• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA STRATA VEGETASI YANG BERVARIASI DI TAMAN KOTA 1 BUMI SERPONG DAMAI (BSD), TANGERANG SELATAN, BANTEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA STRATA VEGETASI YANG BERVARIASI DI TAMAN KOTA 1 BUMI SERPONG DAMAI (BSD), TANGERANG SELATAN, BANTEN"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA STRATA VEGETASI YANG BERVARIASI DI TAMAN KOTA 1 BUMI SERPONG DAMAI

(BSD), TANGERANG SELATAN, BANTEN

RATNA EVANIA FITRIYANI

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021M/1443 H

(2)

RATNA EVANIA FITRIYANI 11140950000022

PEMANFAATAN STRATA VEGETASI OLEH BURUNG DAN

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN KOTA 1 BUMI SERPONG DAMAI (BSD), TANGERANG SELATAN, BANTEN

JAKARTA 2021M/1443

(3)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA STRATA VEGETASI YANG BERVARIASI DI TAMAN KOTA 1 BUMI SERPONG DAMAI

(BSD), TANGERANG SELATAN, BANTEN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Ratna Evania Fitriyani 11140950000022

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2021 M/1443 H

(4)

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG PADA STRATA VEGETASI YANG BERVARIASI DI TAMAN KOTA 1 BUMI SERPONG DAMAI

(BSD), TANGERANG SELATAN, BANTEN

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Ratna Evania Fitriyani 11140950000022

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Priyanti, M. Si Narti Fitriana, M. Si NIP. 1975055262000122001 NIDN. 0331107403

Mengetahui,

Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Dr. Priyanti, M.Si NIP. 19750526 2000122001

(5)

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul “Keanekaragaman Jenis Burung pada Strata Vegetasi yang Bervariasi di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten” yang ditulis oleh Ratna Evania Fitriyani, NIM 11140950000022 telah diuji dan dinyatakan LULUS dalam Sidang Munaqosyah Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 11 Agustus 2021. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) Program Studi Biologi.

Menyetujui,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Dasumiati, M.Si Ir. Etyn Yunita, M.Si NIP. 197309231999032002 NIP.197006282014112002

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Priyanti, M.Si Narti Fitriana, M. Si NIP. 1975055262000122001 NIDN. 0331107403

Mengetahui,

Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Ketua Program Studi Biologi

Nashrul Hakiem, S.Si., M.T., Ph.D Dr. Priyanti, M.Si NIP. 197106082005011005 NIP.197505262000122001

(6)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, Agustus 2021

RATNA EVANIA FITRIYANI

NIM. 11140950000022

(7)

i ABSTRAK

Ratna Evania Fitriyani, Keanekaragaman Jenis Burung pada Strata Vegetasi yang Bervariasi di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten Skripsi. Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2021.

Dibimbing oleh Priyanti dan Narti Fitriana.

Taman Kota 1 BSD memiliki strata vegetasi yang bervariasi dan dapat berfungsi sebagai habitat bagi burung. Burung yang berada di Taman kota 1 BSD memiliki keanekaragaman jenis yang perlu dijaga kelestariannya, selain itu perlu diketahui status konservasinya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui keanekaragaman jenis burung pada strata vegetasi yang bervariasi, mengetahui keberadaan burung pada strata vegetasi dan mengetahui status konservasi burung di Taman Kota 1 BSD. Penelitian dilakukan di Taman Kota 1 BSD yang dilakukan pada bulan Mei-Juni 2021. Pengamatan burung dilakukan dengan metode survei sedangkan pengambilan data burung dilakukan dengan metode titik hitung. Hasil yang didapatkan adalah nilai H’ (2,46) dengan E (0,87) dan D (0,1), keberadaan burung ada di strata C (15 jenis) kemudian strata B (10 jenis), D (8 jenis) dan strata E (5 jenis). Keanekaragaman jenis burung di Taman Kota 1 BSD menunjukkan ekosistem yang ada termasuk cukup memadai. Strata terbanyak ditemukan keberadaan burung adalah strata C dan paling sedikit adalah strata E yang digunakan burung untuk aktivitas yang berbeda. Status konservasi burung berdasarkan IUCN sebanyak 17 jenis termasuk dalam kategori LC (least concern), terdapat satu jenis burung yang dilindungi berdasarkan Permen LHK No. 106 tahun 2018 yaitu kipasan belang (R. javanica), serta tidak ada jenis burung yang masuk dalam Apendiks CITES.

Kata kunci: Burung, keanekaragaman, strata vegetasi, status konservasi, Taman Kota 1 BSD

(8)

ii ABSTRACT

Ratna Evania Fitriyani, Bird Species Diversity in Varied Strata of Vegetation at Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD), Serpong, South Tangerang, Banten. Undergraduate Thesis. Departement of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta. 2021.

Adviced by Priyanti and Narti Fitriana.

Taman Kota 1 BSD has varied strata of vegetation and can serve as a habitat for bird. Taman Kota 1 BSD have species diversity who need to be preserved, besides that necessary to know their conservation status. The purpose this research is to know bird species diversity in varied strata of vegetation, to know the presence of bird in strata of vegetation and to know the conservation status of bird in Taman Kota 1 BSD. The location of this research is carried out in Taman Kota 1 BSD was conducted in May-June 2021. Survey method is to use for bird watching and point count is to use for collection of bird data. The results is value of H' (2.46) with E (0.87) and D (0.1), the presence of birds is in C strata (15 species) then B strata (10 species), D (8 species) and E strata (5 species). The bird diversity of species in Taman Kota 1 BSD shows that the existing ecosystem is quite adequate. The most strata found in the presence of bird is C strata and the least is E strata which was bird using that for different activities. Status conservation of bird in Taman Kota 1 BSD based on the IUCN is 17 species included in the LC (least concern) category or low risk bird. One species available on the Ministerial Regulation of Indonesia Number 106 of 2018, namely kipasan belang (R. javanica), and no bird species are included in the CITES Appendix.

Keyword: Bird, conservation status, diversity, strata of vegetation, Taman Kota 1 BSD

(9)

iii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Assalamualaikum Warahmatulahi Wabarakatuh

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur bagi Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Keanekaragaman Jenis Burung pada Strata Vegetasi yang Bervariasi di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten” yang dilaksanakan di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten.

Hal ini merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi oleh mahasiswa biologi guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dan membimbing penulis dalam pelaksanaan penelitian hingga penulisan skripsi ini, diantaranya kepada:

1. Dr. Priyanti, M.Si selaku Ketua Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pembimbing 1 atas kesediaan dalam memberikan dukungan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi.

2. Narti Fitriana, M. Si selaku Sekretaris Program Studi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pembimbing 2 atas kesediaan dalam memberikan dukungan dan arahan dalam menyelesaikan skripsi.

3. Dr. Fahma Wijayanti, M.Si dan Khohirul Hidayah, M.Si selaku penguji seminar proposal dan seminar hasil yang telah memberikan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaian skripsi.

4. Keluarga besar penulis terutama kedua orang tua dan kakak penulis karena telah memberikan dukungan penuh serta semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

(10)

iv

5. Dr. Dasumiati, M.Si dan Ir. Etyn Yunita, M.Si selaku penguji sidang skripsi yang telah memberikan saran dalam sidang skripsi

6. Segenap dosen Program Studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi atas semua ilmu pengetahuan dan ilmu kehidupan yang dengan ikhlas diajarkan kepada penulis.

