• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.) Oleh : SISKA WULANDARI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.) Oleh : SISKA WULANDARI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN SETEK

OLEANDER (Nerium oleander L.)

Oleh :

SISKA WULANDARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Umum Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Jurusan Budidaya Pertanian

SEKOLAH TINGGI ILMU PERTANIAN (STIPER) DHARMA WACANA METRO

2016

(2)

ABSTRAK

PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP PERTUMBUHAN

SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.)

Oleh:

Siska Wulandari

Oleander lebih dikenal sebagai tanaman yang bersifat farmakologis. Namun dengan semakin pesatnya kebutuhan tanaman hias, oleander dijadikan sebagai tanaman hias bonsai karena keindahan dari tanaman ini. Pembudidayaan oleander dilakukan dengan cara setek. Pertumbuhan setek sangat tergantung pada bahan setek dan media tanam yang dipakai. Oleh karena itu perlu dikaji lebih lanjut tentang pengaruh asal bahan setek yang terbaik dan komposisi media yang tepat untuk pertumbuhan setek.

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari: (1) pengaruh berbagai bahan setek terhadap pertumbuhan setek oleander, (2) pengaruh komposisi media tanam terhadap petumbuhan setek oleander, (3) pengaruh interaksi antara bahan setek dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek oleander.

Penelitian dilaksanakan di Prasanti, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, dari bulan Juni sampai bulan Agustus 2016, menggunakan rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah berbagai bahan setek (S) yang terdiri dari bahan setek yang berasal dari pangkal (S₁), bahan setek yang berasal dari tengah (s₂), bahan setek yang berasal dari pucuk (s₃). Faktor kedua komposisi media tanam (m) yang terdiri dari tanah/kontrol (m0), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m₁), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1: 1 (m₂), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1: 2 (m₃). Data diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan ketakaditifan dengan uji Tuckey, setelah homogen diolah dengan analisis ragam, apabila terdapat perlakuan yang nyata selanjutnya nilai tengah diuji lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.

Hasil penelitian menunjukan bahwa: (1) bahan setek bepengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander. Secara umum bibit terbaik dihasilkan oleh bahan setek asal pangkal dan tengah, (2) komposisi media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander. Media tanam tanah/kontrol (m0) dan komposisi tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m₂) memberikan hasil yang

(3)

sama baiknya terhadap pertumbuhan setek oleander, (3) interaksi antara bahan setek dan komposisi media tanam hanya terjadi pada peubah jumlah akar.

(4)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Proposal : PENGARUH BERBAGAI BAHAN SETEK DAN

KOMPOSISI MEDIA TANAM TERHADAP

PERTUMBUHAN SETEK OLEANDER (Nerium oleander L.)

Nama Mahasiwa : SISKA WULANDARI No. Pokok Mahasiswa : 12110070

Jurusan : Agroteknologi

Program studi : Agroteknologi

MENYETUJUI : 1. KOMISI PEMBIMBING

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M. Si.

NIP. 196509221989032001 NIP. 196803171994032003

2. KETUA JURUSAN AGROTEKNOLOGI

Ir. Syafiuddin, M.P.

NIP. 19630339 198903 1 003

(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua Penguji : Prof. Dr. Ir. Maryati, MP ...

Penguji Utama : Krisnarini, S.P., M.Si ...

Anggota Penguji : Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si ...

2. Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Dharma Wacana Metro

Ir. Rakhmiati, MTA

NIP. 1956304081989032001

Tanggal Lulus Ujian Skripsi: 07 Desember 2016

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di desa Sukananti Kecamatan Way Tenong Kabupaten Lampung Barat pada tanggal 01 November 1993, sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari Bapak Iskandar Kurnain dan Ibu Asmawanah S. Pd.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 02 Fajar Bulan Lampung Barat pada tahun 2000. Selanjutnya penulis menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 01 Way Tenong Lampung Barat pada tahun 2006.

Setelah itu penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Kartikatama Metro pada tahun 2009. Pada tahun 2012 penulis terdaftar sebagai mahasiswi di Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro dengan program study Agroteknologi.

(7)

PERSEMBAHAN

Ku persembahkan skripsi ini untuk :

1. Kedua orang tua yang tercinta

2. Adik-adik ku tersayang Ana Karlina, Alfando Hardiansyah dan Alfindo Hardiyansyah

3. Dosen-dosen pembimbing

4. Para sahabat dan teman-teman yang telah membantu selama proses pembuatan skripsi ku.

(8)

MOTTO

Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain

(H.R Ahmad)

Doa adalah kekuatan terhebat yang pernah ada, karena melibatkan sang maha pencipta alam semesta didalamnya.

Usaha tanpa doa adalah perbuatan yang sia-sia, dan doa tanpa usaha adalah perbuatan yang tiada guna.

Saat kita berani mencoba akan ada dua kemungkinan

“GAGAL ATAU BERHASIL”

Dan disaat kita menyerah hanya ada satu kemungkinan

“GAGAL”

NEVER GIVE UP!!! 

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan berkah dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian yang berjudul Pengaruh Berbagai Bahan Setek dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Oleander (Nerium oleander L.). Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ibu Ir. Rakhmiati, MTA selaku ketua STIPER Dharma Wacana Metro.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. selaku pembimbing I yang telah banyak memberikan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si selaku pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan untuk menyelesaikan skripsl ini.

4. Ibu Krisnarini, S.P., M.Si selaku penelaah yang telah banyak memberikan masukan untuk menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Ir. Syafiuddin, MP selaku ketua jurusan Agroteknologi yang telah banyak membantu selama penulis menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Dosen dan Staf STIPER Dharma Wacana Metro yang telah banyak membantu dalam menyelesakan skripsi ini.

(10)

7. Kedua orangtua tercinta yang dengan tulus selalu memberikan doannya agar skripsi ini dapat terselesaikan.

8. Rekan-rekan yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penyusunan skripsi penelitian ini, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.

Metro, Desember 2016

Siska Wulandari

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... ii

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang dan Masalah... 1

1.2. Tujuan Penelitian ... 3

1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis ... 4

1.4. Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1. Botani dan Syarat tumbuh Tanaman Oleander) ... 9

2.1.1. Taksonomi Tanaman Oleander. ... 9

2.1.2. Morflogi Tanaman Oleander. ... 10

2.2. Perbanyakan Tanaman Oleander ... 11

2.3. Media Tanam ... 13

(12)

III. BAHAN DAN METODE ... 16

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 16

3.2. Bahan dan Alat... 16

3.3. Metode Penelitian ... 16

3.4. Pelaksanaan Penelitian ... 17

3.4.1. Persiapan Media Tanam ... 17

3.4.2. Persipan Bahan Setek ... 17

3.4.3. Penanaman dan Pemeliharaan ... 18

3.5. Pengamatan ... 18

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21

4.1. Hasil ... 21

4.1.1. Kecepatan Tumbuh Tunas ... 21

4.1.2. Persentase Setek Tumbuh ... 22

4.1.3. Jumlah Tunas ... 23

4.1.4. Tinggi Tunas ... 25

4.1.5. Jumlah Akar ... 26

4.1.6. Panjang Akar ... 27

4.1.7. Luas Daun Khusus (LDK) ... 28

4.1.8. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) ... 29

4.1.9. Laju Asimilasi Bersih (LAB) ... 30

4.2. Pembahasan ... 31

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 36

5.1. Kesimpulan ... 36

5.2. Saran ... 36

DAFTAR PUSTAKA ... 37

LAMPIRAN ... 39

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan

komposisi media tanam ... 22 2. Persentase setek tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan

komposisi media tanam ... 23 3. Jumlah tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi

media tanam ... 24 4. Tinggi tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi

media tanam ... 25 5. Jumlah akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi

media tanam ... 27 6. Panjang akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi

media tanam ... 28 7. Luas Daun Khusus (LDK) oleander akibat pengaruh bahan setek

dan komposisi media tanam ... 29 8. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) oleander akibat pengaruh bahan

setek dan komposisi media tanam ... 28 9. Laju Asimilasi Bersih (LAB) oleander akibat pengaruh bahan setek

dan komposisi media tanam ... 29

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Deskripsi Oleander ... 39 2. Susunan Plot Percobaan ... 40 3. Tata Letak Tanaman ... 41 4. Data Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat pengaruh bahan

setek dan komposisi media tanam... 42 5. Analisis Ragam Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat

pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ... 42 6. Data Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat pengaruh bahan

setek dan komposisi media tanam (Transformasi √x) ... 43 7. Analisis Ragam Kecepatan Tumbuh Tunas oleander akibat

pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ... 43 8. Data Persentase Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek

dan komposisi media tanam ... 44 9. Analisis Ragam Persentase Tumbuh oleander akibat pengaruh

bahan setek dan komposisi media tanam ... 44 10. Data Persentase Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek

dan komposisi media tanam (Transformasi √x) ... 45 11. Analisis Ragam Persentase Tumbuh oleander akibat setek dan

komposisi media tanam ... 45 12. Data Jumlah Tunas oleander (pengamatan 9) akibat pengaruh

bahan setek dan komposisi media tanam ... 46 13. Analisis Ragam jumlah Tunas oleander akibat bahan setek dan

komposisi media tanam ... 46

(15)

14. Data Jumlah Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan

komposisi media tanam (Transformasi √x+½)... 47 15. Analisis Ragam Jumlah Tunas oleander akibat pengaruh bahan

setek dan komposisi media tanam ((Transformasi √x+½) ... 47 16. Data Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan

komposisi media tanam ... 48 17. Analisis Ragam Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan

setek dan kompsisi media tanam ... 48 18. Data Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan

dan komposisi media tanam (Transformasi √x) ... 49 19. Analisis Ragam Tinggi Tunas oleander akibat pengaruh bahan

setek dan komposisi media tanam (Transformasi √x) ... 49 20. Data Jumlah Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan

komposisi media tanam ... 50 21. Analisis Ragam Jumlah Akar akibat pengaruh bahan setek dan

komposisi media tanam ... 50 22. Data Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan

komposisi media tanam ... 51 23. Analisis ragam Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan

setek dan komposisi media tanam ... 51 24. Data Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan

komposisi media tanam (Transformasi √x+½) ... 52 25. Analisis Ragam Panjang Akar oleander akibat pengaruh bahan

setek dan komposisi media tanam (Transformasi √x+½) ... 52 26. Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst akibat pengaruh

bahan setek dan komposisi media tanam ... 53 27. Analisis Ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst akibat

pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ... 53 28. Data Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst akibat pengaruh

bahan setek dan komposisi komposisi media tanam

(Transformasi √x) ... 54

(16)

29. Analisis Ragam Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst akibat pengaruh bahan setek setek dan komposisi media tanam

(Transformasi √x) ... 54 30. Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst akibat

pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ... 55 31. Analisis ragam Laju Pertumbuhan Realtif rata-rata (LPR) 45-52 hst

akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ... 55 32. Data Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst akibat

pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

(Transformasi √x + ½) ... 56

33. Analisis Ragam Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst

akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

(Transformasi √x + ½) ... 56 34. Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst akibat pengaruh

bahan setek dan komposisi media tanam ... 57 35. Analisis Ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst

akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam ... 57 36. Data Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst akibat pengaruh

bahan setek dan komposisi media tanam

(Transformasi √x + ½) ... 58 37. Analisis Ragam Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst akibat

pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

(Transformasi √x + ½) ... 58

(17)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Grafik Jumlah Tunas ... 24

2. Grafik Tinggi Tunas ... 26

3. Tanah ... 59

4. Kompos ... 59

5. Arang sekam ... 60

6. Proses pengisian media tanam ke dalam polybag ... 60

7. Pengambilan bahan setek... 61

8. Pemotongan bahan setek ... 61

9. Perendaman bahan setek dengan ZPT ... 62

10. Pengelompokan bahan setek (pangkal, tengah, pucuk) ... 62

11. Pembungkusan bahan setek dengan tanah liat... ... 63

12. Penanaman ... 63

13. Penyiraman ... 64

14. Pengamatan ... 64

15. Pengambilan sampel tanaman destruktif ... 65

16. Pengamatan tanaman destruktif menggunakan alat image scanner .... 65

17. Pengopenan tanaman destruktif ... 66

18. Pengambilan sampel tanaman ... 66

(18)

19. Pengamatan jumlah akar dan panjang akar pada tanaman sampel ... 67

20. Tanaman sampel dari setek pangkal ... 68

21. Tanaman sampel dari setek tengah ... 69

22. Tanaman sampel dari setek pucuk ... 70

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang dan Masalah

Nerium oleander L. termasuk dalam familia Apocynaceae. Di Indonesia tumbuhan ini dikenal dengan nama jure (jawa), kenyeri (Bali), kembang mentega, bunga mentega, oleander (Hembing, 1993). Oleander lebih dikenal sebagai tanaman yang bersifat farmakologis. Daun nerium oleander berguna untuk mengobati gagal jantung, sesak napas, diuretik dan ekspektoran dalam dosis kecil dan pengawasan dokter (Hembing, 1993). Dengan semakin pesatnya akan kebutuhan tanaman hias, oleander dijadikan sebagai salah satu tanaman yang mulai dibudidayakan karena bentuknya unik berupa semak-semak yang bersifat evergreen shrub memilik bunga yang cantik, tahan lama dan bermekaran

sepanjang tahun menjadikan tanaman ini disukai oleh pencinta tanaman hias dan bonsai.

Pembudidayaan oleander sebagai tanaman pot masih tergolong baru, untuk memenuhi kebutuhan yang sesuai dengan standarisasi mutu dan permintaan konsumen maka perlu dilakukan pembudidayaan sehingga bernilai ekonomi yang tinggi. Perbanyakan oleander dapat dilakukan dengan setek batang (Backer and Van den Brink, 1963 dalam Hembing, 1993).

(20)

Salah satu tekhnik perbanyakan vegetatif yang secara teknis cukup mudah dan sederhana serta tidak membutuhkan biaya produksi dan investasi yang besar adalah setek. Tekhnik perbanyakan vegetatif dengan setek adalah metode perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian tanaman yang dipisahkan dari induknya (Juhardi, 1995 dalam Sopyan dan Muslimin, 2006). Selain itu perbanyakan dengan setek adalah jalan yang paling mudah dan dapat mempertahankan sifat-sifat keturunannya (Soemartono, 1985).

Dalam pelaksanaan perbanyakan tanaman secara vegetatif (setek) tingkat keberhasilan lebih rendah dibandingkan cara generatif. Keberhasilan setek dalam membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase pertumbuhan dan perbedaan bagian bahan setek yang digunakan (Syakir dkk., 1992).

Sumber bahan setek yang berasal dari bagian batang yang berbeda (pangkal, tengah, pucuk) mengalami masa perkembangan dan jumlah substrat yang berbeda pula (Rismawati dan Syakhril, 2013 dalam Yulistyani dkk., 2014). Bagian batang yang digunakan tersebut berkaitan dengan kandungan nutrisi di dalamnya terutama karbohidrat, protein, lipid, nitrogen, enzim dan hormon yang berguna untuk mendukung pertumbuhan awal tanam (Hartmann dan Kester 1990 dalam Yulistyani dkk., 2014).

