• Tidak ada hasil yang ditemukan

Taufiqi Hidayat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Taufiqi Hidayat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

Taufiqi Hidayat 20160701040227

Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Menyusun Skala Prioritas Pembiayaan Pendidikan di MTsN 2 Pamekasan

A. Konteks Penelitian

Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan mempengaruhi secara penuh pertumbuhan ekonomi suatu bangsa.1 Pendidikan memberikan sumbangan terhadap pembangunan sosial ekonomi melalui cara-cara meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kecakapan, sikap, dan produktivitas.

Upaya peningkatan mutu suatu lembaga tidak akan terlepas dari peran kepala sekolah. Dalam suatu kajian pembiayaan pendidikan, maka penting untuk kepala sekolah mampu mengelolanya.2 Dalam upaya dan tuntutan era globalisasi, maka pemimpin dituntut untuk mampu menerapkan jiwa kepemimpinannya dalam ranah pembiayaan. Bagaimana upaya untuk mengelola dan juga caranya menyusun skala prioritas agar keuangan menjadi tepat sasaran.

Dalam suatu kelompok atau organisasi, terdapat tujuan yang ingin dicapai secara bersama. Pencapaian tujuan tersebut dapat efektif apabila melibatkan semua elemen yang ada di dalamnya. Untuk menggerakkan orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut diperlukan seorang pemimpin yang akan membimbing dan mengarahkan.

Dapat dipahami bahwa seorang pemimpin diangkat karena memiliki kemampuan lebih dalam mengatur dan menggerakkan orang lain dan bisa representatif dari kebutuhan organisasi untuk mencapai segala tujuan yang diharapkan. Setidaknya ada empat alasan mengapa seorang pemimpin diperlukan, yaitu karena banyak orang memerlukan figur pemimpin, seorang pemimpin perlu tampil mewakili kelompoknya,

1 Ansar Rahman, “Efisiensi dalam Pembiayaan Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan.” Jurnal Eklektika 5, no. 2 (April, 2017): 90,

https://ojs.unm.ac.id/Eklektika/article/view/6552.

2 Nanang Fattah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 92.

(2)

sebagai tempat pengambilan resiko bila terjadi tekanan terhadap kelompoknya dan sebagai tempat untuk meletakkan kekuasaan.

Berdasarkan alasan tersebut memberikan dorongan kepada kita akan pentingnya memahami sosok dan peran seorang pemimpin dalam organisasi.3 Oleh karena itu, memahami dan mengetahui apakah pemimpin dan kepemimpinan itu menjadi suatu keharusan dalam kehidupan berorganisasi. Apalagi, jika ini menyangkut masalah perannya dalam pembiayaan yang secara tidak langsung adalah jantung pendidikan.

Kepemimpinan jika dikaitkan sebagai proses, maka harus mampu untuk memengaruhi seseorang atau sekelompok orang dalam bekerja bersama tanpa paksaan dalam mencapai tujuan dari suatu organisasi.

Dalam kepemimpinan terjadi penggerakan oleh semua komponen yang ada dalam organisasi, baik pemimpin sebagai atasan maupun anggota sebagai bawahan dalam rangka mencapai tujuan bersama dalam organisasi.4 Jadi, pemimpin akan selalu menempati tempat tertinggi untuk menaungi para bawahan.

Dengan demikian, dapat dikemukaan bahwa hakikat kepemimpinan diantaranya, proses memengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi, seni memengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepatuhan, kepercayaan, kehormatan, dan kerja sama yang bersemangat dalam mencapai tujuan bersama. Kemampuan untuk memengaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan, melibatkan tiga hal, yaitu pemimpin, pengikut, dan situasi tertentu, kemampuan untuk memngaruhi suatu kelompok untuk mencapai tujuan.

Di dalam kelompok masyarakat selalu muncul seorang pemimpin yang dapat memengaruhi dan mengarahkan perilaku anggota masyarakat ke arah tujuan tertentu. Dengan demikian, pemimpin dianggap mewakili aspirasi masyarakat, pemimpin dapat memperjuangkan kepentingan anggota, dan pemimpin dapat mewujudkan harapan sebagian besar orang.

