• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal. Analisis Isu Strategis Sawit Vol. II, No. 42/11/2021 ECONOMIC SUSTAINABILITY INDUSTRI SAWIT INDONESIA: REVIEW DAN ISU STRATEGIS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Journal. Analisis Isu Strategis Sawit Vol. II, No. 42/11/2021 ECONOMIC SUSTAINABILITY INDUSTRI SAWIT INDONESIA: REVIEW DAN ISU STRATEGIS"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ECONOMIC SUSTAINABILITY INDUSTRI SAWIT INDONESIA:

REVIEW DAN ISU STRATEGIS

Oleh PASPI-Monitor

RESUME

Perkembangan perkebunan sawit termasuk kebun sawit rakyat yang umumnya berada pada daerah-daerah degraded land, pelosok dan terpencil berdampak langsung pada kemajuan dan pertumbuhan ekonomi masyarakat regional. Industri sawit termasuk perkebunan dan industri hilirnya juga berhasil menjadi lokomotif ekonomi nasional. Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, industri sawit Indonesia juga merupakan bagian penting dalam rantai pasok minyak nabati global yang turut berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi di negara importir minyak sawit. Hal ini menunjukkan bahwa industri minyak sawit sebagai wahana sharing prosperity yang dapat membagi “kue ekonomi” yang dapat dinikmati oleh masyarakat baik pada level regional, nasional maupun global atau menghasilkan multilevel economic benefit. Multilevel economic benefit tersebut akan sustainable, jika industri sawit sustainable secara ekonomi, bahkan besaran manfaat tersebut berpotensi untuk terus diperbesar melalui perbaikan aspek economic sustainablity dari industri sawit. Tiga isu strategis untuk mencapai economic sustainablity dari industri sawit yaitu: Pertama, peningkatan produktivitas melalui replanting atau perbaikan kultur teknis pada kebun yang eksisting. Kedua, efisiensi biaya produksi melalui perbaikan manajerial dan teknologi produksi. Dan Ketiga, pendalaman hilirisasi untuk menghasilkan produk hilir (finished product) yang memiliki nilai tambah lebih tinggi.

Palm ’ Journal

Analisis Isu Strategis Sawit Vol. II, No. 42/11/2021

(2)

PENDAHULUAN

Industri sawit merupakan salah satu industri strategis dalam perekonomian Indonesia. Pengembangan industri sawit yang tersebar di 25 provinsi di Indonesia turut berkontribusi besar dalam pertumbuhan ekonomi regional, peningkatan kesempatan kerja, pengurangan kemiskinan, maupun sumber devisa. Selain itu, jutaan orang penduduk Indonesia juga bergantung secara ekonomi pada industri sawit.

Peran strategis industri sawit juga tidak hanya dalam perekonomian nasional, industri sawit nasional juga memiliki peran penting dalam skala global. Sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia, industri sawit Indonesia merupakan bagian penting dalam rantai pasok minyak nabati global yang ikut menjamin ketersediaan minyak nabati global baik untuk bahan pangan, energi maupun bahan baku industri lanjutan di berbagai negara. Dalam konteks Sustainable Development Goals (OECD, 2016), industri sawit perlu diposisikan sebagai wahana untuk sharing prosperity bagi masyarakat dunia.

Untuk menjamin manfaat dan peran strategis industri sawit tersebut agar dapat berlangsung secara lintas generasi, aspek keberlanjutan (sustainability) secara ekonomi menjadi aspek yang penting untuk

diperhatikan. Perlu dipastikan bahwa sumber pertumbuhan industri sawit berbasis pada sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang makin berkualitas dan sustainable. Hal ini dikarenakan pertumbuhan industri sawit yang berbasis pada sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang tidak sustainable hanya akan bertahan dalam jangka pendek.

Tulisan dalam artikel ini akan mendiskusikan bagaimana pertumbuhan industri sawit memberi multi-level manfaat bagi masyarakat. Kemudian pembahasan akan dilanjutkan terkait dengan isu strategis dalam economic sustainablity pada industri sawit.

MULTI-LEVEL MANFAAT EKONOMI SAWIT

Dalam 20 tahun terakhir, perkebunan sawit Indonesia mengalami pertumbuhan yang mengagumkan. Luas area kebun sawit meningkat empat kali lipat dari sekitar 4.1 juta hektar pada tahun 2000 menjadi 16.3 juta hektar pada tahun 2020. Produksi minyak sawit (CPO) juga mengalami peningkatan 7 kali lipat dari 7.1 juta ton menjadi 47 juta ton dalam periode tersebuy (Gambar 1).

