• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi

Salma Fisahara Rahmah1, Iskandar Bukhori2

1,2Manajemen, Fakultas Ekonomi Dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Bantul, Indonesia, 55183 Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current ratio, total asset turnover, return on asset, return on equity, debt to ratio asset, debr to equity ratio dan earning per share. Subjek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2012-2015. Sampel yang digunakan berjumlah 28 perusahaan dengan metode purposive sampling. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji Wilcoxon Signed Ranks Test, dengan software SPSS versi 22.

Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan pada penelitian ini, diperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang diukur melalui current ratio, debt to asset ratio dan debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Sedangkan pada variabel total asset turnover, return on asset, return on equity dan earning per share menunjukkan adanya perbedaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Kata kunci: Kinerja Keuangan, Merger, dan Akuisisi

PENDAHULUAN

Perkembangan bisnis dalam dunia ekonomi semakin pesat.

perusahaan membutuhkan strategi yang tepat dan juga matang untuk mempertahankan keberadaan, memperbaiki kinerja dan juga meningkatkan efisiensi perusahaan.

Strategi yang dibutuhkan perusahaan tentunya mempertimbangkan manfaat yang diperoleh untuk jangka pendek dan juga jangka panjangnya. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan adalah dengan ekspansi.

Ekspansi ekternal dengan merger dan akuisisi adalah cara yang biasa dipilih perusahaan dalam mempertahankan posisinya. Kedua strategi ini dianggap lebih cepat memberikan sinergi dan peningkatan serta dapat mewujudkan tujuan perusahaan dibandingkan dengan ekspansi internal.

Untuk mengetahui keberhasilan merger dan akuisisi dapat dilihat melalui kinerja keuangan perusahaan yang tercermin pada laporan keuangan. Setelah merger dan akuisisi seharusnya kondisi keuangan suatu perusahaan mengalami perubahan dan semakin membaik. Dengan dipilihnya strategi merger dan akuisisi oleh suatu perusahaan, seharusnya akan meningkatkan jumlah aset setelah

penggabungan usaha terjadi. Sehingga perusahaan akan menjadi semakin likuid. Peningkatan juga terjadi pada rasio aktivitas pasalnya dengan penggabungan usaha, jumlah volume produksi akan bertambah dan menyebabkan tingginya perputaran aset perusahaan. Sehingga terjadi perbedaan pada rasio aktivitas setelah merger dan akuisisi dilakukan. Meningkatnya penjualan tentunya akan berpengaruh pada perolehan laba perusahaan sehingga akan dapat meningkatkan angka pada rasio profitabilitas perusahaan. Kemudian dengan dilakukannya penggabungan akan meringankan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya sehingga dapat menurunkan angka rasio solvabilitas dan mengurangi risiko kebangkrutan Pada rasio pasar, setelah dilakukannya penggabungan usaha akan dapat meningkatkkan nilai perusahaan yang tercermin dari nilai sahamnya, jika nilai sahamnya tinggi dapat dikatakan nilai perusahaannya juga tinggi atau baik serta perusahaan mampu menyejahterakan para pemegang sahamnya.

Banyak penelitian yang dilakukan mengenai perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi, akan tetapi hasilnya tidak selalu konsisten.

Ada yang menunjukkan perbedaan kinerja keuangan signifikan dan juga ada tidak menunjukkan perbedaan kinerja keuangan yang signifikan setelah merger dan akuisisi. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nasir dan Morina (2018) menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada Current Ratio sebelum dan sesudah merger akuisisi. Namun, hal tersebut berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulida, Hermanto, dan Hidayati (2016) yang menyatakan bahwa rasio tersebut tidak mengalami perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi selama periode pengamatan.

Penelitian Pramadi dan Triani (2016) menunjukan adanya perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada raio TATO. Sedangkan hasil yang menyatakan tidak ada perbedaan sebelum dan sesudah merger dan akusisi terlihat pada penelitian yang dilakukan oleh Maulida, Hermanto, dan Hidayati (2016). Selanjutnya hasil penelitian Nasir dan Morina (2018) pada ROA menunjukkan adanya perbedaan kinerja setelah merger dan akuisisi. Sementara penelitian Septiawan dan Rasmini (2018) pada profitabilias perusahaan menunjukkan hasil tidak ada perbedaan kinerja keuangan yang terjadi setelah merger dan akuisisi.

