• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DESAIN DAN PENGENDALIAN SISTEM LAMPU LALULINTAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB III DESAIN DAN PENGENDALIAN SISTEM LAMPU LALULINTAS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

D ESAIN D AN P ENGENDALIAN S ISTEM L AMPU L ALULINTAS

Lampu lalu lintas dimodelkan dengan bi-directed graph seperti pada gambar berikut:

S

i2

S

i

S

i1

S

i3

S

i4

φ

i

φ

i1

φ

i2

φ

i3

φ

i 4

ε

i1

ε

i2

ε

i3

ε

i4

ε

1i

ε

2i

ε

3i

ε

4i

Gambar 2. Model Signal Network

PersimpanganS mempengaruhi dan dipengaruhi oleh persimpangan tetangganya, i yaitu persimpangan S , i1 S , i2 S , dani3 S . Setiap persimpangan dilambangkan i4 dengan node Si(1≤iN), dan tetangga dari sinyal S adalah i S yang memiliki index ij sinyalnya sendiri yaitu S . j

(2)

φ

i menyatakan fase dari satu putaran sinyal S , dan i

φ

ij

( j ∈ {1,2,..., n

i

})

merupakan fase untuk sinyal S , di mana ij n adalah banyaknya sinyal yang i dipasangkan dengan S . Dalam hal ini bisa dikatakan bahwa i S merupakan sebuah i perempatan karena mempunyai 4 buah sinyal tetangga.

ε

ij adalah aliran kendaraan yang telah dinormalisasi, yang didefinisikan sebagai:

dt Ti

ij

t

Ti t im t

ij

1 ( )

= ρ

ε ρ ∫

+ (3.1)

dimana

ρ

im adalah konstanta yang merupakan kapasitas dari jalan dan

ρ

ij

(t )

merupakan kepadatan dari jalan antara sinyal S dan i S pada interval waktu ij

] ,

[ t + t T

i .

III.1 D

ESKRIPSI

S

INYAL

N

ETWORK

D

ENGAN

M

ENGGUNAKAN

N

ONLINIER

C

OUPLED

O

SCILLATOR

Pada bagian ini, penulis menjabarkan traffic signal network dengan menggunakan sebuah sistem nonlinear oscillators dengan coupling terdekat. Secara spesifik, penulis menerapkan deskripsi model fase dari coupled oscillator yang diperkenalkan oleh Kuramoto, yaitu sebuah model yang digeneralisasi dan dinyatakan dengan:

) , (

= ) (

1

=

ij i i ni

i j i

i

n

t ω K φ φ

φ & + ∑ Γ

(3.2)

dimana:

) , (

= ) 2 ,

(

= ) , 2

(

i ij i i ij i i ij

i

φ + π φ Γ φ φ + π Γ φ φ

Γ

(3.3)

Persamaan diatas berlaku untuk semua i dan j.

(3)

Re Im

Unit circle φi1

φi2 φi3

φi4 φi

εi1 εi 2 εi 3 εi 4

Gambar 3. Diagram Argan

Dapat dikatakan pula bahwa

Γ

adalah fungsi yang periodik dengan periode 2π, sedangkan

ω

i adalah frekuensi alami dari sinyal S yang ditentukan dengan i

i

i

T

ω = 2 π

, dengan K merupakan konstanta positif.

Pada Gambar 6 terlihat bahwa fase untuk sinyal S dan i

φ

i dipengaruhi dari sinyal yang ada disampingnya, yaitu S dan ij

φ

ij. Fase sinyal ini tergantung kepada berapa banyak traffic yang masuk dari S yang telah didefinisikan di Gambar 7. ij

Untuk selanjutnya, penulis akan menggunakan model seperti ini untuk oscillator:

) (

sin

= ) (

1

=

i ij ij

ni

i j i

i

n

t ω K ε φ φ

φ & + ∑ −

(3.4)

dengan menggunakan fungsi sinus sebagai pengganti fungsi Γ yang bertujuan untuk i menyederhanakan persamaan.