Faktor lain yang juga menentukan keberhasilan setek adalah pemilihan dan pengelolaan media tanam. Ashari (2006) menyatakan bahwa media tanam berfungsi untuk menunjang pertumbuhan tanaman, memberikan kelembaban yang cukup dan mengatur peredaran udara, serta berpengaruh terhadap pertumbuhan fase vegetatif tanaman seperti akar, tunas dan daun. Media yang baik untuk

(21)

pertumbuhan setek yaitu beraerasi baik dan bebas hama penyakit, mengandung cukup bahan organik dan mampu menahan air yang tinggi, sehingga air yang diperlukan selama pertumbuhan selalu terpenuhi (Hardjowigeno, 2003).

Soedarsono (1977) dalam Dartis (2014) menyatakan bahwa untuk campuran media tanam haruslah yang benar-benar subur agar mampu mensuplai makanan sampai bibit tanaman siap tanam. Selain itu media tanam yang baik memiliki komposisi yang tepat. Komposisi media tanam yang tepat dapat menunjang tingkat keberhasilan dalam penyetekan.

Media tanam yang umum digunakan untuk setek oleander adalah tanah dengan campuran kompos dan arang sekam. Berdasarkan hasil analisis kimia pada media tanam yang dilakukan di Laboratorium Kesuburan Tanah dan Nutrisi Tanaman, Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran, campuran media tanam tanah, kompos dan arang sekam memiliki kadar C-organik dan kandungan K-potensial yang tinggi sehingga sangat baik untuk pertumbuhan tanaman (Yulistyani dkk., 2014).

Berdasarkan hal yang dikemukakan diatas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai berbagai bahan setek dan komposisi media tanam yang tepat untuk perbanyakan tanaman oleander secara vegetatif (setek).

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Pengaruh berbagai bahan setek terhadap pertumbuhan setek oleander.

2. Pengaruh komposisi media tanam terhadap petumbuhan setek oleander.

(22)

3. Pengaruh interaksi berbagai bahan setek dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek oleander.

1.3. Dasar Pengajuan Hipotesis

Menurut Sitompul dan Guritno (1995), pertumbuhan secara luas dipengaruhi oleh:

(1) faktor genetik (internal), meliputi; respirasi, laju fotosintesis, kapasitas penyimpanan cadangan makanan, aktivitas enzim, diferensiasi, (2) faktor lingkungan (eksternal), meliputi; iklim (cahaya, air, dan temperatur), tanah, (3) teknik budidaya.

Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan setek berakar dan tumbuh baik adalah sumber bahan setek, dan perlakuan terhadap bahan setek. Sumber bahan setek seperti bagian batang (pangkal, tengah, pucuk), akan berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tunas (Kantarli, 1993 dalam Danu dan Nurhasybi, 2003).

Kemampuan setek membentuk akar dan tunas dipengaruhi oleh kandungan karbohidrat dan keseimbangan hormon (auksin) yang tercermin pada nisbah C dan N. Setek yang mengandung karbohidrat dan nitrogen yang cukup akan mempermudah pembentukan akar dan tunas setek. Bahan setek bagian pangkal dan tengah memiliki nisbah C, N yang ideal sehingga memungkinkan bahan setek dapat tumbuh dengan baik (Hardjanti, 2005).

Bahan setek yang berasal dari pucuk seringkali masih terlalu muda sehingga lunak mengakibatkan setek menjadi lemah dan akhirnya mati (Supari 1999 dalam Hardjanti, 2005). Batang bagian pangkal, tengah dan pucuk merupakan bagian tanaman yang telah mengalami masa perkembangan yang berbeda, karena itu

(23)

sangat memungkinkan jika kualitas bahan tanam atau jumlah substrat yang tersedia untuk mendukung pertumbuhan awal tanam juga berbeda (Hardjadi, 1994).

Menurut hasil penelitian Hardjanti (2005), penggunaan bahan setek tanaman adenium yang berasal dari pangkal, tengah dan pucuk berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas dan daun, serta jumlah akar dan berat segar tanaman. Penggunaan bahan setek dari pangkal paling baik diantara asal bahan setek yang lain ditunjukkan oleh jumlah tunas dan daun, serta jumlah akar dan berat segar tanaman tertinggi pada setek adenium.

Menurut hasil penelitian Yulistyani dkk. (2014), bahan setek tanaman ara yang berasal dari pangkal, tengah dan pucuk tidak berpengaruh nyata pada 2 dan 4 MST, sedangkan 6, 8 dan 10 MST terlihat bahwa asal setek memberikan pengaruh terhadap panjang tunas. Setek yang berasal dari bagian pangkal batang memiliki tunas yang lebih panjang dibandingkan setek yang berasal dari bagian tengah dan pucuk. Setek yang berasal dari bagian pucuk batang membentuk tunas yang lebih pendek namun tidak berbeda nyata dengan setek yang berasal dari bagian tengah pada setek tanaman ara.

Sedangkan hasil penelitian Saleh (2005), perlakuan asal setek berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan bibit nilam yang ditunjukkan oleh panjang akar, jumlah akar, berat kering akar dan berat kering tunas. Berat kering akar dan berat kering tunas tertinggi dihasilkan oleh setek batang asal tengah. Untuk panjang akar setek batang asal tengah dan pangkal lebih baik daripada asal pucuk, dan jumlah akar

(24)

terbanyak ditunjukan oleh setek batang asal pangkal yang terbaik pada setek nilam.

Tjasadiharja (1980) melaporkan bahwa penggunaan media tanam mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan bibit yang baik. Faktor yang harus diperhatikan dalam penggunaan media tanam adalah tingkat kelembaban, pH, kandungan unsur hara N, P, K dan kadar C-organik yang terkandung di dalam media tanam.

Tanah sebagai tempat tumbuh tanaman harus mempunyai tingkat kesuburan yang cukup untuk menunjang proses pertumbuhan tanaman sampai berproduksi.

Kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Hakim dkk.

(1986) menyatakan bahwa bahan organik merupakan bahan penting dalam menciptakan kesuburan tanah. Untuk menambah unsur-unsur yang diperlukan dalam pertumbuhan bibit tanaman, media tanam dapat dicampur dengan pemberian kompos, arang sekam dan bahan organik lainnya.

Hesse (1984) dalam Trisilawati dan Atekan (2007) menyatakan bahwa penggunaan kompos pada media pembibitan memiliki beberapa keuntungan, antara lain dapat meningkatkan ketersediaan beberapa hara makro, kapasitas tukar kation tanah, stabilitas agregat tanah, daya sanggah tanah (buffer), dan aktivitas mikroorganisme tanah.

Arang sekam merupakan media yang bersifat porous, ringan dan cukup menahan air ditambah lagi dengan kandungan karbon (C) yang tinggi untuk meningkatkan kesuburan media tanam. Kandungan silikat yang tinggi pada arang sekam dapat

(25)

menguntungkan bagi tanaman karena menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit akibat adanya pengerasan jaringan (Zulfitri, 2005).

Campuran media tanam tanah, kompos dan arang sekam dengan komposisi tertentu dapat menyediakan lingkungan atau kondisi yang optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan akar dan dapat menghasilkan struktur yang sesuai karena setiap jenis media mempunyai pengaruh yang berbeda pula bagi tanaman.

Menurut hasil penelitian Sugiyanto (2012), perlakuan komposisi media tanam terlihat berpengaruh pada umur 6 MST terhadap parameter luas daun per tanaman, Dimana komposisi media tanam tanah, arang sekam dan kompos (1 : 2 : 1) menunjukan pengaruh yang paling tinggi terhadap parameter luas daun dibandingkan komposisi media tanah, arang sekam, kompos (1 : 1 : 1) dan (2 : 1 : 1) pada setek kumis kucing.

Menurut hasil penelitian Suharsi dan Andiani (2013), komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tunas. Komposisi tanah, kompos dan arang sekam (2 : 1 : 1) cenderung menghasilkan persentase setek hidup, bobot basah dan bobot kering lebih tinggi dibandingkan komposisi media pasir malang, tanah, kompos (2 : 2 : 1) dan komposisi media cocopeat, tanah, kompos (3 : 2 :1) pada setek sansevieria.

Diduga dengan penggunaan berbagai bahan setek (pucuk, tengah, pangkal) dan komposisi media tanam yang berbeda akan memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander. Karena itu perlu dilakukan penelitian pengaruh

(26)

berbagai bahan setek dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek oleander.

1.4. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Bahan setek berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander.

2. Komposisi media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander.

3. Terdapat interaksi antara berbagai bahan setek dan komposisi media tanam terhadap pertumbuhan setek oleander.

(27)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Oleander dan Syarat tumbuh

2.1.1. Taksonomi Tanaman Oleander

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Gentianales Family : Apocynaceae Genus : Nerium.

Species : Nerium oleander L.

Tanaman oleander berasal dari Maroko dan Portugal dan masuk ke dalam famili apocynaceae. Penyebarannya melalui jalur mediterania sampai ke Asia Tenggara.

Tumbuhan ini dapat tumbuh hingga mencapai 2-6 meter, dengan batang yang tegak dan bercabang-cabang.

Sebagai tanaman hias, oleander cukup popular. Sosok tanamannya rimbun dengan daun pita berwarna hijau tua. Bunganya bergerombol, terlihat cantik dan kontras dengan hijaunya daun. Meskipun cantik, oleander merupakan salah satu jenis tanaman yang beracun.

(28)

Keseluruhan yang mencakup getah putih seperti susu adalah beracun. Namun bukan berarti tanaman ini harus dimusnahkan atau di cabuti, karena bagian daun pada tumbuhan ini justru berkhasiat sebagai obat. Beberapa aktivitas telah banyak dilaporkan antara lain sebagai antikanker, diuretika, mengobati herpes (Perry, 1980 dalam Wahyuningsih dkk., 2004), antibakteri, antijamur, ekspektoran, insektisida, bengkak, penguat jantung (Siddiqui dkk., 1997 dalam Hembing, 1993). Kandungan senyawa kimia yang tedapat pada oleander yaitu Triterpen, Glikosida jantung, Oleanderol, Asam kanerat dan Kanerin.

Di Indonesia sendiri belum ada data dan laporan yang menyebutkan kasus-kasus keracunan yang secara spesifik berkaitan dengan tanaman oleander karena berbagai alasan, mulai dari ketidaktahuan korban, belum adanya perhatian terhadap potensi ancaman racun dari oleander, hingga kemungkinan salah deteksi.

2.1.2. Morfologi Tanaman Oleander

Ciri-ciri umum tanaman oleander adalah bentuknya yang perdu berupa semak- semak. Oleander mempunyai daun yang keras dan tajam. Daun pokok oleander tersusun dalam pusaran dan letaknya berpasang-pasangan. Daun ini berwarna hijau gelap dengan panjang 5-21 cm dan lebar 1-2 cm. Bentuk daun seperti garis berlawanan arah dan bertepi rata.

Bunga oleander memiliki bermacam-macam warna mulai dari putih atau kelabu, merah keungu atau kuning kemerahan. Bunga berkembang dalam seikat ujung cabang masing-masing yang mengelilingi mahkota bunga pusat. Bunga ini terletak diujung cabang dan mempunyai diameter sekitar 2,5-5 cm.

(29)

Buah oleander berbentuk kapsul sempit dengan panjang 15-25 cm, bulat beralur memanjang dengan banyak biji yang berambut. Buah akan memecah saat matang untuk mengeluarkan biji-biji halus, biji tersebut digunakan untuk perbanyakan generatif.

Batang dan cabang tanaman oleander yang berupa semak secara rutin tumbuh dengan tegak lurus dan tidak akan layu. Pohon tumbuh dengan beberapa cabang tetapi dapat tumbuh dengan batang tunggal. Batang oleander berkayu dan keras.

Cabang oleander tumbuh tegak lurus dan rantingnya tebal serta berwarna hijau.

Tanaman oleander memiliki akar serabut yang tumbuh lurus ke dalam tanah untuk memperkokoh batang tumbuhan. Karena akar ini muncul dari pangkal batang, maka seringkali akar ini terlihat dipermukaan tanah. Akar serabut pada oleander memiliki cabang-cabang akar yang berguna untuk memperluas bidang penyerapan dan memperkokoh berdirinya tumbuhan.

Nerium oleander dapat tumbuh pada ketinggian 1-700 m di atas permukaan laut.

Oleander membutuhkan setidaknya 4 jam terkena sinar matahari langsung dan rata-rata temperatur yang dibutuhkan sekitar 21-29º C. Oleander dapat tumbuh di daerah subtropis dan dapat tumbuh pada suhu -10º C serta pada iklim dingin.

2.2. Perbanyakan Tanaman Oleander

Usaha memperbanyak bibit oleander dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara

(30)

generatif dan secara vegetatif. Untuk mendapatkan bibit oleander dalam jumlah besar secara cepat, dengan jumlah tanaman dan produksi bunga yang bermutu baik dapat dilakukan dengan teknik perbanyakan secara vegetatif yaitu setek.

Setek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan mengunakan bagian batang, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan menjadi tanaman baru.

Sebagai alternatif perbanyakan vegetatif buatan, setek lebih ekonomis, lebih mudah, tidak memerlukan keterampilan khusus dan cepat dibandingkan cara perbanyakan vegetatif lainnya. Tanaman yang diperbanyak dengan cara vegetatif setek umumnya akan lebih cepat berproduksi dibandingkan dengan tanaman yang berasal dari perbanyakan generatif (Pudjiono, 1996 dalam Hardjanti, 2005).

Keberhasilan perbanyakan dengan cara setek ditandai oleh terjadinya regenerasi akar dan pucuk pada bahan setek sehingga menjadi tanaman baru. Regenerasi akar dan pucuk dipengaruhi oleh faktor intern yaitu tanaman itu sendiri dan faktor ekstern atau lingkungan. Perbanyakan tanaman oleander dapat dilakukan dengan setek batang (Hembing, 1993).

Bahan tanaman setek diambil dari tanaman induk yang sehat, telah berbunga dan bebas dari penyakit. Batang dipotong secara miring menggunakan pisau atau gunting yang tajam dan steril dengan panjang 10 cm. Pemotongan secara miring berfungsi agar tempat tumbuh akar lebih banyak. Selanjutnya bahan dapat ditanam di dalam polybag yang telah diisi dengan campuran tanah, kompos dan arang sekam.

(31)

Keunggulan tekhnik perbanyakan dengan setek adalah pembiakan bibit dapat dilakukan secara masal, kualitas tanaman yang sudah seragam, mempunyai sifat yang sama dengan induknya, tidak terkendala musim atau waktu, tekhnik pengerjaan yang tidak rumit sehingga mudah dilakukan (Widiarto, 1996).

Sedangkan kelemahan pembiakan dengan tekhnik setek adalah perakaran kurang baik karena tidak memiliki akar tunggang, tanaman tidak tahan kekeringan pada saat musim kemarau panjang.

2.3. Media Tanam

Media tanam sangat mempengaruhi keberhasilan setek, tidak mudah memadat, menyerap dan melepaskan unsur hara secara bertahap terutama saat penambahan unsur hara. Tanah merupakan medium alam tempat tumbuhnya tanaman, yang tersusun dari bahan-bahan padat, cair dan gas. Badan penyusun tanah dapat dibedakan atas partikel mineral, bahan organik, jasad hidup, air dan gas. Fungsi tanah untuk kehidupan adalah sebagai medium tumbuh yang menyediakan hara dan pertukaran hara antara tanaman dengan tanah dan sebagai penyedia penyimpanan air.

Kesuburan tanah sangat dipengaruhi oleh adanya bahan organik. Secara garis besar, bahan organik memperbaiki sifat-sifat tanah meliputi sifat fisik, kimia dan biologi tanah. Bahan organik memperbaiki sifat fisik tanah dengan cara membuat tanah menjadi gembur sehingga aerasi menjadi lebih baik serta mudah ditembus perakaran tanaman.

(32)

Menurut Ashari (2006), media perakaran pada organ tanaman yang disetek berfungsi untuk menjaga setek agar tidak mudah goyah dan memberikan kelembaban yang cukup.

Menurut Heneuhili (2008), kompos merupakan hasil fermentasi atau dekomposisi dari bahan organik seperti tanaman, hewan dan limbah organik lainnya. Kompos dapat meningkatkan aktifitas mikroba tanah yang berfungsi untuk membantu tanaman dalam menyerap unsur hara dari tanah dan membentuk senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Kandungan yang terdapat di dalam kompos yang berasal dari PT. Great Giant Pineapple (GGP) adalah kadar air (39%), C-Organik (19%), N (2,18%), P205 (0,25%), K20 (0,94%), Cd (0,92 ppm), As (0,73 ppm), Pb (2 ppm), bakteri Fecal Coli (<10 mpn/gr).

Arang sekam memiliki kemampuan menyerap air yang rendah dan porositas yang baik. Sifat ini menguntungkan sebagai media tanam untuk mendukung perbaikan struktur tanah karena aerasi dan drainase menjadi lebih baik, arang sekam juga berguna untuk menambah kadar kalium dalam tanah. Arang sekam mengandung SiO2 (52%), C (31%), K (0,3%), N (0,18%), Kalsium (0,14%), selain itu juga mengandung Fe2O3, K2O, MgO, CaO, MnO, dan Cu dalam jumlah yang kecil serta beberapa jenis bahan organik.

Pemilihan komponen campuran media harus mempertimbangkan tiga faktor, yaitu sifat fisik, sifat kimia dan faktor ekonomi. Sehubungan dengan sifat fisik dan kimianya, yang terpenting adalah media tanam tersebut dapat menyediakan kondisi yang ideal bagi pertumbuhan tanaman yaitu, mempunyai aerasi dan

(33)

drainase yang baik, mempunyai daya ikat air yang tinggi, menyediakan hara yang cukup, serta bebas dari jamur dan bakteri patogen.

Selanjutnya, komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m1), 2 : 1 : 1 (m2), dan 1 : 1 : 2 (m3) diharapkan dapat menjadi alternatif media tanam yang memenuhi kriteria tersebut.

(34)

III. BAHAN DAN METODE

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Prasanti, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro, pada bulan Juni sampai bulan Agustus 2016.

3.2. Bahan dan Alat

Bahan setek yang digunakan adalah setek batang yang berasal dari pangkal, tengah dan pucuk dengan panjang 10 cm, tanah, tanah liat, kompos limbah kotoran sapi yang berasal dari PT. Great Giant Pineapple (GGP), arang sekam dan ZPT Atonik.

Alat-alat yang digunakan adalah gunting setek, timbangan digital, hand sprayer, mistar, kertas tabel, polybag, pisau cater, paranet, ember, tali rapia, bambu, cangkul, ayakan pasir, dan alat tulis.

3.3. Metode Penelitian

Rancangan percobaan disusun secara faktorial dalam Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) dengan tiga ulangan. Faktor pertama adalah berbagai bahan setek (S) yang terdiri dari bahan setek yang berasal dari pangkal (s₁), bahan setek yang berasal dari tengah (s₂), bahan setek yang berasal dari pucuk (s₃). Faktor

(35)

kedua komposisi media tanam (M) yang terdiri dari tanah/kontrol (m₀), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m₁), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1: 1 (m₂), tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1: 2 (m₃), terdapat 12 kombinasi perlakuan yaitu S₁m₀, S₁m₁, S₁m₂, S₁m₃, S₂m₀, S₂m₁,

S₂m₂, S₂m₃, S₃m₀, S₃m₁, S₃m₂, S₃m₃, dan diulang 3 kali, sehingga terdapat 36 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari 10 tanaman dan diambil 5 tanaman pada setiap satuan percobaan sebagai sampel.

Data diuji homogenitasnya dengan uji Bartlet dan ketakaditifan dengan uji Tuckey, setelah homogen diolah dengan analisis ragam, apabila terdapat perlakuan yang nyata selanjutnya nilai tengah diuji lanjut menggunakan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

3.4.1. Persiapan Media Tanam

Penyiapan media tanam dimulai dengan pengambilan tanah, kemudian diayak untuk memisahkan tanah dari batu, kaca, kerikil, atau sampah plastik. Tanah yang sudah lolos saringan pasir dicampur dengan kompos dan arang sekam sesuai perlakuan masing-masing menggunakan perbandingan volume ember, kemudian dimasukan dalam polybag ukuran 15 cm x 22 cm sebanyak ¾ bagian. Jarak antar petak dalam ulangan yaitu 50 cm sedangkan jarak antar plot pada setiap ulangan yaitu 30 cm.

(36)

3.4.2. Persiapan Bahan Setek

Bahan tanaman setek diambil dari tanaman induk yang sehat, telah berbunga dan bebas dari penyakit. Batang dipotong secara miring menggunakan gunting setek yang tajam dan steril dengan panjang 10 cm. Pemotongan secara miring berfungsi agar tempat tumbuh akar lebih banyak. Bahan setek yang telah dipotong dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu kelompok (1) pangkal, (2) tengah, (3) pucuk. Selanjutnya bahan setek direndam dalam larutan ZPT Atonik dengan dosis 1 ml/1 liter air selama 15 menit.

3.4.3. Penanaman dan Pemeliharaan

Bahan setek yang telah direndam dengan ZPT Atonik dan dikering anginkan selanjutnya dibungkus dengan tanah liat, kemudian ditanam ke dalam polybag yang telah berisi media tanam dengan komposisi sesuai dengan perlakuan masing- masing dengan kedalaman 5 cm. Pemeliharaan bibit antara lain penyiraman, pengendalian gulma, hama dan penyakit. Penyiraman dilakukan tiap 2 hari sekali pada pagi dan sore hari. Sedangkan pengendalian gulma, hama dan penyakit dlakukan dengan cara penyiangan pada waktu gulma mulai tumbuh, dengan mencabut gulma tersebut dan penggunaan pestisida jenis insektisida dan fungisida sesuai konsentrasi yang dianjurkan dengan cara penyemprotan.

3.5. Pengamatan

Pengamatan untuk peubah jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar tepanjang dilakukan pada 5 tanaman sampel yang telah ditentukan sebelumnya, untuk pengamatan persentase tumbuh menggunakan semua tanaman,

(37)

sedangkan untuk peubah LDK, LPR dan LAB 45-52 hst menggunakan 2 tanaman sampel. Peubah yang diamati meliputi :

1. Kecepatan tumbuh tunas (hst)

Data kecepatan tumbuh tunas diperoleh dengan cara menghitung waktu atau hari tumbuhnya tunas yang sudah terbuka sempurna sebanyak 70%.

2. Persentase tumbuh (%)

Persentase tumbuh dilakukan dengan cara menghitung jumlah setek yang hidup dibagi dengan jumlah setek yang ditanam dikali 100 %, pada masing-masing percobaan. Pengamatan dilakukan pada 90 hari setelah tanam (akhir penelitian).

3. Jumlah tunas (cabang)

Jumlah tunas diperoleh dengan cara menghitung semua tunas yang muncul pada setiap tanaman sampel. Pengamatan dilakukan setiap minggu yang dimulai sejak 35 hari setelah tanam sampai 90 hari setelah tanam (akhir penelitian).

4. Tinggi tunas tertinggi (cm)

Data tinggi tunas dilakukan dengan cara mengukur tinggi tunas yang paling tinggi dari tunas yang muncul dari pangkal keluarnya tunas sampai titik tumbuh tunas. Pengamatan dilakukan setiap minggu yang dimulai sejak 35 hari setelah tanam sampai 90 hari setelah tanam (akhir penelitian).

5. Jumlah akar (buah)

Jumlah akar diperoleh dengan menghitung seluruh akar yang muncul dari kalus selama pembibitan. Pengamatan dilakukan pada 90 hari setelah tanam (akhir penelitian).

(38)

6. Panjang akar terpanjang (cm)

Data panjang akar diperoleh dengan cara mengukur akar dari pangkal batang hingga bagian ujung akar terpanjang dari akar yang terbentuk.

Pengamatan dilakukan pada 90 hari setelah tanam (akhir penelitian).

7. Luas Daun Khusus (LDK) 45-52 hst (cm²/g)

Luas Daun Khusus dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : LDK 45-52 hst = (LA2/W2 + LA1/W1)/2

8. Laju Pertumbuhan Relatif (LPR) 45-52 hst (g/g/hari)

Laju Pertumbuhan Relatif dihitung dengan rumus sebagai berikut:

LPR 45-52 hst = (In W2-In W1)/( T2-T1)

9. Laju Asmilasi Bersih (LAB) 45-52 hst (g/ cm²/hari)

Laju Asmilasi Bersih dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

LAB 45-52 hst = (W2-W1)/(T2-T1)x(In LA2-In LA1)/( LA2- LA1)

Untuk pengamatan LDK, LPR dan LAB, Pengukuran dilakukan pada saat tanaman berumur 45 dan 52 hari setelah tanam, tanaman dikeringkan sampai berat konstan dan dirata-ratakan.

Ket: LA1 =Luas daun pada pengamatan awal (cm²) LA2 = Luas daun pada pengamatan akhir(cm²)

W1 = Berat kering tanaman pada pengamatan awal (g) W2 = Berat kering tanaman pada pengamatan akhir (g) T1 = Waktu pengamatan awal (45hst)

T2 = Waktu pengamatan akhir (52 hst)

(39)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

4.1.1. Kecepatan Tumbuh Tunas

Dari hasil analisis ragam (lampiran 7) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap kecepatan tumbuh tunas, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT (Tabel 1) menunjukkan bahwa untuk kecepatan tumbuh tunas dari setek pangkal sama dengan setek tengah dan tunas lebih cepat tumbuh daripada bahan setek pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memberikan pengaruh lebih baik terhadap kecepatan tumbuh tunas dibandingkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m₁) dan tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3).

(40)

Tabel 1. Kecepatan tumbuh tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

Bahan setek (s)

Komposisi media tanam (m)

Rata-rata

m₀ m₁ m2 m3

...hari...

Pangkal (s₁) 25,33 33,33 28,00 34,67 30,33 A

Tengah (s₂) 26,33 31,33 28,00 36,67 30,58 A

Pucuk (s₃) 40,67 45,33 41,33 47,33 43,67 B

Rata-rata 30,78 a 36,66 b 32,44 a 39,56 b

BNT S = 2,55 BNT M = 2,94

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

4.1.2. Persentase Setek Tumbuh

Dari hasil analisis ragam (lampiran 11) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap persentase setek tumbuh, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT (Tabel 2) menunjukkan bahwa setek yang berasal dari pangkal dan tengah menghasilkan persentase setek hidup lebih tinggi 27% dan 23%

dibandingkan dengan setek yang berasal dari pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memberikan persentase setek hidup yang lebih tinggi 25% dan 20%

dibandingkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3).

(41)

Tabel 2. Persentase Setek Tumbuh oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

Bahan setek (s)

Komposisi media tanam (m)

Rata-rata

m₀ m1 m2 m3

... % ...

Pangkal (s₁) 76,67 68,33 75,00 63,33 70,83 B

Tengah (s₂) 75,00 65,00 71,67 63,33 68,75 B

Pucuk (s₃) 65,00 50,00 61,67 46,67 55,84 A Rata-rata 72,22 b 61,11 a 69,45 b 57,78 a

BNT S = 3,93 BNT M = 4,54

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

4.1.3. Jumlah Tunas

Dari hasil analisis ragam (lampiran 15) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah tunas, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT (Tabel 3) menunjukkan bahwa setek pangkal dan tengah menghasilkan jumlah tunas yang lebih banyak 51% dan 50% daripada setek pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memberikan pengaruh lebih baik 37% dan 30% terhadap jumlah tunas dibandingkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m1).

(42)

Tabel 3. Jumlah Tunas oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

Bahan setek (s)

Komposisi media tanam (m)

Rata-rata

m0 m1 m2 m3

...buah...

Pangkal (s₁) 3,00 2,20 2,53 2,40 2,53 B

Tengah (s₂) 2,80 1,93 2,93 2,40 2,52 B

Pucuk (s₃) 1,93 1,53 1,93 1,33 1,68 A

Rata-rata 2,58 b 1,89 a 2,46 b 2,04 a

BNT S = 0,21 BNT M = 0,25

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

Gambar 1. Grafik Jumlah Tunas

Gambar 1 menunjukkan bahwa jumlah tunas terbanyak dihasilkan oleh setek pangkal dan tengah dengan media tanam tanah/kontrol (m0) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan (2 : 1 : 1) (m2).

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50

35 42 49 56 63 70 77 84 90

Jumlah Tunas (buah)

Hari Setelah Tanam (HST)

s1m0 s1m1 s1m2 s1m3 s2m0 s2m1 s2m2 s2m3 s3m0 s3m1 s3m2 s3m3

(43)

4.1.4. Tinggi Tunas Tertinggi

Dari hasil analisis ragam (lampiran 19) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT (Tabel 4) menunjukkan bahwa setek pangkal menghasilkan tunas tertinggi 42% , kemudian diikuti setek tengah 34% dibandingkan dengan setek pucuk yang menghasilkan tinggi tunas terendah. Komposisi media tanam yang menghasilakan tunas tertinggi adalah media tanah/kontrol (m₀) diikuti dengan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2), komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m1), sedangkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3) menghasilkan tinggi tunas terendah.

Tabel 4. Tinggi Tunas Tertinggi oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

Bahan setek (s)

Komposisi media tanam (m)

Rata-rata

m₀ m1 m2 m3

...cm...

Pangkal (s₁) 13,19 7,06 11,19 6,18 9,40 C

Tengah (s₂) 12,08 6,40 11,05 6,13 8,92 B

Pucuk (s₃) 9,33 4,64 8,45 4,13 6,64 A

Rata-rata 11,53 d 6,03 b 10,23 c 5,48 a BNT S = 0,46 BNT M = 0,54

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

(44)

Gambar 2. Grafik Tinggi Tunas

Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tunas tertinggi dihasilkan oleh setek pangkal dengan media tanam tanah/kontrol (m₀).

4.1.5. Jumlah Akar

Dari hasil analisis ragam (lampiran 21) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap jumlah akar, dan terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT (Tabel 5) menunjukkan bahwa pengaruh bahan setek tergantung pada komposisi media tanam, dan sebaliknya. Pengaruh komposisi media tanam pada masing-masing asal bahan setek menunjukkan bahwa jumlah akar pada komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) sama dengan media tanam tanah/kontrol (m₀) untuk asal bahan setek tengah, sedangkan untuk asal bahan setek pangkal dan pucuk, jumlah akar terbanyak

0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00

35 42 49 56 63 70 77 84 90

Tinggi Tunas (cm)

Hari Setelah Tanam (HST)

s1m0 s1m1 s1m2 s1m3 s2m0 s2m1 s2m2 s2m3 s3m0 s3m1 s3m2 s3m3

(45)

terdapat pada media tanam tanah/kontrol (m₀). Kombinasi perlakuan terbaik untuk jumlah akar yaitu pada bahan setek pangkal yang ditanam pada media tanam tanah/kontrol (m₀).

Tabel 5. Jumlah Akar oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

Bahan setek (s)

Komposisi media tanam (m)

m₀ m1 m2 m3

... buah ...

Pangkal (s₁) 22,40 B 13,00 B 20,13 B 12,87 B

c a b a

Tengah (s₂) 21,00 B 12,73 B 20,47 B 12,40 B

b a b a

Pucuk (s₃) 13,33 A 10,47 A 11,33 A 10,40 A

b a a a

BNT S x M = 1,99

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah vertikal, huruf kecil arah horizontal) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

4.1.6. Panjang Akar Terpanjang

Dari hasil analisis ragam (lampiran 25) terlihat bahwa bahan setek dan komposisi media tanam berpengaruh nyata terhadap panjang akar, tetapi tidak terdapat interaksi antara kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT (Tabel 6) menunjukkan bahwa setek pangkal menghasilkan akar terpanjang 43% daripada setek pucuk. Media tanam tanah/kontrol (m₀) menghasilkan akar terpanjang 24% dibandingkan dengan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3).

(46)

Tabel 6. Panjang Akar Terpanjang oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

Bahan setek (s)

Komposisi media tanam (m)

Rata-rata

m₀ m1 m2 m3

... cm ...

Pangkal (s₁) 9,06 7,10 7,23 6,85 7,56 C

Tengah (s₂) 8,03 6,29 6,85 6,18 6,84 B

Pucuk (s₃) 5,48 5,17 5,36 5,13 5,29 A

Rata-rata 7,52 b 6,19 a 6,48 a 6,05 a

BNT S = 0,44 BNT M = 0,51

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

4.1.7. Luas Daun Khusus Rata-Rata (LDK) 45-52 hst

Dari hasil analisis ragam (lampiran 29) terlihat bahwa komposisi media tanam memberikan pengaruh terhadap Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst, tetapi bahan setek tidak berpengaruh dan tidak terdapat interaksi kedua faktor tersebut.

Hasil uji BNT (Tabel 7) menunjukkan bahwa komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) menghasilkan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst tertinggi 52% dibandingkan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3), dalam hal ini tidak berbeda dengan media tanam tanah/kontrol (m₀). Sedangkan bahan setek asal pangkal, tengah, dan pucuk menghasilkan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK)

45-52 hst yang sama.

(47)

Tabel 7. Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

Bahan setek (s)

Komposisi media tanam (m)

Rata-rata

m₀ m1 m2 m3

... cm²/g ...

Pangkal (s₁) 35,11 25,83 32,50 19,16 28,15

Tengah (s₂) 23,19 25,46 37,77 22,74 27,29

Pucuk (s₃) 32,03 20,15 24,89 21,72 24,70

Rata-rata 30,11 b 23,81 a 31,72 b 21,21 a

BNT S = 5,03 BNT M = 5,80

Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.

4.1.8. Laju Pertumbuhan Relatif Rata-Rata (LPR) 45-52 hst

Dari hasil analisis ragam (lampiran 33) terlihat bahwa bahan setek, komposisi media tanam dan interaksi dari kedua faktor tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst.

Hasil uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa bahan setek pangkal, tengah, dan pucuk tidak berpengaruh terhadap Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52

hst, demikian juga dengan perbedaan komposisi media tanam.

(48)

Tabel 8. Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

Bahan setek (s)

Komposisi media tanam (m)

Rata-rata

m₀ m1 m2 m3

... g/g/hari ...

Pangkal (s₁) 0,47 0,20 0,23 0,27 0,30

Tengah (s₂) 0,40 0,40 0,27 0,23 0,36

Pucuk (s₃) 0,27 0,57 0,40 0,40 0,41

Rata-rata 0,38 0,39 0,30 0,30

4.1.9. Laju Asimilisasi Bersih Rata-Rata (LAB) 45-52 hst

Dari hasil analisis ragam (lampiran 37) terlihat bahwa bahan setek, komposisi media tanam dan interaksi dari kedua faktor tersebut tidak berpengaruh terhadap Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst.

Hasil uji BNT (Tabel 8) menunjukkan bahwa bahan setek pangkal, tengah, dan pucuk tidak berpengaruh terhadap Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst, demikian juga dengan perbedaan komposisi media tanam.

(49)

Tabel 9. Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst oleander akibat pengaruh bahan setek dan komposisi media tanam

Bahan setek (s)

Komposisi media tanam (m)

Rata-rata

m₀ m1 m2 m3

... g/ cm²/hari ...

Pangkal (s₁) 3,40 0,90 0,50 1,20 1,60

Tengah (s₂) 1,87 4,13 0,73 1,03 2,24

Pucuk (s₃) 0,87 2,80 1,67 1,87 1,78

Rata-rata 2,05 2,61 0,97 1,37

4.2. Pembahasan

Dari hasil uji BNT (Tabel 5) menunjukkan terjadi interaksi antara bahan setek dan komposisi media tanam terhadap jumlah akar. Setek pucuk menghasilkan akar lebih banyak apabila ditanam di media tanam tanah/kontrol (m₀). Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) menghasilkan jumlah akar yang sama banyak untuk asal bahan setek tengah. Sedangkan untuk asal bahan setek pangkal yang ditanam pada media tanam tanah/kontrol (m₀) merupakan perlakuan kombinasi terbaik untuk jumlah akar. Media tanam tanah/kontrol (m0) memiliki tingkat kepadatan yang baik sehingga mampu menopang batang setek agar tidak mudah goyah saat penyiraman yang dapat menyebabkan kegagalan dalam pembentukan akar, selain itu media tanah/kontrol (m0) memiliki tingkat kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan awal tanam penyetekan terutama bagi pembentukan akar.

(50)

Perlakuan berbagai bahan setek berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan setek oleander terlihat pada peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar terpanjang namun tidak berpengaruh terhadap Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst, Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst dan Laju Asimilasi Bersih rata- rata (LAB) 45-52 hst. Bahan setek yang berasal dari pangkal dan tengah menghasilkan kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, dan jumlah tunas terbanyak daripada bahan setek yang berasal dari pucuk. Sedangkan tunas tertinggi, jumlah akar terbanyak, dan akar terpanjang dihasilkan oleh bahan setek asal pangkal.

Hal ini diduga bahan setek asal pangkal dan tengah selain mata tunasnya telah dewasa dan lebih siap untuk tumbuh menghasilkan tanaman baru, cadangan makanan dan hormon yang terkandung didalamnya juga lebih tinggi. Menurut Widiarto (1996), bahan setek yang digunakan akan memiliki daya tumbuh yang tinggi dan menghasilkan tunas lebih cepat dan seragam apabila memiliki mata tunas yang subur dan tidak dorman. Selanjutnya Pandey and Sinha, 1979 dalam Saleh, 2005 menjelaskan bahwa mata tunas subur biasanya terdapat pada bahan setek yang timbunan hasil fotosintesis dan hormonnya tinggi. Penimbunan hasil fotosintesis dan hormon tumbuh pada bagian tanaman tertentu dapat mematahkan dormansi mata tunas.

Bahan setek asal pucuk secara umum menghasilkan bibit paling rendah dilihat dari peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar terpanjang. Hal ini diduga

(51)

pada bahan setek asal pucuk sel-sel penyusun jaringan tanaman masih aktif tumbuh dan belum dewasa, sehingga mata tunas yang ada tingkat pertumbuhannya belum sempurna. Selain itu terdapat hormon sejenis auksin diujung bahan setek yang menyebabkan mata tunas yang ada diruas-ruas tanaman menjadi dorman, sementara jaringan pertumbuhan meristematik diujung bahan setek mengalami stagnasi karena suplai hasil fotosintesis menurun akibat belum adanya akar tanaman yang mencari unsur hara dan air untuk diolah dalam proses fotosintesis (Saleh, 2005).

Lebih lanjut Abidin (1987) dalam Saleh (2005) menyatakan bahwa kalus adalah jaringan baru yang terbentuk pada bagian tanaman yang terluka maupun terbentuk pada pangkal batang setek. Pembentukan setek akan lebih cepat terjadi apabila bahan yang digunakan sudah dewasa, ini disebabkan karena bahan setek yang sudah dewasa memiliki kandungan cadangan makanan yang cukup dan perkembangan sel sel jaringan tanaman sudah sempurna, sehingga bahan setek asal pucuk secara umum menghasilkan bibit paling rendah dan yang paling baik adalah bahan setek asal pangkal dan tengah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi media tanam berpengaruh terhadap pertumbuhan setek oleander terlihat pada peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, tinggi tunas tertinggi, jumlah akar, panjang akar terpanjang dan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst, namun tidak berpengaruh terhadap Laju Pertumbuhan Relatif rata-rata (LPR) 45-52 hst dan Laju Asimilasi Bersih rata-rata (LAB) 45-52 hst. Media tanam tanah/kontrol (m₀) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1

(52)

(m2) memberikan hasil yang lebih baik terhadap parameter kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, dan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst. Sedangkan tinggi tunas tertinggi, jumlah akar dan panjang akar terpanjang dihasilkan oleh media tanam tanah/kontrol (m0).

Media tanam tanah/kontrol (m₀) memiliki tingkat kepadatan yang sesuai untuk pertumbuhan awal setek karena dapat menopang dan meminimalisir batang setek agar tidak mudah goyah saat penyiraman yang dapat menyebabkan kegagalan pembentukan akar dalam penyetekan, selain itu media tanam tanah/kontrol (m₀) mampu memberikan kelembaban yang cukup untuk pertumbuhan awal tanam penyetekan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ashari (2006), media tanam yang baik untuk pertumbuhan tanaman yang disetek yaitu media yang dapat menjaga setek agar tidak mudah goyah dan memberikan kelembaban yang cukup.

Berdasarkan hasil yang dilihat dari beberapa parameter pengamatan, komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memberikan hasil yang sama baiknya dengan media tanam tanah/kontrol (m₀), hal ini diduga karena media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memiliki porsi tanah yang masih besar.

Penggunaan media tanam dengan berbagai komposisi menghasilkan kondisi lingkungan dan struktur media tanam yang berbeda sehingga mempunyai pengaruh yang berbeda pula bagi setiap tanaman. Komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m1) dan tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3) menghasilkan bibit terendah dilihat dari semua parameter pengamatan. Hal ini diduga komposisi media tanam tanah : kompos :

(53)

arang sekam perbandingan 1 : 2 : 1 (m1) dan tanah : kompos : arang sekam perbandingan 1 : 1 : 2 (m3) memiliki tingkat porositas yang tinggi sehingga tidak sesuai untuk pertumbuhan setek oleander.

Setek dapat dikatakan berhasil apabila terlebih dahulu terbentuk akar yang sehat dan kuat. Dengan demikian akan terjadi proses penyerapan unsur hara dan air dari media tanam yang kemudian akan diangkut melalui xilem sebagai suplai untuk memberi nutrisi dan energi bagi pertumbuhan setek selanjutnya. Menurut Rochiman dan Harjadi (1973), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan hidup setek antara lain adalah media tanam. Selanjutnya Rein et al.

(1991) dalam Yulistyani dkk. (2014) menyatakan bahwa tingkat kelembaban media tanam akan berpengaruh terhadap kemampuan setek dalam menyerap air dan mempercepat pertumbuhan akar primer.

(54)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :

1. Bahan setek asal pangkal menunjukan pertumbuhan setek yang sama baiknya dengan bahan setek asal tengah, terlihat pada peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, dan jumlah tunas.

2. Media tanam tanah/kontrol (m0) dan komposisi media tanam tanah : kompos : arang sekam perbandingan 2 : 1 : 1 (m2) memberikan hasil yang sama baiknya terhadap peubah kecepatan tumbuh tunas, persentase setek tumbuh, jumlah tunas, dan Luas Daun Khusus rata-rata (LDK) 45-52 hst. 3. Terdapat interaksi antara bahan setek dan komposisi media tanam pada

jumlah akar.

5.2 Saran

Untuk menghasilkan bibit oleander yang baik dan cepat layak tanam sebaiknya bahan setek yang digunakan adalah yang berasal dari pangkal dan tengah.

Sedangkan media tanam yang cocok bagi pertumbuhan setek oleander adalah media tanam yang memiliki tekstur padat.

Gambar

Tabel  1.  Kecepatan  tumbuh  tunas  oleander  akibat  pengaruh  bahan  setek  dan    komposisi media tanam
Tabel  2.  Persentase  Setek  Tumbuh  oleander  akibat  pengaruh  bahan  setek  dan  komposisi media tanam
Tabel  3.  Jumlah  Tunas  oleander  akibat  pengaruh  bahan  setek  dan  komposisi  media tanam
Gambar 2. Grafik Tinggi Tunas
+7

Referensi

Dokumen terkait

microphylla dapat menghasilkan deposisi protein yang lebih baik, dilihat dari massa protein daging, sehingga dapat menunjang produksi telur pada periode selanjutnya.. Ayam

menjelaskan gambar hasil belajar siswa setelah menggunakan media pembelajaran Schoology pada siswa kelas X Multimedia 1 dan kelas X Multimedia 2 di SMK Negeri 3

Setelah menjadi bentuk *.arff dilakukan pemasukkan data pada software data mining yang menggunakan library weka langka selanjutnya adalah penentuan kandidat

Tujuan dari penelitian ini, untuk mendapatkan desain pit yang ideal, dengan mengunakan metode penampang sayatan, penyebaran batubara, cadangan overburden, cadangan

Hubungan Sikap terhadap perilaku Merokok dengan Self Confident pada Mahasiswa Perokok Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Malang. Fakultas Psikologi Universitas

1) Rasa hormat terhadap kewenangan; disiplin akan menyadarkan setiap siswa tentang kedudukannya, baik di dalam kelas maupun diluar kelas, misalnya kedudukannya sebagai siswa

Berdasarkan ketentuan Pasal 32 ayat 2 Peraturan Pemerintahan nomor 24 tahun 1997 bahwa dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikat secara sah

Kehidupan beragama antara jemaat Gereja Kristen Jawa (GKJ) Slawi dengan masyarakat muslim di Desa Balapulang Kulon ini terjalin harmonis atau rukun tidak