• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA BI-7 DAYS REVERSE REPO RATE (BI-7DRR)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA BI-7 DAYS REVERSE REPO RATE (BI-7DRR)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

OLEH

KEVIN MARCELLINO NAINGGOLAN 180523001

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2021

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN

PERSETUJUAN PENCETAKAN Nama : Kevin Marcellino Nainggolan

NIM : 180523001

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

JudulSkripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (Bi-7DRR)

Tanggal__________________ Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan,

Dr. Raina Linda Sari S.E., M.Si.

NIP. 19630907 198803 2 002

(3)

PERSETUJUAN Nama : Kevin Marcellino Nainggolan

NIM : 180523001

Program Studi : Ekonomi Pembangunan Konsentrasi : Perbankan

JudulSkripsi : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)

Tanggal________________ Pembimbing

Wahyu Ario Pratomo, SE, M.Ec.

NIP. 19730408 199802 1 001

Penguji I Penguji II

Syarief Fauzie, SE, M.Ak, Ak. Haroni Doli Hamoraon SE., M.Si.

NIP. 19750909 200801 1 012 NIP. 19811106 200312 1 002

(4)

LEMBAR PERNYATAAN

Saya yang bertandatangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi saya yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)”adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan

Skripsi Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan jelas dan benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh pihak Universitas Sumatera Utara.

Medan,________________

Penulis,

Kevin Marcellino Nainggolan 180523001

(5)

i ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SUKU BUNGA BI-7 DAYS REVERSE REPO RATE (BI-7DRR)

Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) 2016 -2020 Permasalahan yang melatarbelakangi penelitian ini yaitu terdapat perbedaan antara teori dengan data yang diteliti. Faktor-faktor dalam penelitian ini adalah Suku bunga BI, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Cadangan Devisa, dan Fed Fund Rate.

Pada penelitian ini digunakan jenis penelitian kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari laporan Bank Indonesia berupa data bulanan periode 2016-2020. Metode analisis mengunakan uji regresi linier berganda dengan tingkat signifikansi 5%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Fed Fund Rate memiliki pengaruh yang kuat terhadap BI-7DRR , Sementara Inflasi, Jumlah Uang Beredar, dan Cadangan Devisa tidak berpengaruh signifikan terhadap BI-7DRR.

Kata Kunci : BI-7DRR, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Fed Fund Rate

(6)

ii ABSTRACT

ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING INTEREST RATE BI-7 DAYS REVERSE REPO RATE (BI-7DRR)

This study aims to determine several factors that may affect the BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) 2018-2020. The problem that lies behind this research is that there is a difference between the theory and the data studied. The factors in this research are BI interest rate, Inflation, Money Supply, Foreign Exchange Reserves, and Fed Fund Rate.

This research uses quantitative research using secondary data obtained from Bank Indonesia reports in the form of monthly data for the 2016-2020 period. The method of analysis using multiple linear regression test with a significance level of 5%.

The results of this study indicate that the Fed Funds Rate has a strong influence on BI-7DRR, while Inflation, Money Supply, and Foreign Exchange Reserves have no significant effect on BI-7DRR.

Key Words : BI-7DRR, Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Fed Fund Rate

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa, yang mana karena rahmat dan nikmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga Bi-7 Days Reverse Repo Rate (Bi-7DRR)” dengan baik.

Penyusunan Skripsi ini diajukan sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini, peneliti menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan dan berpartisipasi dalam membantu peneliti menyelesaikan Skripsi ini, antara lain:

1. Dr. Muryanto Amin, S.Sos., M.Si. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Fadly, S.E., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Raina Linda Sari S.E., M.Si. selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

4. Inggrita Gusti Sari Nasution, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Wahyu Ario Pratomo, S.E., M.Ec. selaku Dosen Pembimbing saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Syarief Fauzie SE., M.Ak., Ak., CA selaku Dosen Pembanding I saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

7. Bapak Haroni Doli Hamoraon SE., M.Si selaku Dosen Pembanding II saya yang telah memberikan saran dan kritikan dalam penyempurnaan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen, Staf dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU yang telah membantu peneliti selama proses perkuliahan.

9. Terima kasih peneliti ucapkan sebesar-besarnya kepada kedua orang tua Ibu Gunawati dan Bapak Nirwan serta saudara kandung saya Desi dan Ridho sebagai keluarga yang selalu memberikan dukungan doa dan materi selama ini, dan mendengarkan segala keluh kesah, serta selalu memberi peneliti semangat dalam hal apapun khususnya dalam mengerjakan Skripsi ini.

10. Terima kasih kepada Teman-teman Ekstensi angkatan 2018 Ahmad, Afra, Iqbal, dan lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Semoga yang terbaik untuk kita semua.

(8)

iv

Semoga dukungan dan kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti dibalas oleh Allah SWT.

Peneliti menyadari bahwa penulisan Skripsi ini masih sangat jauh dari kesan sempurna, dan terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak untuk menyempurnakan Skripsi ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di masa mendatang. Akhir kata peneliti memohon maaf atas segala kekurangan, dan terima kasih.

Medan, 01 November 2021 Penulis

KEVIN MARCELLINO NAINGGOLAN NIM. 180523001

(9)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 11

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis ... 13

2.1.1 Suku Bunga ... 13

2.1.2 Teori Klasik Suku Bunga ... 14

2.1.3 Suku Bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate ... 15

2.1.4 Inflasi ... 16

2.1.5 Jumlah Uang Beredar ... 22

2.1.6 Cadangan Devisa ... 25

2.1.7 Fed Fund Rate (FFR) ... 26

2.2 Penelitian Terdahulu ... 29

2.3 Kerangka Konseptual ... 35

2.4 Hipotesis Penelitian ... 38

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 39

3.2 Ruang Lingkup Penelitian ... 39

3.3 Jenis Variabel Penelitian ... 40

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 40

3.5 Defenisi Operasional ... 41

3.6 Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 51

4.1.1 Hasil Analisis Deskriptif ... 51

4.1.2 Hasil Uji Stasioneritas ... 56

4.1.3 Hasil Penentuan Lag Optimal ... 56

4.1.4 Hasil Uji Kointegrasi ... 57

(10)

vi

4.1.5 Hasil Granger Casuality ... 58

4.1.6 Hasil Estimasi VECM ... 60

4.1.7 Hasil Analisis Impulse Function Response ... 64

4.1.8 Hasil Analisis Variance Decomposition ... 66

4.2 Pembahasan ... 67

4.2.1 Pengaruh Inflasi Terhadap Suku Bunga BI-7DRR .. 67

4.2.2 Pengaruh JUB Terhadap Suku Bunga BI-7DRR ... 68

4.2.3 Pengaruh FFR Terhadap Suku Bunga BI-7DRR ... 69

4.2.4 Pengaruh Cadev Terhadap Suku Bunga BI-7DRR .. 70

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan... 71

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 74

LAMPIRAN ... 76

(11)

vii

DAFTAR TABEL

2.1 Penelitian Terdahulu ... 29

3.1 Variabel-Variabel Data ... 41

4.1 Hasil Uji Stasioneritas ... 56

4.2 Hasil Penentuan Lag Optimal ... 57

4.3 Hasil Uji Kointegrasi ... 57

4.4 Hasil Uji Granger Casuality ... 59

4.5 Hasil Uji Statistik t ... 60

4.6 Hasil Uji Statistik F ... 63

4.7 Hasil Koefisien Determinasi (R2) ... 64

4.8 Hasil Variance Decomposition ... 66

Nomor Judul Halaman

(12)

viii

DAFTAR GAMBAR

1.1 Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter ... 2

1.2 Grafik Suku Bunga BI-7DRR ... 4

1.3 Grafik Tingkat Inflasi 2016 – 2020 ... 6

1.4 Grafik Tingkat Jumlah Uang Beredar 2016 – 2020 ... 7

1.5 Grafik Tingkat Data Suku Bunga The Fed 2016 – 2020 ... 9

2.1 Grafik Teori Klasik Suku Bunga ... 14

2.3 Kerangka Konseptual ... 37

4.1 Perkembangan Inflasi per Desember Periode 2016-2020 ... 51

4.2 Perkembangan JUB per Desember Periode 2016-2020 ... 52

4.3 Perkembangan FFR per Desember Periode 2016-2020 ... 53

4.4 Perkembangan Cadev per Desember Periode 2016-2020 ... 54

4.5 Perkembangan Suku Bunga per Desember Periode 2016-2020 ... 55

4.6 Hasil Impulse Function Response ... 65

Nomor Judul Halaman

(13)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul

1. Data Penelitian 2. Hasil Uji VECM

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bank Indonesia sebagai bank sentral Indonesia memiliki tujuan untuk kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga- harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Inflasi yang rendah dan stabil, tidak terlepas dari suatu transmisi kebijakan moneter yang diberikan bank sentral. Mekanisme transmisi kebijakan moneter pada dasarnya menggambarkan bagaimana kebijakan moneter yang ditempuh oleh bank sentral untuk memengaruhi berbagai aktvitas ekonomi dan keuangan sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan akhir yaitu mencapai sasaran Inflasi.