3 Andang, Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2020), 37.

4 Ibid., 39.

(3)

Selain beberapa faktor yang mendasari lahirnya pemimpin, pada kenyataan pemimpin mempunyai kecerdasan dan wawasan yang lebih luas dibandingkan dengan rata-rata pengikutnya, sehingga wajar kehadiran pemimpin sangat dirindukan untuk mengatasi berbagai masalah yang dihadapi yang dihadapi oleh anggota masyarakat.

Dalam usaha untuk memenuhi harapan, pemimpin menggunakan kemampuan dan kecerdasannya dengan memanfaatkan lingkungan dan potensi yang ada pada organisasi. Dengan kata lain pemimpin berusaha melibatkan anggota organisasi untuk mencapai tujuan kemampuan dalam menggerakkan, mengarahkan dan memengaruhi anggota organisasi sebagai upaya untuk mencapai tujuan organisasi sebagai wujud kepemimpinannya.5 Kesanggupan memengaruhi perilaku orang lain ke arah tujuan tertentu sebagai indikator keberhasilan seorang pemimpin.

Kepala sekolah dituntut kemampuannya untuk memberdayakan bawahan atau anggota sehingga timbul inisiatif untuk berkreasi dalam bekerja dan hasilnya lebih bermakna bagi organisasi dengan sekali-kali pemimpin mengarahkan, menggerakkan, dan memengaruhi anggota.

Inisiatif pemimpin harus direspon sehingga dapat mendorong timbulnya sikap mandiri dalam bekerja dan berani mengambil keputusan dalam rangka percepatan pencapaian tujuan organisasi.6 Dengan demikian kepala sekolah harus mampu menggerakkan, mengarahkan, sekaligus memengaruhi pola pikir, cara kerja setiap anggota agar bersikap mandiri dalam bekerja terutama dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan percepatam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan.

Kemampuan memengaruhi perilaku orang lain ke arah tujuan tertentu sebagai indikator keberhasilan seorang pemimpin. Selanjutnya, sebagai perbandingan kita kemukakan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh Robert G. Owens yang dikuti oleh Wahyudi, mengartikan kepemimpinan sebagai keterlibatan yang dilakukan secara

5 Maratun Shalihah, ”Peran Kepemimpinan Islami dalam Meningkatkan Manajemen Usaha Perusahaan,” Tahkim 11, no. 2 (Desember, 2015): 116,

https://jurnal.iainambon.ac.id/index.php/THK/article/view/21.

6 Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar, (t.t: Alfabeta, 2015), 120.

(4)

sengaja untuk memengaruhi perilaku orang. Penerapan kepemimpinan sangat ditentukan oleh situasi kerja atau keadaan anggota bawahan dan sumber daya pendukung organisasi. Karena itu jenis organisasi dan situasi kerja menjadi dasar pembentukan pola kepemimpinan seseorang. Sebagai contoh kepemimpinan dalam bidang pendidikan tentunya berbeda dengan kepemimpinan pada organisasi swasta yang lebih berorientasi pada keuangan.

Pada organisasi non profit (nirlaba) orientasi kepemimpinan lebih mengarah pada pemberdayaan seluruh potensi organisasi dan menempatkan bawahan atau karyawan sebagai pentu keberhasilan pencapaian organisasi, maka sentuhan terhadap faktor-faktor yang dapat menimbulkan moral kerja dan semangat u ntuk berprestasi menjadi perhatian utama. Perasaan dihargai, dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan bidang tugasnya dan perhatian pimpinan terhadap keluhan, kebutuhan, saran dan pendapat bawahan merupakan prasyarat bagi terciptaya iklim kerja yang kondusif sebagai awal tumbuhnya budaya organisasi. Pada organisasi yang berorientasi pada keuntungan sangat antusias mengejar target produktivitas organisasi yang bersifat kuantitatif berupa barang dan atau jasa.7 Maka untuk mencapai standar, perhatian pada manusia dan alat sebagai penentu produktivitas menjadi prioritas utama. Apabila performansi karyawan sudah maksimal sedangkan produktivitas perlu ditingkatkan, maka pilihannya adalah menambah peralatan atau mesin. Namun apabila kinerja anggota organisasi belum mencapai target karena keterbatasan skill atau pengetahuan dalam penggunaan peralatan maka alternatif yang dekat adalah pengembangan karyawan.

