

a. Definisi Operasional Eksperimental

Kegiatan menulis ekspresif adalah merupakan aktivitas menuliskan pengalaman yang menggusarkan, menekan, atau yang membuat stres dan trauma yang menggunakan media pulpen, pensil, dan kertas binder bergaris yang dilakukan selama tiga hari berturut-turut dengan durasi 20 menit

(41)

perharinya yang diarahkan oleh satu eksperimenter dan bertujuan untuk menurunkan stres akademik pada mahasiswa Psikologi Universitas Sumatera Utara. Pada hari pertama partisipan akan diminta untuk menuliskan pikiran dan perasaan yang menekan, masalah, ataupun kesedihan yang sangat mempengaruhi kehidupan partisipan sebagai mahasiswa yang mengalami stress akademik yang terkait dengan lingkungan, orang tua ataupun orang yang disayangi. Pada hari kedua partisipan dipersilahkan untuk menuliskan segala masalah, ataupun hal-hal yang membuat partisipan merasa tertekan sebagai mahasiswa yang mengalami stres akademik di Fakultas Psikologi USU.

Masalah tersebut boleh berkaitan dengan kehidupan individu maupun kuliah, baik berhubungan dengan keluarga, teman kuliah, orang yang disayangi maupun ditakuti. Pada hari ketiga bisa fokus pada topik yang sama seperti kemarin atau mengubah ke masalah yang lain, tetapi tetap yang partisipan tuliskan merupakan peristiwa ataupun masalah yang menekan dan mengganggu kehidupan partisipan. Di akhir pertemuan, partisipan akan diminta untuk mengisi form evaluasi tentang pengalaman mereka yang sudah mengikuti kegiatan menulis ekspresif. Hasil dari apakah kegiatan menulis ekspresif ini berpengaruh dalam menurunkan stres akademik dapat dilihat setelah diadakannya post test.

b. Definisi Operasional Terukur

Stres akademik merupakan stres yang dialami oleh individu yang terjadi di lingkungan pendidikan karena terlalu banyaknya beban tugas dan tuntutan yang harus dikerjakan sehingga menimbulkan tekanan yang menyebabkan stres. Stres akademik dapar diukur dengan skala stres akademik yang dirancang berdasarkan teori Gadzella yang berjumlah 50 aitem yang terdiri aspek dari stres akademik.

Skor yang ditunjukkan dari hasil skala menunjukkan semakin tinggi skor yang

(42)

31

diperoleh maka semakin tinggi pula tingkat stres yang dimiliki individu demikian pula sebaliknya.

3.1.4 Teknik Pengontrolan

Usaha untuk mencapai validitas internal dalam penelitian ini, maka beberapa hal dan juga kondisi yang harus disamakan ataupun disetarakan dalam penelitian ini adalah waktu. Waktu yang dimaksud untuk disetarakan mengacu kepada seberapa lama kegiatan atau perlakuan yang diberikan kepada partisipan tersebut dilaksanakandan berlangsung.

3.2 Desain Penelitian

Desain eksperimen yang digunakan oleh peneliti adalah desain true experimental yaitu pretest-posttest control group design. True experimental adalah penelitian yang sebenarnya karena dalam desain ini peneliti harus dapat mengontrol semua variabel yang mungkin bisa mempengaruhi variabel dan jalannya eksperimen penelitian (Sugiyono, 2013). Pretest-posttest control group design dari true experiment ini adalah desain yang dalam penelitiannya terdapat dua kelompok subjek yang dipilih secara random, lalu diberi skala pretest di awal untuk melihat perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pretest yang baik adalah ketika hasilnya tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (Sugiyono, 2013).

Rancangan penelitian ekperimen terbagi atas dua yaitu within-subject

(43)

dan between-subject. Rancangan pada penelitian ini adalah between-subject, yaitu penelitian eksperimen dengan peneliti memanipulasi variabel independen untuk menentukan apakah ada perbedaan antara dua atau lebihkondisi yang diberi perlakuan yang berbeda (Gravetter & Forzano, 2018). Pada rancangan between-subject ini, dua kelompok atau lebih dipisahkan dan diberi dua metode yang berbeda atau bahkan salah satu kelompok tidak diberikan metode atau perlakuan (Gravetter & Forzano, 2018).