7. Teman-teman Biologi 2014 yang berperan dalam memberi motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi.

8. Semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak langsung , yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan dan motivasi yang diberikan untuk penulis

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Jakarta, Agustus 2021

Penulis

(11)

v DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan ... 2

1.4. Manfaat ... 3

1.5. Kerangka Berpikir ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Taman Kota ... 4

2.2. Bumi Serpong Damai ... 5

2.3. Ekologi Burung ... 5

2.4. Ekologi Burung Perkotaan ... 6

2.5. Status Konservasi Burung... 7

2.6. Keistimewaan Burung dalam Al-Qur’an ... 7

BAB III METODE PENELITIAN ... 9

3.1. Lokasi dan Waktu ... 9

3.2. Alat dan Bahan ... 10

3.3. Teknik Sampling ... 10

3.4. Prosedur Kerja ... 10

3.5. Analisis Data ... 11

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 14

4.1. Keanekaragaman Jenis (H’) Burung pada Strata Vegetasi yang Bervariasi di Taman Kota 1 BSD ... 14

4.2. Keberadaan Burung pada Tiap Strata Vegetasi di Taman Kota 1 BSD ... 19

4.3. Status Konservasi Burung di Taman Kota 1 BSD ... 21

BAB V PENUTUP ... 23

5.1. Kesimpulan ... 23

5.2. Saran ... 23

DAFTAR PUSTAKA ... 24

LAMPIRAN ... 27

(12)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Kategori strata vegetasi ... 11 Tabel 2. Nilai pengukuran rata-rata faktor abiotik pada pagi hari dan sore hari dari 4 titik pengamatan di Taman Kota 1 BSD ... 14 Tabel 3. Daftar jenis burung yang teramati pada titik pengamatan di Taman Kota

1 BSD ... 16 Tabel 4. Jenis burung pada tiap strata vegetasi di Taman Kota 1 BSD ... 17 Tabel 5. Keberadaan burung pada strata vegetasi di Taman Kota 1 BSD ... 19

(13)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian Pemanfaatan Vegetasi Sebagai Habitat

Berbagai Jenis Burung di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD), Serpong, Tangerang Selatan, Banten ... 3 Gambar 2. Citra Satelit Taman Kota 1 BSD (Sumber: www.googleearth.com) .... 9 Gambar 3. Skema Metode Point Count... 11 Gambar 4. Grafik Jumlah Individu dari Famili Burung pada Pagi Hari & Sore

Hari di Taman Kota 1 BSD ... 19

(14)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Jenis Tumbuhan pada Tiap Strata Vegetasi di Taman Kota 1 Bumi

Serpong Damai (BSD) ... 27 Lampiran 2. Jenis dan Jumlah Burung pada Pagi & Sore Hari di Taman Kota 1

Bumi Serpong Damai (BSD) ... 29 Lampiran 3. Keanekaragaman Jenis Burung di Taman Kota 1 Bumi Serpong

Damai (BSD) ... 29 Lampiran 4. Jenis Burung dan Jumlah Individu di Tiap Strata Vegetasi di Taman

Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD) ... 30 Lampiran 5. Status Konservasi Burung di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai

(BSD) ... 31

(15)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Tangerang Selatan merupakan salah satu kota penyangga atau kota satelit bagi DKI Jakarta. Sebagai kota penyangga, kota Tangerang Selatan mengalami perkembangan dan pertumbuhan penduduk yang berakibat pada adanya alih fungsi lahan. Daerah yang mengalami alih fungsi lahan tersebut salah satunya adalah Bumi Serpong Damai (BSD), sehingga daerah ini membutuhkan keberadaan ruang terbuka publik seperti Ruang Terbuka Hijau (RTH).

RTH yang ada di Tangerang Selatan salah satunya adalah Taman Kota 1 BSD.

Taman kota ini terdiri atas luas areal sekitar ±2,5 ha dengan vegetasi yang ditumbuhi sekitar ±60 jenis tumbuhan. Menurut Mardiastuti (2016), RTH perkotaan umumnya tidak memiliki hamparan vegetasi alami dan memiliki ukuran yang kecil, tetapi dapat berfungsi sebagai habitat alternatif yang baik bagi burung.

Jenis-jenis burung yang menghuni kawasan RTH pada umumnya adalah jenis- jenis burung generalis (Prasetyo, 2017), yakni jenis burung yang mampu beradaptasi terhadap perubahan vegetasi.

Taman Kota 1 BSD memiliki strata vegetasi yang bervariasi yang dapat berfungsi sebagai habitat bagi salah satu keanekaragaman hayati yaitu burung untuk digunakan sebagai tempat bersarang, berlindung, tempat mencari makan maupun aktivitas lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hermawan et al.(2017) tingkat keanekargaman jenis (H’) burung di Taman Kota 1 BSD tergolong sedang dengan kemerataan jenis (E) burung yang tinggi, serta status konservasi burung berdasarkan IUCN tergolong LC (least concern) namun penelitian ini hanya dilakukan pada pagi hari saja sehingga tidak diketahui jenis burung apa sajakah yang ditemukan pada sore hari, selain itu Taman Kota 1 BSD mengalami adanya perbaikan infrastruktur pada tahun 2019 sehingga dapat berpengaruh pada adanya tingkat keanekaragaman burung yang ada di Taman Kota 1 BSD.

Burung yang menempati Taman kota 1 BSD memiliki keanekaragaman jenis yang perlu dijaga kelestariannya, selain itu perlu diketahui status konservasi burung karena burung di RTH perkotaan mengalami ancaman pengurangan

(16)

2

jumlah akibat perburuan tanpa izin, pencemaran lingkungan atau akibat hilangnya habitat. Oleh sebab itu, diperlukan adanya penelitian lebih lanjut mengenai keanekaragaman jenis burung pada strata vegetasi dan juga status konservasi burung di Taman Kota 1 BSD. Hal ini menjadi penting, karena penelitian tentang burung, umumnya lebih banyak dilakukan di ekosistem alam dibanding pada ekosistem perkotaan (McKinney, 2002; Beninde et al., 2015).

Sebagaimana yang tercantum di dalam Al-Qur’an, burung merupakan salah satu makhluk hidup ciptaan Allah SWT yang memiliki keunikan berupa sayap yang membantunya untuk terbang. Burung merupakan kekuasaan-Nya yang tercantum pada Q.S. Al-Mulk Ayat 19. “Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu”. (Q.S. Al- Mulk : 19).

1.2.Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa masalah, antara lain sebagai berikut :

a. Bagaimanakah keanekaragaman jenis burung pada strata vegetasi yang bervariasi di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan?

b. Bagaimanakah keberadaan burung pada strata vegetasi di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan?

c. Bagaimanakah status konservasi burung di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan?

1.3.Tujuan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk :

a. Menganalisis keanekaragaman jenis burung pada strata vegetasi yang bervariasi di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan.

b. Mengetahui keberadaan burung pada strata vegetasi di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan.

c. Mengetahui status konservasi burung di Taman Kota 1 BSD, Kota Tangerang Selatan.

(17)

3

Tangerang Selatan membutuhkan RTH akibat alih fungsi lahan

Salah satu RTH di Tangerang Selatan adalah

Taman Kota 1 BSD

Berfungsi sebagai ruang publik dan dapat dimanfaatkan oleh burung berdasarkan

strata vegetasinya Burung di Taman Kota

1 BSD memiliki keanekaragaman yang

perlu dijaga kelestariannya

Penelitian sebelumnya oleh Hermawan et al.(2017) tingkat

(H’) tergolong sedang dengan (E) yang tinggi, status konservasi burung berdasarkan

IUCN tergolong LC

Belum diketahui pemanfaatan strata vegetasi oleh burung

Dilakukan penelitian untuk mengetahui pemanfaatan strata vegetasi, keanekaragaman jenis

burung serta status konservasinya Dapat menjadi informasi

dan dapat dikembangkan lebih lanjut 1.4.Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu memberi informasi mengenai keanekaragaman jenis burung, keberadaan burung pada strata vegetasi dan status konservasi burung yang terdapat di Taman Kota 1 BSD, serta dapat menjadi rekomendasi bagi pengelola kawasan untuk menjaga habitat burung di kawasan RTH Taman Kota 1 BSD.

1.5. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir pada penelitian ini terdapat pada Gambar 1.

Gambar 1. Kerangka berpikir penelitian pemanfaatan strata vegetasi oleh burung dan keanekargaman jenis burung di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten

(18)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Taman Kota

Taman kota merupakan salah satu bagian dari ruang terbuka hijau (RTH) kota. Manfaat penyediaan RTH berupa taman kota adalah menumbuhkan kesegaran, kenyamanan, keindahan lingkungan, menurunkan tingkat polusi dan mewujudkan keserasian lingkungan. Setiap orang mempunyai hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat dan yang dapat menanggulangi dari kerusakan dan pencemaran lingkungan, sehingga suatu kota dituntut untuk menyediakan fasilitas yang cukup seperti air, udara yang sehat, cahaya, perumahan, permukiman penduduk serta taman-taman kota yang cukup (Abdillah, 2005).

Menurut Adinata et al. (2009), taman kota sebagai bagian dari ruang publik, sering tidak disadari oleh masyarakat kota akan peranannya di dalam menyelaraskan pola kehidupan kota yang sehat. Begitu berperannya taman kota terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat kota akan fasilitas ruang publik, sehingga pengelolaannya memerlukan pemikiran yang tidak bisa dilakukan dengan upaya yang kurang bijaksana.