Gambar 1. Perkembangan Area dan Produksi Minyak Sawit Indonesia Menurut Pengusahaan Hal yang cukup menarik, luas kebun

sawit rakyat meningkat cepat yakni enam kali lipat yakni dari hanya 1.1 juta hektar menjadi 6.7 juta dalam periode tersebut. Implikasinya pangsa sawit rakyat dalam industri sawit nasional meningkat dari 27 persen menjadi 41 persen. Perkembangan industri sawit

Indonesia yang demikian dapat dikategorikan sebagai perkembangan yang revolusioner bahkan menyamai green revolution (Sipayung, 2012; Gaskell, 2012;

Byerlee et al., 2017).

Perkembangan perkebunan sawit termasuk kebun sawit rakyat yang umumnya

- 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0

0.0 2.0 4.0 6.0 8.0 10.0 12.0 14.0 16.0

1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020

Juta Ton CPO

juta hektar

Rakyat Negara Swasta Produksi CPO

(3)

berada pada daerah-daerah degraded land, pelosok dan terpencil berdampak langsung pada kemajuan ekonomi masyarakat pedesaan. Berbagai studi mengungkapkan bahwa perkebunan sawit meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan meningkatkan ketersediaan infrastruktur pedesaan (Euler et al., 2016; Krisna et al., 2017).

Pada level desa dan rumahtangga, studi Budidarsono et al. (2012) mengungkapkan bahwa kesejahteraan desa-desa yang mayoritas penduduknya berkebun sawit lebih baik dibandingkan desa-desa lainya.

Tingkat pendapatan rumahtangga petani sawit juga relatif lebih tinggi dibandingkan rumahtangga petani non sawit (Riffin, 2012;

Krisna et al., 2017; PASPI, 2014; Budidarsono et al., 2012).

Berbagai studi juga mengungkapkan bahwa kabupaten-kabupaten sentra sawit memiliki pertumbuhan ekonomi (PDRB) yang lebih cepat dibandingkan kabupaten

non-sentra sawit. Perkebunan kelapa sawit berperan signifikan dalam pembangunan ekonomi daerah pedesaan (World Growth, 2011; Edwards, 2012; PASPI ,2014).

Pada level ekonomi nasional, industri sawit termasuk perkebunan sawit dan industri hilir memiliki korelasi positif terhadap laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari tahun ketahun.

Pertumbuhan Net Production Value dari perkebunan sawit lebih tinggi dibandingkan dengan padi, karet maupun peternakan maupun pertanian secara umum sehingga perkebunan sawit menjadi sumber pertumbuhan penting bagi pertanian (Rifin, 2012; PASPI, 2014; Kasryno, 2015).

Hilirisasi minyak sawit di Indonesia yang mulai intensif dilakukan sejak tahun 2011 melalui tiga jalur yakni oleofood, oleokimia dan biodiesel (Gambar 2) juga berdampak pada perubahan komposisi ekspor produk sawit Indonesia (PASPI Monitor, 2021b).

Gambar 2. Tiga jalur Hilirisasi Sawit dan Perubahan Komposisi Ekspor Struktur ekspor minyak sawit Indonesia

tahun 2010 masih didominasi bahan mentah (CPO) dengan pangsa 57 persen. Namun terjadi perubahan komposisi ekspor tahun 2020 yakni ekspor produk olahan yang lebih mendominasi dengan pangsa 78 persen, sementara pangsa ekspor CPO hanya sebesar 22 persen. Devisa sawit dari ekspor minyak

sawit dan produk turunanya memiliki kontribusi yang cukup penting dalam neraca perdagangan non-migas Indonesia (PASPI Monitor, 2021c). Tanpa ekspor minyak sawit, neraca non-migas umumnya mengalami defisit. Sebaliknya dengan adanya ekspor minyak sawit membuat neraca non-migas selalu mengalami surplus.