(2)

Berdasarkan adanya perbedaan dari penelitian-penelitian yang dilakukan sebelumnya terhadap kinerja keuangan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi serta berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan, penelitian ini merupakan replikasi ekstensi dari penelitian yang dilakukan oleh Nasir dan Morina (2018). Adapun perbedaan dalam penelitian ini adalah (1) periode tahun penelitian berbeda yaitu 2012-2015, (2) penambahan variabel dependen menjadi current ratio, total asset turn over, return on asset, return on equity, debt to asset ratio, debt to equity ratio dan earning per share. Dari uraian diatas maka penelitian mngambil judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi Periode 2012-2015 Pada Perusahaan Yang Terdaftar di BEI”

KAJIAN LITERATUR Teori Agency

Dalam teori yang pertama kali dipopulerkan oleh Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan keagenan sebagai: “agency relationship as a contract under which one or more person (the principals) engage another person (the agent) to perform some service on their behalf which involves delegating some decision making authority to the agent”. Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Teori keagenan dalam perusahaan mendeskripsikan hubungan antara pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.

Merger dan Akuisisi

Merger berasal dari kata merger (latin) yang berarti bergabung, bersama, berkombinasi yang menyebabkan hilangnya identitas akibat penggabungan ini. Merger merupakan salah satu strategi perusahaan dalam mengembangkan dan menumbuhkan perusahaan. Menurut Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) no 22 menyatakan bahwa merger merupakan suatu proses penggabungan usaha, dengan jalan mengambil alih satu atau lebih perusahaan yang lain. Setelah terjadi pengambilalihan, maka perusahaan yang diambil alih dibubarkan atau dilikuidasi, sehingga eksistensinya sebagai badan hukum lenyap, dengan demikian kegiatan usahanya dilanjutkan oleh perusahaan yang mengambil alih.

Akuisisi berasal dari kata acquisition yang berasal dari bahasa inggris yang artinya membeli atau mendapatkan sesuatu/obyek untuk ditambahkan pada sesuatu/obyek yang tekah dimiliki sebelumnya, atau dengan kata lain pengambilan kontrol modal atas perusahaan lain.

Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No.22 menyatakan bahwa akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut.

Kinerja Keuangan

Kinerja perusahaan merupakan suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja pada periode tertentu. Dalam penelitian ini kinerja keuangan akan dianalisis dengan menggunakan rasio keuangan. Analisis rasio keuangan pada prinsipnya adalah untuk mengadakan penilaian terhadap kinerja keuangan dan potensi atau kemampuan suatu perusahaan dengan menganalisa perbandingan berbagai pos dalam suatu laporan keuangan untuk mengetahui kondisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.

Penelitian Terdahulu

Argamaya dan Arifiyanato (2016) menganalisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Dan Rasio Profitabilitas Pada Perusahaan Publik Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada current ratio, total asset turnover, debt to equity ratio, return on equity dan return on asset sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Dewi dan Worokinasih (2018) mengenai Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio (CR) menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Total Assets Turn Over (TATO) menunjukkan ada perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Earnings Per Share (EPS) menunjukkan ada perbedaan rata-rata sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Nasir dan Morina (2018) melakukan penelitian mengenai Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keseluruhan rasio yaitu CR, ROA, dan DER menunjukkan adanya perbedaan setelah merger dan akuisisi dilakukan.

Hipotesis Penelitian

H1 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Current Ratio antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi

H2 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Total Assets Turnover antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi

(3)

H3 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return On Asset antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi

H4 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Return On Equity antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi

H5 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Debt to Asset Ratio antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi

H6 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Debt to Equity Ratio antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi

H7 : Terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui Earning Per Share antara sebelum dan sesudah merger dan akuisisi

METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel

Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan merger dan akuisisi periode 2012-2015 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangan tahunan secara lengkap selama periode penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sumber data penelitian ini berupa sumber data sekunder dan pengamilan data dilakukan mengunakan metode purposive sampling.

Tabel 1

Purposive Sampling

Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio profitabilitas, rasio solvabilitas, dan rasio pasar.

Current Ratio

Rasio ini menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan melunasi utang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar. Rasio ini dikatakan baik jika aktiva perusahaan yang digunakan untuk melunasi kewajiban lebih besar daripada hutang (Keown. J Artur 2011: 86).

Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Current Ratio = 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

ℎ𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑙𝑎𝑛𝑐𝑎𝑟

Total Asset Turnover

Rasio yang mengukur efektivitas dalam penggunaan total aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio ini semakin efektif penggunaan aktiva perusahaan dalam menghasilkan pendapatan (Mamduh, 2013 : 40).. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Total Assets Turn Over = 𝑝𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡 Return On Asset

Rasio ini mengukur seberapa efektif perusahaan menggunakan aset nya untuk menghasilkan keuntungan.

Semakin besar rasio ini semakin efektif penggunaan aset perusahaan (Mamduh, 2013 : 42). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

Return On Asset = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎𝐿𝑎𝑏𝑎

Return On Equity

Rasio ini mengukur berapa besar keuntungan yang mampu dihasilkan dari modal sendiri (Mamduh, 2013 : 42).