Selanjutnya, kepala sekolah sangat berperan penting dalam kemajuan suatu lembaga. Salah satunya, dalam hal pembiayaan. Tidak dapat dipungkiri bahwa pembiayaan merupakan faktor penting terhadap kemajuan suatu lembaga. Semua itu dapat dicapai dengan skala prioritas dalam pembiayaan.

7 Ibid., 121.

(5)

Pembiayaan tidak hanya menyangkut analisa sumber-sumber dananya tetapi juga penggunaan dana secara efisien.8 Pembiayaan pendidikan merupakan salah satu sistem sentral dalam pendidikan, pembiayaan bagian dari pada pendukung penyelenggaraan pendidikan karena menyangkut tentang pembiayaan operasional penyelenggaraan dari hal yang terkecil sampai kepada pembiayaan operasional yang besar.9 Penggunaan pembiayaan pendidikan diorientasikan kepala pembiayaan operasional pendidikan yang mendukung pada peningkatan mutu pendidikan yang tepat sasaran dengan memenuhi sistem tata kelola manajemen keuangan sekolah harus dipahami dalam pelaksaan pembiayaan pendidikan, yaitu konsep penganggaran pendidikan, pengklasifikasian kegiatan, penentuan standarisasi, dan penentuan biaya satuan dalam penganggaran pendidikan.

Pembiayaan pendidikan itu tanggung jawab pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat. Pembiyaan merupakan salah satu kebutuhan pendidikan yang dapat menunjang segala aktivitas pendidikan baik formal maupun informal.10 Pembiayaan menjadi komponen pendidikan yang mempunyai peran penting atas berjalannya proses pembelajaran. Penyelenggaraan pendidikan yang didukung dengan pembiayaan memadai akan berakibat pada berlangsungnya pembelajaran yang maksimal.11 Pembiayaan pendidikan yang ada di madrasah atau sekolah diatur, direncanakan dan dipergunakansecara baik dan tepat pada sasaran kebutuhan, dapat bermanfaat secara optimal sesuai dengan tujuan pendidikan.

8 Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media), 82.

9 Budi Budaya, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan pada Sekolah Dasar yang Efektif,” Jurnal Ilmiah 18, no. 1 (t.t): 45, https://www.neliti.com/id/publications/235000/manajemen-pembiayaan- pendidikan-pada-sekolah-dasar-yang-efektif.

10 Ririn Tius Eka Margareta & Bambang Ismanto, “Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah dalam Peningkatan Mutu di SMP Negeri.” Jurnal Manajemen Pendidikan 4, no. 2 (Desember, 2017):197,

https://www.researchgate.net/publication/322078951_Strategi_Perencanaan_Pembiayaan_Sekolah _dalam_Peningkatan_Mutu_di_SMP_Negeri.

11Masditou, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan menuju Pendidikan yaang Bermutu.” Jurnal ANSIRU PAI 1, no. 2 (Juli-Desember, 2017): 122,

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/ansiru/article/view/1518.

(6)

Pembiayaan pendidikan itu berkaitan dengan perolehan dana yang diterima dan bagaimana penggunaannya. Pembiayaan pendidikan pada suatu lembaga pendidikan yang direncanakan, dikelola, serta diorganisir secara baik dan tepat sasaran akan menunjang terselenggaranya proses pembelajaran yang efektif serta dapat memenuhi kebutuhan madrasah atau sekolah.12 Pengelolaan terhadap pembiayaan pendidikan membutuhkan adanya sistem manajemen yang baik, dengan demikian pendidikan yang diselenggarakan harus berkaitan erat dengan suatu manajemen pendidikan.