(4)

Tabel 1. Perkembangan dan Peran Devisa Sawit Dalam Neraca Perdagangan Non Migas Indonesia (USD Milyar)

Tahun Ekspor Minyak Kelapa Sawit

Netto Ekspor Non Migas Tanpa Minyak Kelapa

Sawit

Netto Ekspor Non Migas (dengan Minyak Kelapa

Sawit)

2010 16.3 11.1 27.4

2011 21.6 3.7 25.3

2012 21.3 -17.4 3.9

2013 19.2 -10.7 8.5

2014 21.1 -9.9 11.2

2015 18.6 -4.9 13.7

2016 18.1 -3.4 15.2

2017 22.9 -2.5 20.4

2018 20.5 -16.5 4.0

2019 20.2 -13.7 6.5

2020 23.0 4.7 27.7

Jan-Agu 21 23.4 4.8 28.2

Sumber: BPS, diolah

Manfaat ekonomi industri sawit Indonesia tidak hanya dinikmati masyarakat Indonesia. Masyarakat dunia juga ikut menikmati manfaat ekonomi sawit melalui hilirisasi sawit lebih lanjut di negara- negara importir sawit.

Lanjutan hilirisasi sawit juga terjadi di negara-negara importir yang menjadi konsumen minyak sawit dunia dan berimplikasi pada penciptaan pendapatan (income-generating) di negara-negara tersebut (Europe Economic, 2014&2016).

Distribusi penciptaan pendapatan tersebut terjadi di berbagai negara importir seperti (PASPI Monitor, 2021a) antara lain Uni Eropa (18.7 persen), China (17 persen), India (16.7 persen), Afrika (13.5 persen), Pakistan dan Bangladesh (10.1 persen), Amerika Serikat (7.3 persen) dan Rest of the World (17 persen).

Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa penciptaan pendapatan dari kegiatan hilirisasi sawit dinikmati oleh seluruh masyarakat dunia yang mengkonsumsi minyak sawit, baik negara maju seperti Uni Eropa (EU-28) dan Amerika Serikat maupun negara berkembang seperti India, China, Afrika, Pakistan dan Bangladesh.

ISU STRATEGIS ECONOMIC SUSTAINABILITY PADA INDUSTRI

SAWIT

Multimanfaat ekonomi yang dihasilkan industri sawit mulai dari level petani, desa, kabupaten, nasional hingga global hanya akan sustainable jika industri sawit juga sustainable. Bahkan melalui peningkatan kualitas sustainability ekonomi dari industri sawit berpotensi untuk meningkatkan kualitas dan besaran dari multimanfaat yang dapat dinikmati oleh masyarakat di berbagai level wilayah.

Dari sudut economic sustainability, setidaknya ada tiga isu strategis yang menentukan keberlanjutan industri sawit secara ekonomi. Ketiga isu tersebut adalah produktivitas, efisiensi dan peningkatan value added pada hilirisasi.

Pertama, Peningkatan Produktivitas.

Untuk meningkatkan produksi minyak sawit dapat ditempuh melalui perluasan area perkebunan dan peningkatan produktivitas.

Peningkatan produksi melalui perluasan areal merupakan sumber pertumbuhan yang unsustainable karena selain ketersedian lahan yang semakin terbatas, perluasan area juga terkait dengan isu deforestasi dan ketergantungan yang semakin kuat pada alam/iklim. Sementara itu, peningkatan produktivitas minyak per hektar dinilai menjadi sumber pertumbuhan produksi

(5)

minyak sawit yang lebih sustainable.

Peningkatan produktivitas pada perkebunan minyak sawit dapat dicapai melalui replanting maupun dengan perbaikan kultur teknis pada kebun eksisting (Sipayung, 2012

& 2018; PASPI, 2017 & 2018).

Dalam periode tahun 2010-2020, produksi minyak sawit Indonesia meningkat sekitar 8.3 persen per tahun. Luas area perkebunan sawit juga mengalami peningkatan sekitar 6 persen per tahun pada periode yang sama. Sementara itu, laju produktivitas hanya bertumbuh sekitar 1.3 persen per tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sumber pertumbuhan bagi industri sawit Indonesia sampai tahun 2020 masih didominasi oleh luas areal, sedangkan sumber pertumbuhan produktivitas masih relatif kecil. Artinya industri sawit secara keseluruhan masih pada fase industrialisasi awal yakni factor-driven atau natural resources and unskilled labor (Sipayung, 2012).

Hal tersebut yang menjadi salah satu isu strategis industri sawit ke depan yakni mempercepat peningkatan produktivitas sebagai sumber pertumbuhan baru yang berkelanjutan bagi industri sawit nasional.

Pertumbuhan produktivitas baik melalui peningkatan produktivitas parsial (capital- driven) maupun dengan produktivitas total (innovation-driven).