Di Indonesia, transmisi kebijakan moneter yang dibentuk oleh Bank Indonesia adalah melalui menetapkan kebijakan suku bunga acuan baru yaitu, BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI 7DRR) yang ditetapkan pada 19 Agustus 2016. Bank Indonesia menetapkan suku bunga kebijakan BI 7DRR sebagai instrumen kebijakan utama untuk mempengaruhi aktivitas kegiatan perekonomian dengan tujuan akhir yaitu kestabilan ekonomi.

Namun jalur atau transmisi dari keputusan BI-7DRR sampai dengan pencapaian sasaran ekonomi yang stabil sangat kompleks dan memerlukan waktu (time lag). Sebelumnya Bank Indonesia menggunakan BI-Rate sebagai suku bunga acuan, namun dinilai tidak efektif sebagai alat

(15)

kebijakan moneter karena tidak berhasil mempengaruhi suku bunga deposito dan kredit.

Sumber: Bank Indonesia

Gambar 1.1

Mekanisme Transmisi Kebijakan Moneter

Pergantian BI-Rate ke BI-7DRR terkait dengan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) kebanyakan dibeli oleh perbankan dengan masa jatuh tempo yang lama yaitu 1 tahun (12 bulan), sehingga tidak bisa cepat

BI 7- DRR

SUKU BUNGA DEPOSITO &

KREDIT

KREDIT YANG DISALURKAN

HARGA ASSET (SAHAM,OBLI

GASI)

NILAI TUKAR

EKSPEKTASI INFLASI

KONSUMSI INVESTASI

EKSPOR

PDB

INFLASI

(16)

3

mempengaruhi transaksi di pasar keuangan yang sangat dinamis pasca krisis global. Jangka waktu ini dinilai relatif lama di pasar uang yang pergerakannya sangat dinamis dari hari ke hari bahkan jam ke jam atau menit ke menit. Sementara transaksi likuiditas di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) lebih banyak pada tenor satu pekan, sehingga suku bunga harus mencerminkan tenor jangka pendek dan dibutuhkan instrumen keuangan yang dapat merespon cepat terhadap pasar uang. Perubahan suku bunga acuan tersebut ditujukan untuk memperkuat efektivitas kebijakan moneter, sehingga setiap ada perubahaan tingkat suku bunga kebijakan, baik kenaikan maupun penurunan, dampaknya terhadap suku bunga pasar uang dan perbankan, baik deposito maupun kredit, akan menjadi semakin cepat.

Oleh karena itu, Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan memperkenalkan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI- 7 Days Reverse Repo (BI-7DRR).

Sebagaimana telah diketahui, suku bunga BI 7DRR sejak awal digunakan oleh Bank Indonesia memberikan dampak yang positif dan membuat sistem ekonomi menjadi lancar dan berkembang. Namun seiring berkembangnya zaman dan dampak global ekonomi yang tidak memiliki kepastian membuat suku bunga BI-7DRR ini terus mengalami kontraksi yang mendalam. Dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang diadakan satu bulan sekali, gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan ada beberapa faktor terbesar yang mempengaruhi suku bunga BI-7DRR yaitu Inflasi yang rendah dan stabil, jumlah uang yang beredar

(17)

kebutuhan transaksi ekonomi dan keuangan digital (EKD), cadangan devisa dari neraca pembayaran yang dinilai baik, dan juga faktor ketidakpastiaan eksternal khususnya kenaikan atau penurunan suku bunga bank sentral Amertika ( The Federal Reserve).

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 1.2

Grafik Suku Bunga BI-7DRR

Pada Grafik 1.2 terlihat bahwa suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI_7DRR) dari bulan agustus tahun 2016 sampai tahun 2020 mengalami pergerakan fluktuatif yang cukup signifikan. Pada agustus 2016 menunjukkan suku bunga BI-7 DRR pada posisi diatas 5,00% yang terus bertahan hingga awal tahun 2018 namun mengalami penurunan dari tahun 2019 sampai tahun 2020. Suku bunga terkoreksi sebesar 1,00% sampai 3,00%. Hingga akhir tahun 2020 yaitu tepatnya pada bulan desember terlihat bahwa penurunan sampai dengan 3,75%. Kontraksi yang terjadi pada suku

0 0.02 0.04 0.06 0.08

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEPT OKT NOV DES

BI-7DRR

2016 2017 2018 2019 2020

(18)

5

bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) ini tidak terlepas dari beberapa faktor dan salah satunya adalah tingkat inflasi di Indonesia.

Meskipun BI-7DRR ini sebagai kebijakan transmisi moneter yang dapat mengendalikan inflasi namun inflasi tetap juga memiliki hubungan positif dalam mempengaruhi suku bunga BI-7DRR. Dikutip dari website Bank Indonesia yang menyatakan bahwa inflasi tahun dari tahun 2016 sampai tahun 2020 tetap rendah dan terkendali sehingga mendukung stabilitas perekonomian. Sebagai contoh Inflasi IHK 2019 tercatat 2,72% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi 2018 sebesar 3,13% dan berada dalam kisaran sasarannya sebesar 3,5%±1%. Perkembangan ini menunjukkan inflasi selama lima tahun terakhir konsisten berada dalam kisaran sasarannya. Inflasi yang terus menurun dan terkendali dalam sasaran dipengaruhi beberapa perbaikan struktural seperti peran ekspektasi inflasi yang makin besar dan terjangkar kepada sasaran inflasi, pengaruh nilai tukar, dan harga impor yang menurun, serta dampak rambatan kenaikan inflasi volatile food dan inflasi administered prices kepada inflasi inti yang berkurang.

(19)

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 1.3

Grafik Perkembangan tingkat Inflasi 2016 - 2020

Pada grafik 1.3 dapat terlihat bahwa inflasi masih berada rata-rata dibawah 4% atau masuk dalam kategori inflasi ringan yang masih stabil dan terkendali. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan kausalitas dua arah antara suku bunga Bank Indonesia dengan Inflasi. Hal ini dikarenakan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi yaitu dengan cara menaikkan atau menurunkan suku bunganya.

Disisi lain terdapat sektor moneter yang juga dinilai menjadi faktor acuan penurunan suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate yaitu, Jumlah Uang yang Beredar (JUB). Seperti yang diketahui bahwa JUB menentukan Bank Indonesia untuk mengambil keputusan dalam menaikkan atau menurunkan suku bunganya. JUB sendiri ialah jumlah persediaan uang dalam suatu perekonomian negara. Menurut penelitian Maria Alvyonita dan Paidi

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

INFLASI

2020 2019 2018 2017 2016

(20)

7

Hidayat (2014) diperoleh hasil bahwa variabel suku bunga BI dan JUB (Narrow Money) memiliki hubungan timbal-balik. Jika semakin banyak Jumlah Uang Yang Beredar (JUB) dimasyarakat ini diyakini akan mempengaruhi kebijakan bank Indonesia dalam menaikan ataupun menurunkan suku bunga BI-7DRR. Pada grafik 1.4 dimana menggambarkan fluktuasi JUB akibat dari konsumsi masyarkat dan pengaruh bunga yang rendah dari Bank Indonesia.