Berdasarkan ukuran dan skala cakupan penggunaannya, taman umum di perkotaan biasanya dibedakan atas taman kota, dan taman lingkungan. Taman kota adalah taman umum pada skala kota, yang peruntukkannya sebagai fasilitas untuk rekreasi, olahraga, dan sosialisasi masyarakat di kota yang bersangkutan.

Fasilitas yang disediakan di taman kota disesuaikan dengan fungsinya dan fasilitas pendukung lainnya antara lain:

a. Fasilitas rekreasi (fasilitas bermain anak, tempat bersantai, panggung);

b. Fasilitas olahraga (jogging track, kolam renang, lapangan bola, lapangan tenis, basket, voli dan badminton serta fasilitas refleksi);

c. Fasilitas sosialisasi (ruang piknik, ruang yang memungkinkan untuk sosialisasi baik untuk kelompok kecil maupun besar);

d. Fasilitas jalan, tempat parkir, mushola, drainase, air, listrik/penerangan, penampungan sampah dan toilet.

Taman kota biasanya terletak di lokasi yang strategis dan juga muda diakses

(19)

5

dari berbagai penjuru kota. Penanggung jawab taman kota adalah pemerintah kota, meskipun demikian dalam pengelolaan dapat berkolaborasi dengan pihak swasta (Arifin et al., 2007).

2.2. Bumi Serpong Damai

Bumi Serpong Damai (BSD) merupakan wilayah yang dibangun oleh PT.

Bumi Serpong Damai Tbk. yang berdiri pada 16 Januari 1984 dan menjadi pionir dalam pembangunan kota mandiri di daerah Jakarta, Bogor, Tangerang dan Bekasi (Jabotabek). Proyek BSD City memiliki tiga tahap pembangunan dengan total luas lahan yang direncanakan sebesar 6.000 ha. Tahap awal telah dibangun sekitar 1.300 ha menurut (Nugraha, 2011).

Pihak pengelola BSD City membangun RTH berupa dua taman kota, yaitu Taman Kota 1 dan Taman Kota 2 BSD. Taman kota 1 BSD berada di bilangan Giri Loka dibangun pada tahun 2004 dengan luas areal 2,5 hektar, di Taman Kota 1 BSD ini ditumbuhi 60 jenis tanaman dengan jumlah pohon mencapai 2.500 pohon. Jenis pohon yang ada antara lain nam-nam hutan (Cynometra cauliflora), keben (Barringtonia asiatica), pulai (Alstonia scholaris), nyamplung (Calophyllum inophyllum), menteng (Baccaurea racemosa), bintaro (Cerbera odollam), beringin sabre (Ficus benjamina), saraca (Saraca asoca), meranti (Shorea macrophylla), sawo duren (Chrysophyllum cainito), dan sosis afrika (Kigelia aethiopica) dan lain-lain. Pada taman ini juga terdapat fasilitas pelataran berkumpul dan panggung, jogging track, area fitness, jalan akupuntur, wahana bermain anak, papan pendidikan lingkungan, dan kios jajanan. Taman Kota 2 BSD berada di kawasan Taman Tekno Kecamatan Setu, Tangerang Selatan.

Taman Kota 2 memiliki luas 9 hektar termasuk danau buatan yang luasnya 2 hektar dengan jumlah pepohonan sekitar 7.000 pohon (Wibisono, 2008).

2.3. Ekologi Burung

Burung atau aves termasuk hewan bertulang belakang yang memiliki sayap dan bulu. Sekitar 11.000 jenis burung ditemukan di dunia dan 1.500 jenis diantaranya ditemukan di Indonesia. Pulau Sumatera merupakan pulau yang memiliki jumlah jenis burung dengan jumlah paling banyak (Indrawan et al., 2007). Burung akan melakukan interaksi satu dengan yang lain dan terdistribusi di

(20)

6

dalam komunitasnya. Interaksi antar tiap jenis burung akan mempengaruhi ekosistem di suatu daerah. Burung sebagai fauna yang keberadaannya sangat dinamis mampu menjadi indikator perubahan lingkungan (Bibby et al., 2000).

Burung memiliki jangkauan habitat yang sangat luas meliputi hutan tropis, pesisir pantai hingga ke tengah lautan, rawa-rawa, padang pasir, gua, perumahan, hingga wilayah perkotaan. Menurut Czech et al. (2005) wilayah perkotaan memiliki fasilitas berupa infrastruktur dan perumahan yang dapat menggantikan habitat asli burung. Arus percepatan urbanisasi di perkotaan yang makin meluas mampu menurunkan populasi burung (Biamonte et al., 2011). Selama terjadinya proses evolusi, burung selalu beradaptasi dengan berbagai macam faktor, baik faktor abiotik maupun faktor biotik. Hasil dari adaptasi ini menyebabkan burung menetap di suatu tempat sesuai dengan kebutuhan hidupnya (Rusmendro, 2004).

2.4. Ekologi Burung Perkotaan

Burung perkotaan memiliki toleransi yang lebih luas pada perubahan fungsi lahan yang terjadi di wilayah perkotaan. Respon fisiologis, ekologis, dan kebiasaan hidup berkontribusi terhadap luasnya toleransi burung di perkotaan.

Ketiga respon ini saling berkaitan dalam hal cara mencari makan, ketersediaan bentuk area terbangun yang dijadikan sebagai sarang, atau sumber makanan yang baru dan cocok bagi burung di perkotaan (Bonier et al., 2007).

Burung di perkotaan mengalami adanya gangguan, baik secara langsung atau tidak langsung. Gangguan secara langsung yaitu berupa perburuan burung baik sebagai pemenuhan kebutuhan bahan pangan ataupun sebagai bagian dari aktivitas olahraga, sedangkan gangguan burung secara tidak langsung adalah gangguan burung terhadap habitatnya (Nugroho et al., 2015).

Gangguan burung terhadap habitatnya berupa adanya alih fungsi lahan yang mengubah habitat asli burung. Alih fungsi lahan ini berkaitan dengan proses urbanisasi yang mengakibatkan punahnya suatu jenis burung (Alvares &

MacGregor-Fors, 2009). Alih fungsi lahan menyebabkan hilangnya suatu elemen habitat dan jenis burung yang bergantung terhadap elemen habitat tersebut juga ikut hilang (Diaz et al., 2005).

Secara umum, burung di alam bergantung terhadap adanya vegetasi. Menurut Wisnubudi (2009) vegetasi dimanfaatkan secara vertikal maupun horizontal

(21)

7

karena mobilitas burung yang sangat tinggi. Pemanfaatan vegetasi oleh burung secara vertikal terlihat pada penggunaan vegetasi dari tajuk sampai lantai vegetasi, sedangkan pemanfaatan vegetasi secara horizontal terlihat pada pola adaptasi dan strategi dalam memperoleh pakan.

Menurut Ma et al. (2010) dan Nugroho et al. (2015) vegetasi yang lebat menyediakan keragaman jenis pakan bagi burung. Bagi burung air vegetasi yang lebat bisa meningkatkan keragaman jenis invertebrata. Sementara bagi burung terrestrial vegetasi yang lebat bisa menyediakan jenis pakan berupa buah-buahan atau nektar dari bunga (Fernandez-Juricic, 2000).

2.5. Status Konservasi Burung

Status perlindungan burung di dalam hukum negara Republik Indonesia mengacu pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor 106 Tahun 2018 tentang jenis tumbuhan dan satwa yang dilindungi, Redlist International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (2012) dan Apendiks Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora (2017).

Status konservasi burung yang berdasar pada International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN) adalah status keterancaman yang mengklasifikasikan burung berdasarkan risiko kepunahan.

Status keterancaman burung menurut IUCN mengacu kepada Redlist IUCN (2012) yang terdiri dari 9 kategori. Kategori status keterancaman burung menurut IUCN meliputi NE = Not Evaluated (belum dievaluasi), DD = Data Deficient (data kurang), LC = Least Concern (risiko rendah), NT = Near Threatened (hampir terancam), VU = Vulnerable (rentan), EN = Endangered (genting), CR = Critically Endangered (kritis), EW = Extinct in the Wild (punah di alam), EX = Extinct (punah).

2.6. Keistimewaan Burung dalam Al-Qur’an

Burung merupakan salah satu ciptaan Allah yang memiliki keistimewaan tersendiri yang tercantum di dalam Al-Qu’ran. Burung menjadi tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala yaitu burung dapat terbang dengan mengepakkan kedua sayapnya. Burung juga merupakan makhluk yang memiliki fungsi ekologis

(22)

8

sebagai bioindikator suatu lingkungan ataupun sebagai agen penyerbukan bagi tanaman. Kita sebagai umat Islam yang beriman dituntut untuk beriman kepada tanda-tanda kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kekuasaan Allah Subhanahu wa Ta’ala terhadap burung terdapat dalam Q.S. Al-Mulk ayat 19.

