• Tidak ada hasil yang ditemukan

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN ALIH FUNGSI ATAU KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE LAHAN NON PERTANIAN DI INDONESIA Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN ALIH FUNGSI ATAU KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE LAHAN NON PERTANIAN DI INDONESIA Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mat"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN

ALIH FUNGSI ATAU KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE LAHAN ALIH FUNGSI ATAU KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE LAHAN

NON PERTANIAN DI INDONESIA NON PERTANIAN DI INDONESIA

“ 

“  Makalah ini ditujuka Makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata kuln untuk memenuhi tugas mata kuliah Agribisnis Tanamaniah Agribisnis Tanaman Pangan

Pangan

Disusun Oleh : Disusun Oleh :

Prestilia

Prestilia Ningrum Ningrum 150310080098150310080098 Rakhmi

Rakhmi Primadianthi Primadianthi 150310080115031008010303 Bernida

Bernida H H Munthe Munthe 150310080115031008010202 Ratna

Ratna Puspita Puspita Dewi Dewi 150310080115031008011515 Fakhrizal

Fakhrizal Maulana Maulana 150310080115031008011919 Wendi

Wendi Irawan Irawan Dediarta Dediarta 150310080115031008013737

Kelas : Agribisnis B Kelas : Agribisnis B

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PADJADJARAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

JATINANGOR JATINANGOR

2011 2011

(2)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang

Konversi lahan atau alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan Konversi lahan atau alih fungsi lahan pertanian menjadi lahan nonpertanian sebenarnya bukan masalah baru. Pertumbuhan penduduk dan nonpertanian sebenarnya bukan masalah baru. Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik berupa  jalan, banguna

 jalan, bangunan industri dan pemukiman, hn industri dan pemukiman, hal ini tentu saja harus didukual ini tentu saja harus didukung denganng dengan ketersediaan lahan. konversi lahan pertanian dilakukan secara langsung oleh ketersediaan lahan. konversi lahan pertanian dilakukan secara langsung oleh petani pemilik lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya petani pemilik lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli lahan pertanian. Faktor-faktor yang diawali dengan transaksi jual beli lahan pertanian. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilik lahan mengkonversi lahan atau menjual lahan mempengaruhi pemilik lahan mengkonversi lahan atau menjual lahan pertaniannya adalah harga lahan, proporsi pendapatan, luas lahan, produktivitas pertaniannya adalah harga lahan, proporsi pendapatan, luas lahan, produktivitas lahan, status lahan dan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah.

lahan, status lahan dan kebijakan-kebijakan oleh pemerintah.

Kawasan perkotaan dapat diartikan sebagai kawasan yang mempunyai Kawasan perkotaan dapat diartikan sebagai kawasan yang mempunyai kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial. Dalam rencana tata ruang kawasan perkotaan sendiri, diatur pelayanan sosial. Dalam rencana tata ruang kawasan perkotaan sendiri, diatur alokasi pemanfaatan ruang untuk berbagai penggunaan (perumahan, perkantoran, alokasi pemanfaatan ruang untuk berbagai penggunaan (perumahan, perkantoran, perdagangan, ruang terbuka hijau, industri, sempadan sungai, dsb) berdasarkan perdagangan, ruang terbuka hijau, industri, sempadan sungai, dsb) berdasarkan prinsip-prinsip keadilan, keseimbangan, keserasian, keterbukaan (transparansi) prinsip-prinsip keadilan, keseimbangan, keserasian, keterbukaan (transparansi) dan efisiensi, agar tercipta kualitas permukiman yang layak huni dan dan efisiensi, agar tercipta kualitas permukiman yang layak huni dan berkelanjutan. Rencana tata ruang

berkelanjutan. Rencana tata ruang merupakan landasan pengelolaan pembangunanmerupakan landasan pengelolaan pembangunan kawasan perkotaan atau ekonomi (

kawasan perkotaan atau ekonomi ( Anonimous, 2009).Anonimous, 2009).