Sumber : Kemendag

Gambar 1.4

Grafik Perkembangan JUB 2016- 2020

Disisi lain Bank Indonesia juga memperhitungkan bahwa pergerakan cadangan devisa yang baik mampu memberikan pengaruh positif kepada suku bunga Bank Indonesia. Pada dasarnya cadangan devisa merupakan bagian dari Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) untuk mendukung ketahanan sektor eksternal. Menurut Soelistyo (2015),

0.00%

0.20%

0.40%

0.60%

0.80%

1.00%

1.20%

JUMLAH UANG BEREDAR

2016 2017 2018 2019 2020

(21)

kenaikan suku bunga akan memicu terjadinya gejolak pada pasar keuangan, naiknya suku bunga akan dapat menarik aliran modal asing masuk berupa pinjaman. Pinjaman ini akan secara langsung dapat menambah cadangan devisa secara langsung dan begitu juga sebaliknya.

Namun penambahan cadangan devisa bukan hanya sekedar kenaikan suku bunga Bank Indonesia namun juga pendapatan dari ekspor. Peningkatan ekspor juga akan menyebabkan valuta asing semakin banyak ini menyebabkan pertambahan pada cadangan devisa. Oleh sebab itu maka peneliti ingin melakukan penelitian apakah dengan bertambahnya cadangan devisa akan mempengaruhi kenaikan atau penurunan pada suku bunga BI-7DRR.

Selain faktor internal terdapat juga fator eksteral yang mempengaruhi kebijakan suku bunga bank Indonesia BI-7DRR. Faktor tersebut ialah Fed Fund Rate (FFR) atau dikenal sebagai suku bunga bank sentral Amerika. Suku bunga FFR ditetapkan oleh bank sentral bukan hanya sebagai acuan negara Indonesia, namun juga negara-negara lainnya karena The Fed (bank sentral Amerika Serikat) memiliki kebijakan dalam mengedarkan mata uang dollar sebagai nilai tukar internasional seperti Quantitative Easing dan Taperring Off. Menurut Madura (2012:107) suku bunga riil antarnegara sering diperbandingkan untuk menilai pergerakan nilai tukar, karena suku bunga riil mengkombinasikan suku bunga nominal dengan inflasi, yang keduanya mempengaruhi nilai tukar. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa Pergerakan suku bunga

(22)

9

suatu negara dapat menjadi acuan bagi para investor yang akan menanamkan modal asingnya disuatu negara, dengan demikian ketika suku bunga luar negeri bergerak naik maka akan diikuti suku bunga domestik agar para investor tidak menarik investasinya dan menginvestasikannya di luar negeri.

Sumber : Federal Reserve

Gambar 1.5

Grafik Data Suku Bunga The Fed 2016- 2020

Pada grafik 1.5 menggambarkan bahwa suku bunga bank sentral Amerika/The Fed yang mengalami kontraksi mendalam dari tahun 2016 sampai tahun 2020 hingga mencapai dibawah 1%. Ketua bank sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed, Jerome Powell mengatakan bahwa penurunan suku bunga ini untuk meningkatkan gairah perekonomian di

0.00%

0.50%

1.00%

1.50%

2.00%

2.50%

3.00%

Fed Fund Rate

2016 2017 2018 2019 2020

(23)

Amerika Serikat. Seiring dengan menurunnya suku bunga The Fed ini, Bank Indonesia juga cenderung mengikuti penurunannya.

Dari fenomena yang telah diungkapkan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang analisis suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR). Penelitian ini membatasi penelitian terhadap faktor yang mempengaruhi penurunan suku bunga BI- 7DRR, yaitu 1.

Selanjutnya penelitian ini diberi judul “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Suku Bunga Bi-7 Days Reverse Repo Rate (BI- 7DRR)”.

1.2 Rumusan masalah

Rumusan masalah sangat diperlukan sebagai suatu cara untuk mengambil suatu keputusan di akhir skripsi. Berdasarakan penjelasan latar belakang di atas, rumusan masalah yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana pengaruh Inflasi terhadap suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)

2. Bagaimana pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)

3. Bagaimana pengaruh Cadangan Devisa terhadap suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)

(24)

11

4. Bagaimana pengaruh Fed Fund Rate (FFR) atau suku bunga bank sentral Amerika terhadap suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh Inflasi terhadap suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)

2. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Jumlah Uang Beredar (JUB) terhadap suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI- 7DRR)

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Cadangan Devisa terhadap suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) 4. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Fed Fund Rate (FFR)

terhadap suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat ke berbagai pihak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi dan rujukan terkait beberapa faktor yang menjadi acuan penurunan suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate

(25)

2. Bagi Perbankan dan Investor , penelitian ini diharapkan mampu menjadi acuan untuk bisa menanamkan modalnya dan dapat memberi pemahaman dan pertimbangan untuk menentukan alternatif investasi guna mendapatkan diversifikasi portofolio.

3. Bagi Praktisi dan Masyarakat, penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi yang sangat luas dan sebagai masukan dan informasi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah moneter atau mengenai tingkat suku bunga BI-7DRR.

(26)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Suku bunga

Suku bunga adalah pembayaran bunga tahunan dari suatu pinjaman, dalam bentuk persentase dari pinjaman yang diperoleh dari jumlah bunga yang diterima tiap tahun dibagi dengan jumlah pinjaman.

Adapun pengertian suku bunga menurut pendapat pengamat pasar modal dan ekonomi adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur yang harus dibayarkan kepada kreditur (Sunariyah. 2004).

Menurut ahli Hubbard (R.Glenn, Hubbard, 1997) , bunga adalah biaya yang harus dibayar borrower atas pinjaman yang diterima dan imbalan bagi lender atas investasinya.

Suku bunga dibedakan menjadi dua, yaitu :

1) Suku bunga nominal adalah rate yang dapat diamati pasar.

2) Suku bunga riil adalah konsep yang mengukur tingkat bunga yang sesungguhnya, suku bunga riil sama dengan suku bunga nominal dikurangi dengan laju inflasi yang diharapkan.

r = i - µ

(27)

Dimana : r = suku bunga riil i = suku bunga nominal µ = laju inflasi

2.1.2 Teori Klasik Suku Bunga

Menurut teori klasik, bunga adalah harga dari loanable fund (dana investasi. Selain itu tingkat bunga juga digunakan sebagai salah satu indikator bagi seseorang dalam memutuskan untuk menabung atau berinvestasi. Semakin tinggi tingkat bunga yang ditawarkan maka semakin banyak dana yang ditawarkan oleh pemberi pinjaman. Dengan demikian, terdapat hubungan positif antara tingkat bunga dengan jumlah dana yang ditawarkan.

Gambar 2.1

Grafik Teori Klasik Suku Bunga

Dari grafik 2.1 terlihat bahwa permintaan akan loanable fund memiliki hubungan negative dengan tingkat bunga, dengan asumsi pendapatan adalah konstan (tetap). Peningkatan tingkat bunga akan menyebabkan

(28)

15

permintaan terhadap dana pinjaman (loanable fund) menurun. Asumsi- asumsi tersebut berlaku pada saat perekonomian dalam keadaan full employment, harga konstan, supply of money tetap, dan informasi sempurna.

2.1.3 Suku bunga BI- 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR)

Bank Indonesia melakukan penguatan kerangka operasi moneter dengan mengimplementasikan suku bunga acuan atau suku bunga kebijakan baru yaitu BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016, menggantikan BI Rate.

Penguatan kerangka operasi moneter ini merupakan hal yang lazim dilakukan di berbagai bank sentral dan merupakan best practice internasional dalam pelaksanaan operasi moneter. Kerangka operasi moneter senantiasa disempurnakan untuk memperkuat efektivitas kebijakan dalam mencapai sasaran inflasi yang ditetapkan. Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate digunakan sebagai suku bunga kebijakan baru karena dapat secara cepat memengaruhi pasar uang, perbankan dan sektor riil. Instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sebagai acuan yang baru memiliki hubungan yang lebih kuat ke suku bunga pasar uang, sifatnya transaksional atau diperdagangkan di pasar, dan mendorong pendalaman pasar keuangan, khususnya penggunaan instrumen repo.

(29)

Dengan penggunaan instrumen BI 7-Day (Reverse) Repo Rate sebagai suku bunga kebijakan baru, terdapat tiga dampak utama yang diharapkan, yakni:

1. Menguatnya sinyal kebijakan moneter dengan BI-7 Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebagai acuan utama di pasar keuangan.

2. Meningkatnya efektivitas transmisi kebijakan moneter melalui pengaruhnya pada pergerakan suku bunga pasar uang dan suku bunga perbankan.