Perhitungan rasio ini dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

Return On Equity = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠𝐿𝑎𝑏𝑎

Debt to Asset Ratio

Rasio ini mengukur seberapa besar total hutang perusahaan yang dijamin oleh aset yang dimiliki. Semakin tinggi rasio ini semakin berisiko perusahaan, karena beban aset semakin besar untuk menjamin hutang (Syamsuddin, 2011:54).

Rasio ini dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : Debt to Assets Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡

Debt to Equity Ratio

Rasio ini mengambarkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban yang didapat dari modal sendiri.

Perusahaan yang memiliki tingkat DER yang tinggi dapat menunjukkan sinyal negatif pada para investor (Syamsuddin, 2011:54). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut:

Debt Equity Ratio = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑈𝑡𝑎𝑛𝑔 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑡𝑎𝑠

Earning Per Share

EPS merupakan rasio yang menunjukkan keuntungan bersih dari setiap lembar saham perusahaan. Laba bersih yang dihasilkan sering digunakan oleh investor sebagai bahan untuk melakukan evaluasi pada kinerja perusahaan (Hery, 2016:144). Rasio ini dirumuskan sebagai berikut : Earning Per Share = 𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑖ℎ

𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑏𝑖𝑎𝑠𝑎 𝑏𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟

Metode Analisis Penelitian

No Kriteria Jumlah

1 Perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada periode

2012-2015. 211

2 Perusahaan publik yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. (159) 3 Perusahaan perbankan dan lembaga keuangan lainnya. (5)

4

Perusahan melakukan aktifitas merger dan akuisisi kembali dalam jangka waktu 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah tanggal merger dan akuisisi yang dipilih, baik perusahaan pengakuisisi maupun terakuisisi

(19)

Jumlah Perusahaan Sampel 28

(4)

Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah untuk memberikan penjelasan yang akan memudahkan peneliti dalam mengintrepetasikan hasil analisis data dan pembahasannya. Statistik deskriptif ini memberikan gambaran tentang suatu data yang dapat dilihat melalui rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan nilai minimum.

Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan sebelum pengolahan data, digunakan untuk menentukan data yang telah dikumpulkan berdistribusi normal atau tidak. Normalitas suatu data dapat dideteksi dengan melakukan uji metode Kolmogorov- smirnov test. Kriteria yang digunakan, apabila signifikansi (α <5%), maka data tersebut tidak berdistribusi normal, dan sebaliknya.

Uji Hipotesis

Jika hasil uji menunjukkan sampel berdistribusi normal maka uji beda yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji parametric (paired sampel t-test). Tetapi jika hasil sampel menunjukkan data berdistribusi tidak normal maka uji beda yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji non parametric (wilcoxon sign test).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Statistik Deskrptif Tabel 2

Statistik Deskriptif Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi

Berdasarkan tabel diatas mengenai hasil statistik deskriptif variabel sebelum merger dan akuisisi dapat dijelaskan bahwa terjadi peningkatan rata-rata rasio keuangan setelah dilakukannya penggabungan usaha pada Current Ratio dan Debt to Equity Ratio. Sedangkan pada kelima rasio lainnya mengalami penurunan rata-rata setelah merger dan akuisisi dilakukan.

Uji Normalitas Tabel 3

Uji Normalitas Variabel Penelitian dengan Kolmogorov Smirnov Test

Berdasarkan hasil uji normalitas diatas dengan menggunakan uji Kolmogorov- Smirnov test, terlihat bahwa pada rasio CR, TATO, ROA, ROE, DER dan EPS menunjukkan nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 yang berarti data tersebut tidak berdistribusi normal. Sedangkan pada rasio DAR menunjukkan nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 yang berarti data tersebut berdistribusi normal.

Uji Hipotesis Tabel 4

Wilxocon Sign Rank Test

Berdasarkan tabel diatas didapati bahwa rasio CR dan DER memiliki nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai probabilitas yaitu α=5% (0,05) sehingga hipotesis pertama dan keenam di tolak. Dengan begitu dapat dinyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui current ratio dan debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Sedangkan pada rasio TATO, ROA, ROE dan EPS hasil pengujian menunjukkan nilai signifikansi yang lebih kecil

Variabel N Mean Sebelum

Standar Deviasi Sebelum

Mean Sesudah

Standar Deviasi Sesudah CR 28 1,8589 1,59291 2,0771 1,88263 TATO 28 0,7750 0,74211 0,6536 0,58807 ROA 28 11,8288 12,37128 3,2507 10,15551 ROE 28 19,0461 17,40125 8,7121 43,37441 DAR 28 0,4150 0,20484 0,4293 0,20981 DER 28 1,0046 0,83765 0,7875 1,20774 EPS 28 297,5238 849,44865 66,1012 191,67470

Variabel Sig. Nilai Kritis

Keterangan

CR 0,000 0,05 Tidak

Normal

TATO 0,000 0,05 Tidak

Normal

ROA 0,000 0,05 Tidak

Normal

ROE 0,000 0,05 Tidak

Normal

DAR 0,200 0,05 Normal

DER 0,000 0,05 Tidak

Normal

EPS 0,000 0,05 Tidak

Normal

Variabel Z Sig. (2-

tailed)