ۥُهَّنِإ ۚ ُن ََّٰم ۡح َّرلٱ َّلَِّإ َّنُهُكِس ۡمُي اَم ۚ َن ۡضِبۡقَي َو ٍتََّّٰفَََّٰٰٓص ۡمُهَق ۡوَف ِرۡيَّطلٱ ىَلِإ ْا ۡو َرَي ۡمَل َوَأ ري ِصَب ٍء ۡىَش ِ لُكِب

Artinya :

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu”. (Q.S. Al-Mulk 67 : 19).

(23)

9 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu

Penelitian ini dilakukan di Taman Kota 1 BSD, Kecamatan Serpong, Kota Tangerang Selatan, Banten. Waktu penelitian dilakukan selama bulan Mei-Juni 2021. Pengamatan dilakukan pada pagi hari (pukul 06.00-08.00 WIB) dan sore hari (pukul 16.00-18.00 WIB), waktu ini merupakan waktu aktif burung untuk melakukan aktivitas.

Taman Kota 1 berada di pusat kota BSD, secara geografis Taman Kota 1 BSD terletak pada koordinat 6°17'18,97"LS dan 106°40'30"BT (Gambar 2)

Gambar 2. Peta lokasi penelitian pemanfaatan strata vegetasi oleh burung dan keanekaragaman jenis burung di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten

(24)

10

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah binokular Bushnell Powerview, clinometer Suunto PM-5, weathermeter AZ8910, luxmeter Hanna HI 97500, alat tulis, pencatat waktu, lembar pengamatan, buku panduan lapangan “Burung-burung di Sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan”

(MacKinnon et al., 2010). Objek yang diamati dalam penelitian ini adalah berbagai jenis burung di Taman Kota 1 BSD.

3.3. Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan metode survei. Penentuan titik sampilng menggunakan metode purposive sampling berdasarkan vegetasi yang mencakup berbagai strata. Pengambilan data burung dilakukan menggunakan metode titik hitung (point count).

3.4. Prosedur Kerja

3.4.1 Pengukuran Faktor Abiotik

Pengukuran faktor abiotik dilakukan di masing-masing titik pengamatan baik pada pagi hari maupun sore hari sebelum melakukan pengamatan burung.

Faktor abiotik yang diukur terdiri dari suhu udara, kelembapan udara, dan kecepatan angin menggunakan weather meter. Serta, faktor abiotik berupa intensitas cahaya diukur menggunakan luxmeter.

3.4.2 Pengambilan Data Burung

Pengambilan data burung dilakukan di 4 titik pengamatan (T1-T4).

Pengamatan jenis burung di setiap titik dilakukan secara melingkar dengan jarak pandang pada masing-masing titik adalah 25 meter. Waktu pengamatan di setiap titiknya adalah 15 menit. Jarak pengamatan antar titiknya adalah 50 meter Hutto et al. (1986 dalam Hermawan et al.,2017). Data yang diambil antara lain adalah jenis burung, jumlah individu, aktivitas dan tipe strata vegetasi. Gambar 3 menunjukkan skema metode point count

(25)

11

Gambar 3. Skema metode point count 3.4.3 Kategori Strata Vegetasi Berdasarkan Ketinggian Pohon

Vegetasi memiliki strata vegetasi yang bervariasi. Pembagian strata vegetasi dikategorikan berdasarkan ketinggian pohon menurut Indriyanto (2006) terdapat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Kategori strata vegetasi Kategori strata vegetasi Ketinggian (m)

Strata A >30

Strata B 20-30

Strata C 4-20

Strata D 1-4

Strata E <1

3.4.4 Status Perlindungan Burung

Status perlindungan burung dikelompokan menjadi tiga , yaitu berdasarkan pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Permen LHK) Republik Indonesia No. 106 Tahun 2018, status kelangkaannya berdasarkan IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) Red List of Threatened Species dan status perdagangan berdasarkan Appendix CITES (Convention on International Trade of Endangered Species).

3.5. Analisis Data

3.5.1 Keberadaan Burung di Strata Vegetasi

Burung menggunakan tiap strata tumbuhan untuk berbagai aktivitas seperti bersarang, bertengger, mencari makan atau berinteraksi dengan burung lain.

Keberadaan burung dijelaskan secara deskriptif berdasarkan banyaknya burung yang menggunakan vegetasi di setiap strata vegetasi.

(26)

12

3.5.2 Indeks Keanekaragaman Jenis

Keanekaragaman jenis burung diukur menggunakan indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener:

H′ = -∑ 𝑃𝑖 𝑙𝑛 𝑃𝑖 Keterangan :

H′ = Indeks keanekaragaman jenis Shannon-Wiener Pi = ni

N

Ni = Jumlah individu jenis ke-i N = Jumlah total individu ln = Logaritma natural

Nilai Indeks Keanekaragaman Jenis Shannon-Wiener diklasifikasikan sebagai berikut : H’<1 menunjukkan tingkat keanekaragaman rendah, 1<H’<3 menunjukkan tingkat keanekaragaman sedang, H’>3 menunjukkan tingkat keanekaragaman tinggi (Magurran, 2004).

3.5.3 Dominansi Jenis

Dominansi jenis burung diukur menggunakan indeks dominansi Simpson:

𝐷 = ∑ [Ni

N]2 Keterangan :

D = Indeks Dominansi

Ni = Jumlah burung jenis ke - i N = Jumlah total jenis burung

Kriteria indeks dominansi adalah : 0 < Di ≤ 0,5 = tidak ada jenis yang mendominansi 0,5 < Di < 1 = terdapat jenis yang mendominasi Daget (1976 dalam Safanah, 2017).

3.5.4 Kemerataan Jenis

Indeks Kemerataan (Index of Evenness) berfungsi untuk mengetahui kemerataan setiap jenis dalam setiap komunitas yang dijumpai. Kemerataan jenis burung dalam suatu komunitas diukur menggunakan indeks kemerataan Evennes :

E = H′

ln S Keterangan :

(27)

13

E = Indeks kemerataan

H’ = Keanekaragaman jenis burung ln = Logaritma natural

S = Jumlah jenis

Kisaran nilai indeks kemerataan jenis (E) menurut Krebs (1985) adalah E<0,4 kemerataan jenisnya rendah, 0,4<E<0,6 maka, nilai kemerataan jenisnya sedang, E>0,6 kemerataan jenisnya tinggi.

3.5.5 Stasus Konservasi Burung

Status konservasi burung dikelompokan berdasarkan Permen LHK RI No.

106 Tahun 2018, IUCN Redlist dan juga Apendiks CITES. Status konservasi burung disajikan dalam bentuk tabulasi. Tabulasi status konservasi burung dibahas secara deskriptif.

(28)

14 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keanekaragaman Jenis (H’) Burung pada Strata Vegetasi yang Bervariasi di Taman Kota 1 BSD

Sebelum melakukan pengamatan burung untuk mengetahui jenis burung, jumlah individu burung dan strata vegetasi apa saja yang ada di Taman Kota 1 BSD terlebih dahulu dilakukan pengukuran faktor abiotik di semua titik pengamatan baik pada pagi hari maupun sore hari. Faktor-faktor abiotik yang diukur sebelum melakukan pengamatan burung meliputi suhu udara, kelembaban udara, kecepatan angin dan intensitas cahaya yang disajikan berdasarkan nilai rata-rata pada pagi hari dan sore hari dari 4 titik pengamatan (Tabel 2).

Tabel 2. Nilai pengukuran rata-rata faktor abiotik pada pagi hari dan sore hari dari 4 titik pengamatan di Taman Kota 1 BSD

Faktor Abiotik

Waktu Pagi Hari

(06.00-09.00 WIB)

Sore Hari (16.00-18.00 WIB)

Suhu Udara (°C) 25 ±1,9 31±1,6

Kelembapan Udara (%RH) 71±1,4 69±

Kecepatan Angin (m/s) 1±0,6 2±0,7

Intensitas Cahaya (Lux) 107±2,6 227±52,5

Rata-rata suhu udara di Taman Kota 1 BSD pada pagi hari (25±1,9°C) lebih rendah dibandingkan di sore hari (31±1,6°C). Hal yang sama juga terdapat pada kelembapan udara, pagi hari (71±1,4% RH) dan sore hari (69±2,2 RH%).