3. Terbentuknya pasar keuangan yang lebih dalam bagi perbankan

Apabila BI Rate turun, bank-bank yang menyimpan uang di Bank Indonesia (BI), tidak serta merta bisa menarik uangnya langsung.

Dibutuhkan waktu 1 tahun untuk dapat menariknya. Oleh sebab itu, BI memberlakukan BI 7-Day (reverse) Repo Rate. Jadi, bank-bank tersebut bisa mengambil uang yang disimpan di BI dalam jangka waktu 7 hari setelah penyimpanan dan berlaku kelipatannya (7 hari, 14 hari, 21 hari, dan seterusnya) dengan besaran bunga seperti yang dijanjikan di awal.

2.1.4 Inflasi

2.1.4.1 Pengertian Inflasi

Inflasi adalah kejadian ekonomi yang sering terjadi meskipun kita tidak pernah menghendaki. Milton Friendman mengatakan “inflasi bisa

(30)

17

terjadi dimana saja dan selalu merupakan fenomena moneter (Mathew Bishop, 2010). Diangggap fenomena moneter karena terjadinya penurunan nilai unit perhitungan moneter terhadap suatu komoditas.

Ekonom Keynesian meyakini inflasi dapat terjadi secara independen dari kondisi moneter. Jika didefinisikan, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus menerus. Inflasi terjadi jika terjadi kenaikan harga, bersifat umum, berlangsung secara terus menerus terjadi secara bersamaan. Kenaikan harga tersebut dimaksudkan bukan terjadi sesaat. Kenaikan harga pada kondisi tertentu tidak menjadi permasalahan karena harga akan kembali normal maka apabila terjadi kenaikan harga hanya bersifat sementara tidak bisa dikatakan inflasi. Inflasi juga berkaitan dengan kenaikan harga secara umum, artinya kenaikan harga tidak hanya terjadi pada satu jenis barang maupun jasa tertentu saja tetapi kenaikan harga itu meliputi kelompok barang yang dikonsumsi oleh masyarakat, terlebih lagi kenaikan itu akan mempengaruhi harga barang lain dipasar sedangkan terus menerus berarti bahwa kenaikan harga berlangsung sesaat saja, sekali, dua kali, lalu reda kembali maka bukan dikatakan inflasi.

2.1.4.2 Faktor Terjadinya Inflasi

Dalam buku kebanksentralan seri inflasi (Suseno dan Siti Astiyah;

2009) terdapat faktor-faktor terjadinya suatu inflasi dan dijelaskan sebagai berikut ;

(31)

c. Inflasi yang disebabkan faktor permintaan (Demand Pull Inflation)

Inflasi permintaan atau yang disebut sebagai demand pull inflation adalah inflasi yang timbul sebagai hasil interaksi antara permintaan dan penawaran terhadap barang dan jasa domestik dalam jangka panjang. Tekanan inflasi dari sisi permintaan akan timbul jika permintaan agregat berbeda dengan penawaran agregat atau potensi output yang tersedia. Perbedaan antara permintaan agregat dan penawaran agregat disebut output gap.

Jika permintaan agregat lebih besar dibandingkan penawaran agregat, maka tekanan terhadap inflasi akan semakin besar, dan sebaliknya. Berdasarkan hal tersebut, output gap dapat digunakan sebagai indikator untuk mengukur tekanan terhadap laju inflasi. Namun, output gap hanya dapat digunakan dalam kondisi ekonomi yang nornal, bukan pada keadaan ekonomi yang tidak baik seperti dalam keadaan ekonomi pasca mengalami krisis moneter. Dengan adanya peningkatan permintaan maka secara otomatis mendorong peningkatan harga- harga secara keseluruhan. Kejadian tersebut, disebut sebagai inflasi permintaan

atau demand pull inflation.

(32)

19

c. Inflasi Penawaran atau (Cost Push Inflation/ Supply Shock Inflation).

Inflasi penawaran pada dasarnya adalah suatu inflasi yang disebabkan faktor penawaran yang memicu kenaikan harga penawaran atas suatu barang, termasuk barang-barang yang harus diimpor, serta harga barang-barang yang dikendalikan oleh pemerintah seperti kenaikan harga minyak dunia, kenaikan tarif dasar listrik dan harga bahan bakar minyak (BBM). Inflasi ini disebabkan oleh faktor alam seperti kondisi cuaca yang tidak menentu yang mengakibatkan gagalnya panen, faktor sosial ekonomi seperti adanya hambatan dalam distribusi barang, maupun faktor-faktor yang timbul karena kebijakan pemerintah seperti kebijakan tarif, pajak dan pembatasan impor.

c. Inflasi Ekspektasi (Expected Inflation)

Bank Indonesia sebagi bank sentral mengatakan bahwa inflasi ekspektasi adalah inflasi yang terjadi akibat adanya perilaku masyarakat secara umum yang bersifat adatif atau foward looking. Dalam hal ini, masyarakat menilai bahwa di masa yang akan datang kondisi ekonomi menjadi semakin baik dari masa sebelumnya. Harapan masyarakat tersebut dapat menyebabkan terjadinya demand pull inflation maupun cost push inflation, tergantung pada harapan masyarakat dan kondisi

(33)

persediaan barang dan faktor produksi saat itu dan masa mendatang. inflasi ekspektasi didasarkan pada perkiraan di masa yang akan datang sebagai akibat dari adanya kebijakan yang dilakukan pemerintah pada saat ini. Para pelaku ekonomi, baik individu, lembaga atau dunia usaha berpikir bahwa laju inflasi yang terjadi di masa lalu masih akan terjadi di waktu yang akan datang, oleh karena itu para pelaku ekonomi akan melakukan antisipasi untuk mengurangi kerugian yang mungkin timbul.

Inflasi jenis ini sulit untuk diprediksi secara pasti, sehingga kejadiannya kurang diperhatikan. Namun dalam hal ini bank sentral mempunyai peran yang besar untuk membentuk ekspektasi tersebut. Kebijakan bank sentral yang kredibel dan konsisten dapat mengarahkan pembentukan ekspektasi inflasi yang rendah di masa mendatang.

c. Inflasi Campuran (Mixed Inflation)

Para ahli ekonomi mengatakan bahwa inflasi campuran merupakan inflasi yang disebabkan oleh kenaikan permintaan dan kenaikan penawaran, perilaku permintaan dan penawaran tidak seimbang ataupun permintaan terhadap barang dan jasa bertambah. Hal tersebut mengakibatkan faktor produksi dan persediaan barang menjadi turun. Sementara, substitusi atau barang pengganti terbatas atau bahkan tidak ada. Keadaan

(34)

21

seperti itu pada akhirnya akan menyebabkan harga-harga menjadi naik.

2.1.4.3 Penetapan Target Inflasi

Dikutip dari website Bank Indonesia bahwa target atau sasaran inflasi merupakan tingkat inflasi yang harus dicapai oleh Bank Indonesia, berkoordinasi dengan Pemerintah. Penetapan sasaran inflasi berdasarkan UU mengenai Bank Indonesia dilakukan oleh Pemerintah. Dalam Nota Kesepahaman antara Pemerintah dan Bank Indonesia, sasaran inflasi ditetapkan untuk tiga tahun ke depan melalui Peraturan Menteri Keuangan (PMK).

Berdasarkan PMK No.124/PMK.010/2017 tanggal 18 September 2017 tentang Sasaran Inflasi tahun 2019, tahun 2020, dan tahun 2021, sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2019 – 2021, masing-masing sebesar 3,5%, 3%, dan 3%, dengan deviasi masing-masing ±1%. Sasaran inflasi tersebut diharapkan dapat menjadi acuan bagi pelaku usaha dan masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya ke depan, sehingga tingkat inflasi dapat dijaga pada tingkat yang rendah dan stabil. Salah satu upaya pengendalian inflasi menuju inflasi yang rendah dan stabil adalah dengan membentuk dan mengarahkan ekspektasi inflasi masyarakat agar mengacu (anchor) pada sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

(35)

2.1.5 Jumlah Uang Beredar

2.1.5.1 Pengertian Jumlah Uang Beredar

Jumlah Uang Beredar adalah semua jenis uang yang ada di dalam perekonomian yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Jumlah Uang beredar atau money supply dibedakan menjadi dua pengertian yaitu dalam arti sempit dan arti luas (Sukirno, 2004:281). Menurut Bank Indonesia (www.bi.go.id) mendefinisikan bahwa Jumlah Uang Beredar dalam arti sempit (M1) dan dalam arti luas (M2). M1 meliputi uang kartal yang dipegang masyarakat dan uang giral (giro berdenominasi Rupiah), sedangkan M2 meliputi M1, uang kuasi, dan surat berharga yang diterbitkan oleh sistem moneter yang dimiliki sektor swasta domestik dengan sisa jangka waktu sampai dengan satu tahun Uang Kuasi merupakan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang terdiri dari Simpanan Berjangka dan Tabungan (rupiah dan valas) serta Simpanan Giro Valuta Asing. Dana Pihak Ketiga (DPK) merupakan simpanan pihak ketiga pada Bank Umum dan BPR, yang terdiri dari Giro, Tabungan dan Simpanan Berjangka dalam Rupiah dan Valas.