Dengan mengatur ulang persamaan (3.4) menggunakan formula euler, penulis mendapatkan persamaan:

φi

(4)

i e e

n t K

i i ij i

i ij ij ni

i j i

i

( ) = 2

) ( ) (

1

=

φ φ φ

φ

ε ω

φ

+ ∑

&



 



 

 −

+

∑ ∑

i ij

i ij j

ni i i i ij

i ij j

ni i i

i

e

e n n e

i e

K

φ

ε

φ φ

ε

φ

ω

=1 =1

= 2

(3.5)

Definisikan Ai dan Bi sebagai berikut:

i ij

i i ij n

j

i

e

A ε n

φ

=1

=

(3.6)

i ij

i i ij n

j

i

e

B ε n

φ

=1

=

(3.7)

Maka persamaan (3.5) dapat dinyatakan dengan:

(

i

)

i i i i i i

i

e A e B

i

t ω K

φ φ

φ +

= 2 )

& (

(3.8)

Dengan menggunakan formula euler maka bisa didapatkan persamaan seperti berikut:

(

i i i i i i

)

i

i

i A i B

i

t K ( cos sin ) ( cos sin )

= 2 )

( ω φ φ φ φ

φ & + − − +

(3.9)

Lalu persamaan tersebut disusun ulang sehingga menjadi:

( ( cos ( ) sin ( ) )

= 2 )

(

i i i i i i i

i

A B i A B

i

t ω + K φ − − φ +

φ &

(3.10)

Selanjutnya, penulis akan mendefinisikan ai dan bi melalui persamaan berikut:

ij i

i i ij n

j i

i

i ib

B n

A = 2 sin = 2

1

=

ε φ

(3.11)

i ij i i ij n

j i

i a

B n

A =2 cos =2

1

=

ε φ

+ (3.12)

Sehingga didapatkan persamaan ai dan bi, yaitu:

ij i i ij n

j

i

n

a ε φ

cos

=

1

= (3.13)

(5)

ij i i ij n

j

i

n

b ε φ

sin

=

1

=

(3.14)

Setelah persamaan ai dan bi didapatkan, persamaan (3.10) dapat disusun ulang sehingga menjadi:

(

i i i i

)

i

i

ib ia

i

t ω K φ φ

φ 2 cos 2 sin

= 2 )

( + −

&

(3.15)

(

i i i i

)

i

i

t ω K b φ a φ

φ & ( ) = + cos − sin

(3.16)

Selanjutnya, persamaan (3.16) akan disampaikan sebagai model entrainment, yaitu seperti berikut:

) (

sin

= )

(

i i i i

i

t ω σ K φ φ

φ & + −

(3.17)

Dengan menyamakan persamaan (3.16) dan persamaan (3.17), maka diperoleh hubungan seperti berikut:

i i i i i i

i

φ φ b φ a φ

σ sin ( − ) = cos − sin

(3.18)

Setelah itu kita jabarkan ruas kiri:

) (

sin

i i

i

φ φ

σ −

(3.19)

) cos sin cos

sin

(

i i i i

i

φ φ φ φ

σ −

(3.20)

i i i i i

i

φ φ σ φ φ

σ sin cossin cos

(3.21)

i i i i i i i i i

i

φ φ σ φ φ b φ a φ

σ sin cos − sin cos = cos − sin

(3.23)

Dengan menyamakan koefisien

cos

dan

sin

maka didapatkan:

i i

i

sin φ = b

σ

(3.24)

i i

i

cos φ = a

σ

(3.25)

Sehingga hubungan antara σi, ai dan bi adalah:

2

= i2 i

i a +b

σ

(3.26)



 

i i

i a

arctan b

φ

= (3.27)

Dalam Diagram Argan, nilai a dan i b berturut-turut adalah bagian real dan imaginer i dari bilangan kompleks seperti berikut:

(6)

i i i i

i

i

b i

a ± = σ cos φ ± σ sin φ

(3.28)

i i

i

e

φ

σ

±

=

(3.29)

Dengan memanfaatkan persamaan (3.13) dan persamaan (3.14) diperoleh hubungan sebagai berikut:

[

ij ij

]

ni

j i i i i

i

e a ib φ i φ

σ

φ

= = cos sin

1

=

+

± ∑

±

(3.30)

ij

i i n

j i i i i

i

e

φ

a ib e

φ

σ

±

±

1

=

=

=

(3.31)

III.2 S

PLIT

S

ETTING

Bagian ini akan mengatur split setting dari lampu lalu lintas. Pertama-tama definisikan waktu putaran dari sinyal S sebagai berikut: i

cl i

i i i i

i

T T T

T ( τ ) =

1

( τ ) +

2

( τ ) + 2

(3.32)

Termasuk dalam persamaan diatas, Tcl merupakan konstanta clearence, dimana )

1( i

Ti τ dan Ti2(

τ

i) secara berurutan adalah split time dari sinyal S pada arah i vertikal dan horizontal.