Dalam menyelenggarakan pendidikan, keuangan dan pembiayaan merupakan potensi yang sangat menentukan dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam kajian administrasi dan manajemen pendidikan.

Adapun standar pembiayaan pendidikan adalah biaya minimum yang diperlukan sebuah satuan pendidikan agar dapat melaksanakan kegiatan pendidikan selama satu tahun.13 Komponen pembiayaan pendidikan dan keuangan pada tingkat satuan pendidkan merupakan komponen produksi yang menentukan kegiatan proses belajar mengajar bersama komponen-komponen lain. Dengan kata lain, setiap kegiatan yang dilakukan memerlukan biaya, maupun disadari atau tidak. Sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang menyerahkan masalah pendidikan ke daerah dan sekolah masing-masing maka masalah keuangan pun menjadi kewenangan yang diberikan secara langsung dalam pengelolanya kepada sekolah. Tahapan pada manajemen pembiayaan pendidikan perlu diperhatikan.14 Kepala sekolah memeiliki tanggung jawab penuh terhadap perencanaan, pelaksaan, dan evaluasi dan pertanggung jawaban keuangan sekolah.

Pembiayaan pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan karena segala kegiatan pendidikan tentu memerlukan dana atau biaya. Biaya

12 Akdon, Manajemen Pembiayaan Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2017), 23.

13 Rida Fironika KD, “Pembiayaan Pendidikan di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, (t.t): 52, http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/pendas/article/view/755.

14 Ulpha Lisni Azhari & Dedy Achmad Kurniady, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Fasilitas Pembelajaran, dan Mutu Sekolah.” Jurnal Administrasi Pendidikan 23, no. 2 (2016), 27,

https://ejournal.upi.edu/index.php/JAPSPs/article/view/5631

(7)

pendidikan bukanlah suatu yang baru, akan tetapi merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan, terutama pada saat tahun ajaran baru. Mengingat pentingnya peran pembiayaan dalam proses pembelajaran, maka tidak dapat dihindari adanya tata kelola pembiayaan yang baik dalam penganggaran pendidikan.15 Terkait dengan pembiayaan pendidikan, banyak masalah yang muncul yaitu, minimnya anggaran pendidikan, penyimpangan da;am penyaluran dana pendidikan, dan alokasi dana yang belum memadai.

Pembiayaan merupakan salah satu komponen yang sangat menentukan terlaksananya kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran bersama komponen yang lain. Komponen-komponen pembiayaan pendidikan terutama di madrasah, selayaknya dikelola secara efektif.

Pembiayaan pendidikan yang ada di madrasah diatur, direncanakan, dan dipergunakan secara baik dan tepat sasaran dan kebutuhan.16 Kenyataan yang ada sebagian besar lembaga pendidikan madrasah swasta saat ini masih menerapkan pola-pola manajemen yang sangat sederhana dalam mengelola dana yang bersumber dari masyarakat atau orang tua.

Peningkatan keterampilan yang dapat menghasilkan tenaga kerja yang produktivitasnya tinggi dapat dilakukan melalui pendidikan yang dapat pembiayaannya menggunakan efisiensi internal dan eksternal.

Dalam upaya untuk mengembangkan suatu sistem pendidikan nasional yang berporos pada pemerataa, relevansi, mutu, efisiensi, dan efektivitas dikaitkan dengan tujuan dan cita-cita pendidikan, namun dalam kenyataannya perlu direnungkan, dikaji, dan dibahas, baik dari segi pemikiran teoritis maupun pengamatan empirik. Untuk dapat tercapai tujuan pendidikan yang optimal, salah satu hal yang palinng penting, yaitu mengelola biaya dengan baik sesuai dengan kebutuhan dana yang

15 Muhajirin, “Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Bersumber dari Partisipasi Masyarakat.”

Educational Management 41, no. 2 (September, 2012), 171, https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/eduman/article/view/824.

16 Sonedi, et. Al, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Bersumber dari Masyarakat.” FENOMENA 9, no. 1 (2017), 28, https://journal.iain-samarinda.ac.id/index.php/fenomena/article/view/702.