Pada Uang Beredar, perhitungan Dana Pihak Ketiga (DPK) tidak termasuk simpanan yang diblokir karena kehilangan fungsinya sebagai uang. Sementara, dalam menganalisis perkembangan Dana Pihak Ketiga (DPK) termasuk juga simpanan yang diblokir dan merupakan simpanan milik pihak ketiga (tidak termasuk simpanan

(36)

23

milik Pemerintah Pusat dan Bukan penduduk), baik dalam Rupiah dan Valas. pada Bank Umum dan BPR (tidak termasuk kantor cabang yang beroperasi di luar wilayah Indonesia) dalam bentuk Giro, Tabungan, dan Simpanan Berjangka Jumlah uang beredar menurut Rahardja dan Manurung (2008:324) adalah nilai keseluruhan uang yang berada di tangan masyarakat. Jumlah uang beredar dalam arti sempit (narrow money)adalah jumlah uang beredar yang terdiri dari uang kartal dan uang giral.

M1 = C + D

Dimana :M1= Jumlah uang beredar dalam arti sempit C = (Currency) uang kartal = uang kertas dan uang logam D = (Demand deposit) uang giral/ cek.

Uang beredar dalam arti luas (M2) adalah M1ditambah deposito berjangka (time deposit).

M2 = M1 + TD Dimana:

M2 = Jumlah uang beredar dalam arti luas TD = (Time deposit) deposito berjangka

2.1.5.2 Faktor yang membuat naik atau turun JUB

Penyebab JUB disuatu negara berfluktuasi yaitu turun naik karena disebabkan beberapa faktor yang berhubungan dengan masalah ekonomi makro. Faktor-faktor tersebut menurut ( Mursalin, 2016), yaitu:

(37)

1). Pendapatan masyarakat, pendapatan masyarakat akan mempengaruhi peredaran uang. Apabila jumlah pendapatan yang diperoleh masyarakat makin tinggi maka JUB di masyarakat juga semakit tinggi. Sebaliknya, jika pendapatan masyarakat semakin rendah, maka jumlah uang yang beredar juga semakin sedikit.

2). Jumlah penduduk, jumlah penduduk memang menentukan cepatnya jumlah uang yang beredar pada masyarakat yang jumlah penduduknya padat. Jumlah uang yang berdar akan semakin banyak. Berbeda halnya dengan masyarakat yang jumlah penduduknya sedikit, jumlah uang yang beredar juga sedikit.

3). BI Rate, semakin tinggi BI Rate maka JUB di masyarakat semakin sedikit, hal ini dikarenakan masyarakat lebih senang menyimpan uangnya di bank. Dan sebaliknya, jika BI Rate turun, maka JUB semakin banyak, hal ini disebabkan masyarakat lebih suka untuk konsumsi/berinvestasi dari pada menabung sebab bunga di bank sedikit.

4). Harga barang , apabila harga barang naik maka JUB semakin banyak karena orang lebih banyak membutuhkan uang untuk membeli barang.

5). Selera masyarakat, selera masyarakat dapat mempengaruhi JUB dimasyarakat. Ketika selerah masyarakat terhadap suatu barang tertentu tinggi maka JUB akan

semakin banyak. Begitu pula sebaliknya.

(38)

25

2.1.6 Cadangan Devisa

Devisa Cadangan devisa didefinisikan sebagai sejumlah valuta asing yang dicadangkan oleh bank sentral atau pemerintah suatu negara untuk keperluan pembiayaan pembangunan, pembiayaan kepada pihak asing, dan digunakan untuk stabilisasi nilai tukar mata uang. Simpanan yang dimaksud berupa asset atau aktiva bank sentral yang tersimpan pada beberapa mata uang cadangan seperti mata uang dollar, euro yen dan mata uang lain yang disimpan oleh bank sentral. Mata uang tersebut dipergunakan untuk menjamin kewajibannya yaitu mata uang

lokal negara indonesia yang diterbitkan dan dicadangkan berbagai bank yang disimpan oleh abank sentral. Menurut definisi yang dikeluarkan oleh International Monetary Fund (IMF) di dalam konsep Internasional Reserves and Foreign Currency Liquidity (IRFCL), menjelaskan bahwa cadangan devisa merupakan seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai sepenuhnya oleh otoritas moneter (Bank Indonesia) yang dapat digunakan sewaktu-waktu untuk membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran atau dalam rangka menjaga stabilias moneter dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing dan untuk tujuan lainnya (Gandhi, 2006).

Cadangan devisa dipergunakan untuk membiayai Impor, jaminan untuk pembayaran impor tiga bulan mendatang, membayar utang luar negeri dan bunganya, mendukung terhadap stabilitas rupiah. (Atmadji 2004) Pengelolaan yang dilakukan oleh bank indonesia dilakukan dengan

(39)

berbagai cara, yaitu membeli, menjual, menepatkan devisa, dan surat-surat berharga lainnya secara tunai atau berjangka. Secara teoritis cadangan devisa adalah aset eksternal yang memenuhi kriteria sebagai:

Menurut World Bank, fungsi dari cadangan devisa adalah:

a. Melindungi negara dari gangguan luar (Eksternal). Yaitu melindungi dari krisis mata uang.

b. Ketersediaan cadangan devisa adalah faktor penting didalam penilaian kelayakan kredit. Sehingga negara dengan tingkat cadangan devisa yang cukup dapat mencari pinjaman dengan kondisi yang lebih nyaman.

c. Kebutuhan likuiditas untuk mempertahankan nilai tukar.

Sumber-sumber devisa sumber - sumber devisa diantaranya adalah:

(1) tunggakan/utang di luarnegeri,

(2) komisi, pemberian atau sumbangan luar negeri,

(3) penghasilan deviden atau bantuan besserta bunga dari luar negeri, (4) produk ekspor,

(5) valuta asing dari luar negeri,

(6) turis yang sedamg belanja didalam negeri, (7) pajak bea masuk.

2.1.7 Fed Fund Rate (FFR)

Menurut Muhammad Edhie Purnawan, Ph.D.Wakil Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dalam tulisannya yang berjudul The

(40)

27

Federal Funds Rate, BI, dan Siklus Bisnis mengatakan bahwa Fed Fund Rate adalah suku bunga yang dikeluarkan bank sentral Amerika. Suku bung ini suku bunga antarbank sebagai biaya pinjam meminjam cadangan bank (bank reserves) yang ditempatkan oleh perbankan umum pada bank sentral Amerika dalam durasi semalam (overnight). Proses pinjam- meminjam ini dilakukan tanpa agunan (non-collateralized). Biasanya, lembaga keuangan dengan saldo berlebih (surplus) meminjamkan saldo rekening mereka kepada lembaga yang kekurangan (deficit). Suku bunga Fed Fund Rate (FFR) ini sangat penting bagi pelaku pasar finansial, baik di Amerika maupun di seluruh penjuru negeri. Pelaku di pasar federal funds ini antara lain adalah perbankan komersial, lembaga simpan-pinjam, perusahaan yang disponsori oleh pemerintah, cabang bank asing yang beroperasi di Amerika, badan federal, dan perusahaan sekuritas. Lembaga keuangan yang size-nya relatif kecil, dan yang memiliki akumulasi excess reserves melebihi peraturan, bisa meminjamkan cadangan bank mereka kepada bank-bank regional, bank-bank besar, misalnya kepada J.P.