Hal ini mulai terjadi sejak dikeluarkannya paket-paket kebijakan yang Hal ini mulai terjadi sejak dikeluarkannya paket-paket kebijakan yang mendorong investor dalam dan luar negeri menanamkan modalnya di bidang mendorong investor dalam dan luar negeri menanamkan modalnya di bidang nonpertanian sekitar pertengahan 1980-an. Keperluan lahan nonpertanian nonpertanian sekitar pertengahan 1980-an. Keperluan lahan nonpertanian mengikuti

mengikuti trend trend  peningkatan investasi tersebut. Keperluan lahan untuk bidangpeningkatan investasi tersebut. Keperluan lahan untuk bidang nonpertanian semakin meningkat pula seiring dengan

nonpertanian semakin meningkat pula seiring dengan boomingbooming pembangunanpembangunan perumahan pada awal tahun 1990-an. Pemerintah memberikan berbagai fasilitas perumahan pada awal tahun 1990-an. Pemerintah memberikan berbagai fasilitas untuk mendorong pembanguna

untuk mendorong pembangunan wilayah. Laju alin wilayah. Laju alih fungsi lahan dari h fungsi lahan dari yang semulayang semula digunakan untuk pertanian menjadi perumahan dan industri tidak dapat dihindari.

digunakan untuk pertanian menjadi perumahan dan industri tidak dapat dihindari.

(3)

Departemen Pertanian sudah memperkirakan tantangan berat sektor pertanian Departemen Pertanian sudah memperkirakan tantangan berat sektor pertanian terkait dengan keterbatasan lahan. (Sudaryanto, 2002).

terkait dengan keterbatasan lahan. (Sudaryanto, 2002).

Pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik  Pertumbuhan perekonomian menuntut pembangunan infrastruktur baik  berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Dengan kondisi demikian, berupa jalan, bangunan industri dan pemukiman. Dengan kondisi demikian, permintaan terhadap lahan untuk penggunaan non pertanian tersebut semakin permintaan terhadap lahan untuk penggunaan non pertanian tersebut semakin meningkat, akibatnya banyak lahan sawah terutama yang berada di sekitar meningkat, akibatnya banyak lahan sawah terutama yang berada di sekitar perkotaan mengalami alih fungsi ke penggunaan lain. Kurangnya insentif pada perkotaan mengalami alih fungsi ke penggunaan lain. Kurangnya insentif pada usahatani lahan sawah dapat menyebabkan terjadi alih fungsi lahan pertanian ke usahatani lahan sawah dapat menyebabkan terjadi alih fungsi lahan pertanian ke fungsi lainnya (Ilham dkk, 2003).

fungsi lainnya (Ilham dkk, 2003).

Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan berkembangnya industri, Pertumbuhan ekonomi yang ditandai dengan berkembangnya industri, prasarana ekonomi, fasilitas umum, dan permukiman dimana semuanya prasarana ekonomi, fasilitas umum, dan permukiman dimana semuanya memerlukan lahan telah meningkatkan permintaan lahan untuk memenuhi memerlukan lahan telah meningkatkan permintaan lahan untuk memenuhi kebutuhan nonpertanian. Namun pertumbuhan ekonomi juga meningkatkan kebutuhan nonpertanian. Namun pertumbuhan ekonomi juga meningkatkan kondisi sosial ekonomi pada lahan nonpertanian. Kondisi inilah yang membuat kondisi sosial ekonomi pada lahan nonpertanian. Kondisi inilah yang membuat konversi lahan pertanian terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan dan konversi lahan pertanian terus meningkat seiring dengan laju pertumbuhan dan pembangun

pembangunan ekonomi yang tidak an ekonomi yang tidak mungkin dapat dihindari mungkin dapat dihindari (Sudaryanto, 2002).(Sudaryanto, 2002).