Kecepatan angin, pada pagi hari nilainya lebih rendah (1±0,6 m/s) dibandingkan sore hari (2±0,7m/s) dan untuk intensitas cahaya nilai pada pagi hari (107±2,6 lux) lebih rendah dibandingkan dengan sore hari (227 ±52,5 lux).

Pengamatan burung dilakukan pada pagi hari dan sore hari, menurut Bibby et al. (2000) pengamatan dilakukan saat puncak aktivitas burung pada pagi hari dan sore hari hal ini bertujuan mengurangi bias dan mendapatkan presisi yang tepat.

Jenis-jenis burung yang ditemukan pada pagi hari jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan sore hari (Gambar 4).

(29)

15

0 10 20 30 40 50 60

Pagi Hari Sore Hari

JumlahIndividu

Gambar 4. Grafik jumlah individu dari famili burung pada pagi hari dan sore hari di Taman Kota 1 BSD

Berdasarkan hasil pengamatan pada pagi hari (06.00-08.00 WIB) dan sore hari (16.00-18.00 WIB) jumlah famili yang ditemukan pada pagi hari adalah sebanyak 11 dengan jenis burung yang ditemukan adalah 15 jenis, sedangkan pada sore hari famili yang ditemukan adalah 8 dengan jumlah jenis sebanyak 9 (Lampiran 2). Hal ini dikarenakan aktivitas burung lebih banyak dilakukan pada pagi hari, seperti mencari makan. Aktivitas burung lebih banyak terjadi di pagi hari (Krebs, 2013).

Jenis burung yang hanya ditemukan pada pagi hari saja adalah burung cabai jawa, bondol haji, madu kelapa, madu sriganti, kaladi tilik, kaladi ulam, merbah cerukcuk dan kipasan belang, sedangkan jenis burung yang hanya ditemukan pada sore hari saja antara lain bondol peking dan wiwik kelabu. Jumlah individu burung yang ditemukan pada pagi hari lebih besar dibandingkan dengan sore hari, hal ini diduga karena pada pagi hari, jenis-jenis burung diurnal sedang memulai aktivitas hariannya, terutama mencari makan, sedangkan pada sore hari terdapat kecenderungan beberapa jenis burung sedang istirahat atau melakukan aktivitas lainnya seperti bertengger atau berdiam diri (Rusmendro, 2009).

Berdasarkan pengamatan yang telah di lakukan di Taman Kota 1 BSD dari 4 titik pengamatan (T1-T4) terdapat sebanyak 385 individu yang berasal dari 4 ordo, 12 famili dan terdiri dari 17 jenis burung. Jenis burung yang terdapat di setiap titik dapat dilihat pada Tabel 3.

(30)

16

Tabel 3. Daftar jenis burung yang teramati pada titik pengamatan di Taman Kota 1 BSD

Famili Nama Latin Nama Lokal Titik Pengamatan

T1 T2 T3 T4 Columbidae Streptopelia chinensis Tekukur √ √ - √ Cuculidae Cacomantis merulinus Wiwik kelabu - - √ √ Dicaidae Dicaeum trachileum Cabai Jawa √ √ √ √ Estrildidae Lonchura punctulata Bondol peking - - √ -

Lonchura maja Bondol haji - - √ -

Hirundinidae

Hirundo rustica Layang-layang api

√ √ √ -

Nectarinidae Anthreptesmalacensis Madu kelapa √ √ - - Cynnyris jugularis Madu sriganti √ √ - - Passeridae Passer montanus Gereja Erasia √ √ √ √ Picidae Dendrocopos

moluccensis Kaladi tilik √ √ - √

Dendrocopus macei Kaladi ulam √ √ - √ Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang √ √ - √

Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk

√ √ - -

Rhipiduridae Rhipidura javanica Kipasan belang - √ - - Sylviidae Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu √ √ √ - Orthotomus sutorius Cinenen pisang √ √ √ √ Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata biasa √ √ √ √ Keterangan: - (tidak teramati di titik tersebut); √ (teramati di titik tersebut)

Berdasarkan Tabel 3 dari 4 titik pengamatan famili yang memiliki anggota terbanyak adalah famili Estrildidae, Nectarinidae, Picidae, Pycnonotidae dan Sylviidae yang masing-masing ditemukan sebanyak 2 jenis. Famili Columbidae, Cuculidae, Dicaidae, Hirundinidae, Passeridae, Rhipiduridae dan Zosteropidae masing-masing ditemukan sebanyak 1 jenis saja. Jenis-jenis burung yang ada di Taman Kota 1 BSD berdasarkan hasil pengamatan merupakan jenis burung yang umum ditemukan di wilayah perkotaan (Jarulis, 2005).

Jumlah famili yang ditemukan pada titik pengamatan T1 adalah 9 dengan jumlah jenis 13 dan jumlah individu sebanyak 135, pada T2 terdapat 10 famili dengan jumlah jenis 14 dan jumlah individu sebanyak 131, di T3 jumlah familinya 7 dengan jumlah jenis 9 dan jumlah individunya adalah 45 serta pada T4 terdapat sebanyak 8 famili dengan 9 jenis dan jumlah individu sebanyak 74.

(31)

17

Taman Kota 1 BSD merupakan RTH dengan vegetasi yang dapat dijadikan habitat bagi berbagai jenis burung. Berdasarkan hasil pengamatan, strata vegetasi yang terdapat di Taman Kota 1 BSD terdiri atas 4 kategori antara lain adalah strata B dengan ketinggian pohon 20-30 m, strata C 4-20 m, strata D 1-4 m dan strata E kurang dari 1 m. Jumlah burung yang ditemukan pada strata B adalah 10 jenis, strata C 15 jenis, strata D 8 jenis dan strata E 5 jenis (Tabel 4).

Tabel 4. Jenis burung pada tiap strata vegetasi di Taman Kota 1 BSD

Famili Nama Latin Nama Lokal Strata Vegetasi

B C D E

Columbidae Streptopelia chinensis Tekukur - √ √ √ Cuculidae Cacomantis merulinus Wiwik kelabu - √ - - Dicaidae Dicaeum trachileum Cabai Jawa √ √ √ - Estrildidae Lonchura punctulata Bondol peking - - √ -

Lonchura maja Bondol haji - - √ -

Hirundinidae Hirundo rustica Layang-layang api

- √ √ -

Nectarinidae Anthreptesmalacensis Madu kelapa √ √ - - Cynnyris jugularis Madu sriganti - √ - - Passeridae Passer montanus Gereja erasia √ √ √ √ Picidae

Dendrocopos

moluccensis Kaladi tilik √ √ - -

Dendrocopus macei Kaladi ulam √ √ - - Pycnonotidae

Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang √ √ - √ Pycnonotus goiavier Merbah

cerukcuk

√ √ - -

Rhipiduridae Rhipidura javanica Kipasan belang - √ - - Sylviidae Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu √ √ √ - Orthotomus sutorius Cinenen pisang √ √ √ √ Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata biasa √ √ - √

Jumlah Jenis 10 15 8 5

Jumlah Individu 385

Keanekaragaman Jenis Burung (H’) 2,46

Dominansi Jenis Burung (Di) 0,1

Kemerataan Jenis (E) 0,87

Keterangan: B (20-30 m); C (4-20 m); D (1-4 m); E (>1 m); - (tidak ditemukan di titik tersebut); √ (ditemukan di titik tersebut)

(32)

18

Tingkat keanekaragaman jenis (H’) burung di Taman Kota 1 BSD memiliki nilai sebesar 2,46 yang menandakan bahwa tingkat keanekaragaman burung yang ada tergolong dalam ketegori sedang. Nilai tersebut menunjukkan ekosistem yang ada di Taman Kota 1 BSD termasuk cukup memadai untuk memberi daya dukung terhadap kehidupan burung (Sukandar, 2015). Menurut Firdaus et al. (2014), daya dukung variasi vegetasi merupakan salah satu faktor yang menghubungkan antara keanekaragaman spesies burung dan keseimbangan komunitas, yaitu jika keanekaragaman tinggi, maka keseimbangan komunitasnya juga tinggi. Kategori tersebut juga diperoleh dari penelitian oleh Hermawan et al.(2017), namun dengan nilai yang berbeda yaitu (H’=2,19), selain itu perbedaan lainnya adalah pada jumlah jenis burung yang ada pada penelitian sebelumnya yaitu 13 jenis sedangkan pada penelitian ini adalah 17 jenis. Perbedaan ini dapat diakibatkan karena watu penelitian hanya dilakukan pada pagi hari saja, sehinggaburung yang hanya terlihat di sore hari tidak diketahui pada penelitian tersebut.