Morgan dan Citibank, serta bank-bank asing yang beroperasi di Amerika, selama semalam. Agen-agen federal biasanya juga memanfaatkan dana idle-nya untuk dipinjamkan ke pasar Federal Funds.

Dikutip dari website resmi The Federal Reserve atau bank sentral Amrika Serikat(www.federalreserve.gov). The Fed memiliki dua tugas yang saling berkaitan yaitu;

(41)

1. Mengatur bank-bank dan menjaga kesehatan sistem perbankan.

The Fed memonitor kondisi keuangan masing-masing bank dan memfasilitasi transaksi-transaksi bank dengan melakukan kliring. The Fed juga memberikan pinjaman kepada bank yang ingin melakukan pinjaman. Ketika bankbank mengalami masalah finansial, the Fed bertindak sebagai pemberi pinjaman terakhir (pemberi pinjaman kepada mereka yang tidak lagi dapat menemukan tempat meminjam uang), dengan tujuan mempertahankan stabilitas keseluruhan sistem perbankan;

2. Mengendalikan jumlah uang yang beredar dalam perekonomian. Keputusan-keputusan yang diambil terfokus pada jumlah uang yang beredar yang disebut dengan kebijakan moneter. Kebijakan moneter dibuat oleh 23 Komite Pasar Terbuka Federal (Federal open Market Comunity-FOMC).

FOMC melakukan pertemuan setiap enam minggu sekali di Washington DC, untuk membahas kondisi ekonomi dan perubahan perubahan dalam kebijakan moneter.

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang digunakan adalah penelitian yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang dilakukan dalam penelitian ini.

Penelitian – penelitian tersebut antara lain ;

(42)

29

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

N o

Nama Penelitian (Tahun)

Judul Peneliti

an

Variabel Penelitian

Hasil Penelitian &

Metode Penelitian

1 Lilis Setiowati (2014)

Analisis Hubungan Kausalitas Antara BI Rate Dengan Inflasi Di Indonesia Periode Juli 2006-Juli 2013

Menggunakan Metode Granger Dan Final

Prediction Error

Variabel Independen:

BI Rate dan Inflasi

Variabel Depende n: Inflasi dan BI Rate

Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil pengujian/

penelitian maka dapat diperoleh hasil bahwa terjadi hubungan kausalitas dua arah atau bidirec- tional causality yaitu perubahan

BI Rate

menyebabkan perubahan inflasi dan perubahan inflasi

menyebabkan perubahan BI Rate dalam lag 2.

Metode Penelitian : kausalitas.

Hubungan timbal

(43)

balik

2 Ester Indrian i Daman ik (2013)

Analisis Kasualitas Antara Suku Bunga BI Dengan

Tingkat Inflasi di Indonesia

Variabel Independe n: Inflasi dan BI Rate

Variabel Depende n: BI Rate dan Inflasi

Hasil Penelitian : Berdasarkan hasil uji kausalitas Granger ditemukan bahwa terdapat hubungan dua arah antara tingkat Inflasi

dan suku

bunga BI Rate.

Kemudian BI Rate naik apabila inflasi

ke depan

diperkirakan melampaui sasaran yang telah

ditetapkan, sebaliknya Bank

Indonesia akan menurunkan

BI Rate

(44)

31

apabila inflasi

ke depan

diperkirakan berada di bawah sasaran yang telah ditetapkan.

Metode Penelitian : kausalitas.

Hubungan timbal balik 3 Peggy Riyani

Lapong ( 2016 )

Analisis Kasualitas Jumlah Uang Beredar dan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia di Indonesia Periode 2009 - 2015

Variabel Independen : JUB dan BI Rate

Variabel Dependen:

BI Rate dan JUB

Hasil Penelitian :

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa variabel Jumlah Uang Beredar dan BI Rate adalah terdapat hubungan kausalitas (hubungan timbal- balik) hanya terjadi pada lag 1. Dimana variabel Jumlah Uang Beredar mempunyai pengaruh terhadap BI Rate, begitu juga variabel BI Rate yang mempunyai pengaruh

(45)

terhadap Jumlah Uang Beredar.

Metode Penelitian :

kausalitas. Hubungan timbal balik

4 Meilinda Nur Rasyida

Fatmawati (2020)

Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga BI Rate Terhadap Jumlah Uang Yang Beredar Di Indonesia Tahun 2015 – 2019,

Transaksi Non Tunai Sebagai Moderating

Variabel Independend :

Hasil Penelitian :

Suku bunga Bank Indonesia memiliki pengaruh signifikan terhadap Jumlah Uang Beredar, begitu juga sebaliknya. Jika BI rate naik maka akan mempengaruhi

kenaikan uang dimasyarkat untuk di tabung atau investasi.

Namun jika BI rate turun maka digunakan untuk konsumsi.

Metode Penelitian : kausalitas. Hubungan timbal balik

5 Christian Richard (2017)

Pengaruh Federal Fund Rate Terhadap BI Rate dan

Variabel Independen : Federal Fund Rate

Hasil Penelitian :

Federal Fund Rate

(46)

33

Nilai Tukar Rupiah

(FFR)

Variabel Dependen:

BI Rate dan Nilai Tukar

(FFR) secara parsial memiliki pengaruh yang kuat terhadap suku bunga Bank Indonesia.

Metode Penelitian : kausalitas. Hubungan timbal balik

6 Lasma

Melinda dan Paidi Hidayat ( 2017)

Analisis

Kasualitas dan Kointegrasi Antara Suku Bungan Bank Indonesia dengan Suku Bunga Bank Amerika (The Fed)

Variabel Independen : Federal Fund Rate (FFR) Dan BI Rate

Variabel Dependen:

BI Rate dan Federal Fund Rate (FFR)

Hasil Penelitian :

Dari hasil uji kointegrasi

menunjukkan bahwa antara tingkat suku

bunga Bank

Indonesia (BI Rate) dengan suku bunga Bank Amerika Serikat (The Fed) memiliki hubungan

keseimbangan jangka panjang. Kemudian Uji Granger Causality ditemukan adanya hubungan yang searah yaitu tingkat suku bunga Bank Amerika

(47)

Serikat (the Fed) mempengaruhi suku bunga Bank Indonesia (BI Rate).

Metode Penelitian : kausalitas. Hubungan timbal balik

7 Irene T, Robby J, dan Dennij M (2020)

Analisis

pengaruh suku bunga acuan BI, Sibor, dan Nilai Tukar Rupiah

Terhadap Cadangan Devisa di Indonesia (2011-2019)

Variabel Independen : Suku Bunga acuan BI, Sibor, dan Nilai Tukar

Variabel Dependen:

Cadangan Devisa

Hasil Penelitian :

Variabel tingkat bunga acuan BI, SIBOR, dan nilai

tukar rupiah

berpengaruh

signifikan secara bersama-sama baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang terhadap Cadangan Devisa di Indonesia.

Metode Penelitian : kausalitas. Hubungan timbal balik

(48)

35

8 Hijri J, Putri

M, dan

Apridar (2020)

Analisis faktor-faktor yang

mempengaruhi cadangan devisa Indonesia

Variabel Independen : Nilai Tukar, Ekspor, Kurs, BI Rate, dan Inflasi

Variabel Dependen:

Cadangan Devisa

Hasil Penelitian :

V ariabel BI Rate lebih besar dari pada yaitu -2,30> 2,00 maka terima Ha yang artinya variabel BI Rate secara parsial berpengaruh terhadap cadangan devisa.

Metode Penelitian : kausalitas. Hubungan timbal balik

2.3 Kerangka Konseptual

2.3.1 Pengaruh Inflasi terhadap Suku Bunga Bank Indonesia (BI-7DRR) Bank Indonesia menilai bahwa dengan tingkat inflasi yang rendah dan stabil maka mampu menurunkan suku bunga acuannya (www.bi.go.id). Inflasi merupakan tingkat harga-harga yang ada di masyarkat. Dalam hasil penelitian sebelumnya (Lilis Setiowati ,2014) mengatakan bahwa hubungan kausalitas dua arah atau bidirec- tional causality yaitu perubahan BI Rate menyebabkan perubahan inflasi dan perubahan inflasi menyebabkan perubahan BI Rate. Maka Peneliti dalam hal ini menganalisis apakah tingkat inflasi yang rendah pada tahun 2019 sampai tahun 2020 mempengaruhi penurunan suku bunga Bank Indonesia

(49)

atau BI – 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR).