Konversi lahan pertanian tidak menguntungkan bagi pertumbuhan sektor Konversi lahan pertanian tidak menguntungkan bagi pertumbuhan sektor pertanian karena dapat menurunkan kapasitas produksi dan daya serap tenaga pertanian karena dapat menurunkan kapasitas produksi dan daya serap tenaga kerja yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi pangan, dan kerja yang selanjutnya berdampak pada penurunan produksi pangan, dan pendapatan per kapita keluarga tani. Konversi lahan pertanian juga mempercepat pendapatan per kapita keluarga tani. Konversi lahan pertanian juga mempercepat proses marjinalisasi usaha tani sehingga menggerogoti daya saing produk  proses marjinalisasi usaha tani sehingga menggerogoti daya saing produk  pertanian domestik. Konversi lahan pertanian merupakan isu strategis dalam pertanian domestik. Konversi lahan pertanian merupakan isu strategis dalam rangka pemantapan ketahanan pangan nasional, peningkatan kesejahteraan petani rangka pemantapan ketahanan pangan nasional, peningkatan kesejahteraan petani dan pengentasan kemiskinan, serta pembangunan ekonomi berbasis pertanian.

dan pengentasan kemiskinan, serta pembangunan ekonomi berbasis pertanian.

Berbagai peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan sebenarnya telah Berbagai peraturan yang berkaitan dengan pemanfaatan lahan sebenarnya telah diterbitkan pemerintah untuk mengendalikan konversi lahan pertanian namun diterbitkan pemerintah untuk mengendalikan konversi lahan pertanian namun pengalaman menunjukkan bahwa peraturan-peraturan tersebut kurang efektif.

pengalaman menunjukkan bahwa peraturan-peraturan tersebut kurang efektif.

Pada masa pemerintahan otonomi daerah, peraturan-peraturan yang umumnya Pada masa pemerintahan otonomi daerah, peraturan-peraturan yang umumnya diterbitkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah propinsi, semakin kurang diterbitkan oleh pemerintah pusat dan pemerintah propinsi, semakin kurang efektif karena pemerintah kabupaten/kotamadya memiliki kemandirian yang luas efektif karena pemerintah kabupaten/kotamadya memiliki kemandirian yang luas dalam merumuskan kebijakan

dalam merumuskan kebijakan pembangunanpembangunannya (Simatupang, 2001).nya (Simatupang, 2001).

(4)

1.2

1.2 TujuanTujuan

Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa paham Adapun tujuan dari dibuatnya makalah ini adalah agar mahasiswa paham dan mengerti mengenai konversi atau alih fungsi l

dan mengerti mengenai konversi atau alih fungsi lahan dari lahan pertanian ke nonahan dari lahan pertanian ke non pertanian. Hal ini merupakan masalah yang menarik untuk dibahas karena pertanian. Hal ini merupakan masalah yang menarik untuk dibahas karena menyangkut dengan keberlangsungan sistem pertanian yang ada di Indonesia.

menyangkut dengan keberlangsungan sistem pertanian yang ada di Indonesia.

1.3

1.3 Metode PenelitianMetode Penelitian

Metode penelitian yang kami gunakan adalah dengan studi literatur Metode penelitian yang kami gunakan adalah dengan studi literatur melalui media elektronik yang kemudian kami bahas bersama dalam kelompok  melalui media elektronik yang kemudian kami bahas bersama dalam kelompok  belajar.

belajar.

(5)

BAB II BAB II PEMBAHASAN PEMBAHASAN

2.1 Alih Fungsi Lahan 2.1 Alih Fungsi Lahan

Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut Lestari (2009) mendefinisikan alih fungsi lahan atau lazimnya disebut sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan sebagai konversi lahan adalah perubahan fungsi sebagian atau seluruh kawasan lahan dari fungsinya semula (seperti

lahan dari fungsinya semula (seperti yang direncanakanyang direncanakan) menjadi ) menjadi fungsi lain fungsi lain yangyang berdampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.

berdampak negatif (masalah) terhadap lingkungan dan potensi lahan itu sendiri.

Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, Alih fungsi lahan dalam artian perubahan/penyesuaian peruntukan penggunaan, disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk  disebabkan oleh faktor-faktor yang secara garis besar meliputi keperluan untuk  memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan memenuhi kebutuhan penduduk yang makin bertambah jumlahnya dan meningkatny

meningkatnya tuntutan a tuntutan akan mutu kehidupan yang lebih akan mutu kehidupan yang lebih baik.baik.

Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain telah menjadi salah satu Alih fungsi lahan sawah ke penggunaan lain telah menjadi salah satu ancaman yang serius terhadap keberlanjutan swasembada pangan. Intensitas alih ancaman yang serius terhadap keberlanjutan swasembada pangan. Intensitas alih fungsi lahan masih sulit dikendalikan, dan sebagian besar lahan sawah yang fungsi lahan masih sulit dikendalikan, dan sebagian besar lahan sawah yang beralihfungsi tersebut justru yang produktivitasnya termasuk kategori tinggi beralihfungsi tersebut justru yang produktivitasnya termasuk kategori tinggi  –  –  sangat tinggi. Lahan-lahan tersebut adalah lahan sawah beririgasi teknis

sangat tinggi. Lahan-lahan tersebut adalah lahan sawah beririgasi teknis atau semiatau semi teknis dan berlokasi di kawasan pertanian dimana tingkat aplikasi teknologi dan teknis dan berlokasi di kawasan pertanian dimana tingkat aplikasi teknologi dan kelembagaa

kelembagaan penunjang pengembangan produksi padi n penunjang pengembangan produksi padi telah maju telah maju (Murniningtyas,(Murniningtyas, 2007).

2007).

Irawan (2005), mengemukakan bahwa konversi yang lebih besar terjadi Irawan (2005), mengemukakan bahwa konversi yang lebih besar terjadi pada lahan sawah dibandingkan dengan lahan kering karena dipengaruhi oleh ti pada lahan sawah dibandingkan dengan lahan kering karena dipengaruhi oleh ti gaga faktor, yaitu:

faktor, yaitu:

(1) pembangunan kegiatan non pertanian seperti kompleks perumahan, (1) pembangunan kegiatan non pertanian seperti kompleks perumahan, pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan pada pertokoan, perkantoran, dan kawasan industri lebih mudah dilakukan pada tanah sawah yang lebih

tanah sawah yang lebih datar dibandingkan dengan tanah kering;datar dibandingkan dengan tanah kering;

(2) akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan (2) akibat pembangunan masa lalu yang terfokus pada upaya peningkatan produk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah produk padi maka infrastruktur ekonomi lebih tersedia di daerah persawahan daripada daerah tanah kering;

persawahan daripada daerah tanah kering;

(3) daerah persawahan secara umum lebih mendekati daerah konsumen (3) daerah persawahan secara umum lebih mendekati daerah konsumen atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah atau daerah perkotaan yang relatif padat penduduk dibandingkan daerah

(6)

tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan tanah kering yang sebagian besar terdapat di wilayah perbukitan dan pegunungan.

pegunungan.

Alih fungsi lahan sawah dilakukan secara langsung oleh petani pemilik  Alih fungsi lahan sawah dilakukan secara langsung oleh petani pemilik  lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan lahan ataupun tidak langsung oleh pihak lain yang sebelumnya diawali dengan transaksi jual beli lahan sawah. Proses alih fungsi lahan sawah pada umumnya transaksi jual beli lahan sawah. Proses alih fungsi lahan sawah pada umumnya berlangsung cepat jika akar penyebabnya terkait dengan upaya pemenuhan berlangsung cepat jika akar penyebabnya terkait dengan upaya pemenuhan kebutuhan sektor ekonomi lain yang menghasilkan surplus ekonomi (

kebutuhan sektor ekonomi lain yang menghasilkan surplus ekonomi ( land rent land rent ))  jauh

 jauh lebih lebih tinggi tinggi (misalnya (misalnya untuk untuk pembangunan pembangunan kawasan kawasan industri, industri, kawasankawasan perumahan, dan sebagainya) atau untuk pemenuhan kebutuhan mendasar perumahan, dan sebagainya) atau untuk pemenuhan kebutuhan mendasar (prasarana umum yang diprogramkan pemerintah, atau untuk lahan

(prasarana umum yang diprogramkan pemerintah, atau untuk lahan tempat tinggaltempat tinggal pemilik lahan yang bersangkutan (Murniningtyas, 2007).

pemilik lahan yang bersangkutan (Murniningtyas, 2007).