Clearence time dimasukkan untuk menyesuaikan pemodelan dengan sistem lampu lalu lintas yang mengenal adanya jeda antara lampu merah dengan lampu hijau. Jeda tersebut adalah lampu kuning yang berguna untuk keamanan saat transisi antara lampu merah ke lampu hijau dan juga sebaliknya. Pada daerah yang tidak menggunakan sistem clearence ini maka nilai

T

cl

= 0

.

Split time

T

ik, diupdate pada setiap permulaan putaran dan proposional dengan jumlah dari arus kendaraan yang masuk, baik dari arah horizontal maupun vertikal.

(7)

Untuk melihat total flow yang masuk ke persimpangan, digunakan rumus berikut:

,4 ,2

2 ,3 ,1

1

=

i i

,

i

=

i i

i

r

r ε + ε ε + ε

(3.33)

1

r merupakan total flow untuk arah horizontal atau main direction pada jalan, i

sedangkan r merupakan total flow untuk arah vertikal atau secondary directionnya. i2

Dari persamaan diatas, penulis dapat mencari desired split time untuk arus kendaraan yang masuk dari arah horizontal dan vertikal dengan persamaan di bawah ini:

1,2)

= ( ), 2 ) ( ) ( ( ) (

)

= (

2 1

*

T T k

r r

T r

i i cl

i i i i

i ik

ik

+ τ

τ τ

τ

(3.34)

Setelah itu, updating function dapat didefinisikan dengan persamaan berikut:

1,2)

= ( )), ( (

) (

= 1)

( T T

*

T k

T

ik

τ

i

+

ik

τ

i

+ γ

ik

ik

τ

i (3.35)

Di mana

γ

merupakan konstanta perubahan. Yang akan menentukan seberapa cepat perubahan dari split time menuju desired split time.

Perubahan tidak dilakukan sekaligus karena nilai flow kendaraan yang ada pada perhitungan diambil dari nilai flow kendaraan pada waktu sebelumnya. Hal ini mengakibatkan nilai flow kendaraan tidak akan sama untuk waktu berikutnya.

III.3 S

ELF-

O

RGANIZING

D

ARI

P

ENYESUAIAN

O

FFSET

Bagian ini akan membahas strategi untuk menyesuaikan pola offset dari lampu lalu lintas dengan menggunakan mutual entrainment4.

Misalkan

ψ

i menyatakan fase relatif antara

φ

i dan

φ

i yang didefinisikan sebagai:

i i

i

φ φ

ψ = −

(3.36)

Maka dinamik dari fase relatifnya dapat diekspresikan dengan:

) ( sin

=

i i i i

i

ω σ K ψ

ψ & Ω − −

(3.37)

4 Mutual Entrainment merupakan keadaan dimana terdapat 2 objek yang bergerak masing-masing namun memiliki suatu media untuk bertukar informasi sehingga pergerakan keduanya menjadi tersinkronisasi

(8)

dimana Ω adalah frekuensi alami dari fase rata-rata i

φ

i.

Dengan memeriksa fixed point dari dinamik tersebut dengan memperhitungkan sifat dari fungsi sinus yang bernilai diantara -1 dan 1, maka fixed point pada persamaan (3.37) hanya terjadi jika:

≤ 1

− Ω

i

K

i i

σ ω

(3.38)

Oleh sebab itu pada persamaan (3.38), phase locking akan terjadi pada perbedaan fase seperti berikut:



 

Ω −

iK

i i

i

σ

ψ

= arcsin

ω

(3.39)

Saat oscillator S di phase lock dengan oscillator disampingnya. i

Pada persamaan (3.40),

∆ φ

ij adalah selisih fase terhadap

φ

i yang didefinisikan sebagai:

i ij

ij

φ φ

φ −

∆ =

(3.40)

Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

Gambar 4. Flow Kendaraan Pada Primary Direction

(9)

Gambar tersebut memaparkan mengenai pengaturan offset pada lampu lalu lintas yang disesuaikan dengan tetangganya pada primary direction.

Kemiringan dari panah menyatakan kecepatan kendaraan. Gambar tersebut menjelaskan tentang pengaturan perbedaan fase lampu lalu lintas di sekitar sehingga jika kendaraan telah sampai pada persimpangan berikutnya maka lampu lalu lintas pada persimpangan tersebut akan berwarna hijau..

Setelah penjelasan mengenai primary direction, maka selanjutnya akan didefinisikan pengaturan pada secondary direction. Tentunya perhitungan untuk yang secondary direction tersebut akan dipengaruhi oleh perhitungan primary direction.