Keterangan

CR -1,355 0,210 Tidak Beda TATO -2,781 0,005 Beda

ROA -3,484 0,000 Beda

ROE -3,051 0,002 Beda

DER -0,820 0,412 Tidak Beda

EPS -2,172 0,009 Beda

(5)

dari α=5% (0,05) sehingga hipotesis diterima. Hasil pengujian menunjukkkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan pada total asset turnover, return on asset, return on equity dan earning per share sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Tabel 5

Uji Paired Sample T-Test

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa rasio DAR tidak terdapat perbedaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi dimana nilai signifikansi yang diperoleh lebih dari nilai probabilitas yang ditentukan yaitu α=5% (0,05) sehingga hipotesis ditolak

Pembahasan Current Ratio

Hasil pengujian hipotesis pertama pada Current Ratio menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,210 yang nilainya lebih besar dari α=0,05 sehingga hipotesis pertama ditolak. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hasil tersebut dikarenakan tidak ada peningkatan atau penurunan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi berdasarkan pada data penelitian yang diperoleh. Terlihat pada 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi peningkatan nilai rata-rata current ratio ini hanya sebesar 0,20 dari 1,8689 menjadi 2,0771. Tidak hanya aktiva yang bergabung tetapi juga komponen lain dalam perusahaan yang dapat menyebabkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya tidak berjalan secara maksimal. Berdasarkan teori keagenan, seharusnya manajer perusahaan sebagai agen berusaha untuk dapat memenuhi kepentingan pemegang saham sebagai prinsipal dengan meningkatkan nilai perusahaan dan menjaga operasional perusahaan dengan menjaga likuiditasnya. Namun, dalam penelitian ini yang terjadi adalah penurunan rasio dan yang terjadi pada kebanyakan perusahaan peningkatan atau penurunan aktiva lancar diikuti dengan meningkat atau menurunnya jumlah hutang lancarnya sehingga menyebabkan angka pada rasio ini cenderung stabil. Hal ini menunjukkan bahwa keputusan merger dan akuisisi yang diambil oleh manajer perusahaan untuk dapat menjaga dan meningkatkan likuditas masih belum sesuai dengan yang diharapkan. Hal tersebut bisa dikarenakan adanya asimetri informasi antara agen dengan prinsipal dimana agen lebih mementingkan kepentingan diri sendiri dibandingkan dengan kepentingan bersama, sehingga dapat disimpulkan bahwa dilakukannya merger dan akuisisi tidak selalu dapat meningkatkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancarnya. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang diperoleh Nasir dan Morina (2018) yang menyatakan terdapat perbedaan current ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Total Asset Turnover

Hasil pengujian hipotesis kedua pada total asset turnover menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,023 yang nilainya lebih kecil dari α=0,05 sehingga hipotesis diterima.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada total asset turnover sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hal tersebut juga terlihat pada nilai rata-rata rasio ini pada 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi yang menurun sebesar 0,12 dari 0,7750 menjadi 0,6536. Sehingga dapat diketahui bahwa perbedaan yang terjadi setelah penggabungan usaha yang dilakukan justru mengalami penurunan. Hasil ini dapat disebabkan oleh belum stabilnya penggunaan aset oleh perusahaan dalam menghasilkan penjualan. Hal tersebut dapat terjadi akibat adanya perbedaan keinginan antara manajer dan pemegang saham. Yang mana manajer akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pemegang saham disamping memenuhi keinginan pribadinya. Prinsipal cenderung ingin meningkatkan perolehan laba dengan penggabungan yang dilakukan dengan harapan dapat meningkatkan penjualan sehingga terjadi peningkatan pada profitabilitas yang diperoleh perusahaan namun agen melakukan pengelolaan aset yang tidak efektif karena menjadikan penggabungan usaha sebagai tambahan investasi peralatan bagi perusahaan sehingga kegiatan operasional perusahan tidak mencapai efiensi. Disamping itu butuhkan penyesuaian, adaptasi, peran manajer dan strategi oleh perusahaan atas penggabungan yang dilakukan agar dapat mencapai skala ekonomi dengan perputaran teknologi operasional yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengetahui apakah dengan merger dan akuisisi yang dilakukan perusahaan dapat mencapai skala ekonomi atau tidak, dibutuhkan waktu yang lebih lama dari 3 tahun periode penelitian. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Pramadi dan Triani (2016) yang menyatakan terdapat perbedaan total asset turnover sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Return On Asset