Secara ekonomi alih fungsi lahan yang dilakukan petani baik melalui transaksi Secara ekonomi alih fungsi lahan yang dilakukan petani baik melalui transaksi penjualan ke pihak lain ataupun mengganti pada usaha non padi merupakan penjualan ke pihak lain ataupun mengganti pada usaha non padi merupakan keputusan yang rasional. Sebab dengan keputusan tersebut petani berekspektasi keputusan yang rasional. Sebab dengan keputusan tersebut petani berekspektasi pendapatan totalnya, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang pendapatan totalnya, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang akan meningkat (Ilham dkk, 2003).

akan meningkat (Ilham dkk, 2003).

Penelitian Syafa’at (1995), pada sentra produksi padi utama di Jawa dan Penelitian Syafa’at (1995), pada sentra produksi padi utama di Jawa dan Luar Jawa, menunjukkan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor Luar Jawa, menunjukkan bahwa selain faktor teknis dan kelembagaan, faktor ekonomi yang menetukan alih fungsi lahan sawah ke pertanian dan non pertanian ekonomi yang menetukan alih fungsi lahan sawah ke pertanian dan non pertanian adalah : (1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; (2) respon adalah : (1) nilai kompetitif padi terhadap komoditas lain menurun; (2) respon petani terhadap dinamika pasar, lingkungan, dan daya

petani terhadap dinamika pasar, lingkungan, dan daya saing usahatani meningkat.saing usahatani meningkat.

Dorongan-dorongan bagi terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non Dorongan-dorongan bagi terjadinya alih fungsi lahan pertanian ke non pertanian tidak sepenuhnya bersifat alamiah, tetapi

pertanian tidak sepenuhnya bersifat alamiah, tetapi ada juga yang secara langsungada juga yang secara langsung atau tidak langsung dihasilkan oleh proses kebijaksanaan pemerintah. Dalam atau tidak langsung dihasilkan oleh proses kebijaksanaan pemerintah. Dalam proses alih fungsi lahan, telah terjadi asimetris informasi harga tanah, sehingga proses alih fungsi lahan, telah terjadi asimetris informasi harga tanah, sehingga sistem harga tidak mengandung semua informasi yang diperlukan untuk  sistem harga tidak mengandung semua informasi yang diperlukan untuk  mendasari suatu keputusan transaksi. Kegagalan mekanisme pasar dalam mendasari suatu keputusan transaksi. Kegagalan mekanisme pasar dalam mengalokasikan lahan secara optimal disebabkan faktor-faktor lainnya dari mengalokasikan lahan secara optimal disebabkan faktor-faktor lainnya dari keberadaan lahan sawah terabaikan, seperti fungsi sosial, fungsi kenyamanan, keberadaan lahan sawah terabaikan, seperti fungsi sosial, fungsi kenyamanan, fungsi konservasi tanah dan air, dan fungsi penyediaan pangan bagi generasi fungsi konservasi tanah dan air, dan fungsi penyediaan pangan bagi generasi selanjutnya (Rahmanto dkk, 2008).

selanjutnya (Rahmanto dkk, 2008).

(7)

Hasil temuan Rusastra (1997), di Kalimantan Selatan, alasan utama petani Hasil temuan Rusastra (1997), di Kalimantan Selatan, alasan utama petani melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang tinggi, melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan dan harga lahan yang tinggi, skala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan. Pada tahun yang sama skala usaha yang kurang efisien untuk diusahakan. Pada tahun yang sama  penelitian.

 penelitian. Syafa’at Syafa’at (1995), (1995), di di Jawa Jawa menemukan menemukan bahwa bahwa alasan alasan utama utama petanipetani melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan, lahannya berada dalam melakukan konversi lahan adalah karena kebutuhan, lahannya berada dalam kawasan industri, serta harga lahan. Pajak lahan yang tinggi cenderung kawasan industri, serta harga lahan. Pajak lahan yang tinggi cenderung mendorong petani untuk melakukan konversi dan rasio pendapatan non pertanian mendorong petani untuk melakukan konversi dan rasio pendapatan non pertanian terhadap pendapatan total yang tinggi cenderung menghambat petani untuk  terhadap pendapatan total yang tinggi cenderung menghambat petani untuk  melakukan konversi. Penelitian Jamal (2001), di Kabupaten Karawang, Jawa melakukan konversi. Penelitian Jamal (2001), di Kabupaten Karawang, Jawa Barat, harga jual lahan yang diterima petani dalam proses alih fungsi lahan secara Barat, harga jual lahan yang diterima petani dalam proses alih fungsi lahan secara signifikan dipengaruhi oleh status lahan, jumlah tenaga kerja yang terserap di signifikan dipengaruhi oleh status lahan, jumlah tenaga kerja yang terserap di lahan tersebut, jarak dari saluran tersier, jarak dari jalan, dan jarak dari kawasan lahan tersebut, jarak dari saluran tersier, jarak dari jalan, dan jarak dari kawasan industri atau pemukiman. Sementara itu produktivitas lahan, jenis irigasi, dan industri atau pemukiman. Sementara itu produktivitas lahan, jenis irigasi, dan peubah lain tidak berpengaruh signifikan.