Gambar 5. Flow Kendaraan Pada Secondary Direction

Pada masalah ini, penulis ingin mencapai pengaturan offset yang sesuai dari persimpangan yang berurutan sepanjang jalan pada arah dari lalu lintas yang padat.

Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jeda pada saat lampu merah, seperti pada gambar diatas.

Penulis mengusulkan sistem yang dapat melakukan pengorganisasian secara otomatis untuk mencapai pola network offset yang diinginkan dengan menggunakan perbedaan fase melalui mutual entrainment.

(10)

Misalkan

t

ij* merupakan waktu yang dibutuhkan untuk sebuah kendaraan mencapai persimpangan S dari i S , maka offset yang diinginkan antara sinyal ij S dan ij S i ditentukan oleh:

) 2 ( 2

=

*

*

π π

φ

mod

T t

i ij

ij (3.41)

dimana T adalah waktu putaran dari sinyal i S . i

Waktu yang diharapkan, yaitu

t

ij* adalah:

max ij

ij

ij

v

t =

*

l

(3.42)

dimana

l

ij merupakan jarak antar sinyal yang bersebelahan dan

v

ijmax adalah batas kecepatan dari jalan antara interval (Sij,Si).

Setelah mendapatkan nilai desired offset untuk arah yang primary, nilai desired offset untuk arah yang secondary juga dapat ditemukan dengan cara:

) 2 ) (

2 (

=

1,1 ,1

*

*

π π

φ mod

T T T

t

i i i

ij ij

∆ +

(3.43)

Persamaan diatas mengacu pada Gambar 9.

Frekuensi alami yang diinginkan dari oscillator S adalah: i

*

*

*

=

i

~

i

sin

i

i

σ K φ

ω Ω − ∆

(3.44)

Persamaan diatas mengacu pada persamaan (3.37) dimana

ψ

&i =0.

Untuk mencapai fase relatif yang diinginkan, digunakan persamaan seperti ini:

 

 

 

 

* 1

=

* 1

* =

cos sin arctan

=

ij ij

ni

j

ij ij

ni

j i

φ ε

φ ε

φ

(3.45)

(11)

dengan berdasarkan pada fase rata-rata yang telah diberi bobot yaitu

φ

i melalui mutual entrainment.

III.4 A

TURAN

P

ERUBAHAN

F

REKUENSI

A

LAMIAH

Berikut ini adalah persamaan untuk mengatur perubahan dari frekuensi alamiah:

))

~ ( ( )) ( (

) (

= 1)

(

i i i i* i i i* i i

i

τ ω τ α ω ω τ β ω ω τ

ω + + − + −

(3.46)

Dimana

τ

i adalah dimensionless-time, yaitu waktu yang telah diberi skala yang berhubungan dengan periode dari sinyal dan α,β∈(0,1) merupakan konstanta bernilai positif. Pada aturan perubahan ini, sebuah frekuensi dasar ~*

ω digunakan i

untuk setiap sinyal yang berguna untuk mencegah pergeseran dari frekuensi natural di setiap sinyal.

III.5 P

ERKIRAAN

F

REKUENSI

A

LAMIAH

D

ARI

B

OBOT

F

ASE

R

ATA-

R

ATA

Bagian ini akan membahas frekuensi alamiah dan bobot fase rata-rata yang diperkenalkan pada bagian 4.3. Untuk selanjutnya penulis akan menganggap perkiraan dari hasil kompromisasi frekuensi dengan mengasumsikan terjadinya mutual entrainment secara lokal diantara oscillator S dani S . ij

Dinamika dari oscillator S pada oscillator lain yang berada disekitar ij S dapat i dinyatakan dengan:

ij ij i ji i ij

ij

f

n

t ) = + K sin ( − ) +

( ω ε φ φ

φ &

(3.47)

Dimana

f

ij adalah pengaruh gabungan dari oscillator disekitar S terhadap ij S ij selain S . Dengan menggunakan persamaan (3.47) diatas dan dengan i mengasumsikan bahwa arus kendaraan pada oscillator disekitar S bersifat i homogen, maka persamaannya akan menjadi:

(12)

ji ij

i ji ij

ij

= ω + K ε sin ( φ − φ ) + ∆ f

φ &

(3.48)