Peningkatan produktivitas kebun sawit masih sangat terbuka luas melalui perbaikan kultur teknis (Daemeter, 2013 & 2015;

Winroct International, 2017) serta perbaikan tatakelola kebun sawit (Rist et al., 2010;

INOBU, 2016; Nurfatriani et al., 2019;

Bakthary et al., 2021). Peluang peningkatan produktivitas melalui perbaikan varietas,

kultur teknis dan manajerial kebun sawit masih terbuka luas (Sipayung, 2012 & 2018;

Nuryartono et al., 2016; Woitieza et al., 2017;

Herdiansyah et al., 2020; Sari et al., 2021).

Kedua, isu strategis yang juga mempengaruhi economic sustainability pada industri sawit adalah peningkatan efisiensi biaya produksi. Saat ini, industri sawit menghadapi masalah kenaikan biaya produksi (Harga Pokok Produksi) yang terus mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 5 persen per tahun pada periode 2008-2020. Sementara itu, laju kenaikan harga CPO dunia yang hanya sebesar 1.8 persen per tahun. Hal ini menunjukkan peningkatan biaya produksi tersebut melampaui kenaikkan harga CPO. Jika kecenderungan ini berlangsung terus, maka diperkirakan biaya produksi akan

“menyundul” harga pasar CPO dunia pada tahun 2025 (Sipayung, 2021).

Selain peningkatan produktivitas, upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kenaikan biaya produksi dapat dilakukan melalui perbaikan manajerial dan teknologi produksi. Perbaikan teknologi pemupukan untuk meminimumkan nutrient loses, perbaikan manajemen kebun dan pemanenan sangat penting untuk dilakukan.

Ketiga, Pendalaman Hilirisasi. Dalam periode 2010-2020, hilirisasi sawit Indonesia telah mencatat kemajuan yang signifikan.

Namun, hilirisasi yang terjadi masih didominasi oleh produk antara (intermediate product) yang nilai tambahnya masih relatif rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan pendalaman hilirisasi lebih lanjut untuk menghasilkan nilai tambah yang lebih tinggi (Gambar 3).

Gambar 3. Indeks Nilai Tambah Produk Hilir Sawit

(6)

Pendalaman hilirisasi tersebut selain untuk meningkatkan nilai tambah juga menjadi mekanisme yang efektif untuk perluasan pasar CPO dan stabilitas rantai pasok. Sebagai produsen terbesar minyak sawit dunia, pengelolaan pasokan CPO dan produk turunanya yang diekspor oleh Indonesia ke pasar dunia sangat penting karena akan mempengaruhi stabilitas pasar minyak sawit dunia.

KESIMPULAN

Industri minyak sawit merupakan wahana sharing prosperity yang dapat membagi “kue ekonomi” yang dapat dinikmati oleh masyarakat baik pada level regional, nasional maupun global atau menghasilkan multilevel economic benefit.

Multilevel economic benefit tersebut akan sustainable, jika industri sawit sustainable secara ekonomi, bahkan besaran manfaat tersebut berpotensi untuk terus diperbesar melalui perbaikan aspek economic sustainablity dari industri sawit. Tiga isu strategis untuk mencapai economic sustainablity dari industri sawit yakni peningkatan produktivitas, efisiensi biaya produksi dan pendalaman hilirisasi.

DAFTAR PUSTAKA

Bakhtary, HF Haupt, C Luttrell, D Landholm, I Jelsma. 2021. Promoting Sustainable Oil Palm Production by Independent Smallholders in Indonesia: Perspectives from Non-State Actors. GIZ Germany.

Budidarsono S, Dewi S, Sofiyuddin M, Rahmanulloh A. 2012. Socioeconomic Impact Assessment of Palm Oil Production. Technical Brief No. 27: Palm Oil Series. World Agroforestry Centre - (ICRAF), SEA Regional Office.

Byerlee D, WP Falcon, RL Naylor. 2017. The Tropical Oil Crop Revolution Food, Feed, Fuel, and Forests. Oxford University Press.

Daemeter Consulting. 2013. Fertilizer and Oil Palm in Indonesia: An Overview of the Industry and Challenges for Small-Scale Oil Palm Farmer Applications.

Daemeter Consulting. 2015. Overview of Indonesian Oil Palm Smallholder Farmer.

Debertin DL. 2013. Agricultural Production Economics, Second edition. Mcmillan Publishing Company.