Hasil pengujian hipotesis ketiga pada return on asset menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 yang nilainya lebih kecil dari α=0,05 sehingga hipotesis diterima.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada return on asset sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hal tersebut juga terlihat pada nilai rata-rata rasio ini pada 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi yang menurun sebesar 8,5781 dari 11,8288 menjadi 3,2507. Sehingga dapat diketahui bahwa perbedaan yang terjadi setelah penggabungan usaha yang dilakukan justru mengalami penurunan. Hasil yang menurun salah satunya dapat disebabkan oleh pergantian manajer dimana perusahaan ingin menghilangkan ketidakefisienan yang muncul dari manajer. Yang mana Variabel T-Hit Sig. (2-

tailed)

Keterangan

DAR -0,507 0,616 Tidak Beda

(6)

tentunya memiliki kebijakan yang diambil oleh manajer baru berbeda dengan manajer sebelumya. Agency teory menyatakan bahwa hubungan keagenan merupakan kontrak antara manajer dan juga pemegang saham yang terkadang dapat menimbulkan permasalahan antara kedua belah pihak. Pemegang saham sebagai prinsipal ingin profitabilitas yang tinggi sedangkan agen ingin memenuhi kebutuhan ekonomi dan psikologisnya salah satunya dengan investasi. Adanya perbedaan kepentingan ini membuat kinerja manajer sebagai pengelola perusahaan tidak melakukan tugasnya untuk mensejahterakan pemegang saham dengan meningkatkan laba perusahaan secara maksimal. Penurunan pada rasio ini juga berkaitan dengan penurunan yang terjadi pada rasio total asset turnover. Ketidakefisienan perusahaan dalam pengoprasionalan aktivanya berpengaruh pada laba yang diperoleh. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Nasir dan Morina (2018) yang menyatakan terdapat perbedaan return on asset sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Return On Equity

Hasil pengujian hipotesis keempat pada return on equity menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,002 yang nilainya lebih kecil dari α=0,05 sehingga hipotesis diterima.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pada return on equity sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hal tersebut juga terlihat pada nilai rata-rata rasio ini pada 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi yang menurun sebesar 10,33 dari 19,0461 menjadi 8,7121. Sehingga dapat diketahui bahwa perbedaan yang terjadi setelah penggabungan usaha yang dilakukan justru mengalami penurunan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh pergantian manajer perusahaan. Yang mana manajer memegang peran penting dalam suatu perusahaan. Kebijakannya akan berpengaruh terhadap kegiatan operasional perusahaan. Adanya perbedaan keinginan antara prinsipal dengan agen dapat semakin mempengaruhi kebijakan yang akan diambil oleh manajer agar mampu memenuhi kebutuhan pribadinya disamping memenuhi kewajiban untuk mensejahterakan pemegang saham. Manajer akan berusaha untuk meningkatkan profitabilitas untuk kebutuhan pemegang saham dan memenuhi keinginan dirinya sendiri. Hal tersebut didukung dengan agen lebih mengetahui informasi internal yang berhubungan dengan operasional perusahaan dibandingkan dengan prinsipal yang mewakilkan pengelolaan perusahaan pada manajer yang mendorong agen untuk menyembunyikan informasi yang tidak dimiliki pemegang saham sehingga dalam pengambilan kebijakan tidak secara maksimal. Penurunan yang terjadi pada rasio return on equity bekaitan dengan turunnya penjualan yang dihasilkan dari aktivitas operasional perusahaan akibat tidak optimalnya pengelolaan modal sehingga mengakibatkan rendahnya perolehan laba. Menurunnya rasio ini bisa terjadi karena tidak tercapainya target penjualan yang disebabkan tidak optimalnya kinerja perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Pramadi dan Triani

(2016) yang menyatakan terdapat perbedaan return on equity sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Debt to Asset Ratio

Hasil pengujian hipotesis kelima pada debt to asset ratio menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,616 yang nilainya lebih besar dari α=0,05 sehingga hipotesis ditolak.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada debt to asset ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hal tersebut dikarenakan tidak ada peningkatan atau penurunan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi berdasarkan pada data penelitian yang diperoleh. Terlihat pada 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi peningkatan debt to asset ratio ini sebesar 0,0143 dari 0,4150 menjadi 0,4293. Hasil tersebut dapat dikarenakan angka pada rasio ini yang relatif tidak menurun atau tidak juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan total aktiva perusahaan setelah penggabungan dilakukan sejalan dengan meningkatnya jumlah hutang yang dimiliki.

Sehingga kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya relatif konstan dan mengalami sedikit peningkatan rata-rata rasio setelah penggabungan. Disamping itu kurang optimalnya pengendalian aktiva perusahaan oleh manajer yang menyebabkan sebagian perusahaan menjadi lebih beresiko.