Dengan mendefinisikan ∆ yaitu: fij

)) (

sin 1 (

=

ji i ij

i i ij

ij

K

n f n

f − ε φ − φ

(3.49)

dan dengan menganggap nilai dari 3 oscillator lain yang berada disekitarnya mempunyai nilai sama dengan S maka i ∆ dapat diabaikan sehingga persamaan fij (3.48) dapat dinyatakan seperti berikut:

) (

sin

=

ij ji i ij

ij

ω K ε φ φ

φ & + −

(3.50)

Jika

ω

i adalah frekuensi kompromi dari oscillator ini pada keadaan stabil dan saat fasenya terkunci. Setelah itu, dengan asumsi terjadi local entrainment pada oscillator, maka kita mendapatkan persamaan sebagai berikut:

i ij

i

φ ω

φ & = & =

(3.51) Dari persamaan (3.4) dan (3.47) bisa didapatkan nilai dari

ω

i yaitu:





 + +∆

+

=

=

=

i

i

n

j

ij ij ji ij i n ij

j ji

ij i

i f

n n

1 1

) 1 (

1 1

1

ω

ε ω ε

ε ω ε

(3.52) Jika nilai dari

f

ij dapat diabaikan, maka persamaan tersebut menjadi:

 

 

 +

+

≅ ∑

=

=

i

i

n

j

ij ji ij

i n ij

j ji

ij

i

i

n

n

1 1

) 1 (

1 1

1 ω

ε ω ε

ε ω ε

(3.53) Setelah itu, dengan melihat persamaan (3.26) maka bisa didapatkan persamaan berikut ini:

ij ij

i ni

j

i

φ

δφ φ φ & ∑ δ &

1

=

=

(3.54)

( )

( )

∑ ∑

∑ ∑

=

=

− +

− +

i i

n

j ij ij k j ik ij ik

n

j ij ij k j ik ij ik ij

i

1 2 1

2

) cos(

)

= cos(

φ φ ε

ε ε

φ φ φ ε

ε

φ & ε &

(3.55)

(13)

Jika dilakukan phase lock padaS dan i S , maka akan didapatkan: ij

( )

( )

i

n

j ij ij k j ik ij ik

n

j ij ij k j ik ij ik

i i

i

φ ω φ ε

ε ε

φ φ ε

ε φ ε

∑ ∑

∑ ∑

=

=

− +

− +

1 2 1

2

) cos(

) cos(

& =

(3.56)

Karena nilai dari persamaan berikut:

( )

( cos( cos( ) ) ) 1

1 2 1

2

− = +

− +

∑ ∑

∑ ∑

=

=

i i

n

j ij ij k j ik ij ik

n

j ij ij k j ik ij ik

φ φ ε

ε ε

φ φ ε

ε ε

(3.57)

Maka,

i

i

ω

φ & =

(3.58) Pada keadaan yang sudah stabil, natural frekuensi dapat didekati dengan persamaan berikut:

i

i

= ω

Ωˆ

(3.59)

)

Gambar

Gambar 2. Model Signal Network
Gambar 3. Diagram Argan
Gambar 4. Flow Kendaraan Pada Primary Direction
Gambar  tersebut  memaparkan  mengenai  pengaturan  offset  pada  lampu  lalu  lintas  yang disesuaikan dengan tetangganya pada primary direction

Referensi

Dokumen terkait

Leaf water content (LWC) is an early indicator of tree stress that can be measured remotely using multispectral terrestrial laser scanning (MS-TLS).. LWC affects leaf reflectance

[r]

Peraturan Rektor Universitas Negeri Semarang Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pedoman Praktik Pengalaman Lapangan Bagi Mahasiswa Program Kependidikan Universitas

Dalam istilah perjanjian jual beli banyak cara yang bisa dilakukan kedua belah pihak untuk menjalin sebuah kesepakatan antara kedua belah pihak yang bertujuan untuk mencari

Sangat tidak adil, rakyat kecil yang harus menanggung beban dari ‘salah urus negara’, harga BBM dinaikkan sementara pemerintah masih mensubsidi bunga hutang BLBI..

Wawancara dilakukan terhadap 7 orang informan yang merupakan bidan dari kelompok responden yang tidak melakukan pijat perineum di Kota Surakarta bertujuan untuk menggali

berpengaruh terhadap minat beli konsumen melalui citra merek. b) Pengaruh Tidak Langsung Antara Kepercayaan melalui Citra Merek sebagai variabel Mediasi Dengan

3.1.1 Banyaknya Penduduk Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin di Kabupaten Purworejo Akhir Tahun 2015.. Population by Subdistrict and Sex in Purworejo at the End of