peubah lain tidak berpengaruh signifikan.

Manan H, (2006) menyatakan bahwa belum ada peraturan yang khusus Manan H, (2006) menyatakan bahwa belum ada peraturan yang khusus mengatur perlindungan lahan pertanian produktif. Ketentuan perlindungan mengatur perlindungan lahan pertanian produktif. Ketentuan perlindungan tersebut saat ini tersebar dalam berbagai peraturan, antara lain:

tersebut saat ini tersebar dalam berbagai peraturan, antara lain:

1. UU 56 Prp 1960 (luas lahan maksimum dan minimum) 1. UU 56 Prp 1960 (luas lahan maksimum dan minimum)

2.UU 12/1992 tentang Budidaya Tanaman (tata ruang memperhatikan rencana 2.UU 12/1992 tentang Budidaya Tanaman (tata ruang memperhatikan rencana produksi tanaman)

produksi tanaman)

3. UU 26/2007 tentang Penataan Ruang (terdapat kawasan lahan pertanian 3. UU 26/2007 tentang Penataan Ruang (terdapat kawasan lahan pertanian basah dalam Rencana Tata Ruang)

basah dalam Rencana Tata Ruang)

4. Keppres 53/1989 jo. 41/1996 jo. 98/1998 tentang Kawasan Industri 4. Keppres 53/1989 jo. 41/1996 jo. 98/1998 tentang Kawasan Industri (dilarang mengurangi lahan pertanian)

(dilarang mengurangi lahan pertanian)

5. Berbagai surat edaran Meneg Agraria/KaBPN, Meneg PPN/KaBappenas, 5. Berbagai surat edaran Meneg Agraria/KaBPN, Meneg PPN/KaBappenas, Mendagri tentang larangan konversi sawah irigasi teknis untuk penggunaan Mendagri tentang larangan konversi sawah irigasi teknis untuk penggunaan lain.

lain.

Widjanarko dkk, (2006) menyatakan bahwa terjadinya perubahan Widjanarko dkk, (2006) menyatakan bahwa terjadinya perubahan penggunaan lahan dapat disebabkan karena adanya perubahan rencana tata ruang penggunaan lahan dapat disebabkan karena adanya perubahan rencana tata ruang wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena mekanisme pasar.

wilayah, adanya kebijaksanaan arah pembangunan dan karena mekanisme pasar.

Pada masa lampau yang terjadi adalah lebih banyak karena dua hal yang terakhir, Pada masa lampau yang terjadi adalah lebih banyak karena dua hal yang terakhir, karena kurangnya pengertian masyarakat maupun aparat pemerintah mengenai karena kurangnya pengertian masyarakat maupun aparat pemerintah mengenai

(8)

tata ruang wilayah, atau rencana tata ruang wilayah yang sulit diwujudkan.

tata ruang wilayah, atau rencana tata ruang wilayah yang sulit diwujudkan.

Sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan kepada aspek  Sejalan dengan kebijaksanaan pembangunan yang menekankan kepada aspek  pertumbuhan melalui kemudahan fasilitas investasi, baik kepada investor lokal pertumbuhan melalui kemudahan fasilitas investasi, baik kepada investor lokal maupun luar negeri dalam penyediaan tanahnya, maka perubahan penggunaan maupun luar negeri dalam penyediaan tanahnya, maka perubahan penggunaan tanah dari pertanian ke nonpertanian terjadi secara meluas. Tiga kebijakan tanah dari pertanian ke nonpertanian terjadi secara meluas. Tiga kebijakan nasional yang berpengaruh langsung terhadap alih fungsi lahan pertanian ke nasional yang berpengaruh langsung terhadap alih fungsi lahan pertanian ke nonpertanian ialah:

nonpertanian ialah:

1. Kebijakan privatisasi pembangunan kawasan industri sesuai Keputusan 1. Kebijakan privatisasi pembangunan kawasan industri sesuai Keputusan Presiden Nomor 53 tahun 1989 yang telah memberikan keleluasaan kepada Presiden Nomor 53 tahun 1989 yang telah memberikan keleluasaan kepada pihak swasta untuk melakukan investasi dalam pembangunan kawasan pihak swasta untuk melakukan investasi dalam pembangunan kawasan industri dan memilih lokasinya sesuai dengan mekanisme pasar. Dampak  industri dan memilih lokasinya sesuai dengan mekanisme pasar. Dampak  kebijakan ini sangat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan lahan sejak  kebijakan ini sangat berpengaruh pada peningkatan kebutuhan lahan sejak  tahun 1989, yang telah berorientasi pada lokasi

tahun 1989, yang telah berorientasi pada lokasi subur dan menguntungkan darisubur dan menguntungkan dari ketersediaan infrastruktur ekonomi.

ketersediaan infrastruktur ekonomi.

2. Kebijakan pemerintah lainnya yang sangat berpengaruh terhadap perubahan 2. Kebijakan pemerintah lainnya yang sangat berpengaruh terhadap perubahan fungsi lahan pertanian ialah kebijakan pembangunan permukiman skala besar fungsi lahan pertanian ialah kebijakan pembangunan permukiman skala besar dan kota baru. Akibat ikutan dari penerapan kebijakan ini ialah munculnya dan kota baru. Akibat ikutan dari penerapan kebijakan ini ialah munculnya spekulan yang mendorong minat para petani

spekulan yang mendorong minat para petani menjual lahannya.menjual lahannya.

3. Selain dua kebijakan tersebut, kebijakan deregulasi dalam hal penanaman 3. Selain dua kebijakan tersebut, kebijakan deregulasi dalam hal penanaman modal dan perizinan sesuai Paket Kebijaksanaan Oktober Nomor 23 Tahun modal dan perizinan sesuai Paket Kebijaksanaan Oktober Nomor 23 Tahun 1993 memberikan kemudahan dan penyederhanaan dalam pemrosesan 1993 memberikan kemudahan dan penyederhanaan dalam pemrosesan perizinan lokasi. Akibat kebijakan ini ialah terjadi peningkatan sangat nyata perizinan lokasi. Akibat kebijakan ini ialah terjadi peningkatan sangat nyata dalam hal permohonan izin lokasi baik untuk kawasan industri, permukiman dalam hal permohonan izin lokasi baik untuk kawasan industri, permukiman skala besar, maupun kawasan pariwisata.

skala besar, maupun kawasan pariwisata.

(9)

2.2 Studi Kasus Alih Fungsi Lahan 2.2 Studi Kasus Alih Fungsi Lahan

STUDI KASUS PENURUNAN LUAS LAHAN PERTANIAN DI

STUDI KASUS PENURUNAN LUAS LAHAN PERTANIAN DI KOTAKOTA MEDAN

MEDAN

Berdasarkan hasil penelitian penurunan luas lahan pertanian akibat Berdasarkan hasil penelitian penurunan luas lahan pertanian akibat konversi lahan pertanian menjadi permukiman di Kota Medan dapat dilihat dari konversi lahan pertanian menjadi permukiman di Kota Medan dapat dilihat dari berbagai tolak ukur seperti, penurunan luas areal pertanian, berkurangnya luasan berbagai tolak ukur seperti, penurunan luas areal pertanian, berkurangnya luasan panen padi sawah, dan berkurangnya jumlah produksi padi. Disamping itu panen padi sawah, dan berkurangnya jumlah produksi padi. Disamping itu penurunan luas lahan pertanian ini, dapat diindikasikan terhadap peningkatan penurunan luas lahan pertanian ini, dapat diindikasikan terhadap peningkatan  jumlah bangu

 jumlah bangunan yang dibannan yang dibangun di Kota Medgun di Kota Medan.an.