(8)

diperlukan.17 Administrasi pembiayaan minimal mencakup perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan. Penyaluran anggaran perlu dilakukan secara strategis dan integratif antara pemangku kepentingan untuk mewujudkan kondisi ini, perlu dibangun rasa saling percaya baik internal pemerintah maupun antara pemerintah dengan masyarakat dan masyarakat dengan masyarakat itu sendiri dapat ditumbuhkan.

Keterbukaan, partisipasi, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pendidikan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan menjadi kata kunci untuk mewujudkan efektivitas pembiayaan pendidikan.18 Pembiayaan pendidikan tidak hanya menyangkut analisa sumber-sumber dananya tetapi juga penggunaan dana secara efisien.

Skala prioritas pembiayaan sangat penting untuk kemajuan suatu lembaga, lebih-lebih dengan adanya penggunaan skala prioritas yang optimal dan tepat sasaran, maka anggaran yang ditentukan akan lebih jelas yang mana yang akan diutamakan.

Di MTsN 2 pamekasan, kepala madrasah telah melakukan upaya yang baik pada pengelolaan pembiayaan pendidikannya agar dapat berjalan efektif sebagaimana mestinya. Kepala madrasah berperan sebagai pemandu kebijakan terkait pembiayaan. Adapun yang terlibat dan membantu peran kepala sekolah adalah Kepala TU, TIM Perencana madrasah (Komite Madrasah, Wakil kepala bidang kurikulum, Wakil kepala bidang humas, Wakil kepala bidang kesiswaan, Wakil kepala bidang sarpras, pengelola keuangan madrasah dan operator gaji).

Adapun langkah penyusunan skala prioritas pembiayaan pendidikan yaitu: a). Perencanaan pembiayaan pendidikan. Langkah- langkah dalam perencanaan yaitu Pertama, tahapan menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan. Perencanaan dimulai dengan keputusan- keputusan. Tanpa rumusan tujuan yang jelas, sebuah lembaga akan menggunakan sumberdaya yang secara tidak efektif. Kedua, merumuskan

17 Yoto, “Analisis Pembiayaan Pendidikan di Indonesia.” Teknik Mesin, no. 1(April, 2012), 79, http://journal.um.ac.id/index.php/teknik-mesin/article/view/2946.

18 Ferdi W. P, “Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 19, no. 4 (Desember, 2013), 569,

https://jurnaldikbud.kemdikbud.go.id/index.php/jpnk/article/view/310.

(9)

keadaan saat ini, pemahaman akan kondisi sekarang dari tujuan yang hendak dicapai sangat penting, karena tujuan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. Ketiga, mengidentifikasikan segala kemudahan, kekuatan, kelemahan serta hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan dalam mencapai tujuan, oleh karena itu perlu dipahami faktor-faktor lingkungan internal dan eksternal yang dapat membantu mencapai tujuan, atau mungkin menimbulkan masalah.

Keempat, mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan tahap akhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan.

Perencanaan diartikan sebagai suatu proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber-sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.

Perencanaan Pembiayaan Pendidikan ini mencakup kegiatan penting yaitu penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS) dan pengembangan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Perencanaan keuangan sekolah sedikitnya mencakup dua kegiatan yakni penyusunan anggaran dan pengembangan rencana anggaran belanja sekolah. Penganggaran merupakan proses kegiatanatau proses penyusunan anggaran (budget). b). Pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Pelaksanaan adalah suatu tindakan atau pelaksanaan dari sebuah rencana yang sudah disusun secara matang dan terperinci, implementasi biasanya dilakukan setelah perencanaan sudah dianggap siap. Secara sederhana pelaksanaan bisa diartikan penerapan. Setelah perencanaan pembiayaan pendidikan selesai dan disetujui oleh semua komponen yang terlibat, dan menghasilkan sebuah Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS), tahapan manajemen selanjutnya yaitu pelaksanaan pembiayaan pendidikan. Kegiatan pelaksanaan pembiayaan madrasah meliputi dua kegiatan besar yakni penerimaan dan pengeluaran keuangan madrasah/sekolah. Kegiatan kedua dari manajemen pembiayaan adalah pembukuan atau kegiatan pengurusan keuangan. Hal-hal yang perlu dibukukan dalam keuangan sekolah adalah