Indeks kemerataan jenis di Taman Kota 1 BSD adalah 0,87. Nilai tersebut tergolong ke dalam nilai kemerataan yang tinggi. Nilai mendekati 1 menunjukkan bahwa kemerataan jenis yang semakin tinggi atau tidak adanya dominasi dari salah satu jenis. Hal ini sesuai dengan hasil indeks dominansi yang diperoleh dari hasil pegamatan yang tergolong kecil dengan nilai 0,1. Kemerataan jenis burung yang ada dapat dipengaruhi oleh ketersediaan pakan yang cukup pada setiap lokasi, sehingga kompetisi ataupun predasi antar jenis menjadi semakin kecil menurut (Odum, 1971).

Bersarkan pengamatan burung gereja erasia merupakan burung yang paling sering dijumpai di semua strata dan memiliki jumlah individu yang tinggi. Gereja erasia merupakan jenis burung yang bersifat kosmopolit yang memiliki persebaran sangat luas serta memiliki daya adaptasi tinggi terhadap berbagai tipe habitat (MacKinnon et al., 2010). Hal ini berbeda dengan jenis burung yang paling sedikit jumlahnya dan hanya ditemukan di strata tertentu saja, yaitu burung bondol peking, bondol haji, wiwik kelabu dan kipasan belang. Menurut Darmawan (2006), burung yang hanya ditemukan pada satu atau beberapa habitat saja dimungkinkan karena jenis tersebut hanya mampu menempati tipe habitat tertentu atau dikarenakan jenis tersebut memiliki populasi yang cukup rendah.

(33)

19

4.2. Keberadaan Burung pada Tiap Strata Vegetasi di Taman Kota 1 BSD Strata vegetasi yang paling banyak ditemukan keberadaan burung adalah strata C dengan jumlah individu sebanyak 182 yang berasal dari 11 famili dan 15 jenis. Strata kedua terbanyak ditemukan keberadaan burung adalah B dengan jumlah 100 individu dari 7 famili dan 10 jenis. Strata D terdapat sebanyak 59 individu dari 6 famili dan 8 jenis serta strata E adalah yang paling sedikit ditemukannya keberadaan burung dengan jumlah individu 44 dari 5 famili dan 5 jenis (Lampiran 3).

Strata vegetasi yang bervariasi di Taman Kota 1 BSD mengundang burung untuk datang, burung yang teramati sedang berada di berbagai strata vegetasi untuk melakukan berbagai aktivitas (Tabel 5). Hal ini sesuai dengan pernyataan Rahayuningsih et al. (2007) dimana pemilihan strata vegetasi oleh burung berkaitan dengan aktivitas burung seperti berinteraksi dengan individu lain, mencari makan, beristirahat ataupun membuat sarang.

Tabel 5. Keberadaan burung pada strata vegetasi di Taman Kota 1 BSD Strata Jumlah Keberadaan Burung

(Jenis) Aktivitas

B 10 Mencari makan, bertengger

,mengeluarkan suara

C 15 Mencari makan, bertengger,

bersarang, hinggap

D 8 Bertengger, hinggap

E 5 Mencari makan, hinggap

Keberadaan burung pada strata B terdiri dari 10 jenis burung (cabai jawa, madu kelapa, kaladi tilik, kaladi ulam, gereja erasia ,cucak kutilang, merbah cerukcuk, cinenen kelabu, cinenen pisang dan kacamata biasa) dengan jenis tumbuhan yang termasuk didalamnya antara lain palem raja (Roystonea regia), Jati (Tectona grandis), Asem Jawa (Tamarindus indica), karet kebo (Ficus elastica), kelapa sawit (Elaeis guineensis) dan matoa (Pometia pinnata) (Lampiran 1). Keberadaan burung di strata B adalah untuk melakukan aktivitas seperti mencari makan, bertengger, berinteraksi dan mengeluarkan suara.

(34)

20

Jenis burung yang teramati sedang mencari makan yaitu burung madu kelapa yang terlihat sedang mencari makan berupa nektar di pohon kelapa sawit.

Menurut MacKinnon et al. (2010), semua jenis burung madu memiliki sifat yang aktif bergerak dalam mencari makan, sehingga perilaku yang paling banyak ditemukan adalah perilaku ingestif. Peryataan tersebut sesuai dengan hasil pengamatan, bahwa perilaku paling banyak yang dilakukan pada burung madu kelapa adalah perilaku ingestif. Jenis burung lainnya seperti cabai jawa, gereja erasia dan merbah cerukcuk teramati pada pohon palem raja dan jati sebagai tempat bertengger. Jenis burung cucak kutilang teramati sedang mengeluarkan suara yaitu pada pohon palem raja menurut Campbell et al. (2004) dimana fungsi dari vokalisasi burung untuk mengirimkan informasi kepada burung lain. dan jenis burung lainnya memanfaatkan strata ini pada pohon matoa sebagai tempat berinteaksi antar individu.

Strata C teramati keberadaan burung sebanyak 15 jenis burung (tekukur, wiwik kelabu, cabai jawa, layang-layang api, madu kelapa, madu sriganti, gereja erasia, kaladi tilik, kaladi ulam, cucak kutilang, merbah cerukcuk, kipasan belang, cinenen kelabu, cinenen pisang dan kacamata biasa) untuk melakukan aktivitas seperti mencari makan, bertengger, bersarang dan juga hinggap sesaat. Jenis tumbuhan yang masuk dalam strata C antara lain adalah bintaro (Cerbera odollan), flamboyan (Delonix regia), ki hujan (Samanea saman), nyamplung (Calophyllum inophyllum), cempaka (Michelia champaca) (Lampiran 1). Burung madu kelapa dan madu sriganti memanfaatkan strata ini untuk mencari makan.

Burung tersebut merupakan pemakan nektar berukuran kecil yang mencari makan di pohon flamboyan yang sedang berbunga. Menurut Mackinnon et al. (2010), burung madu sriganti merupakan burung madu yang paling umum di daerah dataran rendah terbuka di seluruh sunda besar. Burung cabai jawa juga berada di starta ini untuk mencari makan berupa serangga seperti laba-laba yang ada di pohon bintaro. Jenis lain seperti gereja erasia, cinenen kelabu, cinenen pisang dan kacamata biasa memanfaatkan pohon ki hujan untuk bertengger. burung tekukur menggunakan strata ini untuk membuat sarang sebagai tempat beristirahat yang terbuat dari ranting-ranting pohon. Jenis burung lainnya seperti kaladi tilik, kaladi ulam hinggap sesaat di pohon cempaka begitupun cucak kutilang, merbah

(35)

21

cerukcuk, kipasan belang, wiwik Kelabu dan Layang-layang api yang hinggap sesaat di pohon nyamplung.

Keberadaan burung di strata D adalah sebanyak 8 jenis burung (tekukur, cabai jawa, bondol peking, bondol haji, layang-layang api, gereja erasia, cinenen kelabu dan cinenen pisang). Jenis tumbuhan yang masuk ke dalam strata ini adalah glodokan (Polyalthia longifoli) dan kenanga (Cananga odorata) (Lampiran 1). Burung Gereja Erasia dan Cinenen kelabu menggunakan strata ini untuk bertengger di pohon glodokan dan jenis lainnya seperti tekukur, cabai jawa, bondol peking, bondol haji, layang-layang api, gereja erasia, cinenen kelabu dan cinenen pisang hanya hinggap sesaat di pohon kenanga.

Strata E merupakan strata yang paling sedikit ditemukan keberadaan burung yaitu hanya teramati sebanyak 5 jenis burung (tekukur, gereja erasia, cucak kutilang, cinenen pisang dan kacamata biasa). Burung menfaatkan strata ini pada bagian lantai vegetasi antara lain untuk mencari makan seperti yang dilakukan oleh burung tekukur. Burung tekukur dimungkinkan memakan biji rumput dan tanah. Kegiatan memakan tanah menurut Rusmendro (2004) adalah perilaku burung memilih jenis tanah tertentu yang digunakan untuk membantu sistem pencernaan. Akan tetapi burung tekukur lebih banyak terlihat di strata C, hal ini sesuai dengan Cibois et al. (2013) dimana burung-burung dari famili Columbidae merupakan jenis burung arboreal yang lebih banyak melakukan aktivitas di bawah naungan pohon. Jenis burung lainnya hanya berjalan-jalan kecil kemudian terbang lagi ke pohon lain. Sedikitnya pemanfaatan yang ada di strata ini oleh burung dapat diakibatkan karena adanya aktivitas manusia yang lalu lalang. Sedikitnya burung yang ditemukan pada strata ini dapat dakibatkan karena adanya aktivitas manusia.