Dalam teori agensi, angka rasio solvabilitas perusahaan yang besar akan menimbulkan biaya agensi yang tinggi sehingga perusahaan harus dapat memenuhi kebutuhan informasi yang memadahi untuk kreditur. Dengan meningkatnya angka rata-rata rasio ini menunjukkan bahwa peran agen sebagai pengendali perusahaan belum maksimal dan harus ditingkatkan lagi serta tidak hanya mementingkan keuntungan bagi diri sendiri namun juga memikirkan adanya pemegang saham. Selain itu manajer perlu menambah informasi bagi kreditur mengenai informasi keuangan perusahaan untuk mengurangi biaya agensi dan juga sebagai tanda mampunya perusahaan dalam membayar hutang yang dimiliki. Dalam penelitian ini tidak semua perusahaan gagal dalam pengendalian aktiva dan hutangnya, namun pada terdapat pula sebagian perusahaan yang berhasil untuk menurunkan angka pada rasio ini setelah penggabungan dilakukan. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang diperoleh Pramadi dan Triani (2016) yang menyatakan terdapat perbedaan debt to asset ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Debt to Equity Ratio Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi

Hasil pengujian hipotesis keenam pada debt to equity ratio menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,767 yang nilainya lebih besar dari α=0,05 sehingga hipotesis ditolak.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hal tersebut dikarenakan tidak ada peningkatan atau penurunan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perusahaan melakukan merger dan akuisisi

(7)

berdasarkan pada data penelitian yang diperoleh. Terlihat pada 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi penurunan debt to equity ratio ini sebesar 0,2171 dari 1,0046 menjadi 0,7875. Hal tersebut dikarenakan angka pada rasio ini yang juga relatif tidak menurun atau mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan ekuitas perusahaan setelah penggabungan dilakukan sejalan dengan meningkatnya jumlah hutang yang dimiliki. Sehingga kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya tidak mengalami perubahan yang signifikan dan membuat rasio ini relatif konstan. Setelah penggabungan dilakukan seharusnya beban modal perusahaan yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjangnya menurun. Angka rasio yang rendah menunjukkan bahwa perusahaan memiliki resiko yang rendah dari kegagalan untuk memenuhi hutangnya.

Berdasarkan teori agensi, perusahaan dengan tingkat hutang lebih besar dibandingkan dengan modalnya akan menyebabkan perusahaan memiliki biaya agensi yang tinggi jika dibandingkan dengan perusahaan dengan proporsi hutang yang lebih kecil dibandingkan dengan modal yang dimiliki. Pada penelitian ini turunnya rasio DER setelah penggabungan usaha dilakukan terjadi pada beberapa perusahaan. Dan sebagian perusahaan lainnya gagal atau belum berhasil untuk bisa menurunkan angka pada rasio ini dan relatif stabil dengan sebelum penggabungan dilakukan atau bahkan meningkat meskipun peningkatannya tidak terlalu tinggi. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil yang diperoleh Nasir dan Morina (2018) yang menyatakan terdapat perbedaan debt to equity ratio sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Earning Per Share Sebelum dan Sesudah Merger dan Akuisisi

Hasil pengujian hipotesis ketujuh pada earning per share menunjukkan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,009 yang nilainya lebih kecil dari α=0,05 sehingga hipotesis diterima.

Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan pada earning per share sebelum dan sesudah merger dan akuisisi. Hal tersebut juga terlihat pada nilai rata-rata rasio ini pada 1 tahun sebelum dan 3 tahun sesudah dilakukannya merger dan akuisisi yang menurun sebesar 231,4226 dari 297,5238 menjadi 66,1012. Sehingga dapat diketahui bahwa perbedaan yang terjadi setelah penggabungan usaha yang dilakukan justru mengalami penurunan. Hasil menurun salah satunya disebabkan oleh menurunnya laba bersih akibat aktivitas operasional perusahaan. Sehingga keuntungan yang diperoleh pemegang saham pasca penggabungan usaha menurun. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal dengan agen. Pemegang saham ingin mendapatkan pengembalian yang lebih cepat dan lebih besar dari investasi yang dilakukan sedangkan manajer cenderung menginginkan kepentingan pribadinya dengan adanya pemberian imbalan atas kinerja yang telah dilakukan dalam menjalankan perusahaan. Sehingga dalam pengelolaan kegiatan operasional perusahaan manajer cenderung tidak dilakukan secara maksimal yang

menyebabkan profitabilitas yang diperoleh perusahaan tidak sesuai dengan yang diharapkan ole pemegang saham.

Dari sudut pandang invesrtor, nilai EPS yang rendah menunjukkan bahwa prospek perusahaan memburuk sehingga menyebabkan turunnya nilai perusahaan. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Pramadi dan Triani (2016) yang menyatakan terdapat perbedaan earning per share sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

KESIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah merger dan akuisisi pada perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI). Rasio yang digunakan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan meliputi current ratio, total aset turnover, return on aseet, return on equity, debt to asset ratio, debt to equity ratio, dan earning per share. Berdasarkan hasil penelitian pada perusahaan yang melakukan merger akuisisi periode 2012- 2015 dapat disimpulkan :

Tidak terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui current ratio (CR) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui total asset turnover (TATO) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui return on asset (ROA) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui return on equity (ROE) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Tidak terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui debt to asset ratio (DAR) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Tidak terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui debt to equity ratio (DER) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan yang diukur melalui earning per share (EPS) sebelum dan sesudah merger dan akuisisi.