2.3.2 Pengaruh JUB terhadap Suku Bunga Bank Indonesia (BI-7DRR) Jumlah Uang Beredar (JUB) merupakan seluruh persediaan uang dalam suatu perekonomian. Pada dasarnya jika JUB meningkat maka bank Indonesia dalam sikap moneternya akan menaikkan suku bunganya namun sebaliknya jika JUB menurun maka Bank Indonesia akan melonggarkan tingkat suku bunganya. Hal ini dikuatkan oleh penelitian oleh Peggy Riyani Lapong ( 2016 ) dalam judulnya “Analisis Kasualitas Jumlah Uang Beredar dan Suku Bunga Acuan Bank Indonesia” yang mengatakan bahwa variabel Jumlah Uang Beredar dan BI Rate adalah terdapat hubungan kausalitas (hubungan timbal-balik). . Maka Peneliti dalam hal ini menganalisis apakah tingkat Jumlah Uang Beredar (JUB) pada tahun 2019 sampai tahun 2020 mempengaruhi penurunan suku bunga Bank Indonesia atau BI – 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR).

2.3.3 Pengaruh Cadangan Devisa terhadap Suku Bunga Bank Indonesia (BI-7DRR)

Cadangan devisa yang sering disebut dengan international reserves and foreign currency liquidity (IRFCL) atau official reserve assets didefinisikan sebagai seluruh aktiva luar negeri yang dikuasai oleh otoritas moneter dan dapat digunakan setiap waktu, guna membiayai ketidakseimbangan neraca pembayaran atau dalam rangka stabilitas moneter dengan melakukan intervensi di pasar valuta asing dan untuk tujuan lainnya.

(50)

37

2.3.4 Pengaruh FFR terhadap Suku Bunga Bank Indonesia (BI-7DRR) Federal Fund Rate (FFR) atau suku bunga bank sentral Amerika Serikat merupakan suku bunga yang juga menjadi acuan setiap bank sentral diseluruh negara-negara baik negara berkembang maupun negara maju. Dalam penelitian (Lasma Melinda dan Paidi Hidayat, 2017) dalam judul “Analisis Kasualitas dan Kointegrasi Antara Suku Bungan Bank Indonesia dengan Suku Bunga Bank Amerika (The Fed)” mengatakan bahwa tingkat suku bunga Bank Indonesia (BI Rate) dengan suku bunga Bank Amerika Serikat (The Fed) memiliki hubungan keseimbangan jangka panjang dan juga adanya hubungan yang searah yaitu tingkat suku bunga Bank Amerika Serikat (The Fed) mempengaruhi suku bunga Bank Indonesia. Oleh sebab itu maka peneliti dalam hal ini menganalisis apakah tingkat suku bunga bank sentral Amerika (Fed Fund Rate/FFR) pada tahun 2016 sampai tahun 2020 mempengaruhi penurunan suku bunga Bank Indonesia atau BI – 7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR).

Gambar 2.3 Kerangka Konseptual

INFLASI

JUMLAH UANG BERDAR (JUB)

FEDERAL FUND RATE (FFR)

PENURUNAN SUKU BUNGA BANK INDONESIA (BI- 7DAYS REVERSE REPO

RATE/BI-7DRR) H2

H3

CADANGAN DEVISA

(51)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, rumusan masalah, dan teori-teori yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga Tingkat berpengaruh positif dan signifikan terhadap Suku Bunga Bank Indonesia atau BI-7Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR).

2. Diduga Tingkat Jumlah Uang Beredar (JUB) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Suku Bunga Bank Indonesia atau BI-7Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR).

3. Diduga Tingkat Cadangan Devisa berpengaruh positif dan signifikan terhadap Suku Bunga Bank Indonesia atau BI-7Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR).

4. Diduga Tingkat Federal Fund Rate (FFR) berpengaruh positif dan signifikan terhadap Suku Bunga Bank Indonesia atau BI-7Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR).

(52)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian dengan metode penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang sistematis, terencana dan terstruktur. Penelitan kuantitatif merupakan penelitian yang menuntut penggunaan angka mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta dari hasilnya. Penelitian ini digunakan adalah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh antara Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Cadangan Devisa dan Fed Fund Rate (FFR) terhadap suku bunga Bank Indonesia yaitu BI- 7 Days Reverse Repo Rate.

3.2 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa ruang lingkup penelitian. Diantaranya dalam memilih sampel perusahaan dan teknik pengambilan sampel. Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive sampling, yaitu sampling yang digunakan untuk memudahkan peneliti dalam meneliti dengan menetapkan kriteria-kriteria khusus yang sesuai dengan tujuan penelitian sehingga diharapkan dapat menjawab permasalahan penelitian (Notoadmodja : 2010). Dalam penelitian ini data-data yang digunakan adalah data moneter yang ada di Bank Indonesia dan juga di Bank Sentral Amerika (The Federal Reserve). Untuk menentukan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini, peneliti menetapkan kriteria pengambilan sampel sebagai berikut :

(53)

1. Variabel Dependen, yaitu Suku Bunga Bank Indonesia (BI- 7 Days Reverse Repo Rate)

2. Variabel Independen, yaitu Inflasi, Jumlah Uang Beredar (JUB) , Cadangan Devisa, dan juga tingkat suku bunga Bank Sentral Amerika ( Fed Fund Rate/FFR).

Data penelitian yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari data moneter Bank Indonesia dan Bank Sentral Amerika (The Fed) dalam waktu dimulainya BI-7DRR bulan agustus 2016 sampai tahun 2020.

3.3 Jenis iVariabel iPenelitian

Variabel iyang idigunakan idalam ipenelitian iini iyaitu ivariabel iindependen idan ivariabel idependen. iDalam ipenelitian iini ivariabel idependen iadalah Suku Bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR). iSedangkan ivariabel iindependen iyang idigunakan iadalah Inflasi, Jumlah Uang Beredar , Fed Fund Rate (FFR), dan Cadangan Devisa.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik pihak pengumpul data primer maupun oleh pihak lain. Dimana pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan cara mengumpulkan dan mengolah data dari sumber data sekunder yang bersumber dari website Bank

(54)

41

Indonesia (www.bi.go.id) dan Bank Sentral Amerika (www.federalreserve.gov).

Penelitian ini menggunakan data time series (berkala), data time series adalah data yang datanya menggambarkan sesuatu dari waktu ke waktu atau periode secara bulanan.

Tabel 3.1

Variabel -Variabel Data

Variabel Satuan Sumber

BI- 7 Days Reverse Repo Rate

Persen (%) Bank Indonesia

Tingkat Inflasi Persen Bank Indonesia

Tingkat Jumlah Uang Beredar (JUB)

Rupiah Bank Indonesia

Cadangan Devisa Rupiah Bank Indonesia

Tingkat Suku Bunga Fed Fund Rate

Persen Bank Sentral Amerika (The Fed)

3.5 Definisi Operasional Variabel

Dalam definisi operasional ini akan dijelaskan variabel-variabel yang aka diamati yang berkaitan dengan kesimpulan yang dikehendaki, adapun yang akan dioperasionalkan adalah sebagai berikut :

1. BI 7-Day Repo Rate adalah suku bunga acuan baru Bank Indonesia pengganti BI Rate, yang berlaku efektif sejak 19 Agustus 2016. Data

(55)

BI 7-Day Repo Rate merupakan data periode bulanan dari bulan 2016 sampai tahun 2020, dinyatakan dalam persen (%)

2. Inflasi adalah tingkat kenaikan harga-harga barang kebutuhan pokok secara drastis. Variabel ini merupakan data periode bulanan dari 2016 sampai tahun 2020, dinyatakan dalam persen (%)

3. Jumlah Uang Beredar (JUB) adalah semua jenis uang yang ada di dalam perekonomian yaitu jumlah dari mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Variabel ini merupakan data periode bulanan dari tahun 2016 sampai tahun 2020, dinyatakan dalam rupiah

4. Cadangan devisa adalah aset yang disimpan pada cadangan oleh bank sentral dalam mata uang asing. Variabel ini merupakan data periode bulanan dari tahun 2016 sampai tahun 2020, dinyatakan dalam rupiah 5. Fed Fund Rate atau Suku Bunga Bank Sentral Amerika adalah adalah

suku bunga yang dikeluarkan bank sentral Amerika. Variabel ini merupakan data periode bulanan dari tahun 2016 sampai tahun 2020, dinyatakan dalam persen (%)

3.6 Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan metode Vector Error Correction Model (VECM), Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif kuantitatif menggunakan VECM untuk mengetahui hubungan jangka panjang dan jangka pendek antar variabel. VECM merupakan metode turunan dari VAR. Asumsi yang perlu dipenuhi sama seperti VAR, kecuali masalah stasioneritas. Berbeda

(56)

43

dengan VAR, VECM harus stasioner pada diferensiasi pertama dan semua variabel harus memiliki stasioner yang sama, yaitu terdiferensiasi pada turunan pertama (First Difference). VECM digunakan untuk melihat intensitas dan speed of adjustment atau respon dari masing-masing variabel. Istilah VECM digunakan karena adanya koreksi secara bertahap melalui penyesuaian jangka pendek terhadap deviasi dari long run equilibrium model.