Dharmawan AH, DI Mardiyaningsih, H Komarudin, J Ghazoul, P Pacheco, F Rahmadian. 2020. Dynamics of Rural Economy: A Socio-Economic Understanding of Oil Palm Expansion and Landscape Changes in East Kalimantan, Indonesia. Land 2020.

Direktorat Jenderal Perkebunan. 2020.

Statistik Perkebunan Kelapa Sawit.

Jakarta: Kementerian Pertanian RI Edward R. 2019. Export Agriculture and Rural

Poverty: Evidence from Indonesia Palm Oil. Darthmouth College. Hannover.

Euler M, Schwarze S, Siregar H, Qaim M. 2016.

Oil Palm Expansion Among Smallholder Farmers in Sumatra Indonesia. J.

Agric.Econ. 67: 658–676.

Europe Economics. 2014. The Economic Impact of Palm Oil Imports in the EU.

Europe Economics Chanchery House.

London.

Europe Economics. 2016. The Downstream Economic Impact of Palm Oil Exports.

Erope Economics Chanchery House.

London.

Fairhurst T, R Hardter, 2003. Oil Palm Management for Large and Sustainable Yields. International Pothast Institute.

Gaskell JC. 2012. Palm Oil Revolution in Asia.

Disertation og Doctot of Philosoppy.

Standford University.

Herdiansyah HH. Adi N, N Rusdayanti, S Shara. 2020. Palm Oil Plantation and Cultivation: Prosperity and Productivity of Smallholders. Open Agriculture. 5:

617–630.

INOBU. 2016. A Profile of Oil Palm Smallholders and Their Challenges of Farming Independently. Institute Penelitian Inovasi Bumi.

Kang H. 2015. Agricultural Exports and Economic Growth: Empirical Evidencef rom the Major Rice Exporting Countries.

Agri Econ. 61(2): 81–87.

Kasryno F. 2015. The Economic Impacts of Palm Oil in Indonesia. The High Carbon Stock Study 2015.

Khaled OK. 2020. Contribution of Vegetable Oils towards Sustainable Development

(7)

Goals: A Comparative Analysis. Policy Analysis and Development Agency Ministry of Foreign Affairs of The Republic of Indonesia.

Kojima. 2016. A Global Demand Analysis of Vegetable Oils for Food Use and Industrial Use. Paper presentation at Agricultural and Applied Economic Association.

Boston.

Krishna V, Euler M, Siregar H, Qaim M. 2017.

Differential Livelihood Impacts of Oil Palm Expansion in Indonesia. Agric Econ.

Murugesan B. 2019. An Emperical Analysis of Agricultural Exporti on Economic Growth in India. Economic Affair. 64(3):

481-486.

Nurfatriani, F Ramawati, G Kartika Sari, H Komariddin. 2019. Optimization of Crude Palm Oil Fund to Support Smallholder Oil Palm Replanting in Reducing Deforestation in Indonesia. MDP.

Nuryartono N, Pasaribu SH, Panggabean PNK.

2016. Total Factor Productivity Analysis of Oil Palm Production in Indonesia.

International Journal of Economics and Financial Issues. 6(4): 1570-1577.

OECD. 2016. Better Policies for 2030: An OECD Action Plan on the Sustainable Development Goals.

Palley TI. 2012. The Rise and Fall of Export- led Growth. Investigació Economica.

21(280): 141-161

[PASPI] Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Insitute. 2014. The Sustainability of Indonesian Palm Oil Industry: Its role in Economic Growth, Rural Development, Poverty Reduction, and Environmental Sustainability. Bogor.

[PASPI] Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Insitute. 2017. Peningkatan Produktivitas Sumber Pertumbuhan Kebun Sawit yang Berkelanjutan.

Monitor. 3(27): 857-862.

[PASPI] Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Insitute. 2018. Replanting Mendukung Upaya Berkelanjutan Perkebunan Kelapa Sawit. Monitor.

4(15): 1153-1158.

PASPI Monitor. 2021a. Penciptaan Pendapatan (Income Generating) Pada Hilirisasi Minyak Sawit Di Negara Importir. Analisis Isu Strategis Sawit.

Palm O’ Journal 2(3): 293-298.

PASPI Monitor. 2021b. Hilirisasi Dan Perubahan Komposisi Ekspor Minyak Sawit Indonesia. Analisis Isu Strategis Sawit. Palm O’ Journal 2(13): 351-354.

PASPI Monitor. 2021c. Kontribusi Devisa Sawit Dalam Neraca Perdagangan Indonesia. Analisis Isu Strategis Sawit.

Palm O’ Journal 2(15): 363-367.

Rifin A. 2012. The Controbution of Palm Oil Industry to Indonesia Economy. Input- Output Analysis. 20(1): 72-83.

Rist LL, Feintrenie, P Levang. 2010. The Livelihood Impacts of Oil Palm:

Smallholders in Indonesia. Biodiverse Conserv.

Sari DWF, Nur Hidayat, I Abdul 2021.

Efficiency of Land Use in Smallholder Palm Oil Plantations in Indonesia: A Stochastic Frontier Approach. Forest and Society. 5(1): 75-89.

Shigetomu, Y, Y Shimura, Y Yamamoto. 2020.

Trends in Global Dependency on The Indonesian Palm Oil and Resultant Environmental Impacts [internet]. Dapat

diakses pada:

www.nature.com/scientificreports/

Sipayung T. 2012. Ekonomi Agribisnis Minyak Sawit. Bogor: IPB Press.

Sipayung T. 2018. Politik Ekonomi Perkelapasawitan Indonesia. Bogor: IPB Press.

Sipayung T. 2018. Politik Ekonomi Perkelapasawitan Indonesia. Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute.

Bogor: IPB Press.

Sipayung T. 2021. Peningkatan Produktivitas, Dukungan Sarana Prasarana dan Peran Badan Pengelola Dana Kelapa Sawit.

Disampaikan pada FGD BPDPKS

“Roadmap Industri Sawit Berkelanjutan 2022-2029”.

Susila WR, IDM Darma Setiawan. 2007. The Role of Estate Crop-Based Industries on Economic Growth and Equity: Social Accounting Matrix Approach. Jurnal Agro Ekonomi. 25(2):125–14.

Susila WR. 2004. Contribution of Oil Palm Industry to Economic Growth and Poverty Alleviation in Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian. 23(3):107–114 Varkkey H. 2012. The Growth and Prospect

for the Oil Palm Plantation Industry in Indonesia. Oil Palm Industry Economic Jurnal. 12(2): 1-13.

(8)

Woittieza LS, MT Van Wijkb, M Slingerlanda, M Van Noodwijk. 2017. Yield Gaps in Oil Palm: A Quantitative Review of Contributing Factors. Europ. J. Agronomy.

83: 57–77.

Wonrock International. 2017. The Key Caracteristics Smallholders Sustainabolity. Winrock International, USAID and SPKSI of Independent in the Context of Colloborative Study.

World Bank. 2012. Inclusive Green Growth:

The Pathway to Sustainable Development.

The World Bank. Washington DC.

World Growth. 2011. The Economic Benefit of Palm Oil to Indonesia. Melbourne:

Wulansari, DF Nurhidayat, I Abdul. 2021.

Efficiency of Land Use in Smallholder Palm Oil Plantations in Indonesia: A Stochastic Frontier Approach. Forest and Society Journal. 5(1): 75-89.

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan proteksi yang dilakukan Amerika Serikat menyebabkan kondisi perdagangan dunia tidak kondusif. Kondisi ini dapat berpengaruh terhadap industri minyak nabati

Pada tahun 2015, Pemerintah mengeluarkan kebijakan CPO Supporting Fund dan menetapkan kebijakan tarif baru dengan Peraturan Menteri Keuangan No

Seiring dengan peningkatan ketersediaan minyak sawit nasional yang makin melimpah, produksi dan konsumsi minyak goreng juga bergeser dari dominasi minyak goreng

Sementara itu, jika masyarakat dunia mendukung kampanye NGO untuk “No Deforestation ” pada ekspansi lahan kelapa sawit menuju tahun 2050, maka akan memicu

Untuk mengetahui lebih detail terkait asal usul lahan perkebunan sawit di Indonesia, dilakukan sinkronisasi land cover yang terdiri dengan 22 tipe dari mulai hutan tak

Lebih lanjut kata Bernard, produksi minyak sawit Asian Agri telah mencapai 1,1 juta ton CPO per tahun, dan telah menjadi perusahaan perkebunan kelapa sawit yang

Oleh karena itu, dalam tulisan ini diberikan suatu masukan bagi semua pihak (terutama Bank Indonesia) agar pelaksanaan Internet Banking dalam penerapannya tidak hanya

Surat keterangan yang menyatakan bahwa calon yang bersangkutan bukan sebagai pelaku kejahatan berulang dari kepolisiaan daerah untuk Calon Gubernur dan Calon Wakil Gubernur