Dari Tabel 11 dapat di

Dari Tabel 11 dapat di lihat bahwa penurunan luas lahan pertanian di Kotalihat bahwa penurunan luas lahan pertanian di Kota Medan dari tahun 2001 - 2008 sebesar 4.088 Ha atau berkurang sebesar 36,5%

Medan dari tahun 2001 - 2008 sebesar 4.088 Ha atau berkurang sebesar 36,5%

dari luas lahan pertanian tahun 2001, dimana tercatat pada tahun 2001 luas lahan dari luas lahan pertanian tahun 2001, dimana tercatat pada tahun 2001 luas lahan pertanian di Kota Medan sebesar 11.200 Ha dan pada tahun 2008 sebesar 7.112 pertanian di Kota Medan sebesar 11.200 Ha dan pada tahun 2008 sebesar 7.112 Ha. Penurunan luas lahan pertanian dapat dilihat dari gambar 2

Ha. Penurunan luas lahan pertanian dapat dilihat dari gambar 2 di bawah ini:di bawah ini:

(10)

Berdasarkan data luas panen tercatat penurunan luasan panen sawah di Berdasarkan data luas panen tercatat penurunan luasan panen sawah di Kota Medan dari tahun 2001 sampai tahun 2008

Kota Medan dari tahun 2001 sampai tahun 2008 sebesar 2.288 Ha atau berkuarangsebesar 2.288 Ha atau berkuarang sebesar 36,4% dari jumlah luasan panen tahun 2001. Dari gambar 3 terlihat sebesar 36,4% dari jumlah luasan panen tahun 2001. Dari gambar 3 terlihat penurunan luasan pane

penurunan luasan panen tiap n tiap tahunnya terlihat fluktuatif tetapi cenderung menurun.tahunnya terlihat fluktuatif tetapi cenderung menurun.

Berdasarkan data produksi padi sawah tercatat pengurangan produksi padi Berdasarkan data produksi padi sawah tercatat pengurangan produksi padi dari tahun 2001 sampai tahun 2008 sebesar 19.205 ton atau berkurang sebesar dari tahun 2001 sampai tahun 2008 sebesar 19.205 ton atau berkurang sebesar 52,15% dari produksi padi tahun

52,15% dari produksi padi tahun 2001. Dari gambar 4 2001. Dari gambar 4 terlihat penurunan produksiterlihat penurunan produksi padi tiap tahunnya terlihat fluktuatif

padi tiap tahunnya terlihat fluktuatif tetapi cenderung menurun.tetapi cenderung menurun.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan Administrasi Keuangan dan Umum merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan Pabrik Gula Tasikmadu Karanganyar untuk mengolah data dan mengkoordinasi di

Kata budaya (culture) sebagai konsep berakar dari kajian atau disiplin ilmu antropologi, dan merupakan suatu identitas dari tiap-tiap bangsa.Budaya merupakan pola yang

Walaupun pada dasarnya kata sifat ringan ini sinonim dengan makna terasnya iaitu merujuk kepada ukuran, namun hasil analisis melalui contoh-contoh ayat yang telah dipaparkan

Sejak adanya penggunaan mesin/motor bagi komunitas Pattorani maka eksploitasi sumber daya perikanan dan biola laut lainnya dilakukan secara optimal serta

Garvin (Nasution, 2001 : 16) mengemukakan pengertian kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia/tenaga kerja, proses dan tugas, serta

Kedua arteri coronaria kanan dan kiri, menyuplai darah untuk dinding jantung. Arteri ini keluar dari aorta tepat diatas katup aorta dan berjalan ke bawah

Nasionalisme Indonesia yang pada mulanya berkembang secara alamiah dikalangan pemuda dan masyarakat Aceh Utara pada akhirnya mengalami keruntuhan sebagai akibat dari kebijakan

Fermentasi yang dilakukan dengan proses enzimatis pada suhu 50°C menghasilkan produk yang lebih baik (kadar protein kasar lebih tinggi dan protein terlarutlebih rendah)