4.3. Status Konservasi Burung di Taman Kota 1 BSD

Status konservasi burung yang digunakan untuk acuan dalam penelitian ini antara lain adalah IUCN, Permen LHK No. 106 tahun 2018 dan Apendiks CITES.

Status konservasi burung berdasarkan IUCN merupakan kategori yang didasarkan pada resiko kepunahannya. Tujuh belas jenis burung yang ditemukan di Taman Kota 1 BSD tergolong dalam kategori LC (least concern) atau berisiko rendah.

Kategori berisiko rendah merupakan kategori untuk jenis burung yang sudah

(36)

22

dievaluasi informasinya namun belum termasuk dalam kriteria yang memenuhi pada kategori terancam punah.

Pemerintah Indonesia mengesahkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 yang memuat daftar flora fauna Indonesia yang dilindungi, kemudian daftar jenis-jenisnya di perbarui melalui Peraturan Menteri LHK Nomor 106 Tahun 2018. Berdasarkan status konservasi Permen LHK No. 106 tahun 2018, terdapat satu jenis burung yaitu kipasan belang (Rhipidura javanica) yang tergolong ke dalam burung yang dilindungi. Bahwa penetapan jenis satwa yang dilindungi dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi faktual populasi di alam dan kemungkinan besar hal ini juga disebabkan oleh tekanan terhadap habitatnya.

Status konservasi burung berdasarkan Apendiks CITES didapatkan hasil tidak ada jenis burung yang masuk di dalamnya, sehingga burung-burung yang ditemukan di Taman Kota 1 BSD status perdangannya berdasarkan Apendiks CITES masih bebas untuk diperjualbelikan. Jenis burung yang belum termasuk kedalam status kategori Apendiks CITES perlu juga mendapat perlindungan dalam rangka mencegah terjadinya penurunan jumlah burung tersebut. Hal yang sama diungkapkan oleh Ridki et al. (2016) bahwa burung merupakan suatu bagian dari keanekaragaman hayati yang perlu dijaga kelestariannya dari kepunahan.

(37)

23 BAB V

PENUTUP 8.1. Kesimpulan

1) Tingkat keanekaragaman jenis burung pada strata vegetasi yang bervariasi di Taman Kota 1 BSD menunjukkan ekosistem yang ada termasuk cukup memadai dengan kemerataan jenis yang tinggi karena tidak adanya dominansi dari salah satu jenis.

2) Keberadaan burung pada strata vegetasi di Taman Kota 1 BSD adalah pada strata B, C, D dan E. Strata terbanyak yang dimanfaatkan oleh burung adalah strata C dan paling sedikit adalah strata E. Masing-masing digunakan oleh burung untuk aktivitas yang berbeda.

3) Status konservasi burung di Taman Kota 1 BSD berdasarkan IUCN terdapat 17 jenis burung termasuk dalam kategori LC (least concern) atau burung berisiko rendah, terdapat 1 jenis burung yang dilindungi berdasarkan Permen LHK No.

106 tahun 2018 yaitu kipasan belang (Rhipidura javanica), serta tidak ada jenis burung yang masuk dalam Apendiks CITES.

8.2. Saran

1) Masyarakat di sekitar Taman Kota 1 BSD : Menjaga kelestarian vegetasi yang ada Taman Kota 1 BSD dengan tidak memetik atau merusaknya dengan sengaja, menjaga kebersihan dengan tidak membuang sampah secara sembarangan, dan tidak melakukan perburuan burung secara ilegal dengan menggunakan senjata api maupun angin dan jerat.

2) Pengelola Taman Kota 1 BSD: Merawat dan menjaga vegetasi di Taman Kota 1 BSD secara berkala yang menjadi habitat bagi burung serta menambah papan informasi mengenai jenis tumbuhan yang ada.

(38)

24 DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, J. (2005). Pola Penyebaran Taman Kota dan Peranannya terhadap Ekologi di Kota Jepara. Pendidikan Teknik Bangunan (Arsitektur). Skripsi.

Fakultas Teknik, Universitas Negeri Semarang, Semarang.

Adinata, AA, T. W. Murtini dan Wijayanti. (2009). Persepsi Masyarakat Terhadap Karakter Taman Kota Studi Kasus : Taman Menteri Supeno di Semarang. Architecture Department of Engineering Faculty, Diponegoro University, Tembalang Campus. Semarang.

Alvarez, R.O., & MacGregor-Fors, I. (2009). Living in the Big City: Effects of Urban Land Use on Bird Community Structure, Diversity, and Composition. Landscape and Urban Planning, (90), 189-195.

Arifin, H. S., A. Munandar, N.H.S. Arifin, Q. Pramukanto dan V.D. Damayanti.

(2007). Sampoerna Hijau Kotaku Hijau : Buku Panduan Penataan Taman Umum, Penanaman Tanaman, Penanganan Sampah dan Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta.

Beninde J, Veith M, Hochkirch A. (2015). Biodiversity in cities needs space: a meta-analysis of factor determining intra-urban biodiversity variation.

Ecol Lett. 1-12. doi:10.1111/ele.12427.

Bibby, C., Burgess, N., Hill, D., & Mustoe, S. (2000). Bird Census Techniques 2nd Edition. United Kingdom: Academic Press.

Biamonte, E., Sandoval, L., Chacon, E., & Barrantes, G. (2010). Effect of Urbanization on the Avifauna in a tropical Metropolitan Area. Landscape Ecol,(26), 183-194.

Bonier, F., Martin, P. R., & Wingfield, J.C. (2007). Urban Birds Have Broader Environmental Tolerance. Biology Letters, (3), 670-673.

Campbell, N. A., B. Reece, L. G. Mitchell. (2004). Biologi Edisi Ke-5 Jilid III.

Diterjemahkan oleh Wasmen Manalu. Erlangga : Jakarta.

Cibois, A., Thibault, J-C., Bonillo, C., Filardi, C.E., Watling, D., Pasquet, E. (2013).

Phylogeny and Biogeography of The Fruit Doves (Aves: Columbidae).

Molecular Phylogenetics and Evolution, (13).

Czech, B., Krausman, P. R., & Devers, P. K. (2000). Economic Associations among Causes of Species Endangerment in the United States. BioScience, 50 (7), 593-601.

Darmawan, M. P. (2006). Keanekaragaman Jenis Burung pada Beberapa Tipe Habitat di Hutan Lindung Gunung Lumut Kalimantan Timur. Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(39)

25

Diaz, I. A., Armesto, J. J., Reid, S., Sieving, K. E., & Willson, M. F. (2005). Linking Forest Structure and Composition: Avian Diversity in Successional Forests of Chiloé Island, Chile. Biological Conservation, (123), 91 101.

Fernandez-Juricic, E. (2000). Avifaunal Use of Wooded Streets in an Urban Lanscape. Conservation Biology, 14(2), 513-521.

Firdaus, A. B., Setiawan, A. dan Rustiati, E. L. (2014). Keanekaragaman spesies burung di Repong Damar Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Kabupaten Lampung Barat. Sylva Lestari. 2 (2) : 1-6.

Hermawan, A. S., Rumbalat, W., & Fitriana, N. (2017). Komunitas Burung Sebagai Indikator Kualitas Lingkungan Taman Kota 1 dan Taman Kota 2, Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang Selatan, Banten. Prosiding KPBBI 3. 1-7.

Indrawan, M., Primack, R. B. & Supriatna, J. (2007). Biologi Konservasi Edisi Revisi. Jakrata : Yayasan Obor Indonesia.

Indriyanto. (2006). Ekologi Hutan. Jakarta : PT Bumi Aksara.

Jarulis., A. Salsabila, A. Bakar. (2005). Fauna Burung Di Taman Kota Dan Jalur Hijau Kota Padang. Jurnal Gradien Vol.1 No.2 Juli 2005 : 98-104.

Krebs, C.J. (1985). Ecological Methodology. New York : Harper & Row Publisher.

Krebs, C.J. (2013). An Introduction to Behavioral Ecology. London : Blackwell Scientifik. Publications.

Ma, Z., Chai, Y., Li, B., Chen, J., (2010). Managing Wetland Habitats for Waterbirds: An International Perspective. Wetlands. (30), 15-27.

Mackinnon, K. G. (2000). Ekologi. Buku III. Jakarta : Prenhallindo.

MacKinnon J.,K. Philips dan B. Van Balen. (2010). Burung-burung di sumatera, Jawa, Bali, dan Kalimantan. Bogor : Puslitbang Biologi-LIPI.