3.3 Subyek Penelitian 3.3.1 Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2011) Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri dari objek/subjek yang memiliki kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Karakteristik populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria sebagai berikut:

c. Mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara.

d. Mahasiswa aktif Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara yang sedang mengalami stres akademik.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang termasuk dalam karakteristik dan jumlah yang sama dengan populasi. Jika populasi dari subjek penelitian cukup besar, tentu peneliti mengalami keterbatasan bahkan ketidakmungkinan untuk mempelajari semua yang ada pada populasi.

Keterbatasan yang mungkin menjadi penghambat seperti dana, waktu, tenaga, dan lainnya sehingga penelitimengambil sampel atau bagian kecil yang merepresentasikan (mewakili) populasi (Sugiyono, 2013).

(44)

33 3.3.3 Teknik Pengambilan Sampel

Menentukan sekelompok sampel dari populasi yang akan dijadikan subjek/objek penelitian, dibutuhkan teknik sampling atau teknik pengambilan sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non probability sampling, yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan untuk setiap anggota populasi terpilih menjadi sampel (Sugiyono, 2013). Menentukan teknik sampling tentunya berkaitan dengan bagaimana cara peneliti mengambil sampel dari populasi yaitu tergantung dengan tingkat score dari skala stres akademik yang dimiliki populasi.

Teknik sampling yang digunakan oleh peneliti adalah sampling purposive, yaitu teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2013). Pertimbangan atau kualifikasi tertentu yang jadi karakteristik pemilihan sampel adalah individu yang hasil score dari skala stres akademik yang diujikan memiliki hasil tertinggi dari populasi yang diuji.

3.4 Instrumen Alat Ukur

Alat yang digunakan dalam pengambilan data penelitian ini adalah skala. Menurut Azwar (2015) skala merupakan stimulus berupa pertanyaan atau pernyataan yang mengungkapkan indikator perilaku dari suatu atribut tertentu yang diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem. Penelitian ini menggunakan penskalaan model skala likert, yaitu skala yang berisi pernyataan-pernyataan mengenai objek sikap.Terdapat dua jenis pernyataan pada model penskalaan ini, yaitu favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable merupakan pernyataan positif yang mendukung objek sikap yang diungkap. Pernyataan unfavorable merupakan pernyataan negatif yang tidak mendukung objek sikap yang hendak diungkap (Azwar,2000).

Setiap item dari skala terdiri dari 5 alternatif jawaban, yaitu Sangat

Gambar

Table 1Blueprint Skala Stres Akademik
Table 2 Blueprint Skala Uji Coba Stres Akademik
Table 3 Blueprint Skala Stres Akademik setelah uji coba
Table 4  Blueprint Skala Stres Akademik
+6

Referensi

Dokumen terkait

Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi linear berganda.Didalam penelitian ini didapat hasil bahwa citra merek dan kualitas produk memiliki pengaruh secara parsial dan

Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Perilaku Belajar, Interaksi Sosial dan Kesehatan bagi Mahasiswa FKIP Universitas Palangka Raya. Pengantar Psikologi

Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa kegiatan belajar mengajar terhadap mahasiswa Universitas Ciputra pada Fakultas Industri Kreatif selama pandemi Covid-19

Sebagai komitmen FORCLIME FC dalam mendukung pengembangan usaha perhutanan sosial, pada Juni dan September 2019 dilakukan kunjungan belajar, bimbingan belajar,

Diharapkan pendidik bisa mengetahui Tingkat Kepuasan Mahasiswa dalam Perkuliahan Daring Pada Masa Pandemi COVID-19 di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain cross sectional untuk menilai pengaruh pandemi COVID-19 terhadap Tingkat Stres dan Pola Tidur pada mahasiswa Fakultas

12. Mudah menyalahkan orang lain.. Gambaran tingkat stres akademik mahasiswa UKWMS Kampus Kota Madiun dalam pembelajaran daring pada masa pandemi Covid 19.. Tabel 5 dan

1) Bahan-bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan yang meliputi Undang-Undang Dasr Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-undang No 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan