ANALISIS NORMALISASI SALURAN DRAINASE PRIMER STUDI KASUS: SEI BADERA KOTA MEDAN
M. Rizky Syahrani Hasibuan1 dan Alferido Malik2
1Mahasiswa Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan Ged. B Medan 20155, Indonesia
E-mail: [email protected]
2Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, Jl. Perpustakaan Ged. B Medan 20155, Indonesia
ABSTRAK
Salah satu masalah perkotaan yang dirasakan sangat mendesak untuk ditangani adalah masalah banjir. Medan sebagai kota yang dilintasi beberapa sungai sering mengalami banjir ketika musim penghujan tiba, khususnya di DAS Sei Badera. Untuk itu, normalisasi pada saluran di DAS tersebut perlu untuk dianalisis.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode pengumpulan data dan analisis data.
Data yang digunakan adalah data primer yaitu pengukuran dimensi penampang saluran eksisting dan data sekunder yaitu data curah hujan kemudian dianalisis berdasarkan analisis hidrologi dan hidrolika. Hasil analisis lalu dievaluasi berdasarkan nilai debit saluran eksisting dengan nilai debit rencana. Nilai curah hujan yang memenuhi persyaratan adalah nilai curah hujan Distrbusi Log Pearson III dengan periode ulang 10 tahun. Debit banjir rancangan dihitung dengan menggunakan metode Rasional. Waktu konsentrasi ditentukan dengan persamaan Kirpich. Untuk intensitas curah hujan digunakan rumus Mononobe. Evaluasi penampang pada 3 titik saluran drainase primer dilakukan dengan menghitung debit eksisting saluran lalu membandingkannya dengan debit rencana.
Dari hasil analisis terhadap 3 titik penampang saluran yang ditinjau, terdapat 2 titik yang kapasitasnya tidak memenuhi syarat atau tidak dapat mengalirkan debit banjir secara maksimal yaitu pada saluran di jalan Seroja dan jalan Pemasyarakatan. Pada saluran jalan Seroja debit saluran eksisting adalah 3,98m3/det sementara debit banjir Q10 sebesar 14,389m3/det. Untuk saluran jalan Pemasyarakatan debit eksisting adalah 13,77m3/det sementara debit banjir Q10 sebesar 20,804m3/det. Untuk mengatasi banjir dilakukan perbaikan saluran melalui penambahan dimensi saluran. Pada saluran jalan seroja didesain dengan dimensi h=1,3m, B=4m, sedangkan pada saluran jalan pemasyarakatan h=1,9m, B=6m.
Kata kunci: Drainase primer, debit rencana, debit eksisting, metode rasional ABSTRACT
One of the most urgent urban issues to be solved is flood risk. Medan as a city where crossed by several river, flooding frequently when the rainy season arrives, especially in the Sei Badera watershed. Therefore, channel normalization in the watershed needs to be analyzed.
The research methods are data accumulation method and data analysis. The primary data is dimension measurement of existing cross section and secondary data is rainfall data then analyzed based on hydrologic analysis and hydraulic analysis. The results of the analysis are evaluated later based on discharge of existing channel and base flow discharge. The value of precisely qualified rainfall is the value of Distributed Log Pearson III with a return period of 10 years. The design flood is calculated using the Rational method. The concentration time is determined by the Kirpich equation. For rainfall intensity used Mononobe formula. The
cross-sectional evaluation at 3 points of primary drainage is done by calculating the existing channel discharge and then comparing it with the design flood.
From the analysis of 3 points cross sections of the channel reviewed, there are 2 points which the capacity is not eligible or can not flow maximum flood discharge that is on the channel in Seroja road and Pemasyarakatan road. On Seroja road channel the existing channel discharge is 3.98m3/s while the design flood of Q10 is 14,389m3/s. For Pemasyarakatan road channel, the existing debit is 13.77m3/s while the design flood of Q10 is 20.804m3/s. To overcome the flood, channel improvements are done through the addition of channel dimension. On Seroja channel is designed with dimension h = 1,3m, B = 4m, while on the Pemasyarakatan channel h = 1.9m, and B = 6m.
Key words: Primary drainage channel, design flood, existing debit, rational method
1. PENDAHULUAN Latar Belakang
Salah satu masalah perkotaan yang dirasakan sangat mendesak untuk ditangani adalah masalah banjir. Dimana frekuensi terjadinya banjir setempat dibeberapa wilayah Kota Medan sedemikian tinggi. Banjir sebagai sebuah permasalahan perkotaan mempunyai banyak efek permasalahan yang sangat merugikan, seperti permasalahan kesehatan, kerusakan prasarana dan sarana umum, terhentinya kegiatan ekonomi, sampai lumpuhnya pelayanan umum. Untuk itu, penanganan permasalahan banjir harus dilaksanakan segera.
Besarnya curah hujan yang terjadi beberapa tahun belakangan ini menyebabkan genangan air yang cukup tinggi. Hal ini semakin bertambah buruk karena minimnya daerah resapan di kota Medan, khususnya daerah-daerah pusat bisnis. Dimensi saluran drainase yang ada saat ini ternyata tidak dapat menampung volume dan debit air hujan yang tentunya menyebabkan meluapnya air ke daerah pemukiman yang tentu saja ini berdampak pada kelangsungan hidup dan mobilisasi masyarakat kota Medan. Ditambah lagi kebiasaan buruk yang sudah melekat di kehidupan masyarakat yaitu membuang sampah di bantaran sungai.
Sudah selayaknya pemerintah kota Medan menangani masalah lingkungan permukiman baik masalah sanitasi, persampahan maupun banjir dengan melaksanakan kegiatan pekerjaan evaluasi dan normalisasi saluran drainase primer khususnya di kawasan Sei Badera, Kota Medan. Dengan adanya kegiatan normalisasi ini, hasilnya diharapkan dapat menanggulangi genangan air dan banjir di kawasan Sei Badera.
Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas dapat disusun perumusan masalah sebagai berikut:
1. Genangan air sering terjadi di daerah strategis pada DAS Sei Badera di kota Medan. Hal ini perlu dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui penyebab permasalahannya.
2. Apakah kapasitas drainase eksisting dapat mengalirkan debit banjir rancangan 10 tahun?
Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah yang diambil dalam pengerjaan tugas akhir ini adalah:
1. Lokasi yang akan ditinjau drainasenya adalah DAS Sei Badera sebanyak 3 titik tinjauan yaitu jalan Seroja, jalan Amal dan jalan Pemasyarakatan.
2. Perhitungan curah hujan berdasarkan dara curah hujan 10 tahun terakhir.
3. Analisis dalam penelitian ini dilakukan sampai perhitungan dimensi dan desain saluran secara hidrolis.
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengatasi masalah genangan dan banjir dari sisi hidrolika pada DAS Sei Badera terutama di titik tinjauan pada jalan Seroja, jalan Amal dan jalan Pemasyarakatan.
Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian tugas akhir ini adalah:
1. Sebagai pedoman dan pertimbangan masyarakat maupun pemerintah dalam penanggulangan banjir di DAS Sei Badera, Kota Medan.
2. Sebagai studi pembelajaran untuk para akademisi mengenai perencanaan drainase yang akurat dan terukur sesuai standard dan peraturan perundang-undangan yang berlaku 2. METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian tugas akhir ini dilaksanakan di DAS Sungai Badera yang terletak di Kota Medan. Dengan posisi geografis 3° 34' – 3° 37' Lintang Utara dan 98° 36' - 98° 37' Bujur Timur.
Panjang saluran yang diteliti sepanjang 6,7 km dari titik hulu.
Gambar 2.1 Peta DAS Sei Badera 3. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan Kondisi Eksisting a. Saluran Drainase Jalan Seroja
Pada saluran ini pembangunan dinding rumah warga dan pengembang yang dibangun pada saluran drainase Sei Badera menyebabkan penyempitan dimensi saluran mengakibatkan saluran tidak dapat menampung debit banjir yang terjadi. Saluran juga tersumbat oleh sampah.
b. Saluran Drainase Jalan Amal
Pada jalan ini saluran inlet terhalang oleh lining mengakibatkat penyumbatan aliran.
Saluran juga tersedimentasi dan ditumbuhi banyak tanaman. Dimensi saluran ini terlihat sangat berbeda secara signifikan antara dimensi sebelum jalan amal dan dimensi setelah jalan amal.
c. Saluran Drainase Jalan Pemasyarakatan
Pada jalan ini saluran sudah memiliki ketinggian dinding saluran setinggi H= 1,88 m, tetapi dinding saluran inlet memiliki H yang lebih kecil daripada saluran primer sehingga pada saat muka air tinggi, air akan mengalir balik dari saluran primer ke saluran inlet. Saluran ini juga ditumbuhi banyak tanaman.
Analisis Hidrologi
Pada penelitian ini digunakan data hujan selama sepuluh tahun yang tercatat mulai tahun 2006 sampai dengan 2015 pada pos pengamatan st. Kebun Helvetia PTPN II (Medan), st.
Geofisika Tuntungan (Medan), dan st. BBMKG Wilayah I (Medan). Dari data hujan yang tersedia pada stasiun BBMKG didapat data yang hilang sepanjang tahun 2006 dan sebagian tahun 2007. Selanjutnya dilakukan pebangkitan data dengan metode Inversed Square Distance, maka didapat data curah hujan untuk ketiga stasiun sebagai berikut.
Tabel 3.1 Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun BBMKG Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
t
Sep Okt Nov Des
2006 35 98 38 50 55 90 37 35 62 62 67 81
2007 39 25 7 25 60 23 59 47 70 72 101 112
2008 65 39 42 66 51 46 33 46 64 65 65 54
2009 85 81 61 63 79 18 67 62 79 39 61 39
2010 38 28 85 28 52 35 52 57 71 40 78 40
2011 62 19 97 56 43 58 49 49 28 89 55 77
2012 53 29 70 54 56 27 56 46 71 100 92 40
2013 47 73 56 38 26 36 31 94 82 68 58 98
2014 5 14 51 35 66 33 64 0 49 78 63 112
2015 74 64 32 60 46 33 46 59 57 98 107 29
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Tabel 3.2 Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun PTPN II Helvetia Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
t
Sep Okt Nov Des
2006 42 20 39 43 53 53 22 32 60 28 29 76
2007 42 6 3 18 60 10 46 65 52 21 65 76
2008 9 39 25 40 35 71 87 39 39 69 75 76
2009 82 76 38 113 31 41 75 88 68 69 53 36
2010 15 65 30 33 10 67 52 28 84 35 40 25
2011 45 45 35 47 30 30 45 50 53 60 45 25
2012 40 25 40 55 47 5 53 10 97 68 72 30
2013 14 49 25 25 51 27 14 30 35 78 30 57
2014 20 16 29 30 47 70 30 65 47 47 47 59
2015 59 45 10 52 37 30 67 42 42 69 63 63
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Tabel 3.3 Data Curah Hujan Harian Maksimum Stasiun Geofisika Tuntungan Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
t
Sep Okt Nov Des
2006 29 159 38 56 56 118 49 38 64 89 97 84
2007 36 40 13 31 60 33 45 46 60 219 113 113
2008 65 39 42 66 51 46 33 52 83 62 57 54
2009 39 62 52 38 69 66 25 25 72 86 87 71
2010 78 15 106 25 30 49 32 62 65 50 94 57
2011 99 16 128 27 65 80 36 75 78 72 58 58
2012 25 26 57 66 51 30 104 64 55 47 46 93
2013 69 40 79 54 100 67 50 76 80 140 38 90
2014 22 35 51 71 62 51 56 41 81 89 65 33
2015 22 23 36 14 162 32 40 65 65 147 109 169
(Sumber: Stasiun Klimatologi Sampali Medan)
Untuk kondisi DAS dengan jumlah pos penakar hujan terbatas, luas DAS kecil (<500km2) dan topografi daratan, maka pemilihan stasiun curah hujan digunakan ketiga stasiun dengan metode rata-rata aljabar.
Tabel 3.4 Curah Hujan Rata-rata Maksimum Bulanan (mm) Tahun Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags
t
Sep Okt Nov Des
2006 35 92 38 50 55 87 36 35 62 60 64 80
2007 39 24 8 25 60 22 50 53 61 104 93 100
2008 46 39 36 57 46 54 51 46 62 65 66 61
2009 69 73 50 71 60 42 56 58 73 65 67 49
2010 44 36 74 29 31 50 45 49 73 42 71 41
2011 69 27 87 43 46 56 43 58 53 74 53 53
2012 39 27 56 58 51 21 71 40 74 72 70 54
2013 43 54 53 39 59 43 32 67 66 95 42 82
2014 16 22 44 45 58 51 50 35 59 71 58 68
2015 52 44 26 42 82 32 51 55 55 105 93 87
Rerata 45 44 47 46 55 46 49 50 64 75 68 68
Max 69 92 87 71 82 87 71 67 74 105 93 100
Min 16 22 8 25 31 21 32 35 53 42 42 41
Curah hujan tertinggi pada tahun 2009 sebesar 110,5 mm. Data urut hujan maksimum harian secara lengkap ditunjukkan dalam Tabel 3.5 dibawah ini:
Tabel 3.5 Curah Hujan Harian Maksimum Tahunan (mm) No. Urut Tahun Data Urut (mm)
1 2015 105
2 2007 104
3 2013 95
4 2006 92
5 2011 87
6 2012 74
7 2010 74
8 2009 73
9 2014 71
10 2008 66
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Berdasarkan analisis frekuensi yang dilakukan pada data curah hujan harian maksimum diperoleh bahwa jenis distribusi yang paling cocok dengan sebaran data curah hujan harian maksimum di daerah aliran air adalah distribusi Log Pearson type III.
Tabel 3.6 Analisis Curah Hujan dengan Distribusi Log Person III No Curah
hujan (mm) Xi
Log Xi Log X Log(X
i-X ) Log(Xi-X )2 Log(Xi-X )3
1 104.67 2.02 1.92 0.10 0.01012 0.0010178
2 104.00 2.02 1.92 0.10 0.00957 0.0009358
3 95.33 1.98 1.92 0.06 0.00360 0.0002163
4 92.41 1.97 1.92 0.05 0.00216 0.0001007
5 86.67 1.94 1.92 0.02 0.00035 0.0000065
6 74.33 1.87 1.92 -0.05 0.00231 -0.0001108
7 73.67 1.87 1.92 -0.05 0.00270 -0.0001402
8 73.07 1.86 1.92 -0.06 0.00308 -0.0001710
9 71.33 1.85 1.92 -0.07 0.00435 -0.0002865
10 65.62 1.82 1.92 -0.10 0.01044 -0.0010664
Jumlah 841.1 19,19 0,04867 0,00050
X 84.11 1,919
S 14,34
G 0,17533
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Dari data-data diatas didapat : X = 19,19
10 = 1,919 ≈ 1,92
Standar deviasi : 𝑆 = √
) X -
(Xi 2
𝑛−1 = √0,04867
10−1 = 0,074 Koefisien kemencengan : 𝐺 = ∑𝑛𝑖=1(Xi−X )³
(𝑛−1)(𝑛−2)𝑆³
𝐺 = 10×0,0005
9×8×0,074³= 0,17533
Tabel 3.7 Analisis Curah Hujan Rancana dengan Distribusi Log Person III No Periode ulang
(T) tahun
K Log X Log S Log XT Curah hujan (XT) (mm)
1 2 1.92 -0.029 0.07 1.917 82.62
2 5 1.92 0.831 0.07 1.980 95.58
3 10 1.92 1.299 0.07 2.015 103.45
4 25 1.92 1.810 0.07 2.052 112.80
5 50 1.92 2.146 0.07 2.077 119.41
6 100 1.92 2.454 0.07 2.100 125.81
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Koefisien Pengaliran
Koefisien pengaliran adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan yang didasarkan pada kondisi daerah pengaliran dan karakteristik hujan pada suatu daerah.
Tabel 3.8 Nilai Koefisien Pengaliran Total
No. Jenis Daerah A (Km2) C C x A
1 Pertanian 0,7 0,1 0.07
2 Perkebunan 0,05 0,4 0.02
3 Pemukiman/ Perkantoran 5,89 0,6 3.534
4 Belukar 0,2 0,07 0.014
TOTAL 6,84 3.638
Nilai Koef Limpasan 0,53
Intensitas Hujan Jam-jaman
Untuk perhitungan waktu konsentrasi (Tc) menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Kirpich, dapat ditulis sebagai berikut:
385 , 2 0
1000 87 ,
0
S
t
c LUntuk perhitungan intensitas hujan menggunakan rumus Mononobe:
𝐼 =𝑅24 24 (24
𝑡𝑐)
2 3
Tabel 3.9 Intensitas Hujan Jam-jaman
No Saluran (L) (S) (R)
(Tc)
82.62 95.58 103.4 112.8 119.4 125.8 (I2) (I5) (I10) (I20) (I50) (I100) 1 Seroja 0.87 0.002 0.598
326
40.33 879
46.66 645
50.50 893
55.07 402
58.30 132
61.42 2 Amal 1.75 0.0028 1.024 609
819
28.17 842
32.59 856
35.28 271
38.47 162
40.72 603
42.90 3 Pemasyarakatan 5.50 0.0026 2.475 882
069
15.65 393
18.10 944
19.60 056
21.37 21
22.62 449
23.83 709 Debit Air Hujan
Metode yang digunakan untuk menghitung debit air hujan pada saluran drainase dalam studi ini adalah metode rasional USSCS (1973). Bentuk umum persamaan ini adalah sebagai berikut (Suripin, 2004):
Qah = 0,002778 C I A m3/det.
Dimana Q = debit banjir rencana (m3/det), C = koefisien run off,
I = intensitas hujan untuk waktu konstan (mm/jam), A = luas catchment area (ha).
Tabel 3.10 Perhitungan Debit dengan kala ulang 10 tahun (Q10)
No. Saluran
Koefisien Pengaliran
(C)
Luas DAS (ha)
Intensitas Curah Hujan
(I10)
Debit Banjir Rencana
(Q10)
1 Seroja 0,5 205.1 50.50893 14.38918
2 Amal 0,6 253.5 35.28271 14.90814
3 Pemasyarakatan 0,6 636.8 19.60056 20.8044
(Sumber: Hasil Perhitungan) Analisis Hidrolika
Analisis kapasitas drainase dilakukan sebagai kontrol terhadap perhitungan debit banjir rencana. Dari survey dimensi saluran didapat data primer yang bisa digunakan untuk menghitung kapasitas maksimal debit drainase pada tiap titik pengamatan dengan menggunakan rumus manning. Bentuk penampang saluran drainase primer mempunyai beberapa bentuk, yaitu bentuk persegi dan trapesium.
Tabel 3.11 Perhitungan Kapasitas Drainase dan Perbandingan antara Q rencana dengan Q rasional selama 10 tahun
No Lokasi H b C A P R n S v Qeks Q10 Kontrol
1 Seroja 0,98 2,00 1,65 1,79 3,64 0,49 0,014 0,0025 2,22 3,98 14,4 NOT OK 2 Amal 2,48 4,5 4,0 10,54 8,98 1,17 0,015 0,0025 3,71 39,07 14,9 OK 3 Pemasyarakatan 1,88 2,32 1,80 3,87 5,59 0,69 0,011 0,0025 3,55 13,77 20,8 NOT OK
(Sumber: Hasil Perhitungan)
Solusi dan Rencana Normalisasi Saluran
Solusi dan normalisasi saluran yang dimaksud disini yaitu penambahan kapasitas dan dimensi saluran drainase pada jalan Seroja dan jalan Pemasyarakatan. Dari perhitungan sebelumnya dapat diketahui bahwa kapasitas saluran drainase yang ada tidak dapat menampung debit rencana.
Tabel 3.12 Perhitungan Normalisasi Dimensi Saluran
Saluran H
(m) H (m)
B (m)
A (m2)
P (m)
R (m)
n S V
(m/s)
Q (m3/det) Seroja 1,5 1,3 4 5,2 6,6 0,787 0,014 0,0025 3,05 15,842 Pemasyarakatan 1,9 1,44 6 8,64 11,936 0,724 0,014 0,0025 2,88 24,877
(Sumber: Hasil Perhitungan) 4. PENUTUP
Kesimpulan
Dari tugas akhir ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penyebab terjadinya banjir di DAS Sei Badera adalah ketidakmampuan saluran untuk mengalirkan debit air hujan, karena debit air yang masuk lebih besar dari kapasitas saluran.
2. Saluran drainase primer yang ditinjau kapasitasnya sebanyak 3 titik, yaitu saluran pada jalan Seroja, saluran pada jalan Amal dan saluran pada jalan Pemasyarakatan, tetapi hanya kapasitas saluran pada jalan Amal yang masih memenuhi.
3. Saluran yang kapasitasnya tidak memenuhi didesain ulang dimensinya, yaitu saluran pada jalan Seroja dengan dimensi H = 1,5 m; h = 1,3 m; B = 4 m, dan saluran pada jalan Pemasyarakatan dengan dimensi H = 1,9 m; h = 1,44 m; B = 6 m.
4. Seluruh saluran yang ditinjau memiliki luas wilayah 776,7 Ha dengan panjang saluran utama 6250 meter.
Saran
1. Hasil penelitian tugas akhir ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna dalam proses pengambilan keputusan untuk kepentingan perencanaan sistem drainase yang berkelanjutan khususnya pada Sungai Badera Kota Medan.
2. Pekerjaan drainase khususnya di saluran primer DAS Sei Badera sebaiknya dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan, juga dengan pengawasan yang serius agar tidak menghasilkan infrastruktur yang terkesan asal jadi, seperti pada saluran jalan Amal yang lebar namun semakin ke hilir kembali menyempit.
3. Sangat diperlukannya Operation and maintenance (OP) dan Evaluation and Monitoring (EM) dengan komitmen bersama seluruh stakeholder untuk mewujudkan good government.
DAFTAR PUSTAKA
Chow, V.T. 1997. Hidrolika Saluran Terbuka. Jakarta : Erlangga.
Dake, J.M.K. 1983. Hidrolika Teknik. Jakarta : Erlangga.
Dijk, E. V. 2014. Anticipating Urban Flooding due to Extreme Rainfall. Amsterdam University of Applied Sciences. Amsterdam, Netherlands.
Ganiron, T. U. 2015. Flood Control and Drainage System of Espana Boulevard in Metro Manila. International Journal of Disaster Recovery and Business Continuity. 6 : 17-28.
Harto, Sri. 1993. Analisis Hidrologi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.
Limantara, L. M. 2010. Hidrologi Praktis. Bandung. Lubuk Agung.
Linsley, R.K. 1982. Hidrologi untuk Insinyur. Jakarta. Erlangga.
Munson, B. R. 2005. Mekanika Fluida. Jakarta. Erlangga.
Plate, Erich. J. 2002. Flood Risk and Flood Management. Journal of Hydrology. 267 : 2-11.
Sani, G. D. 2014. Flood in Malaysia: Historical Reviews, Causes, Effects and Mitigations Approach. International Journal of Interdisciplinary Research and Innovations. 2 : 59- 65.
Schmitt, T. G. 2004. Analysis and Modeling of Flooding in Urban Drainage Systems. Journal of Hydrology. 299 : 300-311.
SNI 2415-2016, Tata Cara Perhitungan Debit Banjir Rencana.
SNI 1724-2015, Analisis Hidrologi, Hidraulik dan Kriteria Desain Bangunan di Sungai Soemarto, C.D. 1993. Hidrologi Teknik. Jakarta. Erlangga.
Suripin, 2004. Sistem Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta. Andi.
Triatmodjo, Bambang. 1999. Hidraulika. Yogyakarta. Beta Offset.