Keterbatasan Penelitian

Periode penelitian ini hanya 3 tahun setelah merger dan akuisisi.

Perusahaan yang dijadikan sampel penelitian hanya terbatas pada perusahaan yang melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada tahun 2012-2015

Penelitian ini hanya mengukur kinerja keuangan perusahaan setelah merger dan akuisisi, sedangkan terdapat

(8)

faktor non ekonomi lainnya yang dapat diukur untuk melihat dampak kegiatan merger dan akuisisi terhadap peningkatan kinerja perusahaan seperti teknologi, sumber daya manusia, budaya perusahaan, dan lain sebagainya.

Saran

Beberapa saran yang dapat peneliti sampaikan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan adalah :

Saran Bagi Investor

Investor perlu melakukan pertimbangan dan berhati – hati dalam menyikapi kegiatan merger dan akuisisi, karena belum dapat dipastikan bahwa merger dan akuisisi dapat memberikan dampak positif bagi perusahaan.

Saran Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi Peneliti selanjutnya disarankan untuk memperpanjang periode pengamatan, sehingga range data yang diolah lebih dapat mewakilkan perbedaan yang didapat setelah perusahaan memutuskan untuk melakukan aktivitas merger dan akuisisi pada perusahaan lain.

Saran Bagi Perusahaan yang Akan Melakukan Merger dan Akuisisi.

Perusahaan pengambilalih harus lebih berhati-hati dalam memilih perusahaan target dan memutuskan untuk melakukan merger dan akuisisi. Perusahaan target yang mempunyai kinerja keuangan yang baik sehingga dapat memberikan sinergi terhadap perusahaan pengambil

REFERENSI

Abbas, Q., Hunjra, A.I., Saeed, R., Hasan, E.U., dan Ijaz, M.S. (2014). Analysis of Pre and Post Merger and Acquisition Financial Performance of Banks in Pakistan.

Information Management and Business Review, Vol. 6, No.

4, Pg. 177-190.

Ahmed, Z,. Dan Ahmed, M. (2014). Mergers And Acquisitions: Effect on Financial Performance of Manufacturing Companies of Pakistan. Middle-East Journal of Scientific Research, Vol 21(4), Pg 689-698.

Argamaya, Arifianto, G. (2016). Analisis Kinerja Keuangan Berdasarkan Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Dan Rasio Profitabilitas Pada Perusahaan Publik Di Indonesia Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi. Media Riset Akuntansi, Vol 6(2), Pg 1-23.

Dewi, Y.R.K.S., dan Worokinasih, S. (2018). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 62(2), Pg 1.

Dr. Rajeesh Viswanathan dan Neethu T.C. (2017). A Study on Financial Performance of Companies Before and After Merger and Acquisition. Indian Journal Of Applied Research, Vol 7, Pg 444-446.

Dr. Yusuf Ali Khalaf Al-Hroot (2016). The Impact of Mergers on Financial Performance of the Jordanian Industrial Sector. International Journal of Management &

Business studies, Vol. 6, Pg 9-13.

Esterlina, P., dan Firdausi, N.N. (2017). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi. Jurnal Administrasi Bisnis, Vol 47(2), Pg 39-48.

Fahmi, Irham. 2012. Analisis Kinerja Keuangan. Bandung :Alfabeta.

Fatima, T., dan Shehzad, A. (2014). An Analysis of Impact of Merger and Acquisition of Financial Performance of Banks: A case of Pakistan. Journal of Poverty, Investment and Development, Vol. 5, Pg 29-36.

Ghozali, Imam. 2018. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS. Yogyakarta: Universitas Diponegoro

Gitman, Lawrence. J. (2006). Priciple Of Manajerial Finance, Eleventh Edition, The United States of America: Pearson Education, Inc.

Gupta Honey. (2016). Pre And Post Merger Financial Performance Analysis Of State Bank Of India. ZENITH International Journal of Multidisciplinary Research, Vol.

Vol 6 (10), Pg 1-8.

Gustina, I. 2017. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Go Public Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 6, Pg 1-23.

Hanafi, Mamduh M. 2013. Manajemen Keuangan, Yogyakarta. Edisi Pertama.Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.

Hanafi, Mamduh M. dan Abdul Halim. 2012. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: UPP STIMYKPN.

Hery, S.E., M.si. 2016. Analisis Laporan Keuangan.

Jakarta: Grasindo

Hitt, M. A, 2002. Merger dan Akuisisi: Panduan Bagi para Pemegang Saham Untuk Meraih Laba, Terjemahan, Cetakan Pertama, Erlangga, Jakarta.

Ifantara, H., Indiranasari, N.T., dan Ifa, K. (2018). Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah

Merger dan Akuisisi. Jurnal Riset Akuntansi, Vol 1, Pg 44-48.

Inoti, G.G., Onyuma, S.O., dan Muiri, M.W. (2014). Impact of acquisitions on the financial performance of the acquiring companies in Kenya: A case study of listed acquiring firms at the Nairobi securities exchange. Journal of Finance and Accounting, Vol 2(5), Pg 108-115.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2004. Standart Akuntansi Keuangan 2004. Jakarta: Salemba Empat.

Jensen, M. C and Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm:

Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership

(9)

Structure. Journal of Financial Economics, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, pp. 305-360.

Keown, Arthur. J. (2011). Manajemen Keuangan (Jilid Pertama). Jakarta: Indeks.

Malis, R., dan Setyorini, D. (2017). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Yang Melakukan Merger Dan Akuisisi Periode 2009-2013. Jurnal Profita Edisi 1, Pg 1-19.

Maulida, A., Hermanto, dan Hidayati, S.A. (2016). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di BEI. Jurnal Magister Manajemen.

Moin, Abdul. (2010). Merger, Akuisisi dan Divestasi. Jilid 1. Yogyakarta: Ekonisia.

Munawir, S, 2001. Akuntansi Keuangan dan Manajemen, Edisi Pertama, Penerbit BPFE,Yogyakarta.

Nasir, M., dan Morina, T. (2018). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi. Jurnal Economic Resources, Vol 1(1), Pg 71-85.

Naziah, U., Yusralaini, dan L, A.A. (2014). Analisis Perbandingan Kinerja Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Listing di BEI 2009-2012. JOM FEKON, Vol 1(1), Pg 1- 18.

Novaliza, P., dan Djajanti, A. (2013). Analisis Pengaruh Merger Dan Akuisisi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Publik Di Indonesia (Periode 2004-2011).

Jurnal Akuintansi dan Bisnis, Vol 1(1), Pg 1-16.

Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No 22 Tahun 1999,Ikatan Akuntan Indonesia, 1999.

Pham Long Hoam (2014). An Analysis Of Pre And Post- Acquisition Financial Performance Of Target Czech Banks:

A Comparative Analysis. Journal Of Eastern European And Central Asian Research, Vol 1, No 2.

Pramadi, A.R., dan Triani, N.N.A. (2018). Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Periode 2011-2013. Jurnal Akuntansi UNESA, Vol 6(2), Pg 1-23.

Septiawan, I.P.D.A, dan Rasmini, N.I. (2018). Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Merger Dan Akuisisi 2011-2014. E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, Vol 24(1), Pg 687-714.

Sujud, H., dan Hachem, B. (2018). Effect of Mergers and Acquisitions on Performance of Lebanese Banks.

International Research Journal of Finance and Economics.

Syamsuddin, Lukman. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Rajawali Pers

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas. 16 Agustus 2007. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomir 106.

Jakarta.

Yanan, E.M., Hamza, S.H., dan Basit, A. (2016) mengenai Impact of Merger and Acquisitions on Firms Financial Performance: A study on United States of America.

International Journal of Accounting & Business Management, Vol 4 (No.2), Pg 159-169.

Referensi

Dokumen terkait

Penataan bagi ruang kelas anak berkebutuhan khusus pada intinya sama saja dengan penataan pada ruang kelas orang normal, hanya saja perbedaaan terletak pada

biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan petani untuk usahatani jeruk nipis per. tahun di daerah penelitian adalah Rp 44.530.000,-

Anggaran untuk sasaran kegiatan Meningkatnya daya ungkap Bahasa Indonesia sebesar Rp173.478.000 (Seratus tujuh puluh tiga juta empat ratus tujuh puluh delapan ribu

Salah satu aspek dalam peningkatkan derajat kesehatan adalah tingkat pengetahuan masyarakat, berbagai hasil penelitian telah menemukan adanya perbedaan signifikan

Keterampilan BHD menjadi penting karena didalamnya diajarkan mengenai teknik dasar penyelamatan korban dari berbagai kecelakaan atau musibah sehari-hari yang biasa

Setelah itu, cuci biji mentimun di air mengalir sampai selaput yang menyelubunginya hilang. Untuk memudahkan pengelupasan selaput, campurkan abu halus pada benih

Dengan telah dilakukannya penelitian tentang pengaruh non performing financing dan financing to deposit ratio terhadap profitabilitas dengan Capital Adequacy Ratio

Perlakuan ekstrak daun ketapang, mahoni, dan kerai payung pada penelitian ini tidak berpengaruh secara nyata terhadap penghambatan berat kering dan kandungan