(10)

menyangkut penerimaan dan pengeluaran. Penerimaan dan pengeluaran keuangan sekolah dari sumber-sumber dana perlu dibukukan berdasarkan prosedur pengelolaan yang selaras dengan kesepakatan yang telah disepakati, baik berupa konsep teoritis maupun peraturan pemerintah.

Kegiatan yang di lakukan berupa :1). Penerimaan Biaya Pendidikan, 2).

Pengeluaran Biaya Pendidikan. c). Evaluasi pembiayaan pendidikan.

Evaluasi pendidikan juga diartikan dengan proses untuk memberikan kualitas yaitu nilai dari kegiatan pendidikan yang telah dilaksanakan, yang mana proses tersebut berlangsung secara sistematis, berkelanjutan, terencana, dan dilaksanakan sesuai dengan prosedur. Proses melakukan evaluasi mungkin saja berbeda sesuai persepsi teori yang dianut, ada bermacam-macam cara. Namun evaluasi harus memasukkan ketentuan dan tindakan sejalan dengan fungsi evaluasi, yaitu: Memfokuskan evaluasi, mendesain evaluasi, mengumpulkaninformasi, menganalisis informasi, melaporkan hasil evaluasi, mengelola evaluasi dan mengevaluasi evaluasi.

Evaluasi pembiayaan pendidikan merupakan alat untuk mengukur dari melihat hasil rencana yang dicanangkan pada planning. Memberikan imbalan kepada staff sesuai kinerja yang ditunjukkan, dan merancang serta merencanakan kembali sambil memperbaiki hal-hal yang belum sempurna. Evaluasi pada administrasi berarti kegiatan mengukur tingkat efektivitas kerja personal dan tingkat efisiensi penggunaan metode dan alat bantu tertentu dalam usaha mencapai tujuan. Mengamati tingkat efektivitas maksudnya menilai tindakan tindakan atau kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, apakah telah menghasilkan sesuatu seperti direncanakan atau sekurang-kurangnya, apakah kegiatan itu telah berjalan di atas rel yang sebenarnya dan tidak menyimpang dari perencanaan atau tujuan yang telah ditetapkan. Sedang mengamati tingkat efisiensi maksudnya menilai tindakan-tindakan/ kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan itu apakah merupakan cara yang terbaik atau paling tidak untuk mencapai hasil yang sebesar-besarnya dengan resiko yang sekecil- kecilnya, yang berarti apakah cara kerja tertentu yang sudah dipergunakan mampu memberi hasil yang maksimal.

(11)

Di MTsN 2 Pamekasan, skala prioritas sangat perlu digunakan agar pembiayaan di madrasah menjadi optimal. Disinilah peran kepala madrasah dalam mengelola pembiayaan agar anggaran yang ada dapat tepat sasaran dengan menggunakan skala prioritas.

Berdasarkan fenomena yang dikemukakan di atas, maka peneliti mencoba melakukan penelitian tentang, “Peran Kepemimpinan Kepala Madrasah dalam Menyusun Skala Prioritas Pembiayaan Pendidikan di MTsN 2 Pamekasan”.

B. Fokus Penelitian

1. Bagaimana peran kepemimpinan kepala madrasah dalam menyusun skala prioritas pembiayaan pendidikan di MTsN 2 Pamekasan?

2. Apa faktor penghambat peran kepemimpinan kepala madrasah dalam menyusun skala prioritas pembiayaan pendidikan di MTsN 2 Pamekasan?

3. Apa faktor pendukung peran kepemimpinan kepala madrasah dalam menyusun skala prioritas pembiayaan pendidikan di MTsN 2 Pamekasan?

(12)

Daftar Pustaka

Akdon. Manajemen Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

2017.