Pada metode VECM tahapan estimasi yang dilakukan meliputi: Uji stasioneritas, Uji kointegrasi multivariat: Johansen Cointegration Test, Estimasi VECM, Uji granger causality, Uji Statistik t, Uji Statistik F, Koefisien determinasi (R2), Analisis impulse response, dan Analisis variance decomposition (Sawala, 2012).

3.6.1 Uji Stasioneritas

Karakter terpenting dari data time series (runtut waktu) adalah non- stationary (ketidakstasioneran). Arti stasioner adalah apabila suatu data runtut waktu memiliki rata-rata dan memiliki kecenderungan bergerak menuju rata- rata. Tujuan analisis data runtut waktu adalah mempelajari struktural temporal (dinamik) dari data. Bila yang dianalisis hanya satu jenis data runtut waktu, misalnya data penjualan harian suatu perusahaan selama satu tahun, maka disebut analisis runtut waktu univariat (univariate time-series). Sedangkan analisis atas beberapa data selama periode yang sama dinamakan analisis runtut waktu multivariat atau berganda (multivariate or multiple time-series) (Kuncoro, 2004).

(57)

Untuk menguji apakah suatu data time series stasioner atau tidak stasioner, bisa dengan melakukan uji akar-akar unit (unit roots) yang dikembangkan oleh Dickey-Fuller, oleh karena itu uji ini sering disebut dengan uji Dickey- Fuller (DF) dan pengembangannya disebut dengan uji Augmented Dickey- Fuller (ADF).

Pada Uji Stasioneritas nilai t statistik yang diperoleh dibandingkan dengan tMc Kinnon Critical Values.

a. Jika t-hitung lebih besar dari t-Tabel atau nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 5% maka data diuji stasioner.

b. Jika t-hitung lebih kecil dari t-Tabel atau nilai probabilitas signifikansinya lebih kecil dari 5% maka data diuji tidak stasioner.

Jika dari hasil uji stasionaritas berdasarkan uji Dickey – Fuller diperoleh data yang belum stasioner pada data level, atau integrasi derajat nol, I(0), syarat stasioneritas model ekonomi runtun waktu dapat diperoleh dengan cara differencing data, yaitu dengan mengurangi data tersebut dengan data periode sebelumnya. Dengan demikian melalui differencing pertama (First difference) -nya. Prosedur uji Dickey – Fuller kemudian diaplikasikan untuk menguji stasionaritas data yang telah di- differencing. Jika dari hasil uji ternyata data differencing pertama (first difference) tersebut stasioner, maka dikatakan data runtun waktu stasioner pada derajat pertama, dinotasikan dengan I(1). Jika dari hasil uji ternyata data

(58)

45

runtun waktu belum stasioner, maka dilakukan differencing kedua (second differencing) (Sawala, 2012).

3.6.2 Penentuan Lag Optimal

Menurut Ajija, dkk (2011) salah satu permasalahan yang terjadi dalam uji stasioner adalah pentuan lag optimal. Jika lag yang digunakan terlalu sedikit, maka residual dari regresi tidak akan menampilkan proses white noise sehingga model tidak dapat mengestimasi secara tepat. Namun jika memasukkan terlalu banyak lag, maka dapat mengurangi kemampuan untuk menolak H0 karena tambahan parameter yang terlalu banyak akan mengurangi derajat bebas.

3.6.3 Uji Kointegrasi

Salah satu pendekatan yang dapat digunakan dalam uji kointegrasi (hubungan keseimbangan jangka panjang) adalah metode johansen. Dalam pengujian kointegrasi ada atau tidaknya keseimbangan jangka panjang antar variabel diidentifikasikan dengan cara membandingkan antara nilai estimasi trace statistic dan maximum eigen value dengan nilai kritisnya (critical value) dengan signifikasi 5%. Apabila nilai estimasi trace statistic dan maximum eigen value lebih besar daripada nilai kritisnya pada signifikan 5%, maka menunjukkan bahwa vector kointegrasi pada tingkat signifikan 5%. Namun, apabila nilai estimasi trace statistic dan maximum eigen value lebih kecil

(59)

daripada nilai kritisnya maka dapat dikatakan bahwa tidak terdapat ventor kointegrasi (Santosa, 2013:85).

3.6.4 Granger Causality

Dalam estimasi regresi terdapat variabel dependen Y dan sejumlah Variabel independen X lainnya. Jika digunakan data runtun waktu maka konsep kausalitas dapat diterangkan dengan cara berbeda dengan adanya fakta bahwa waktu tidak dapat berjalan mundur. Jika suatu kejadian A terjadi sebelum kejadian B, maka mungkin saja A menyebabkan B, namun tidak mungkin B menyebabkan kejadian A. Sifat yang demikian dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep Granger Causality. X disebut granger cause Y jika nilai-nilai masa lalu dari variabel X dapat membantu untuk menjelaskan variabel Y. Perlu diingat bahwa jika X granger cause Y, tidak ada kepastian bahwa X menyebabkan Y, namun dapat dijelaskan sebagai X mungkin saja menyebabkan Y (Rosadi, 2012).

3.6.5 Estimasi VECM

Jika suatu data time series model VAR telah terbukti terdapat hubungan kointegrasi, maka VECM dapat digunakan untuk mengetahui tingkah laku jangka pendek dari suatu variabel terhadap nilai jangka panjangnya. VECM juga digunakan untuk menghitung hubungan jangka pendek antar variabel melalui koefisien standart dan mengestimasi hubungan jangka panjang dengan menggunakan lag residual dan regresi yang terkointegrasi. Dalam estimasi

Gambar

Gambar 2.3   Kerangka Konseptual INFLASI JUMLAH UANG BERDAR (JUB) FEDERAL FUND RATE (FFR)

Referensi

Dokumen terkait

Data akan dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan tujuan untuk menggambarkan sifat suatu keadaan atau gejala yang sedang terjadi pada saat penelitian

Orang-orang yang hidup di abad pertengahan memiliki gambaran yang cukup kuat mengenai interioritas mereka, dan gambaran ini dalam beberapa cara menekankan fakta bahwa kita

Sudijono

Akresi yang terjadi pada daerah kajian Teluk Blanakan disebabkan oleh karena terdapatnya limpasan sedimen dari Sungai Ciasem yang kemudian didorong oleh arus yang

Dari grafik solusi Gambar 3.2 dan 3.4 serta Gambar 3.3 dan 3.5 terlihat bahwa pada kasus nilai eigen kompleks dengan faktor eksternal tidak memiliki pengaruh yang besar

SOP DOKTER KEPERAWATAN • SOP SOP APOTEKER OUT COME PELAYANAN MELALUI ASUHAN STANDARD PELAYANAN FARMASI RS LEADERSHIPDAN MANAJEMEN DAN KOMPETENSI PROFESI DALAM

Untuk memperoleh data tentang kesalahan konsep, kesalahan operasi hitung, dan kesalahan acak yang dilakukan siswa pada materi Operasi Hitung Campuran Bilangan Bulat

Kecamatan Sagulung memiliki 6 SMP/MTs yang ada, dibina oleh 122 guru, artinya jika diambil angka rerata bahwa tiap SMP/MTs dibina oleh 20 orang guru, dilihat dari sudut