Magurran A.,E. (2004). Measuring Biological Diversity. Malden : Blackwell Publishing.

Mardiastuti A. 2016. Pengelolaan Burung Liar Pada Lansekap Yang Didominansi Manusia [orasi ilmiah]. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

McKinney ML. (2002). Urbanization, biodiversity, and conservation: the impacts of urbanization on native species are poorly studied, but educating a highly urbanized human population about these impacts can greatly improve species conservation in all ecosystems. Bio Sci. 52(10):883-890.

(40)

26

Nugraha.Y.2011. Potensi Karbon Tersimpan di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD), Serpong, Tangerang Selatan, Banten. Skripsi. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Tangerang Selatan.

Nugroho, A. S., Anis, T., & Ulfah, M. (2015). Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Berbuah di Hutan Lindung Surokonto, Kendal, Jawa Tengah dan Potensinya Sebagai Kawasan Konservasi Burung. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. 1(3), 472-476.

Odum, E.P. (1971). Fundamental of Ecology. Philadelphia : W.B. Sounders Company.

Prasetyo LB. 2017. Pendekatan Ekoloi Lansekap untuk Konservasi Biodiversitas.

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rahayuningsih, M., Mardiastuti, A., Prasetyo, L.B., & Mulyani, Y.A. (2007). Bird Community in Burung Island, Karimunjawa National Park, Central Java.

Biodiversitas. 8(3): 183-187.

Ridki, M., Ulfira., Sari, S.L. dan Kamal, S. (2016). Keanekaragaman Burung di Kawasan Pesisir Rinon Pulo Breuh Kabupaten Aceh Besar. Prosiding Seminar Nasional Biotik, 3(1): 167-172.

Rusmendro, H. (2004). Bahan kuliah Ornitologi. Fakultas Biologi, Universitas Nasional, Jakarta.

Rusmendro, H. (2009). Perbandingan keanekaragaman burung pada pagi dan sore hari di empat tipe habitat di wilayah Pangandaran, Jawa Barat. Vis Vitalis.

1 (2) : 8-16.

Sukandar P, Winarsih A, Wijayanti F. (2015). Komunitas Burung di Pulau Tidung Kecil Kepulauan Seribu. Al-Kauniyah Jurnal Biologi. 8(2):66-76

Wibisono, Y. 2008. Pengelolaan Lanskap dan Pemeliharaan Taman Kota 1 di BSD City, Tangerang. Skripsi. Departemen Arsitektur Landskap Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wisnubudi, G. (2009). Penggunaan Strata Vegetasi oleh Burung di Kawasan Wisata Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Vis Vitalis, 2(2), 41-49.

(41)

27 LAMPIRAN

Lampiran 1. Beberapa jenis tumbuhan pada tiap strata vegetasi di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD)

Strata Ordo Famili Nama Latin Nama Lokal

B

Arecales Arecaceae

Elaeis guineensis Kelapa sawit Roystonea Regia Palem raja Lamiales Lamiaceae Tectona grandis Jati Fabales

Fabaceae Tamarindus indica Asem Jawa Rosales Moraceae Ficus elastica Karet kebo Sapindales Sapindaceae Pometia pinnata Matoa C Contortae Apocynaceae Cerbera odollan Bintaro

Fabales Fabaceae

Delonix Regia Flamboyan Samanea saman Ki hujan Magnoliales Magnoliaceae Michelia champaca Cempaka D

Magnoliales Annonaceae

Cananga odorata Kenanga Polyalthia Longifolia Glodokan

Lampiran 2. Jenis dan jumlah burung pada pagi dan sore hari di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD)

Waktu Famili Nama Latin Nama Lokal Jumlah

Individu Pagi hari

(06.0- 08.00 WIB)

Columbidae Streptopelia chinensis Tekukur 21 Dicaidae Dicaeum trachileum Cabai Jawa 26

Estrildidae Lonchura maja Bondol haji 3

Hirundinidae Hirundo rustica Layang-layang api 15 Nectarinidae Anthreptesmalacensis Madu kelapa 15 Cynnyris jugularis Madu sriganti 9 Passeridae Passer montanus Gereja Erasia 52 Picidae Dendrocopos

moluccensis

Kaladi tilik

18 Dendrocopus macei Kaladi ulam 8 Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang 19

(42)

28

2 Lanjutan…

Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk 17

Rhipiduridae Rhipidura javanica Kipasan belang 1 Sylviidae Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu 34

Orthotomus sutorius Cinenen pisang 19 Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata biasa 18

Jumlah 11 15 275

Sore hari (16.00-

18.00 WIB)

Columbidae Streptopelia chinensis Tekukur 18 Cuculidae Cacomantis merulinus Wiwik kelabu 2 Estrildidae Lonchura punctulata Bondol peking 1 Hirundinidae Hirundo rustica Layang-layang api 7 Passeridae Passer montanus Gereja Erasia 25 Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang 12 Sylviidae Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu 18 Orthotomus sutorius Cinenen pisang 17 Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata biasa 10

Jumlah 8 9 110

Lampiran 3. Jenis burung dan jumlah individu di tiap strata vegetasi di Taman Kota 1 Bumi Serpong Damai (BSD)

Strata Famili Nama Latin Nama Lokal Jumlah

Individu

B Dicaidae Dicaeum trachileum Cabai Jawa 9

Nectarinidae Anthreptesmalacensis Madu kelapa 6 Picidae Dendrocopos moluccensis Kaladi tilik 8

Dendrocopus macei Kaladi ulam 6

Passeridae Passer montanus Gereja Erasia 16 Pycnonotidae Pycnonotus aurigaster Cucak kutilang 11 Pycnonotus goiavier Merbah cerukcuk 4 Sylviidae Orthotomus ruficeps Cinenen kelabu 21

Orthotomus sutorius Cinenen pisang 7 Zosteropidae Zosterops palpebrosus Kacamata biasa 12

Jumlah 7 10 100

C Columbidae Streptopelia chinensis Tekukur 20 Cuculidae Cacomantis merulinus Wiwik kelabu 2 Dicaidae Dicaeum trachileum Cabai Jawa 11 Hirundinidae Hirundo rustica Layang-layang api 15 Nectarinidae Anthreptesmalacensis Madu kelapa 9

Cynnyris jugularis Madu sriganti 9 Passeridae Passer montanus Gereja Erasia 32 Picidae Dendrocopos moluccensis Kaladi tilik 10

Gambar

Gambar 1.  Kerangka berpikir penelitian pemanfaatan strata vegetasi oleh burung  dan  keanekargaman  jenis  burung  di  Taman  Kota  1  Bumi  Serpong  Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten
Gambar  2.    Peta  lokasi  penelitian  pemanfaatan  strata  vegetasi  oleh  burung  dan  keanekaragaman  jenis  burung  di  Taman  Kota  1  Bumi  Serpong  Damai (BSD), Tangerang Selatan, Banten
Gambar 3. Skema metode point count  3.4.3  Kategori Strata Vegetasi Berdasarkan Ketinggian Pohon
Tabel 2. Nilai pengukuran rata-rata faktor abiotik pada pagi hari dan sore hari dari  4 titik pengamatan di Taman Kota 1 BSD
+5

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui urutan langkah mitigasi (proactive action) yang paling paling efektif dalam mengurangi kemungkinan terjadinya risk agent sesuai kemampuan pendanaan dan resources

Bersamaan dengan reduksi data tersebut, peneliti berusaha untuk menganalisis data sesuai dengan teori penelitian yang dipakai. Upaya analisis menjadi tahapan paling

Hasil perbandingan respon kecepatan motor saat tanpa kontroler PID, saat menggunakan kontroler PID dengan nilai acak dan saat menggunakan kontroler PID berbasis

Kegagalan jantung kongestif adalah suatu kegagalan pemompaan (di mana cardiac output tidak mencukupi kebutuhan metabolik tubuh), hal ini mungkin terjadi sebagai akibat akhir

Hasil penelitian menunjukan status gizi yang dilihat dari lingkar lengan, ibu termasuk pada kategori kekurangan gizi karena di bawah standar yaitu 23,5 cm sehingga masuk dalam

Kompetensi yang dibutuhkan dalam melakukan audit yaitu pengetahuan dan kemampuan (Muh. Auditor harus memiliki pengetahuan untuk memahami entitas yang diaudit, kemudian

Hubungan Antara Usia pada Ibu Bersalin dengan Kejadian Asfiksia Bayi Baru Lahir di RSUD Dr.. Jurnal Ilmu

[r]