Andang. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2020.

Ansar Rahman, “Efisiensi dalam Pembiayaan Pendidikan untuk Meningkatkan Kualitas Pendidikan.” Jurnal Eklektika 5, no. 2 (April, 2017)

Budi Budaya, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan pada Sekolah Dasar yang Efektif,” Jurnal Ilmiah 18, no. 1 (t.t)

Ferdi W. P, “Pembiayaan Pendidikan: Suatu Kajian Teoritis.” Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan 19, no. 4 (Desember, 2013)

Maratun Shalihah, ”Peran Kepemimpinan Islami dalam Meningkatkan Manajemen Usaha Perusahaan,” Tahkim 11, no. 2 (Desember, 2015) Masditou, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan menuju Pendidikan yaang

Bermutu.” Jurnal ANSIRU PAI 1, no. 2 (Juli-Desember, 2017)

Muhajirin, “Pengelolaan Pembiayaan Pendidikan Bersumber dari Partisipasi Masyarakat.” Educational Management 41, no. 2 (September, 2012) Mulyono, Konsep Pembiayaan Pendidikan. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. 2018.

Nanang Fattah, Ekonomi & Pembiayaan Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. 2012.

Ririn Tius Eka Margareta & Bambang Ismanto, “Strategi Perencanaan Pembiayaan Sekolah dalam Peningkatan Mutu di SMP Negeri.” Jurnal Manajemen Pendidikan 4, no. 2 (Desember, 2017)

Rida Fironika KD, “Pembiayaan Pendidikan di Indonesia.” Jurnal Ilmiah Pendidikan Dasar, (t.t)

Sonedi, et. Al, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan Bersumber dari Masyarakat.” FENOMENA 9, no. 1 (2017)

Ulpha Lisni Azhari & Dedy Achmad Kurniady, “Manajemen Pembiayaan Pendidikan, Fasilitas Pembelajaran, dan Mutu Sekolah.” Jurnal Administrasi Pendidikan 23, no. 2 (2016)

Wahyudi. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar. t.t:

Alfabeta. 2015.

(13)

Yoto, “Analisis Pembiayaan Pendidikan di Indonesia.” Teknik Mesin, no.

1(April, 2012)

KESIMPULAN REVIEW: DITERIMA (ACC) DIREVIEW OLEH

HILMI QOSIM MUBAH, M.Pd.I PADA TANGGAL 8 JANUARI 2021 VALIDASI

(14)

Gambar Cover Buku

(15)

Gambar

Gambar Cover Buku

Referensi

Dokumen terkait

Dengan tujuan dan budaya yang kuat tersebut membuat proses gatekeeping diambil alih oleh semua pihak di dalam internal redaksi Tempo, segalanya dibicarakan berdasarkan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan kewirausahaan dan pusat kendali terhadap niat wirausaha himpunan pengusaha mahasiswa

Hasil pengujian mutu terhadap kualitas pisang Raja Bulu selama 15 hari penyimpanan oleh 10 orang panelis menunjukkan bahwa perlakuan berpengaruh pada hari ke-9,12 dan 15 terhadap

Teks merupakan media utama dalam berkomunikasi menggunakan komputer (Anusha & Sandhya, 2015). Berdasarkan hal tersebut maka teks dapat digunakan untuk mendeteksi

Pemetaan hak kepemilikan dalam penelitian ini akan dilakukan dalam tiga tahap : pertama, mengidentifikasi hak kepemilikan yang ada, guna memberikan gambaran tentang

Jika orang dapat meluaskan hatinya, dari yang tadinya berharap lulus ujian menjadi hati yang dengan rajin berbuat kebajikan, mengumpulkan jasa baik, dan berusaha keras

Hasil pengujian variabel keamanan dan kerahasiaan, kesiapan teknologi informasi, persepsi kegunaan dan persepsi kemudahaan secara bersama-sama mempengaruhi minat

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayahnya, sehingga dapat menyelesaikan Tesis Tugas Akhir ini sebagai syarat dalam mencapai